ABSTRAK
Salah satu sistem pendingin yang sedang marak dikembangkan dengan menggunakan termoelektrik (peltier). Keunggulan yang dimiliki oleh peltier adalah a.) tidak berisik, b.) mudah dibawa kemana-mana, c.) ramah lingkungan. Selain memiliki beberapa keunggulan, peltier merupakan inovasi baru dalam bidang mesin pendingin.
Penelitian dilakukan penulis secara eksperimen untuk mengetahui karakteristik dari alat pendingin menggunakan variasi 1 peltier, 2 peltier dan 3 peltier total jumlah peltier yang digunakan 3 peltier dengan tipe TEC1-12706A yang dirangkai secara paralel dan disusun bertumpuk (kaskade) untuk 2 peltier dan 3 peltier, kapasitas air 0,7 liter. Catu daya untuk peltier menggunakan adaptor dengan kapasitas 12 volt 17 ampere dan catu daya untuk kipas menggunakan adaptor 15 volt 2 ampere.
2
ABSTRACT
One of the emerging cooling system developed using thermoelectric (Peltier). Advantages possessed by the peltier is a.) Is not noisy , b.) Easy to carry anywhere, c.) Environmentally friendly . In addition to having several advantages, Peltier is a new innovation in the field of refrigeration.
The study authors conducted experimentally to determine the characteristics of the cooling device uses peltier variation 1, 2 and 3 peltier peltier peltier used the total number of type 3 Peltier TEC1 - 12706A are arranged in parallel and arranged overlap (cascade) for 2 and 3 peltier peltier , water capacity of 0.7 liters . The power supply for the peltier use an adapter with a capacity of 17 amperes and 12 volts power supply to the fan using a 15 volt adapter 2 amperes .
i
PENDINGIN AIR PELTIER DENGAN RANGKAIAN
KASKADE PARALEL
TUGAS AKHIR
Ditujukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat Sarjana S-1
Program Studi Teknik Mesin
Diajukan Oleh :
ANDREAS HERMAWAN SETYADI
095214060
Kepada :
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
PELTIER WATER COOLER WITH CASCADE PARALLEL
CIRCUIT
FINAL PROJECT
Presented as partial fulfilment of the requirements
to obtain the Sarjana Teknik degree
in Mechanical Engineering
Submitted by :
ANDREAS HERMAWAN SETYADI
095214060
TO
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
DEPARTMENT OF MECHANICHAL ENGINEERING
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
PENDINGIN
AN
Pembimbing Utama
Ir. Petrus Kanisius Purw
TUGAS AKHIR
N AIR PELTIER DENGAN RANGKAIA
KASKADE PARALEL
Disusun oleh :
ANDREAS HERMAWAN SETYADI
095214060
Telah disetujui oleh :
Yogyakarta, 21 M
rwadi, M.T.
iii
IAN
PENDINGIN
Y AN Telah dipertahankan dan d Nama LengkapKetua : Dodd
Sekretaris : Wibo
Anggota : Ir. Pe
TUGAS AKHIR
N AIR PELTIER DENGAN RANGKAIA
KASKADE PARALEL
Yang dipersiapkan dan disusun oleh
ANDREAS HERMAWAN SETYADI
095214060
an di depan Dewan Penguji pada tanggal 21 Mare
dinyatakan telah lulus memenuhi syarat.
Susunan Dewan Penguji :
Tanda Tan
ddy Purwadianto, S.T., M.T. ………
bowo Kusbandono, S.T., M.T. ………
Petrus Kanisius Purwadi, M.T. ………….…
Yogyakarta, 21 Maret 201
Fakultas Sains dan Teknolo
Universitas Sanata Dharm
PERN
“ Dengan ini penulis m
karya yang pernah d
pengetahuan penulis jug
pernah diterbitkan oleh
dan disebutkan dalam da
NYATAAN KEASLIAN KARYA
menyatakan bahwa dalam Tugas Akhir ini tida
diajukan di suatu Perguruan Tinggi, dan
juga tidak terdapat atau pendapat yang pernah d
h orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam
daftar pustaka.”
Surakarta, 21 Mare
Andreas Hermawa
v
dak terdapat
n sepanjang
ditulis atau
m naskah ini
aret 2014
LEMBAR PER
KARYA ILMIA
Yang bertanda tangan di
Nama
Nomor Mahasiswa
Demi pengembangan ilm
Universitas Sanata Dhar
PENDINGIN
Beserta perangkat yang
Perpustakaan Universita
dalam bentuk media
mendistribusikan secara
lain untuk kepentingan
memberikan royalti kep
penulis.
Demikian pernyataan ini
Yogyakarta, 21 Maret 20
Yang menyatakan
Andreas Hermawan Sety
RNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIK
IAH UNTUK KEPENTINGAN AKADE
di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
: Andreas Hermawan Setyadi
: 095214060
ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Pe
arma karya ilmiah saya yang berjudul :
N AIR PELTIER DENGAN RANGKAIA
KASKADE PARALEL
ng diperlukan. Dengan demikian saya memberik
itas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me
a lain, mengelolanya dalam bentuk pangka
ra terbatas, dan mempublikasikannya di internet a
an akademis tanpa perlu meminta ijin dari say
epada saya selama tetap mencantumkan nama sa
ini yang saya buat dengan sebenarnya.
2014
etyadi
vi
IKASI
EMIS
ta Dharma :
Perpustakaan
IAN
rikan kepada
mengalihkan
kalan data,
t atau media
aya maupun
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………....……….……. v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ………. vi
DAFTAR ISI ……….…. vii
KATA PENGANTAR ... x
ABSTRAK ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 5
1.3 Batasan-batasan ... 5
1.4 Prinsip Kerja Dan Skema Rancangan ... 6
1.5 Manfaat Penelitian …... 7
BAB II DASAR TEORI ... 8
2.1 Perpindahan Kalor ... 8
2.1.1 Perpindahan Kalor Konduksi ... 8
2.1.2 Perpindahan Kalor Konveksi ... 10
2.2 Peltier (termoelektrik) ... 12
2.3 Efek Peltier ... 21
viii
2.5 Kipas ... 25
2.6 Isolator ... 26
2.7 Material Dinding Alat Pendingin Air Dengan Peltier ... 27
2.8 Perhitungan Kalor Yang Dilepas Air ... 28
2.9 Perhitungan Efisiensi Alat Pendingin ... 29
2.10 Referensi ... 29
BAB III PEMBUATAN ALAT DAN METODOLOGI PENELITIAN ... 33
3.1 Komponen Alat Pendindingin Air Menggunakan Peltier ... 33
3.2 Peralatan Pendukung Pembuatan Alat Pendingin Air ... 32
3.3 Skema Rancangan Alat Pendingin Air Menggunakan Peltier ... 34
3.4 Pembuatan Alat Pendingin Air Menggunakan Peltier ... 36
3.5 Variasi Penelitian Alat Pendingin Menggunakan Peltier ... 39
3.6 Metode Pengambilan Data Alat Pendingin Menggunakan Peltier ... 40
3.6.1 Pengambilan Data Penelitian 1 ... 40
3.6.2 Pengambilan Data Penelitian 2 ... 41
3.6.3 Pengambilan Data Penelitian 3 ... 42
3.6.4 Pengambilan Data Penelitian 4 ... 42
3.6.5 Pengambilan Data Penelitian 5 ... 43
3.6.6 Pengambilan Data Penelitian 6 ... 44
3.7 Metode Pengolahan Data ... 44
3.8 Mendapatkan Kesimpulan ... 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46
ix
4.1.1 Penelitian 1 ... 46
4.1.2 Penelitian 2 ... 48
4.1.3 Penelitian 3 ... 48
4.1.4 Penelitian 4 ... 50
4.1.5 Penelitian 5 ... 51
4.1.6 Penelitian 6 ... 53
4.2 Pembahasan ………..………...………... 53
4.2.1 Perbandingan Kalor Maksimal Yang Dilepas Air ..………...…. 53
4.2.2 Perbedaan Suhu ( T) Sisi Panas Dan Sisi Dingin Peltier ... 54
4.2.3 Efisiensi Maksimal Dari Alat Pendingin …...………..……… 56
BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP ... 58
5.1 Kesimpulan ……….……... 58
5.2 Saran ………...… 58
DAFTAR PUSTAKA ... 59
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat
yang diberikan, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul
“PENDINGIN AIR PELTIER DENGAN RANGKAIAN KASKADE PARALEL”.
Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan kelulusan sarjana S1 pada
jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih atas segala
bantuannya sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik, kepada :
1. Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc. selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma.
2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan
sekaligus dosen pembimbing yang sudah banyak memberi petunjuk,
pengarahan dan saran serta dukungan baik moral dan spiritual kepada penulis
selama pengerjaan alat dan naskah.
3. Albertus Murdianto, M.Pd. selaku Kepala SMK Katolik Mikael yang telah
memberi dukungan baik moral dan spiritual kepada penulis.
4. P. C. Wisnu Haryanto, S.Pd., M.M. selaku Kepala Unit Kerja Workshop
SMK Katolik Mikael yang selalu memberi dukungan dan bantuan sarana dan
prasarana di SMK Katolik Mikael untuk pembuatan tugas akhir ini.
5. Rekan-rekan kerja terutama Kristo yang selalu memberikan masukan dan
6. Para guru dan siswa
7. Orang tua yang te
saudara yang selalu
8. Berbagai pihak yang
Penulis menya
terdapat banyak kekura
kritik yang diberikan.
Akhir kata, sem
bermanfaat bagi banyak
Surakarta, 21 Maret 201
Penulis
wa SMK Katolik Mikael, terima kasih atas dukung
telah membesarkan dan merawat penulis serta
lu memberi motivasi kepada penulis.
ang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
yadari dalam pembuatan rancangan dan penuli
rangan,maka penulis menerima segala bentuk
semoga Tugas Akhir yang telah penulis selesai
k orang dan menambah pengetahuan.
014
xi
ngannya.
rta
saudara-ulisan masih
k saran dan
xii
ABSTRAK
Salah satu sistem pendingin yang sedang marak dikembangkan dengan menggunakan termoelektrik (peltier). Keunggulan yang dimiliki oleh peltier adalah a.) tidak berisik, b.) mudah dibawa kemana-mana, c.) ramah lingkungan. Selain memiliki beberapa keunggulan, peltier merupakan inovasi baru dalam bidang mesin pendingin.
Penelitian dilakukan penulis secara eksperimen untuk mengetahui karakteristik dari alat pendingin menggunakan variasi 1 peltier, 2 peltier dan 3 peltier total jumlah peltier yang digunakan 3 peltier dengan tipe TEC1-12706A yang dirangkai secara paralel dan disusun bertumpuk (kaskade) untuk 2 peltier dan 3 peltier, kapasitas air 0,7 liter. Catu daya untuk peltier menggunakan adaptor dengan kapasitas 12 volt 17 ampere dan catu daya untuk kipas menggunakan adaptor 15 volt 2 ampere.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pendingin banyak digunakan untuk berbagai keperluan, misalnya
menyimpan bahan makanan dan minuman, tempat menyimpan obat-obatan,
vaksin serta bahan-bahan yang lain agar tahan lama dan tidak cepat rusak. Salah
satu sistem pendingin yang banyak dipakai sekarang ini adalah dengan
menggunakan siklus kompresi uap yang menggunakan alat-alat pendukung seperti
kompesor, katup ekspansi, kondensor dan evaporator. Kelebihan menggunakan
siklus kompresi uap menghasilkan suhu yang sangat rendah dan kapasitas yang
besar, akan tetapi ada beberapa kekurangan, antara lain harganya mahal,
ukurannya relatif besar, bobotnya relatif berat dan perawatannya relatif susah.
Cara lain sistem pendinginan yang lebih sederhana yaitu dengan menggunakan
termoelektrik atau disebut juga dengan peltier seperti terlihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Peltier
2
Ada beberapa keunggulan dalam penggunaan peltier dibandingkan
menggunakan sistem pendingin dengan siklus kompresi uap, diantaranya adalah :
a. Alat pendingin dapat dibawa kemana-mana (portabel) karena dapat
menggunakan sumber daya dari baterai atau aki.
b. Peralatan pendingin yang relatif kecil dan tidak berat.
c. Ekonomis, karena harga komponen pendinginnya murah.
d. Mudah dalam pembuatan, perakitan dan perawatan.
Dengan keunggulan-keunggulan tersebut, banyak dikembangkan sistem
pendingin menggunakan peltier. Beberapa contoh penggunan peltier untuk
pendingin adalah peltier yang diaplikasikan pada dispenser (Gambar 1.2), kotak
pendingin obat-obatan (Gambar 1.3), kulkas mini (Gambar 1.4), pendingin
prosesor komputer (Gambar 1.5) dan pendingin pada kursi (Gambar 1.6).
Gambar 1.2 Dispenser termoelektrik.
3
Gambar 1.3 Kotak pendingin obat-obatan.
(http://www.aliexpress.com)
Gambar 1.4 Kulkas mini.
4
Gambar 1.5 Pendingin prosesor komputer.
(http://www.pcper.com)
Gambar 1.6 Pendingin pada kursi.
(http://www.nature.com/nnano/journal/v8/n7/fig_tab/nnano.2013.129_F2.html)
Mengingat bahwa mesin pendingin mempunyai perananan yang sangat
penting pada saat ini, maka penulis bermaksud memahami dan mengenal lebih
5
mesin pendingin kapasitas ukuran mesin pendingin untuk rumah tangga
menggunakan peltier.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian terkait peralatan pendingin dengan mempergunakan
peltier ini adalah :
a. Mengetahui besarnya suhu pendinginan paling maksimal yang dihasilkan alat
pendingin dari masing-masing penelitian.
b. Mengetahui besarnya kalor maksimal yang dilepas air pada masing-masing
penelitian.
c. Mengetahui rata-rata perbedaan suhu sisi panas dan sisi dingin peltier dari
alat pendingin air dengan pendinginan sisi panas menggunakan kipas pada
setiap penelitian.
d. Mengetahui efisiensi paling maksimal dari masing-masing penelitian.
1.3 Batasan-batasan
Batasan-batasan pada pembuatan alat pendingin yang dipergunakan
dalam penelitian adalah :
a. Peltier yang dipergunakan mempunyai spesifikasi TEC1-12076A.
b. Variasi jumlah modul dengan menggunakan 1 peltier, 2 peltier dan 3 peltier
yang dirangkai secara paralel dan disusun bertumpuk (kaskade).
6
d. Arus listrik searah, dengan besar arus 6 ampere untuk mesin pendingin
dengan 1 peltier, 12 ampere untuk 2 peltier dan 18 ampere untuk 3 peltier.
e. Tegangan listrik sebesar 12 volt untuk mesin pendingin dengan 1 peltier, 2
peltier dan 3 peltier.
f. Pembuangan panas pada sisi panas peltier menggunakan (1) heatsink, (2)
heatsink dan kipas.
g. Kipas pendingin menggunakan adaptor dengan besar tegangan 12 volt dan
besar arus 0,19 ampere.
1.4 Prinsip Kerja Dan Skema Rancangan
Peltier akan menimbulkan panas dan dingin pada kedua buah sisinya
jika diberi energi listrik. Panas akan terjadi pada sisi peltier yang ada tulisan kode
peltier, sedangkan sisi yang satu lagi akan dingin bila pemasangan kabel positif
dan negatif dari sumber listrik dihubungkan dengan benar. Pemasangan kabel
positif dan negatif yang terbalik tidak akan menyebabkan kerusakkan pada peltier
melainkan sisi panas dan dinginnya akan terbalik.
Pemanfaatan yang digunakan adalah sisi dingin peltier yang dirangkai
secara paralel bertingkat (kaskade) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.7,
pendinginan pada sisi dingin diteruskan melalui sirip yang tercelup di dalam air
(coldsink), sedangkan sisi panas peltier didinginkan menggunakan beberapa
variasi pendinginan. Skema rancangan peltier yang digunakan untuk pendingin air
7
Gambar 1.7 Rangkaian paralel bertumpuk (kaskade).
(http://www.peltiertec.net)
Gambar 1.8 Skema rancangan alat pendingin.
1.5 Manfaat Penelitian
a. Menambah wawasan tentang jenis mesin pendingin selain menggunakan
sistem kompresi uap (menggunakan refrijeran).
b. Dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian lain yang
8
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Perpindahan Kalor
Perpindahan kalor adalah proses perpindahan energi kalor dari benda
yang memiliki suhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Adanya perbedaan
suhu, energi kalor dapat mengalir baik pada benda padat maupun fluida.
Perpindahan kalor dibagi menjadi tiga jenis, yaitu perpindahan kalor secara
konduksi, konveksi dan radiasi seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Proses perpindahan kalor.
(http://1.bp.blogspot.com)
2.1.1 Perpindahan Kalor Konduksi
Perpindahan kalor konduksi adalah proses terjadinya perpindahan kalor
dari suatu benda ke benda yang lain yang biasanya terjadi pada benda padat
9
juga dapat terjadi perpindahan kalor secara konduksi dengan syarat fluida harus
dalam keadaan diam.
Gambar 2.2 Perpindahan kalor konduksi.
(http://guraru.org/wp-content/uploads/2013/10/konduksi-2.jpeg)
Laju perpindahan kalor secara konduksi dapat dihitung dengan
Persamaan 2.1 berikut ini :
Q = k ∙ A ∙ ∆∆ ... ( 2.1)
Keterangan pada Persamaan (2.1) :
Q : laju perpindahan kalor konduksi (watt).
k : konduktivitas termal atau koefisien perpindahan kalor konduksi (W/moC).
A : luas permukaan yang tegak lurus dengan arah perpindahan kalor (m2).
∆T : perbedaan suhu (oC).
10
Nilai konduktivitas termal berbagai bahan disajikan pada Lampiran Tabel 1 Sifat
material pada 21 °C.
2.1.2 Perpindahan Kalor Konveksi
Perpindahan kalor secara konveksi tidak dapat terjadi pada benda padat,
karena proses perpindahan kalor konveksi hanya terjadi pada fluida baik zat cair
maupun gas yang disertai dengan perpindahan zat perantaranya (Gambar 2.3).
Gambar 2.3 Perpindahan kalor konveksi.
(http://3.bp.blogspot.com)
Ada dua jenis perpindahan kalor konveksi, yaitu :
a. Konveksi paksa, terjadi karena ada alat tambahan yang digunakan untuk
mengalirkan fluida seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.4.
11
b. Konveksi bebas atau konveksi alami, terjadi karena adanya perbedaan
suhu yang menyebabkan perbedaan kerapatan massa. Jadi konveksi bebas
terjadi secara alami dan tidak menggunakan bantuan alat untuk
mengalirkan fluida. (Gambar 2.5).
Gambar 2.5 Konveksi bebas.
Gambar 2.6 Skema perpindahan kalor konveksi.
12
Perpindahan kalor konveksi dapat dihitung dengan Persamaan 2.2 :
Q = h ∙ A ∙ ∆T = h ∙ A ∙ T − T ... (2.2)
Keterangan pada Persamaan (2.2) :
Q : Laju perpindahan kalor konveksi (watt).
h : Koefisien perpindahan kalor konveksi (W/m2oC).
As : Luas permukaan benda yang bersentuhan dengan fluida (m2).
Ts : Suhu permukaan (oC).
T : Suhu fluida (oC).
Untuk beberapa kasus tertentu, nilai koefisien konveksi disajikan pada Tabel 2.2:
Tabel 2.2 Nilai koefisien perpindahan kalor konveksi.
No Proses Nilai koefisien konveski
(W/m2K)
1 Konveksi bebas, udara 2 – 25
2 Konveksi bebas, air 10 – 1000
3 Konveksi paksa, udara 25 – 250
4 Konveksi paksa, air 50 – 20000
5 Air mendidih 2500 – 100000
2.2 Peltier (termoelektrik)
Peltier atau juga disebut dengan termoelektrik adalah suatu alat yang
bekerja dengan cara mengkonversi energi lisrtik menjadi kalor atau sebaliknya
dari energi kalor menjadi energi listrik secara langsung, sehingga aliran kalor
13
Peltier yang banyak beredar dipasaran ada dua jenis, yaitu tipe TEG
(Thermo Electric Generator) yang digunakan untuk menghasilkan energi listrik
dengan aliran kalor dan tipe TEC (Thermo Electric Cooler) yang digunakan untuk
pendinginan. Prinsip kerja peltier tipe TEG dan TEC sama, yang membedakan
adalah bahan/material yang digunakan. Peltier tipe TEG menggunakan bahan
PbTe dan Si/Ge sedangkan peltier tipe TEC menggunakan bahan Bismuth
Telluride (Bi2Te3), Lead Selenium (PbSe) dan Silicon Germanium (SiGe).
Gambar 2.7 memperlihatkan efisiensi dari bereberapa tipe dari elemen pendingin.
Gambar 2.7 Grafik kurva efisiensi beberapa jenis elemen pendingin peltier.
14
Batas maksimal ketahanan panas untuk peltier tipe TEG dapat
mencapai 228 °C, untuk tipe TEC batas ketahanan panas maksimalnya lebih
rendah, yaitu sampai 138 °C dan umur pakai (lifetime) dari peltier dapat mencapai
100000 sampai 200000 jam. Dari segi harga, peltier tipe TEG bisa mencapai 10
kali lipat dari harga peltier tipe TEC. Spesifikasi kinerja peltier TEC dari pabrikan
disajikan pada Tabel 2.3:
Tabel 2.3 Spesifikasi kinerja peltier TEC.
Spesifikasi Kinerja Suhu
25 °C 50 °C
Qmaks. (°C) 50 57
Tmaks. (°C) 66 75
Imaks. (ampere) 6,4 6,4
Vmaks. (volt) 14,4 16,4
Resistensi modul ( ) 1,98 2,30
Pengujian yang dilakukan salah satu perusahaan pembuat peltier Hebei I.T.
(Shanghai) Co., Ltd. mendapatkan beberapa hasil terkait dengan kinerja peltier
TEC pada suhu 25 °C yang dapat dilihat pada Gambar grafik 2.8 dan Gambar
grafik 2.9, sedangkan kinerja pada suhu 50 °C dapat dilihat pada Gambar grafik
15
Gambar 2.8 Grafik kinerja peltier (Qc vs ∆T) pada suhu 25 °C.
(http://www.hebeiltd.com.cn/?p=peltier.module)
Gambar 2.9 Grafik kinerja peltier (V vs ∆T) pada suhu 25 °C.
16
Gambar 2.10 Grafik kinerja peltier (Qc vs ∆T) pada suhu 50 °C.
(http://www.hebeiltd.com.cn/?p=peltier.module)
Gambar 2.11 Grafik kinerja peltier (V vs ∆T) pada suhu 50 °C.
17
Peltier memiliki rangkaian tertutup dengan dua semikonduktor yang
berbeda jenis yaitu tipe P dan tipe N. Jika semikonduktor pertama dihubungkan
dengan kutub positif (+) dan semikonduktor kedua dihubungkan pada kutub
negatif (-) pada sumber listrik searah (DC) maka pada salah satu sambungan akan
terjadi proses penyerapan kalor (proses pemanasan) dan sambungan yang lain
[image:31.612.102.511.236.659.2]akan melepaskan kalor (proses pendinginan) seperti yang terlihat pada
Gambar 2.12 dan Gambar 2.13.
Gambar 2.12 Aliran kalor untuk jenis N dari efek peltier.
(http://www.tellurex.com/technology/peltier-faq.php)
Gambar 2.13 Aliran kalor untuk jenis P dari efek peltier.
18
Apabila salah satu dari sisi sambungan yang menyerap kalor
(sambungan bersuhu Tc) ditempatkan pada suatu ruangan yang terisolasi maka
kalor di dalam ruangan tersebut akan mengalir ke sambungan bersuhu Tc dari
peralatan pendingin. Dengan berjalannya waktu, suhu ruangan yang terisolasi
akan mengalami penurunan suhu sampai pada batas tertentu sehingga suhu
ruangan menjadi dingin.
Semikonduktor tipe P dan tipe N dapat dirangkai baik secara seri
(Gambar 2.14) maupun dirangkai secara paralel (Gambar 2.15) atau dirangkai
secara gabungan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.16 dan Gambar 2.17.
Pada umumnya peltier menggunakan gabungan semikonduktor tipe P dan tipe N
[image:32.612.103.506.220.557.2]seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.18
Gambar 2.14 Aliran kalor untuk beberapa jenis N terhubung paralel.
19
Gambar 2.15 Aliran kalor untuk beberapa jenis N terhubung seri.
(http://www.tellurex.com/technology/peltier-faq.php)
Gambar 2.16 Aliran kalor pada gabungan jenis N dan P dari Efek peltier.
20
Gambar 2.17 Aliran kalor pada gabungan beberapa jenis N dan P dari Efek
peltier.
(http://www.tellurex.com/technology/peltier-faq.php)
Gambar 2.18 Konfigurasi beberapa susunan P dan N dari sistem pendingin dengan
efek peltier.
(http://www.microwaves101.com)
Ukuran peltier umumnya 40 mm × 40 mm × 4 mm biasanya berisikan
rangkaian beberapa batang Bismuth Telluride di dalamnya dengan dua jenis
material semikonduktor P dan ssemikonduktor N dan dibungkus dengan keramik
21
TEC dengan kode 12706 yaitu peltier terdiri dari 127 pellet dengan input tegangan
maksimal 12 volt dan input arus maksimal 6 ampere. Beda suhu antara sisi panas
[image:35.612.104.509.174.485.2]dan dingin bisa mencapai 65 ºC.
Gambar 2.19 Keping panas dingin yang ada dipasaran.
(i01.i.aliimg.com/wsphoto/v0/597376229/5-PCS-LOT-TEC1-12705-Thermoelectric-font-b-Peltier-b-font-40x40mm-TEC-font-b-Thermo.jpg)
Untuk dapat lebih memahami prinsip kerja peltier dengan baik, perlu
pemahaman tentang beberapa teori yang terkait dengan peltier antara lain efek
Seebeck, efek Peltier dan efek Thomson. Efek yang digunakan pada sistem
pendingin adalah efek Peltier, sehingga penulis menggunakan peltier jenis TEC
dalam penelitian ini karena percobaan yang akan diteliti adalah tentang pendingin
air.
2.3 Efek Peltier
Efek Peltier pertama kali ditemukan tahun 1834 oleh Jean Charles
22
jenis penghantar yang berbeda, dan pada masing-masing kedua ujung penghantar
tersebut disambungkan (sambungan A dan sambungan B) sehingga membentuk
rangkaian tertutup seperti terlihat pada Gambar 2.20, maka akan timbul perbedaan
suhu antara sambungan A dengan sambungan sambungan B. Sambungan A
bersuhu lebih rendah (Tc) dan sambungan B bersuhu lebih tinggi (Th).
Beda suhu sambungan A dan sambungan B adalah T. Pada
sambungan A terjadi proses penyerapan kalor sebesar Qc dan pada sambungan B
akan terjadi pelepasan kalor sebesar Qh. Besar kalor yang diserap Qc sama dengan
besar kalor yang dilepaskan Qh atau (Qc = Qh).
Persamaan yang menghubungkan jumlah kalor yang diserap atau
dilepaskan di sambungan dengan arus searah yang mengalir adalah :
Q = Q = π ∙ I ... (2.3)
Pada Persamaan (2.3) :
Qc : jumlah perpindahan kalor yang diserap pada sambungan A (watt).
Qh : jumlah perpindahan kalor yang dilepaskan pada sambungan B (watt).
π : koefisien relatif peltier dari material X terhadap material Y (volt).
23
Gambar 2.20 Efek peltier.
(https://www.ferrotec.com/technology/thermoelectric/thermalRef01/)
Berdasarkan Gambar 2.20, koefisien Peltier XY (material X terhadap
material Y) akan berharga positif jika kalor dilepaskan oleh sambungan B yang
bersuhu Th (dimana Th>Tc) ketika arus searah mengalir dari material X ke
material Y. Efek Peltier merupakan efek yang reversibel, jika arah arus dibalik
maka pada sambungan yang awalnya melepaskan kalor akan berubah menjadi
menyerap kalor dan yang awalnya menyerap kalor akan berubah melepaskan
kalor. Untuk arus listrik tertentu, kecepatan penyerapan kalor atau pelepasan kalor
per detik pada sambungan dua penghantar bergantung kepada daya termoelektrik
dan tidak bergantung kepada bentuk dan dimensi penghantar.
Dasar termoelektrik pendingin adalah terjadinya efek penyerapan kalor
lingkungan oleh sambungan, bila arus listrik searah mengalir searah dengan
kenaikan gradient potensial. Besarnya kalor diserap atau dilepaskan di suatu
sambungan sebanding dengan arus yang dialirkan dan arah arus yang dialirkan
24
2.4 Sirip
Sirip berfungsi untuk memperluas permukaan dari benda yang
dipasangi sirip. Apabila dipasang pada sisi panas (heatsink) dari elemen pendingin
maka sirip akan dapat membantu memperbesar pembuangan kalor, sehingga suhu
pada sisi panas dari elemen tidak melebihi batas kerja. Semakin besar luas
permukaan sirip yang dipasang, akan semakin besar kalor yang akan dipindahkan
ke fluida sekitar. Demikian juga semakin banyak sirip yang dipasang maka akan
semakin besar kalor yang mampu dipindahkan. Hal ini juga berlaku pada sirip
yang dipasang pada sisi dingin peltier (coldsink) baik yang bersinggungan secara
langsung dengan fluida atau tidak.
Pemilihan bahan sirip berpengaruh terhadap besarnya kalor yang dapat
dipindahkan. Semakin besar nilai konduktivitas termal bahan sirip, semakin besar
kalor yang dapat dilepas oleh sirip. Pengaruh luas penampang (A) dan pengaruh
bahan sirip terhadap efisiensi sirip, diperlihatkan pada Gambar 2.21. Semakin
tinggi efisiensi, semakin besar kalor yang mampu dipindahkan. Dengan logika
sama, hal yang sama juga terjadi jika sirip dipasang di sisi permukaan dingin dari
elemen pendingin. Dalam hal ini, sirip dipergunakan membantu mempercepat
25
Gambar 2.21 Hubungan efisiensi sirip dengan ξ.
(http://www.mhhe.com/cengel)
2.5 Kipas
Kipas berfungsi untuk mengalirkan udara. Kecepatan aliran udara di
sekitar lokasi pelepasan kalor dapat diperbesar dengan adanya pemasangan kipas.
Kecepatan udara berpengaruh terhadap laju perpindahan kalor konveksi. Semakin
besar kecepatan aliran udara, semakin besar nilai koefisien perpindahan kalor
konveksi yang dihasilkan. Semakin besar nilai koefisien perpindahan kalor (h),
semakin besar laju perpindahan kalor konveksi yang dihasilkan. Laju perpindahan
kalor konveksi berbanding lurus dengan nilai koefisien perpindahan kalor
26
pasaran, sebaiknya dipilih dengan daya listrik dan debit aliran yang besar. Contoh
kipas yang biasa digunakan untuk membantu sirkulasi pengaliran kalor dapat
[image:40.612.103.509.175.514.2]dilihat pada Gambar 2.22.
Gambar 2.22 Kipas pendingin.
(http://2.bp.blogspot.com/-EwnyBcp21sc/TZQALJKjweI/
AAAAAAAAAAc/1eZtJgOYOBk /s320/fanfp6.jpg)
2.6 Isolator
Isolator harus memmiliki nilai konduktivitas termal yang rendah karena
dipergunakan untuk menghambat proses perpindahan kalor. Isolator dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu isolator yang tahan terhadap suhu dingin dan isolator
yang tahan terhadap suhu panas. Bahan isolator yang tahan terhadap suhu dingin,
misalnya gabus sedangkan isolator yang tahan terhadap suhu panas dan juga tahan
terhadap suhu dingin misalnya serat gelas (glasswool) dan udara. Nilai
27
konduktivitas termal yang dimiliki udara. Sedangkan nilai kondukivitas termal
bahan serat gelas (glasswool) adalah 0,04 watt/moC.
2.7 Material Dinding Alat Pendingin Dengan Peltier
Pemilihan dinding kotak pendingin pada peralatan pendingin dapat
mengambil referensi dari Tabel 2.4 yang menyajikan beberapa material dinding
non logam beserta dengan sifat-sifatnya. Penggunaan material dinding non logam
jika sisi dingin peltier diberi sirip dan bersentuhan dengan fluida yang
didinginkan.
Kotak pendingin yang bersentuhan langsung dengan peltier biasanya
menggunakan bahan dengan nilai konduktivitas termal yang tinggi, seperti
[image:41.612.105.509.267.584.2]material dari alumunium atau tembaga.
Tabel 2.4 Material dinding.
Material k
(W/mK)
Ρ (kg/m3)
mq” * (kgW/m2)
Busa Polistiren (Expanded) 0.03 15 0,108
Poliuretana 0.02 1050 5,04
Silika Aerogel 0.003 1,9 0,0014
Serat kaca 0.038 32 0,292
Gabus 0.039 120 1,123
* : untuk dinding dengan luas 160 × 100 mm2, ketebalan 10 mm dan T = 15 °C.
Pemilihan material dinding untuk alat pendingin yang baik adalah
menggunakan Silika Aerogel, tetapi karena harganya yang relatif mahal material
dinding alat pendingin bisa diganti menggunakan gabus yang harganya relatif
28
2.8 Perhitungan Kalor Yang Dilepas Air
Kalor yang dilepas air pada mesin pendingin selama selang waktu dari
mesin pendingin (Gambar 2.23) dapat dihitung dengan Persamaan (2.4) berikut :
Q = m ∙ C ∙ Ti − Ta ... (2.4)
Pada Persamaan (2.4) :
Q : kalor yang dilepas air (watt).
m : massa air (kg).
Cv : kalor jenis air(J/kgoC).
Ti : Suhu awal air (oC).
[image:42.612.104.509.174.648.2]Ta : Suhu akhir air setelah selang waktu detik (oC).
Gambar 2.23 Kalor yang dilepas air.
29
2.9 Perhitungan Efisiensi Alat Pendingin
Perhitungan efisiensi adalah perbandingan antara energi yang dapat
dipergunakan mesin pendingin dengan energi yang diberikan ke mesin pendingin.
η =!"... (2.5)
Pada Persamaaan (2.5) :
η : efisiensi.
Q : kalor yang dilepas air (watt)
P : daya yang diberikan ke mesin pendingin (watt)
2.10 Referensi
Pendingin menggunakan peltier mulai banyak diteliti sebagai salah satu
alternatif mesin pendingin karena murah, tidak berisik dan ramah lingkungan,
beberapa penelitian yang telah dilakukan antara lain sebagai berikut :
Penelitian dilakukan oleh Sandya Priyambada (2012) menggunakan
empat buah peltier yang dirangkai secara paralel untuk pendingin kabin mobil
dengan sumber listrik dari aki. Dari hasil pengujian yang dilakukan, peltier dapat
mengurangi suhu pada kabin mobil yang di parkir di tempat terbuka di bawah
sinar matahari langsung. Suhu dalam kabin mobil jenis city carmencapai 52,4 oC,
setelah kabin diberi alat pendingin menggunakan peltier, suhunya dapat berkurang
menjadi 48 oC. Alat pendingin dipasangkan pada bagian dalam mobil di atas
30
Gambar 2.24 Pemasangan alat pendingin kabin mobil.
Penelitian dilakuakan oleh Stephanus Riosetiawan (2012)
menggunakan 2 peltier untuk pendingin dan penghangat pada alat penyimpan
makanan menggunakan aki kering 12 V 12 Ah sebagai sumber listrik. Alat
tersebut memiliki dua buah ruangan yang terdiri dari satu ruang berfungsi untuk
pendingin dan ruang yang lain berfungsi sebagai penghangat seperti ilustrasi yang
ditunjukkan pada Gambar 2.25. Dengan menggunakan kendali PID, suhu pada
ruang pendingin dapat ditentukan sampai suhu 10 oC, sedangkan suhu pada ruang
penghangat dapat ditentukan dari 40 oC sampai 60 oC. Cooler-warmer box dapat
31
Gambar 2.25 Cooler-warmer box.
(http://cdn.dealsdirect.net/m/products/913/3913/1/product1_3913.jpg?file=Electri
c+Cooler+Warmer+Box+18L+-+Great+For+Picnics+Camping)
Penelitian dilakukan oleh Peri Permana (2006) menggunakan tiga buah
peltier sebagai pendingin ruang untuk pendinginan jamur merang. Ruang
pendingin terdiri dari lima bagian, yaitu 1.) ruang pendingin, 2.) modul
termoelektrik, 3.) sistem sirkulasi udara dingin, 4.) sistem pembuangan panas, dan
5.) rak pendingin. Ruang pendingin terdiri dari kotak pendingin dari plat
alumunium dan dinding insulasi terbuat dari bahan multiplek dan Styrofoam.
Sistem sirkulasi udara dingin hanya menggunakan bantuan kipas DC, sedangkan
sistem pembuangan panas terdiri dari heatsink, bak air, pompa AC, dan menara
32
hal ini dikarenakan suhu di ruang pendingin hanya bisa mencapai suhu rata-rata
sebesar 26,93 °C. Suhu yang baik untuk penyimpanan jamur merang sekitar 15 °C
dan apabila suhu diatas 20 °C maka jamur akan membusuk. Suhu terendah ruang
pendingin pada 3 pengujian tanpa produk hari pertama 26,93 °C tercapai pada
menit ke 40, pada hari kedua adalah 27,02 °C tercapai pada menit ke 20, dan pada
hari ketiga adalah 26,48 °C tercapai pada menit ke 10. Besarnya arus listrik yang
masuk ke dalam peltier mempengaruhi kapasitas pendinginan. Semakin besar arus
listrik yang masuk ke dalam peltier, semakin besar pula kapasitas pendinginan
33
BAB III
PEMBUATAN ALAT DAN METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Komponen Alat Pendindingin Air Menggunakan Peltier
Pembuatan pendingin air menggunakan peltier memerlukan beberapa
komponen, antara lain sebagai berikut :
a. Peltier (termoelektrik) tipe TEC1-12706A
b. Sirip pendinginsisi panas peltier (heatsink)
c. Sirip pada sisi dingin peltier (coldsink)
d. Sumber listrik arus searah (DC) 12 volt 17 ampere untuk peltier
e. Sumber listrik arus searah (DC) 15 volt 2 ampere untuk kipas pendingin
f. Kipas pendingin kapasitas 12 volt 0,19 ampere
g. Tangki air kapasitas 0,7 liter
h. Voltmeter
i. Amperemeter
j. Termometer digital 3 buah
3.2 Peralatan Pendukung Pembuatan Alat Pendingin Air
Dalam pembuatan alat pendingin air ada beberapa alat pendukung yang
dipergunakan, antara lain :
a. Mesin frais
Mesin frais digunakan untuk meratakan sirip yang bersentuhan dengan peltier
34
b. Mata bor Ø 3,3 mm
Mata bor Ø 3,3 mm digunakan untuk membuat lubang yang nantinya lubang
tersebut dibuat ulir dalam M4.
c. Mata bor Ø 5 mm
Mata bor Ø 5 mm digunakan untuk membuat lubang tempat baut M4
d. Tap tangan M4
Tap tangan M4 digunakan untuk membuat ulir dalam pada heatsink dan
coldsink.
e. Handle tap ukuran 1-8
Handle tap ukuran 1-8 digunakan untuk memegang tap M4 pada saat proses
pembuatan ulir dalam.
f. Obeng (+)
Obeng (+) digunakan untuk memasang baut antara heatsink dengan coldsink.
g. Gergaji
Gergaji digunakan untuk membuat alur pada heatsink dan coldsink yang
berfungsi sebagai tempat termokopel agar tidak mengganjal.
h. Cutter
Cutter digunakan untuk memotong kabel peltier yang akan disambung.
3.3 Skema Rancangan Alat Pendingin Air Mengguanakan Peltier
Rancangan alat pendingin air menggukanan peltier seperti yang
35
Gambar 3.1 Pendingin air menggunakan peltier.
Peltier dirangkai secara paralel dengan tujuan untuk menyiasati
penggunaan trafo yang harganya refatif mahal untuk kapasitas 10 ampere 36 volt.
Adaptor yang dipakai sebagai sumber listrik menggunakan power supply dari
komputer dengan kapasitas 12 volt 17 ampere. Rangkaian alat pendingin dapat
36
Gambar 3.2 Rangkaian alat pendingin.
3.4 Pembuatan Alat Pendingin Air Menggunakan Peltier
Setelah bahan-bahan yang diperlukan dan alat yang akan digunakan
telah siap semua, proses pembuatan alat pendingin air adalah sebagai berikut :
a. Pembuatan alat pendingin air menggunakan peltier.
Proses pertama yang dilakukan adalah meratakan heatsink, membuat
lubang yang telah ditentukan jaraknya dengan mata bor Ø 5 mm untuk lubang
baut M4 sebagai pengikat antara heatsink dan coldsink.
Proses kedua adalah membuat lubang Ø 3,3 mm pada sisi samping
heatsink yang sudah ditentukan jaraknya sebanyak 4 lubang, setelah lubang
terbentuk kemudian dilakukan pembuatan ulir dalam M4 menggunakan tap
tangan M4, lubang ulir ini nantinya berfungsi untuk pengikat kipas dengan
37
Proses ketiga membuat alur untuk tempat termokopel menggunakan
gergaji, kedalaman penyayatan tergantung pada besarnya termokopel yang
digunakan. Fungsi dari pembuatan alur adalah supaya termokopel tidak
mengganjal peltier dengan heatsink maupun coldsink, sehingga proses
penyerapan kalor atau pelepasan kalor dapat maksimal.
b. Perakitan komponen alat pendingin air menggunakan peltier.
Peltier diberi pasta termal pada bagian sisi panas dan sisi dingin agar
proses penyerapan dan pelepasan panas dapat lebih maksimal sebelum
ditempelkan pada heatsink dan coldsink. Tahap selanjutnya adalah memasang
baut untuk pengikat ukuran M4 yang sudah diberi ring pada heatsink dan
coldsink kemudian peltier dirangkai secara paralel seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 3.3, Gambar 3.4 dan Gambar 3.5. Tahap terakhir adalah
menyambungkan sumber listrik dari adaptor ke kutub positif dan kutub
[image:51.612.101.507.200.667.2]negatif pada rangkaian peltier.
38
Gambar 3.4 Pendingin air menggunakan peltier (1).
(http://www.tokobagus.com/iklan/peltier-heatsink-pendingin-aquarium-air-laut-dispenser-23445898.html)
Gambar 3.5 Pendingin air menggunakan peltier (2).
(http://www.tokobagus.com/iklan/peltier-heatsink-pendingin-aquarium-air-laut-dispenser-23445898.html)
c. Ujicoba alat pendingin
Ujicoba alat pendingin dilakukan dengan cara mengukur suhu pada air,
suhu pada sisi dingi peltier, suhu pada sisi panas peltier, arus listrik yang
39
kotak pendingin. Sisi panas dan sisi dingin peltier dipastikan terjadi
perbedaan suhu ( T) sehingga terjadi proses pendinginan, ujicoba alat
pendingin dapat dinyatakan berhasil jika air yang didinginkan suhunya dapat
berkurang sampai batas maksimal yang diinginkan, dengan batasan waktu
selama 60 menit jika heatsink menggunakan kipas dan dengan batasan suhu
pada sisi panas 80 °C jika heatsnink tidak menggunakan kipas.
3.5 Variasi Penelitian Alat Pendingin Menggunakan Peltier
Penelitian dilakukan dengan variasi jumlah peltier dan variasi
pendinginan sisi panas peltier. Untuk penjelasan variasi yang digunakan adalah
sebagai berikut :
a. Pernelitian 1
Menggunakan 1 peltier dengan pendinginan sisi panas peltier
menggunakan kipas.
b. Pernelitian 2
Menggunakan 1 peltier dengan pendinginan sisi panas peltier tanpa
menggunakan kipas.
c. Pernelitian 3
Menggunakan 2 peltier dengan pendinginan sisi panas peltier
menggunakan kipas.
d. Pernelitian 4
Menggunakan 2 peltier dengan pendinginan sisi panas peltier tanpa
40
e. Pernelitian 5
Menggunakan 3 peltier dengan pendinginan sisi panas peltier
menggunakan kipas.
f. Pernelitian 6
Menggunakan 3 peltier dengan pendinginan sisi panas peltier tanpa
menggunakan kipas.
3.6 Metode Pengambilan Data Alat Pendingin Menggunakan Peltier
Pengambilan data dilakukan pada rangkaian tunggal untuk 1 peltier dan
rangkaian paralel bertumpuk (kaskade) untuk 2 peltier dan 3 peltier. Berdasarkan
ilmu fisika kebutuhan tegangan untuk variasi jumlah peltier pada rangkaian
paralel besarnya tetap yaitu 12 volt, sedangkan konsumsi arus listrik berbeda-beda
untuk setiap jumlah peltier. Arus yang dibutuhkan untuk 1 peltier sebesar 6
ampere, untuk 2 peltier besarnya 12 ampere dan untuk 3 peltier besarnya 18
ampere meskipun arus listrik dari adaptor sebesar 17 ampere, peltier hanya akan
memakai arus sebesar kapasitas maksimal yang dibutuhkan saja.
3.6.1 Pengambilan Data Penelitian 1
Urutan pengambilan data alat pendingin menggunakan 1 peltier dengan
pendinginan sisi panas peltier menggunakan kipas.
1. Pasang termokopel pada sisi panas dan sisi dingin peltier yang bersentuhan
dengan heatsink dan coldsink serta celupkan termokopel ke dalam air yang
41
2. Isi kotak pendingin dengan air sampai dengan kapasitas 0,7 liter.
3. Pasang voltmeter pada kutub positif (+) dan kutub negatif (-) pada peltier.
4. Pasang amperemeter pada kutub positif (+) dan kutub negatif (-) pada peltier.
5. Nyalakan adaptor dan catat keluaran tegangan listrik, keluaran arus listrik,
suhu pada sisi panas, suhu pada sisi dingin peltier dan suhu air.
6. Catat perubahan suhu pada sisi panas, suhu pada sisi dingin, suhu air,
keluaran tegangan dan keluaran arus listrik setiap 3 menit selama 60 menit.
7. Matikan adaptor.
8. Buang air yang sudah dipakai dan bersihkan kotak pendingin.
3.6.2 Pengambilan Data Penelitian 2
Urutan pengambilan data alat pendingin menggunakan 1 peltier dengan
pendinginan sisi panas peltier tanpa menggunakan kipas.
1. Isi kotak pendingin dengan air sampai dengan kapasitas 0,7 liter.
2. Matikan kipas pendingin pada sisi panas peltier.
3. Nyalakan adaptor dan catat keluaran tegangan listrik, keluaran arus listrik,
suhu pada sisi panas,suhu pada sisi dingin peltier dan suhu air.
4. Catat perubahan suhu pada sisi panas, suhu pada sisi dingin, suhu air,
keluaran tegangan dan keluaran arus listrik setiap 1 menit sampai suhu pada
sisi panas peltier mencapai 80 ºC.
5. Matikan adaptor.
6. Lepaskan semua alat ukur yang terpasang.
42
3.6.3 Pengambilan Data Penelitian 3
Urutan pengambilan data alat pendingin menggunakan 2 peltier dengan
pendinginan sisi panas peltier menggunakan kipas.
1. Pasang sisi dingin peltier pada sisi panas peltier yang pertama, kedua sisi
peltier harus diberi termal pasta terlebih dahulu dan sambung secara paralel.
2. Pasang termokopel pada sisi panas dan sisi dingin peltier yang bersentuhan
dengan heatsink dan coldsink serta celupkan termokopel ke dalam air yang
ada di tangki alat pendingin.
3. Isi kotak pendingin dengan air sampai dengan kapasitas 0,7 liter.
4. Pasang voltmeter pada kutub positif (+) dan kutub negatif (-) pada peltier.
5. Pasang amperemeter pada kutub positif (+) dan kutub negatif (-) pada peltier.
6. Nyalakan adaptor dan catat keluaran tegangan listrik, keluaran arus listrik,
suhu pada sisi panas, suhu pada sisi dingin peltier dan suhu air.
7. Catat perubahan suhu pada sisi panas, suhu pada sisi dingin, suhu air,
keluaran tegangan dan keluaran arus listrik setiap 3 menit selama 60 menit.
8. Matikan adaptor.
9. Buang air yang sudah dipakai dan bersihkan kotak pendingin.
3.6.4 Pengambilan Data Penelitian 4
Urutan pengambilan data alat pendingin menggunakan 2 peltier dengan
pendinginan sisi panas peltier tanpa menggunakan kipas.
1. Isi kotak pendingin dengan air sampai dengan kapasitas 0,7 liter.
43
3. Nyalakan adaptor dan catat keluaran tegangan listrik, keluaran arus listrik,
suhu pada sisi panas, suhu pada sisi dingin peltier dan suhu air.
4. Catat perubahan suhu pada sisi panas, suhu pada sisi dingin, suhu air,
keluaran tegangan dan keluaran arus listrik setiap 1 menit sampai suhu pada
sisi panas peltier mencapai 80 ºC.
5. Matikan adaptor.
6. Lepaskan semua alat ukur yang terpasang.
7. Buang air yang sudah dipakai dan bersihkan kotak pendingin.
3.6.5 Pengambilan Data Penelitian 5
Urutan pengambilan data 3 peltier dengan pendinginan sisi panas peltier
menggunakan kipas.
1. Pasang sisi dingin peltier pada sisi panas peltier yang kedua, kedua sisi peltier
harus diberi termal pasta terlebih dahulu dan sambung secara paralel.
2. Pasang termokopel pada sisi panas dan sisi dingin peltier yang bersentuhan
dengan heatsink dan coldsink serta celupkan termokopel ke dalam air yang
ada di tangki alat pendingin.
3. Isi kotak pendingin dengan air sampai dengan kapasitas 0,7 liter.
4. Pasang voltmeter pada kutub positif (+) dan kutub negatif (-) pada peltier.
5. Pasang amperemeter pada kutub positif (+) dan kutub negatif (-) pada peltier.
6. Nyalakan adaptor dan catat keluaran tegangan listrik, keluaran arus listrik,
44
7. Catat perubahan suhu pada sisi panas, suhu pada sisi dingin, suhu air,
keluaran tegangan dan keluaran arus listrik setiap 3 menit selama 60 menit.
8. Matikan adaptor.
9. Buang air yang sudah dipakai dan bersihkan kotak pendingin.
3.6.6 Pengambilan Data Penelitian 6
Urutan pengambilan data 3 peltier dengan pendinginan sisi panas peltier
tanpa menggunakan kipas.
1. Isi kotak pendingin dengan air sampai dengan kapasitas 0,7 liter.
2. Matikan kipas pendingin pada sisi panas peltier.
3. Nyalakan adaptor dan catat keluaran tegangan listrik, keluaran arus listrik,
suhu pada sisi panas, suhu pada sisi dingin peltier dan suhu air.
4. Catat perubahan suhu pada sisi panas, suhu pada sisi dingin, suhu air,
keluaran tegangan dan keluaran arus listrik setiap 1 menit sampai suhu pada
sisi panas peltier mencapai 80 ºC.
5. Matikan adaptor.
6. Lepaskan semua alat ukur yang terpasang.
7. Buang air yang sudah dipakai dan bersihkan kotak pendingin.
3.7 Metode Pengolahan Data
Pengolahan data hasil penelitian dilakukan sebagai berikut :
a. Data suhu yang diperoleh dirangkum dalam bentuk tabel untuk
45
b. Data tegangan dan arus listrik yang digunakan pada masing-masing penelitian
dihitung untuk mengetahui besarnya daya.
c. Membandingkan suhu pendinginan dengan besarnya daya yang dibutuhkan
pada masing-masing penelitian.
3.8 Mendapatkan Kesimpulan
Untuk memperoleh kesimpulan hasil penelitian dilakukan sebagai
berikut :
a. Mengetahui besarnya suhu pendinginan air paling optimal dari mesin
pendingin pada masing-masing penelitian.
b. Mengetahui daya paling besar yang dibutuhkan pada penelitian dengan
menggunakan 1 peltier, 2 peltier atau 3 peltier yang dirangkai secara paralel
bertumpuk (kaskade).
c. Mengetahui penelitian yang paling efisiensi dari variasi penggunaan jumlah
peltier dan variasi pendinginan pada sisi panas peltier.
d. Mengetahui hubungan ∆T dan besarnya daya yang diperlukan.
e. Mengetahui perbedaan suhu sisi panas dan suhu sisi dingin peltier dari waktu
46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan gambar untuk
mempermudah melihat dan menganalisa data tiap penelitian.
4.1.1 Penelitian 1
Perolehan data yang dilakukan pada penelitian 1 menggunakan alat
pendingin air dengan 1 peltier dan pendinginan sisi panas peltier menggunakan
[image:60.612.104.505.231.698.2]kipas. Hasil perolehan data disajikan pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1.
Tabel 4.1 Hasil alat pendingin air menggunakan 1 peltier dengan pendinginan sisi
panas menggunakan kipas.
Waktu (menit) Tegangan (volt) Arus (ampere) Tair (ºC) Th (ºC) Tc (ºC)
3 11,82 3,56 26 47 15
6 11,82 3,55 25,5 47 14,5
9 11,82 3,54 25 47 14
12 11,82 3,54 24,5 47 13,5
15 11,82 3,54 24 47 13
18 11,82 3,54 23,5 46,5 12,5
21 11,82 3,54 23 46,5 12
24 11,82 3,53 22 46 11,5
27 11,82 3,53 21,5 46 11
30 11,82 3,53 21 45,5 10,5
33 11,82 3,53 20,5 45,5 10
47 Waktu (menit) Tegangan (volt) Arus (ampere) Tair (ºC) Th (ºC) Tc (ºC)
39 11,82 3,53 19,5 45,5 9
42 11,82 3,53 19 45,5 9
45 11,82 3,53 19 45,5 8,5
48 11,82 3,53 18,5 45 8
51 11,82 3,53 18 45 8
54 11,82 3,53 17,5 45 7,5
57 11,82 3,52 17 45 7
[image:61.612.102.506.99.613.2]60 11,82 3,52 16,5 45 6,5
Gambar 4.1 Grafik laju pendinginan air menggunakan 1 peltier dengan
pendinginan sisi panas menggunakan kipas. Tair = -0,1703t + 26,468
16 16.5 17 17.5 18 18.5 19 19.5 20 20.5 21 21.5 22 22.5 23 23.5 24 24.5 25 25.5 26 26.5 27 27.5
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57 60 63
Suhu air (°C)
48
4.1.2 Penelitian 2
Perolehan data yang dilakukan pada penelitian 2 menggunakan alat
pendingin air dengan 1 peltier dan pendinginan sisi panas peltier tanpa
[image:62.612.101.509.238.486.2]menggunakan kipas. Hasil perolehan data disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil alat pendingin air menggunakan 1 peltier dengan pendinginan sisi
panas tanpa menggunakan kipas.
Waktu (menit)
Tegangan (volt)
Arus (ampere)
Tair (ºC)
Th (ºC)
Tc (ºC)
1 11,82 2,81 26 56,1 17,5
2 11,81 2,77 25 66,2 18,8
3 11,81 2,74 24,9 73,5 20
4 11,82 2,71 24,9 78,7 21,1
5 11,82 2,68 25 82,5 21,7
4.1.3 Penelitian 3
Perolehan data yang dilakukan pada penelitian 3 menggunakan alat
pendingin air dengan 2 peltier dan pendinginan sisi panas peltier menggunakan
49
Tabel 4.3 Hasil alat pendingin air menggunakan 2 peltier dengan pendinginan sisi
panas menggunakan kipas.
Waktu (menit) Tegangan (volt) Arus (ampere) Tair (ºC) Th (ºC) Tc (ºC)
3 11,63 6,06 26,5 50 24
6 11,63 6,05 26 50 23
9 11,63 6,04 25 51 22,5
12 11,63 6,04 24,5 51 22,5
15 11,63 6,04 24 52 22
18 11,63 6,04 23,5 52 21,5
21 11,63 6,04 23 51 21
24 11,63 6,04 22,5 51 20,5
27 11,63 6,04 22 51 20
30 11,63 6,05 21,5 51 19,5
33 11,63 6,05 21 51 19,5
36 11,63 6,05 20,5 51 19,5
39 11,63 6,05 20 50,5 19
42 11,62 6,05 19,5 50,5 18
45 11,63 6,04 19 51 18
48 11,62 6,04 18,5 51 17,5
51 11,63 6,05 18 51 17
54 11,63 6,05 17,5 50,5 17
57 11,62 6,06 17 50 16
50
Gambar 4.2 Grafik laju pendinginan air menggunakan 2 peltier dengan
pendinginan sisi panas menggunakan kipas.
4.1.4 Penelitian 4
Perolehan data yang dilakukan pada penelitian 4 menggunakan alat
pendingin air dengan 2 peltier dan pendinginan sisi panas peltier tanpa
menggunakan kipas. Hasil perolehan data disajikan pada Tabel 4.4.
Tair = -0,1703t + 26,706
16 16.5 17 17.5 18 18.5 19 19.5 20 20.5 21 21.5 22 22.5 23 23.5 24 24.5 25 25.5 26 26.5 27 27.5
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57 60 63
Suhu air (°C)
51
Tabel 4.4 Hasil alat pendingin air menggunakan 2 peltier dengan pendinginan sisi
panas tanpa menggunakan kipas.
Waktu (menit) Tegangan (volt) Arus (ampere) Tair (ºC) Th (ºC) Tc (ºC)
1 11,67 5,42 25,9 55,6 21
2 11,67 5,33 25,7 71,2 22,4
3 11,68 5,24 25,8 81,9 23,9
4.1.5 Penelitian 5
Perolehan data yang dilakukan pada penelitian 5 menggunakan alat
pendingin air dengan 3 peltier dan pendinginan sisi panas peltier menggunakan
[image:65.612.104.505.153.693.2]kipas. Hasil perolehan data disajikan pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.3.
Tabel 4.5 Hasil alat pendingin air menggunakan 3 peltier dengan pendinginan sisi
panas menggunakan kipas.
Waktu (menit) Tegangan (volt) Arus (ampere) Tair (ºC) Th (ºC) Tc (ºC)
3 11,5 7,68 25 50 23
6 11,5 7,68 25 51 23
9 11,5 7,68 24 51,5 22
12 11,5 7,69 23,5 51,5 22
15 11,5 7,7 23,5 51,5 22
18 11,5 7,68 23 52 21,5
21 11,5 7,68 22,5 52 21
24 11,49 7,67 22 51 21
27 11,49 7,69 22 51 21
30 11,49 7,67 21,5 50,5 20
52 Waktu (menit) Tegangan (volt) Arus (ampere) Tair (ºC) Th (ºC) Tc (ºC)
36 11,49 7,67 20,5 51 20
39 11,49 7,68 20 51 19,5
42 11,49 7,68 20 51 19,5
45 11,48 7,68 20 51 19
48 11,49 7,68 19,5 51 19
51 11,49 7,68 19 51 19
54 11,48 7,68 19 51,5 18,5
57 11,48 7,68 19 51,5 18
[image:66.612.104.509.101.662.2]60 11,49 7,67 18,5 51 18
Gambar 4.3 Grafik laju pendinginan air menggunakan 3 peltier dengan
pendinginan sisi panas menggunakan kipas. Tair = -0,1242t + 25,418
16 16.5 17 17.5 18 18.5 19 19.5 20 20.5 21 21.5 22 22.5 23 23.5 24 24.5 25 25.5 26 26.5 27 27.5
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57 60 63
Suhu air (°C)
53
4.1.6 Penelitian 6
Perolehan data yang dilakukan pada penelitian 6 menggunakan alat
pendingin air dengan 3 peltier dan pendinginan sisi panas peltier tanpa
menggunakan kipas. Hasil perolehan data disajikan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil alat pendingin air menggunakan 3 peltier dengan pendinginan sisi
panas tanpa menggunakan kipas.
Waktu (menit) Tegangan (volt) Arus (ampere) Tair (ºC) Th (ºC) Tc (ºC)
1 11,49 7,26 26,6 61,8 23,3
2 11,51 6,91 26,7 80,8 25,1
4.2 Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh dalam setiap penelitian, maka hasil
pengambilan data alat pendingin air menggunakan 1 peltier, 2 peltier dan 3 peltier
dengan pendinginan sisi panas tidak menggunakan kipas tidak dibahas secara
detail karena alat pendingin tidak menunjukkan hasil yang maksimal. Pembahasan
yang diambil hanya pada alat pendingin menggunakan 1 peltier, 2 peltier dan 3
peltier dengan pendinginan sisi panas menggunakan kipas. Berikut ini adalah
pembahasan dari alat pendingin dengan pendinginan sisi panas menggunakan
kipas :
4.2.1 Perbandingan Kalor Maksimal Yang Dilepas Air
Kalor maksimal yang dilepas dapat dihitung menggunakan persamaan
54
Tabel 4.7 Perhitungan kalor maksimal yang dilepas air.
Penelitian m
(kg) Cv (J/kgºC) t (menit) Ti air (ºC) Ta air (ºC) Q (W)
Penelitian 1 0,7 4186 60 27 16,5 8,55
Penelitian 3 0,7 4186 60 27 17 8,14
[image:68.612.103.515.139.549.2]Penelitian 5 0,7 4186 60 27 18,5 6,92
Gambar 4.4 Grafik perbandingan kalor maksimal yang dilepas air.
4.2.2 Perbedaan Suhu ( T) Sisi Panas dan Sisi Dingin Peltier
Perbedaan suhu ( T) diasumsikan sudah steady pada menit ke-60.
Pendinginan sisi panas dengan menggunakan kipas. Hasil pengujian disajikan
pada Tabel 4.8 dan ditunjukkan pada Gambar 4.5.
8,55 W 8,14 W 6,92 W 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00
Penelitian 1 Penelitian 3 Penelitian 5
Q (W)
Penelitian 1
Penelitian 3
55
Tabel 4.8 Perbedaan suhu ( T) sisi panas dan sisi dingin peltier alat pendingin
dari waktu ke waktu.
Waktu (menit)
T 1 peltier (°C)
T 2 peltier (°C)
T 3 peltier (°C)
3 32 26 27
6 32,5 27 28
9 33 28,5 29,5
12 33,5 28,5 29,5
15 34 30 29,5
18 34 30,5 30,5
21 34,5 30 31
24 34,5 30,5 30
27 35 31 30
30 35 31,5 30,5
33 35,5 31,5 31
36 36 31,5 31
39 36,5 31,5 31,5
42 36,5 32,5 31,5
45 37 33 32
48 37 33,5 32
51 37 34 32
54 37,5 33,5 33
57 38 34 33,5
56
Gambar 4.5 Grafik perubahan suhu ( T) dari waktu ke waktu.
4.2.3 Efisiensi Maksimal Dari Alat Pendingin
Efisiensi paling maksimal dari alat pendingin menggunakan peltier dapat
dihitung menggunakan persamaan 2.5. Hasil dari perhitungan disajikan pada
Tabel 4.9 dan Gambar 4.6.
Tabel 4.9 Perhitungan efisiensi dari alat pendingin menggunakan 1 peltier.
Penelitian t
(menit) P (W) Q (W) efisiensi (%)
Penelitian 1 60 41,78 8,55 20 %
Penelitian 3 60 70,31 8,14 12 %
Penelitian 5 60 88,27 6,92 8 %
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57 60 63
Suhu (°C)
Waktu (menit)
T 1 peltier
T 2 peltier
57
Gambar 4.6 Grafik perbandingan efisiensi alat pendingin. 20%
12%
8%
0% 3% 6% 9% 12% 15% 18% 21%
Penelitian 1 Penelitian 3 Penelitian 5
η
Penelitian 1
Penelitian 3
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari masing-masing penelitian yang dilakukan, diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
a. Suhu sisi dingin peltier paling maksimal adalah penelitian dengan
mengunakan 1 peltier dengan pendinginan sisi panas peltier menggunakan
kipas, yaitu sebesar 6,5 °C.
b. Kalor maksimal yang dilepas air adalah pada penelitian 1, yaitu sebesar
8,55 W.
c. Rata-rata perbedaan suhu pada sisi panas dan sisi dingin peltier adalah
35,38 °C pada penelitian dengan 1 peltier, 31,13 °C pada penelitian dengan 2
peltier, dan 30,80 °Cpada penelitian dengan 3 peltier.
d. Efisiensi paling maksimal pada penelitian 1, yaitu sebesar 20 %.
5.2 Saran
a. Catu daya (power supply) yang digunakan harus stabil ketika diberi beban.
b. Isolator panas harus dibuat serapat mungkin agar panas udara luar tidak
masuk ke sistem pendinginan.
c. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode berjajar (tiled).
d. Penggunaan heatsink dan kipas yang lebih besar dapat meningkatkan
59
DAFTAR PUSTAKA
Yunus A, Cengel. (2013). Heat Tranfer – A Practical Approach. Diambil Oktober
16, 2013, dari http://www.mhhe.com/cengel.
Priyambada, Sandya. (2012). Pendingin Kabin Mobil Berbasis
Termoelektrik.Jakarta : Universitas Indonesia.
Riosetiawan, Stephanus. (2012). Alat Pendingim-Penghangat (Cooler-Warmer
Box) Portabel Menggunakan Elemen Peltier. Salatiga : Universitas Kristen
Satya Wacana.
Permana, Peri (2006). Rancang Bangun Dan Kajian Sistem Pembuangan Panas
Dari Ruang Pendingin Sistem Termoelektrik Untuk Pendinginan Jamur
Merang (Volvariella volvaceae). Bogor :Institut Pertanian Bogor.
Munis, Agastya Kristoforus.(2013). Karakteristik Generator Termoelektrik.
Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.
Prabowo, Anondo. (1981). Perencanaan Dan Pembuatan Pendingin Efek Peltier.
Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Surjatmo, Tony. (1997). Perencanaan Dan Pembuatan Kotak Pendingin
Menggunakan Efek Peltier. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Custom Thermoelectric. (2008-2010). How to Tell What Kind of Peltier Module
You Have. Diambil Februari 10, 2014, dari
60
Peltier Thermoelectric Cooling Modules. (2014). Thermoelectric Cooler
TEC1-12706. Diambil Januari 2, 2014, dari
http://www.hebeiltd.com.cn/?p=peltier.module
Ferrotec. (2014). Thermoelectric Technical Reference-Introduction to
Thermoelectric Cooling. Diambil Januari 9, 2013, dari
https://www.ferrotec.com/technology/thermoelectric/thermalRef01/
Thermoelectrics Caltech Materials Science, (2014). Brief History of
Thermoelectrics. Diambil Januari 15, 2014, dari
http://www.thermoelectrics.caltech.edu/thermoelectrics/history.html.
Adhitya, M., Artono, Koestoer Raldi., Putra, Nandy., Roekettino, Ardian., &
Trianto, Bayu. (2009). Potensi Pembangkit Daya Termoelektrik untuk
61
[image:75.612.105.507.182.706.2]LAMPIRAN
Tabel 2.1 Sifat material pada suhu 21 °C.
No Material Berat Jenis,
(kg/m3) Konduktifitas Termal, (W/m°C) Kalor Jenis, (J/kg°C)
1 Air (pada suhu 70°F) 1000 0,61 4186
2 Aluminum 2710 204 900
3 Argon (Gas) 1.66 0,016 518
4 Baja (Karbon Rendah) 7850 48 460
5 Bakelit 1280 0,23 1590
6 Besi (Tuang) 7210 83 460
7 Beton 2880 1,09 653
8 Bismuth Telluride 7530 1,5 544
9 Busa Poliuretana 29 0,035 1130
10 Emas 9320 310 126
11 Etilen Glikol 1116 0,242 2385
12 Gabus 29 – 56 0,026 1,22
13 Grafit 1625 25 – 470 770
14 Intan 500 2300 509
15 Kaca (Biasa) 2580 0,8 795
16 Karet 960 0,16 2009
17 Kayu (Oak) 610 0,15 2386
18 Kayu (Pinus) 510 0,11 2805
19 Keramik Alumina -96% 3570 35,3 837
20 Keramik Berillia-99% 2880 230 1088
21 Keramik Nitrida Aluminum 3300 170 – 230 920
22 Konstantan 8390 22,5 410
62
No Material Berat Jenis,
(kg/m3)
Konduktifitas
Termal,
(W/m°C)
Kalor Jenis,
(J/kg°C)
24 Kuningan 8490 111 343
25 Molibdenum 10240 142 251
26 Nikel 8910 10 448
27 Nitrogen (Gas) 1,14 0,026 1046
28 Pasta Termal 2400 0,87 2093
29 Patri (Timah/Timbal) 9290 48 167
30 Perak 10500 430 235
31 Perunggu 8150 64 435
32 Platina 21450 70,9 133
33 Plexiglass (Akrilik) 1410 0,26 1448
34 Seng 7150 112 3813
35 Serat Gelas 200 0,04 670
36 Silikon (Undoped) 2330 144 712
37 Stainless Steel 80101 13,8 460
38 Teflon 2200 0,035 -
39 Tembaga 8960 386 385
40 Tembaga Tungsten 15650 180 – 200 385
41 Timah 7310 64 226
42 Timbal 11210 35 130
43 Titanium 473