• Tidak ada hasil yang ditemukan

KENDALA-KENDALA DALAM PENANAMAN BAWANG PUTIH DI DATARAN RENDAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KENDALA-KENDALA DALAM PENANAMAN BAWANG PUTIH DI DATARAN RENDAH."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

,/

KEMENTERIAN

RISET,

TEKNOLOGI

DAN

PENDIDIKAN TINGGI

IJNIVERSITAS UDAYANA

UPT

PERPUSTAKAAN

Alamat

:

Kampus

Unud

Bukit

Jimbaran Badung,

Bali

-

80364

i.itpl"

(0361) 702772,

Fax

(0361)

701907

E-mail

:

perpustakaanudayana(@y?hoo.co'rq

Laman

:

www'e-l

ib'unud'

ac'

id

No:008ruN.14.|.2,||Perpus/00.09|20|6.

yang

bertanda tangan dibawah

ini

Kepala

upT

Perpustakaan

Universitas

Udayana menerangkan

batrwa:

Nama

NIP.

:

Ir.

Utami, MS

:

19540 5271983032001

Fakultas/ Program

studi

:

Pertaniar/ Agroekoteknologi

Memang benar telatr menyerahkan

l

eksemplar

Makalah

dan

I

keping

cD

di

UPT

Perpustakaan

Universitas UdaYana, dengan

judul:

Kendara-Kendala

Daram penanaman Bawang

putih Di

Dataran

Rendah

Demikian

surat pernyataan

ini

dibuat

untuk dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya'

Universitas

UdaYana

.,Pengolahan

Koleksi

(2)

KEMENTERIAN

RISET,

TEKNOLOGI

DAN

PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANA

JPT

PERPUSTAKAAN

Alamat

:

Kampus

unud Bukit

Jimbaran Badung,

e?li

-

80364

Telepon

rsrsPL'rr\\,JvL''v-''->,n

(0361) 702772'

Fax

(0361)

701907

:

www.g-lib.unud.ac.id

Yang bertanda tangan dibawah

ini:

Nama

NIP.

NO :008ruN.

I 4,1,2,1

lP erpus/0O'09

12016

:

Ir. Utami, MS

:

1 95405 27

198303200

1

Fakultas/ Program

studi

:

Pertaniarv

Agroekoteknologi

Menyatakan'

bersedia menyerahkan

hak

publikasi

kepada

UPT Perpustakaan

Universitas

Udayana. Judul

Makalah

yang akan

dipublikasikan

adalatr:

Kendara-Kendara

Dalam

penanaman Bawang

putih Di

Dataran

Rendah

Demikian

surat pernyataan

ini

dibuat

untuk

dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya'

Bukit

Jimbaran,

l5

Pebruari

2016

Universitas

UdaYana

Pengolahan

Koleksi

Yang memberi PernYataan,

(3)

{

KEDAI-,A-KTDAL

DALAM

PENANAMAN RAWANG PUTIH

DI

DATAAN RANDAH

Oleh:

IR.

UTAMI.

MS

FAKTJLTAS

PERTANIAN

T]NIVERSITAS T]DAYANA

(4)

KEDALA-KEDAL DALAM

PENANAMAN BAWANG

PT]TIH

DI

DATAAN RANDAH

Oleh:

R.

UTAMI,

MS

r9540527 198303 2001

FAKTJLTAS

PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(5)

KATA

PENGANTAR

Angar u []a-uia Scntbahning

Ingulun Katur

Iting

Ida H1,ang Parama Wisesa

J'uhan

)atlg

N'1aha

I:sa

Atas,,\suns

\\'Aranr-rgraha-N1A

akhilrya

rnakalah yang

berdasarkan stucii

kcpLrstakaan clengan .juclul :

..KI:NI)AI,A-KI:NI)AI-,,\

DAI,AM

PT:NANAMAN

tsAwANG

PUTIH

I)I

I)A'I

ARAN

ITENDA"

Makalah

ini

clapat

diselcsaikan

clcrruan

baik.

l)engan

selesainy,'a

i'nalialah

ini.

pclllllis

nrctlr anlpaikan

rasa

tcritlatkitsrh vang scbesar-besarn),a kepada setnlla

pihak

scperti:

I

.

Pimpinan

[

]rrir ersitas

I

idar

ana dern

Fakultas pertanian

atas

kesempatan yang

diberikar-r

sel"ringga

pentrlis

clapat

nrenl'elesaikan makalah

ini

sesuai rencana

2'

Semua

llhak

y'ang

tidak

disebutkan satu per satll atas bantuan

fisik.

r-nateriil.

'

nlaLlpt'tt.l t-t-toril.

schirrgga rrtakalah

ini

dapat

di

selesaikan depgan baik.

Disadari

scpe

nuhrllat bahwa nrakalarli ini .jauh clari sempllrna oleh karena itu.

kritik

dan saralt vang

trernbangun

akan diterinra

clengan

terbgka demi

kesempunrelan rnakalah ini,

Mudah-rlludahan

Ilakalalr

irri

dapat

rrerrbcrikan

sumbangan

ilmu

pe

rrgctahLlilll

)

ang bct'gtttta scbagai

LlcLran

clarani rnernpeia.jari pananamAn bawang

putih

cii lapangan tcrutanta

di

datarart

rendah.

Denpasar.

Januari

2015

(6)

DAFTAR

ISI

n

iii

I

1

J

4

4

6

.7

I

t4

14
(7)

PEN{DAHULUAN

1.1

Permasalahan

Bawang

putih dan

bawang merah merupakan komuditas pertanian

yang

sangat dibutuhkan datam rumah tangga

di

Indonesia.

Tanaman bawang

putih

merupakan salah satu

komoditi

pertanian yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat, terutama dimanfaatkan sebagai

bahan penyedap

-*\.-,

sebagai pewangi .;enis makanan, atzupun obat-obatan dan

rempah-rempah. Komoditas bawang putih merupakan rempah-rempah dan bumbu masakan populer di

Indonesia

Banyak sekali

jenis

masakan yang menggunakan bawang

putih

sebagai penyedap.

Bawang putih

juga

mempunyai

nilai gizi

yang

tinggi,

dan dapat pula digunakan sebagai obat berbagai penyakit seperti menurunkan tekanan darah

tinggi,

bekas

gigitan

serangga dan

larn-lain

(Sunarjono,1977; Rismunandar,

1986).

Di

satu

pihak,

tanaman bawang

putih

sangat dipentingkan,

tetapi

dilain

pihak,

produksinya

belum mencukupi

kebutuhan

dalam

negen (Anonimous,

1984).

Seperti uraian

di

atas, dengan besarnya manfaat baw'ang

putih,

sehingga

diperlukan

usaha peningkatan

hesil

tanaman ba-wang

putih

ir'i,

untuk

rnemenutri kebutuhan

penCuduk

hdonesia.

Sampai sekarang Indonesia belt-rm mampu memenuhi kebutuhan sendin

akan bawang

putih,

sehingga masih

perlu

mendatangkan

dari luar

negen (Sunarjono,l977;

Rismunandar, 1 986; Santoso, I 988)

Bawang

putih

merupakan tanaman

yang

sangat populer

di

kalangan petani

di daerah sepertr: Brebes, Batu, Simalungun,

Bali,

Lomook, dan Sumbawa

di

manakeduaJcnls tanaman tersebut sebagai sumber tambahan pengha.silan

bagi petani

(Rismunandar, 1975,

Hukum,

1987).

Produksi bawang

putih belum

dapat mengimbangi peningkatan komsumsi, maka

untuk

memenuhi kebutuhan dalam negeri, dewasa

ini

pemerintah

perlu

menggalaxkan

usaha penanaman bawaug

putih

secara besar-besaran dan intensif, sehingga tekad pemerintah

untuk

berswasembada bawang

putih

dapat tercapai,

di

lain pihak

dapat Juga meningkatkan

pendapatan petani

(Hukum, 1987).

Secara nasional produksi bawang

putih di

lndonesia masih rendah,

yaitu

sekitar

tiga

ton

kering

panen

per

hektar,

jika

dibandingkan dengan produksi

negara

lain

seperti

Republik

Rakaat

Cina yang telah

mencapai rata-rata

13 ton per

hektar

(Hukum,

1987)

Dari

beberapa

hasil

penelitian

yang dilakukan

temyata potensi tanaman

bawang

putih

di

Indonesia cukup

tinggi,

seperti hasil penelitian Kusumo (1984)

di

Lembaga

Penelitran Tanarnan Pangan

Jawa

Timur yang

menggunakan varietas

Lumbu

Hilau
(8)

walaupun

keperluan modal untuk berbudidaya bawang putih relatip

tinggi (Liptan'

1988

dan Santoso,

rggg). Meskipun

demikian, pemenuhan komsumsi bawang

putih

dalam negeri masih berum dapat-inencukupi, sehingga masih harus mendatangkan bawang

putih dari

luar

utuk mencukupi kebutuhan akan bawang putih

(Lamin4

1989)'

Usaha-usahauntukmemenuhikebutuhanakanbawangputih;sekarangtelatr

banyak dilakukan peneritian

penanaman

bawang

putih

di

dataran rendah seperti

yang dilakukan oleh Rar

(lggg);

Utami dan Sarjana (2001); Agung dan Tenaya

(2001)'

Penanaman bawang putih

di

dataran rendah sebaiknya

dilakukan

padasaat suhu relatif rendah antarazoo

c

sampal dengann 22'

c

dan

hujan telah berakhir,

€ar

supaya keberhasilannya pembentukan umbi dapat

diharapkan. umumny4

petani menanam bawang

putih di

dataran rendah sekitar

bulan Mei-Juli

dan

dipanen sekitar

September- Nopember (Lopulalan

dkk'

1985;

Santoso,1988;

Wibowo,l988;

Rai.

1998).

Penanaman bawang

putih

di

dataran rendah di

daerah Bari umumnya dirakukan seterah penanaman padi tanpa olah tanah

(Rai,

1998)'

Jenis

bawa'g putih

dapat

tumbuh denga' baik

pada ketinggian 700

m

sampai dengan

1.100 rneter

di

atas permukaan

laut,

sehingga mernberikan

hasil yang baik pula'

Sebagai contoh

dari

beberapa

hasil penelitian

menunlukkan

hasii

antara 12

ton

sampal

30

ton

per hektar umbi kering

(Azirin, l9g4

dan

Alliudin,

I 976). Sedangkan, hasil bawang putih ditingkat

petani pada umumnya baru mencapal lirna sanpai enam ton per hektar, bahkan ada yang lebih

rendah [agi.

lndon:sia

kalau

dilihat

dar; segi penyediaan lahar^ can kondisi agronomis' mem'rngkin

untuk

dapat berswasembada bawang

p,rtih

sangat

besar.

usaha-usaha yang telah dilakukan bert,rmpu melalui pendekatan intensrfikasi dan ekstenfikasi (Santoso,

1988)' oleh

karena

itu'

daiarar. iendair rnerupekarr saleh saru

dari sckiar

bariyal: aiternet;f

untuk

pcngerrbangan ilan

meningkatkan hasil bawang

putih.

Jenis baw-ang

putih

dataran rendah

cocok

ditanam pada

ketinggian 200

m

sampai

250

m

dari

permukaan raut

(santoso,

1988).

Namun

demikian

bawang

putih

dapat Juga dibudidayakan

di

,Jaerah dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 200 m ya}<ni antara enam meter sapai dengan 200 m dari permukaan laut, dengan produksi

kira_kira

delapan

ton umbi kering per helcar (Liptan,

l

ggg).

Berdasarkan hasrl wawancara

dengan beberapa petani

di

desa. Sono Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul yang

terletak diprnggir pantai dengan ketinggian

6

m dari permukaan laut, tingkat produksinya baru

nrencapai dua ton sampat enarn torr rrrnbi kering per hektar.

Untuk

memenuhi kebutuhan

alian

bawang

putih,

sekarang

telah

banyak

ciilakukan penanar-nan barvang

putih

di

dataran

rendah' Umumny4

petani menanalrl ban'ang
(9)

dataran rendah

di

daerah

Bali

umumnya dilakukan setelah penanaman padi tanpa olah tanah

(Rai, 1998).

Dengan ditemukan varietas bawang

putih

asli dari indonesia yang dapat tumbuh dan berhasil dengan bark

di

dataran rendah,

yang

berasal dari Gunung

Kidul

(Magelang) yang sekarang telah dikenal dengan n€una

"Lumbu putih"

(Kuncoro,l989)

Selarlutnya

dijelaskan

bahwa varietas

Lumbu putih

dapat

tumbuh dari

ketinggian sampai ketinggian 200

m

di

atas

permukaan laut pada musim kemarau

(Mei

sampai dengan Oktober), dengan potensi hasil 70 g

per tanaman atau enarn ton per

hektar.

Dengan demikian memungkinkan penanurman bawang

putih

secara meluas dan peningkatan produksi bawang putih di Indonesia.

TUJUAN

Berdasarkan pada beberapa permasalahan

yang telah

diungkapkan tersebut, maka

penyajian paper

ini

bertujuan untuk :

1.2.1

Mencari informasi tentang

berb4ar

kendala yang dihadapi petani guna meningkatkan hasil bawang putih

di

daerah dataran rendah,

1.2.2

Mengkaji

secara pendekatan pustaha tentang kendala-kendala yang dihadapi dalam

.

budidaya tanaman bawang putih dataran rendah.
(10)

II

PENDEKATAN

MASALAH

DAN PEMBAHASANNYA

2.1

Ekologi Tanaman

Bawang

Putih

Tanaman bawang

putih

adalah tanaman sayuran

yang

mempunyai

nilar

komersial

cukup

tinggi

dan umumnya diusahakan pada lahan kering

(Kusumo,

1984; Hadiningrat, 1988. Rar, 1998).

Untuk

memperoleh pertumbuhan dan hasil yang memuaskan dari tanaman bawang

putih dituntut

satu hal

yaitu

ketinggian tempat yang mempunyai hubungan erat dengan suhu

udara

(Wibowo,

1988). Berdasarkan hasil survei yang

dilakukan oleh Bank

lndonesia tahun

1984 disimpulkan bahwa semakin

tinggi

suatu daerah

dari

permukaan

laut,

semakin

menguntungkan bagi penanaman bawang putih (Santoso, 1988). Hal

ini

dapat disebabkan oleh

beberapa hal yaitu:

l.

Produksinya

relatif tinggi,

karena didaerah dataran

tinggi (1.700

m

sampai 2000

m

dan permukaan laut) selain suhunya rendah dan udaranya

kering,

seran,san hama dan penyakit

relatif kecil dibandingkan dengan penanaman di dataran rendah.

2.

Di

daerah dataran

tinggi,

konversi atau rendemen bawang

putih kenng

dari bawang putih

basah lebih

tinggi

dari pada yang ciiperoleh dari daerah dataran

rendah.

Pada ketinggiar

,

tempat antara 1.700

m

sampai

2.000

m

dari

permukaan

laut

rendemen basah menjadi

kering

dapat mencapai 40o/o

smpai

45o/o, sedangkan

di

daerah dararan rendah bsrkisar

antara 30% sampar 4Aoh.

3

Bawang putih kering yang berasal dari penamanan

di

daerah datarar,

tinggi

inemihki mutu yang lebih baik, aromanya lebih keras dan umbinya

lebih

padat, sehingga harganya relatip lebih tinggi.

4

Di

daerah dataran

tinggi

bawang

putih

dapat ditanam dua

kali

setahun, yaitu pada awal

musim hulan

Nopember sampai Desember cian

akhir musim hujan Maret

sampai Mei.

dengan hasil per hektar yang bark.

5.

Penanaman bawang

putih

dr dataran rendah biasanya dilakukan hanva pada

akhir

musim hulan Maret sampai Mei yaitu sekali penanaman dalam setahun (Rat, 1998).

Tanaman bawang

putih

berbentuk seperti rumput dengan

tinggi

sekitar 30 cm salnpar 60 cm,

memiliki

perakaran yang terbatas, daunnya paruang,

kecil, pipitu

dan

tidak

berluban_e.

Tunas-tunas batangnya berubah menladi

siung

kecil.

Siung-siung tersebut terbungkus oleh

lapisan kuat yang terbentuk dari kelopak daun sehingga membentuk umbr yang besar (Louis.

te52)

Selama

periode

pertumbuhan

dan

perkembangan, tanaman barvang

putih

melalur

beberapa fase (Edmond el

al.,

1957) sebagar berikut:

1.

Fase dari bibiVumbi sampar tumbuh keluar permukaan

2.

Fase dar-i saat muncul

di

perrnukaastanah sampai pembentukan urnbi

3.

Fase pembentukan umbi
(11)

Setiap

jenis

tanaman untuk dapat mempertahankan pertumbuhan dan memberikan hasil

yang

baik

memerlukan ekosistem tertentu. Faktor-falCor lingkungan utama yang menentukan nertrrmhrrhan tsnarnano.bawang

puth

tersebut

antara larn tanah,

iklim,

ketinggian

tempat,

yvr tsrrrvsrrwr

kelembaben lingkungan atau adanya arr perairan (Rismunandar,

l98b).

2.L.1

Tanah

Tanaman bawang putih tumbuh dan memberikan hasil yang baik pada tanah yang subur,

gembur,

dan banyak

mengandung bahan

organik.

Jenis

tanah

yang dikehendaki

adalah regosol, latosol, dan aluvial,

dorgan

struktur tanah lempung berpasir atau lempung berdebu.

Kemasaman tanah berkisar antara agak mesarn atau dengan

pH

5,5 sampar netral atau dengan

pH7

(Santoso, 1988;

Liptan,

1988).

2.1.2

lklim

Bawang

putih

dataran

tinggi

memerlukan suhrr yang

paling bark

antara

20"

C sar^rpai

25" C.

dengan curah

hujan l.200mm

sampai 2.400 mrn per

tahrrn.

iika

suhtr te;lalu

panas, menyebabkan lembaga

tidak

dapat

tumbuh.

Sebalikny4

apabila suhu

terlalu dingin

berada

di

bawah 15"

C

menyebabkan perkembangan lembaga terhambat

dan

pertumbuhan daun

juga

akan terlambat (Rismunandar,

1986).

Nientrrut I-amina (1989) kisaran suhu urrtuk

bawang

putih

adalah

15"

C

sampai

26"

C

dan suhu

cptimalnya2}"

C.

Seda-ngkan, untuk bawang

putih

yang ditanam

di

dataran rendah suhu yang dikehendaki berkrsar antara

27"

C sampai

30"

C

(Santoso,

1988).

Selarn

itu,

bawang

putih

juga

menghendaki penyinaran

matahari

yang cukup

dan berawan cerah, karena bawang

putih tidak

tal^an terhadap curah

hu1an yang

tinggi

(Santoso, 1988 dan Rismunandar, 1986).

2.1..3

Ketinggiantempat

Tanaman

bawang

putih

dapat

tumbuh

baik

pada ketinggian antara 700

m

sampar

1.100

m di

atas permukaan

laut,

sedangkan

untuk

bawang

putih

yang ditanaman

di dataran rendah cocok ditanam pada ketin-egian 200

m

sampai 250

m

di

atas permukaan laut (Santoso, 1988; Kusumo,

1984).

Akan tetapi, pada kenyataannya bawang

putih

dapat ditanam
(12)

2.1.4

Air

atau

Pengairan

pada

masa pertumbuhan

daun,

bawang

putih

sebagai penghasil

umbi yang

banyak mengandung air, mernerlukan persedian air ),ang

cukup.

Persediaan air dipakai untuk menJ€a

kelembaban tanah sangat dibutuhkan, khususnya untuk bawang putrh yang ditanam pada akhir musim

hujar,.

Adapun keperluan air yang harus tersedia tergantung pada

jenis

tanah,

jumlah

pupuk kandang,

dan

adanya

curah hujan

saat penanam

(Liptan,

1988; Santoso,

1988)' pemberian

arr

disesuaikan dengan

umur

tanaman bawang

putih.

Pada

awal

pertumbuhan

memerlukan

air

yang banyak, tetapi pada fase

pertumbuhan

akhir

atau fase

generatip

yaitu

pada pembentukkan

umbi

sudah

tidak

memerlukan

air

pengairan yang

terlalu

banyak (Santoso, 1988;

Lamin4

1989).

Mengairi tanaman pada pertanaman bawang putih dapat dilaksanakan dengan cara dileb,

setelah

pupuk

susulan

diberikan (Lamin4

1989).

Selain

itu

dapat

jugu dilakukan

dengan

menyiram setiap bedengan,

caraini

lebih bark karena selarn membasahi permukaan bedengan

sekaligus mempercepat pelarutan

pupuk

masuknya

pupuk ke

dalam tanah, sehingga dapat lebih cepat cliserap akar tanaman tanaman (Santoso, 1988,

Wibowo,

1988)'

Z.Z

Budidaya

Penanaman Bawang

Putih di

Daerah

Dataran

Rendah

Dipanclang

dari

segi ekonomi, r,leskipun modal budiCaya barvang

putih relatif

tinggi, hasil panen

p3r

hektar dapat mencapai lutaan

rupiah. Tidak

mengherankan apabila bawang

putih

dikategotikar,

kornoditi

primariona rnasa

kini

arau "emas

putih".

Akan tetapi

sampai

sekarang lndonesia

belum

dapat mencukupi kebutuhan akan bawang

putih untuk

konsumsi

sendiri,

sehingga masrh harus mengimpor ('Santoso,

1988)

Oleh

karena

itu,

dala,n rangka

keb4aksanaan menghemat cievrsa cia,r mengembar,gkar:

prcouksi

balvar,g

p.rrih,

perneriniah

bermaksud membatasi

impor

bawang

putih

secara

bertahap.

Dengan

demikian,

diharapkan gairah petani untuk menanarn bawang putih akan meningkat (Kusumo, 1984)

Menghadapi masalah tersebut telah dilaksanakan peningkatan budidaya bawang

putih

di

daerah-daerah

potensial

(Santoso,

1988), dan

luga

telah mulai dilakukan penelitian

dan

pengembangan bawang

putih di

daerah dataran rendah, khususnya pada daerah dengan sistem

pertanaman

padi

guna

untuk

meningkatkan pendapatan petani

(Asandhi dan

Sastrosiswojo, 1988;

Liptan,

1988; Rai 1988; Utami dan Sarjan4 2001; Agung dan Tenayq2001)'

Upaya

penanaman

bawang

putih

di

datarur rendah

mulai terlihat

hasilnya

yaitu dengzur

mulai

bekembangnya budidaya bawang

putih

dibeberapa daerah dataran rendah dr

Jawa dan dan

Bali

memberikan

hasil

.vang

bark, walaupun masih banyak

keldala

ymg

(13)

Sebagai

contoh

di

daerah Kabupaten

Bantul

Daerah

Istimewa Joglakart4

budidaya

bawang

putih

semakin

berkembang

dan

hasilnyapun semakin

meningkat

seperti

yang

ditunjukkan pada Tabel

l.

Tabel

l.

Perkembangan luas areal dan produksi bawang

putih di

daerah

Kabupaten Bantul Daerahlsti mewa J og1 akarta.

Tahun Luas areal (ha) Hasil

(T/Ha)

Produksi

(T)

I

lesl

I

0,002

2,00

0,004

I

1982

I

I

0,008

2,87

0,023

i

re83 0,050

2.80

0,140

i

re84 0,400

7.00

2,800

1985 4,000

5,50

22,000

1986 r987

:

rt88

-I

r

q8q-!eeo

-f-

leet

18,000

e2260

-

486p00

559.000

+s,ooo

50p00

6,00

108,000

5

4,00

1 944,000

'r,02

-

]|:^2glso

-4.52

203,400

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Bantul. Daerah Istimcna Jogjakarta

DariTabel

l

tersebutdiatas,terlihatbahwamulaidantahun

1981 sampaitahun 1988 luas daerah penanzu:lan dan hasilnya

meningkat

Akan tetapi pada

tahun

1989 luas arealnya

meningkat, sedangakan l^asilnya menurun dengan drastis yaitu

2,02 ton per

hektar dan pada tahun 1990 luas areal penanamannya sangat menurun. Berdasarkan data tersebut

di

atas terlihat dengan jelas bahwa banyak kendala yang dihadapi untuk meningkatkan hasil bawang

putih

di daerah dataran rendah.

Berbagar kendala

yang dihadapi dalam

usaha mengembangkan budidaya tanaman

bawang

putih

di

daerah dataran rendah mencangkup bebagai aspek seperti agronomis, sosial, [image:13.595.136.519.169.407.2]
(14)

2.2.1

Aspek agronomis

Pada umumnya bawang

putih

dapat

tumbuh

secara baik dan dapat memberikan hasil yang baik pula pada

ketilggian

700 meter samapi

lebih dari

I .100 meter dari permukaan laut

(Santoso,

1988).

Ketinggian

tempat

dihubungkan

dengan

tingginya suhu udar4

di

mana bawang putih untuk pertumbuhannya menghendaki suhu antara 20" C sampai 25" C.

Menurut

Arifin

(1989)

ketinggian

suatu daerah mengakibatkan teqadinya perubahan suhu, setiap perubahan

ketinggian

100

m

dari

permukaan

laut

suhu udara akan mengalami penurunan sebesar

0,61"

C.

Apabila

suhu rata-rata

di

daerah pantar

28,2" C (BPS,

l98l),

maka untuk mencapai suhu udara 25"C, harus

dicari

ternpat lebih dari 500 m dari permukaan

laut

Pada suhu

di

atas25" C pertumbuhannya terhambat dan pada suhu 27" C umbi tidak mau

tumbuh.

Bila

suhu

berada

dibawah

l5o C,

pertumbuhan tanaman

bawang

putih

akan

terhambat

(Kuo

Fu Chang

(---);

Rismunandar, 1986).

Suatu hal yang sangat mencolok adalah penanetman bawang putih

di

daerah Kabupaten

Bantul, Daerah Istimewa Jogjakarta dengan alarn pertanian dalaran rendah, dengan ketinggian

0

m

sampar

400

m

clari permukaan

laut, yang

pada umutnnya

tidak

coook

untuk

menanarn

bawang

putih

berdasarkan uraian

di

atas.

Akan

tetapi, pada kenyataannya tanaman bawang

putih

suciah banyak dibudidayakan

di

daerah bantul, bahkan pada daerah pantai seperti Cesa

Sono Parangtritis yang

menriliki ketinggiar

enarn meter dari pemrukaan merupakan salair satu sentra budidaya bawang putih dataran rendah

Budidaya bawang

putih

dataran rendah

di

Kabupaten Bantul, Daerah

Istimewa Jogakarta

ini

memungkinkan dengan adanya varietas Lumbu

Putih

yang merupakan varietas

yang sangat cocok ditanam didataran

rendah

Adapun varietas l,umbu Putih adalah merupakan varietas

lokal

Suren (nama salah satu

bulak

di

desa Logandeng, Playen,

Gunungkidul)

yang berdasarkan

Surat Keputusn Menteri

Pertanian

Nomor:

27311<PTS/T.P.2001411988, diberi narna varietas

Lumbu Putih

(LIPTAN,

1988).

Bawang putih

varietas

Lumbu

Putih

atau varietas Suren

memiliki ciri-ciri

seperti yang diurarkan pada Tabel 2.

Di

Daerah Bali terutama disekitar kota Denpasar, khusussnya

di

daerah Sanur, Renon,

dan

Sidakarya, petaninya

telah

biasa menanarn bawang

putih

di

dataran rendah

pada ketingggian

8 m

sampai 15

m

di

atas permukaan

laut.

Varietas yang ditanam sering ciisebut

varietas

lokal

Sanur atau varietas

lokal

Renon, yang

ciri-cirinya

hampi

mirip

dengan Lumbu
(15)

No

Karakteristik

Ciri-ciri

I lJmuptanalnan panen 90 hari sampai I 14 hari

2

Tinggi

tanaman 52 cm sampar 65 cm

a

J Diameter batang 1,25 cm sampai 1,50 cm

4 Bentuk daun silindris

pipih,

dengan panjang 35cm sampar

43 c m, lebar 1,3cm samPai 1,5 cm

5 Kemampuan berbunga tidak dapat berbunga

Banyak daun Shelai sampai

t

helai

7 Besar umbi diameter 3 cm sampai 5,6 cm, panJang 2,5cm sampai 4,0 cm

17 buah sampai2T buah

8 Jumlah Siung

9 Berat umbi 5E,55g sampal /U,EJ g

l0

Berat siung

l,79 sanpa

3,6 g

ll

Produksi Ston sampar8 ton umbt kenng per hektar

Tabel

2

Sifat dan

ciri-ciri

bawang putih varietas Lumbu Putih (Sumber

Liptan,

1988).

Menurut

Kuo

Fu Chang

(---)

varietas

Lumbu

Putih tergolong jenis yang telah melalui penanaman dan penyesuaiarr selanra $slgrapa tahun atau adaptasinya sudah mantap, sehingga

telah

menjadi tanarran bawang

putih

bersifat tahan panas.

Oleh

karenany4 selama muslm

kema'au diwaktu curah hujan

ber-kurang Cengan

iklir^r uJara yang kering dan

kuiang

berkabut, dapat

ditanamn

dan

menghasilkan

bawang putih, terlebih

pada keadaan

iklim

daerah pantai, lebih mudah untuk memperoleh trasil )'ang tinggi.

Scdangkal,

rlttrurllt

Santoso (1988)

crri-ciri

warietas be.vang putih Suren atarr va-riela. [image:15.595.121.533.96.364.2]
(16)

No Karakteristikr

Ciri-ciri

I

l

ptmen 85

hari

i

I

I

umur

tzlnaman

z Tinggi tanaman 40cm sampai 50 cm

a

J Bentuk daun aeak bulat

4 Warna daun hUau kekuningan

5 Helai daun tebak bulat. kecil

6 Pangkal helar daun putih

7 Wama

kulit

putih bersih

8

|

Bentuk umbi

I

----

n

t-i

Jumlah siung per umbi

lebih

kecil

dari

bau'ang

putih

dataran

tinggi

17 siung sampai

l8

srung

Tabel

3

Sifat dan

ciri-ciri

bawang putih varietas Lumbu Putih (Santoso, 1988)

6 ton -7,5 ton umbi basah per hektar

Keterangan

baik untuk

daerah dengan ketinggian

200

;

m sampai 250 meter dari permukaan

laut

,

U;rtuk

dapat

tun.buh

da.r mcmberikan

hasil

1'ang

bark

barvang

putiir

I'arietas Lurnbu Putih memerlukan teknik bididaya" seperii diuraikan di bawah ini.

I

Tenah tlan

iklim.

Bawang

putih

va;-ietas

l-umbu

Putih dapat tumbuh dengan

baik

pacia

ketinggian antara

6

m

samp

u

200

m dari

permukaan laut, tanah lempung berpzsir dan gembur, kemasaman

pH

5 sampai

pH

5-7, curah hu.ian 100 mm sampar 200 mm perbulan

dan suhu 15"

C

sampai26"

C

Jadi

tidak

pada semua

lenis

tanah tanaman bawang putih

dapat tumbuh dan memberikan hasil yang baik, tetapi menghendakr tanah

liat

atau tanah berpasir

yang

subur dengan saluran

air

yang

baik.

Pada tanah yan-s

terlalu

pasir, umbi bau'ang

putih

lebih cepat masak, selaput

kulit

luar agak

tipis,

siung-siung bawang mudah

terlepas.

Pada tanah yang terlampau

liat,

pertumbuhan akarnya

kurang

sempurn4 dan

mempengaruhi membesarnya

umbi (Kuo

Fu-Chang,

---).

Reaksi tanah

paling

bark pada tanah

yang sedikit

bersifat asam.

Jika

tanah terlampau €tsaln,

bagian pangkal

akarnva

membesar, sehingga akarnya

tidak

dapat tumbuh berkembang dan batang/daunn)'a tidak

umbuh.

Apabila tanah terlampau basah, bagizur akarnya tumbuh kurang sempurna. [image:16.595.121.530.88.393.2]
(17)

3.

Saat

tanam.

Pada musim kemarau antara

bulan

Mei

sampai

Juni, tetapi

dapat luga

diusahakan

diluar musim

dengan perawatan

yang intensif

(Liptan,

1988).

Menurut

Kuo

Fu Chang

(--)

penanamum <iiiakukan pada musim kemarau antara bulan lvfei sampar Juni karena pada saat

itu

suhu udara sudah menjadi

sejuk.

Penanaman yallg terlalu awal,

karena

suhu yang

tinggi

pada

awal

pertumbuhan kecambah

lebih

lambat dan

tidak serempak. Dan sebaliknya

jika

penanaman terlambat, maka pada saat akhir pertumbuhan sudah mular turun

hujan.

Hal

ini

akan mengakibatkan batang-batang daun cepat layu dan mati, sebelum umbi bawang cukup besar dan masak sehingga mengurangi hasil panen.

Bibit.

Bibit

merupakan salah

satu faktor yang

menentukan keberhasilan budidaya

bawang

putih

(Santoso, 1988). Mengadakan persediaan

bibit yang terpilih

kualitasny4

adalah tindakan yang lebih baik dari pada pembeli dari luar (Risrnunandar,

1986).

Akan

tetapi, petani

sering kurang memperhatikan

hal

ini

yaitu

dengan

menjual

seluruh hasil

penennya apabila terdesak dan mengharapkan dapat memperoleh

bibit dari

petani yang

lain.

Selain

itu,

petani

juga

sering menggunakan

bibit

atau siung yang

tidak

seragarrL

dengan anggapan untuk merrghemat

bibit

karena kebutuhan

bibit

yang banyak dan tidak

berpangaruh terhadap pertumbuhan dan hasilnya karena dapat diatasi dengan mengatur

jatak tanam.

Jaral< tanam yang dipergunakan

adlait

12 cm

x

12

cm untuk

siung besar,

l0

cm

xlO

cm

untuk siung

y?uig sedang,

dan

8

cm

x

8

cm

untuk

siung

kecil.

Menurut Rismunandar (1986) langan menanam

bibit

dengan ukuran

di

bawah 3 g, karena

mudah

membusuk

dan

pertumbuhannya

tidak

normal (Santoso,

1988)

Sedangkan,

menurut

Kuo

Frr Chang

(---)

umbi bawang putih yang baik untuk

bibit

adalah umbi yang

besar, kalena kemungkinan umbr mengiCap

virus lebih kecil,

dan benih dari

umbi

besar

bakal tumbuh

tanaman

lebih

sehat

dan sempurna. Siung

besar

kalau ditanam

akan t'rmbuir lebih cepat, batang tariaman

kokoh

dan sehat, serta membentuk umbi leoih besar.

Perr,isahan

siung

besar

dan

kecil

dengan

menggunakan

jarak

tanam yang

berbeda

bertuluan

untuk

memperrnudah perawatan tanaman

oi

lahan.

Selanjutnya"

bibit

dapal

langsung ditanam, dan empat hari sampai lima hari kemt'dian sudah nampak tunas-tunas

baru.

Bawang putih yang baru dipanen, dengan hati-hati kulitnya dikupas hingga tinggal

dagingnya

saja.

Bawang

putih yang

sudah

dikupas

tersebut

dit:mpatkan

pada rigen

(tempat ya.ng

dibuat

dari

anyaman

bambu), dan ditaruh ditempat yang terbuk4

agar

terkena sinar

matahari

dan

hulan.

Karena

pengaruh

alam, akan terjadi

perubahan-perubahan, terutama

terlihat

pada

warna umbi yaitu

dari putih

ke

kuning-kuningan menjadi

kehijau-hgauan

Waktu yang dibutuhkan kurang

lebih 40

hari,

terhitung

mulai

dari

pengupasan

kulit

sampai

terjadinya

w€una

kehijau-hrjauan

Sesudah

itu

bibit

langsung dapat ditanam.

Bibit

bawang putih yang telah disimpan 6 bulan sampai delapan

bulan, kemudian

dipipil

dan direndam air selama I S

jam (Liptan,

1988).

Pemupukan.

Bawang

putih

menghendaki banyak bahan organik, selain

pupuk

organik. Bahan organik dapat berasal dan pupuk kanciang atau kompos

(Liptan,l988).

Kebutuhan

pupuk per hektar dan jadwal pemupukan seperti terlihat pada Tabel 4

4.

(18)

Tabel

4.

Dosis pupuk dan

jadwal

pemupukan Pupuk Kebutuhan

bibit

:

per

hektar(kg)

i

Jadwal pemupukan

-'.-_

Susulanl

i

SusulanII

15

hr) i

i:o

nr;

Susulan

III

(a5 hr)

50

400

25

200

250

!

t25

20

o0o i

zo ooo

I

Kompos

Z.A

TSP

200

300

Kanda:rg

I

Kompos

5'

Hama dan penyakit.

l'anaman bawang putih cii dataran

tinggi

relatip lebih aman dari

serangan harna liarena hama tidak tahan hidup didaerah yang

beriklim dingin(

Santoso,

lggg)

Hama yang banyak

menyerang tanaman

bawang putih

dataran

rendah

adata^h

kutu

daun

(

lhrips

tabacr)

Scderglien, peni'akit yang meir)'eiang uukup barryak sepcrii. penyakir !.rrus

(I"irus

desease), penyakit bercak hitam (Purpte bloreh), penyakit busuk

lunak

(sofi

rot),

dan

penyakit karat daun (rust), dan lain-lainnya

(Kuo

Fu chang,

---).

Dengan melihat banyaknya

hama

dan penyakit yang

menyerang tanaman

bawang putih

tersebut

perlu

ditanggulangi

dengan intektisida

dan

fungisida

yang

direkomendasikan

kurang handal;

sehingga

mengakibatkan kualitas dan kuantitas bawang putih menurun (Hadiningrat,

lggq).

[image:18.595.122.532.86.409.2]
(19)

2.2.2

Aspek sosial

Teknologi

budidaya bawang

putih yang

padat

modal dan

padat

katya

memerlukan proses yzulg rntensip dan terus menerus. Oleh kerena

itu,

didalam upaya meningkatkan hasil bawang putih ditemukan berbagai kendala sosial antara

lain

:

a.

Pada umumnya

petani

adalah

petani padi dan palawij4

sehingga pengetahuan teknis budidaya bawang

putih

khususnya masih sangat kurang. Mereka

telah

bertahun-tahun

menanarn

padi dan palawija

secara

tradisional dan

turun-menurun.

Dari

pengalaman pelaksanaan Supra

lnsus melalui

10

teknologi

terapan setelah dievaluasi

baru

mzrmpu

menyerap maksimal 50% (Hadiningrat, 1989). Apalagi teknologi budidaya bawang putih

yang memerlukan perhdian dan penanganan lebih

banyak-b.

Budidaya bawang

putih

sangat bergantung kepada

musim,

sehingga memaksa petani

untuk

menanam seca.ra serempak antara bulan

Mei

dan

Juni. Hal

ini

berakibat produksi berlebih pada musim p&rr€n ray4 sehingga fluktuasi harga sangat mencolok.

Bagi

petani sangat

sulit untuk

dapat menunda penjualan panen bawang

putihnya

menunggu hat:ga

yang layak, karena kebutuhan petani dari hasrl sawah tersebut sangat mendesak.

c.

Penanggulangan hama

dan penyakit

pada tanaman bawang

putih

sangat memerlukan penanganan yang cepat dan tepat, agar tidak terjaCr kerugian yang besar. Oleh ka.rena itu

perlu ditingkatkan

profesionalisnre petugas penl'ulrrh pertanian khususnya pengetahuan mengenai budidaya bawang putih dataran rerrdah.

2.2.3

Aspek ekononri

Apabila diamati

perkembangan harga kebutuhan

pokok

masyarakat, maka fluktuasi harga sayur-sayJran sangat

tajam.

Hal

ini

berada

diluar

batas kemampuan petani, karena rrrenyangkut perdagangan atau pengusanE ba"k Oitingkat regionai maupurr oittrrgkat nasrotrai

(Hadiningrat,

1989). Oleh karena

itu

diperlukan

teknik

pem€Naran yang bark,

untuk ditingkat

petani, yang dapat dilaksanakan dengan membentuk Koperasi

Unit

Desa dan larn sebagarnya. Faktor

lain

yang menyebabkan petani enggan mengusahakan bawang

putih

walaupun

agroklimat dan harga memungkinkan,

adalah keterbatasan

modal (Santoso,

1988).

Hal

inidisebabkan, bahwa petani Indonesia sebagian besar adalah petani

kecil

dan subsisten. Guna mengatasi

hal

tersebut dapat

dilakukan

dengan cara memberikan

kredit

kepada

petani

dan

penyebaran informasi yatrg benar serta dilengkapi dengan petunjuk teknis pra dan pasca panen bawang

putih.

Dengan

demikian,

kemungkinan cara

ini

dapat mendoron,e

dan

merangsang petani berusaha dalam penanaman bawang putih (Hadiningrat, 1989; Santoso. 1988)
(20)

III

KESIMPULAN

DAN

SARAN

3.1

KesimPulan

Dari

aPa Yang telah

diurarkarrdarrdrbahasdiatas,dapatdrambilkesimpulansebagat

dataran

tinggi,

nalnun

daerah dataran rendah berikut

I

Tanaman bawang

putih

produksinya

relatip lebih tinggi

di

daerah

demikran. tanaman

bawang

putih

dapat

luga

dibudidayakan di

tergantung pada varietas yang diusahakan'

2.

Untuk

membudidayakan tanaman bawang

putih

di

daerah c,ataran rendah,

sekarang telah

didapatkan varietas yang sesuai adalah vanetas Lumbu

putih

atau varietas

Lokal

Suren dan

varietaslokal Sanur atau varietas lokas Renon' yang merupakan varietas

lokal

yang telah

beradaptasr dan teru.,i serta mempunyar srfat tahan terhadap

ikrim di

daerah dataran rendah

yang relatif berikhm Panas

3

tjntuk

dapat mengembangkan dan meningkatkan hasil budidaya bawang

putih di

dataran

rendah terdapat banyak kendar4

baik

a-spek agronomis, sosiar

dan

ekonomis

Maka dari

itu dierlukan penelitian dalam penrbudidayaannya^

3.2

Saran

AgardapatdiketahuiSecaialebihtepa..,terutamadalampenrngkatanhasilbawang

p.,tih ciataran rendah

perlu

sekalr dilakuka-r penelrtian yutg

l:bih

mendalam guna pcmecahan kendala-kendala yang drhadapi, khususnya darr aspek agronomis sepertt

.

i.

Pengka;ran terhadap besar siung yang kartannya dengan penumbuhan dan hasil bawang

Putrh

2

pengkairan

teknik

untuk

mendapatkan

bibit

rebih

cepat daram hubungannya dengan

pertumbuhan dan hasrl'

(21)

DAFTAR

PTJSTAKA

Agung,

ID

G

d

populasr

o'*

l'v

N

Tenaya

20ol

'

Rancangan kipas (Fan design)dalam mempelalari Faku r ta s

."t#'T ri;yfriJ

ii

j:#

jfr

;""

d;-'

*., i

pen er i ti

an

il,;"

M

u d a

Alliudin.

te76.

Malang

,o ltn*utran

pada Bawang

Putih

cabang

Lembaga peneritian

Hortikultura

Anfin'

Iggg'

Dasar-dasar

Klimatorogi

pertanian

Fakurtas pertanian

LINIBRAW

I 14 h

,1.

Sasrrosiswojo.

l

ggg

Research

Workshop

on

6ollaboratl.,r"

Vl!"t"Of.

pp

95-104

T

V*egetable

in

Indonesia. nesearch

in

Southeast

Asia.

Azirin,

O

1_

yg,O

.Beberapa

ffusil

penelitii

Ekspos

reknorogi

sr*u'e

daram

r;il";1*ili,iT:1*Hi*"fl:trr#ril,x;*

frH*

rungu;-nu'ut

penelitian

J;

r"ng".;*#

no,rturtu.u

pasar

Minggu_ Edmon' Mus;er and Andrews

.1957

lrundamen.d, of Horticurture.

A

Text Book

Designed

for

,i:::T;':il:i::

#ffi1ld;ffi:,

ed

M;

il*

Hi,

Book

co,p*y

in"

Hadiningrat'

S

1989

Titik

Berat Pengembangar

Budidaya

,uy:g_

putih

Dataran Rendah di Kabupaten

Banrul

Kan-tor

u"ti

F""*"ffi*"

ru*ang

F"nr.,

KuD

runi

e;tur.

t2

h.

Ktro

Fu

cl'ang'

(---)

cara

Bercocok Tanam Bawang putih

Jenis Tahan panas Lumbu putih

tJ

h

Ktrsumo,

S l9g4

Budidaya Bav,,ang

putih CV

r:**un4

Jakarta.

43 h

Lamina

l9g9

petunyuk

Teknik Budidaya Bawang

putih

gy

SimRle>i, Jakart a. 52 h

t'o'i"f?n.""T:T;"",L

Hffi

?,?ffi.

lt*f#T

n*"no*

vari etas Lumb

u

puti h

Louis'

K'M

'2t'

-'Anatomi

{ f:

Garlic Burb

and Factor

Affecting Burb

Deveropmenr

Rai,

,rJ-',i"

i:::,:;_:,,"riro--i;i*i*,*,"r

e.ili?fr

r,.,,o:n;;.(r;"i ss_2sl

-b-u**g

p:lih

"**;;k

anatomrs

dan

t,"Fl9gis

s€rra

sifa

dsik

dan

hmia

umbi

udayan'a'32.56-62---

'-"'al Sanur

Malalah

rrri,rrrfriu'rt*

p..t-i*

Universitas

Rismunandar

l9g6

Mernbudidayakan

LrmaJenis

Bawang

C

V

SinarBaru Bandung. I

l3

h

Santoso'

H

B

r

ggg

Bawang

putih

penerbit

Kanrsius_yogyakart

a. 64 h.

u'""':lfrA

i

rl-

Liffi

;

":,r

!,fi

i

::

:

r#''

o u han t anarn an

!,awans p u t i h

No.

r

.

26_3

r

.

-*

Lrvr_z+ pada beberapa m€rcarn seresah.

ns?i;;";,,vol

20.

t''"yft*];3?

n

Budidava Bawang

putih,

Ba*,ang Merah, Bawang

Bombay pT

swadaya.

Asandhi,

A.A

and

AVRDC ADB

AVRDC-}ai

pei

Gambar

Tabel l. Perkembangan luas areal dan produksi bawang putih di daerahKabupaten Bantul Daerahlsti mewa J og1 akarta.
Tabel 2 Sifat dan ciri-ciri bawang putih varietas Lumbu Putih (Sumber Liptan, 1988).
Tabel 3 Sifat dan ciri-ciri bawang putih varietas Ciri-ciri Lumbu Putih (Santoso, 1988)
Tabel 4. Dosis pupuk dan jadwal pemupukan

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kualitatif.Menurut Bog dan Taylor data kuantitatif adalahpenelitian yang menghasilkan data deskriptif

pada saat guru memasuki kelas siswa terlihat sangat tertib dan memperhatikan penejalasan guru dengan begitu hasil menulis argumentasi yang diperoleh siswa sangat bagus

(2) Pada maksim penerimaan, tuturan yang disampaikan pewawancara atau siswa kepada narasumber dinilai kurang dapat diterima oleh narasumber. Pertanyaan dalam wawancara

Setelah peneliti penelitian, hasilnya menunjukkan bahwa pada umumnya semua guru Al-Qur’an-Hadis sudah mempersiapkan rancangan pembelajaran sebelum mengajar, namun

konsep ini ini kemudian kemudian dianggap sebagai dianggap sebagai dasar w dasar wujud ujud dari “ruang” dari “ruang” dalam arsitektur. Dalam psikologi ungkapan “ruang”

menjalankan fungsi pengawasan pada pelaku usaha jasa asuransi, bahwa Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melihat pada pelanggaran yang dilakukan oleh Pelaku Usaha Asuransi,

Teori kontrak sosial adalah suatu pandangan yang melihat bahwa kewajiban moral dan politis seseorang bergantung pada suatu kontrak atau perjanjian diantara mereka untuk

Dari sepuluh upaya untuk membina kerukunan hidup umat beragama tersebut, dikuatkan dan dikongkritkan lagi yang diungkapkan oleh Harun Nasution bahwa ada berapa yang