iii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran mengenai derajat explanatory style pada mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2008 Universitas “X” Bandung dengan IPK tinggi dan rendah. Populasi penelitian terdiri dari 70 mahasiswa IPK tinggi dan 27 mahasiswa IPK rendah. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi deskriptif dengan teknik survei.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini merupakan modifikasi dari Attributional Style Questionnaire (ASQ) yang dikembangkan oleh Martin E.P. Seligman. Alat ukur terdiri dari 48 item.
Berdasarkan perhitungan validitas dengan menggunakan uji Chi-Square, diperoleh 48 item valid dengan hasil validitas berkisar antara 0,311-0,591. Berdasarkan perhitungan reliabilitas dengan menggunakan Rank Spearman, diperoleh hasil reliabilitas 0,741. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan perhitungan persentase.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa sebanyak 72,86% mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2008 Universitas “X” Bandung dengan IPK tinggi memiliki explanatory style optimistis. Selain itu, juga diperoleh hasil bahwa sebanyak 77,78% mahasiswa dengan IPK rendah memiliki explanatory style pesimistis.
Kesimpulan yang diperoleh yaitu mahasiswa IPK tinggi yang memiliki explanatory style optimistis menjelaskan kepada diri mereka sendiri bahwa penyebab peristiwa buruk bersifat temporer, spesifik, dan eksternal sementara penyebab peristiwa baik bersifat permanen, universal, dan internal. Kesimpulan lain yaitu mahasiswa IPK rendah yang memiliki explanatory style pesimistis menjelaskan kepada diri mereka sendiri bahwa penyebab peristiwa buruk bersifat permanen, universal, dan internal sementara penyebab peristiwa baik bersifat temporer, spesifik, dan eksternal.
vii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI
Lembar Judul Lembar Pengesahan
Abstrak ...iii
Kata Pengantar ...iv
Daftar Isi ...vii
Daftar Tabel ...x
Daftar Bagan ...xi
Daftar Lampiran ...xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...1
1.2 Identifikasi Masalah ...9
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ...10
1.3.1 Maksud Penelitian ...10
1.3.2 Tujuan Penelitian ...10
1.4 Kegunaan Penelitian ...10
1.4.1 Kegunaan Teoretis ...10
1.4.2 Kegunaan Praktis ...11
1.5 Kerangka Pemikiran ...11
viii BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Explanatory Style ...20
2.1.1 Dua Cara Dalam Memandang Kehidupan ...20
2.1.2 Pengertian Explanatory Style ...22
2.1.3 Dimensi Explanatory Style ...24
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Explanatory Style ...27
2.2 Masa Dewasa Awal ………...……30
2.2.1 Perkembangan Fisik ……….30
2.2.2 Perkembangan Kognitif ………....……31
2.3 Prestasi Belajar ………..32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ...33
3.2 Bagan Rancangan Penelitian ...33
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...34
3.3.1 Variabel Penelitian ...34
3.3.2 Definisi Operasional ...34
3.4 Alat Ukur ...35
3.4.1 Alat Ukur Explanatory Style ...35
3.4.2 Data Pribadi dan Data Penunjang ...38
3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ...39
3.4.3.1 Validitas Alat Ukur ...39
ix Universitas Kristen Maranatha
3.5 Populasi dan Karakteristik Populasi ...41
3.5.1 Populasi Sasaran ...41
3.5.2 Karakteristik Populasi ...41
3.6 Teknik Analisis Data ...41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ...43
4.1.1 Gambaran Responden ...43
4.1.2 Hasil Pengolahan Data ...43
4.2 Pembahasan ...48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...56
5.2 Saran ...57
5.2.1 Saran Untuk Penelitian Lanjutan ...57
5.2.2 Saran Guna Laksana ...57
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RUJUKAN LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Alat Ukur Tabel 3.2 Skor Jawaban Tabel 3.3 Kriteria Skor
Tabel 4.1 Frekuensi Responden IPK Tinggi dan IPK Rendah Tabel 4.2 Derajat Explanatory Style Pada Responden IPK Tinggi Tabel 4.3 Derajat Explanatory Style Pada Responden IPK Rendah
Tabel 4.4 Dimensi-dimensi Explanatory Style (Peristiwa Buruk) Pada Responden IPK Tinggi
Tabel 4.5 Dimensi-dimensi Explanatory Style (Peristiwa Baik) Pada Responden IPK Tinggi
Tabel 4.6 Dimensi-dimensi Explanatory Style (Peristiwa Buruk) Pada Responden IPK Rendah
xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Lampiran B Kuesioner Explanatory Style
Lampiran C Data Pribadi dan Data Penunjang
Lampiran D Skor dan Derajat Explanatory Style Responden
1 Universitas Kristen Maranatha BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, pendidikan telah menjadi suatu kebutuhan dan
dianggap penting. Melalui pendidikan, individu dapat belajar
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki agar dapat berguna bagi
diri sendiri, masyarakat, serta bangsa dan negara. Melihat pentingnya
peran pendidikan, pemerintah Indonesia pun turut mengatur sistem
pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003. Bab II pasal 3 dalam
Undang-Undang tersebut berbunyi : “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”
(www.inherent-dikti.net).
Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa tersebut, banyak
didirikan sekolah-sekolah yang menawarkan pendidikan formal.
2
Universitas Kristen Maranatha
yang terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi (id.wikipedia.org).
Dalam keseluruhan proses pengajaran dan pendidikan formal,
terjadi proses pembelajaran yang melibatkan interaksi antara pendidik dan
anak didik. Selama proses pembelajaran tersebut, anak didik dituntut
untuk dapat menunjukkan prestasi belajar. Dari prestasi belajar tersebut,
dapat diketahui sejauh mana anak didik menguasai suatu materi tertentu
yang telah disampaikan. Prestasi belajar itu sendiri merupakan hal yang
penting bagi anak didik sebagai wujud nyata dari kemampuan belajar
mereka. Hal ini juga berlaku bagi mahasiswa yang merupakan individu
yang nantinya akan memasuki dunia kerja. Untuk memasuki dunia kerja,
salah satu persyaratan awal yang diminta adalah prestasi belajar yang
memadai, dalam hal ini yaitu IPK (Indeks Prestasi Kumulatif).
Pada mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2008 Universitas “X”
Bandung baik yang memiliki IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) tinggi
maupun rendah, nantinya mereka diharapkan dapat membantu
individu-individu lain dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi
dengan menggunakan bekal ilmu-ilmu psikologi yang diberikan selama
perkuliahan. Peran mahasiswa psikologi tersebut sejalan dengan pendapat
Prof. Dr. Irmawati, Psikolog, seorang Guru Besar Psikologi, yang mengemukakan bahwa para pakar psikologi yaitu ilmuwan psikologi dan
psikolog berperan untuk ikut menentukan keberhasilan manusia dalam
3
Universitas Kristen Maranatha
Dr. Irmawati, Psikolog, para pakar psikologi diharapkan dapat mengatasi berbagai fenomena psikologis manusia (usupress.usu.ac.id).
Dalam menjalankan peran sebagai mahasiswa psikologi yang
dipersiapkan nantinya untuk membantu individu-individu lain mengatasi
permasalahan psikologis, mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2008
Universitas “X” Bandung perlu memiliki suatu cara atau kebiasaan
berpikir yang positif terhadap berbagai peristiwa di kehidupan baik
peristiwa buruk maupun peristiwa baik. Dengan memiliki cara atau
kebiasaan berpikir yang positif terhadap berbagai peristiwa kehidupan,
mahasiswa psikologi dapat memberikan masukan-masukan yang positif
juga dalam membantu individu-individu lain menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi. Cara berpikir terhadap berbagai peristiwa kehidupan
tersebut disebut sebagai explanatory style.
Explanatory style merupakan cara yang biasanya digunakan individu untuk menjelaskan kepada diri sendiri mengenai mengapa suatu
peristiwa terjadi padanya (Seligman, 1990: 15). Explanatory style yang dimiliki oleh individu dapat terbagi menjadi tiga derajat, yaitu optimistis,
average, dan pesimistis. Masih menurut Martin E.P. Seligman, individu yang memiliki explanatory style pada derajat optimistis akan menjelaskan kepada diri mereka sendiri bahwa penyebab peristiwa-peristiwa buruk
yang mereka alami bersifat temporer, spesifik, dan eksternal sementara
penyebab peristiwa-peristiwa baik yang mereka alami bersifat permanen,
4
Universitas Kristen Maranatha explanatory style pesimistis, individu tersebut akan memberikan penjelasan kepada diri mereka sendiri mengenai penyebab
peristiwa-peristiwa kehidupan dalam cara yang berbeda dengan individu yang
memiliki explanatory style optimistis. Pada individu yang memiliki
explanatory style pesimistis, individu tersebut akan menjelaskan kepada diri mereka sendiri bahwa penyebab peristiwa-peristiwa buruk yang terjadi
bersifat permanen, universal, dan internal sementara penyebab
peristiwa-peristiwa baik yang mereka alami bersifat temporer, spesifik, dan
eksternal.
Cara atau kebiasaan berpikir seperti telah dijelaskan di atas telah
diteliti dalam ratusan penelitian sebagaimana yang dituliskan oleh Martin
E.P. Seligman (1990) dalam bukunya. Penelitian-penelitian yang telah
dilakukan tersebut menunjukkan bahwa individu-individu yang lebih
mudah menyerah dan mengalami depresi memperlihatkan bahwa mereka
memiliki explanatory style pesimistis; sementara itu individu-individu yang berprestasi lebih baik di dunia pendidikan maupun dunia kerja serta
lebih sehat secara fisik memperlihatkan bahwa mereka memiliki
explanatory style optimistis. Senada dengan penelitian-penelitian tersebut, seorang ahli di bidang pengembangan diri, Darmadi Darmawangsa M.Sc.,
5
Universitas Kristen Maranatha
secara positif terhadap diri sendiri merupakan suatu hal yang penting
(fighttiger.net).
Martin E.P. Seligman bersama Susan Nolen-Hoeksema, seorang
mahasiswa yang juga tertarik meneliti mengenai explanatory style dalam dunia pendidikan, melakukan studi longitudinal terhadap siswa-siswa di
suatu sekolah dekat Princeton, New Jersey selama lima tahun sejak tahun
1985. Sampel penelitian berukuran 400 siswa. Dari studi longitudinal yang
dilakukan tersebut, diketahui bahwa siswa-siswa yang memperoleh
nilai-nilai tinggi selama sekolah menunjukkan bahwa mereka memiliki
explanatory style optimistis sementara siswa-siswa yang memperoleh nilai-nilai rendah selama sekolah menunjukkan bahwa mereka memiliki
explanatory style pesimistis.
Seorang mahasiswi Universitas Montana State, yaitu Leann Alicia
Fox, menggunakan teori Seligman dalam mengerjakan tesisnya pada tahun
2006 untuk memperoleh gelar Master of Science. Dalam penelitian yang telah dilakukan terhadap 57 orang mahasiswa di Universitas tersebut,
diketahui bahwa mahasiswa yang memiliki Indeks Prestasi Kumulatif
(IPK) tinggi cenderung menunjukkan explanatory style optimistis sementara mahasiswa yang memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
rendah cenderung menunjukkan explanatory style pesimistis (etd.lib.montana.edu). Penelitian lain yang juga didasari oleh teori
Seligman dilakukan oleh Wanda Boyer pada tahun 2006 terhadap
6
Universitas Kristen Maranatha
bahwa mahasiswa-mahasiswa dengan prestasi akademik tinggi belum
tentu memiliki explanatory style optimistis (findarticles.com).
Mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2008 Universitas “X”
Bandung pasti memiliki IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) beragam yang
secara garis besar pada penelitian ini akan dikelompokkan menjadi tinggi
(≥2,76) dan rendah (<2,00). Berdasarkan pada hasil penelitian
sebagaimana telah dikutip sebelumnya, secara umum dikonsepkan bahwa
mahasiswa yang berprestasi cenderung menunjukkan explanatory style
optimistis sedangkan mahasiswa yang kurang berprestasi cenderung
menunjukkan explanatory style pesimistis. Akan tetapi, tidak tertutup kemungkinan seorang mahasiswa yang berprestasi menunjukkan
explanatory style pesimistis ataupun sebaliknya mahasiswa yang kurang berprestasi menunjukkan explanatory style optimistis. Ini didukung oleh hasil survei awal yang telah dilakukan terhadap 30 orang mahasiswa
fakultas psikologi angkatan 2008 Universitas “X” Bandung dengan
perincian 15 orang ber-IPK tinggi (≥2,76) dan 15 orang ber-IPK rendah
(<2,00).
Data yang diperoleh dari survei awal melalui wawancara mengenai
peristiwa-peristiwa buruk yang dialami oleh mahasiswa fakultas psikologi
angkatan 2008 Universitas “X” Bandung yaitu antara lain memperoleh
nilai rendah dalam kuis ataupun ujian, mengalami penurunan nilai ataupun
IPK, memperoleh nilai kurang memuaskan dalam tugas perkuliahan,
7
Universitas Kristen Maranatha
ujian, mendapat teguran dari dosen atas hasil tugas yang kurang
memuaskan, terlambat dalam mengumpulkan tugas perkuliahan,
mengalami kesulitan dalam memahami materi perkuliahan, dan lain-lain.
Peristiwa-peristiwa baik yang dialami oleh mahasiswa fakultas psikologi
angkatan 2008 Universitas “X” Bandung antara lain memperoleh nilai
tinggi dalam kuis ataupun ujian, mengalami kenaikan IPK ataupun nilai,
memperoleh nilai memuaskan dalam tugas perkuliahan, menyelesaikan
tugas perkuliahan atau soal-soal ujian tanpa kesulitan, mendapat pujian
dari dosen atas hasil tugas yang memuaskan, tepat waktu dalam
menyelesaikan tugas perkuliahan, dapat memahami materi perkuliahan,
dan lain-lain.
Dalam menghadapi peristiwa-peristiwa buruk seperti telah
disebutkan di atas, pada mahasiswa ber-IPK tinggi, sebanyak 6 mahasiswa
(40%) menjelaskan bahwa penyebab peristiwa buruk (misalnya nilai ujian
rendah) yang mereka alami bersifat temporer misalnya dikarenakan
mereka sedang tidak bersemangat belajar menjelang ujian, sebanyak 9
mahasiswa (60%) menjelaskan penyebabnya bersifat spesifik misalnya
dikarenakan mereka malas mempelajari mata kuliah tertentu, serta
sebanyak 11 mahasiswa (73,33%) menjelaskan penyebabnya bersifat
eksternal misalnya dikarenakan waktu untuk mengerjakan soal kurang bila
dibandingkan jumlah soal. Sedangkan 9 mahasiswa (60%) menjelaskan
8
Universitas Kristen Maranatha
(40%) menjelaskan penyebabnya bersifat universal, dan 4 mahasiswa
(26,67%) menjelaskan penyebabnya bersifat internal.
Sementara ketika menghadapi peristiwa-peristiwa baik, pada
mahasiswa ber-IPK tinggi, sebanyak 5 mahasiswa (33,33%) menjelaskan
bahwa penyebab peristiwa baik (misalnya dianggap paham dan diminta
teman memberikan tutor suatu tugas tertentu) yang mereka alami bersifat
permanen misalnya dikarenakan mereka biasanya memperoleh nilai tinggi,
sebanyak 6 mahasiswa (40%) menjelaskan penyebabnya bersifat universal
misalnya dikarenakan mereka bersungguh-sungguh dalam mengerjakan
setiap tugas yang diberikan selama perkuliahan, serta sebanyak 8
mahasiswa (53,33%) menjelaskan penyebabnya bersifat internal misalnya
dikarenakan kemampuan akademik mereka di atas rata-rata. Sedangkan 10
mahasiswa (66,67%) menjelaskan bahwa penyebab peristiwa baik tersebut
bersifat temporer, 9 mahasiswa (60%) menjelaskan penyebabnya bersifat
spesifik, dan 7 mahasiswa (46,67%) menjelaskan penyebabnya bersifat
eksternal.
Pada mahasiswa ber-IPK rendah, ketika berhadapan dengan
peristiwa-peristiwa buruk, sebanyak 12 mahasiswa (80%) menjelaskan
bahwa penyebab peristiwa buruk yang mereka alami bersifat permanen,
sebanyak 6 mahasiswa (40%) menjelaskan penyebabnya bersifat universal,
serta sebanyak 8 mahasiswa (53,33%) menjelaskan penyebabnya bersifat
internal. Sedangkan 3 mahasiswa (20%) menjelaskan bahwa penyebab
9
Universitas Kristen Maranatha
menjelaskan penyebabnya bersifat spesifik, dan 7 mahasiswa (46,67%)
menjelaskan penyebabnya bersifat eksternal.
Sementara ketika mahasiswa ber-IPK rendah menghadapi
peristiwa-peristiwa baik, sebanyak 9 mahasiswa (60%) menjelaskan
bahwa penyebab peristiwa baik yang mereka alami bersifat temporer,
sebanyak 8 mahasiswa (53,33%) menjelaskan penyebabnya bersifat
spesifik, serta sebanyak 13 mahasiswa (86,67%) menjelaskan
penyebabnya bersifat eksternal. Sedangkan 6 mahasiswa (40%)
menjelaskan bahwa penyebab peristiwa baik tersebut bersifat permanen, 7
mahasiswa (46,67%) menjelaskan penyebabnya bersifat universal, dan 2
mahasiswa (13,33%) menjelaskan penyebabnya bersifat internal.
Berdasarkan hasil survei awal yang telah dilakukan tersebut,
peneliti melihat masih terdapat ketidakjelasan mengenai derajat
explanatory style pada mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2008 Universitas “X” Bandung baik yang berprestasi atau kurang berprestasi di
bidang akademik. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti
bagaimana derajat explanatory style pada mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2008 Universitas “X” Bandung dengan IPK tinggi dan rendah.
1.2. Identifikasi Masalah
10
Universitas Kristen Maranatha 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1. Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran
mengenai explanatory style pada mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2008 Universitas “X” Bandung dengan IPK tinggi dan rendah.
1.3.2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai
derajat explanatory style pada mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2008 Universitas “X” Bandung dengan IPK tinggi dan rendah serta
kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi explanatory style
tersebut.
1.4. Kegunaan Penelitian
1.4.1. Kegunaan Teoretis
1. Memberikan informasi tambahan bagi ilmu psikologi
khususnya Psikologi Pendidikan mengenai explanatory style
pada mahasiswa dengan IPK tinggi dan rendah.
2. Memberikan masukan bagi peneliti lain yang berminat
11
Universitas Kristen Maranatha 1.4.2. Kegunaan Praktis
1. Memberikan informasi kepada dosen-dosen wali mengenai
explanatory style pada mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2008 Universitas ”X” Bandung dengan IPK tinggi dan rendah.
Diharapkan informasi ini dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan untuk membimbing anak-anak wali agar dapat
mengembangkan optimisme dalam menghadapi peristiwa
buruk dan baik.
2. Memberikan informasi kepada mahasiswa fakultas psikologi
angkatan 2008 Universitas ”X” Bandung dengan IPK tinggi
dan rendah mengenai explanatory style yang mereka miliki. Diharapkan informasi ini dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan untuk mengevaluasi diri agar dapat
mengembangkan optimisme dalam menghadapi peristiwa
buruk dan baik.
1.5. Kerangka Pemikiran
Mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2008 Universitas “X”
Bandung memiliki usia sekitar 20 tahun yang merupakan usia pada tahap
perkembangan masa dewasa awal. Memasuki tahap perkembangan masa
dewasa awal ini, mahasiswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk
mengeksplor gaya hidup dan nilai-nilai yang berbeda, menikmati
12
Universitas Kristen Maranatha
secara intelektual melalui tugas-tugas akademik (Santrock and Halonen,
2002). Salah satu tugas akademik mahasiswa adalah mengikuti kegiatan
belajar. Sebagai hasil dari proses belajar, mahasiswa akan memperoleh
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang merupakan indikator dari prestasi
belajar (Winkel, 1983). Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang diperoleh
oleh mahasiswa dapat bervariasi mulai dari tinggi dan rendah.
Melalui Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang diperoleh
mahasiswa, dapat diketahui apakah mahasiswa tersebut berhasil atau
kurang berhasil di bidang akademik. Salah seorang tokoh yang memberi
perhatian terkait dengan hal tersebut, yaitu Martin E.P. Seligman,
mengungkapkan bahwa peserta didik yang menunjukkan keberhasilan di
bidang akademik (dalam hal ini yaitu IPK yang tinggi) memiliki cara
tertentu dalam memberikan penjelasan mengenai berbagai peristiwa
kehidupan, yang berbeda bila dibandingkan dengan peserta didik yang
menunjukkan kekurangberhasilan di bidang akademik (dalam hal ini yaitu
IPK yang rendah). Cara tersebut dikenal sebagai explanatory style. Menurut Martin E.P. Seligman, explanatory style merupakan cara yang biasanya digunakan individu untuk menjelaskan kepada diri sendiri
mengenai mengapa suatu peristiwa terjadi padanya (Seligman, 1990: 15).
Explanatory style pada diri mahasiswa dapat berbeda-beda derajatnya, yang secara umum terbagi menjadi tiga yaitu optimistis, average, dan pesimistis. Menurut Martin E.P. Seligman, peserta didik yang berhasil
13
Universitas Kristen Maranatha style optimistis. Sebaliknya peserta didik yang kurang berhasil dalam bidang akademik (memiliki IPK rendah) menunjukkan explanatory style
pesimistis. Lebih lanjut untuk menjelaskan explanatory style tersebut, maka ditelusuri melalui tiga dimensi utama dalam explanatory style, yaitu
permanence, pervasiveness, dan personalization.
Dimensi pertama yaitu permanence membahas mengenai temporer atau permanen-kah penyebab peristiwa buruk maupun baik yang
dijelaskan oleh individu kepada diri mereka sendiri. Ketika berhadapan
dengan peristiwa-peristiwa buruk maupun baik, individu yang optimistis
menjelaskan kepada diri mereka sendiri bahwa penyebab
peristiwa-peristiwa buruk yang mereka alami sifatnya temporer sementara penyebab
peristiwa-peristiwa baik yang mereka alami sifatnya permanen yang
artinya bertahan atau berlangsung cukup lama. Sebaliknya pada individu
yang pesimistis, ketika berhadapan dengan peristiwa-peristiwa buruk
maupun baik, mereka menjelaskan kepada diri mereka sendiri bahwa
penyebab peristiwa-peristiwa buruk yang mereka alami sifatnya permanen
sementara penyebab peristiwa-peristiwa baik yang mereka alami sifatnya
temporer.
Dimensi kedua yaitu pervasiveness membahas mengenai spesifik atau universal-kah penyebab peristiwa buruk maupun baik yang dijelaskan
oleh individu kepada diri mereka sendiri. Individu yang optimistis
menjelaskan kepada diri mereka sendiri bahwa penyebab
14
Universitas Kristen Maranatha
penyebab peristiwa-peristiwa baik yang terjadi pada mereka sifatnya
universal. Sebaliknya, individu yang pesimistis menjelaskan kepada diri
mereka sendiri bahwa penyebab peristiwa-peristiwa buruk yang terjadi
pada mereka sifatnya universal sementara penyebab peristiwa-peristiwa
baik yang terjadi sifatnya spesifik.
Dimensi ketiga yaitu personalization membahas mengenai eksternal atau internal-kah penyebab peristiwa buruk maupun baik yang
dijelaskan oleh individu kepada diri mereka sendiri. Individu yang
optimistis menjelaskan kepada diri mereka sendiri bahwa
peristiwa-peristiwa buruk yang mereka alami disebabkan oleh orang lain ataupun
keadaan (eksternal) sementara peristiwa-peristiwa baik yang mereka alami
disebabkan oleh diri mereka sendiri (internal). Sebaliknya, individu yang
pesimistis menjelaskan kepada diri mereka sendiri bahwa
peristiwa-peristiwa buruk yang mereka alami disebabkan oleh diri mereka sendiri
(internal) sementara peristiwa-peristiwa baik yang mereka alami berasal
atau datang dari orang lain ataupun keadaan (eksternal).
Berdasarkan ketiga dimensi explanatory style yang telah dijelaskan di atas, mahasiswa ber-IPK tinggi yang optimistis menjelaskan kepada diri
mereka sendiri bahwa penyebab peristiwa buruk bersifat temporer,
spesifik, dan eksternal sementara penyebab peristiwa baik bersifat
permanen, universal, dan internal. Sebagai contoh, ketika mahasiswa
ber-IPK tinggi yang optimistis mengalami peristiwa buruk misalnya
15
Universitas Kristen Maranatha
mahasiswa tersebut menjelaskan kepada diri mereka sendiri bahwa
peristiwa buruk yang mereka alami tersebut misalnya disebabkan mereka
kurang persiapan pada malam menjelang kuis tersebut (temporer), mereka
kurang memahami beberapa materi yang menjadi soal kuis tersebut
(spesifik), serta soal-soal kuis yang diberikan oleh dosen sukar untuk
dikerjakan (eksternal).
Sebaliknya pada mahasiswa ber-IPK rendah yang pesimistis,
mereka menjelaskan kepada diri mereka sendiri bahwa penyebab peristiwa
buruk yang mereka alami bersifat permanen, universal, dan internal
sementara penyebab peristiwa baik yang mereka alami bersifat temporer,
spesifik, dan eksternal. Sebagai contoh, ketika mahasiswa ber-IPK rendah
yang pesimistis mengalami peristiwa buruk misalnya mendapatkan nilai
ujian yang tidak memuaskan, mahasiswa tersebut menjelaskan kepada diri
mereka sendiri bahwa peristiwa buruk yang mereka alami tersebut
misalnya disebabkan mereka selalu malas belajar (permanen), mereka
kurang memahami keseluruhan materi mata kuliah tersebut (universal),
serta mereka kurang pandai secara akademik (internal).
Explanatory style yang dimiliki oleh mahasiswa berkaitan dengan tiga faktor yaitu explanatory style yang dimiliki oleh figur signifikan, kritik dari lingkungan, dan krisis kehidupan yang pernah dialami. Terkait
dengan explanatory style yang dimiliki oleh figur signifikan, individu (dalam hal ini mahasiswa) mendengar dan mempelajari
peristiwa-16
Universitas Kristen Maranatha
peristiwa buruk maupun baik. Apabila figur signifikan memiliki
explanatory style optimistis maka individu yang bersangkutan juga cenderung memiliki explanatory style optimistis. Demikian sebaliknya, apabila figur signifikan memiliki explanatory style pesimistis maka individu yang bersangkutan juga cenderung memiliki explanatory style
pesimistis. Sebagai contoh, ketika figur signifikan membuat penjelasan
bahwa dirinya sangat bodoh dan selalu sial pada saat mengalami peristiwa
buruk, maka penjelasan yang bersifat permanen, universal, dan internal
tersebut akan didengar serta dipelajari oleh mahasiswa yang bersangkutan
sehingga kelak mahasiswa tersebut juga akan membuat penjelasan yang
bersifat permanen, universal, dan internal terhadap peristiwa buruk.
Kritik dari lingkungan yang berkaitan dengan explanatory style
mahasiswa saat ini dapat berasal dari orang tua ataupun guru. Mahasiswa
akan mempercayai kritik yang mereka dapatkan dan menggunakannya
untuk membentuk explanatory style mereka. Apabila kritik yang diberikan ketika mahasiswa mengalami kegagalan bersifat permanen, universal, dan
internal maka mahasiswa tersebut cenderung mengembangkan explanatory style pesimistis. Sebagai contoh, ketika mahasiswa menerima kritik bahwa dirinya bodoh ketika memperoleh nilai buruk maka mahasiswa tersebut
akan mendengar dan mempelajari penjelasan yang bersifat permanen,
universal, dan internal tersebut kemudian mengembangkan sifat penjelasan
yang serupa ketika peristiwa buruk lainnya terjadi. Demikian pula
17
Universitas Kristen Maranatha
kegagalan bersifat temporer, spesifik, dan eksternal maka mahasiswa
tersebut cenderung mengembangkan explanatory style optimistis.
Selain explanatory style figur signifikan dan kritik dari lingkungan, krisis kehidupan yang pernah dialami oleh mahasiswa juga berkaitan
dengan explanatory style yang dimiliki mahasiswa. Sebagai contoh, apabila mahasiswa pernah mengalami suatu krisis (misalnya krisis
keuangan dalam keluarga) dan peristiwa buruk tersebut membaik maka
mahasiswa akan membuat penjelasan bahwa peristiwa buruk bersifat
temporer dan spesifik (mahasiswa cenderung mengembangkan
explanatory style optimistis). Tetapi apabila peristiwa buruk tersebut berkelanjutan maka mahasiswa akan membuat penjelasan bahwa peristiwa
buruk bersifat permanen dan universal (mahasiswa cenderung
mengembangkan explanatory style pesimistis).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat digambarkan dengan bagan
18
Universitas Kristen Maranatha Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran
Mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2008 Universitas “X” Bandung
dengan IPK tinggi dan rendah
Explanatory Style
Permanence
Pervasiveness
Personalization
Explanatory style ibu
Kritik dari lingkungan
Krisis kehidupan
average
19
Universitas Kristen Maranatha 1.6. Asumsi
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dapat ditarik sejumah
asumsi sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat memiliki derajat explanatory style yang berbeda-beda, yaitu optimistis, average, dan pesimistis.
2. Mahasiswa dengan IPK tinggi memiliki derajat explanatory style
optimistis.
3. Mahasiswa dengan IPK rendah memiliki derajat explanatory style
pesimistis.
56 Universitas Kristen Maranatha BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap mahasiswa fakultas psikologi
angkatan 2008 Universitas “X” Bandung dengan IPK tinggi dan rendah,
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Sebagian besar (72,86%) mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2008
Universitas “X” Bandung dengan IPK tinggi memiliki explanatory style
pada derajat optimistis, yang dimanifestasikan dalam tiga dimensi
explanatory style yaitu permanence, pervasiveness, dan personalization.
2. Mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2008 Universitas “X” Bandung
dengan IPK tinggi yang memiliki explanatory style pada derajat
optimistis cenderung menjelaskan kepada diri mereka sendiri bahwa
penyebab peristiwa buruk bersifat temporer, spesifik, dan eksternal
sementara penyebab peristiwa baik bersifat permanen, universal, dan
internal.
3. Sebagian besar (77,78%) mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2008
Universitas “X” Bandung dengan IPK rendah memiliki explanatory
style pada derajat pesimistis, yang dimanifestasikan dalam tiga dimensi
explanatory style yaitu permanence, pervasiveness, dan personalization.
4. Mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2008 Universitas “X” Bandung
57
Universitas Kristen Maranatha
pesimistis cenderung menjelaskan kepada diri mereka sendiri bahwa
penyebab peristiwa buruk bersifat permanen, universal, dan internal
sementara penyebab peristiwa baik bersifat temporer, spesifik, dan
eksternal.
5.2Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti
mengajukan beberapa saran sebagai berikut :
5.2.1 Saran Untuk Penelitian Lanjutan
Bagi penelitian lebih lanjut, peneliti menyarankan untuk melakukan
penelitian mengenai sejauh mana kontribusi faktor-faktor yang
mempengaruhi explanatory style terhadap explanatory style.
5.2.2 Saran Guna Laksana
Bagi pihak fakultas psikologi khususnya para dosen wali mahasiswa
psikologi angkatan 2008 Universitas “X” Bandung, peneliti menyarankan
untuk mengadakan pelatihan dan membimbing mahasiswa ber-IPK tinggi
yang pesimistis untuk mengubah kebiasaan berpikir mereka dan
mengembangkan optimisme. Selain itu, peneliti juga menyarankan para
dosen wali untuk membimbing mahasiswa ber-IPK rendah agar
meningkatkan IPK mereka untuk selanjutnya mengubah pesimisme yang
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Gage, N.L. dan David C. Berliner. 1984. Educational Psychology, Third Edition. Boston: Houghton Mifflin Company.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.
Santrock, John W. 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi Kelima, Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
______ 2004. Life-Span Development, Ninth Edition. New York: The
McGraw-Hill Companies.
Siegel, Sidney. 1956. Nonparametric Statistics: For The Behavioral Sciences. New York: McGraw-Hill Book Company, Inc.
Seligman, Martin E. P. 1990. Learned Optimism: How to Change Your Mind and Your Life. New York: Pocket Books.
Snyder, C.R. dan Shane J. Lopez. 2002. Handbook of Positive Psychology. New
York: Oxford University Press.
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR RUJUKAN
http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf, diakses 31 Agustus 2009
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_formal, diakses 31 Agustus 2009
http://usupress.usu.ac.id/files/Orasi%20Ilmiah%20Dies%20Natalis%20Ke-57_Final.pdf, diakses 25 Maret 2010
http://fighttiger.net/article-power.html, diakses 25 Maret 2010
http://etd.lib.montana.edu/etd/2006/fox/, diakses 26 Agustus 2009