5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hastuti (2014) yang bertujuan untuk menguji ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan tipe industri terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dengan mengambil objek seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2010 sampai tahun 2012 dengan penentuan sempelnya menggunakan teknik purposive sampling dan jenis data yang digunakan adalah data skunder menghasilkan ukuran
perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan CSR.
Dalam penelitian yang dilakuan oleh Respati dan Hadiprajitno (2015)
yang bertujuan untuk menguji pengaruh profitabilitas, leverage, ukuran
perusahaan, tipe industri, dan pengungkapan media terhadap pengungkapan
Corporate Social Resposibility. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
pengungkapan Corporate Social Resposibility dan variabel independennya adalah
profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, tipe industri, dan pengungkapan
media. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari laporan
keuangan dan laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2014. Sampel berjumlah 111 perusahaan
manufaktur.Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dan alat
analisis regresi linier berganda.Sebelum dilakukan uji regresi, data terlebih dahulu
diuji menggunakan uji asumsi klasik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR perusahaan.
Namun Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.
Dalam penelitian yang dilakukan Mudjiyanti dan Maulani (2017) dengan judul pengaruh likuiditas dan profitabilitas terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan terdaftar di BEI. Dalam penelitian tersebut
menunjukkan hasil bahwa secara parsial variabel profitabilitas memiliki pengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas maka semakin tinggi juga pengungkapan CSR yang di lakukan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Permatasari dan Prasetiono (2014) yang bertujuan meneliti pengaruh leverage, tipe industri, ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap Corporate Social Responsibility (CSR). Penelitian ini menguji pengungkapan CSR pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2010-2012. Sampel penelitian ini adalah 34 perusahaan yang terdaftar di BEI selama periode penelitian. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diambil dengan metode dokumentasi. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah SPSS 17.0. Dalam penelitian menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap CSR dan juga variabel profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap CSR.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Indraswari dan Mimba (2017) yang
berjudul Pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, dan kepemilikan saham
publik terhadap pengungkapan csr. Dengan populasi perusahaan makanan dan
minuman yang terdaftar di BEI selama tahun 2010-2012. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel profitabilitas dan ukuran perusahaan sama sama memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.
B.
Kajian Pustaka 1. Teori Legitimasi
Dalam rangka mengembangkan Perusahaan kedepan melalui startegis dengan legitimasi oleh masyarakat. Dimaana perusahaan dapat menjadikan hal tersebut sebagai wahana untuk mengkontruksikan strategi perusahaan terutama untuk upaya memposisikan perusahaan di dalam lingkungann (nur hadi, 2010).
Chariri dan Ghozali (2007) mengatakan bahwa kegiatan perusahaan dapat menimbulkan dampak sosial dan lingkungan, sehingga praktik pengungkapan sosial dan lingkungan merupakan alat manajerial yang digunakan perusahaan untuk menghindari konflik sosial dan lingkungan. Selain itu, praktik pengungkapan sosial dan lingkungan dapat dipandang sebagai wujud akuntabilitas perusahaan kepada publik untuk menjelaskan berbagai dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan oleh perusahaan baik dalam pengaruh yang baik maupun dampak yang buruk. Legitimasi sendiri dapat dilihat dengan sesuatu yang perusahaan berikan terhadap masyarakat dan sesuatu yang di cari atau diinginkan perusahaan dari masyarakat. Dengan begitu legitimasi dapat di artikan sebagai sumber potensi atau manfaat yang dapat di jadikan strategi perusahaan untuk bertahan hidup.
2. Teori Stakeholder
Andreas (2010) menyatakan Kemampuan menyeimbangkan beragam
kepentingan dari stakeholder satau pemangku kepentingan mempengaruhi
kesuksesan dan hidup matinya perusahaan. jika mampu, perusahaan akan meraih dukungan yang berkelanjutan dan menikmati pertumbuhan pangsa pasar, penjualan, serta laba. Dalam perspektif stakeholder, masyarakat dan lingkungan merupakan stakeholder inti perusahaan yang harus di perhatikan.
Berdasarkan teori stakeholders, pengungkapan CSR dilakukan untuk menyeimbangkan konflik antar stakeholders. Dengan adanya pengungkapan CSR, stakeholders dapat mengevaluasi dan mengetahui sejauh mana perusahaan dalam melaksanakan peranannya sesuai dengan keinginan stakeholders, sehingga menuntut adanya akuntabilitas perusahaan atas kegiatan CSR yang telah dilakukannya. Dalam hal ini, perusahaan dapat menyesuaikan mengenai banyak sedikitnya pengungkapan CSR berdasarkan kebutuhannya akan konflik tiap stakeholders (Putri dan Sari, 2014)
Teori stakeholder mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan memerlukan dukungan stakeholder, sehingga aktivitas perusahaan juga mempertimbangkan persetujuan dari stakeholder. Semakin kuat stakeholder, maka perusahaan harus semakin beradaptasi dengan stakeholder. Pengungkapan sosial dan lingkungan kemudian dipandang sebagai dialog antara perusahaan dengan stakeholder.
Beberapa alasan yang mendorong perusahaan perlu memperhatikan kepentingan
stakeholders, yaitu : 1) Isu lingkungan melibatkan kepentingan berbagai
kelompok dalam masyarakat yang dapat mengganggu kualitas hidup mereka. 2)
Dalam era globalisasi telah mendorong produk-produk yang diperdagangkan
harus bersahabat dengan lingkungan. 3) Para investor dalam menanamkan
modalnya cenderung untuk memilih perusahaan yang memiliki dan
mengembangkan kebijakan dan program lingkungan. 4) LSM dan pencinta lingkungan makin vokal dalam mengkritik perusahaan perusahaan yang kurang peduli terhadap lingkungan (Rokhlinasari, 2016)
3. Corporite Social Responbility (CSR)
Corporite Social Responbility adalah Komitmen Perusahaan atau dunia
bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitik beratkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial , dan lingkungan (Putri, 2007).
Elkington (1998), didalam bukunya “Cannibals with Forks, the Triple Bottom Line of Twentieth Century Bussiness”.perusahaan yang menunjukkan tanggung jawab sosialnya akan memberikan perhatian secara berimbang kepada 3P yaitu Profit, People dan Planet.Profit artinya peningkatan kualitas perusahaan,People artinya masyarakat, khususnya komunitas sekitar; dan Planet artinya lingkungan hidup. Dimana secara normatif, semakin kuat kekuatan ekonomi, semakin kuat pula kekuatan sosial dan lingkungan.
Deegan (2002) menyatakan tujuan perusahaan dalam mengungkapkan tanggungjawab terhadap lingkungan dan sosial antara lain :
1. Merupakan aksi dalam memenuhi persyaratan yang di atur dalam undang – undang.
2. Pertimbangan rasionalitas ekonomi. Dimana praktik pengungkapan
pertanggungjawaban sosial memberikan keuntungan bisnis karena perusahaan
diniliai melakuakn hal yang benar dan alasan ini di pandang sebagai sebagai motivasi utama.
3. Keyakinan dalam proses akuntabilitas atau pertanggungjawaban untuk melaporkan.dimana manajer berkeyakinan bahwa orang memiliki hak yang tidak dapat dihindari untuk memperoleh informasi yang memuaskan.
4. Keinginan untuk memenuhi persyaratan peminjaman. Diaman sebagian dari kebijakan manajemen risiko lembaga pemberi pinjaman cenderung menghendaki peminjam dengan melihat berbagi item informasi kinerja dan kebijakan sosial dan lingkungan yang dimiliki perusahaan.
5. Untuk menyesuaikann atau memenuhi ekspetasi masyarakat.
6. Sebagai konsekuensi dari ancaman terhadap legitimasi perusahaan.
7. Untuk me-manage kelompok stakeholder tertentu yang powerfull.
8. Untuk menarik dana investasi
9. Untuk mematuhi persyaratan industri (code of condact) tertentu. Sehingga dapat tekanan tertentu. Sehingga terdapat tekanan tertentu untuk mematuhi aturan tersebut yang selanjutnya dapat memenuhi persyaratan pelaporan.
10. Untuk memengkan penghargaan pelaporan tertentu.
Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sering juga disebut sebagai
socialdisclosure, corporate social reporting, atau corporate social disclosure
(Hackston dan Milne, 1996). Pengungkapan sosial perusahaan (corporate social
disclosure) secara rinci meliputi lingkungan fisik, energi, sumberdaya manusia,
produk dan keterlibatan masyarakat. Berdasarkan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan proses
pengkomunikasian dari dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi suatu organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan.
4. Peraturan-peraturan tentang CSR
Di Indonesia CSR diatur di dalam Pasal 74 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”) mengatur mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, dimana Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan tersebut.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT) UU No 40 tahun 2007 Pasal 74 ayat (1), (2), (3), dan (4), bunyi pasal tersebut sebagai berikut :
a. Undang-undang Perseroan Terbatas tersebut menyatakan perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan segala sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab social dan lingkungan.
b. Tanggung jawab social dan lingkungan itu merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran c. Perseroan Terbatas tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana pasal 1
dikenakan sanksi sesuai d engan ketentuan peraturan perundang-undangan
d. Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab social dan lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah
Berdasarkan Pasal 74 ayat (1) UUPT terdapat 2 (dua) kriteria sektor kegiatan yang mewajibkan Perusahaan untuk melaksanakan CSR tersebut, yaitu:
1. Perseroan yang menjalankan usahanya di bidang sumber daya alam dengan kata lain perseroan yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam.
2. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya berkaitan dengan sumber daya alam yaitu Perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam.
5. Profitabilitas
Rasio profitabilitas mengukur kemampuan para eksekutif perusahaan
dalam menciptakan tingkat keuntungan baik dalam bentuk laba perusahaan
maupun nilai ekonomis atas penjualan, aset bersih perusahaan sebagai salah
satu alat keputusan investasi apakah investasi bisnis ini akan dikembangkan
dan sebagainya (Raharjaputra, 2011). Menurut Harahap (2004) Rasio
profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti
kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan
sebagainya. Profitabilitas dapat biasa diukur menggunakan rasio margin laba
atas penjualan ( net margin on sale) yang mengukur laba perusahaan per
satuan mata uang penjualan, dan rasio laba bersih atas aset ( return on asset
ratio) yang menyatakan banyak laba yang dihasilkan oleh perusahaan dari
setiap aset yang dimiliki, serta rasio laba bersih asat ekuitas (net profit to equity ratio) mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemilik (Thomas
W. Zimmerer, 2009). Dalam penelitian ini, profitabilitas diukur menggunakan rasio laba bersih atas aset ( return on asset ratio) atau ROA. ROA dinilai dapat menunjukkan bagaimana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih. Semakin tinggi rasio yang ditunjukkan maka semakin efisien pengelolaan aset yang dilakukan manajemen (Respati dan Hadiprajitno, 2015).
6. Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan citra perusahaan dan merupakan skala yang digunakan untuk menentukan kecil besarnya suatu perusahaan (Vintila dan Duca, 2013). Dalam setiap studi ukuran perusahaan merupakan determin dari struktur keuangan. Ukuran perusahaan dapat menetukan tingkat kemudahan perusahaan dalam memperoleh dana dari pasar modal.
Ukuran perusahaan dianggap dapat mempengaruhi nilai dari perusahaan
karena semakin besar ukuran perusahaan maka perusahaan semakin mudah
untuk memperoleh pendanaan. ukuran perusahaan dapat dilihat dari laba,
aktiva, tenaga kerja, dan lain lain (Sawir, 2004). Ukuran perusahaan bisa
dilihat dalam bentuk total aset, total penjualan, rata- rata total aset, jumlah
tenaga kerja, kapitalisasi nilai pasar dan ekuitas. Rasio total asset dipilih
karena total aset dianggap Rasio total asset dipilih karena total aset dianggap
lebih stabil dan lebih dapat mencerminkan ukuran perusahaan (Machfoedz,
1994)
7. Pengembangan Hipotesa
Berdasarkan latar belakang dan penelitian terdahulu dan teori maka terdapat hubungan antara variabel independent ukuran perusahaan dan tipe industri terhadap variabel dependent Corporite social Responsibility atau CSR disclosure dimana penjelasannya sebagi berikut
1. Profitabilitas Berpengaruh Terhadap Pengungkapan CSR
Rasio profitabilitas mengukur kemampuan para eksekutif perusahaan dalam menciptakan tingkat keuntungan baik dalam bentuk laba perusahaan maupun nilai ekonomis atas penjualan, aset bersih perusahaan sebagai salah satu alat keputusan investasi apakah investasi bisnis ini akan dikembangkan dan sebagainya (Raharjaputra, 2011).
Pada penelitian ini menggunakan Rasio Return on Asset (ROA) untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang di peroleh dengan melakukan pengelolaan terhadap aset yang dimiliki oleh perusahaan.
Dengan melihat ROA perusahaan, dapat di lakukan penilaian sejauh mana perusahaan tersebut secara efisien dalam menggunakan aset dalam kegiatan operasional perusahaan.sehingga ROA menujukkan ke efektifan perusahaan dalam mengelola aset untuk mendapat kan pendapatan.
Berdasarkan teori stakeholders, pengungkapan CSR dilakukan untuk
menyeimbangkan konflik antar stakeholders. Dengan adanya pengungkapan
CSR, stakeholders dapat mengevaluasi dan mengetahui sejauh mana
perusahaan dalam melaksanakan peranannya sesuai dengan keinginan
stakeholders, sehingga menuntut adanya akuntabilitas perusahaan atas
kegiatan CSR yang telah dilakukannya. Dalam hal ini, perusahaan dapat menyesuaikan mengenai banyak sedikitnya pengungkapan CSR berdasarkan kebutuhannya akan konflik tiap stakeholders (Putri dan Christiawan, 2014)
pengungkapan CSR juga didasari oleh teori legitimasi dimana pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dilakukan untuk mendapatkan nilai positif dan legitimasi dari masyarakat. Adanya mekanisme corporate governance dan profitabilitas memberikan keyakinan perusahaan untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Artinya, dengan mekanisme corporate governance dan profitabilitas yang mencukupi, perusahaan tetap akan mendapatkan keuntungan positif, yaitu mendapatkan legitimasi dari masyarakat yang pada akhirnya akan berdampak meningkatnya keuntungan perusahaan di masa yang akan datang. Perusahaan yang memiliki nilai profit yang tinggi maka cadangan dana untuk melakukan aktivitas pengungkapan CSR akan semakin besar, hal tersebut karena biaya untuk pelaksanaan pengungkapan CSR sudah tersedia (Putri dan Sari, 2014).
Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan Silaen (2013) profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Begitu juga hasil pada penelitian yang dilakukan oleh Indraswari dan Mimba (2017) yang berjudul pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, dan kepemilikan saham publik terhadap pengungkapan CSR, dalam penelitain tersebut variabel profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.
H1: Profitabilitas Memiliki Pengaruh Terhadap Pengungkapan CSR
2. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan CSR
Ukuran Perusahaan merupakan faktor lain yang menjadi dorongan bagi perusahaan dalam mempengaruhi Pengungkapan tanggung jawab sosia l dimana semakin besar perusahaan maka akan semakin luas pengungkapan kegiatan CSR perusahaan di dibandingkan perusahaan yanng lebih kecil (Indraswari dan Mimba, 2017)
Dimana menurut Sucipto (1999) pada umumnya perusaahaan yang besar memiliki aset yang besar , penjualan yang besar, Skill karyawan yang baik, sistem informasi yang canggih, jenis Produk yang banyak, Struktur kepemilikan yang lengkap sehingga Perusahaan dengan ukuran yang besar membutuh kan praktik tanggung jawab terhadap sosial yang luas. Jika di hubungkan dengan teori legitmasi maka pengungkapan tanggung jawab sosial oleh perusahaan yang besar meiliki peranan yang penting dimana perusahaan hidup di lingkungan masyarakat dan tak jarang aktivitas nya memiliki damoak sosial dan lingkungan. Untuk melegitimasi aktivitas perusahaan di mata masyarakat perusahaan memperluas kinerja yang berbasis lingkungan dan mengungkapkan kegiatan CSR nya ( Chariri dan Ghozali, 2007).
Semakin besar ukuran perusahaan maka perusahaan tersebut akan semakin
dilihat oleh masyarakat, hal tersebut menunjukkan bahwa kesempatan untuk
mendapatkan kan informasi mengenai perusahaan semakin mudah di dapatkan
sehingga perusahaan yang besar akan cenderung mengungkapkan lebih banyak
informasi (Respati dan Hadiprajitno, 2015).
Kalau dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Sha (2014) dan Hastuti (2014) mengatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan CSR. Begitu pula pada penelitian yang dilakukan oleh Indraswari dan Mimba (2017) yang menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.
H2: Ukuran Perusahaan Memiliki Pengaruh Terhadap Pengungkapan CSR 8. Rerangka. Konseptual
.Profitabilitas X1
ukuran perusahaan X2
CSR Y