• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Penularan dan Stigma Pada Perempuan Dengan 'Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome' Di Klinik Swasta Khusus Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Penularan dan Stigma Pada Perempuan Dengan 'Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome' Di Klinik Swasta Khusus Kota Bandung."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

iv

ABSTRAK

GAMBARAN PENULARAN DAN STIGMA PADA PEREMPUAN

DENGAN Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immune

Deficiency Syndrome DI KLINIK SWASTA KHUSUS KOTA

BANDUNG

Ardi Soeharta Chandra, 2013

Pembimbing: Christine Sugiarto, dr., Sp.PK; Ronald Jonathan, dr.,MSc., DTM & H.

Latar Belakang Jumlah kumulatif penderita kasus HIV di Indonesia dari tahun

1987 s.d September 2012 adalah 92.251 dan Jawa Barat merupakan provinsi ke-empat terbanyak. Kecendrungan infeksi HIV pada perempuan dan anak terus meningkat. Perempuan dengan HIV/AIDS memiliki kompleksitas lebih tinggi, karena dapat hamil, memiliki anak, dan menyusui karena itu dibutuhkan program pencegahan khusus yaitu Prevention of Mother to Child Transmission (PMTCT). Diperkirakan sekitar 90% dari 1,7 juta ODHA perempuan di Asia terinfeksi dari suami atau pasangan mereka. Masalah yang timbul pada perempuan dengan HIV adalah stigma pada masyarakat sehingga mereka mengalami kesulitan untuk menjalani hidup normal.

Tujuan Penelitian Mengetahui gambaran penularan dan stigma yang ada pada

perempuan dengan HIV/AIDS di klinik swasta khusus kota Bandung

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan

menggunakan kuesioner

Hasil Penelitian Perempuan dengan HIV/AIDS pada penelitian ini mayoritas

adalah ibu rumah tangga yang mendapatkan infeksi dari pasangannya. Saat melahirkan anak subjek penelitian belum mengetahui mengenai PMTCT sehingga banyak anak mereka yang tertular HIV. Perempuan dengan HIV/AIDS mendapatkan stigma dalam keluarga yang tidak begitu berat, stigma di lingkungan tempat tinggal yang sangat berat, stigma di tempat pelayanan kesehatan umum yang berat dan stigma di lingkungan tempat bekerja yang berat.

Simpulan Perempuan dengan HIV/AIDS yang mendapatkan infeksi HIV dari

pasangan dan mereka mendapatkan stigma di dalam keluarga, fasilitas pelayanan kesehatan, lingkungan tempat tinggal, dan lingkungan tempat kerja.

(2)

v

ABSTRACT

DESCRIPTION OF TRANSMISSION AND STIGMA IN WOMEN

LIVING WITH HIV/AIDS AT PRIVATE CLINIC BANDUNG

Ardi Soeharta Chandra, 2013

Tutor: Christine Sugiarto, dr., Sp.PK; Ronald Jonathan, dr., MSc., DTM & H.

Background Since 1987 until September 2012 there are 92.251 HIV cases in Indonesia. West Java is the fourth province in Indonesia with the most HIV cases. HIV infection in women and children keep increasing. Women living with HIV/AIDS have a higher complexity than men because women could get pregnant, have children, and have to breastfeed their baby, therefore they need Prevention of Mother to Child Transmission (PMTCT) program. It is estimated that more than 90% of the 1.7 million women living with HIV in Asia are infected from their husbands or partners while in long-term relationships. The problem with women who are living with HIV is they get a lot of stigma from society so they have difficulties to live like a normal people.

Objectives To describe the transmission and stigma in women who are living with HIV/AIDS at X clinic Bandung

Methods This study is an analytical survey using questionnaire

Results This study show that majority of women who living with HIV/AIDS are housewifes who became infected from their husbands or partners while in long-term

relationships. When the women get pregnant and they don’t know about PMTCT so a

lot of their babies are infected by HIV. Woman who are living with HIV/AIDS get stigma from their family, neighbourhood, public health facilities, and workplaces.

Conclusion Most of the women who are infected by HIV/AIDS get infected from their husband and they get stigmatized from their family, nieghbourhood, public health facilities, and workplace.

(3)

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN……….………..…..………….ii

SURAT PERNYATAAN.………...………...iii

ABSTRAK………..………...………..iv

ABSTRACT………..…….………...………...v

KATA PENGANTAR………..…………..…..………..……vi

DAFTAR ISI………...………..………...…….viii

DAFTAR GAMBAR……….………..………..…….…xi DAFTAR LAMPIRAN………..………..….…xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………..……….1

1.2 Identifikasi Masalah………..………...……….3

1.3 Tujuan Penelitian………..………….……4

1.4 Manfaat Penelitian………...………….….5

1.4.1 Manfaat Akademis……….………..…5

1.4.2 Manfaat Praktis………..………..………5

1.5 Landasan Teori……….……….………5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Human Immunodeficiency Virus (HIV) ………...……7

2.2 Struktur Virus HIV………...………….…………7

2.3 Definisi Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) ………....……8

2.4 Epidemiologi Infeksi HIV/AIDS………..…….………8

(4)

vii

2.5.1 Transmisi Infeksi HIV……….………9

2.5.2 Siklus Replikasi HIV………..……….………..…10

2.5.3 Patofisiologi Infeksi HIV………..….………10

2.6 Stadium Klinis Infeksi HIV/AIDS………..11

2.7 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak……….…………13

2.7.1 Deskripsi Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak………...…………13

2.7.2 Bentuk-Bentuk Khusus Intervensi PPIA………..……….………14 2.7.2.1 Mengurangi Jumlah Ibu Hamil dengan HIV Positif……..……..……14

2.7.2.2 Menurunkan Kadar Virus / Viral Load………14

2.7.2.3 Meminimalkan Paparan Janin dan Bayi Terhadap Cairan Tubuh Ibu.14 2.7.2.4 Mengoptimalkan Kesehatan Ibu dengan HIV Positif………..………15

2.8 Stigma Terhadap Orang dengan HIV/AIDS………....…………16 2.8.1 Definisi Stigma…………..………..………..…16 2.8.2 Penyebab Utama Stigma Tentang HIV/AIDS………...……16 2.9 Jenis-Jenis Stigma…………..………..………17

2.9.1 Stigma Fisik……….………..………17

2.9.2 Stigma Sosial………...…………..……17

2.9.3 Stigma Verbal……….………...………18 2.9.4 Stigma Institusional……….………..………18

2.10 Dampak dari Stigma………..………..……18

BAB III BAHAN DAN METODOLOGI 3.1 Desain Penelitian………..………...20

3.2 Alat dan Subjek Penelitian……….….………20

3.2.1 Alat Penelitian……….…….……….…………20

(5)

viii

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian……….……….………20

3.4 Metode penelitian………..…….……….…20

3.4.1 Desain Penelitian……….…..………21 3.4.2 Cara Pengambilan Sampel………...…………..………21

3.5 Prosedur Penelitian…………..………21

3.6 Aspek Etik Peneltian……..……….……….……...………22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden……….……..………...…………23

4.2 Hasil Penelitian………....…………23

4.3 Pembahasan……….………….…………...………28

4.4 Keterbatasan Penelitian………..……….………33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………...………...………34

5.2 Saran……….………..….………35

DAFTAR PUSTAKA……….………......………37

LAMPIRAN……….………...………...………38

(6)

ix

DAFTAR GAMBAR

(7)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner……….…….…………...………38 Lampiran 2 Surat Pernyataan Persetujuan Untuk Ikut Serta Dalam Penelitian

(8)
(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Human immunodeficiency virus (HIV) adalah suatu jenis retrovirus yang memiliki

envelope, yang mengandung RNA dan mengakibatkan gangguan sistem imun karena

menginfeksi limfosit. Limfosit adalah bagian dari sel leukosit yang memiliki fungsi spesifik untuk fagositosis dan memori (CDC, 2006). Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu syndrome yang timbul setelah infeksi virus HIV,

apabila pada pemeriksaan CD4 didapatkan hasil di bawah 200 sel/mm3 darah. AIDS adalah suatu sindrom yang terdiri dari berbagai gejala dan menyebabkan infeksi oportunis seperti tuberkulosis, toksoplasmosis, kandidiasis, dan Kaposi’s sarcoma (CDC, 2006).

HIV telah menginfeksi 34 juta orang di dunia, telah mencapai tingkatan epidemik dan 16,7 juta diantaranya adalah perempuan (WHO, 2012). Jumlah kumulatif kasus HIV di Indonesia dari tahun 1987 s.d September 2012 adalah 92.251 orang, dan kasus AIDS adalah 39.434 orang. Indsidensi infeksi HIV di Indonesia laki-laki berbanding perempuan adalah 1:1 , sedangkan untuk AIDS laki-laki berbanding perempuan adalah 2:1. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi ke-empat di Indonesia dengan jumlah kasus HIV/AIDS terbanyak setelah Papua, Jawa Timur dan DKI Jakarta, yaitu 7.157 kasus HIV dan 4.098 kasus AIDS (Ditjen PP & PL, 2012).

(10)

2 hubungan seksual secara anal, vaginal ataupun oral, berbagi jarum suntik, dari ibu yang positif HIV saat melahirkan, dan melalui ASI (CDC,2011). Penularan HIV dapat diturunkan dengan kombinasi obat antiretroviral (ARV) (Jia, et al., 2012). Kenyataan ini belum diketahui masyarakat sehingga ODHA dikucilkan oleh masyarakat. Sampai saat ini belum ditemukan kasus penularan HIV melalui saliva, air mata, keringat dan urine (Card, Amarillas, Conner, Akers, Solomon, & DiClemente, 2008) ,karena itu bersosialisai dengan ODHA tidaklah berbahaya. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan hal tersebut, mengakibatkan ketakutan berlebih masyarakat untuk tertular HIV yang tidak beralasan, sehingga ODHA selalu dijauhi dan menjadi sangat tertekan dan bahkan putus asa, mereka seharusnya mendapatkan dukungan dari keluarga dan masyarakat untuk tetap patuh mengkonsumsi obat dan kontrol agar dapat hidup lebih sehat. ODHA perlu mendapat perhatian dari masyarakat karena sama seperti penyakit lain penderita HIV dapat hidup normal bila melakukan perawatan yang tepat.

HIV/AIDS merupakan kondisi medis yang memiliki banyak stigma saat ini. Selain stigma mengenai penularan HIV, stigma yang lain adalah ODHA adalah orang-orang yang terkena penyakit akibat perilaku mereka sendiri yang salah, misal akibat hubungan seks dan penggunaan jarum suntik bergantian. Hal ini tidak sepenuhnya benar karena masih ada penderita HIV yang tertular dari ibu, dari suami yang menularkan kepada istrinya, transfusi darah, dokter dan paramedis yang mengalami kecelakaan saat menolong pasien. Posisi ODHA tersebut adalah korban yang berhak hidup bebas dari stigma yang ada.

Perempuan ODHA memiliki kompleksitas lebih tinggi, karena dapat hamil, memiliki anak, dan menyusui. Karena itu perempuan hamil dan menyusui membutuhkan program khusus untuk mencegah penularan saat hamil yaitu Prevention of Mother to Child Transmission (PMTCT). Diperkirakan sekitar 90%

(11)

3 hal ini juga menyebabkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga yang meningkatkan risiko terjadinya penularan HIV. Pelayanan kesehatan di Indonesia masih mendiskriminasi perempuan sehingga terjadi kesulitan bagi perempuan untuk mendapatkan akses kesehatan yang sangat dibutuhkan. Pendapatan perempuan pada umumnya lebih rendah dari laki-laki sehingga untuk membeli suplemen dan obat-obatan tambahan untuk perawatan penyakitnya, perempuan mengalami kesulitan (UNAIDS, 2009).

1.2Identifikasi Masalah

1. Apa pekerjaan perempuan dengan HIV/AIDS yang berkunjung ke klinik swasta khusus

2. Bagaimana pelayanan tes dan konseling sebelum tes HIV yang pernah didapat oleh perempuan dengan HIV/AIDS yang berkunjung ke klinik swasta khusus 3. Bagaimana kepatuhan berobat perempuan dengan HIV/AIDS yang

berkunjung ke klinik swasta khusus

4. Bagaimana status HIV pasangan perempuan dengan HIV/AIDS yang berkunjung ke klinik swasta khusus

5. Bagaimana status HIV anak dari perempuan dengan HIV/AIDS yang berkunjung ke klinik swasta khusus

6. Bagaimana pengetahuan perempuan dengan HIV/AIDS yang berkunjung ke klinik swasta khusus mengenai program Prevention Mother to Child Transmision (PMTCT)

7. Bagaimana bantuan untuk pemeriksaan laboratorium yang didapat perempuan dengan HIV/AIDS yang berkunjung ke klinik swasta khusus

8. Bagaimana stigma dari fasilitas kesehatan umum dan tingkat kepuasan pelayanan dari fasilitas kesehatan umum yang didapat perempuan dengan HIV/AIDS yang berkunjung ke klinik swasta khusus

(12)

4 10.Bagaimana tanggapan dari lingkungan tempat tinggal mengenai status HIV

perempuan dengan HIV/AIDS yang berkunjung ke klinik swasta khusus 11.Bagaimana tanggapan dari lingkungan kerja mengenai status HIV perempuan

dengan HIV/AIDS yang berkunjung ke klinik swasta khusus

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk

1. Mengetahui pekerjaan perempuan dengan HIV/AIDS yang berkunjung ke klinik swasta khusus

2. Mengetahui pelayanan tes dan konseling sebelum tes HIV yang pernah didapat oleh perempuan dengan HIV/AIDS yang berkunjung ke klinik swasta khusus

3. Mengetahui kepatuhan berobat perempuan dengan HIV/AIDS yang berkunjung ke klinik swasta khusus

4. Mengetahui status HIV pasangan perempuan dengan HIV/AIDS yang berkunjung ke klinik swasta khusus

5. Mengetahui status HIV anak dari perempuan dengan HIV/AIDS yang berkunjung ke klinik swasta khusus

6. Mengetahui pengetahuan perempuan dengan HIV/AIDS yang berkunjung ke klinik swasta khusus mengenai program Prevention Mother to Child Transmision (PMTCT)

7. Mengetahui bantuan untuk pemeriksaan laboratorium yang didapat perempuan dengan HIV/AIDS yang berkunjung ke klinik swasta khusus 8. Mengetahui stigma dari fasilitas kesehatan umum dan tingkat kepuasan

pelayanan dari fasilitas kesehatan umum yang didapat oleh perempuan dengan HIV/AIDS yang berkunjung ke klinik swasta khusus

9. Mengetahui stigma dari keluarga perempuan dengan HIV/AIDS yang berkunjung ke klinik swasta khusus

(13)

5 perempuan dengan HIV/AIDS yang berkunjung ke klinik swasta khusus 11.Mengetahui tanggapan dari lingkungan kerja mengenai status HIV perempuan

dengan HIV/AIDS yang berkunjung ke klinik swasta khusus

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1Manfaat Akademis

Manfaat akademis penelitian karya tulis ilmiah ini adalah mengungkapkan gambaran penularan dan stigma yang didapat perempuan dengan HIV/AIDS yang berkunjung ke klinik swasta khusus kota Bandung

1.4.2 Manfaat Praktis

Masyarakat mengetahui gambaran umum karakteristik perempuan dengan HIV/AIDS dan mengurangi stigma yang ada pada perempuan dengan HIV/AIDS sehingga mereka dapat hidup dalam suasana yang lebih mendukung orang dengan HIV/AIDS untuk dapat hidup lebih sehat baik dalam hal fisik maupun psikologis.

1.5Landasan Teori

Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) telah melakukan

(14)

6 Berdasaarkan penelitian yang dilakukan di Canada, penularan secara vertikal dari perempuan dengan HIV yang telah mendapat terapi ARV lebih dari empat minggu sebelum melahirkan, tingkat penularan infeksi vertikal HIV-nya menurun menjadi 0,4% (Forbes et al., 2012). Penelitian yang dilakukan di Swiss pada tahun 2008 menunjukan bahwa, pasien HIV postif dengan kepatuhan konsumsi ARV yang diawasi oleh dokter, dengan viral load yang tidak terdeteksi selama enam bulan, dan tidak mengidap penyakit infeksi menular seksual lain tidak akan menularkan HIV melalui kontak seksual. Penelitian tersebut juga membuktikan bahwa dengan konsumsi ARV yang teratur maka virus bebas di darah dan sekret genital menjadi tidak ada (Pietro Vernazza, 2008).

(15)

34

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Perempuan dengan HIV/AIDS pada penelitian ini mayoritas adalah ibu rumah tangga

2. Perempuan dengan HIV/AIDS pada penelitian ini mayoritas mengetahui statusnya melalui tes atas anjuran petugas dengan sebelumnya mendapat konseling terlebih dahulu

3. Perempuan dengan HIV/AIDS pada penelitian ini angka kepatuhan meminum ARV sudah sangat baik

4. Perempuan dengan HIV/AIDS pada penelitian ini mayoritas mendapatkan infeksi HIV dari pasangannya

5. Perempuan dengan HIV/AIDS pada penelitian ini mayoritas memiliki anak yang terinfeksi HIV dan mengkonsumsi ARV

6. Perempuan dengan HIV/AIDS pada penelitian ini belum mengetahui program Prevention Mother to Child Transmission (PMTCT) saat mereka mengandung

dan melahirkan

7. Perempuan dengan HIV/AIDS pada penelitian ini mayoritas pernah mendapat bantuan untuk pemeriksaan laboratorium

(16)

35 9. Perempuan dengan HIV/AIDS pada penelitian ini masih mendapat stigma

dalam keluarganya

10.Perempuan dengan HIV/AIDS pada penelitian ini mendapat stigma yang sangat besar di lingkungan tempat tinggalnya

11.Perempuan dengan HIV/AIDS pada penelitian ini mendapat stigma yang sangat besar di lingkungan pekerjaannya

5.2 Saran

Perempuan dengan HIV/AIDS harus mendapat perhatian lebih dari pemerintah dan masyarakat karena mereka membutuhkan dukungan moril yang lebih terutama karena statusnya sebagai korban dari pasangannya. Pemerintah perlu memberi informasi mengenai gambaran postif dari ODHA agar stigma yang ada berkurang sehingga masyarakat menjadi tidak takut untuk melakukan tes HIV dengan begitu pencegahan penularan juga akan terlaksana lebih baik. Perlu adanya peningkatan promosi program pencegahan penularan dari ibu ke anak. Perbaikan sarana pelayanan kesehatan umum sangat diperlukan perlu adanya pelatihan khusus pada petugas kesehatan agar mengetahui pelayanan yang prima untuk ODHA secara khusus.

1. Perlu diadakan penyuluhan mengenai HIV/AIDS dengan pemeriksaan dan konseling terutama pada kalangan ibu rumah tangga untuk menghindari infeksi dari pasangan pada saat pemeriksaan kehamilan, penyakit menular seksual, dan Tuberkulosis.

2. Perlu ditingkatkan tempat pelayanan untuk tes HIV dan konseling yang memadai mengenai HIV/AIDS sebelum dan sesudah dilakukan tes

3. Perlu pendampingan dan penyuluhan mengenai keuntungan konsumsi ARV secara patuh untuk semakin meningkatkan kepatuhan konsumsi ARV

(17)

36 5. Perlu adanya subsidi untuk pemeriksaan early infant diagnosis untuk bayi dari

ibu dengan HIV postif untuk diagnosis dini

6. Perlu penyuluhan dan peningkatan program Prevention Mother to Child Transmission (PMTCT) untuk menghilangkan penularan dari ibu ke anak

7. Perlu adanya pemeriksaan laboratorium yang lebih murah untuk pemantauan hasil terapi

8. Perlu dibuat pelatihan dan penyuluhan mengenai HIV/AIDS untuk tenaga medis di fasilitas pelayanan kesehatan umum untuk meningkatkan pelayanan dan menghilangkan stigma yang ada

9. Perlu adanya pendampingan bagi ODHA untuk menyampaikan status HIV-nya pada keluarga dan keluarga dengan ODHA perlu mendapatkan penjelasan agar dapat mengerti keadaan dari ODHA sehingga stigma yang ada hilang dan ODHA mendapatkan dukungan yang dibutuhkan dari keluarganya

(18)

GAMBARAN PENULARAN DAN STIGMA PADA

PEREMPUAN DENGAN Human Immunodeficiency Virus /

Acquired Immune Deficiency Syndrome DI Klinik SWASTA

KHUSUS KOTA BANDUNG

Ardi Soeharta Chandra1, Christine Sugiarto2, Ronald Jonathan3 1. Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung

2. Bagian Patologi Klinik, Universitas Kristen Maranatha, Bandung 3. Konsultan HIV

Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia

ABSTRAK

Latar Belakang Jumlah kumulatif penderita kasus HIV di Indonesia dari tahun 1987 s.d September 2012

adalah 92.251 dan Jawa Barat merupakan provinsi ke-empat terbanyak. Kecendrungan infeksi HIV pada perempuan dan anak terus meningkat. Perempuan dengan HIV/AIDS memiliki kompleksitas lebih tinggi, karena dapat hamil, memiliki anak, dan menyusui karena itu dibutuhkan program pencegahan khusus yaitu Prevention of Mother to Child Transmission (PMTCT). Diperkirakan sekitar 90% dari 1,7 juta ODHA perempuan di Asia terinfeksi dari suami atau pasangan mereka. Masalah yang timbul pada perempuan dengan HIV adalah stigma pada masyarakat sehingga mereka mengalami kesulitan untuk menjalani hidup normal.

Tujuan Penelitian Mengetahui gambaran penularan dan stigma yang ada pada perempuan dengan

HIV/AIDS di klinik swasta khusus kota Bandung

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan menggunakan kuesioner

Hasil Penelitian Perempuan dengan HIV/AIDS pada penelitian ini mayoritas adalah ibu rumah tangga

yang mendapatkan infeksi dari pasangannya. Saat melahirkan anak subjek penelitian belum mengetahui mengenai PMTCT sehingga banyak anak mereka yang tertular HIV. Perempuan dengan HIV/AIDS

mendapatkan stigma dalam keluarga yang tidak begitu berat, stigma di lingkungan tempat tinggal yang sangat berat, stigma di tempat pelayanan kesehatan umum yang berat dan stigma di lingkungan tempat bekerja yang berat.

Simpulan Perempuan dengan HIV/AIDS yang mendapatkan infeksi HIV dari pasangan dan mereka

mendapatkan stigma di dalam keluarga, fasilitas pelayanan kesehatan, lingkungan tempat tinggal, dan lingkungan tempat kerja.

(19)

DESCRIPTION OF TRANSMISSION AND STIGMA IN WOMEN LIVING

WITH HIV/AIDS AT PRIVATE CLINIC BANDUNG

Ardi Soeharta Chandra1, Christine Sugiarto2, Ronald Jonathan3 1. Faculty of Medicine, Maranatha Christian University, Bandung

2. Department of Clinical Pathology, Maranatha Christian University, Bandung 3. HIV Consultant

Faculty of Medicine, Maranatha Christian University Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia

ABSTRACT

Background Since 1987 until September 2012 there are 92.251 HIV cases in Indonesia. West Java is the

fourth province in Indonesia with the most HIV cases. HIV infection in women and children keep increasing. Women living with HIV/AIDS have a higher complexity than men because women could get pregnant, have children, and have to breastfeed their baby, therefore they need Prevention of Mother to Child Transmission (PMTCT) program. It is estimated that more than 90% of the 1.7 million women living with HIV in Asia are infected from their husbands or partners while in long-term relationships. The problem with women who are living with HIV is they get a lot of stigma from society so they have difficulties to live like a normal people.

Objectives To describe the transmission and stigma in women who are living with HIV/AIDS at X clinic

Bandung

Methods This study is an analytical survey using questionnaire

Results This study show that majority of women who living with HIV/AIDS are housewifes who became

infected from their husbands or partners while in long-term relationships. When the women get pregnant and

they don’t know about PMTCT so a lot of their babies are infected by HIV. Woman who are living with

HIV/AIDS get stigma from their family, neighbourhood, public health facilities, and workplaces.

Conclusion Most of the women who are infected by HIV/AIDS get infected from their husband and they

get stigmatized from their family, nieghbourhood, public health facilities, and workplace.

(20)

PENDAHULUAN

HIV telah menginfeksi 34 juta orang di dunia, telah mencapai tingkatan epidemik dan 16,7 juta diantaranya adalah perempuan (1). Jumlah kumulatif kasus HIV di Indonesia dari tahun 1987 s.d September 2012 adalah 92.251 orang, dan

kasus AIDS adalah 39.434 orang.

Indsidensi infeksi HIV di Indonesia laki-laki berbanding perempuan adalah 1:1 ,

sedangkan untuk AIDS laki-laki

berbanding perempuan adalah 2:1.

Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi ke-empat di Indonesia dengan jumlah

kasus HIV/AIDS terbanyak setelah

Papua, Jawa Timur dan DKI Jakarta, yaitu 7.157 kasus HIV dan 4.098 kasus AIDS (2).

HIV/AIDS merupakan kondisi medis yang memiliki banyak stigma. Selain stigma mengenai penularan HIV, stigma yang lain adalah ODHA adalah orang-orang yang terkena penyakit akibat perilaku mereka sendiri yang salah, misal akibat hubungan seks dan penggunaan jarum suntik bergantian. Hal ini tidak sepenuhnya benar karena masih ada penderita HIV yang tertular dari ibu, dari suami yang menularkan kepada istrinya, transfusi darah, dokter dan paramedis

yang mengalami kecelakaan saat

menolong pasien. Posisi ODHA tersebut adalah korban yang berhak hidup bebas dari stigma yang ada.

Perempuan ODHA memiliki

kompleksitas lebih tinggi, karena dapat hamil, memiliki anak, dan menyusui.

Karena itu perempuan hamil dan

menyusui membutuhkan program khusus untuk mencegah penularan saat hamil

yaitu Prevention of Mother to Child

Transmission (PMTCT). Diperkirakan

sekitar 90% dari 1,7 juta perempuan ODHA di Asia terinfeksi dari suami atau

pasangan mereka. Perempuan lebih

mudah tertular HIV karena budaya patriarki yang menempatkan perempuan berada di bawah laki-laki, dan masih banyak terjadi di Indonesia sehingga perempuan tidak dapat menolak prilaku seks tidak aman dari pasanganya, selain itu hal ini juga menyebabkan terjadinya

kekerasan dalam rumah tangga yang meningkatkan risiko terjadinya penularan HIV. Pelayanan kesehatan di Indonesia

masih mendiskriminasi perempuan

sehingga terjadi kesulitan bagi perempuan untuk mendapatkan akses kesehatan yang

sangat dibutuhkan. Pendapatan

perempuan pada umumnya lebih rendah dari laki-laki sehingga untuk membeli suplemen dan obat-obatan tambahan

untuk perawatan penyakitnya,

perempuan mengalami kesulitan (3). Masalah yang timbul pada penderita HIV adalah stigma pada masyarakat yang selalu beranggapan bahwa ODHA adalah orang-orang yang perlu dijauhi karena HIV sangat mudah menular, padahal infeksi oleh virus Hepatitis B seratus kali lebih mudah menginfeksi orang daripada virus HIV, dan infeksi HIV hanya dapat terjadi apabila memenuhi syarat seperti jumlah cairan tubuh yang cukup untuk penularan yang segera masuk dalam peredaran darah, karena virus HIV hanya dapat bertahan beberapa menit di luar tubuh. Cara penularan utama HIV adalah melalui hubungan seksual secara anal, vaginal ataupun oral, berbagi jarum suntik, dari ibu yang positif HIV saat melahirkan, dan melalui ASI(4).

TUJUAN PENELITIAN

Mengetahui gambaran penularan dan stigma yang ada pada perempuan dengan HIV/AIDS di klinik swasta khusus kota Bandung

ALAT, BAHAN DAN CARA

Penelitian ini adalah penelitian survei

analitik dengan wawancara yang

menggunakan kuesioner pada subjek penelitian. Subjek penelitian dipilih dari

perempuan ODHA yang menjalani

perawatan di klinik swasta khusus dan

telah menandatangani informed consent

(21)

HASIL PENELITIAN

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 1 Juni, 12 Juni, dan 21 Juni 2013

yang dilakukan dengan wawancara

berdasarkan panduan kuesioner dan wawancara mendalam. Jumlah responden dalam penelitian ini adah 31 responden. Rerata usia responden dalam penelitian ini adalah 33 tahun .

Gambar 1 Diagram Hasil Kuesioner Keterangan diagram :

1. Responden dengan pekerjaan ibu

rumah tangga

2. Responden yang mengetahui status

sejak 5 tahun lalu

3. Responden yang patuh

mengkonsumsi ARV

4. Responden yang pernah memiliki

pasangan yang postif status HIV nya

5. Responden dengan anak yang status

HIV nya positif

6. Responden yang tidak mengetahui

cara melahirkan yang aman untuk ODHA

7. Responden yang pernah mendapat

bantuan dana untuk pemeriksaan laboratorium

8. Responden yang tidak terbuka

mengenai status HIV mereka saat

berobat di fasilitas pelayanan

kesehatan umum

9. Responden yang status HIV nya

hanya diketahui beberapa anggota keluarga

10. Responden yang status HIV nya tidak

diketahui lingkungan tempat tinggal

11. Responden yang status HIV nya tidak

diketahui oleh lingkungan tempat bekerja

PEMBAHASAN

Responden lebih banyak mengetahui status HIV-nya melalui tes atas anjuran petugas, karena saat dilakukan tes status HIV anak atau pasangan sudah positif,

jadi responden dianjurkan untuk

melakukan tes. Lebih banyak responden yang sudah mengkonsumsi ARV karena rata-rata responden waktu perjalanan penyakitnya sudah 5 tahun. Efek samping obat yang sering didapat saat konsumsi ARV, biasa didapat pada masa awal

pengobatan. Status perkawinan

responden terbanyak adalah sudah

menikah baik itu dengan satu suami ataupun dengan suami kedua karena berceerai dengan suami pertama. Status

janda meninggal pada umunya

dikarenakan suami responden meninggal karena baru mengetahui status HIV-nya saat keadaannya sudah sangat buruk.

Masih banyaknya anak dari responden yang status HIV-nya positif menandakan bahwa masih kurang suksesnya program

prevention mother to child transmision

(PMTCT), dikarenakan status HIV

responden baru diketahui setelah

melahirkan anak sehingga mereka tidak mengikuti program tersebut. Responden yang mengikuti program PMTCT semua anakknya tidak terinfeksi HIV.

Dukungan dana yang didapat

responden untuk pemeriksaan

laboratorium sebagian besar didapatkan dari lembaga swadaya masyrakat dan

jaminan kesehatan masyrakat

(JAMKESMAS), bantuan yang didapat tidak rutin.

(22)

yang berbeda dan mereka akan merasa tidak nyaman dengan perlakuan tersebut. Misal tenaga keshatan yang ada akan

menggunakan sarung tangan dan

penutup masker. Alasan-alasan inilah yang membuat responden lebih memilih untuk berobat ke fasilitas pelayanan

kesehatan khusus HIV, meskipun

antriannya lebih panjang dan lokasinya lebih jauh dari tempat tinggal.

Keluarga responden pada umumnya mengetahui status HIV responden, namun beberapa hanya diketahui oleh keluarga inti dengan alasan bahwa keluarga yang lain tidak perlu mengetahui status mereka

dan mencegah menjadi bahan

pembicaraan orang lain. Responden yang

merahasiakan status HIV-nya pada

umumnya merasa belum siap untuk memberitahukan statusnya dan tidak mengetahui cara untuk memberitahukan statusnya. Stigma yang biasa didapat dalam keluarga adalah beberapa anggota keluarga responden berasumsi bahwa respondenlah yang telah menyebabkan pasangannya tertular HIV, ada anggota keluarga lain yang melarang anaknya untuk bermain dengan anak responden karena takut tertular, pada saat makan bersama responden diberikan alat makan tersendiri dan ada yang suka memfitnah bahwa responden bekerja sebagai pekerja seks.

Lingkungan tempat tinggal responden umumnya tidak mengetahui status HIV responden, karena responden merasa warga setempat belum siap untuk

menerima mereka sebagai ODHA

dikarenakan masih kurangnya

pengetahuan mengenai HIV, dan apabila mereka membuka status maka akan

dijauhi ataupun menjadi bahan

pembicaraan warga lain, jadi mereka lebih memilih untuk merahasiakan status HIV-nya. Ada sebagian responden yang dapat terbuka mengenai statusnya dengan warga tempat tinggalnya karena warga sekitar merupakan WPA, sehingga lebih mengerti dan menerima responden.

Untuk lingkungan kerja responden lebih memilih untuk merahasiakan status

HIV-nya karena takut untuk

diberhentikan dari pekerjaan dan

tanggapan yang negatif dari lingkungan kerja.

Salah satu responden ada yang memiliki anak yang masih bersekolah di sekolah dasar, setiap pagi sebelum anaknya berangkat sekolah, ia selalu membekali anaknya dengan plester dan selalu berpesan pada anaknya apabila jatuh dan berdarah harus membersihkan sendiri lukanya tanpa dibantu orang lain

dan menutupnya dengan plester.

Responden tidak ingin orang lain tertular HIV.

Beberapa responden ada yang sangat terbuka mengenai status HIV mereka dan

bersedia menjadi narasumber pada

berbagai acara seminar dan penyuluhan mengenai HIV. Mereka merasa sangat

diperlukan penyuluhan untuk

mengurangi stigma ataupun pengetahuan yang salah mengenai HIV agar mereka dapat hidup lebih nyaman. Responden tersebut ada yang menolak bila berbicara sebagai narasumber di lingkungan sekitar tempat tinggal karena masih belum

terbuka mengenai statusnya di

lingkungan sekitar, selain itu ia juga takut akan membuat kerluarganya mendapat

pandangan yang tidak baik dari

lingkungan dan dijauhi.

SIMPULAN

Perempuan dengan HIV/AIDS

mendapatkan infeksi HIV dari pasangan dan mereka mendapatkan stigma di

dalam keluarga, fasilitas pelayanan

kesehatan, lingkungan tempat tinggal, dan lingkungan tempat kerja.

SARAN

Perempuan dengan HIV/AIDS harus mendapat perhatian lebih dari pemerintah

dan masyarakat karena mereka

membutuhkan dukungan moril yang lebih terutama karena statusnya sebagai korban dari pasangannya. Pemerintah

perlu memberi informasi mengenai

(23)

menjadi tidak takut untuk melakukan tes HIV dengan begitu pencegahan penularan juga akan terlaksana lebih baik. Perlu adanya peningkatan promosi program pencegahan penularan dari ibu ke anak. Perbaikan sarana pelayanan kesehatan umum sangat diperlukan perlu adanya pelatihan khusus pada petugas kesehatan agar mengetahui pelayanan yang prima untuk ODHA secara khusus.

Perlu diadakan penyuluhan mengenai HIV/AIDS dengan pemeriksaan dan konseling terutama pada kalangan ibu rumah tangga untuk menghindari infeksi dari pasangan pada saat pemeriksaan kehamilan, penyakit menular seksual, dan Tuberkulosis.

Perlu dibuat pelatihan dan

penyuluhan mengenai HIV/AIDS untuk tenaga medis di fasilitas pelayanan kesehatan umum untuk meningkatkan pelayanan dan menghilangkan stigma yang ada

Perlu adanya pendampingan bagi ODHA untuk menyampaikan status HIV-nya pada keluarga dan keluarga dengan ODHA perlu mendapatkan penjelasan agar dapat mengerti keadaan dari ODHA sehingga stigma yang ada hilang dan ODHA mendapatkan dukungan yang dibutuhkan dari keluarganya

Penyuluhan mengenai HIV/AIDS

untuk masyarakat umum untuk

menambah jumlah komunitas warga peduli AIDS (WPA) sehingga tercipta lingkungan yang nyaman bagi ODHA agar mereka dapat bersosialisasi dengan baik dengan warga lingkungannya dan mendapatkan dukungan dari lingkungan

4. CDC. HIV Transmission 2010 [updated 25 March 2010March 2013]. Available from:

(24)
(25)

37

DAFTAR PUSTAKA

Card, J. J., Amarillas, A., Conner, A., Akers, D. D., Solomon, J., & DiClemente, R. J. (2008). The Complete HIV/AIDS Teaching Kit. New York: Springer Publishing Company, LLC.

CDC. (2006). HIV/AIDS Basics. Retrieved from CDC: http://www.cdc.gov/hiv/resources/qa/definitions.htm

CDC. (2010, March 25). Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved from CDC: http://www.cdc.gov/hiv/resources/qa/transmission.htm

Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas.

Ditjen PP & PL. (2012). Laporan Kasus HIV-AIDS di Indonesia sampai dengan September 2012.

Ditjen PP & PL Kemenkes RI. (2013). laporan perkembangan HIV-AIDS di Indonesia, Triwulan I Tahun 2013. Jakarta: yayasan Spiritia.

Forbes, J. C., Alimenti, A. M., Singer, J., Brophy, J. C., Bitnun, A., Samson, L. M., . . . Read, S. E. (2012). A national review of vertical HIV transmission. AIDS, 26(6), 757-763. doi: 10.1097/QAD.0b013e328350995c

Hoffman, Christian, Rockstroh, Jurgen K., & Kamps, Bernd Sebastian. (2007). HIV Medicine 2007

ICRW. (2005). HIV-related stigma across contexts: common at its core.

Jia, Z., Ruan, Y., Li, Q., Xie, P., Li, P., Wang, X., et al. (2012). Antiretroviral therapy to prevent HIV transmission in serodiscordant couples in China (2003—11): a national observational cohort study. The Lancet.

Kemenkes. (2011). Modul Pelatihan untuk Petugas Kesehatan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak.

Levinson, Warren. (2008). Review of Medical Microbiology and Immunology (Vol. 10). United State of America: McGraw-Hill.

Ogden, Jessica, & Nyblade, Laura. (2005). Common at its Core : HIV-Related Stigma Across Contexts

Pietro Vernazza, Bernard Hirschel, Enos Bernasconi, Markus Flepp. (2008). HIV-positive individuals not suffering from any other STD and adhering to an effective antiretroviral treatment do not transmit HIV sexually. . Bulletin des médecins suisses.

UNAIDS. (2009). 50 million women in Asia at risk of HIV from their intimate partners. UNAIDS.

WHO. (1986). Acquired Immunodeficiency Syndrome WHO/CDC Case Definition for AIDS. Weekly Epidemiological Record(61), 69-76.

Gambar

Gambar 1 Diagram Hasil Kuesioner

Referensi

Dokumen terkait

4) Pelayanan yang cepat, tepat dan sederhana. 5) Penetapan prosedur operasional sesuai dengan asas penye- lenggaraan informasi publik.. Laporan Pengelolaan dan

Kain/kain pencuci/penjerap yang kotor dan Silika boleh menyala sendiri dan perlu dibasahkan dengan air serta dilupuskan menggunakan cara yang selamat... Risiko tergelincir yang

Tekstur yang dihasilkan pada produk wingko babat dengan sampel produk substitusi tepung biji durian memiliki tekstur lebih keras pada bagian luar dan tidak

Hal ini menunjukkan bahwa inovasi, adopsi e-commerce, dan keunggulan kompetitif merupakan prediktor dari kinerja pemasaran sehingga UKM penting untuk memperhatikan dan

• Proses adjustment stock opname bisa dilakukan pada tanggal yang berbeda sehingga anda tidak perlu tutup toko seharian yang mengakibatkan kehilangan kesempatan untuk menjual

Dalam rangka mendukung pelaksanaan bakti sosial Mahasiswa STT Sul-Bar pada tanggal 25 Mei 2017 di Jemaat Patudaan Klasis Buttulangi, maka Panitia Pelaksana akan melakukan

10 2.1 Scan asli Surat Penugasan dari Pemimpin Perguruan Tinggi Negeri/Swasta sebagai dosen tetap pada program studi yang diusulkan;. 11 2.1 Scan ijazah asli dan transkrip

Jika dikaitkan dengan indikator ketuntasan hasil belajar siswa maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas VII5 SMP Negeri 18 Makassar setelah diterapkan