• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Kualitatif Formalin Pada Daging Ayam Pedaging Di Pasar Sarijadi Kota Bandung Tahun 2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Kualitatif Formalin Pada Daging Ayam Pedaging Di Pasar Sarijadi Kota Bandung Tahun 2014."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

UJI KUALITATIF FORMALIN PADA AYAM PEDAGING DI PASAR

SARIJADI KOTA BANDUNG TAHUN 2014

Purnomo Sihaloho, 2014

Pembimbing 1: dr. Fen Tih, M.Kes.

Pembimbing 2: dr. Grace Puspasari, M.Gizi

Pola konsumsi pangan di Indonesia masih belum sesuai dengan pedoman

gizi seimbang. Konsumsi protein dari pangan hewani dan kacang-kacangan hanya

mencapai sekitar 60% dari nilai ideal. Daging ayam Pedaging memiliki potensi

yang besar untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi protein hewani masyarakat

Indonesia karena produksinya yang lebih cepat. Akan tetapi, pemotongan daging

ayam secara tradisional dengan sanitasi yang kurang baik menyebabkan daging

ayam pedaging tidak dapat disimpan lama, sehingga sebagian pedagang terpaksa

menggunakan bahan pengawet kimia yang dapat membahayakan kesehatan,

seperti formalin atau boraks

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui banyaknya produk daging ayam

pedaging yang mengandung formalin di Pasar Sarijadi Kota Bandung pada tahun

2014.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian

cross-sectional. Kandungan formalin diuji secara kualitatif dengan metode asam

kromatropat.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 16 sampel daging ayam

pedaging yang telah dilakukan pemeriksaan tidak ada sampel yang teruji positif

untuk formalin.

Tidak ada sampel daging ayam pedaging dari Pasar Sarijadi Kota

Bandung yang positif mengandung formalin.

(2)

ABSTRACT

FORMALDEHYDE QUALITATIVE TESTING ON BROILER CHICKEN

SAMPLES IN SARIJADI TRADITIONAL MARKET, BANDUNG, 2014

Purnomo Sihaloho, 2014

1

st

Advisor: dr. Fen Tih, M.Kes.

2

nd

Advisor: dr. Grace Puspasari, M.Gizi

Background. Currently, the dietary habits of the Indonesian populace had not

fulfilled a balanced nutrition scheme. The consumption of proteins from animal or

plant sources had only reached 60% of the ideal level. Broiler chickens have a

significant potential to satisfy the need for

protein within the Indonesian people’s

diet due to their faster production rate. Unfortunately, traditional butchery with

unsanitary conditions led to the quicker decomposing of chicken meat, which

cause some butchers to use dangerous chemical preservatives such as

formaldehyde or borax.

Aim. This study aims to determine the number of broiler chicken samples which

contain formaldehyde in the Sarijadi traditional market, Bandung within the

period of 2014.

Method. This study is a descriptive, cross-sectional study performed on Broiler

chickens samples from the Sarijadi traditional market, Bandung. Formalin

content is qualitatively tested using chromotropic acid method.

Results. The results of this study showed that none of the 16 collected of broiler

chicken samples tested positive for formaldehyde.

Conclusion. No broiler chicken sample from the Sarijadi traditional market,

Bandung contain formaldehyde.

(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...i

SURAT PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... iii

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... iii

ABSTRAK ...iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ...vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR ISTILAH

...xiii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

... 1

1.2.

Identifikasi Masalah

... 2

1.3.

Maksud dan Tujuan

... 2

1.3.1.

Maksud Penelitian

... 2

1.3.2.

Tujuan Penelitian

... 2

1.4.

Manfaat Penelitian

... 3

1.4.1.

Manfaat Ilmiah

... 3

1.4.2

Manfaat Praktis

... 3

1.5.

Landasan Teori

... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Ayam Broiler atau Ayam Pedaging

... 5

2.2.

Protein

... 8

2.2.1.

Sumber Protein

... 8

2.3.

Ayam Broiler atau Ayam Pedaging

... 9

2.3.1.

Komposisi Daging Ayam Pedaging

... 11

2.3.2.

Taksonomi Ayam Pedaging / Ayam Broiler

... 12

(4)

2.4.1.

Penggolongan Bahan Tambahan Pangan

... 14

2.4.2.

Bahan Pengawet Makanan dan Minuman

... 17

2.4.3.

Tujuan Penggunaan Bahan Pengawet

... 21

2.4.4.

Persyaratan Umum Untuk Bahan Pengawet Kimia

... 21

2.5.

Formalin

... 22

2.5.1.

Fungsi Formalin

... 23

2.5.2.

Sifat Formalin

... 24

2.5.3.

Dampak Penggunaan Formalin Terhadap Kesehatan

... 26

2.5.4.

Metode Pengujian Formalin

... 28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Alat dan Bahan Penelitian

... 30

3.1.1

Alat Penelitian

... 30

3.1.2

Bahan Penelitian

... 30

3.2

Subjek Penelitian

... 30

3.2.1

Waktu dan Tempat Penelitian

... 31

3.3

Metode Penelitian

... 31

3.3.1

Desain Penelitian

... 31

3.3.2

Besar Sampel

... 31

3.4

Definisi Variabel

...……….………..…

31

3.4.1

Variabel Dependen

...……….………..…

31

3.4.2

Variabel Independen

...

...……….………

32

3.5

Prosedur Kerja

... 32

3.5.1

Teknik Pengambilan Sampel

... 32

3.5.2

Uji Kualitatif Formalin dengan Metode Asam Kromatopat

... 33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Penelitian

... 34

4.2

Pembahasan

... 35

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Kesimpulan

... 39

(5)

DAFTAR PUSTAKA ...

40

LAMPIRAN

……….

44

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Komposisi Kimia Daging Ayam Dalam 100 Gram Bahan

..………

..

.…………

12

Tabel 2.2. Karakteristik Formaldehid

...24

Tabel 4.1. Hasil Analisis Kandungan Formalin Dalam Daging Ayam Pedaging yang

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Perkembangan Konsumsi Daging Ayam Ras dan Buras Dalam

Rumah Tangga Di Indonesia, 2002

2012 dan Prediksi Tahun

2013-2014

….

...

...………

13

Gambar 2.2 Reaksi Formalin Dengan Asam Kromatopat

…….……….

29

Gambar 4.1 Hasil Analisis Kandungan Formalin Dalam Daging Ayam

(8)

DAFTAR SINGKATAN

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Jumlah penduduk Indonesia mencapai 253 juta orang pada tahun 2014.

Provinsi Jawa Barat memiliki total jumlah penduduk 46.300.543 orang

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014). potensi sumber daya manusia

yang tinggi tidak disertai dengan kualitas berdasarkan Indeks SDM dari Forum

Ekonomi Dunia, saat ini Indonesia berada di urutan ke-53 (Kuncoro, 2013).

Faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks SDM adalah kesehatan dan

kesejahteraan masyarakat, pendidikan, tenaga kerja dan lapangan kerja, serta

dukungan lingkungan. Saat ini, tingkat pendidikan dan kesehatan di Indonesia

masih rendah. Salah satu komponen penting dalam faktor kesehatan adalah

komposisi gizi yang dikonsumsi masyarakat. Kekurangan gizi dapat menimbulkan

berbagai masalah kesehatan berupa morbiditas, mortalitas, dan disabilitas serta

dapat menurunkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2013; Kuncoro, 2013).

Protein memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan.

Sumber protein yang sering dikonsumsi di Indonesia seperti telur, susu, daging,

ikan, udang, kerang, ayam, tahu, tempe susu, kacang kedele, dan lain-lain

(Primasoni, 2010).

Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang paling banyak

dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan protein

(Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia, 2010). Harga daging

ayam broiler jauh lebih murah dibandingkan daging ayam kampung dan daging

sapi. Oleh karena itu, masyarakat lebih banyak mengkonsumsi ayam broiler

daripada ayam kampung (Sulistyowati, 2004).

(10)

Untuk mencegah kerusakan daging ayam broiler dapat dilakukan pengawetan.

Pengawetan yang aman secara alami adalah dengan pemanasan, pendinginan, dan

rempah-rempah, pengawetan non kimia yang aman adalah menggunakan enzim,

papain, enzim bromalin, sedangkan pengawetan kimia yang aman adalah

menggunakan asam propionat, asam sitrat, benzoate, nitrit dan nitrat, dan lain-lain

(Kementrian Riset dan Teknologi Republik Indonesia, 2000). Beberapa pedagang

menggunakan bahan pengawet kimia yang dapat membahayakan kesehatan,

seperti formalin atau boraks (Kementrian Riset dan Teknologi Republik

Indonesia, 2000; Widaningrum & Winarti, 2007)

Pada umumnya, alasan para produsen menggunakan boraks dan formalin

sebagai bahan pengawet makanan adalah karena kedua bahan ini mudah

digunakan dan mudah didapat, karena harganya relatif murah. Selain itu, boraks

dan formalin merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan

sehingga menghasilkan bentuk yang bagus. Makanan yang sering ditambahkan

boraks adalah kerupuk karak, baso, mie basah, pisang molen, lemper, siomay,

lontong, ketupat, dan pangsit. Sedangkan yang ditambahkan formalin adalah tahu,

mie basah, ikan segar dan hasil laut, tempura, dan gula jawa (Dinas Kesehatan

Kabupaten Sukoharjo, 2011).

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin meneliti kemungkinan adanya

formalin pada daging ayam pedaging yang dijual di pasar Sarijadi di kota

Bandung.

1.2.

Identifikasi Masalah

Apakah daging ayam pedaging di Pasar Sarijadi kota Bandung mengandung

formalin.

1.3.

Maksud dan Tujuan Penelitian

(11)

1.4.

Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pengetahuan mengenai

penggunaan formalin sebagai zat pengawet pada daging ayam pedaging yang

dijual Pasar Sarijadi.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran kepada masyarakat

mengenai penggunaan formalin sebagai zat pengawet berbahaya pada daging

ayam pedaging yang dijual di kota Bandung, khususnya Pasar Sarijadi.

1.5.

Landasan Teori

Ayam broiler adalah ayam yang cepat pertumbuhannya yang dipelihara khusus

sebagai ayam potong atau ayam pedaging. Ayam broiler merupakan ayam muda

jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur sekitar 4-5 minggu dengan

bobot badan antara 1,2-1,9 kg/ekor untuk sumber daging (Mulya, 2009).

Karakteristik dari ayam broiler modern adalah pertumbuhan yang cepat, gizi

tinggi, banyak penimbunan pada bagian dada dan otot

otot daging, disamping itu

relatif lebih rendah aktivitasnya jika dibandingkan dengan ayam yang digunakan

untuk produksi telur. Ayam broiler merupakan ayam yang telah mengalami

seleksi genetik (breeding) sebagai penghasil daging dengan pertumbuhan yang

cepat sehingga waktu pemeliharaanya lebih singkat, pakan lebih efisien dan

produksi daging tinggi (Mulya, 2009). Harga ayam broiler tiap kilo jauh lebih

murah dibandingkan ayam kampung dan daging sapi. Oleh karena itu masyarakat

lebih banyak mengkonsumsi ayam broiler daripada ayam kampong (Sulistyowati,

2004).

(12)

Antioksidan (antioxidant), Pengatur Keasaman (acidity regulator), Pemanis

Buatan (artificial sweeterner), Pengawet (preservative), Pewarna (colour)

(Mandasari, 2012). BTP pengawet yang dijinkan adalah: asam benzoat, asam

sorbat, nitrat, nitrit, sulfit, lisozim hidroklorida, asam propionat dan garamnya,

nisin, etil para-hidroksibenzoat, metil para-hidroksibenzoat. Bahan ini dapat

menghambat atau memperlambat proses fermentasi, pengasaman atau peruraian

yang disebabkan oleh mikroba. Tetapi tidak jarang produsen pangan

menggunakannya pada makanan yang relatif awet dengan tujuan untuk

memperpanjang masa simpan atau memperbaiki tekstur (Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia, 2012).

Pemotongan ayam secara tradisional dengan sanitasi yang kurang baik

menyebabkan daging ayam broiler tidak dapat disimpan lama, sehingga menjadi

bahan yang mudah rusak serta lebih cepat membusuk bila tidak ditangani secara

baik dan benar. Untuk mencegah kerusakan daging ayam broiler tidak jarang

dilakukan pengawetan baik alami maupun kimiawi yang terdaftar. pedagang

menggunakan bahan pengawet kimia yang dapat membahayakan kesehatan,

seperti formalin (Widaningrum & Winarti, 2007).

(13)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Kesimpulan

Daging ayam Pedaging dari Pasar Sarijadi kota Bandung tidak mengandung

formalin.

5.2.

Saran

1.

Penelitian selanjutnya dapat dilakukan di pasar tradisional lain di daerah

Pinggiran dan di pasar induk dengan pengambilan sampel pada saat pasar yang

akan tutup.

2.

Penelitian selanjutnya dapat menggunakan cara metode lain yang lebih sensitif

(14)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Purnomo Sihaloho

Tempat, Tanggal Lahir

: Tegal, 21 Mei 1990

Alamat

: Jalan Sukamekar 1 No. 1 Kota Bandung

Email

: alfa-omega@hotmail.co.id

Agama

: Kristen

Riwayat Pendidikan

:

Tahun 1994-1995

: Lulus Taman Kanak-Kanak Imanuel,

Slawi, Kabupaten Tegal

Tahun 1995-2003

: Lulus Sekolah Dasar Negeri 3 Kudaile,

Slawi, Kabupaten Tegal

Tahun 2003-2006

: Lulus Sekolah Menengah Pertama

Negeri 1, Slawi, Kabupaten Tegal

Tahun 2006-2009

: Lulus Sekolah Menengah Atas Negeri

1, Slawi, Kabupaten Tegal

Tahun 2010-Sekarang : Mahasiswa Fakultas Kedokteran

(15)

UJI KUALITATIF FORMALIN PADA AYAM PEDAGING DI PASAR

SARIJADI KOTA BANDUNG TAHUN 2014

FORMALDEHYDE QUALITATIVE TESTING ON BROILER CHICKEN

SAMPLES IN SARIJADI TRADITIONAL MARKET, BANDUNG, 2014

Fen Tih

1

, Grace Puspasari

2

, Purnomo Sihaloho

3

1

Bagian Ilmu Biokimia, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha,

2

Bagian Ilmu Biokimia, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

3

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia

ABSTRAK

Pola konsumsi pangan di Indonesia masih belum sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Konsumsi protein dari pangan hewani dan kacang-kacangan hanya mencapai sekitar 60% dari nilai ideal. Daging ayam Pedaging memiliki potensi yang besar untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia karena produksinya yang lebih cepat. Akan tetapi, pemotongan daging ayam secara tradisional dengan sanitasi yang kurang baik menyebabkan daging ayam pedaging tidak dapat disimpan lama, sehingga sebagian pedagang terpaksa menggunakan bahan pengawet kimia yang dapat membahayakan kesehatan, seperti formalin atau boraks

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui banyaknya produk daging ayam pedaging yang mengandung formalin di Pasar Sarijadi Kota Bandung pada tahun 2014.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian cross-sectional. Kandungan formalin diuji secara kualitatif dengan metode asam kromatropat.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 16 sampel daging ayam pedaging yang telah dilakukan pemeriksaan tidak ada sampel yang teruji positif untuk formalin.

Tidak ada sampel daging ayam pedaging dari Pasar Sarijadi Kota Bandung yang positif mengandung formalin.

Kata Kunci: ayam broiler, formalin, uji kualitatif

ABSTRACT

Currently, the dietary habits of the Indonesian populace had not fulfilled a balanced nutrition scheme. The consumption of proteins from animal or plant sources had only reached 60% of the ideal level. Broiler chickens have a significant potential to satisfy the need for protein within

the Indonesian people’s diet due to their faster production rate. Unfortunately, traditional butchery

with unsanitary conditions led to the quicker decomposing of chicken meat, which cause some butchers to use dangerous chemical preservatives such as formaldehyde or borax.

(16)

This study is a descriptive, cross-sectional study performed on Broiler chickens samples from the Sarijadi traditional market, Bandung. Formalin content is qualitatively tested using chromotropic acid method.

The results of this study showed that none of the 16 collected of broiler chicken samples tested positive for formaldehyde.

This study concludes that no broiler chicken sample from the Sarijadi traditional market, Bandung contain formaldehyde.

Keywords: broiler chicken, formaldehyde, qualitative testing

PENDAHULUAN

Jumlah penduduk Indonesia mencapai 253 juta orang pada tahun 2014. Provinsi Jawa Barat memiliki total jumlah penduduk 46.300.543 orang (1). potensi sumber daya manusia yang tinggi tidak disertai dengan kualitas berdasarkan Indeks SDM dari Forum Ekonomi Dunia, saat ini Indonesia berada di urutan ke-53 (2).

Faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks SDM adalah kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, pendidikan, tenaga kerja dan lapangan kerja, serta dukungan lingkungan. Saat ini, tingkat pendidikan dan kesehatan di Indonesia masih rendah. Salah satu komponen penting dalam faktor kesehatan adalah komposisi gizi yang dikonsumsi masyarakat. Kekurangan gizi dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan berupa morbiditas, mortalitas, dan disabilitas serta dapat menurunkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

Protein memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan. Sumber protein yang sering dikonsumsi di Indonesia seperti telur, susu, daging, ikan, udang, kerang, ayam, tahu, tempe susu, kacang kedele, dan lain-lain (3).

Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan protein (4). Harga daging ayam broiler jauh lebih murah dibandingkan daging ayam kampung dan daging sapi. Oleh karena itu, masyarakat lebih banyak mengkonsumsi ayam broiler daripada ayam kampung (5).

Pemotongan ayam secara tradisional dengan sanitasi yang kurang baik

menyebabkan daging ayam broiler tidak dapat disimpan lama, sehingga menjadi bahan yang mudah rusak serta lebih cepat membusuk karena aktivitas bakteri. Untuk mencegah kerusakan daging ayam broiler dapat dilakukan pengawetan. Pengawetan yang aman secara alami adalah dengan pemanasan, pendinginan, dan rempah-rempah, pengawetan non kimia yang aman adalah menggunakan enzim, papain, enzim bromalin, sedangkan pengawetan kimia yang aman adalah menggunakan asam propionat, asam sitrat, benzoate, nitrit dan nitrat, dan lain-lain (6). Beberapa pedagang menggunakan bahan pengawet kimia yang dapat membahayakan kesehatan, seperti formalin atau boraks (7).

Pada umumnya, alasan para produsen menggunakan boraks dan formalin sebagai bahan pengawet makanan adalah karena kedua bahan ini mudah digunakan dan mudah didapat, karena harganya relatif murah. Selain itu, boraks dan formalin merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan bentuk yang bagus. Makanan yang sering ditambahkan boraks adalah kerupuk karak, baso, mie basah, pisang molen, lemper, siomay, lontong, ketupat, dan pangsit. Sedangkan yang ditambahkan formalin adalah tahu, mie basah, ikan segar dan hasil laut, tempura, dan gula jawa (8).

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin meneliti kemungkinan adanya formalin pada daging ayam pedaging yang dijual di pasar Sarijadi di kota Bandung.

METODOLOGI

(17)

daging ayam pedaging di Pasar Sarijadi dan menghubungkan hasil yang didapat dengan fenomena penggunaan formalin pada daging ayam di masyarakat. Penentuan kandungan formalin dalam daging ayam pedaging diuji secara kualitatif dengan metode asam kromatropat.

Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah whole sampling. Whole sampling adalah pengambilan seluruh sampel yang dijual oleh pedagang di pasar Sarijadi di Kota Bandung.

Pertama, alat-alat yang dibutuhkan untuk pengambilan sampel, yaitu plastik, kertas dan alat tulis dipersiapkan. Pada pagi hari sampel yang terdiri sayap daging ayam pedaging yang dijual di Pasar Sarijadi

dikumpulkan. Membawa sampel ke

laboratorium untuk di uji keberadaan formalin. Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Biopangan Fakultas Teknologi Pangan Universitas Pasundan pada tanggal 15 Juli 2014 dengan metode asam kromatropat. Pembelian sampel daging ayam pedaging dan penelitian ini tidak diketahui oleh penjual daging ayam pedaging.

Untuk pengujian formalin metode asam kromatoprat, sebanyak 5-10 gram sampel daging ayam pedaging bagian sayap dimasukan ke dalam labu Erlenmeyer. Sampel ditambah dengan 50 ml aquadest dan 1ml H3PO4 pekat, kemudian dipasang pada alat destilasi hingga diperoleh destilat. 1-5 ml destilat dipipet kedalam tabung reaksi ditambah dengan 2 ml asam kromatropat dan dihomogenkan, lalu dipanaskan selama 30 menit. Jika larutan bewarna ungu maka sampel positif mengandung formalin.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis formalin pada daging ayam pedaging yang dijual di pasar Sarijadi Kota Bandung dilakukan pada 16 sampel yang berasal dari penjual yang berbeda dan tidak

memiliki nama dagang. Hasil analisis formalin secara kualitatif ditampilkan pada tabel 4.1.

Dari tabel 4.1 dilihat bahwa dari 16 (enam belas) sampel yang diperiksa, terdapat 16 sampel yang mengandung negatif formalin. Cara yang digunakan adalah menggunakan reaksi dengan asam kromatopat sehingga sampel yang positif mengandung formalin membentuk warna ungu.

Definisi BTP dalam pengertian luas adalah bahan yang ditambahkan ke dalam produk pangan selain bahan baku utama. Secara khusus BTP adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau karakteristik pangan, baik yang mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi. BTP dapat ditambahkan pada proses produksi, pengemasan, transportasi atau penyimpanan.

Sedangkan menurut Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan, Yang dimaksud "bahan tambahan pangan" adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain, bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental (9).

(18)

Tabel 1. Hasil Analisis Kandungan Formalin Dalam Daging Ayam Pedaging yang Dibeli Pada Tanggal 15 Juli 2014

Nomor Sampel

Hasil Analisis Formalin

1 Negatif

2 Negatif

3 Negatif

4 Negatif

5 Negatif

6 Negatif

7 Negatif

8 Negatif

9 Negatif

10 Negatif

11 Negatif

12 Negatif

13 Negatif

14 Negatif

15 Negatif

16 Negatif

Penegakan hukum terhadap konsumen

dari zat berbahaya pada pangan (makanan)

dimana Pemerintah telah mengeluarkan

peraturan perundang-undangan maupun

peraturan yang berkaitan dengan keamanan

baik ditingkat produksi maupun ditingkat

distribusi. Peraturan perundang-undangan

yang menjadi dasar bagi pengambilan

tindakan atau penghukuman atas

perbuatan-perbuatan yang menimbulkan kerugian atau

bahaya kepada konsumen dalam berbagai

bentuk perundangan-perundangan, yang

telah ada seperti :

a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996

tentang Pangan.

b. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992

tentang Kesehatan

c. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen

Dalam pandangan ini secara tegas

dinyatakan bahwa upaya untuk melakukan

perlindungan konsumen disebabkan adanya

tindakan-tindakan atau perbuatan para pelaku

usaha dalam menjalankan aktifitas bisnisnya

yang tidak jujur sehingga dapat merugikan

konsumen, praktek-praktek yang dijalankan

salah satunya mengunakan bahan kimia

sebagai bahan campuran dalam pengawetan

makanan, misalnya formalin, boraks.

Lembaga-lembaga yang bertugas sebagai

pengawas sekaligus mengatur tentang

bahan-bahan berbahaya yang terkandung dalam

produk makanan antara lain :

a. Departemen Perindustrian dan

Perdagangan (DEPERINDAG)

b. Departemen Kesehatan (DEPKES) dan

Balai Pengawasan Obat dan Makanan

(BPOM) Pengawasan dan pemeriksaan

dibidang pengolahan dan peredaran

makanan dan dilaksanakan oleh Balai

Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

(10)..

Dari tabel 4.1 dilihat bahwa dari 16 (enam

(19)

diperiksa, semua sampel daging ayam

pedaging yang telah diperiksa tidak

mengandung formalin. Pada penelitian kali

ini, peneliti menggunakan asam kromatofat

untuk mengetahui keberadaan formalin

dalam sampel secara kualitatif. Asam

kromatofat (C10H6Na2O8S2.2H2O)

digunakan untuk mengikat formalin agar

terlepas dari bahan. Formalin juga bereaksi

dengan asam kromatopik menghasilkan

senyawa kompleks yang berwarna merah

keunguan. Reaksinya dapat dipercepat

dengan cara menambahkan asam fosfat dan

dan hidrogen peroksida. Caranya bahan yang

diduga mengandung formalin ditetesi dengan

campuran antara asam kromatopik, asam

fosfat, dan hidrogen peroksida. Jika

dihasilkan warna merah keunguan maka

dapat disimpulkan bahwa bahan tersebut

mengandung formalin (11).

Artinya penjual daging ayam dan

masyarakat di pasar Sarijadi di kota Bandung

telah sadar dan mengerti dampak buruk dari

penggunaan formalin dan sudah mematuhi

peraturan yang sudah diatur oleh

Undang-Undang tentang BTP berbahaya seperti

formalin. Hal ini dapat dikarenakan sudah

baiknya pengetahuan penjual daging ayam

akan sanksi tindak pidana dengan sengaja

melanggar ketentuan dari Pasal 55 huruf b jo

Pasal 10 ayat (1) No.7 Tahun 1996 tentang

pangan yakni dengan sengaja menggunakan

zat pengawet secara hukum dipidana dengan

penjara paling lama (5) lima tahun dan denda

Rp.600.000.000,-(enam ratus juta rupiah).

Alasan lainnya yang membuat penjual

daging ayam pedaging dan masyarakat di

pasar Sarijadi di kota Bandung mematuhi

peraturan UU tentang BTP juga dikarenakan

adanya program dari BPOM berupa usaha

terhadap makanan yang berbahaya yaitu

Program Percontohan Pantauan Pasar Aman

dari Bahan berbahaya. Program ini bertujuan

memberdayakan komunitas pasar agar

berperan aktif melakukan pengawasan

mandiri dan berkesinambungan. Program

dijabarkan dalam beberapa kegiatan strategis

antara lain, advokasi untuk membangun

komitmen Pemda, lintas sector dan

stakeholders; sosialisasi dan penyuluhan

kepada komunitas pasar; pelatihan petugas

pengelola pasar; modeling dan replikasi pasar

contoh; serta monitoring dan evaluasi pasar

aman dari bahan berbahaya. Kemudian

alasan yang lainnya berupa sidak terhadap

produk pangan segar yang mengandung

bahan kimia berbahaya, sosialisasi

penyalahgunaan bahan berbahaya, kampanye

dan operasionalisasi mobil laboratorium

keliling (mobling) secara stimultan oleh

BPOM (10).

KESIMPULAN

Tidak ada sampel ayam broiler di Pasar Sarijadi yang mengandung formalin.

DAFTAR PUSTAKA

1 .

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Estimasi Penduduk

berdasarkan Jenis Kelamin dan Provinsi di Indonesia Tahun 2014. [Online].; 2014 [cited 2014 November 17. Available from:

(20)

2 .

Kuncoro. Menilik Indeks Sumber Daya Manusia Indonesia. [Online].; 2013 [cited 2014 November 17. Available from: http://old.setkab.go.id/artikel-10918- menilik-indeks-sumber-daya-manusia-indonesia.html.

3 .

Primasoni N. Manfaat Protein untuk Mendukung Aktifitas Olahraga, Pertumbuhan, dan Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta:; 2010.

4 .

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia. Position Paper Komisi Pengawas Persaingan Usaha terhadap Peraturan Daerah DKI Jakarta no. 4 Tahun 2007 tentang Pengendalian Pemeliharaan dan Perdagangan Unggas. Jakarta:; 2010.

5 .

Sulistyowati E. Pengaruh Cara

Pengolahan Terhadap Kadar Kolesterol pada Daging Ayam Broiler. In ; 2004; Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

6 .

Kementrian Riset dan Teknologi Republik Indonesia. PENGAWETAN DAN BAHAN KIMIA Jakarta: Kantor Deputi Menegristek Bidang

Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; 2000.

7 .

Widaningrum , Winarti C. Kajian Pemanfaatan Rempah-Rempah Sebagai Pengawet Alami pada Daging. In ; 2007; Bogor: Institut Pertanian Bogor.

8 .

Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. Bahan Tambahan Pangan (BTP) Yang Diperbolehkan Dan Yang Berbahaya. [Online].; 2011 [cited 2014 November 19. Available from:

http://dkk.sukoharjokab.go.id/read/bahan

-tambahan-pangan-btp-yang-diperbolehkan-dan-yang-berbahaya.

9 .

Pusat Informasi Produk Industri Makanan dan Minuman. Buku Putih PIPIMM. 1st ed. Jakarta: Pusat Informasi Produk Industri Makanan dan Minuman; 2004.

1 0 .

Badan Pengawas Obat dan Makanan. Warta POM Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan; 2013.

1 1 .

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M., 2013. Pengembangan Basis Pengetahuan Budidaya Broiler Closed

House, Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2013. Warta POM. Jakarta: Badan

Pengawas Obat dan Makanan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Ketahanan Pangan dan

Perbaikan

Gizi

Merupakan

Suatu

Kesatuan.

[Online]

Available at:

http://www.depkes.go.id/article/view/2135/ketahanan-pangan-dan-perbaikan-gizi-merupakan-suatu-kesatuan.html

[Accessed 17 November 2014].

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Menkes: Ada Tiga Kelompok

Permasalahan

Gizi

di

Indonesia.

[Online]

Available

at:

http://www.depkes.go.id/article/view/2136/menkes-ada-tiga-kelompok-permasalahan-gizi-di-indonesia.html

[Accessed 17 November 2014].

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Gizi Seimbang Atasi Masalah

Gizi

Anda.

[Online]

Available

at:

http://www.depkes.go.id/article/view/2239/gizi-seimbang-atasi-masalah-gizi-ganda.html

[Accessed 17 November 2014].

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Estimasi Penduduk

berdasarkan Jenis Kelamin dan Provinsi di Indonesia Tahun 2014. [Online]

Available

at:

http://www.depkes.go.id/downloads/Penduduk%20Kab%20Kota%20Umur%20T

unggal%202014.pdf

(22)

Departemen Pertanian Republik Indonesia, 1996. Undang-Undang Republik

Indonesia

Nomor

7

Tahun

1996

Tentang

Pangan.

[Online]

Availableat:

http://karantinapertaniansby.deptan.go.id/admin/download/files/UU%20No.7-1996%20PANGAN.pdf

[Accessed 18 November 2014].

Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, 2011. Bahan Tambahan Pangan (BTP)

Yang

Diperbolehkan

Dan

Yang

Berbahaya.

[Online]

Available

at:

http://dkk.sukoharjokab.go.id/read/bahan-tambahan-pangan-btp-yang-diperbolehkan-dan-yang-berbahaya

[Accessed 19 November 2014].

Habsah, 2012. Gambaran Pengetahuan Pedagang Mi Basah Terhadap Perilaku

Penambahan Boraks dan Formalin pada Mi Basah di Kantin-Kantin Universitas

X Depok Tahun 2012, Jakarta: Universitas Indonesia.

Hastuti, S., 2010. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Formaldehid pada Ikan Asin

di Madura. Agrointek, pp. 132-137.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 033 Tahun 2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia.

Kementrian Pertanian Republik Indonesia, 2012. Daging Ayam: Sumber Makanan

Bergizi. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Kementrian Riset dan Teknologi Republik Indonesia, 2000. PENGAWETAN DAN

BAHAN KIMIA. Jakarta: Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan

Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

(23)

Kuncoro, 2013. Menilik Indeks Sumber Daya Manusia Indonesia. [Online]

Available at:

http://old.setkab.go.id/artikel-10918-menilik-indeks-sumber-daya-manusia-indonesia.html

[Accessed 17 November 2014].

Kuswan, A., 2011. Optimisasi Pereaksi Schryver dan Penerapannya pada

Analisis Formaldehid dalam Sampel Hati dan Usus Ayam Secara

Spektrofotometri, Jakarta: Universitas Indonesia.

Mandasari, S., 2012. Pengetahuan, Dan Sikap Pedagang Es Krim Tentang

Penggunaan Pemanis Buatan di Beberapa Pasar Kota Medan Tahun 2010,

Medan: Universitas Sumatera Utara.

Mulya, 2009. Performa Ayam Broiler Periode Starter dengan Pemberian

Metionin Cair dalam Air Minum, Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Nugrahani, M., 2005. PERUBAHAN KARAKTERISTIK DAN KUALITAS

PROTEIN

PADA

MIE

BASAH

MATANG

YANG

MENGANDUNG

FORMALDEHID DAN BORAKS, Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Pardede, B., 2009. Ketidaktaatan Pelaku Usaha Industri Rumah Tangga Pangan

dalam Penggunaan Formalin pada Produk Pangan, Jakarta: Universitas

Indonesia.

Primasoni, N., 2010. Manfaat Protein untuk Mendukung Aktifitas Olahraga,

Pertumbuhan, dan Perkembangan Anak Usia Dini, Yogyakarta: Universitas

Negeri Yogyakarta.

Pusat Informasi Produk Industri Makanan dan Minuman, 2004. Buku Putih

PIPIMM. 1st ed. Jakarta: Pusat Informasi Produk Industri Makanan dan

Minuman.

Respati, E. et al., 2013. Buletin Konsumsi Pangan. Jakarta: Pusat Data dan Sistem

Informasi Pertanian.

(24)

Situngkir, L., 2012. Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Gaya Hidup Sehat Pada

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun

2012, Medan: Universitas Sumatera Utara.

Sudjarwo, Poedjiarti, S. & Pramitasari, A., 2013. Validasi Spektrofotometri

Visible untuk Penentuan Kadar Formalin dalam Daging Ayam. Berkala Ilmiah

Kimia Farmasi, 2(1).

Sulistyowati, E., 2004. Pengaruh Cara Pengolahan Terhadap Kadar Kolesterol

pada Daging Ayam Broiler. Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta.

Widaningrum & Winarti, C., 2007. Kajian Pemanfaatan Rempah-Rempah

Sebagai Pengawet Alami pada Daging. Bogor, Institut Pertanian Bogor.

World Health Organization, 2002. FORMALDEHYDE. Concise International

Chemical Assessment Document 40. Geneva: s.n.

Gambar

Tabel 1.  Hasil Analisis Kandungan Formalin Dalam Daging Ayam Pedaging yang Dibeli Pada Tanggal 15 Juli 2014

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan isolasi dan identifikasi bakteri serta uji resistensi terhadap antibiotik dari 3 sampel plak gigi di Puskesmas

Berdasarkan dari beberapa fenomena di atas, dalam pelaksanaan PNPM-MP ekonomi bergulir kelompok yang belum optimal, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

Hal ini menunjukkan bahwa dari segi penggunaan produk dalam pembelajaran bahasa Inggris kepada siswa tunarungu, produk model permainan teka teki silang (TTS) yang dikembangkan

Ditinjau dari penggunaannya maka secara keseluruhan ( general perspectives) wilayah perencanaan telah menunjukkan adanya vitalitas kawasan, percampuran kegiatan yang saling

Kepala Sekolah berasal dari dua kata, yaitu”kepala” dan “sekolah”. Kata “kepala” dapat diartikan ketua atau pemimpin organisai atau lembaga. Sedangkan “sekolah”

Data-data yang ditafsirkan itu bisa dilakukan dengan melihat kitab-kitab karangan Kiai Asrori tentang ritual mana> qiban dan juga data-data yang lain seperti tindakan

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah persamaan Altman Z-Score untuk memprediksi.. kebangkrutan di perusahaan

dan pembimbing II Ibu Nurbaity, M.Kom. Bank Syariah merupakan salah satu bank Islam yang fokus utama kegiatan usahanya adalah penyaluran dana berdasarkan prisip