• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

pp

(2)

Oleh : Beny Harjadi, Agung Wahyu Nugroho

Arina Miardini Susi Abdiyani Dona Octavia

C C C E E E M M M A A A R R R A A A L L L A A A U U U T T T , , , M M M E E E N N N G G G U U U B B B A A A H H H L L L A A A H H H A A A N N N

M MA M A AR R R G G G I I I N N N A AL A L L M M ME E E N N N J J J A AD A D D I I I P P P O O O T T T E E E N N N S S S I I I A AL A L L

(3)

Sanksi Pelanggaran Pasal 72

Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002

Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.

5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(4)

Beny Harjadi, Agung Wahyu Nugroho

Arina Miardini Susi Abdiyani Dona Octavia

CC C EEM E M M AAR A RR AA A L LLA AAU U U TT T ,, , M M M EEN E N N GG G U U U BBA B AA H H H LLA L AA H HA H AA N N N M M M AA A RRG R GGI II N N N AA A LL L M M M EE E N N N JJA J AA D D D II I PPO P O O TT T EEN E N N SS S II I AA A LL L

BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

(5)

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Beny Harjadi, dkk

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial Cetakan ke-1 . Surakarta . CV. Mekar Abadi Publising. 2017 ix + 100 Hal : 17,5 x 25 cm

CEMARA LAUT MENGUBAH LAHAN MARJINAL MENJADI POTENSIAL Hak Cipta @ Beny Harjadi, dkk. 2017

Penulis

Beny Harjadi,

Agung Wahyu Nugroho Arina Miardini

Susi Abdiyani Dona Octavia

Penyunting

Prof. Dr. Ir. Mohammad Naiem, M.Agr.

Tata Letak dan Sampul Tommy Kusuma AP

Penerbit & Pencetak

Penerbitan dan Pencetakan CV. Mekar Abadi (Anggota IKAPI Jateng) Jl. Sampangan No.26 RT.001 RW.020 Semanggi, Surakarta

Cetakan , edisi I, 2017

Hak Cipta dilindungi Undang-undang All Right Reserved Dicetak : Dana Balitek DAS

ISBN : 9 786025 017711

(6)
(7)

KATA PENGANTAR

“CEMARA LAUT MENGUBAH LAHAN MARGINAL MENJADI POTENSIAL”

buku buah kerja penelitian sekaligus pengalaman lapang. Mulanya adalah hamparan pasir panas nan gersang di sepanjang pantai selatan Kebumen. Melalui perencanaan dan metoda yang baik, pantai itu perlahan berhias sabuk cemara hijau. Perubahan paras pantai ini tidak saja menjadikan cemara laut (Casuarina equisetifolia) yang ditanam berfungsi sebagai peredam gelombang angin, tapi lahan belakang tegakan cemara ke arah daratan juga menggeliat menjadi lahan yang perlahan bisa dimanfaatkan untuk tanaman pertanian. Kerasnya ekosistem pantai yang bersifat transboundary area daratan dan lautan, mulai ramah dengan hadirnya sabuk hijau cemara.

Menengok sedikit kebelakang, kegiatan penelitian lahan pantai berpasir di Kebumen bermula dari presentasi pada dinas terkait di Kabupaten Kebumen.

Menindaklanjuti hasil presentasi Pemerintah Kabupaten Kebumen menghendaki dilakukan penelitian di Pantai Selatan Kebumen, agar kondisi pantai yang gersang dan panas menjadi rindang dan sejuk, sehingga pengunjung wisata akan meningkat jumlahnya. Begitu pula dengan permasalahan lahan pantai berpasir yang dianggap tidak produktif untuk tanaman hortikultura karena gangguan uap air garam dan angin kencang dari laut, padahal memiliki potensi.

Pembangunan tegakan Cemara Laut (Casuarina equisetifolia) sebagai tanggul angin dimulai tahun 2005 sampai 2015. Penanaman ini melibatkan partisipasi aktif masyarakat Desa Karanggadung kabupaten Kebumen khususnya Kelompok Tani Pasir Makmur. Pembentukan kelompok ini mampu membangun keyakinan bahwa lahan pantai berpasir dapat untuk budidaya tanaman semusim (hortikultura).

Apresiasi disampaikan kepada para penulis, semoga tulisan ini dapat menjadi bahan pertimbangan pengambil kebijakan dalam penyelamatan pantai dari abrasi dan degradasi lahan akibat erosi angin di daerah lain.

Surakarta, September 2017 Kepala BPPTPDAS

Dr. Nur Sumedi, S.Pi, MP.

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

I.PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Maksud dan Tujuan... 4

C. Sasaran ... 4

D. Batasan Istilah ... 4

II.PERENCANAAN ... 7

A. Pengorganisasian ... 7

B. Pemetaan Lokasi... 8

C. Kebutuhan Bahan, Alat, Tenaga, Biaya, Lahan, Ameliorat, & Saprotan ... 13

III.PELAKSANAAN ... 18

A. Persiapan ... 18

B. Pembuatan Jalur Tanggul Angin ... 25

C. Penanaman ... 26

D. Pemeliharaan Tanaman Semusim ... 37

E. Pemanenan Hasil... 40

IV. MONITORING... 42

A. Pengamatan Tanah ... 42

B. Pengamatan Iklim ... 50

C. Pertumbuhan Tanaman ... 63

V.EVALUASI ... 67

A. Tingkat Prosentase Tumbuh ... 67

B. Matinya Cemara Laut Di Pantai ... 70

D. Sosial Ekonomi ... 74

D. Tingkat Dampak Pengelolaan Lahan Pantai ... 76

(9)

E. Tingkat Kemanfaatan Tanggul Angin ... 80

F. Tingkat Adopsi Masyarakat ... 81

VI. MANFAAT PLOT PENELITIAN ... 87

A. Pemeliharaan Plot Penelitian ... 87

B. Kondisi Sebelum dan Sesudah Penanaman ... 89

VII. PENUTUP ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kondisi sebelum dan sesudah ada cemara laut di pantai ... 90

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram alur Penanganan permasalahan Lahan Pantai Berpasir dengan Cemara Laut ... 3 Gambar 2. Areal Penelitian Lahan Pantai Berpasir di Desa Karanggadung,

Kecamatan Petanahan, Kebumen, Sejak Tahun 2005-2015 ... 8 Gambar 3. Persiapan Pembibitan Tanaman Tahunan dan Buah-buahan ... 19 Gambar 4. Kondisi Awal Cemara Laut (Casuarina equisetifolia), saat ditanam

di Lapangan ... 19 Gambar 5. Perkembangan kematangan biji pada cangkang dari berwarna

hijau (mentah), kuning (matang) dan coklat (biji lepas) ... 27 Gambar 6. Contoh persemaian cemara laut dari biji di Pemalang ... 28 Gambar 7. Cemara laut dari cangkok, dari biji dan setelah di prunning

(dipangkas cabang-cabang bawah agar cepat meninggi). ... 29 Gambar 8. Papan batas dan tanda peringatan untuk pengamanan lokasi

penelitian jangan sampai diganngu pengunjung wisata ... 30 Gambar 9. Pengamatan Pertumbuhan tanaman cemara laut Tahun 2011 dari

penanaman Tanaman tahun 2006 sampai tahun 2009 ... 31 Gambar 10. Beberapa tanaman pantai berpasir yang dapat dimanfaatkan

mikorizanya untuk perangsang pertumbuhan tanaman

baru ... 32 Gambar 11. Demplot Uji Coba dari Kantor BPTKPDAS Solo, antara Lain :

Jagung, Brambang dan Cabe Merah (Hortikultura) ... 34 Gambar 12. Beberapa Tanaman Hortikultura, dibelakang Cemara Laut :

Cabe, Pepaya, Nira Kelapa, Semangka, Terong Ungu, dan Kelapa ... 34 Gambar 13. Beberapa Tanaman Bawah yang ada di Pantai Berpasir ... 37 Gambar 14. Beberapa Macam Insektisida untuk Pemberantasan HPT (Hama

Penyakit Tanaman). ... 39 Gambar 15. Kegiatan Masyarakat Pantai Berpasir : Silaturahmi, Panen Nira,

Ternak Kambing Etawa dan Ternak Sapi ... 40 Gambar 16. Dampak Cemara Laut Meramaikan Kondisi Wisata Pantai :

Warung di Tepi Pantai, Rumah Dekat Pantai (pesisir) dan Jalan Pantai ... 41

(12)

Gambar 17. Kondisi Biofisik dan Kimia Pantai Berpasir pada Lahan Cemara Laut, Pasir Pantai dan Lahan Semusim di Pantai

Petanahan. ... 43 Gambar 18. Pengambilan Sampel Tanah pada Lahan Cemara Laut, Pasir

Pantai, dan Lahan Semusim Hortikultura di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kec. Petanahan, Kab.

Kebumen. ... 43 Gambar 19. Alat Pengamatan Perangkap Erosi Angin (Sandtrap) yang

Tersebar di 9 Stik Erosi. ... 44 Gambar 20. Erosi Angin dengan sand trap di Lahan Pantai Berpasir, Bulan

Mei 2006... 45 Gambar 21. Erosi Angin dengan sand trap pada Lahan Pantai Berpasir Bulan

Agustus 2006 ... 46 Gambar 22. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir, 22 Desember 2006 ... 47 Gambar 23. Lay out Tata Letak Stik Erosi untuk Memantau Erosi Angin di

Pantai Petanahan, Kebumen, Tahun 2013 ... 48 Gambar 24. Erosi Angin di Dekat Pantai (D), Gisik Pasir (G), Jauh dari Pantai

(J) dan Pantai (P) di Petanahan, Juni-Agustus 2013 ... 49 Gambar 25. Erosi Angin di Dekat Pantai (D), Gisik Pasir (G), Jauh dari Pantai

(J) dan Pantai (P) di Petanahan, September- Desember

2013 ... 50 Gambar 26. Kondisi tanaman mati kekeringan akibat musim kemarau yang

panjang, akar busuk dan tanaman kering akibat terbakar ... 51 Gambar 27. Mengantisipasi perubahan iklim ekstrim di pantai maka

diperlukan pemantauan perubahan iklim dan erosi angin. ... 52 Gambar 28. Kelembaban Ruang dan Udara Harian Pagi dan Siang di Desa

Karanggadung, Kec.Petanahan, Kab.Kebumen... 53 Gambar 29. Suhu Udara dan Ruang pada Pagi dan Siang hari di

Karanggadung, Petanahan, Kebumen Tahun 2013 ... 54 Gambar 30. Suhu Tanah Top Soil (30cm), Solum (90cm), dan Regolit

(150cm) Pagi dan Siang hari di Karanggadung, Kebumen. ... 55 Gambar 31. Data Hujan : Maximum Hujan, Rerata, Hari Hujan, Jumlah dan

Minimum ... 56 Gambar 32. Curah Hujan Bulanan di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung,

Kab.Kebumen Tahun 2009–2013 ... 57

(13)

Gambar 33. Total Hujan Tahunan dan Hari Hujan di Pantai Petanahan , Desa Karanggadung, Kab.Kebumen Tahun 2009–2013 ... 58 Gambar 34. Evaporasi pada Pengamatan Siang dan Malam hari Jauh dari

Pantai (sebelah utara) serta Dekat dari Pantai (selatan) ... 59 Gambar 35. Kecepatan Angin Siang dan Malam Tahun 2007 di Kebumen ... 60 Gambar 36. Kecepatan Angin Pagi dan Siang Hari di Karanggadung,

Petanahan, Kebumen Tahun 2013. ... 61 Gambar 37. Arah Angin Pagi dan Siang Hari dari Barat Daya (BD), Tenggara

(TG) sampai Timur Laut (TL) di Karanggadung. ... 63 Gambar 38. Lahan pantai berpasir sebelum dan setelah penanaman

cemara, a) Sebelum penanaman, b) Setelah penanaman ... 64 Gambar 39. a) Pengukuran tinggi dan diameter tanaman pada plot muda

(A), b) Pengukuran tinggi dan diameter pada plot tua (B) ... 65 Gambar 40. Tinggi tanaman cemara laut pada lahan pantai berpasir ... 66 Gambar 41. Diameter cemara umur < 8 tahun pada lahan pantai berpasir ... 66 Gambar 42. Kronologis Perubahan Kondisi Lahan Pantai Petanahan

dengan Cemara Laut dari Tahun 2005 sampai 2013. ... 68 Gambar 43. Pertumbuhan Tanaman Cemara Laut dan Persen Tumbuh Tahun

2013 ... 69 Gambar 44. Akar cemara laut yang busuk akibat diserang jamur dari bahan

pupuk kandang yang belum matang... 73 Gambar 45. Penyerangan akar oleh jamur atau penyakit busuk akar akan

menyebabkan perakaran putus dan tanaman mati

permanen. ... 73 Gambar 46. Bibit cemara laut muda yang mati pada saat penanaman bisa

diakibatkan oleh iklim, tanah, pupuk, penanganan bibit dll ... 74 Gambar 47. Pengunjung Wisata Meningkat karena Tingkat Kenyamanan

Wisata Semakin Sejuk dan Indah ... 77 Gambar 48. Pendapatan Wisata Bulanan di Pantai Petanahan, Desa

Karanggadung, Kab. Kebumen Tahun 2010 - 2013 ... 78 Gambar 49. Kunjungan Wisata Pantai Petanahan, Desa Karanggadung,

Kab. Kebumen Tahun 2011-2013 ... 79 Gambar 50. Puncak kunjungan wisata saat Lebaran di bulan September

2011 dengan pendapatan mencapai Rp 23.594.000,- ... 80

(14)

Gambar 51. Sosialisasi Penyelamatan Pantai dengan Menanam Cemara Laut Pada Masyarakat dan Anak-anak Sekolah ... 81 Gambar 52. Pendekatan dengan Cara Pendampingan Kelompok Tani dan

Anak-anak Sekolah di Ruang Kelas Maupun di Ruang

Terbuka ... 82 Gambar 53. Kondisi Gersang Pantai Petanahan dan Rindang Setelah

Penghijauan dengan Cemara Laut ... 83 Gambar 54. Peresmian Cemara Laut Wanagama III oleh Menteri

Kehutanan di Pantai Petanahan, Kebumen 18-12-2011 ... 84 Gambar 55. Sosilaisasi penyelamatan dini pantai dengan cemara laut perlu

disampaikan pada semua dari warga biasa, aparat, anak- anak sekolah untuk membangkitkan partisipasinya ... 85 Gambar 56. Pendekatan secara perorangan atau berkolompok harus sering

dilakukan baik secara formal (aparat kabupaten sampai desa) maupun informal dengan para tokoh atau warga

biasa ... 86

(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lahan marginal merupakan lahan yang tidak layak untuk ditanami atau tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Lahan marginal atau lahan bermasalah agar dapat dimanfaatkan perlu dilakukan usaha perbaikan.

Penyebab utama suatu lahan menjadi bermasalah, yaitu : 1. Proses alami 2.

Proses buatan 3. Kombinasi keduanya. Proses alami terjadi karena faktor alam, seperti : lahan marginal (pasir kuarsa/podsol, pantai berpasir, lahan bergaram, dll), lahan basah (gambut, payau/estuarin, rawa, dll) dan lahan bencana (berapi, tsunami, gempa bumi, angin kencang, dll). Proses buatan diakibatkan oleh perbuatan manusia seperti lahan kritis, lahan asam atau sulfat masam, dan lahan bekas tambang. Yang ketiga merupakan proses kombinasi antara faktor alam dengan perbuatan manusia meliputi: lahan banjir, kekeringan, dan longsor.

Pengertian lahan pantai berpasir merupakan lahan pantai yang mengandung banyak pasir tetapi masih ada debu dan liat sehingga tidak mudah terpisah (Hardjowigeno, 1992 ). Lingkungan pantai umumnya memiliki karakter yang khas sebagai berikut : a). angin kencang, b). kadar garam tinggi, c). porositas tinggi, dan d). pergerakan pasir yang dinamis (Dahlan, 1992). Sifat fisik lahan berpasir umumnya memiliki butiran kasar mengandung kerikil, konsistensi lepas sampai gembur, dan warnanya bervariasi dari merah kuning, coklat kemerahan, dan coklat kekuningan.

Sifat kimianya kaya akan unsur-unsur hara seperti Posfor (P) dan Kalium (K) kecuali Nitrogen (N) yang belum terlapuk sehingga perlu tambahan pupuk organik, pupuk kandang dan pupuk hijau (Suhardjo, et al., 2000).

Kandungan garam yang tinggi menyebabkan lahan pantai berpasir memiliki pH tanah berkisar antara 6 sampai 7. Adapun sifat biologinya memiliki sedikit mikroorganisme yang dapat memfiksasi nitogen dari udara. Terdapat banyak bakteri bacillus yang dapat melarutkan senyawa fosfat dan kalium di dalam tanah. Tanah pantai berpasir memiliki beberapa jenis tanah antara lain: tanah Alluvial, Regosol atau Entisols.

(16)

Permasalahan yang terdapat pada lahan pantai berpasir ditunjukkan pada Gambar 1 meliputi: a) miskin unsur hara, b). sukar menahan air, c). mudah terjadi erosi, d). lemah agregat tanahnya. Cara mengatasi permasalahan lahan pantai berpasir tersebut diantaranya dengan: 1). pemberian mulsa, 2). menambahkan tanah liat (amelioran/ameliorat), 3). menambahkan bahan organik (pupuk kandang), 4). menanam tanaman penutup tanah, 5). menggunakan pupuk organik hayati. Kondisi lahan yang kritis tersebut disebabkan tidak hanya oleh faktor biofisik semata yang secara alami telah kritis, tetapi juga jika tidak ditangani secara tepat akan berdampak negatif dan semakin meluas (Harsono, 1995). Hendaknya pemanfaatan lahan pantai berpasir dilakukan secara baik dan benar agar dapat berfungsi ganda, yaitu untuk mengendalikan erosi (angin) dan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat melalui usaha budidaya tanaman semusim yang sesuai dan bernilai ekonomi tinggi.

Berkaitan dengan permasalahan yang ada di lahan pantai berpasir, Nurahmah et al. (2007) merekomendasikan suatu model pengelolaan untuk rehabilitasi dan konservasi, yaitu penanaman cemara laut (Casuarina equisetifolia sp.) sebagai tanggul angin. Model ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan sehingga level marginalitas lahan menurun dan pendapatan masyarakat sekitar lahan pantai berpasir tersebut meningkat (Nurahmah et al., 2007).

(17)

Unsur hara

rendah Kadar

garam tinggi Erosi angin

dan abrasi Iklim mikro buruk

Pemantauan dan pengumpulan data

Pemantauan kondisi

iklim Pemantauan fisik lahan

Pemantaun sosial, ekonomi dan kelembagaan

Pengamatan:

1. kecepatan angin 2. kelembaban 3. suhu udara 4. suhu tanah 5. curah hujan

Pengamatan:

1. biofisik tanah 2. erosi angin 3. pertumbuhan 4. produksi

Pengamatan:

1. sosial 2. ekonomi - finansial - in/output 3. lembaga

Kegiatan lapangan Mengurangi permasalahan

Cemara laut (FISIK) - Pengembangan:

vegetatif (cangkok), generatif (biji) - Pemeliharaan:

pemupukan, penyiangan, dll - Wisata/keindahan

Masyarakat (SOSEK) - Desa: kelompok tani (KT) dan non KT - Wisata: staf dan pedagang/jasa

- Pendidikan: formal (SD) dan informal (PKK, PNPM)

Lahan pantai berpasir menjadi produktif

Gambar 1. Diagram alur Penanganan permasalahan Lahan Pantai Berpasir dengan Cemara Laut

(18)

B. Maksud dan Tujuan

Buku ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada khalayak umum tentang pengelolaan lahan pantai berpasir yang marginal melalui penanaman tanaman tanggul angin cemara laut (Casuarina equisetifolia sp.) dan tanaman hortikultura (hortikultura) sehingga dapat dimanfaatkan menjadi lahan produktif untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar lahan pantai berpasir.

C. Sasaran

Teknik konservasi lahan pantai berpasir melalui pengembangan model tanaman tanggul angin cemara laut (Casuarina equisetifolia) mulai dari pembibitan sampai penanaman yang berfungsi sebagai pengendali erosi angin. Adanya tanaman tanggul angin, diharapkan pengembangan tanaman hortikultura dapat meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan masyarakat.

D. Batasan Istilah

Beberapa pengertian dan peristilah umum yang digunakan dan berhubungan dengan masalah pengelolaan lahan pantai antara lain:

1. Lahan marginal adalah lahan bermasalah yang diakibatkan oleh rendahnya sifat fisik, kimia dan biologi sehingga tidak layak untuk pertumbuhan tanaman karena faktor alami atau faktor buatan (eksploitasi lahan, perusakan lahan, pengelolaan lahan salah dll).

2. Pantai (shore), adalah hamparan lahan yang membentang di tepi laut, atau tepi perairan laut yang luas.

3. Wilayah Pantai atau Pesisir (coast), adalah daratan di tepi laut, yang meliputi pantai dan daratan (pesisir) yang masih terpengaruh oleh aktivitas marin (lautan).

(19)

4. Daerah Pantai, adalah daratan yang terletak dibagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berbatasan dengan laut, dengan kelerengan kurang dari 8% (topografi datar).

5. Gisik (beach), yaitu daerah berbatasan antara permukaan air laut pasang dan surut, yang umumnya tertutup oleh hamparan pasir dan kerikil di permukaannya.

6. Beting Gisik, adalah gundukan pasir alami memanjang searah garis pantai yang merupakan bekas gisik dan sudah tidak aktif lagi karena pantai mengalami akresi (daratan bertambah luas).

7. Laguna, adalah cekungan memanjang searah/sejajar garis pantai, diantara beting gisik, biasanya tergenang air.

8. Gumuk Pasir (sand dune), adalah bukit-bukit pasir yang terbentuk dari akumulasi pasir yang tererosi dan terbawa oleh angin.

9. Rekresi (abrasi), adalah daratan yang terkikis atau susut karena pengikisan gelombang atau arus laut.

10. Intrusi, adalah masuknya air laut ke arah daratan baik yang melalui permukaan tanah maupun lewat bawah tanah.

11. Salinitas Air, adalah kadar garam atau tingkat keasinan air.

12. Interface, adalah bidang pembatas antara air bawah tanah yang tawar (dari daratan) dan asin (dari lautan).

13. Erosi, adalah suatu proses dimana tanah atau partikel tanah atau batuan terlepas dan dihancurkan, kemudian diangkut, tercuci oleh suatu gaya (media pengangkut) berupa air, angin, atau gaya berat partikel tanah atau batuan itu sendiri.

14. Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT), adalah suatu usaha manusia untuk memperbaiki, meningkatkan, dan mempertahankan kondisi lahan agar dapat berfungsi secara optimal, baik sebagai unsur produksi, media pengatur tata air maupun sebagai unsur perlindungan alam lingkungan.

(20)

15. Tanggul Angin atau Sabuk Hijau Perlindungan Pantai, adalah suatu daratan yang terletak di sepanjang garis pantai dan berbatasan langsung dengan laut karena keadaan fisiknya berfungsi sebagai perlindungan bagi kelestarian sumber daya alam daerah pantai, dengan lebar tertentu dan ditanami dengan vegetasi tertentu.

Tanaman sabuk hijau berfungsi sebagai pengendali abrasi, penahan uap garam-garaman, mencegah angin kencang dari lautan (tanggul angin), dan pengendali iklim mikro.

(21)

II. PERENCANAAN

A. Pengorganisasian

Pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT) Pantai Berpasir dapat dilakukan melalui pengembangan teknologi rehabilitasi lahan berpasir dan peningkatan tingkat pendapatan masyarakat serta kenyamanan berwisata dengan melibatkan multi stakeholder. Pihak yang terlibat meliputi instansi pemerintah dan masyarakat sekitar sehingga perlu dilakukan konsultasi dan koordinasi ke instansi terkait dan sosialisasi rencana kegitan pada masyarakat (Harjadi et al, 2007). Pemilihan lokasi penelitian ditempuh melalui mekanisme perijinan ke Pemerintah Daerah Kabupaten, antara lain:

 Surat pengajuan ijin penelitian dari BP2TPDAS-IBB (Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai - Indonesia Bagian Barat) No. 598/BP2TPDAS- IBB/2006 tanggal 13 Juni 2006 kepada Bupati cq Kepala Dinas Kesbanglinmas (Kesatuan Bangsa Perlindungan Masyarakat dan Sosial) yang beralamat di Jl. Ampera No. 11, Telp.0287-381287 Kebumen. 54311

 Surat Rekomendasi penelitian dari Kesbanglinmas no. 072/388 tanggal 15 Juni 2006 disampaikan kepada BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) yang beralamat di Jl. Veteran no. 2, Telp. 0287-381570 Kebumen 54311

 Berdasarkan surat Rekomendasi dari Kesbanglinmas, BAPPEDA mengeluarkan surat ijin penelitian no. 071-1/138 yang berlaku selama 3 bulan dari 15 Juni sampai 15 Agustus 2006. Surat tersebut disampaikan kepada (i) Kepala Diparta Kab. Kebumen, (ii) Kepala Dinas Hutpedal Kab. Kebumen, (iii) Kepala Obwis Pantai Petanahan, (iv) Camat Petanahan, dan (v) Kades Karanggadung.

(22)

Kegiatan ini dikoordinasikan antar instansi terkait (Dinas Kehutanan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kecamatan Petanahan, Desa Karanggadung, Polsek SD Negeri Karanggadung dan masyarakat).

Dalam pelaksanaannya kegiatan ini juga dibentuk kelompok tani yaitu Kelompok Tani Pasir Makmur. Pembentukan Kelompok Tani Pasir Makmur bertujuan sebagai forum diskusi dan bertukar informasi dalam pelaksanaan kegiatan. Kelompok Tani Pasir Makmur memiliki sebuah sekretariat kelompok dan jadwal rutin pertemuan. Pertemuan ini dilakukan setiap bulan pada malam Rabu manis (legi) dengan lokasi sesuai kesepakatan.

B. Pemetaan Lokasi

Pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan dimulai dengan melakukan pemetaan lokasi untuk penanaman tanaman tanggul angin dan tanaman hortikultura dengan menggunakan GPS (Global Positioning System). Lokasi pengelolaan lahan pantai berpasir berada di Desa Karanggadung, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen yang ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Areal Penelitian Lahan Pantai Berpasir di Desa Karanggadung,

Kecamatan Petanahan, Kebumen, Sejak Tahun 2005-2015

Panjang = 741 m Lebar = 158 m Luas = 11,71 ha Jarak Puncak pasang = 55 m

(23)

Lokasi penelitian dan pengembangan untuk pengelolaan lahan pantai berpasir memiliki sifat karakteristik sebagai berikut:

a. Merupakan lahan terlantar tanpa vegetasi yang berjarak kurang dari 100 m dari batas pasang air laut hingga wilayah pantai ke arah daratan sejauh kurang lebih 300 m.

b. Topografi datar sampai berombak, kelerengan landai (< 8 %) c. Tersedia sumber air tawar (air hujan atau air sumur)

d. Tersedia cukup bahan ameliorat (peningkat kesuburan) tanah (pupuk kandang atau tanah liat) di sekitar lokasi.

e. Termasuk dalam tipe iklim B (basah), C (agak basah) dan D (sedang) menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Fergusson.

Di dekat lokasi penelitian didirikan pos pengamatan yang berfungsi sekaligus sebagai sekretariat Kelompok Tani (KT) berada pada jarak kurang lebih 500 meter dari lokasi penanaman agar akses mudah terjangkau. Pos tersebut dekat juga dengan obyek wisata sehingga koordinasi dengan petugas dari kantor Pariwisata semakin intensif. Pos pengamatan sekaligus sebagai sekretariat KT berfungsi sebagai tempat istirahat sementara bagi para petugas, tempat berkumpul dan diskusi dengan masyarakat, tempat informasi dan penyuluhan bagi anggota KT.

1. Permasalahan Lahan Pantai Berpasir

Tanah berpasir merupakan tanah muda (baru) yang dalam klasifikasi FAO termasuk dalam ordo Regosol sedangkan menurut klasifikasi USDA, tanah di daerah pantai termasuk ordo Entisol atau lebih dikenal dengan nama Entisol pantai.

(24)

a). Sifat Fisik Tanah (1) Tekstur dan Struktur

Tekstur lahan pasir umumnya kasar, karena mengandung lebih dari 60% pasir dan memiliki kandungan liat kurang dari 2% (Sudihardjo, 2000).

Partikel-partikel pasir mempunyai ukuran yang lebih besar dan luas permukaan yang lebih kecil dibandingkan fraksi debu dan liat. Oleh karena itu, tidak banyak berfungsi dalam mengatur kimia tanah tetapi lebih sebagai penyokong tanah di mana sekitarnya terdapat partikel debu dan liat yang aktif (Harjadi dan Octavia, 2008). Lahan berpasir memiliki struktur butir tunggal, berupa butir-butir primer yang besar tanpa adanya bahan pengikat agregat, berukuran 0,002 mm - 2,0 mm.

(2) Porositas dan Temperatur

Tanah berpasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan air. Porositas tanah pasir bisa mencapai lebih dari 50 %, maka bersifat mudah merembeskan air dan gerakan udara di dalam tanah menjadi lebih lancar (aerasi). Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Oleh sebab itu, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan organik yang lebih intensif .

Tanah berpasir memiliki temperatur yang tinggi yang disebabkan oleh kemampuan lahan menyerap panas yang tinggi. Lahan pasir memiliki kemampuan yang rendah dalam menahan lengas karena sifat tanah yang porous berakibat sempitnya kisaran kandungan air tersedia serta tingginya kecepatan infiltrasi 2,5-25 cm/jam (dibandingkan 0,001 - 0,1 cm/jam pada tanah liat/clay). lahan pasir menyimpan air sangat rendah yaitu 1,6-3% dari total air yang tersedia.

(25)

b). Sifat Kimia Tanah

(1) Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Tanah pasir memiliki KTK rendah dibandingkan dengan tanah liat atau debu. Hal ini disebabkan lahan pasir memiliki kandungan liat dan humus yang sangat sedikit. Kapasitas Tukar Kation (KTK) lahan berpasir berkisar antara 2-4 m/g. Kemampuan KTK yang rendah dapat ditingkatkan dengan pemupukan organik.

(2) pH Tanah (Kemasaman Tanah)

Tanah berpasir di daerah pantai cenderung bersifat basa karena kandungan garamnya yang tinggi dan sedikitnya partikel liat serta kurangnya bahan organik. Kelebihan garam dalam tanah dapat menurunkan potensial air larutan tanah dan menyebabkan tumbuhan kekurangan air meskipun hidup pada lingkungan yang banyak air. Ini disebabkan karena potensial air di lingkungan lebih rendah daripada potensial air jaringan, sehingga yang terjadi adalah kehilangan air.

c). Sifat Biologi Tanah

Pada tanah berpasir jumlah mikroorganismenya sangat sedikit sehingga proses humifikasi berjalan lambat. Mikroorganisme pada lahan berpasir sangat sedikit karena kondisi lingkungan lahan berpasir tidak mendukung mikroorganisme untuk hidup. Kondisi yang tidak menguntungkan antara lain intensitas cahaya matahari yang sangat besar, suhu yang tinggi dan kemampuan menahan air pada lahan berpasir sangat rendah. Hal ini menyebabkan lahan berpasir menjadi kurang subur (Sulastri, 2012). Oleh sebab itu, dibutuhkan penambahan bahan organik sebagai sumber makanan bagi mikroorganisme sehingga dapat meningkatkan populasi mikroorganisme tanah baik jamur dan bakteri tanah actinomycetes untuk membantu pembentukan agregat tanah.

(26)

Pasir adalah butir tanah yang berukuran antara 0,050 mm sampai dengan 2 mm dan tergolong bahan halus tanah. Bahan halus tanah adalah bagian butir tanah yang berukuran kurang dari 2 mm yang terdiri atas pasir, debu dan liat. Tanah tergolong bertekstur pasir apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan. Tanah bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar (Madjid, 2009).

Tanah pasir tidak memiliki kemampuan menjerap air dan unsur hara sehingga tanah pasir mudah kering dan tidak subur. Tanah pasir juga sedikit mengandung liat, miskin bahan organik atau humus dan memiliki KTK yang rendah (Utami, 2009).

2. Tanaman Tanggul Angin

Pemetaan lokasi penanaman tanaman tanggul angin Cemara laut dilakukan dengan memperhatikan arah dan kecepatan angin. Jalur tanggul angin dibuat tegak lurus arah angin. Hal-hal yang perlu dirancang antara lain:

a) Penetapan jarak antara tanaman tanggul angin dengan bibir pantai ≤ 100 m dan lebar jalur ≥ 5 baris tanaman.

b) Penetapan jarak tanam tanaman tanggul angin dan lay out sebaran adalah berderet sistematis 5mx5m, 5mx10m atau selang-seling ’untu walang’.

3. Tanaman Hortikultura

Lokasi penanaman tanaman hortikultura dilakukan dengan memperhatikan sebaran dan lay out jalur tanggul angin. Hal-hal yang perlu dirancang antara lain:

a) Pemilihan jenis tanaman hortikultura sesuai dengan kebutuhan petani/masyarakat setempat dan sesuai untuk ditanam di lahan pantai berpasir.

(27)

b) Lokasi penanaman (mengikuti letak jalur tanggul angin yang ada) yaitu tepat di belakang tanaman tanggul angin.

c) Penetapan waktu tanam, volume kebutuhan masing-masing bibit serta waktu dan dosis pemberian ameliorat (amelioran). Ameliorat berupa pupuk kandang, tanah liat maupun pupuk buatan (urea, TSP, ZA dan KCl).

C. Kebutuhan Bahan, Alat, Tenaga, Biaya, Lahan, Ameliorat, & Saprotan

1. Bahan

Tanaman cemara laut (Casuarina equisetifolia) ditanam dengan jarak 5 m x 5 m. Untuk kebutuhan bibit disesuaikan dengan luas areal yang akan ditanami. Kebutuhan benih tanaman hortikultura bawang merah sebanyak 200 kg per hektar dan jagung 20 kg per hektar (Ambarwati dan Purwanti, 2002). Bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan perbaikan tanah berupa pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha (Atmojo, 2003) serta pupuk anorganik campuran ZA, KCl, urea, TSP sebanyak 200 kg/ha, insektisida dan fungisida.

2. Alat

Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan penetapan lokasi, pembuatan rancangan, dan pemetaan lokasi antara lain patok, meteran, kompas dan peta dasar. Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan pengembangan sarana pengairan tanaman hortikultura antara lain berupa bak renteng, pralon, gembor, selang dan pompa air. Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan pengamatan perlakuan, antara lain: stik erosi, penjerap pasir (sand trap), evaporimeter (pengukur evaporasi), ombrometer (penakar hujan), anemometer (kecepatan angin), termometer udara, dan termometer tanah (kedalaman 30cm = top soil, 90cm = solum, 150cm = regolit). Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan sosialisasi masyarakat adalah leaflet, poster, tulisan ilmiah dan laporan. Informasi sosek (sosial ekonomi) diperoleh dengan melalui wawancara dan blanko kuisioner/isian.

(28)

3. Tenaga

Tenaga yang dibutuhkan untuk pembuatan tanaman terdiri atas tenaga pengamat untuk data iklim (suhu, curah hujan, kecepatan angin) dan erosi pasir serta pengamat pertumbuhan tanaman. Disamping itu untuk menjamin keamanan tanaman maka seluruh warga Karanggadung dan Karyawan Obyek wisata Karanggadung dilibatkan dalam

pengawasan terhadap pengunjung wisata yang datang ke lokasi.

4. Biaya

Biaya bibit (Cemara laut dan tanaman semusim) dan pupuk (organik dan an-organik) yang dibutuhkan per hektarnya sekitar Rp.

25.000.000,- dan biaya perlengkapan lapangan sekitar Rp.3.000.000,-.

Beberapa biaya yang tidak terhitung berupa bantuan tenaga dari Kelompok Tani dari mulai penanaman, perawatan dan pengamanan serta pengamatan dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat.

5. Lahan

Luasan lahan disesuaikan dengan ketersediaan bibit, jarak tanam yang dipilih dan ragam tanaman yang ditanam (disesuaikan dengan kemampuan anggaran biaya). Dari pihak kantor Obyek Wisata Karanggadung selaku pihak yang bertanggung jawab pengelolaan lahan pantai berpasir, mengijinkan untuk penggunaan lahan pantai berpasir seluas 11,71 ha untuk tanaman Cemara laut dan tanaman semusim.

6. Ameliorat

Dengan karakteristik tanah berpasir seperti di atas, dapat dilihat bahwa amelioran yang paling sesuai untuk meningkatkan kesuburan tanah berpasir adalah bahan organik (BPT, 2005). Penambahan bahan organik akan meningkatkan kemampuan tanah untuk diolah pada lengas

(29)

yang rendah. Pada tanah berpasir yang kering yang semula tidak lekat, tidak liat pada saat basah, dengan tambahan bahan organik dapat menjadi agak lekat dan liat serta sedikit teguh, sehingga mudah diolah.

Hasil penelitian Nugroho dan Sumardi, 2010 menunjukkan bahwa penambahan amelioran (40% tanah dan 10% bahan organik) ke dalam media dasar pasir mampu meningkatkan daya hidup cemara laut sampai 78,3%. Penambahan tanah (20% dan 40%) ke dalam media dasar pasir mampu meningkatkan daya hidup cemara laut sebesar 60,83% dan 63,75%. Penambahan pupuk kandang 10% pada media dasar pasir mampu meningkatkan daya hidup cemara laut sebesar 65,55% dan penambahan pupuk kandang hingga 30% dan 50% tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata.

Atmojo (2003) menjelaskan bahwa pemberian bahan organik mampu menciptakan kondisi yang sesuai untuk tanaman dengan memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah, aerasi lebih baik sehingga mempermudah penetrasi akar, memperbaiki kapasitas menahan air, meningkatkan pH, KTK dan serapan hara. Bahan organik merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme tanah, maka bahan organik juga mempercepat perbanyakan fungi, bakteri, mikroflora dan mikrofauna tanah lainnya. Peran bahan organik yang paling besar terhadap sifat fisik tanah adalah memperbaiki struktur, konsistensi, porositas, daya mengikat air, termasuk peningkatan ketahanan terhadap erosi.

Pada tanah berpasir, bahan organik dapat merubah struktur tanah dari berbutir tunggal menjadi bentuk gumpal, sehingga dapat meningkatkan derajat struktur dan ukuran agregat atau meningkatkan kelas struktur dari halus menjadi sedang atau kasar (Scholes et al., 1994 dalam Atmojo, 2003). Bahkan bahan organik dapat mengubah tanah yang semula tidak berstruktur menjadi berstruktur lebih baik atau remah dengan derajat struktur yang sedang hingga kuat. Penambahan bahan organik pada tanah kasar (berpasir), akan meningkatkan pori yang berukuran menengah dan menurunkan pori makro sehingga

(30)

meningkatkan kadar air pada kapasitas lapang. Dengan demikian akan meningkatkan kemampuan menahan air (Stevenson, 1982 dalam Atmojo, 2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam humat (di dalam humus) lebih bertanggung jawab pada pembentukkan agregat di tanah regosol, yang ditunjukkan oleh meningkatnya kemantapan agregat tanah (Pertoyo, 1999 dalam Atmojo, 2003).

Pengaruh penambahan bahan organik dapat meningkatkan atau menurunkan pH tanah tergantung oleh tingkat kematangan bahan organik dan jenis tanahnya. Penambahan bahan organik yang belum masak (misal pupuk hijau) atau bahan organik yang masih mengalami proses dekomposisi, biasanya akan menyebabkan penurunan pH tanah karena terjadinya pelepasan asam-asam organik selama proses dekomposisi.

Peningkatan pH tanah juga akan terjadi apabila bahan organik yang kita tambahkan telah terdekomposisi lanjut (matang), karena bahan organik yang telah termineralisasi akan melepaskan mineralnya, berupa kation- kation basa (Atmojo, 2003).

Sumber utama N di dalam tanah berasal dari dekomposisi bahan organik. Pada tanah berpasir, potensi N dalam bentuk ion nitrat (NO3-) yang mengalami pencucian (leaching) lebih besar karena ion nitrat yang bermuatan negatif tersebut tidak bisa diadsorbsi oleh lempung/humus sehingga sering terlarut dalam air. Demikian juga unsur makro K lebih mudah terlindi di tanah berpasir karena kurangnya koloid tanah berupa humus dan lempung (clay), Hasil penelitian Gong et al. (2009) di Cina memperlihatkan bahwa perlakuan pemberian pupuk organik dan pupuk mineral NPK mampu meningkatkan kandungan C dan N dalam tanah secara signifikan melebihi hasil pada penerapan pupuk mineral saja.

7. Saprotan

Saprotan (Sarana Produksi Pertanian) diperlukan untuk meningkatkan produktivitas lahan pantai berpasir yang marginal. Dosis ameliorat pupuk kandang untuk meningkatkan produktivitas tanaman-

(31)

tanaman hortikultura tersebut sebanyak 20 ton per hektar untuk MT I.

Dosis pupuk kimia per hektar seperti ZA, urea, KCl, dan TSP masing-masing sebanyak 200 kg/ha. Perawatan tanaman semusim dengan melakukan penyiraman rutin pagi dan sore, terutama pada saat setelah turun hujan karena suhu tanah meningkat yang menyebabkan tanaman layu jika tidak segera disirami.

Pemberian saprotan dimaksudkan untuk memanipulasi lingkungan agar dapat tercipta kondisi tapak yang lebih sesuai untuk mendukung pertumbuhan tanaman dengan meminimalkan faktor pembatas (constrain) pertumbuhan, seperti perbaikan agregat tanah, peningkatan KTK tanah, peningkatan bahan organik, N tanah, P tersedia dan K tersedia. Pada tanah berpasir, khususnya unsur makro N dan K akan lebih mudah terlindi/pencucian (mengalami leaching). Pembatas pertumbuhan tersebut bisa diatasi dengan penambahan bahan organik dan juga dengan inokulasi mikoriza untuk membantu ketersediaan P (Gong et.al., 2009). Bahan organik akan mengurangi jerapan fosfat (P) sehingga menjadi tersedia bagi tanaman. Unsur P ini merupakan key of agriculture karena dari jumlahnya yang sangat kecil di alam, dari jumlah tersebut kebanyakan dalam bentuk tidak tersedia bagi tanaman. Oleh sebab itu, pemberian mikoriza untuk membantu ketersediaan P diharapkan akan mengoptimalkan pertumbuhan tanaman terutama di awal pertumbuhan.

(32)

III. PELAKSANAAN

A. Persiapan

a. Persiapan Lokasi

Persiapan lokasi meliputi penempatan gubuk kerja, lokasi areal tanaman dan pos pengamatan. Untuk itu perlu ijin penempatan lokasi penelitian berikut mekanisme perijinan ke Pemda (Kabupaten) :

 Surat pengajuan ijin penelitian dari BP2TPDAS-IBB (Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai – Indonesia Bagian Barat) No. 598/BP2TPDAS-IBB/2006 tanggal 13 Juni 2006 kepada Bupati cq Kepala Dinas Kesbanglinmas (Kesatuan Bangsa Perlindungan Masyarakat dan Sosial) yang beralamat di Jl. Ampera No.

11, Telp.0287-381287 Kebumen. 54311

 Surat Rekomendasi penelitian dari Kesbanglinmas no. 072/388 tanggal 15 Juni 2006 disampaikan kepada BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) yang beralamat di Jl. Veteran no. 2, Telp. 0287- 381570 Kebumen 54311

 Berdasarkan surat Rekomendasi dari Kesbanglinmas, BAPPEDA mengeluarkan surat ijin penelitian no. 071-1/138 yang berlaku selama 3 bulan dari 15 Juni sampai 15 Agustus 2006. Surat tersebut disampaikan kepada (i) Kepala Diparta Kab. Kebumen, (ii) Kepala Dinas Hutpedal Kab. Kebumen, (iii) Kepala Obwis Pantai Petanahan, (iv) Camat Petanahan, dan (v) Kades Karanggadung.

Untuk persiapan penanaman Cemara laut perlu dilakukan beberapa tahapan persiapan di lokasi sebagai berikut :

 perawatan beberapa bibit yang telah disiapkan sebelumnya untuk penyesuaian iklim (aklimatisasi) dengan melakukan penyiangan kebun bibit dan penyiraman setiap hari (Gambar 3 dan 4).

(33)

Gambar 3. Persiapan Pembibitan Tanaman Tahunan dan Buah-buahan

Gambar 4. Kondisi Awal Cemara Laut (Casuarina equisetifolia), saat ditanam di Lapangan

(34)

 Pembuatan ajir ukuran 150 cm sebanyak 350 batang untuk tanaman buah-buahan yaitu ajir sekaligus untuk menguatkan tegaknya tanaman, dan ajir ukuran 80 cm sebanyak 1100 buah untuk tanaman lainnya.

 Pemberian ameliorat atau tanah mineral dari tanah sawah yang telah dicampur dengan pupuk kandang dimaksudkan untuk membantu penyediaan hara bagi tanaman.

 Pembelian pupuk organik berupa pupuk kandang dan ditambah dengan EM-4 untuk mempercepat proses dekomposisi pematangan pupuk organik.

 Stimulan atau inokulan yang diambil dari tanah dibawah perakran tanaman pandan berduri, karena banyak bintil-bintil mikoriza yang membantu penyerapan unsur hara dari udara.

 Penutupan mulsa dari seresah tanaman rumput berduri di sekitar pantai, agar tanah terjaga kelembabannya.

 Pengukuran kembali luas lahan pantai berpasir yang akan ditanami untuk tanaman tanggul angin, buah-buahan, tanaman kehutanan dan tanaman semusim.

 Perbaikan instalasi air dengan menyediakan sumur renteng dengan menggunakan diesel sebagai penyedot air dan mendistribusikan keseluruh penampung air yang tersebar di sekitar tanaman semusim.

Melatih ulang pengamat (coaching) dan mengecek data (verifikasi) dari pengamat untuk pengamatan suhu udara dan suhu tanah pada kedalaman 30, 90 dan 150 cm, curah hujan, kecepatan dan arah angin, erosi angin, dan evaporasi.

(35)

b. Persiapan SDM

Untuk persiapan SDM (Sumber Daya Manusia) dilakukan dengan melakukan konsultasi dan koordinasi ke instansi terkait dan pendekatan pada masyarakat.

1. Konsultasi dan Koordinasi

i. Dinas PEDAL (Perhutanan dan Pengendalian Dampak Lingkungan) Dinas PEDAL mendukung kegiatan pengembangan penelitian di lokasi pantai berpasir yang dilaksanakan oleh BP2TPDAS-IBB (Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai–Indonesia Bagian Barat). Dukungan dari Dinas PEDAL antara lain diwujudkan dalam bentuk pendampingan pada setiap proses konsultasi dengan beberapa kantor dinas yang terkait yang ada di pemerintah daerah Kabupaten Kebumen, PKL (Penyuluh Kehutanan Lapangan) yang ditugaskan untuk terlibat langsung di lapangan dan saat pertemuan antara penyuluh dengan Kelompok Tani (KT).

ii. Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah)

Lahan pantai berpasir selama ini belum dikelola masyarakat karena anggapan masyarakat bahwa lahan berpasir tidak berpotensi untuk diusahakan menjadi tanaman yang bernilai ekonomi tinggi dan menguntungkan. Dengan adanya lokasi penelitian dan pengembangan lahan pantai berpasir yang ditunjang dengan fasilitas Jalan Lintas Selatan Selatan (JLSS) jl.

Dandeles dan jl. Diponegoro, maka akses ke lokasi wisata akan lebih mudah dan diharapkan prospek pariwisata semakin berkembang.

iii. Dinas Pariwisata

Lokasi penelitian berdekatan dengan pariwisata, dan lahan untuk lokasi pengembangan penelitian masih termasuk lahan dibawah pengelolaan Dinas Pariwisata. Sehingga setiap ke lokasi

(36)

selalu mengadakan koordinasi terlebih dahulu dengan kantor Dinas Pariwisata di Kabupaten Kebumen dan Kantor Obyek Wisata Petanahan di Desa Karanggadung.

2. Koordinasi di Daerah i. Kecamatan Petanahan

Dari kantor BP2TPDAS-IBB melaporkan ke kantor kecamatan Petanahan, bahwa ada kegiatan pengembangan penelitian di desa Karanggadung, Kecamatan Petanahan yang sudah dilakukan sejak tahun 2005. Pemilihan lokasi pantai Petanahan merupakan permintaan dari Bupati Kebumen (Ibu Rustriningsih) setelah mendengar paparan tentang penanaman cemara laut di pantai Samas, Bantul.

ii. Polsek Petanahan

Seluruh anggota Tim Penelitian BP2TPDAS-IBB telah dilaporkan nama-namanya yang akan melakukan kegiatan secara intensif di lokasi dan direncanakan akan tinggal secara periodik di lapangan untuk jangka waktu yang lama sejak tahun 2005 sampai sekarang.

iii. Desa Karanggadung

Kepala lingkungan atau Bayan ada dua yaitu Karangcengis (Darjo) dan dan Karanggadung (Kartomiharjo). Sebagian besar anggota kelompok tani menerima keberadaan pengembangan penelitian di wilayahnya. Diharapkan kegiatan ini dapat menyerap tenaga kerja dan terbentuknya kelompok tani seperti yang diharapkan petugas PKL. Kegiatan pertemuan kelompok tani yang didampingi oleh PKL berupa :

-

Pertemuan rutin bulanan kelompok tani yang dihadiri oleh seluruh pengurus dan serta para tokoh masyarakat (TOGA =

(37)

Tokoh Agama dan TOMAS = Tokoh Masyarakat) lainnya yang berminat.

-

Mengagendakan rencana penanaman Cemara Laut yang tentunya disesuaikan dengan datangnya hujan (biasanya bulan September sampai Januari) serta setelah selesai perbaikan instalasi air dan sumur renteng selesai dilakukan.

-

Pada saat pelaksanaan penanaman juga mempertimbangkan kesibukan masyarakat Desa Karanggadung, yaitu tujuh hari menjelang hari raya idul fitri dan 7 hari setelah lebaran, dalam kaitannya dengan menyiapkan pembuatan ajir dan pembelian pupuk kandang.

c. Koordinasi dengan UKP

1. UKP (Usulan Kegiatan Penelitian) yang berada di pusat P3HKA (Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam) di Bogor bertugas untuk mengadakan koordinasi, mensintesis dan membuat laporan menyeluruh dari hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh judul-judul yang dipayunginya.

2. UKP yang berjudul “Teknologi dan Kelembagaan Rehabilitasi Lahan Terdegradasi” di Ketua oleh Dr. Pratiwi, dan membawahi 18 judul yang dikerjakan oleh UPT (Unit Pelaksana Teknis) di BPPK Kupang, BPPK Samarinda, BPPK Aek Nauli Medan, BP2TPDAS-IBB di Surakarta, Loka Ciamis dan BP2TPDAS-IBT di Makassar.

3. Secara garis besar judul-judul dibawah UKP diatas dapat dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu tentang : (i) rehabilitasi lahan terdegradasi dan reklamasi lahan bekas tambang, (ii) kelembagaan, (iii) model dan teknik konservasi.

4. Konsultasi pada Tim UKP setahun minimal dilakukan 2 kali yaitu pertama pada saat mengawali kegiatan untuk menyusun RPTP

(38)

(Rencana Pelaksanaan Tim Peneliti) dan kedua pada saat menjelang pembuatan laporan (akuntabilitas dan progres sintesis kegiatan).

5. Dibentuk jejaring kerja untuk melakukan komunikasi yang lebih intensif lewat internet, dan jika memungkinkan dapat dilakukan diskusi lewat internet secara tertulis maupun lisan dengan frukuensi minimal triwulanan.

d. Persiapan Lembaga dan Kelompok Tani

Penelitian pengembangan tanaman pantai berpasir tidak hanya pengembangan suatu tanaman tertentu, tetapi lebih diutamakan merubah pola pikir masyarakat sekitar lahan pantai berpasir. Masyarakat di sekitar lahan pantai berpasir yang semula menganggap lahan pantai tidak dapat ditanami menjadi pola pikir bahwa lahan pantai dapat menghasilkan sesuatu yang menguntungkan dengan menjaga kelestarian alam lewat RLKT. Semua sarana dan prasarana yang ditempatkan di lokasi menjadi milik Kelompok Tani (KT) Pasir Makmur dan bukan menjadi milik perseorangan, bukan pula milik peneliti atau teknisi BP2TPDAS-IBB. Semua anggota kelompok tani wajib merasa memiliki dan merawat, mengawasi serta menjaga dan mengamankannya untuk dipergunakan secara berkelompok.

e. Persiapan Bahan dan Alat

Bahan dan peralatan kegiatan pengembangan meliputi :

1. Kegiatan penetapan lokasi, pembuatan rancangan, dan pemetaan lokasi antara lain : patok, meteran, GPS, kompas, peta dasar.

2. Kegiatan pembuatan sarana penahan erosi pasir berupa tanaman TA (Tanggul Angin), antara lain : secara vegetatif dengan camara laut (Casuarina equisetifolia sp.) dan secara mekanis dengan daun kelapa atau anyaman bambu.

3. Bibit tanaman budidaya semusim untuk ditanam di belakang jalur tanaman TA antara lain : terong, bawang merah, cabe merah, dan ketimun, jagung (Zea mays L.).dll.

(39)

4. Kegiatan perbaikan tanah dengan penambahan pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha dan ameliorat (tanah liat) serta pupuk an- organik 200 kg/ha ZA, KCl, urea, TSP, insektisida, dan fungisida.

5. Kegiatan pengembangan sarana pengairan tanaman budidaya antara lain berupa sumur, bak renteng, pralon, gembor, selang panjang, pompa air, dll.

6. Kegiatan pengamatan perlakuan, antara lain: Sand trap, evaporimeter, ombrometer, anemometer, termometer udara, kelembaban udara dan ruang serta termometer tanah.

7. Kegiatan sosialisasi masyarakat berupa penyebaran leaflet, poster, kalender dan karya tulis ilmiah, dan pengumpulan data sosek dengan menyebar blanko kuisioner yang relevan.

B. Pembuatan Jalur Tanggul Angin a. Tanggul Angin Mekanis

Pembuatan tanggul angin di dekat pantai (< 100 m) berfungsi sebagai filter untuk mencegah embun atau uap garam-garaman yang menyebabkan tanaman semusim terbakar. Tanggul angin ini juga berfungsi sebagai penahan angin yang kencang yang menyebabkan tanaman roboh dan layu oleh proses evapotranspirasi. Tanggul angin dapat berupa mekanis yaitu berupa daun kelapa kering, atau anyaman bambu, yang penting jangan sampai bahan yang berasal dari logam atau seng karena akan mudah karatan jika terkena garam-garaman air laut.

b. Tanggul Angin Vegetatif

Pembuatan tanggul angin juga dapat dibuat dari tanaman hidup sebagai tanggul angin vegetatif. Tanaman tahunan yang dapat dikembangkan sebagai tanggul angin vegetatif dengan syarat sesuai ditanam di pantai, memiliki akar menghujam ke tanah (bibit dari biji, generatif) dan tajuk yang rindang dan batang kokoh. Beberapa tanaman yang cocok ditanam di pantai dan dapat dipakai untuk tanggul angin

(40)

antara lain : ketapang, waru, cemara laut, dll. Untuk pantai Kebumen yang merupakan pengembangan dari pantai Samas-Bantul dengan penanaman Camera laut. Semula tanaman Cemara laut berasal dari cangkok (vegetatif), namun untuk keperluan konservasi sebaiknnya dengan tanaman generatif (bibit dari biji) yang memiliki akar tunjang yang kokoh.

c. Tanggul Angin Sementara

Tanggul angin sementara dapat secara mekanis ataupun vegetatif.

Tanggul angin sementara secara mekanis antara lain dengan daun kelapa, gedek anyaman bambu. Prinsip pembuatan tanggul angin sementara angin dapat menembus tetapi tidak sampai merusak tanaman, karena kecepatan angin sudah terhalang oleh tanggul angin, disamping itu juga mampu mengurangi bahaya kadar garam yang dibawa oleh uap air. Begitu juga tanggul angin sementara dapat dilakukan dengan vegetatif tanaman semusim yang cepat tumbuh dan lebih tinggi dari tanaman utamanya, misalnya : jagung, sorghum dll.

C. Penanaman

a. Tanaman Tanggul Angin

Penanaman tanaman Casuarina equisetifolia sebagai tanaman tanggul angin permanen sepanjang 750 m searah garis pantai selebar 25 m. Tanaman tersebut berfungsi sebagai tanaman penghijauan untuk melindungi tanaman budidaya yang ditanam di antara jalur tanaman tanggul dari pengaruh erosi pasir, tiupan angin dan kadar garam (NaCl).

Metode penanaman tanaman tanggul angin (TA) tersebut dilakukan dengan jarak tanam 5 m x 5 m setiap jalurnya, dengan model ‘gigi belalang’ atau “nguntu walang” selang-seling dengan 5 jalur tanam. Data biofisik akan dianalisis secara deskriptif untuk menunjukkan perlakuan yang paling efektif. Dengan mengamati prosentase tumbuh tanaman TA cemara laut (Casuarina equisetifolia) dan mengamati pertumbuhan setiap bulannya.

(41)

Pengembangan kebun bibit desa masih dalam taraf teori kepada anggota Kelompok Tani (KT) dan latihan pembuatan bedengan. Namun beberapa anggota KT sudah mampu mengembangan bibit cemara laut.

Penjelasan tersebut antara lain mengenai pengembangan bibit cemara laut yang dapat dilakukan secara vegetatif dengan cara mencangkok dan merunduk, sedangkan secara generatif dengan cara biji. Biji pada saat dipohon dipilih pohon yang telah berumur lebih dari 10 tahun, dan pilih cangkang yang sudah menguning dari perkembangan biji cangkang yang berwarna hijau, kuning dan coklat (Gambar 5). Semakin tua >10 tahun umur pohon maka kualitas biji cemara laut akan semakin baik, dan untuk cabang yang mau dicangkok dipilih yang mengarah keatas (autotorof).

Cangkang masih hijau, belum matang

Cangkang isi biji berwarna kuning

Cangkang kosong jatuh di tanah

Gambar 5. Perkembangan kematangan biji pada cangkang dari berwarna hijau (mentah), kuning (matang) dan coklat (biji lepas)

Pemilihan biji pada saat di pohon dipilih cangkang yang berwarna kuning, sebab jika sudah berwarna coklat maka biji telah keluar tersebar di tanah dan tidak bisa berkecambah. Biji yang berwarna kuning dijemur dengan kain kasa sampai biji keluar, penggunaan kain kasa dimaksudkan agar biji tidak terbang kemana-mana. Biji direndam selama 2 hari, dan dijemur selama sehari, biji disemaikan di hamparan media tanah dan jika

(42)

semai sudah berumur 2 bulan atau hypocotyle sudah berwarna merah atau coklat dan daun sudah bercabang, semai dipindahkan kedalam polybag (Gambar 6).

Bibit umur 1 bulan di tempat persemaian

Bibit umur 2 bulan dipindah ke polybag

Bibit umur 3 bulan disirami pagi dan siang

Bibit umur 6 bulan tinggi >60 cm diameter >5 mm

Bibit umur 8 bulan siap ditanam

Bibit umur setahun, sudah lewat umur

Gambar 6. Contoh persemaian cemara laut dari biji di Pemalang

(43)

Cemara laut dapat dikembangkan lewat Cangkok atau Biji. Apabila batang bagian bawah dan batang sudah muncul banyak cabang sebaiknya segera di lakukan pruning (pemangkasan cabang bawah) agar pertumbuhan meninggi dapat terpacu. Pengembangan Cemara laut untuk konservasi tanah sebaiknya menggunakan bibit yang berasal dari biji yang memiliki akar tunggang yang kuat dan berumur panjang (Gambar 7).

Cemara dari Cangkok

Cemara dari Biji Cemara setelah Prunning

Gambar 7. Cemara laut dari cangkok, dari biji dan setelah di prunning (dipangkas cabang-cabang bawah agar cepat meninggi).

(44)

Papan lokasi Demplot Papan Sekretariat Papan batas pinggir

Peringatan di pantai Papan depan wisata Batas lokasi

Gambar 8. Papan batas dan tanda peringatan untuk pengamanan lokasi penelitian jangan sampai diganngu pengunjung wisata

Pengamanan lokasi penelitian cemara laut yang berada di lokasi wisata perlu dilakukan, mengingat banyaknya gangguan yang berasal dari manusia, hewan maupun alam. Langkah pengamanan lokasi Demplot dilakukan dengan pemagaran dan pemberian plang papan nama peringatan dan tanda batas pinggir lokasi (Gambar 8).

Dalam rangka memantau pertumbuhan tanaman cemara laut dilakukan pengukuran diameter setinggi dada atau keliling dan tinggi tanaman untuk tahun penanaman sejak tahun 2006 sampai 2009 (Gambar 9). Tanaman cemara laut yang ditanam pada tahun 2005 awalnya diambil dari cangkok maka tidak dilakukan pengamatan pertumbuhan karena tumbuhnya menyamping. Rata-rata tanaman yang sudah berumur 5 tahun (penanaman tahun 2006) telah mencpai tinggi 876 cm (8,7 m) dengan keliling 459,5 mm (45,9 cm) atau diameter batang 14 cm.

(45)

Gambar 9. Pengamatan Pertumbuhan tanaman cemara laut Tahun 2011 dari penanaman Tanaman tahun 2006 sampai tahun 2009 b. Tanaman Tahunan

Beberapa tanaman yang tumbuh di lokasi pantai berpasir di Kebumen dapat memanfaatkan mikoriza atau bakteri yang ada pada perakaran cemara laut untuk merangsang pertumbuhan tanaman baru di pantai berpasir. Beberapa tanaman yang ada di pantai Karanggadung, Petanahan, Kebumen antara lain : Pandan berduri, Akasia, Widuri, Cemara laut, Rumput berduri, Jarak pagar, Kebun campuran, Kelapa, Gamal, Bekol, Buah Naga, Jambu Mete (Gambar 10).

(46)

Pandan berduri Akasia Widuri

Cemara laut Rumput berduri Jarak pagar

Kebun campuran Kelapa Gamal

Bekol Buah Naga Jambu mete

Gambar 10. Beberapa tanaman pantai berpasir yang dapat dimanfaatkan mikorizanya untuk perangsang pertumbuhan tanaman baru

(47)

c. Tanaman Semusim

Tanaman semusim yang dapat dikembangkan di pantai berpasir antara lain bawang merah, cabe, jagung, semangka dan lain-lain. Data pencatatan hasil produksi di Bantul dari tahun 2000 sampai 2007 menunjukkan hasil yang fluktuatif yaitu kadang tinggi dan kadang menurun. Hasil bawang merah tertinggi pada bulan Januari 2007 (29 ton/ha) dan terendah pada bulan Januari 2000 (10 ton/ha). Hasil cabe tertinggi pada bulan Mei 2002 (26,7 ton/ha) dan terendah pada bulan Januari 2003 (8 ton/ha). Begitu juga harga kedua komoditi tersebut juga fluktuatif naik turun, yaitu untuk bawang merah harga terendah Rp 2.500,-/kg dan harga tertinggi bisa mencapai Rp 6.000,-/kg, sedangkan harga cabe jauh lebih fluktuatif yaitu harga terendah Rp 2.500,-/kg dan harga tertinggi bisa mencapai Rp 10.000,-/kg.

Gambar 11 dibawah ini merupakan demplot pengembangan tanaman semusim yang pernah dikembangkan oleh BPTKPDAS yang dulu masih bernama BPK Solo dan telah banyak meyakinkan kepada masyarakat sekitar pesisir pantai untuk mengelola lahan pantai berpasir.

Beberapa tanaman yang pernah dikembangkan dan sekarang sudah banyak dicontoh dan dikembangkan oleh masyarakat di pantai Petanahan antara lain : Jagung, Cabe dan Bawang Merah.

Dari demplot yang telah dikembangkan oleh kantor BPTKPDAS Solo berdampak positif dan dirasakan oleh masyarakat bahwa demplot tersebut mampu meyakinkan petani kalau lahan pasir yang semula marjinal ternyata dapat berproduksi jika dikelola dengan baik dan benar.

Selanjutnya dengan mencontoh demplot tersebut para petani pengelola lahan pantai berpasir di belakang cemara laut dengan mengembangkan komoditi tanaman lain, antar lain : semangka, terong ungu, dan paling favorit sekarang ini adalah pepaya (gandul) kalifornia (Gambar 12).

(48)

b. Brambang

a. Jagung c. Cabe Merah

Gambar 11. Demplot Uji Coba dari Kantor BPTKPDAS Solo, antara Lain : Jagung, Brambang dan Cabe Merah (Hortikultura)

a. Cabe b. Pepaya c. Nira Kelapa

d. Semangka e. Terong Ungu f. Kelapa

Gambar 12. Beberapa Tanaman Hortikultura, dibelakang Cemara Laut : Cabe, Pepaya, Nira Kelapa, Semangka, Terong Ungu, dan Kelapa

(49)

d. Tanaman Bawah/Lantai Hutan

Tanaman bawah yang tumbuh secara alami merupakan tanaman pioner yang mampu tumbuh di pantai berpasir (Gambar 13).

Rumput Merakan Pogonatherum paniceum (Lam.) Hackn

Ipomea pescaprea

Pandan berduri Pandanus tectorius

Buah Pandanus tectorius

Pongamia pinnata Rumput Gulung

(50)

Rumput Teki Saccharum spontaneum

Tanaman Bunga Kenop (Gomphrena globosa L)

Tanaman Lenglengan (Leucas lavandulifolia L.)

Tapak Dara

(Catharanthus roseus L. G. Don)

Tapak liman

(Elephanthopus scaber L)

(51)

Widuri Tanaman Widuri Gambar 13. Beberapa Tanaman Bawah yang ada di Pantai Berpasir

Tanaman ini menjaga tingkat kesuburan tanah pantai yang cenderung kering dan menjadi lahan marjinal. Lahan pantai berpasir yang kering dengan struktur tanah lepas-lepas dapat menjadi lebih baik jika ada tanaman bawah, dan juga adanya seresah daun-daun serta ranting-ranting yang berguguran sebagai mulsa. Sehingga daun-daun cemara laut yang berguguran sebaiknya tidak diambil untuk bahan kayu bakar, walaupun daun-daun kering cemara sebenarnya sangat baik untuk merebus nira gula kelapa. Fungsi kompos biomasa tersebut sangat baik untuk pemantapan struktur tanah dan menjaga kelembaban tanah.

D. Pemeliharaan Tanaman Semusim a. Pemupukan

1. Pemupukan I (Pupuk dasar), diberikan sebelum tanam atau awal tanam dengan cara menyebar pupuk NPK dicampur dengan tanah dan pasir dengan alat cangkul atau sebilah bambu. Pupuk dasar per hektar : SP36 = 500 kg, Urea = 100 kg, KCl = 100 kg dan ZA = 100 kg.

2. Pemupukan II (Pupuk pertumbuhan/vegetatif), pupuk NPK 200 kg/ha diberikan 15 HST (Hari Setelah Tanam) dengan disebar merata dalam tanah.

(52)

3. Pemupukan III (Pupuk produksi/generatif), pupuk NPK 200 kg/ha diberikan 25 HST.

b. Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari dengan cara dibentuk regu penyiraman dan perawatan tanaman dari KT (Kelompok Tani) Pasir Makmur. Apabila terjadi hujan maka besuk paginya tetap dilakukan penyiraman dengan tujuan untuk menetralisir suhu tanah yang sangat panas dari penguapan panas bumi, agar tanaman bawang merah tetap sehat dan tidak terbakar.

c. Pemberantasan HPT (Hama Penyakit Tanaman)

Pemeliharaan tanaman untuk mencegah gangguan hama penyakit, dengan penyemprotan racun HPT (Gambar 14).

1. Umur kurang 2 HST (Hari Setelah Tanam) untuk pemberantasan gulma atau rumput pengganggu, dengan GOAL 2E sebanyak 1½ tutup untuk 1 tangki air.

2. Umur 15 sampai 25 hari, penyemprotan dilakukan setelah 15 hari untuk interval waktu setiap 5 hari (15, 20 dan 25 hari), dengan : (a) PPC = 10 cc (1 tutup racun hpt)

(b) Larvin = 1 sendok

(c) Danvil 50 SC = 10 cc (1 tutup) (d) Barer = 10 cc (1 tutup)

3. Umur 25 sampai 45 hari (a) N-Balancer = 10 cc

(b) Manzate 200 = 1 sendok makan (c) Puanmur 50 SP = 1 sendok sirup

(d) Larvin+Danvil+Barer+N-Balancer+Manzate+Puanmur, dicampur untuk 1 tangki (12-17 liter).

(53)

Racun sayur daun Danvil 50SC Goal 2E

Puanmor Balancer Larvin

DuPont Manzate 200 Borer

Gambar 14. Beberapa Macam Insektisida untuk Pemberantasan HPT (Hama Penyakit Tanaman).

Referensi

Dokumen terkait

Disamping itu pupuk kandang yang digunakan mempunyai kandungan nitrogen (1.67 %) dan bahan organik (52.14 %) yang tinggi dapat menjadi sumber ketersediaan unsur hara

Pupuk kandang tidak hanya mengandung unsur makro seperti nitrogen (N), fosfat (P) dan kalium (K), namun pupuk kandang juga mengandung unsur mikro seperti kalsium (Ca),

Salah satu cara menyembuhkan lahan sawah demikian yang dikelola intensif yaitu melalui penambahan pupuk organik (kotoran ternak) dalam bentuk kompos yang kaya unsur kalium dan

Menurut Hardjowigeno (2003) menyatakan bahwa bahan organik yang telah terurai sudah mulai stabil menjadikan unsur hara yang berada dalam tanah yaitu Nitrogen, Fosfor, dan Kalium

pada umumnya nilai pupuk yang dikandung pupuk organik terutama unsur makro nitrogen (N), Fospor (P), dan kalium (K) rendah, tetapi pupuk organik juga mengandung

Disamping itu pupuk kandang yang digunakan mempunyai kandungan nitrogen (1.67 %) dan bahan organik (52.14 %) yang tinggi dapat menjadi sumber ketersediaan unsur hara

Hal ini menunjukkan bahwa Pada perlakuan pemberian pupuk kandang dengan dosis 10 ton/ha dapat menyediaakan unsur hara Nitrogen, Pospor dan Kalium yang sangat

Kascing kaya akan unsur hara dan kualitasnya lebih baik daripada pupuk organik jenis lainnya dan pemberian pupuk kascing dan biofikator memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi