• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menjelaskan beberapa hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, tetapi masih dalam tema yang berkaitan dengan peneliti.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

NO PENELITI JUDUL HASIL PENELITIAN

1. Dyah Ayu

Virgoreta,Ratih Nur Pratiwi,Suwondo (2015)

Implementasi

program keluarga harapan (PKH) dalam meningkatkan kesejahteraan

masyarakat (Studi pada Desa Beji Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriiptif. Subjek dalam penelitian ini yaitu pihak pemerintahan Kecamatan Tamale, para lurah di Kecamatan Tamale,

pendamping PKH

Kecamatan Jenu dan masyarakat yang menjadi sasaran PKH. Teknik analisis data dalam penelitian ini meliputi pengumpulan data, pengumpulan informasi melalui wawancara, dan penarikan kesimpulan.

Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan digulirkanya Program Keluarga Harapan ini telah membuka kesadaran RSTM.

Dalam kondisi sehat anak akan siap memasuki pendidikan. Perbaikan SDM untuk jangka panjang akan memeutus tali kemiskinan.

Dengan pendidikan terjadi

(2)

9

perubahan ke arah perbaikan SDM dan dari data yang didapat oleh peneliti terdahulu terjadi penurunan jumlah peserta PKH di Desa Beji. Terbukti dengan menurunnya jumlah peserta dari 158 pada tahun 2007 dan menurun dari tahun ketahun sampai pada tahun 2014 dengan jumlah 130.

Hal ini membuktikan dengan adanya bantuan PKH setidaknya akan mengurangi angka kemiskinan.

Perbedaan:

Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu ini berfokus pada implementasi PKH dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta dampak dan faktor penghambat dan pendukung dalam kondisi normal sedangkan yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) dalam upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga di masa pandemi covid- 19

2. oleh Eni Ardianti, Rumzi Samin, dan Edison (2017)

implementasi

program keluarga harapan dalam upaya meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat miskin Di Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang

penelitian ini adalah Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan yang bersifat kualitatif.

Subjek dalam penelitian ini yaitu pendamping PKH di keacamatan Bukit Bestari dan peserta RTSM di Kecamatan Bukit Bestari.

Teknik analisi dalam penelitian ini meliputi, reduksi data, penyajian data, penyimpulan data. Ada pun hasil penelitian ini menunjukkan dalam pelaksanaannya Program Keluarga Harapan belum berjalan secara maksimal dan memiliki beberapa cacat dalam

pengimplementasiannya.

Sosialisasi belum dilakukan secara menyeluruh , proses

(3)

10

pengawasan dan

pendmpingan masyarakat belum dilakukan secara optimal karena tidak didukung dengan jumlah pendamping yang memadai.

Perbedaan : Perbedaan :

Penelitian sebelumnya berfokus dan meneliti tentang implementasi program keluarga harapan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin dalam kondisi normal sebelum adanya Covid-19. Yang hasilnya Implementasinya tidak berjalan dengan baik dikarena kurangnya staf pendamping sedangkan penelitian sekarang membahas Implementasi PKH dalam upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga di masa pandemi Covid-19.

3. Yulius Tandi Goa (2016)

Implementasi

program keluarga harapan (PKH) Di Kecamatan

Sesenapadang Kabupaten Mamasa

Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) belum optimal dan banyak kekurangan dari segi pelaksanaaanya.. Terutama terlihat dari komunikasi antar pelaksanamasih kurang, sumberdaya manusia yang masih belum memadai dengan kondisi wilayah dan jumlah peserta Program Keluarga Harapan

di Kecamatan

Sesenapadang, dan sosialisasi kepada masyarakat tentang program Keluarga Harapan belum maksimal sehingga

masyarakat belum

mengetahui sepenuhnya tentang program ini.

Perbedaan:

Penelitian sebelumnya meneliti tentang Implementasi program keluarga harapan (PKH) Di Kecamatan Sesenapadang Kabupaten Mamasa yang dilakukan pada saat kondisi normal sebelum adanya pandemi Covid-19, dalam penelitian ini komunikasi adalah salah satu faktor penghambat dalam implementasi karena pelaksanaanya yang masih belum maksimal sedangkan penelitian sekarang membahas Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) dalam upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga di masa pandemi Covid-19 di Dusun Tadahan Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro, yang mana disposisi adalah

(4)

11

faktor pendorong dalam implementasinya, seperti memiliki SOP yang jelas dan kejelasan dalam pembagian tugas masing-masing .

Sumber: Data diolah 2021.

Hasil dari penelitian ini adalah Hasil dari penelitian diatas,memiliki persamaan dan perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.

Persamaan dua peneliti ini yaitu sama-sama melakukan penelitian tentang Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH),sedangkan perbedaanya :

Berdasarkan ketiga penelitian di atas, menjelaskan bahwa Program Keluarga Harapan harus diwujudkan sehingga program-program yang telah ada bisa terlihat tingkat keberhasilannya. Tetapi di sini peneliti bukan hanya terfokus pada programnya saja melainkan fokus implementasi program keluarga harapan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga di masa pandemi Covid-19.

B. Konsep Implementasi Kebijakan

Konsep implementasi kebijakan dalam buku Nugroho, kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya tidak lebih dan tidak kurang. Serta mengemukakan bahwa perencanaan atau sebuah kebijakan yang baik akan berperan menentukan hasil yang baik (Nugroho, 2003).

Menurut Ripley dan Frankli (Akib, 2010), bahwa untuk mendukung keberhasilan implementasi kebijakan perlu didasarkan pada tiga aspek, yaitu;

tingkat kepatuhan birokrasi terhadap birokrasi di atasnya atau tingkatan birokrasi, sebagaimana diatur dalam undang-undang; adanya kelancaran rutinitas dan tidak adanya masalah; serta pelaksanaan dan dampak (manfaat) yang dikehendaki dari semua program terarah.

(5)

12

Nugroho (2008:503-515) menyatakan bahwa, untuk memahami implementasi sebuah kebijakan, terdapat sembilan model implementasi kebijakan yang dapat dijadikan dasar eori yaiu model Edward, Van Mater dan Van Horn, Mazmania dan Sabatier, Hogwood dan Gunn, Goggin, Grindle, Elmore dan Model Jaringan.

Penelitian ini mengunakan model yang dikemukakan oleh George C.

Edward. Model ini mengatakan ada empat variabel atau faktor yang paling krusial dalam implementasi kebijakan publik. Empat fakor tersebut adalah faktor komunikasi (communcation), sumber-sumber(resources), kecenderungan- kecederungan atau tingkah laku-ingkah laku( dispotitions), serta strukur birokrasi(bureaucratic structure). Empat faktor tersebut bekerja secara simultan dan berinteraksi satu dengan yang lain untuk membantu atau mengahmbat implemenasi kebijakan.

1. Komunikasi (communications)

Komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan publik. Implementasi yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan.

Pengetahuan atas apa yang mereka kejakan dapat berjalan apabila komunikasi berjalan dengan baik, sehingga setiap keputusan kebijakan dan peraturan implementasi dapat ditransmisikan (atau dikomunikasikan) kedalam bagian personalia yang tepat. Selain itu, kebijakan yang dikomunikasikan pun harus tepat, akurat dan konsisten. Edwards III menyebutkan bahwa terdapat

(6)

13

beberapa dimensi dalam aspek komunikasi, antara lain dimensi transmisi (transmission), kejelasan (clarity), dan konsisten (consistency). Transmisi

berkaitan dengan meneruskan putusan kebijakan terhadap personil sebelum putusan-putusan tersebut dapat diikuti. Jika kebijakan diimplementasikan sebagaimana mestinya, maka pertunjuk-petunjuk pelaksana harus jelas dan dapat difahami. Jika petunjuk pelaksana tidak jelas, maka implementor akan kebingunggan dengan apa yang akan dilakukan. Beberapa hambatan dalam proses transmisi meliputi pertentangan pendapat antara para pelaksana dengan perintah yang dikeluarkan pengambilan kebijakan, informasi melewati berlapis-lapis hierarki birokrasi, dan akhirnya terjadi perbedaan persepsi terhadap isi komunikasi-komunikasi yang sebenarnya. Kejelasan yang dimaksud adalah berkaitan dengan intruksi-intruksi kebijakan.

Ketidakjelasan pesan dalam komunikasi mengakibatkan interpretasi yang salah bahkan bertentangan dengan pesan awal. Sedangkan yang dimaksud konsisten adalah adanya periintah yang jelas dan konsisten dalam implementasi kebijakan. Perintah yang konsisten akan menghindari para pelaksana kebijakan mengambil tindakan longgar dalam menafsirkan dan mengimplementasikan kebijakan. Lebih lanjut, Edward menjelakan bahwa semakin banyak yang harus dijangkau dengan komunikasi-komunikasi, maka semakin besar kemungkinan kehilangan beberapa diantarannya; dan semakin banyak birokrasi yang dilewatkan, maka semakin besar pula peluang perintah tersebut diabaikan dan terdistorsi. Dalam pelaksanaan PKH komunikasi penting perannya dalam menyampaikan segala informasi yang berkaitan

(7)

14

dengan program terlebih program ini merupakan program dari pemerintah pusat yang membutuhkan suatu bentuk penyampaian informasi yang baik hingga sampai kepada lapisan yang paling bawah.

2. Sumber-sumber(Resources)

Sumber-sumber yang dimaksud meliputi staf yang memadai, dan keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas-tugas mereka, wewenang dan fasilitas untuk menterjemahkan usul-usul diatas kertas guna melaksanakan pelayanan publik. Staf yang memiliki kecakapan dan jumlah memadai akan mendorong implementasi berjalan baik, namun sebaliknya jika kualitas staf rendah dan jumlah terbatas, maka pelayanan menjadi terhambat. Dalam implementasi kebijakan harus ditunjang oleh sumber daya baik sumber daya manusia, material, dan metoda. Program Keluarga Harapan yang menjadi proyek dari pemerintah pusat tentunya membutuhkan sumber daya yang sangat besar, terlebih lagi program ini menjadi program nasional yang sudah dilaksanakan diseluruh wilayah Indonesia. Sumber selanjutnya adalah informasi. Informasi mempunyai dua bentuk, yaitu informasi mengenai bagaimana melaksanakan suatu kebijakan atau petunjuk pelaksana, dan kedua adalah informasi tenang ketaatan personil-personil terhadap peraturan. Sumber berikutnya adalah wewenang. Misalnya mengeluarkan surat panggilan, mengeluarkan perintah, memberikan sanksi serta menyediakan dana. Sumber yang terakhir adalah fasilitas. Fasilitas menurut Edwards dapat berupa fasilias fisik, seperti bangunan, buku-buku atau perlengkapan lain yang mendukung implemetasi sebuah kebijakan.

(8)

15

3. Kecenderungan-kecederungan(Dispotitions)

Faktor disposisi lebih menitikberakan pada sikap dan perilaku dari implemetor, kebijakan atau program akan bejalan dengan baik apabila implementor memiliki sikap dan komitmen sesuai dengan pembuat kebijakan.

Implementor dalam program Keluarga Harapan melipui Dinas Sosial Kabupaten Bojonegoro, PPKH Kabupaten, PPKH kecamaan dan pesera PKH.

Kebijakan akan berjalan efektif jika mendapat dukungan dari para pelaksana kebijakan, sebaliknya sebuah kebijakan akan mengalami kendala dalam implementasi jika pelaksana kebijakan tidak mendukung kebijakan tersebut.

Salah satu cara unuk mendapatkan dukungan pelaksana kebijakan adalah dengan memberi insentif pelaksana kebijakan.

4. Struktur birokrasi (Bureaucratic Sructure)

Birokrasi merupakan salah satu badan yang paling sering bahkan secara keseluruhan menjadi pelaksana kebijakan. Birokrasi menurut Edwards memiliki dua karaker yaitu prosedur-prosedur kerja, ukuran-ukuran dasar atau strandar Operasinal Prosedur (SOP) dan fragmenasi birokrasi. SOP menjadi sebuah pedoman bagi para implementor dalam bertindak. Struktur birokrasi menjadi bagian penting dalam sebuah organisasi yang memberikan perbedaan tugas pokok, fungsi, dan wewenang. Sama halnya dengan organisasi, Program Kelurga Harapan juga memiliki sruktur birokrasi mulai dari pemerintah pusat sampai dengan unit paling bawah yaiu PPKH Kecamatan.

Peneliti memutuskan unuk mengunakan model implemenasi kebijakan Edwars sebagai panduan dalam penelitian. Penelitian ini akan memfokuskan

(9)

16

kajian pada empat indikator keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan sesuai pendapat Edwards yaitu meliputi aspek komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi.

C. Program Keluarga Harapan (PKH)

1. Pengertian Program Keluarga Harapan (PKH)

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program perlindungan sosial yang memberikan bantuan tunai kepada keluarga miskin yang didefinisikan sebagai KPM atau Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Bagi anggota KPM diwajibkan melaksanakan persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan dan melaksanakan kewajibannya. Program semacam ini secara Internasional dikenal dengan program Conditional Cash Transfer (CCT) atau program Bantuan Tunai Bersyarat. Program ini, dalam jangka pendek bertujuan mengurangi beban RTSM dan dalam jangka panjang diharapkan dapat memutuskan rantai kemiskinan antara generasi, sehingga generasi berikutnya dapat keluar dari perangkap kemiskinan.

Untuk mempercepat pengurangan kemiskinan, pemerintah Indonesia telah memperkenalkan Program Keluarga Harapan sejak 2007. Sebagai salah satu program bantuan bersyarat, PKH juga memberi KPM, utamanya wanita hamil dan anak-anak, akses ke berbagai fasilitas kesehatan dan pendidikan di daerah.

Manfaat dari PKH juga diidorong agarmelibatkan para penyandang cacat dan lansia dengan cara mempertahankan tingkat kesejhateraan sosial mereka sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi dan kegembiraan Presiden Indonesia.

(10)

17

Mengingat bahwa presentase penduduk miskin pada Maret 2020 sebesar 9,78 persen, meningkat 0,56 persen poin terhadap September 2019 dan meningkat 0,37 persen poin terhadap Maret 2019, misi utama PKH untuk memerangi kemiskinan menjadi semakin penting (BPS,2020). Pemerintah telah menetapkan target pengurangan kemiskinan menjadi 7-8% pada tahun 2019, seperti yang dinyatakan dalam RPJMN 2015-2019. PKH juga inginkan bisa memberikan kontribusi secara signifikan dalam mengurangi angka masyarakat miskin, mengurangi kesenjangan (rasio gini) sambil meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) (Kementrian Sosial,2020).

2. Tujuan Dan Landasan PKH

Tujuan umum PKH adalah untuk mengurangi angka dan memutus rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta mengubah perilaku yang kurang mendukung peningkatan kesejahteraan dari kelompok paling miskin. Secara khusus, tujuan PKH adalah:

a. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan bagi peserta PKH.

b. Meningkatkan taraf pendidikan peserta PKH.

c. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil (bumil), ibu nifas, bawah lima tahun (balita) dan anak prasekolah anggota Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM)/Keluarga Sangat Miskin (KSM) (TNP2K, 2014).

Landasan hukum Program Keluarga Harapan (PKH) antara lain :

(11)

18

a. Undang-undang nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional,

b. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial c. Undang-undang nomor 13 Tahun 2011 tentang penanganan Fakir Miskin, d. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelengaraan

Kesejahteraan Sosial,

e. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2013 tentangPelaksanaan Upaya Penanganan Fakir Miskin Melalui Pendekatan Wilayah,

f. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementrian Negara,

g. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015 tentang Kementerian Sosial, h. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2017 tentang Penyaluran Bantuan

Sosial Secara Non Tunai,

i. Peraturan menteri Nomor 20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial,sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Sosial Nomor 14 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial,

j. Peraturan Menteri Sosial Nomor 10 Tahun 2016 tentang Mekanisme Penggunaan Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin,

k. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian Negara/Lembaga.

(12)

19

Dasar pelaksana Program Keluarga Harapan (PKH) antara lain:

a. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku ketua Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, No:

31/KEP/MENKO/-KESRA/IX/2007 tentang "Tim Pengendali Program Keluarga Harapan" tanggal 21 September 2007,

b. Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 02A/HUK/2008 tentang

"Tim Pelaksana Program Keluarga Harapan (PKH) Tahun 2008" tanggal 08 Januari 2008,

c. Keputusan Gubernur tentang "Tim Koordinasi Teknis Program Keluarga Harapan (PKH) Provinsi/TKPKD",

d. Keputusan Bupati/Wali kota tentang "Tim Koordinasi Teknis Program Keluarga Harapan (PKH) Kabupaten/Kota/TKPKD" dan Surat Kesepakatan Bupati untuk Berpartisipasi dalam Program Keluarga Harapan (Peraturan Menteri Sosial, 2018).

3. Sasaran Penerima Bantuan PKH

Penerima bantuan Keluarga Harapan adalah Rumah Tangga Sangat Miskin sesuai dengan kriteria dan memenuhi satau atau beberapa kriteria program yaitu:

Kelompok sasaran atau bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) adalah KSM atau RTSM yang memiliki:

a. Komponen kesehatan, Memiliki ibu hamil/nifas/menyusui dan anak berusia 0-6 tahun

(13)

20

b. Komponen pendidikan, Anak usia SD/Sederajad; pesantren usia 6-12 tahun,Anak SMP/ Sederajad; pesantren usia 12-15, Anak SMA/ Sederajad ; pesantren usia 15-21 tahun,

c. Komponen kesejahteraan sosial, Lansia yang berusia diatas 60 tahun (yang berada dalam kartu keluarga yang sama) dan Disabilitas berat.

4. Besaran Bantuan PKH

Pada tahun 2020 besran bantuan tunai untuk peserta PKH bervariasi tergantung jumlah keluarga yang diperhitungkan dalam penerimaan bantuan, baik komponen kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial. Besaran bantuan ini di kemudian hari bisa berubah sesuai dengan kondisi keluarga saat itu atau bila peserta tidak dapat memenuhi syarat yang ditentukan.beriku adalah tabel nilai bantuan PKH yaiu :

Tabel 2.2

Nilai Bantuan Program Keluarga Harapan

Skenario Bantuan Bantuan/RTSM/Tahun

Anak usia dini Rp 3.000.000,-

Ibu hamil/menyusui Rp 3.000.000,-

Anak peserta pendidikan setara SD/MI

Rp.900.000,- Anak peserta pendidikan setara SMP Rp. 1.500.000,- Anak peserta pendidikan setara SMA Rp 2.000.000,-

Disabilitas berat Rp 2.400.000,-

Lanjut usia Rp 2.400.000,-

Bantuan komponen diberikan maksimal untuk 4 jiwa dalam satu keluarga

Sumber : Buku Panduan Umum PKH 2020

Dengan adanya perbedaan komposisi anggota keluarga RTSM,maka besar bantuan yang diterima setiap RTSM akan bervariasi. Apabila besaran

(14)

21

bantuan yang diterima RTSM melebihi batas maksimum yang ditetapkan, maka untuk dapat menjadi peserta PKH seluruh anggota RTSM yang memenuhi persyaratan harus mengikuti ketentuan PKH.

5. Hak Dan Kewajiban Peserta PKH KPM PKH berhak mendapatkan:

a. Bantuan sosial ; b. Pendamping sosial;

c. Pelayanan di fasilitas kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan sosial: Dan d. Program bantuan komplementer di bidang kesehatan, pendidikan, subsidi energi, ekonomi, perumahan, aset kepemilikan tanah dan bangunan, dan pemenuhan kebutuhan dasar lainnya sesuai kebijakan pemerintahan.

Kewajiban KPM PKH pada kondisi pandemi Covid-19 terdiri dari:

a. Komponen kesehatan terdiri dari ibu hamil/nifas/menyusui, anak usia dini (0=6 tahun) yang belum bersekolah wajib melaksanakan pola hidup seha dan menerapkan protokol kesehatan;

b. Komponen pendidikan terdiri dari anak usia bersekolah wajib belajar 12 tahun, wajib mengikuti kegiatan belajar dengan penerapan prookol kesehatan sesuai peraturan yang diterapkan oleh pemerintah daerah dan gugus tugas Covid-19;

c. Komponen kesejahteraan sosial terdiri dari lanjut usia dan/atau penyandang disabilitas berat, wajib mengikuti kegiatan di bidang

(15)

22

kesejahteraan sosial sesuai kebutuhan yang dilakukan minimal setahun sekali dengan menerapkan protokol kesehtan;

d. KPM wajib menerima dan menerapkan materi-materi yang ada dalam modul P2K2 khususnya modul kesehatan dan penerapan protokol kesehatan.

6. Sanksi pelanggaran Komitmen

Apabila peserta tidak memenuhi komitmennya dalam tiga bulan, maka besaran bantuan yang diterima akan berkurang dengan rincian sebagai berikut:

Tabel.2.3 Komitmen Dan Sanksi

NO KOMITMEN SANKSI

1. Apabila eserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam satu bulan

Bantuan berkurang Rp 50.000,

2. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam dua bulan,

Bantuan berkurang Rp 100.000,

3. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam tiga bulan,

Bantuan berkurang Rp 150.000,

4. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam 3 bulan berturut-turut

Tidak akan menerima bantuan dalam satu periode pembayaran.

Sumber : buku panduan umum PKH 2020

7. Ketua kelompok PKH

Ketua kelompok PKH adalah orang yang menjadi mediator, namun tidak ada dalam struktur organisasi PKH. Keberadaan Ketua kelompok sangat dibutuhkan oleh pendamping PKH untuk menyampaikan informasi kepada anggota kelompok PKH. Peran lainnya, ketua kelompok PKH diandalkan dalam mengorganisir anggotanya. Ketua kelompok PKH ini dipilih oleh

(16)

23

Pendamping Sosial PKH karena Kecakapannya dalam tulis menulis atau dianggap paling senior di antara anggotanya.

8. Pendamping PKH

Peran pendamping adalah suatu tugas atau aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang menjadikan penghubung masyarakat dengan berbagai lembaga terkait dan diperlukan bagi pengembangan. Pendamping sering dikaitkan dengan pekekerja sosial dan kegiatan pendampingan merupakan pejkerjaan sosial. Ada beberapa Undang-Undang yang secara langsung mengakui dan mengatur adanya keberadaan pekerja sosial. Diantaranya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. Pada pasal 1 angka 4 yang dimaksud pekerja sosial adalah seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperlukan melalui pendidikan, pelatihan, dan atau pengalaman praktik pekerjaa sosial untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial.

D. Konsep Kesejahteraan

Kesejahteraan sosial merupakan tujuan dari tercapainnya Program Keluarga Harapan. dengan dilaksanakannya Program Keluarga Harapan ini diharapkan dapat meningkatkan taraf kehidupan sosial ekonomi, pendidikan, serta kesehatan masyarakat.

(17)

24

1 Pengertian kesejahteraan

Segel dan Bruzy (Widyastuti, 2012) menyatakan , bahwa kesejahteraan merupakan titik ukur bagi semua masyarakat bahwa telah berada pada kondisi sejahtera. Kesejahteraan tersebut dapat diukur dari kesehatan, keadaan ekonomi, dan kualitas hidup rakyat. Kesejahteraan ini di wujudkan agar warga dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri sehingga mampu melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik, jika masyarakat sejahtera berarti masyarakat tersebut mengalami kemakmuran.

Menurut Whithaker dan Federico (1997) pengertian kesejahteraan sosial merupakan sistem suatu bangsa tentang manfaat dan jasa untuk membantu masyarakat guna memperoleh kebutuhan sosial,ekonomi, pendidikan, kesehatan yang penting bagi kelangsungan masyarakat tersebut.

Seseorang yang mempunyai kekurangan kemampuan mungkin memiliki kesejahteraan yang rendah, kurangnya kemampuan dapat berarti kurang mampu untuk mencapai fungsi tertentu sehingga kurang sejahtera. Terdapat beragam pengertian mengenai kesejahteraan, karena lebih bersifat subjektif dimana setiap orang dengan pedoman, tujuan, dan cara hidupnya yang berbeda-beda akan memberikan nilai-nilai yang berbeda pula tentang kesejahteraan dan faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan.

Para ahli ekonomi melihat kesejahteraan sebagai indikasi dari pendapatan individu (flow of income) dan daya beli (purchasing of power) masyarakat. Berdasarkan pemahaman ini, konsep kesejahteraan memiliki pengertian yang sempit karena dengan hanya melihat pendapatan sebagai

(18)

25

indikator kemakmuran ekonomi berarti kesejahteraan dilihat sebagai lawan dari kondisi kemiskinan. Mengukur tingkat kesejahteraan suatu bangsa dapat dilihat dari indeks pembangunan sumber daya manusia (HDI= Human Development Index). HDI merupakan sustu indikator komposi yang terdiri dari derajat kesehatan, tingkat pendidikan dan kemampuan ekonomi keluarga.

Indikator yang dipakai di bidang kesehatan adalah angka harapan hidup sedangkan untuk pendidikan adalah angka mmbaca pada ornag dewasa yang dikombinasikan dengan angka masuk SD, SMP dan SMA, serta kemampuan ekonomi dipakai Produk Domestik Bruto(PDB) (Widyastuti, 2012).

Konsep kesejahteraan tidak dapat dipisahkan dari kualitas hidup masyarakat, dimana kualitas hidup masyarakat dapat dipengaruhi oleh kondisi sosial politik maupun ekonomi masyarakat tersebut. Disimpulkan bahwa pengertian ukuran kesejahteraan awalnya hanya diukur melalui aspek fisik dan income saja, namun berkembnagnya zaman saat ini kesejahteraan diukur melalui beberapa indikator-indikator seperti kesehatan, pendidikan, dan sosila ekonominya. Indikator kesejahteraan dalam masyarakat itu sendiir munurut publikasi BPS, menyertakan tujuan komponen untuk mengukur tingkat kesejahteraan yaitu kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf pola konsumsi, perumahan dan lingkungan, sosial budaya.

Kesejahteraan masyarakat merupakan tolak ukur perkembangan suatu bangsa. Tingkat kesehatan, pendidikan, perekonomian yang perlu diperhatikan. Program PKH yang dicanangkan oleh pemerintah mempunyai

(19)

26

pengaruh terhadap kesejahateraan masyarakat. Bagi keluarga yang dalam keadaan kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan yang layak menjadi sebuah tantangan besar.

2 Indikator Kesejahteraan Keluarga

Menurut BKKBN Kesejahteraan keluarga adalah suatu kondisi dinamis keluarga dimana terpenuhi semua kebutuhan: fisik materil, mental spiritual dan sosial yang memungkinkan keluarga dapat hidup wajar sesuai dengan lingkungannya serta memungkinkan anak-anak tumbuh kembang dan memperoleh perlindungan yang diperlukan untuk membentuk sikap mental dan kepribadian yang mantap dan matang sebagai sumber daya manusia yang berkualitas. Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) memberikan beberapa indikatornya sebagai acuan dalam penentuan keluarga sejahtera yang terdiri dari 21 indikator. Indikator-indikator tersebut diterangkan dalam tabel di bawah ini.

(20)

27

Tabel 2.4

Indikator Tahapan Keluarga Sejahtera menurut BKKBN 1 Belum dapat memenuhi satu atau

lebihdari 6 indikator KSI

KELUARGA PRA SEJAHTERA(KPS)

2 Makan dua kali sehari atau lebih KS I Kebutuhan Dasar 3 Memiliki pakaian yang berbeda

4 Rumah yang ditempati mempunyai atap, lantai dan dinding yang baik

5 PUS ingin ber KB ke sarana pelayanan kontrasepsi

6 Semua anak umur 7-15 tahun dalam keadaan bersekolah

7 Melaksanakan ibadah agama dan kepercayaan masing-masing

KS II Kebutuhan

Psikologis 8 Paling kurang sekali seminggu

makan daging/ikan/telur.

9 Memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru dalam setahun 10 Luas lantai rumah paling kurang

8m2 untuk setiap penghuni rumah.

11 Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat

12 Ada anggota keluarga yang bekerja atau memperoleh penghasilan

13 Seluruh anggota keluarga umur 10-60 tahun bisa baca tulisan latin 14 PUS dengan anak 2 atau lebih

mengunakan alat kontrasepsi 15 Keluarga berupaya meningkatkan

pengetahuan agama

KS III Kebutuhan Pengembangan 16 Sebaian penghasilan ditabung

dalam bentuk uang maupun barang

17 Makan bersama paling kurang sekali seminggu untuk berkomunikasi

18 Mengikuti kegiatan masyarakat 19 Memeperoleh informasi dari surat

kabar, adio, TV, majalah.

20 Memberikan sumbangan materiil secara teratur.

KS III PLUS Kebutuhan Aktualisasi

(21)

28

21 Aktif sebgai pebgurus organisasi kemasyarakatan

Diri

Sumber : Indikator Tahapan Keluarga Sejahtera Menurut BKKN 2021.

Dimana tahapan keluarga sejahtera menurut BKKBN dibagi menjadi 5 tahapan diantaranya adalah:

a Tahapan Keluarga Pra Sejahtera (KPS) Yaitu keluarga yang tidak memenuhi salah satu dari 6 (enam) indikator Keluarga Sejahtera I (KS I) atau indikator “kebutuhan dasar keluarga” (basic needs).

b Tahapan Keluarga Sejahtera I (KS I) Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 8 (delapan) indikator Keluarga Sejahtera II atau indikator

“kebutuhan psikologis” (pshychological needs) keluarga.

c Tahapan Keluarga Sejahtera II Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 5 (lima) indikator keluarga sejahtera III (KS III), atau indikator pengembangan (developmental needs) dari keluarga.

d Tahapan Keluarga Sejahtera II Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I, 8 (delapan) indikator KS II, dan 5 (lima) indikator KS III, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 2 (dua) indikator Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus) atau indikator “aktualisasi diri”

(self esteem) keluarga.

e Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus Yaitu keluarga yang mampu memenuhi keseluruhan dari 6 (enam) indikator tahapan KS I, 8 (delapan)

(22)

29

indikator KS II, 5 (lima) indikator KS III, serta 2 (dua) indikator tahapan KS III Plus.

E. Covid-19

Menurut Peraturan Gubernur Jakarta (2020) Corona Virus Desease 2019 yang selanjutnya disingkat dengan Covid-19 adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akibat dari Severe Acute Respiratory Syndrome Virus Corona 2 (SARS-CoV-2) Virus ini muncul pertama kali di Wuhan, China, yang telah menjadi pandemi global berdasarkan penetapan dari World Health Organization (WHO).dan ditetapkan sebagai bencana non alam nasional berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non Alam Penyebab Corona Virus Desease 2019 (COVID-19) sebagai bencana Nasional.

Akibat pandemi covid-19 ini, pemerintah Indonesia mulai melakukan berbagai kebijakan seperti, seperti mengeluarkan himbauan social distancing, mengeluarkan himbauan untuk Work From Home bagi pegawai. Memberlakukan pembatasan Wilayah, membangun Rs khusus untuk penanganan covid-19, dan lain-lain. Dengan adanya kebijakan pemerintah ini serta situasi yang semakin genting, tentunya memberikan dampak bagi masyarakat, baik masyarakat menengah kebawah hingga kalangan elit. Berbagai masalah sosial ekonomi muncul dan dampaknya langsung terasa oleh masyarakat (Alifa, 2020).

Meskipun organisasi kesehatan Dunia (WHO) telah resmi mengubah istilah social distancing menjadi physical distancing, banyak orang masih mengunakan istilah social distancing. Pengubahan istilah ini dimaksudkan agar

(23)

30

interaksi antar masyarakat tetap berlangsung walaupun berjauhan fisik. Mengingat dalam konsep social distancing telah membatasi interaksi social masyarakat.

Dalam penerapan physical distancing masyarakat diminta agar tetap terhubung dan menjalin interaksi sosial dengan cara lain.

Cara-cara daring atau online. Walaupun kita diera informasi dan digital ini sudah cukup terbiasa dengan komunikasi secara daring , tetap saja, sebagai makhluk sosial, tanpa ada tuntutan untuk bertemu dan berinteraksi secara langsung dalam jarak yang cukup dekat. Terjadinya pembatasan berupa physical distancing ini tentunya memberikan damapak berupa permasalahan tersendiri.

Semakin hari permasalahan sosial ekonomi yang ditimbulkan akibat covid-19 diantaranya: kelangkaan barang, disorganisir dan disfungsi sosial, tindakan kriminal, melemahnya sektor pariwisata, peningkatan angka kemiskinan, dan penganguran . Pembatasan aktivitas masyarakat berpengaruh pada aktivitas bisnis yang kemudian berimbas pada perekonomian. laporan Badan Statistik (BPS) menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi indonesia padakuartal II 2020 minus 5,32%. Yang sebelumnya , pada kuartal I 2020 dan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya tumbuh sebesar 2,97%, turun jauh dari pertumbuhan sebesar 5,02% pada periode yang sama 2019 (Ikrami,2020).

Ada dua implikasi krisis ekonomi yang dialami Indonesia pada sektor ketenagakerjaan. Pertama, pengangguran dan kedua, perubahan lanskap pasar tenaga kerjapasca-krisis. Terhambatnya aktivitas perekonomian secara otomatis membuat pelaku usaha melakukan efisiensi untuk menekan kerugian. Akibatnya, banyak pekerja yang dirumahkan atau bahkan diberhentikan

(24)

31

(Rahman,Kusuma,Fatah & Arfyanto, 2020). Sejak maret 2020 pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk, antara lain, mendukung daya beli masyarakat dan kegiatan usaha. Anggaran yang disediakan mengalami beberapa kali peningkatan seiring peningkatan intensitas dampak dan dinamika pengelolaan keuanggan negara. Salah satunya yaitu, menaikan anggaran PKH menjadi Rp 37,4 triliun dari sebelumnya Rp 29,13 triliun. Skemanya pun diubah dari yang sebelumnya per 3 bulan, menjadi satu bulan sekali mulai April 2020. Tak hanya itu, pemerintah juga memperluas sedikit target penerima PKH, dari sebelumnya 9,2 juta KPM menjadi 10 juta KPM. Perluasan ini dilakukan dalam rangka penanganan dampak wabah virus Corona kepada masyarakat (Anjaeni, 2020).

Gambar

Tabel 2.1   Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hastuti (2014) yang bertujuan untuk menguji ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan tipe industri terhadap

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi marketing politik yang digunakan pada saat pemilu 2014 berhasil untuk mendapatkan dukungan dari para pemilih pada

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Aktivitas Fisik Sehari-hari Dengan

Evaluasi kebijakan adalah tahapan yang paling penting dalam sebuah proses kebijakan, tanpa ada evaluasi suatu kebijakan itu tidak akan ada nilainya karena di

Menurut Pasal 1 angka 28 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) berbunyi bahwa: “Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seoang yang

Mesin pemotong daging tanaman lidah buaya yang dirancang mampu memotong daging tanaman lidah buaya dengan ukuran 10x10x10 [mm] dengan kapasitas 100 [kg/jam].. Mesin ini

No Judul Jenis Karya Penyelenggara/ Penerbit/Jurnal Tanggal/ Tahun Ketua/ Anggota Tim Sumber Dana Keterangan 1 NA NA NA NA NA NA NA GL. KEGIATAN

Struktur forma merupakan satu bagian dari keseluruhan karya sastra yang mengulas tentang bentuk dalam menampilkan karya sastra itu sendiri, dan memiliki hubungan dengan