• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Terhadap Self-Regulation Pada Mahasiswa Ekstensi Teknik Industri Yang Kuliah Sambil Bekerja di Universitas "X" Jakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Terhadap Self-Regulation Pada Mahasiswa Ekstensi Teknik Industri Yang Kuliah Sambil Bekerja di Universitas "X" Jakarta."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

Penelitian ini dilaksanakan untuk melihat kemampuan Self-regulation terhadap mahasiswa ekstensi Teknik Industri yang kuliah sambil bekerja di universitas “X” Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan tekhnik survey.

Self-Regulation merupakan pikiran (thought), perasaan (feeling), dan tindakan (action) mengontrol yang terencana dan dilakukan secara berulang-ulang yang diadaptasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Self-Regulation meliputi tiga fase yaitu Fase forethought (perencanaan), performance or volitional control (kehendak), dan self-reflection (proses refleksi diri).

Sample dalam populasi ini adalah mahasiswa yang melaksanakan kuliah sambil bekerja dengan jam kerja minimal 8 jam perhari dengan ukuran responden sebanyak 50 orang. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner Self-Regulation dengan jumlah item keseluruhan sebanyak 47 item yang mewakili tiga tahap Self-Regulation. Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan Rank Spearman dan Alpha Cronbach, diperoleh 47 item yang diterima dengan reliabilitas sebesar 0,933 dan nilai validitas berkisar 0,313 – 0,736. Hasil pembahasan menggunakan teknik distribusi frekuensi dan tabulasi silang.

Hasil yang diperoleh oleh penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa ekstensi tekhnik industri yang kuliah sambil bekerja di universitas “X” Jakarta, terbanyak sejumlah 74% mampu melakukan Self-Regulation dan sebanyak 26% kurang mampu melakukan Self-Regulation.

(2)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA DAFTAR ISI

Lembar Judul

Lembar Pengesahan

Abstrak ……….... i

Kata Pengantar ………..………. ii

Daftar isi ………... v

Daftar Tabel ……….. ix

Daftar Lampiran ………. xi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ………... 1

1.2Indentifikasi Masalah ……… 9

1.3Maksut dan Tujuan Penelitian 1.3.1Maksud Penelitian …..………... 9

1.3.2Tujuan penelitian ……….. 9

1.4Kegunaan penelitian 1.4.1Kegunaan Ilmiah ……… 10

1.4.2 Kegunaan Praktis ……….. 10

1.5Kerangka Pikir ……… 11

(3)

2.1.2 Struktur dari Sistem Self-Regulation ………... 26

2.1.3 Pengaruh Faktor Sosial dan Lingkungan Terhadap Self-Regulation.. 44

2.1.4 Gangguan – gangguan di Dalam Self_regulation ……….. 45

2.2 Masa Dewasa Awal ……… 48

2.2.1 Pengertian Masa Dewasa Awal ………. 48

2.2.2 Perkembangan Fisik ………... 49

2.2.3 Perkembangan kognitif ……….. 50

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian .………... 53

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.2.1. Variabel penelitian ………... 53

3.2.2. Definisi Operasional ………... 54

3.3. Alat Ukur 3.3.1. Alat Ukur Self-Regulation ………. 56

3.3.2. Gambaran Alat Ukur ………... 57

3.3.3. Prosedur Pengisian Kuesioner ……….. 58

(4)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

3.3.5.1 Data pribadi ... 59

3.3.5.2 Data Penunjang ... 60

3.3.6. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 60

3.3.6.1. Validitas Alat Ukur ...………... 61

3.3.6.2. Reliabilitas Alat Ukur ……….... 61

3.4. Sample Penelitian dan Teknik Sampling 3.4.1. Sample Sasaran ... 62

3.4.2. Karakteristik Sampel ... 62

3.4.3. Teknik Sampling ... 62

3.5. Teknik Analisis Data ... 63

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden ... 64

4.2 Hasil Penelitian ... 65

4.3 Pembahasan ... 67

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 73

5.2 Saran 5.2.1 Saran Teoretis ... 74

(5)
(6)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Struktur fase dan subproses pada Self-regulation ... 28

Tabel 3.1. Item - Item Alat Ukur Self-Regulation ……… 57

Tabel 3.2. Kemungkinan Penilaian ……….. 58

Tabel 3.3. Bobot Penilaan ………... 59

Tabel 4.1. Frekuensi Jenis Kelamin Responden ……….. 64

Tabel 4.2. Frekuensi Semester Responden ……….. 64

Tabel 4.3. Frekuensi Usia Responden ………. 65

Tabel 4.4. Kemampuan Self-Regulation Secara Umum ……….. 66

(7)
(8)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 3 Hasil seluruh Responden

Lampiran 4 Kemampuan Self-regulation Seluruh Responden

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Masalah

Pertumbuhan ekonomi yang semakin kompetitif, perkembangan

teknologi yang semakin canggih, dan persaingan dalam dunia pekerjaan yang

semakin ketat, membuat individu merasa seluruh kebutuhan-kebutuhan

tersebut wajib dipenuhi untuk dapat mempertahankan eksistensinya dalam

persaingan dan perkembangan dunia yang semakin berkembang. Salah satunya

persaingan dan perkembangan di kota Jakarta, kota Jakarta bukan saja menjadi

pusat pemerintahan Indonesia tetapi telah menjadi pusat dari berbagai sendi

kehidupan masyarakat terutama dibidang ekonomi.

Untuk terus eksis dalam persaingan yang semakin maju ini manusia

melakukan aktualisasi diri demi perkembangan dirinya. Aktualisasi yang

dilakukan bertujuan untuk mengimbangi pesatnya tuntutan hidup di jaman

modern ini. Untuk memenangkan persaingan, tingginya jenjang pendidikan

menjadi salah satu faktor penentu aktualisasi individu dalam dunianya.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, banga dan negara (UU

(10)

2

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

perlu karena pendidikan menentukan kualitas manusia, memberikan citra

identitas manusia sehingga jelas membedakan manusia dengan mahluk hidup

lain. Pendidikan juga turut menentukan posisi seseorang dalam lingkungan

kerja dan menentukan status sosial. Pendidikan menjadi dasar mencapai

kemajuan bangsa juga pada dasarnya manusia selalu ingin berkembang kearah

lebih baik. Dari beberapa alasan tersebut menunjukkan bahwa pendidikan

mempunyai kekuatan dan memberikan investasi yang lebih besar baik bagi

diri sendiri maupun orang lain (Wawasan Tridarma, November’ 02).

Tidak heran apabila orang-orang berusaha untuk mencapai jenjang

pendidikan setinggi-tingginya, sebagai prasyarat untuk mencapai jenjang karir

tertentu. Sebagaimana PT ”Y” yang memiliki sejumlah karyawan yang tengah

melanjutkan pendidikan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi. Biaya

pendidikan terbilang tidak murah, membuat karyawan tersebut tetap

melanjutkan bekerja dan menjalankan kuliah sambil bekerja. Terlebih lagi

sebagian besar karyawan yang berniat untuk kuliah kembali adalah karyawan

yang berusia diatas dua puluh tahun. Usia tersebut berada di tahap

perkembangan dewasa awal dimana sebagian besar dari mereka sudah mandiri

secara ekonomi dan terlepas dari tanggung jawab orangtua (Kenniston, 1970,

dalam Santrock 2002). Kemandirian secara ekonomi tersebut menjadikan

penghasilan yang diperoleh dari bekerja dimanfaatkan untuk membayar uang

kuliah selain untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Bekerja sambil

(11)

menginginkan peningkatan karier dalam pekerjaannya tanpa harus kehilangan

penghasilan tetapnya.

Universitas “X” adalah salah satu dari sekian banyak perguruan tinggi

yang menyediakan program ekstensi yang diperuntukkan bagi mereka yang

telah bekerja, sehingga jadwal kuliahnya disesuaikan dengan keadaan

mahasiswanya sebagai karyawan. Sebagian besar pekerja kantor bekerja mulai

pagi hari hingga sore hari selama delapan jam, oleh karena itu perkuliahan

dimulai sejak pukul 18.00 – 21.00, hari Senin hingga hari Jumat. Akan tetapi

tetap membuka peluang adanya jadwal perkuliahan tambahan untuk mengejar

ketertinggalan materi yang dilaksanakan pada hari Sabtu sesuai kesepakatan

dosen dan mahasiswa. Tujuan dari program ekstensi ini adalah memberikan

kesempatan bagi lulusan diploma tiga (D III), politeknik/sederajat dan

mahasiswa pindahan S1 (minimal 110 SKS) dari perguruan tinggi

negeri/swasta, untuk melanjutkan pendidikannya hingga ke jenjang Strata Satu

(S1).

Teknik Industri adalah salah satu jurusan dari program ekstensi yang

ada di universitas tersebut. Adapun program studi S-1 ekstensi Teknik Industri

ini dikhususkan pada peminatan rekayasa dan manajemen kualitas untuk

lulusan D-3 teknik manufaktur. Tujuan dari program ekstensi Teknik Industri

itu sendiri adalah menyiapkan mahasiswa pendidikan tinggi dan penelitian

yang relevan yang dapat meningkatkan kapabilitas, motivasi, nuansa

akademis, etos kerja dan menyiapkan mereka agar dapat

(12)

4

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

model kepemimpinan di dunia bisnis, industri dan pemerintahan. Para

mahasiswa diberikan materi dan pembelajaran agar dapat diimplementasikan

dengan dunia kerja yang mereka hadapi kini atau masa datang

(http://x.ac.id/tentangx/Visi.dan.misi/Indonesia/).

Program ekstensi pada universitas ini merupakan hasil kerja sama

antara Universitas “X” dengan politeknik manufaktur, dan kerja sama

Universitas “X” dengan salah satu perusahaan otomotif terbesar di negeri ini.

Adanya kerjasama antara Universitas “X” ini dengan perusahaan otomotif

menyebabkan mayoritas mahasiswanya adalah karyawan, baik mahasiswa dari

perusahaan otomotif yang bersangkutan maupun karyawan dari perusahaan

lain yang ingin melanjutkan studinya ke jenjang S1, berikut mahasiswa yang

tidak bekerja. Persentase jumlah mahasiswa yang bekerja adalah 84% dan

sisanya adalah mahasiswa yang tidak bekerja 16%.

Bagi mahasiswa yang juga bekerja menjalani kuliah sambil bekerja

merupakan kegiatan yang tidak ringan karena harus menyesuaikan diri antara

tugasnya sebagai mahasiswa dan perannya sebagai karyawan. Adapun, yang

menjadi masalah adalah banyak dijumpai pada kasus-kasus tertentu,

mahasiswa yang kuliah sambil bekerja cenderung tidak bisa meninggalkan

pekerjaannya dan tidak mampu mengatur waktu dengan baik (Mansur

Hidayat, http://mansur-perspektif.blogspot.com). Mahasiswa yang bekerja

berarti dihadapkan pada dua tuntutan, yaitu tuntutan sebagai mahasiswa yaitu

belajar, memahami materi kuliah, mengerjakan tugas individual maupun tugas

(13)

bekerja sesuai dengan job-description-nya, menyelesaikan goal dari

pekerjaannya, mencapai target bekerja, lembur (bila diperlukan), menjalin

hubungan dengan klien, dan dinas ke luar kota.

Kedua tuntutan tersebut harus dipenuhi secara seimbang mengingat

keduanya merupakan pilihan hidup mereka saat ini. Pekerjaan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan secara materi juga membiayai kuliah sedangkan

pendidikan dibutuhkan untuk membuka akses menuju peningkatan jenjang

karir dimasa datang. Bekerja dengan giat mempunyai kompensasi tersendiri

bagi mereka yang bekerja dengan rajin, efisien, dan tepat waktu. Kompensasi

tersebut bisa berupa fisik maupun non fisik yang diberikan kepada karyawan

sesuai dengan pengorbanan yang telah diberikannya kepada organisasi atau

perusahaan tempat ia bekerja. Salah satunya adalah mendapat poin penilaian

yang akan berpengaruh pada pembagian bonus di akhir tahun sesuai dengan

besar poin penilaian. Sedangkan bagi mereka yang rajin dan fokus pada

agenda akademiknya akan berpeluang mendapatkan nilai yang optimal dan

karenanya akan mempercepat penyelesaian pendidikannya.

Di sisi lain mahasiswa tetaplah mahluk sosial yang membutuhkan

waktu untuk istirahat, rekreasi, melakukan hobinya dan membina relasi

dengan lingkungannya, keluarga, atau kerabat. Oleh karena itu, bagi

mahasiswa yang kuliah sambil bekerja agar seluruh tuntutan bisa terpenuhi

(14)

6

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

mempertahankan relasi dengan lingkungan secara harmoni, membutuhkan

kemampuan pengaturan diri dalam aktivitasnya yang disebut self-regulation.

Bandura (1986, dalam Boekarts, 2000) memandang self-regulation

sebagai suatu interaksi antara proses pribadi, perilaku, dan lingkungan yang

bersifat triadic. Lebih spesifik lagi, tidak hanya menyangkut kemampuan

kemungkinan – kemungkinan self-managing dalam lingkungan, tapi juga

pengetahuan dan penghayatan mengenai komponen personal untuk

menerapkan keterampilan behavioral tersebut secara relevan. Self-regulation

merupakan pikiran (thought), perasaan (feeling), dan tindakan (action)

mengontrol yang terencana dan dilakukan secara berulang-ulang yang

diadaptasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Self-regulation meliputi tiga fase yaitu Fase forethought

(perencanaan), performance or volitional control (kehendak), dan

self-reflection (proses refleksi diri). Fase forethought merujuk pada proses-proses

berpengaruh yang mendahului upaya untuk bertindak dan membentuk

tahap-tahap atas tindakan yang akan dilakukan berikutnya. Fase performance or

volitional control meliputi proses-proses selama berlangsungnya tindakan,

perasaan, dan motorik. Terakhir adalah fase self-reflection yang merujuk

kepada proses-proses yang terjadi setelah menggerakkan upaya dan akan

mempengaruhi respon seseorang atas pengalaman tersebut.

Mahasiswa yang kuliah sambil bekerja perlu memiliki self- regulation

untuk menunjang keberhasilan dalam akademik sekaligus tugasnya sebagai

(15)

menentukan tujuan-tujuannya, mampu menumbuhkan self-efficacy untuk

meraih target, mampu menata lingkungan untuk menopang pencapaian target,

menentukan sendiri bagaimana mendapatkan social support dalam upaya

menunjang keberhasilan, maupun melakukan evaluasi diri, dan memonitor

kegiatan belajar agar tidak menganggu pekerjaan begitu pula sebaliknya .

Sebagai survey awal peneliti mewawancarai mahasiswa semester tiga

yang beban akademiknya relatif padat (20 SKS). Adapun gambaran yang

diperoleh adalah banyaknya kegiatan kuliah sekaligus pekerjaan, menjadikan

12% mahasiswa menyusun agenda kegiatannya sedangkan 88% tidak

melakukan. Dalam melakukakan perencanaannya 43% merasa dapat

menjalankannya dan sisanya 57% merasa kurang bisa menjalankan sesuai

rencana. Sebanyak 37% merasa aktivitasnya terhambat akibat kelelahan, 21%

terhambat karena malas, 32% terhambat karena banyak pekerjaan, dan 10%

terhambat karena hubungan relasi dengan orang lain. Dalam menanggulangi

hambatan, maka diperlukan adanya motivasi untuk melawan hambatan

tersebut, sebanyak 78% berusaha meminimalisir hambatan dan sebanyak 22%

kurang berusaha meminimalisir hambatan. Kaitanya dengan keyakinan

menyelesaikan studi tepat waktu sebanyak sebanyak 32% yakin dapat

menyelesaikan studinya dalam waktu dua tahun, 68% sisanya tidak yakin.

Sebanyak 45% merasa puas dengan kemampuannya mengatur dan menjalani

bekerja sambil kuliah secara proposional yang dijalaninya sedangkan 55%

merasa tidak puas karena seringkali mengalami ketumpangtindihan antara

(16)

8

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Berdasarkan hasil survey terhadap mahasiswa yang kuliah sambil

bekerja di universitas ”X” Jakarta, sebanyak 46% mahasiswa merasa mampu

untuk menyelaraskan antara tuntutan yang diberikan kepadanya dengan

mencapaian tujuan yang sudah ditargetkan sebelumnya namun strategi yang

digunakan oleh mereka terkadang belum tepat dan mereka belum merasa puas.

Sebanyak 73% mahasiswa yang bekerja lebih mementingkan pekerjannya

tetapi tidak mau kuliahnya menjadi korban sehingga mereka pernah membolos

kuliah tapi tetap menitipkan tanda kehadiran di daftar hadir agar tidak tercekal

dari mata kuliah tertentu. Sebanyak 33% mahasiswa memanfaatkan toleransi

25% ketidakhadiran disaat merasa malas atau lelah untuk kuliah. Diwaktu

yang lain mereka lebih mementingkan kuliah dibandingkan bekerja. Mereka

menggunakan waktu bekerja untuk belajar ketika menghadapi kuis, ujian

tengah semester (UTS), dan ujian akhir semester (UAS). Mereka juga

memakai waktu bekerja untuk mengerjakan tugas kuliah dan memakai fasilitas

kantor untuk mengerjakan tugasnya.

Peran self-regulation disini adalah memotivasi dan meyakinkan

seseorang untuk menjalani aktivitasnya dengan baik sesuai dengan cara yang

baik disertai usaha optimal. Agar aktivitas kuliah dan bekerja berjalan

seimbang maka perencanaan dalam mengatur waktu sangatlah diperlukan.

Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang dibuat berdasarkan

pemahaman akan tugas – tugasnya (tugas mahasiwa sekaligus sebagai

karyawan) sehingga mampu menetapkan prioritas tanpa mengganggu tugas –

(17)

fenomena itulah peneliti merasa tertarik untuk meneliti kemampuan

self-regulation mahasiswa yang kuliah sambil bekerja di Universitas “X” Jakarta.

1.2. Identifikasi Masalah

Melalui penelitian ini, ingin diketahui seperti apakah gambaran

Self-regulation pada mahasiswa yang kuliah sambil bekerja di Universitas

“X” Jakarta.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai

kemampuan Self-regulation pada mahasiswa yang kuliah sambil bekerja di

Universitas “X” Jakarta.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran sejauhmana

kemampuan self-regulation pada mahasiswa ekstensi Teknik Industri yang

(18)

10

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Ilmiah

o Memberikan informasi bagi ilmu Psikologi Pendidikan mengenai

Self-regulation pada mahasiswa ekstensi Teknik Industri yang kuliah

sambil bekerja di Universitas “X” Jakarta.

o Memberikan informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih

lanjut mengenai Self-regulation pada mahasiswa ekstensi Teknik

Industri yang kuliah sambil bekerja di Universitas “X” Jakarta.

1.4.2. Kegunaan Praktis

o Memberikan informasi pada pengelola pihak universitas yang

menyelenggarakan program kelas karyawan mengenai kemampuan

self-regulation mahasiswa yang kuliah sambil bekerja, agar informasi

ini dapat berguna sebagai salah satu pertimbangan dalam rangka

membantu mahasiswa yang kuliah sambil bekerja mengoptimalkan

kemampuan self-regulation yang dimilikinya sehingga mahasiswa

yang kuliah sambil bekerja mampu mengikuti kuliah sama baiknya

dengan mahasiswa yang tidak bekerja.

o Memberikan informasi kepada mahasiswa yang kuliah sambil bekerja

mengenai gambaran kemampuan self-regulation yang dimilikinya

dalam menjalankan aktivitas kuliah sambil bekerja sebagai bahan

(19)

1.5 Kerangka Pikir

Mahasiswa ekstensi Teknik Industri yang kuliah sambil bekerja di

Universitas “X” Jakarta, rata – rata berada dalam kisaran usia 21- 30 tahun, yang

tergolong dalam masa dewasa awal. Pada tahap ini menurut K Warner Schaie

(1997, dalam Santrock, 2002), individu memasuki fase mencapai prestasi

(achieving stage) yang melibatkan penerapan intelektualitas pada situasi yang

memiliki konsekuensi besar dalam mencapai tujuan jangka panjang seperti

pencapaian karir dan pengetahuan. Salah satunya adalah seperti yang terjadi pada

karyawan yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi demi

peningkatan karir dan harapan pada kehidupan yang lebih baik dimasa depan.

Sebagai karyawan yang menjalankan peran ganda karena bekerja sambil kuliah,

menjalankan aktivitas tidak sama seperti seperti dahulu menjalankan kuliah saja

ataupun bekerja saja. Tanggung jawab dan aktivitas yang dipegang pun semakin

banyak. Namun pada tahap ini pula Piaget berpendapat bahwa individu dapat

mengatur pemikiran operasional formal mereka dan lebih sistematis dalam

menyelesaikan masalah – masalahnya tapi banyak pula orang dewasa yang tidak

berfikir dengan operasional formal mereka sama sekali (Keating,1980,1990,

dalam Santrock, 2002).

Pada mahasiswa yang kuliah sambil bekerja, kuliah dan bekerja

menempati prioritas utama, semua tugas mahasiswa yang kuliah sambil bekerja

dilakukan dengan tanggung jawab sebagai mahasiswa yang berkuliah aktif dan

sekaligus sebagai seorang karyawan. Tugas utama seorang mahasiswa adalah

(20)

12

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

sedangkan disisi lain mahasiswa tersebut menjadi karyawan pada suatu

perusahaan yang mempunyai tugas utama bekerja sesuai job description,

melakukan problem solving, mencapai target (goal), dinas, lembur (bila

diperlukan), dan menjalin hubungan baik dengan klien. Sebagai manusia yang

bertanggungjawab maka sudah seharusnya mereka menjalankan kedua aktivitas

tersebut dengan sebaik-baiknya dan sama baiknya agar tercapainya keselarasan

kuliah dan bekerja.

Dalam usahanya mancapai keselarasan kuliah dan bekerja seperti yang

dialami oleh mahasiswa ekstensi Teknik Industri yang kuliah sambil bekerja di

Universitas “X” Jakarta, mereka membutuhkan kemampuan pengaturan diri agar

kegiatan kuliah dan kegiatan bekerja dapat berjalan selaras. Kemampuan

mengatur diri tersebut disebut Self-regulation. Self-regulation adalah kemampuan

seseorang untuk berpikir, merasakan, dan bertindak atas segala sesuatu yang

direncanakan dan berulang-ulang diadaptasikan pada pencapaian tujuan

(Zimmerman, 1998, dalam Boekarts , 2002). Berdasarkan perspektif sosial

kognitif, proses self-regulation pada mahasiswa yang kuliah sambil bekerja dan

keyakinan - keyakinan yang menyertainya tercakup ke dalam tiga fase siklus fase

forethought, fase performance or volitional control, fase self-reflection (D.H

Schunk & B. J. Zimmerman, 1998 dalam Boekarts , 2002). Self-regulation

merupakan sebuah siklus dimana feedback dari performance yang telah dicapai

dapat digunakan untuk membuat penyesuaian kembali untuk goal (tujuan) yang

(21)

Fase forethought merujuk pada proses-proses berpengaruh yang

mendahului upaya untuk bertindak dan membentuk tahap-tahap atas tindakan

yang akan dilakukan. Fase performance or volitional control meliputi

proses-proses selama berlangsungnya tindakan, perasaan, dan motorik. Fase

self-reflection yang merujuk proses-proses yang terjadi setelah menggerakkan upaya

dan akan mempengaruhi respon seseorang atas pengalaman tersebut. Pada

self-reflection ini, termasuk pula pengaruh forethought terhadap usaha-usaha motorik

berikutnya yang melengkapi siklus self-regulatory.

Penjabaran di atas apabila diterapkan pada mahasiswa yang kuliah sambil

bekerja yang dalam kesehariannya harus melaksanakan dua peran sekaligus

dengan kualitas yang sama akan dijabarkan sebagai berikut: Fase yang pertama

dalam siklus self-regulation adalah fase forethought. Fase forethought dibagi

menjadi dua aspek, yaitu task analysis atau menguraikan tugas yang harus

diselesaikan dengan cara mengatur strategi atau langkah-langkah yang akan

ditempuh. Task analysis terdiri atas dua komponen yaitu menetapkan tujuan

dalam hal hasil belajar atau perilaku yang spesifik (goal setting) dan rencana

strategis dalam upaya merasionalkan goal (strategic planning). Aspek kedua dari

fase forethought adalah self-motivation belief. Self-motivation belief merujuk pada

personal beliefs mengenai keyakinan diri akan arti pembelajaran dan bertindak

secara efektif (self-efficacy), keyakinan tentang pencapaian hasil akhir dari suatu

performance (outcome expectation), derajat minat (intrinsic interest or value), dan

(22)

14

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Pada fase forethought mahasiswa yang kuliah sambil bekerja di

Universitas “X” Jakarta harus mengurai tugas-tugasnya dengan cara menetapkan

goal setting dan merencanakan strategi untuk melaksakan kedua tugas tersebut.

Bersamaan dengan itu, mahasiswa harus mengembangkan keyakinan yang

memotivasi diri bahwa dirinya mampu melakukan kedua tugas sama baiknya

(kuliah dan bekerja), yakin dengan adanya pengaturan berdasarkan tahapan

konstruktif tentang aktivitasnya akan menyelaraskan kedua kegiatan, memiliki

minat atau perhatian intrinsik terhadap kedua kegiatan tersebut sebagai tujuan

jangka panjang bukan sekedar tujuan jangka pendek, dan memotivasi dirinya

untuk bertindak sesuai perencanaan agar memiliki performance yang lebih baik

demi memperoleh hasil akhir yang diinginkan

Fase yang kedua adalah fase performance or volitional control yang

merujuk pada pelaksanakan tindakan-tindakan sebagaimana yang telah

direncanakan pada fase sebelumnya. Fase performance or volitional control

terdiri atas dua aspek, yaitu aspek self-control dan self-observation. Self-control

adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan untuk berfokus pada tugas

dan mengoptimalkan usahanya. Komponen dari self-control adalah proses yang

terjadi baik yang terungkap maupun terselubung saat seseorang bekerja (

self-instruction), teknik yang digunakan untuk membantu proses encoding dan

performance (imagery), rancangan agar seseorang dapat konsentrasi pada satu hal

dan mengabaikan hal lainnya (attention focusing), dan mempelajari dan

melaksanakan tugas dengan menyederhanakan suatu tugas menjadi bagian-bagian

(23)

(task strategies). Aspek kedua dari fase performance or volitional control adalah

aspek self-observation yang mengacu pada penelesuran seseorang terhadap aspek

– aspek spesifik dari pelaksanaan tugasnya, kondisi sekelilingnya dan akibat yang

dihasilkan (Zimmerman & Paulsen, 1995, dalam Boekaerts, 2000).

Self-observation terdiri atas teknik observational yang dapat meningkatkan secara

pesat kedekatan, kebermaknaan, ketepatan, dan daya tarik feedback (

self-recording) dan kemampuan untuk memodifikasikan lingkungan yang mengarah

pada langkah-langkah untuk memperbaiki perilaku (self-experimentation).

Pada fase performance and volitional control, mahasiswa yang kuliah

sambil bekerja fokus dalam mengarahkan diri untuk dapat melaksanakan strategi

yang telah dibuat demi mengoptimalkan usaha mereka dalam melaksanakan

perencanaan yang telah ditetapkan pada fase sebelumnya dengan cara

membayangkan proses, keberhasilan, juga kegagalan dalam mencapai target yang

telah ditetapkan, dan memilah hal yang penting dan mengorganisasikan

aktivitasnya agar berjalan terfokus pada tujuan dan tetap efektif. Selama fase

performance and volitional control mahasiswa yang kuliah sambil bekerja

mengamati semua hal yang sudah terjadi atau sudah direalisasikan sehingga bisa

mengetahui kemajuan yang dihasilkan. Pada saat informasi yang sudah diamati

tidak memberikan hasil yang pasti, mahasiswa dapat melakukan percobaan –

percobaan sendiri untuk mencari cara dan memperbaiki hasil akhir.

Fase yang ketiga adalah fase self-reflection yang terdiri atas dua aspek,

yaitu self-judgement dan self-reaction. Self-judgement yaitu usaha menilai hasil

(24)

Self-16

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA judgement mengacu pada penilaian individu terhadap pekerjaannya yang

disesuaikan dengan tujuan yang telah ia tentukan sebelumnya (self-evaluation)

dan menghubungkan apa yang sudah individu lakukan dengan apa yang ia dapat

(causal attribution). Aspek yang kedua adalah self-reaction, mengacu pada

penghayatan seseorang tentang kepuasan yang dirasakan atas hasil yang dicapai

(self-satisfaction) dan simpulan untuk melakukan perubahan pendekatan

self-regulatory untuk dilaksanakan berikutnya untuk bertindak (adaptive or defensive

inferences).

Pada fase self-reflection mahasiswa yang kuliah sambil bekerja akan

menilai sejauhmana pelaksanaan dari fase kesatu dan kedua sudah memenuhi goal

yang ingin diraih. Apabila masih belum sesuai dengan goal yang telah ditetapkan,

mahasiswa yang kuliah sambil bekerja akan melakukan causal attribution, dimana

mahasiswa yang kuliah sambil bekerja akan mengevaluasi apakah hasil yang

kurang baik dari strategi yang dibuat disebabkan karena kemampuannya yang

terbatas, ataukah usaha yang dilakukannya masih kurang. Berdasarkan penilaian

itulah mahasiswa yang bersangkutan mempersepsi kepuasan dan ketidakpuasan

dari strategi dan performa yang telah dilaksanakan. Rasa puas atau tidak puas

tersebut kemudian membentuk kesimpulan adaptive atau defensive inferences

mengenai kemampuannya dalam melakonkan kedua peran (mahasiswa dan

karyawan) sudah berjalan baik atau masih overlap dengan salah satu peran.

Simpulan yang defensive akan mempertahankan mahasiswa untuk melakukan

upaya pola tindakan yang salah (dalam menjalankan kuliah dan bekerja) tanpa

(25)

fisiknya. Sedangkan simpulan yang adaptive akan mengarahkan mahasiswa yang

kuliah sambil bekerja pada self-regulation baru atau potensial yang lebih baik

misalnya dengan memilih strategi baru yang lebih efektif guna menjalankan

rutinitas bekerja yang lancar tanpa terganggu oleh aktivitas kuliah dan begitu pula

sebaliknya. Pemilihan strategi baru akan kembali ke fase forethought,

performance or volitional control, dan self-reflection secara berurutan dan

berulang dalam diri mahasiswa kuliah sambil bekerja. Hanya saja terdapat

perbedaan kemampuan self-regulation pada mahasiswa yang kuliah sambil

bekerja.

Perbedaan kemampuan self-regulation ini didasarkan pada variasi yang

terjadi antar setiap aspek – aspeknya, yaitu fase forethought, performance or

volitional control, dan self-reflection. Seorang mahasiswa yang kuliah sambil

bekerja dikatakan mampu bila memiliki kemampuan pada fase forethought,

performance or volitional control, dan self-reflection. Hal ini berarti mahasiswa

yang kuliah sambil bekerja akan bisa menyeimbangkan kegiatan kuliah dan

kegiatan pekerjaannya agar berjalan selaras, sehingga memerlihatkan hasil

optimal tanpa mengorbankan salah satunya.

Seorang mahasiswa yang kuliah sambil bekerja dikatakan kurang mampu

melakukan self-regulation bila kurang mempunyai kemampuan pada fase

forethought, performance or volitional control, dan self-reflection. Hal ini berarti

mahasiswa kuliah sambil bekerja yang kurang mampu melakukan self-regulation

menyebabkan mereka terjebak ke dalam pelaksanaan tugas yang tidak sistematis,

(26)

18

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

optimal. Variasi lain dari kurang mampunya melakukan self-regulation adalah

mampu pada fase forethought tetapi kurang mempunyai kemampuan pada fase

performance or volitional control atau fase self-reflection atau keduanya. Hal ini

mengakibatkan kekurangmampuan melaksanakan aktivitasnya secara menyeluruh

dan sistematis, akan sering menjumpai kendala – kendala dalam menjalankan

aktivitasnya, sehingga kesemuanya akan berakhir dengan hasil yang kurang

optimal. Terakhir adalah kurang mempunyai kemampuan pada fase forethought

tetapi mempunyai kemampuan pada fase performance or volitional control atau

fase self-reflection atau keduanya. Akibatnya akan kurang mampu melaksanakan

aktivitasnya secara sistematis. Kalaupun berhasil memerlihatkan kinerja akademik

yang baik demikian pula kinerjanya di tempat bekerja tidak terganggu, itu bukan

berasal dari perencanaan yang telah dilakukan melainkan hasil insidental.

Mahasiswa yang kuliah sekaligus bekerja perlu memiliki kemampuan

self-regulation untuk dapat menyeimbangkan antara tugas dan tanggung jawab dalam

bidang perkuliahan dan tugas-tugas di tempat bekerja. Selain kemampuan untuk

melakukan self-regulation, maka ada faktor – faktor yang mempengaruhinya.

Menurut March, 1998 (dalam Boekarts 2000) terdapat dua faktor yang

mempengaruhi self-regulation, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan fisik.

Lingkungan sosial mahasiswa yang kuliah sambil bekerja adalah keluarga dan

teman kuliah. Dukungan keluarga bisa berupa dukungan moral, pemberi motivasi

agar mahasiswa yang kuliah sambil bekerja tetap semangat dalam menjalankan

perannya sebagai mahasiswa sekaligus karyawan dan sebagai sandaran ketika

(27)

mahasiswa juga memiliki peranan. Sesama mahasiswa mereka bisa saling

memberikan informasi mengenai tugas kuliah, bahan kuliah, membantu satu sama

lainnya dalam memahami suatu mata kuliah. Hubungan yang baik dengan

lingkungan sosial dapat meningkatkan keyakinan diri untuk dapat menjalankan

tugas yang dan mengefektifkan kemampuan self-regulation.

Lingkungan fisik seperti schedule pekerjaan, job description pekerjaannya,

dan kelonggaran pada tempat mahasiswa bekerja juga turut mempengaruhi.

Schedule pekerjaan yang pasti dapat memudahkan dalam menentukan tujuan dan

menyusun perencanaan. Sedangkan schedule yang tidak pasti pada mahasiswa

yang kuliah sambil bekerja akan lebih sulit dalam menyusun perencanaan,

begitupula dalam menjalankan perencanaan karena terhambat pekerjaan yang

tidak terduga. Job description yang tidak jelas dalam pekerjaannya membuat tugas

utamanya sebagai karyawan tidak jelas sehingga schedule bekerjanya pun

berubah-ubah sesuai pekerjaan. Ketidakjelasan ini berdampak dalam menyusun

perencanaan dan performanya. Terakhir adalah kelonggaran yang diberikan

perusahaan tempat mahasiswa tersebut bekerja. Perusahaan yang memberikan

kelonggaran karyawannya untuk melanjutkan studi akan lebih fleksibel dalam

mengatur waktu lembur atau tugas tambahan yang tidak terduga. Sedangkan

perusahaan yang tidak memberikan kelonggaran menjadikan karyawan tersebut

harus bekerja sesuai apa yang diberikan padanya tanpa bisa diatur secara fleksibel,

akibatnya ada kemungkinan aktivitas kuliahnya menjadi terganggu dan

berdampak pula pada kemampuan self-regulation mahasiswa yang kuliah sambil

(28)

20

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

kognitif sosial dapat mempengaruhi proses-proses forethought dan fase

(29)

SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN

Fase – Fase

Forethought: - Task Analysis - Self Motivatioanal

Beliefs

Performance:

- Self Control

- Self Observation

Self Reflection:

- Self Judgement

- Self Reaction

Bagan 1.1. Kerangka Pemikiran

Kurang Mampu

1. Lingkungan sosial 2. Lingkungan fisik Mahasiswa yang

kuliah sambil bekerja

Self-Regulation

(30)

22

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

1.6. Asumsi

o Self-regulation merupakan proses yang terlibat di berbagai perilaku,

salah satunya dalam menjalani kedua kegiatan kuliah sekaligus

bekerja.

o Kemampuan Self-regulation pada mahasiswa yang kuliah sekaligus

bekerja ditentukan oleh kemampuan yang baik dalam menyusun

perencanaan (forethought), seberapa ketat kedisiplinan performanya

(performance or volitional control), dan proses refleksi diri yang

dilakukan (self-reflection).

o Mahasiswa yang mampu melakukan self-regulation cenderung

mampu menyusun rencananya dengan baik, mampu mengontrol dan

memfokuskan dirinya dalam melakukan aktivitas sesuai rencana yang

telah dibuat, dan mampu mengevaluasi perencanaan dan performance

agar kegiatan perkuliahan dapat berjalan selaras dengan pekerjaan.

o Mahasiswa yang kurang mampu melakukan self-regulation

cenderung kurang mampu merencanakan aktivitasnya berdasarkan

goal orientation, kurang mampu mengontrol dirinya untuk tetap

fokus pada perencanaan semula, dan kurang mampu mengevaluasi

hasil perencanaan dan performance, bahkan mengulangi kesalahan

tanpa memperbaikinya sehingga kegiatan perkuliahan tidak berjalan

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan mengenai kemampuan self-regulation pada

mahasiswa yang kuliah sekaligus bekerja di Universitas “X” Jakarta, dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1). Mahasiswa ekstensi Teknik Industri yang kuliah sambil bekerja mampu

melakukan self-regulation sebesar 74%. Artinya mahasiswa ini mampu

melakukan self-regulation untuk mengendalikan tuntutan tugas dari dua

kegiatan yang dilakukan secara pararel. Ada kecenderungan keterkaitan antara

faktor lingkungan dengan mampunya responden melakukan self-regulation

yaitu dukungan teman.

2). Mahasiswa ekstensi Teknik Industri yang kuliah sambil bekerja kurang

mampu melakukan self-regulation sebesar 26%. Artinya mahasiswa ini

kurang mampu mengendalikan tuntutan tugas dari dua kegiatan yang

dilakukan secara selaras. Ada kecenderungan keterkaitan antara faktor

lingkungan dengan kekurangmampuan responden melakukan self-regulation

(32)

74

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoretis

Saran teoretis yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah:

• Bedasarkan hasil peneitian yang memerlihatkan masih adanya

responden yang kurang mampu melakukan self-regulation dan kurang

terjaringnya faktor – faktor yang melatarbelakangi self-regulation, oleh

karena itu disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mendalami

faktor – faktor yang melatarbelakangi self-regulation dan dijaring

melalui alat ukur yang valid dan reliabel.

5.2.2 Saran Praktis

Saran praktis yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah:

• Bagi mahasiwa yang kuliah sekaligus bekerja hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai bahan evaluasi diri mengenai kemampuan

self-regulation.

• Bagi mahasiswa yang kuliah sekaligus bekerja yang sudah mampu

melakukan self-regulation diharapkan mempertahankan kemampuannya

dengan tetap membuat perencanaan, mengontrol aktivitasnya serta

mengevaluasinya sedangkan bagi mahasiswa yang kuliah sekaligus

bekerja yang kurang mampu melakukan self-regulation disarankan

membuat perencanaan yang jelas serta disiplin dalam pelaksanaan guna

(33)

• Bagi Universitas “X” yang menyelenggarakan program ekstensi kelas

karyawan disarankan untuk memberikan konseling secara pribadi oleh

konselor universitas tersebut kepada mahasiswanya yang kuliah sambil

bekerja agar mampu melakukan self-regulation terhadap

(34)

76

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

DAFTAR PUSTAKA

Boekarts, Monique; Pintrich, Paul R; Zeidner, Moshe. 2002. Handbook of Self- Regulation. California, USA: Academic Press.

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing: Design, Analysis, and Use.

Massachusetts: United States of America.

Santrock, John. W. 2002. Perkembangan Masa Hidup Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Siegel, Sidney. 1994. Statistika Non Parametik Untuk Ilmu – Ilmu Sosial. Jakarta: Gramedia.

(35)

DAFTAR RUJUKAN

Arditi, Ganesti Rizki. 2010. Studi Deskriptif Mengenai Self-Regulation Academic pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Angkatan 2007 Universitas “X” di Jawa Barat. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

http://X.ac.id/tentangX/Visi.dan.misi/Indonesia/, diakses tanggal 28 Oktober 2010

http://www.osra.org/itlpj/chenspring2002.pdf, diakses tanggal 17 Oktober 2010

http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.64-71% , diakses tanggal 25 Oktober 2010

http://mansur-perspektif.blogspot.com)., diakses tanggal 3 september 2010

http://pamangsah.blogspot.com/2009/04/perkembangan-sosial-fase-dewasa-awal.html , diakses tanggal 11 November 2010

http://ariyoso.wordpress.com/2009/10/31/uji-validitas/, diakses tanggal 13 Februari 2011

http://media.wiley.com/product_data/excerpt/70/04700240/0470024070.pdf,

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan penelitian tentang Analisis Kadar Kalsium (Ca) Pada Ceker Ayam Kampung Dan Ceker Ayam Potong Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom.. Penelitian ini

Hasil pewarnaan Gram menunjukkan bahwa bakteri terpilih dari hasil skrining memiliki bentuk coccus negatif yaitu MBSD 6 dan MBSD 10, bakteri coccus positif yaitu MBSP 1, MBSP

Lempung pada dasarnya memiliki pori alami dan perlakuan pilarisasi menyebabkan pori baru timbul dengan ukuran mikropori 7,8 A [1]. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa

Dengan adanya software ini anggapan masyarakat mengenai berat badan ideal dapat dilihat kebenarannya sekaligus membantu masyarakat untuk mengontrol berat badan berdasarkan

Dari hasil penelitian dan pengujian diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa kualitas laporan keuangan sebelum dan sesudah penerapan aplikasi keuangan ZAINS berbasis

- Bahwa terdakwa selaku Ketua Kelompok Tani Sariah mengetahui adanya bantuan sosial tersebut dari Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Simalungun, dan

Variabel ukuran dewan komisaris dalam penelitian ini menunjukkan hubungan negatif terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan dengan nilai koefisien = -0.014, hal

6XPEHU SHQHULPDDQ WHUEHVDU UXPDK VDNLW DGDODK SDVLHQ UDZDW LQDS SHUVDOLQDQ -DPNHVGD ,QWHJUDVL -DPNHVGD GHQJDQ %3-6 .HVHKDWDQ DNDQ PHUXEDK VLVWHP SHPED\DUDQ GDUL UHWURVSHNWLI