• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA MATERI PELUANG DI KELAS XI SMA NEGERI 1 BATANGTORU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA MATERI PELUANG DI KELAS XI SMA NEGERI 1 BATANGTORU."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS KONSTRUKTIVISME

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN

MASALAH MATEMATIKA SISWA MATERI PELUANG

DI KELAS XI SMA NEGERI 1 BATANGTORU

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

pada Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

IKRAL NASUTION

NIM: 8136171029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

IKRAL NASUTION. Pengembangan Modul Berbasis Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Materi Peluang di Kelas XI SMA Negeri 1 Batangtoru. Tesis. Medan: Program

Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) efektivitas modul berbasis konstruktivisme untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa materi peluang di SMA Negeri 1 Batangtoru; (2) peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menggunakan modul berbasis konstruktivisme. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan menggunakan modifikasi antara model pengembangan 4-D yang dikembangkan oleh Thiagarajan, Semmel dan Semmel. Tahapan penelitian ini adalah tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop) dan tahap penyebaran (disseminate). Namun dalam penelitian ini pengembangan modul matematika berbasis konstruktivisme, pada tahap penyebaran (disseminate) dilakukan secara terbatas di sekolah mitra yang menjadi subjek penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Batangtoru. Dari hasil uji pengembangan: (1) modul berbasis konstruktivisme memenuhi kriteria kevalidan dengan predikat valid, (2) modul berbasis konstruktivisme praktis berdasarkan hasil revisi dari tim ahli dan hasil wawancara, serta (3) modul matematika berbasis konstruktivisme efektif digunakan berdasarkan hasil pengamatan pencapaian persentase waktu ideal, hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika memenuhi ketuntasan klasikal yaitu ≥ 80% dari subjek uji coba, dan dari hasil angket respon siswa, serta (4) peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menggunakan modul dari uji coba I ke uji coba II dan memenuhi ketuntasan klasikal.

(8)

ABSTRACT

IKRAL NASUTION. The Developing of Constructivism Module to Increase

The Students’ Ability in Problem Solving of Mathematics of Probability Subject of Students XI SMA Negeri 1 Batangtoru. Thesis. Medan:

Mathematics Education Postgraduate Programme, State University of Medan, 2015.

The objective of this study were to know: (1) the effectiveness of constructivism

module to increase the student’s ability in problem solving of mathematics of probability subject at SMA Negeri 1 Batangtoru ; (2) the increasing of student’s

ability in problem solving of mathematics by using constructivism module. The research was the developing research was designed with modify 4-D model which developed by Thiagarajan, Semmel and Semmel. The steps of this research were define, design, develop, and disseminate. However, in this research, the step of disseminate of the developing of constructivism mathematics module is limited in the school. The Subject of this research were students of XI IPA 1 SMA Negeri 1 Batangtoru. The data were obtained by implementing developing test: (1) the constructivism module was fulfill the criteria of validity with validity predicate, (2) the practice of constructivism module was based on the revision of the teams, and (3) the effective of constructivism mathematics module used based on the observation of accomplishement of time percentage, the research finding showed that the ability of mathematic problem solving was fulfill the classical completeness ≥ 80% from the trial subject, and questionnaire, and (4) the increasing of the ability mathematics problem solving used module from trial I to trial and got the classical exhaustiveness.

(9)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul “Pengembangan

Modul Berbasis Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Materi Peluang Kelas XI SMA Negeri 1 Batangtoru”.

Dalam proses penyusunan tesis terdapat beberapa hal yang harus dilalui, diantaranya menghadapi kendala dan keterbatasan serta bimbingan/arahan yang terwujud dalam motivasi berbagai pihak, sehingga keterbatasan dan kekurangan dapat teratasi dengan baik.

Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada mereka yang telah berjasa, yaitu kepada:

1. Teristimewa kepada Ayahanda tercinta Muhammad Nasution dan Ibunda tersayang Nirwana Pane, sebagai motivator terkuat dan terhebat dengan kasih sayang dan doanya diberikan kepada ananda sehingga penulis tetap termotivasi serta abang dan kakak tercinta Febriani Nasution /Suami, dan juga adikku tersayang Indra Nasution dan paling bungsu Saud Hadamean Nasution dan tidak lupa kepada sepupuku Nur Deviyanti Nst/Suami, yang

senantiasa memberikan perhatian, kasih sayang, motivasi, do’a dan dukungan

baik moril maupun materil.

(10)

Program Pascasarjana UNIMED yang senantiasa memberikan dorongan kepada kami selama mengikuti perkuliahan dan telah memberikan saran dan kritik yang membangun untuk menjadikan Tesis ini menjadi lebih baik. 3. Bapak Prof. Dr. Asmin, M. Pd., Dr. E.Elvis Napitupulu, M.S., dan Dr. Edy

Surya, M. Si., selaku Narasumber yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun untuk menjadikan Tesis ini menjadi lebih baik.

4. Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M. Pd., selaku Direktur Program Pascasarjana Unimed serta Asisten I dan II beserta staf Program Pascasarjana Unimed. 5. Bapak dan Ibu dosen yang mengajar di Pendidikan Matematika Program

Pascasarjana Unimed.

6. Bapak Drs. MHD.Zuhdi Pulungan, SH., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Batangtoru beserta Bapak Barnes Harahap, S. Pd selaku wakil kepala sekolah dan Staf serta siswa-siswi khususnya kelas XI IPA 1 yang telah memberikan kesempatan kepada penulis melakukan penelitian.

7. Sahabat semua yang telah memberikan semangat dan inspirasi, serta rekan-rekan mahasiswa pendidikan matematika angkatan XXII khususnya untuk teman seperjuangan kelas Dikmat A-1 Tahun 2013.

8. Semua Pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang telah memberikan dukungan doa dan motivasi yang diberikan selama ini.

(11)

Matematika Program Pascasarjana UNIMED dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan, Juli 2015 Penulis,

(12)

DAFTAR ISI

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 11

1.3. Pembatasan Masalah ... 11

1.4. Rumusan Masalah ... 12

1.5. Tujuan Penelitian ... 13

1.6. Manfaat Penelitian ... 13

1.7. Definisi Operasional ... ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis ... 16

2.2. Hakikat Belajar dan Pembelajaran... 17

2.3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 24

2.4. Teori Konstruktivisme ... 32

2.4.1. Keuntungan Pendekatan Konstruktivisme... 37

2.4.2. Konstruktivisme dalam pembelajaran Matematika ... 38

2.5. Pengembanga Bahan Ajar... 40

2.5.1. Pengembangan Bahan Ajar Modul ... 43

2.5.2. Teknik Pengembangan Modul ... 44

2.6. Pendekatan Konstruktivisme ... 53

2.6.1. Karakteristik Pendekatan Konstruktivisme ... 56

2.7. Modul Berbasis Konstruktivisme ... 57

2.8. Penelitian Relevan ... 59

2.9. Kerangka Konseptual... 59

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 64

3.2. Subjek Penelitian ... 64

3.3. Tempat dan Waktu Penelitian... 65

3.4. Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 65

3.4.1. Tahap Pendefinisian (Define)... 67

3.4.2. Tahap Perancangan (Design) ... 69

3.4.3. Tahap Pengembangan (Develop) ... 70

3.4.4. Tahap Penyebaran (Diseminate) ... 79

3.5. Validasi Penilaian Para Ahli ... 80

(13)

3.7. Uji Coba Lapangan ... 82

3.7.1. Subjek Uji Coba Lapangan ... 82

3.7.2. Rancangan Uji Coba Lapangan ... 83

3.7.3. Tujuan Uji Coba Lapangan ... 83

3.8. Instrumen Penelitian ... 87

3.8.1. Tes Kemampuan Belajar ... 88

3.8.2. Lembar Pengamatan... 90

3.8.3. Lembar Validasi... 91

3.9. Teknik Pengumpulan Data ... 98

3.9.1. Data Lembar Validasi ... 98

3.9.2. Lembar Penilaian Ahli dan Praktisi Tentang Kepraktisan... 98

3.9.3. Data Kemampuan Pemecahan Masalah ... 99

3.9.4. Data Aktivitas Siswa... 99

3.9.5. Data Respon Siswa ... 100

3.10. Teknik Analisis Data ... 100

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 109

4.1 Hasil Penelitian ... 109

4.1.1 Tahap Pendefenisian (Define) ... 109

4.1.2 Tahap Perancangan (Design) ... 113

4.1.3 Tahap Pengembangan (Develop) ... 119

4.1.4 Tahap Penyebaran (Disseminate)... 144

4.2 Uji Coba I ... 128

4.2.1 Lembar Aktivitas Siswa ... 128

4.2.2 Modul ... 130

4.2.3 Test Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 132

4.3 Uji Coba II ... 135

4.4 Pembahasan... 145

4.4.1 Validitas Modul Berbasis Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa ... 145

4.4.2 Efektifitas Modul Berbasis Konstruktivisme untuk Menigkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 146

4.4.3 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa ... 149

4.5. Keterbatasan Penelitian... 150

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 152

5.1 Kesimpulan ... 152

5.2 Saran... 153

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Kisi-kisi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika... ... 88

3.2. Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 89

3.3. Kisi-kisi Lembar Validasi RPP ... 92

3.4. Kisi-kisi Lembar Modul ... 94

3.5. Kisi-Kisi Lembar Validasi Lembar Aktivitas Siswa ... 96

3.6. Validitas Modul Pembelajaran ... 101

3.7. Hasil Uji Coba Validasi Test Kemampuan Pemechan Masalah Matematik ... 102

3.8. Perhitungan Reliabilitas Tes Pemecahan Masalah Matematika ... 104

3.9. Keefektifan Modul Pembelajaran ... 106

3.10. Keefektifan Aktivitas Siswa ... 107

4.1. Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa... 120

4.2. Hasil Validasi Modul... 122

4.3. Revisi Modul Berdasarkan Hasil Validasi... 123

4.4. Hasil Validasi RPP ... 124

4.5. Hasil Validasi Instrument ... 126

4.6. Hasil Validasi Postest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika .. 127

4.7. Revisi Postest ... 127

4.8. Rekapitulasi Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran... 128

4.9. Hasil Respon Siswa Terhadap Perbaikan Modul... 130

4.10 Hasil Validasi Tiap Butir Test ... 133

4.11. Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Tiap Butir Test ... 133

4.12 Hasil Untuk Mengetahui Ketuntasan Pada Uji Coba I ... 134

4.13. Hasil Angket Respon Siswa Pada Uji Coba II ... 136

4.14. Hasil Test Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Uji Coba II... 138

4.15. Hasil Observasi Aktivitas Siswa... 140

4.16. Rata-rata Persentase Respon Siswa ... 142

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1. Penyelesaian yang Dibuat Oleh Siswa pada Tes

Kemampuan Pemecahan Masalah ... 8

2.1. Skema Pendidikan Sebagai Suatu Sistem Pendidikan... 40

3.1. Modifikasi Pengembangan Perangkat Pembelajaran dari Model 4- D Thiagarajan... 66

3.2 Diagram Alur Penelitian Pengembagan Modul Berbasis Konstruktivisme ... 86

4.1 Peta Konsep Peluang. ... 112

4.2. Tampialan Lembar Aktivitas Siswa... 114

4.3. Tampila Sampul Modul ... 116

4.4. Tampilan Kata Pengantar ... 116

4.5. Tampilan Saran Modul ... 117

4.6. Tampilan Materi Peluang ... 118

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan pengetahuan dasar yang diperlukan oleh siswa untuk menunjang keberhasilan belajarnya dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Secara umum matematika diperlukan oleh semua orang dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sangat diharapkan siswa sekolah menengah untuk menguasai pelajaran matematika karena matematika merupakan sarana berpikir ilmiah yang sangat diperlukan oleh siswa.

Dalam kurikulum matematika 2006 dikemukakan bahwa tujuan umum pendidikan matematika ditekankan pada siswa untuk memiliki kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang dapat dialihgunakan pada setiap keadaan seperti berpikir kritis, sistematis, objektif, jujur, disiplin dalam memandang dan menyelesaikan masalah. Didalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sebagai pembaharuan kurikulum berbasis kompetensi dituangkan tujuan pembelajaran matematika adalah :

(17)

2

Berdasarkan standar kompetensi yang termuat dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), aspek pemecahan masalah merupakan kemampuan yang harus dimiliki peserta didik sebagai standar yang harus dikembangkan.

Pembelajaran di sekolah harus dapat menyiapkan peserta didik untuk memiliki kemampuan pemecahan masalah matematika sebagai bekal untuk menghadapi tantangan perkembangan dan perubahan zaman yang semakin pesat,misalanya dalam penggunaan bahan ajar,bahan cetak seperti (hand out, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart), audio Visual seperti (video/film,VCD, Audio seperti: radio, kaset, CD audio, PH), Visual: (foto, gambar, model/maket) , Multi Media seperti (CD interaktif, computer Based, Internet) dalam proses belajar matematika belum tertata dengan baik, cenderung hanya memperhatikan struktur perkembangan kognitif anak. Masih banyak ditemukan buku matematika yang belum didesain semenarik mungkin dengan menggunakan fitur-fitur yang menarik dan berwarna serta belum ditemukan berbagai contoh melalui gambar, poster atau karikatur yang beraneka ragam. Untuk itu guru harus dapat menjelaskan dan memberikan contoh konkrit bukan abstrak kepada siswa.

Suhadi, (2007:24) dalam Andi Rusdy mengemukakan bahwa :

“Perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan

(18)

3

dipersiapkan seorang guru dalam menghadapi pembelajaran di kelas, berikut dalam tulisan ini kami membatasi perangkat pembelajaran hanya pada modul.

Modul adalah seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis sehingga penggunanya dapat belajar dengan atau tanpa seorang fasilitator/guru. Dengan demikian maka sebuah modul harus dapat dijadikan sebuah bahan ajar sebagai pengganti fungsi guru. Pengajaran dengan mengembangkan modul model siklus ini dirancang dengan cakupan lima fase yaitu: (1) pendahuluan, (2) penggalian, (3) penjelasan, (4) penerapan konsep dan (5) evaluasi. Hal ini disebabkan melalui modul model siklus belajar, siswa yang telah memiliki kesiapan dapat mengembangkan pemahamannya sendiri terhadap suatu konsep dengan kegiatan mencoba dan berpikir (hands on activities and minds on activities), sehingga siswa memiliki kelancaran, keluwesan, keaslian dan

keterperincian dalam mengemukakan gagasan serta dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa.

(19)

4

kerangka-kerangka jawaban untuk mempermudah langkah siswa mengerjakan soal-soal tersebut. Selain itu, buku ini juga berisikan humor serta diberi tampilan-tampilan menarik untuk menghilangkan kebosanan siswa selama pembelajaran matematika.

Dengan demikian modul merupakan seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis sehingga penggunanya dapat belajar dengan atau tanpa seorang fasilitator/guru. Dimana penggunaan modul merupakan proses mengembangkan pemahamannya sendiri terhadap suatu konsep dengan kegiatan mencoba dan berpikir sendiri, karena dengan berusaha mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberikan suatu pengalaman konkret sehingga dengan pengalaman tersebut dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang meliputi : (memahami masalah-masalah, merencanakan masalah-masalah, melaksanakan pemecahan masalah dan memeriksa kembali).

Kemampuan memecahkan masalah perlu menjadi fokus perhatian dalam pembelajaran matematika, karena dengan berusaha untuk mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberikan suatu pengalaman konkret sehingga dengan pengalaman tersebut dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah serupa. Hal ini sesuai dengan rekomendasi National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) (dalam Max A. Sobel dan Evan E. Maletsky, 2004 : 60)

(20)

5

pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna”.

Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, namun hasil refleksi dari guru MGMP mata pelajaran matematika menunjukkan kurangnya kemampuan siswa dalam memahami materi dan memecahkan masalah serta hasil belajarnya belum memuaskan. Dalam setiap pembelajaran matematika tidak terlepas dari pemecahan masalah. Pemecahan masalah juga ditemukan dalam pembelajaran matematika. Dengan demikian, semua pendidik matematika harus terus-menerus bertanya pada diri sendiri, apakah matematika yang diajarkan mengarah pada pemecahan masalah? Dalam standar National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2000:52) dinyatakan:Problem solving means engaging

in a task for which the solution method is not known in advance. In order to find a

solution, students must draw on their knowledge, and through this process, they

will often develop new mathematical understandings. Solving problems is not only

a goal of learning mathematics but also a major means of doing so. ... In everyday

life and in the workplace, being a good problem solver can lead to great

advantages. … Problem solving is an integral part of all mathematics learning, ...

(21)

6

melakukan pemecahan masalah bisa memperoleh keuntungan yang besar. Pemecahan masalah adalah bagian integrasi dari pembelajaran matematika. Pemecahan masalah masalah juga merupakan salah satu tujuan dari pembelajaran

matematika sebagaimana Pinter (2012:1) mengemukakan bahwa “one of the

central goals of mathematics education is the development of the problem solving

skills of the students. Salah satu tujuan utama dari pendidikan matematika adalah

pengembangan keterampilan pemecahan masalah siswa.

Pembelajaran yang lebih menekankan pada aktivitas penalaran dan pemecahan masalah sangat erat kaitannya dengan pencapaian prestasi siswa yang tinggi”. Sebagai contoh pembelajaran di Jepang dan Korea yang lebih menekankan pada aspek penalaran dan pemecahan masalah mampu menghasilkan siswa berprestasi tinggi dalam tes matematika.

(22)

7

Modul pegangan siswa memiliki peran yang sangat sentral terhadap keberhasilan siswa, buku pegangan siswa dapat memberikan kesempatan siswa membaca dan mempelajari konsep-konsep matematika kapan dan dimana saja siswa tersebut berada baik secara individu maupun berkelompok. Dari temuan penulis, buku pegangan siswa yang ada diperpustakaan tidak mencukupi untuk semua siswa. Buku yang ada juga berasal dari beberapa penerbit, masing-masing penerbit memiliki karakteristik tersendiri. Ada buku yang memiliki soal-soal dengan tingkat kesukaran tinggi yang tidak sesuai dengan kemampuan siswa yang umumnya menengah ke bawah dan ada juga buku yang belum menggunakan suatu pendekatan sehingga buku yang ada tersebut kurang dimanfaatkan oleh siswa. Selain itu lembar kerja siswa dari sekolah belum ada, lembar kerja yang digunakan siswa saat ini adalah lembar kerja siswa yang datang dari luar sekolah, lembar kerja siswa ini juga belum menggunakan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mengerjakannya.

(23)

8

maupun tulisan. Mer soal dengan rumus-rum pohon. Sehingga mer dapat diselesaikan . Se

Mereka hanya menghafalkan rumus-rumus, me -rumus yang telah mereka hafalkan lalu selesai.

rlihat pada contoh kasus yang ditemukan pen SMA Negeri 1 Batangtoru yang terdiri dari 33 rikan soal kemampuan pemecahan masalah seba du dan sebuah uang logam dilempar secara ber n dapat terjadi ?

i hasil jawaban para siswa, terdapat 22 orang jawaban yang tidak terdeskripsikan dalam be

ereka tidak tahu bahwa permasalahan diatas . Seperti jawaban siswa berikut ini:

a terdapat 4 siswa yang mampu mendeskr gram pohon namun yang mereka cari bukan

Kesalaha

peneliti di sebuah i 33 siswa, kepada sebagai berikut:

bersamaan. Berapa

g yang menjawab bentuk diagram tas pada dasarnya

(24)

9

tetapi diagram nya saja tersebut. Selanjutnya terdapat 7 siswa yang tidak menjawab sama sekali.

Maka berdasarkan kasus diatas, peneliti menyimpulkan bahwa permasalahan yang terjadi saat ini adalah bahwa siswa masih tidak mampu dalam memecahkan maksud dari masalah. Hal ini dikarenakan siswa masih selalu terpaku dengan angka-angka, sehingga bila suatu permasalahan matematika yang disajikan berupa masalah yang berbentuk simbol atau analisis yang mendalam maka siswa tidak mampu dalam menyelesaikannya. Maka dalam hal ini kemampuan pemecahan matematika siswa masih sangat perlu ditingkatkan, atau dengan kata lain kemampuan pemecahan masalah matematik sungguh sangat di butuhkan.

Ada beberapa pendekatan yang saat ini mulai dikembangkan dan diterapkan salah satunya adalah pendekatan konstruktivisme. Sebagaimana yang dijelaskan bahwa konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan konstektual yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

(25)

10

digunakan oleh siswa sebagai lembar kerja sehingga siswa tidak perlu lagi membeli lembar kerja siswa yang datang dari luar sekolah.

Belajar matematika merupakan proses dimana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika (Cobb, 1992). Para ahli konstruktivis setuju bahwa belajar matematika melibatkan manipulasi aktif dari pemaknaan bukan hanya bilangan dan rumus-rumus saja. Mereka menolak paham bahwa matematika dipelajari dalam 1 koleksi yang berpola linier. Setiap tahap dari pembelajaran melibatkan suatu proses penelitian terhadap makna dan penyampaian keterampilan hafalan dengan cara yang tidak ada jaminan bahwa siswa akan menggunakan keterampilan intelegensinya dalam setting matematika.

Menurut paham konstruktivisme, siswa membangun sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif berasaskan pengetahuan dan pengalaman yang telah ada. Dalam proses ini, siswa akan menyesuaikan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan yang sudah ada untuk membangun pengetahuan baru. Modul siswa yang berbasis konstruktivisme ini yaitu modul siswa yang pada awal materi ditampilkan suatu permasalahan berdasarkan pengalaman dalam kahidupan sehari-hari, dari permasalahan tersebut siswa diharapkan dapat mengkonstruksi pengetahuan yang dimilikinya sehingga siswa paham dengan tujuan yang hendak dicapai.

(26)

11

“Pengembangan Modul Berbasis Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada Materi Peluang di kelas XI SMA Negeri 1 Batangtoru”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah dalam pembelajaran matematika sebagai berikut.

1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa rendah, karena siswa menggangap matematika adalah suatu pelajaran yang sulit dan tidak menarik untuk dipelajari.

2. Buku pegangan siswa yang ada berasal dari beberapa penerbit, buku tersebut memiliki karakteristik masing-masing dan belum sesuai dengan kemampuan siswa.

3. Buku pegangan siswa belum menggunakan suatu pendekatan sehingga siswa kurang tertarik untuk memanfaatkan buku yang ada.

4. Lembar kerja siswa dari sekolah belum ada sehingga siswa memanfaatkan lembar kerja siswa yang datang dari luar, lembar kerja siswa tersebut juga belum menggunakan suatu pendekatan.

1.3. Pembatasan Masalah

(27)

12

1. Efektivitas penggunaan modul berbasis kontruktivisme untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

2. Respon siswa pada saat pembelajaran di kelas menggunakan modul berbasis konstruktivisme.

3. Lembar kerja siswa tersebut juga belum menggunakan suatu pendekatan dan belum sesuai dengan kebutuhan siswa.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Bagaimanakah proses pengembangan modul berbasis konstruktivisme pada materi Peluang di kelas XI SMA Negeri 1 Batangtoru?”.

Untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan di atas, secara khusus dapat dirinci menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah efektivitas penggunaan modul berbasis kontruktivisme untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi Peluang di kelas XI SMA Negeri 1 Batangtoru?

2. Bagaimanakah respon siswa kelas XI SMA Negeri 1 Batangtoru setelah mengikuti pembelajaran matematika pada materi Peluang dengan menggunakan modul siswa berbasis konstruktivisme?

(28)

13

1.5. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah menghasilkan modul siswa berbasis konstruktivisme pada materi Peluang di kelas XI SMA Negeri 1 Batangtoru. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan efektivitas tentang motivasi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Batangtoru dalam mengikuti materi Peluang dengan menggunakan modul siswa berbasis konstruktivisme.

2. Mengetahui respon siswa terhadap pengembangan modul berbasis konstruktivisme untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah natematika siswa.

3. Mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menggunakan modul berbasis konstruktivisme.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil modul siswa berbasis konstruktivisme ini memiliki beberapa manfaat, yaitu:

1. Modul siswa berbasis konstruktivisme yang dihasilkan dapat digunakan sebagai contoh buku siswa berbasis konstruktivisme untuk mata pelajaran matematika pada topik lainnya.

(29)

14

3. Modul siswa berbasis konstruktivisme ini dapat menjadi alternatif bagi guru dalam mempersiapkan proses pembelajaran dan meningkatkan kualitas pembelajaran di SMA Negeri 1 Batangtoru.

4. Modul siswa berbasis konstruktivisme ini dapat menjadi sumbangan bagi pendidikan dalam rangka inovasi pembelajaran matematika di Sekolah. 5. Modul siswa berbasis konstruktivisme ini dapat menjadi landasan berpijak

bagi peneliti lain untuk melanjutkan penelitian ini.

1.7. Definisi Operasional

Berikut ini adalah beberapa istilah yang perlu didefinisikan secara operasional dengan tujuan agar tidak terjadi salah paham terhadap beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian dan penelitian menjadi terarah. Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Produk yang diharapkan dari penelitian ini adalah modul siswa berbasis konstruktivisme untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika materi Peluang pada pembelajaran matematika. Karakteristik dari modul siswa berbasis konstruktivisme ini adalah : 1. Modul adalah seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis

sehingga penggunanya dapat belajar dengan atau tanpa seorang fasilitator/guru.

(30)

15

3. Konstruktivisme adalah membangun sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif berasaskan pengetahuan dan pengalaman yang telah ada.

4. Modul yang berbasis konstruktivisme ini yaitu modul siswa yang pada awal materi ditampilkan suatu permasalahan berdasarkan pengalaman dalam kahidupan sehari-hari, dari permasalahan tersebut siswa diharapkan dapat mengkonstruksi pengetahuan yang dimilikinya sehingga siswa paham dengan tujuan yang hendak dicapai.

(31)

152

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan Modul matematika berbasis konstruktivisme untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika. Berdasarkan pengembangan dan ujicoba yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Keefektifan modul berbasis konstruktivisme dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika sudah efektif untuk digunakan dalam pembelajaran, yang meliputi ketuntasan belajar secara klasikal, Hal ini diperoleh setelah proses belajar mengajar dengan menggunakan modul ini tuntas karena ≥ 80% dari subjek uji coba memenuhi ketuntasan belajar dan adanya aktivitas yang positif dari siswa.dan hasil analisis data respons siswa terhadap modul yakni siswa memberikan respons yang positif.

2. Respon siswa terhadap komponen-komponen perangkat pembelajaran dan kegiatan pembelajaran adalah positif.

(32)

153

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Para guru agar dapat menggunakan modul berbasis konstruktivisme sebagai alternatif pembelajaran matematika materi peluang di dalam kelas.

2. Sekolah dan guru diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif untuk dapat menarik minat dan meningkatkan motivasi belajar siswa dengan mengembangkan perangkat pembelajaran menggunakan model-model pembelajaran yang lain agar bervariasi dan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

3. Penelitian dan pengembangan berupa modul menggunakan model Thiagarajan, Semmel dan Semmel, dapat dijadikan alternative bagi pengembangan perangkat pembelajaran untuk matematika maupun mata pelajaran lainnya.

(33)

154

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2003, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta , Jakarta.

Ahmadi, A. 2000. TeoriTeori Belajar. Erlangga, Jakarta.

Akbar, S. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Aunurrahman, 2009. Belajar dan Pembelajaran, Alfabeta ,Bandung.

Arikunto, S. 1997. Prosedur Penelitian statu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta,Jakarta.

_________. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Asyhar, R. 2012. KreatifMengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi. Chujaemah,N,dkk.2012. Penggunaan Pendekatan Konstruktivisme

dalamPeningkatan Hasil Belajar Belajar Matematika Siswa Kelas IV Materi Bangun Ruang. http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdkebumen/ article/download/ 524/245, diakses pada 12 Juni 2014.

Daryanto. 2013. Menyusun Modul. Yogyakarta: Gava Media.

Depdiknas. 2006. PP Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas Depdiknas, 2004, Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika, Jakarta : Departemen

Pendidikan Nasional.

Djamarah, B, dan Zain, A. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Habibi, M. 2012. Pengembangan Modul Pecahan berbasis Konstruktivisme dengan

Sisipan Karikatur untuk Kelas IV Sekolah Dasar. Tesis tidak diterbitkan. Padang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang.

Hamalik. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

(34)

155

Uno.H. 2009. Model Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Husna, dkk. 2013. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS). Jurnal Peluang. (Online) Vol. 1. No.2(http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/peluang/article/download/1061/997 diakses 06 Oktober 2014).

Nieveen, N. 1996. Computer Support For Curriculum Developers.A study on the potential of computer supportin the domain of formative curriculum evaluation.The Netherlands, e-mail: Nieveen@edte.utwente.nl

Nieveen. 2007. An Introduction to Educational Design Research. Enschede. Netzodruk.

National Council of Teachers of Mathematics. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. United State: Nasional Council of Teachers of Mathematics, Inc.

NCTM 2004. Defining Problem Solving. [Online]. Tersedia: http://www.learner.org/channel/courses/teachingmath/gradesk_2/session_03/s ectio_03_a.html. 10 September 2014.

Pannen,P dkk. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran.Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka.

Puskur Balitbang.2004. Kegiatan Belajar Yang Efektif.Jakarta: Depdiknas.

Prasodjo, 2007 Panduan Menuju ke Olimpiade Matematika SD, Jakarta : Cakrawala Maha Karya

Pribadi, Benny A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. Rahmawati,E.2013.Pengembangan Bahan Ajar Modul Matematika Berbasis

Konstruktivisme dan Pemecahan Masalah sebagai Media Pembelajaran pada Materi Pokok Segitiga.IKIP PGRI Semarang.Tidak Diterbitkan.

Russefendi. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

(35)

156

Sinaga, B. 2008.Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak (PBM-B3). Universitas Negeri Surabaya.Disertasi.Tidakdipublikasikan.

Suherman, E. dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung: JICA, UPI.

Sugiyono.2008. MetodePenelitianPendidikan. Bandung: Alfabeta

Sukiman.2008.Teori Pembelajaran Pandangan Konstruktivisme dan Pendidikan Islam.Januari.Vol.3.No 1.

Suryabrata,S.2006. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sudjana, N. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algesindo,

Bandung.

Soedjadi, R. 2004. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Dirjen Dikti : Jakarta Somayasa, W. 2013. Pengembangan Modul Matematika Realistik Disertai Asesmen

otentik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas X Di SMK Negeri 3 Singaraja. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Volume 3 Tahun 2013).

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta.

Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah: Wawasan Baru, Beberapa Metode Pendukung, dan Beberapa Komponen Layanan Khusus.Jakarata: Rineka Cipta.

Sungkono.2003.Pengembangan dan Pemamfaatan Bahan Ajar Modul Dalam Proses Pembelejaran.Yogyakarta.FIP UNY

Sagala, S. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sinaga. 1999. Efektivitas Pembelajaran Berbasis Masalah. Bandung : Program Pasca Sarjana UPI Bandung.

(36)

157

Trianto,2009. Mendesain Model Pembeajaran Inovatif Progresif, Jakarta : Penerbit Kencana.

Walpole , R, E. 1995. Pengantar Statistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Yamasari, Y. 2010. Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbasis ICT

Yang Berkualitas. Seminar Nasional Pascasarjana X ITS, Surabaya 4 Agustus 2010 ISBN No. 979-545-0270-1

Gambar

Tabel                                                                                                     Halaman
Gambar
gambar, model/maket) , Multi Media seperti (CD interaktif, computer Based,
Gambar.1.1. Jawaban Siswa

Referensi

Dokumen terkait

[r]

• Reduce shipment time & cost • Better supply chain planning. • Expanding seaports

Analisis Siswa Berkesulitan Belajar (Studi Kasus di Jurusan Teknik Audio Video SMK Negeri 6 Bandung). Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Untuk lebih memahami tentang verba tidak beraturan kala lampau Perfekt, sebaiknya pembelajar bahasa Jerman perlu juga mempelajari pola perubahan bentuk verba tidak

Menurut Mamduh dan Abdul (2016:75) rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aset lancar perusahaan yang relatif

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut telah dapat diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang

19 Berdasarkan hasil uji ANOVA (Lampiran 1 dan 2) diketahui bahwa jenis oleoresin cabai yang ditambahkan ke dalam film tidak memberikan pengaruh nyata (p>0.05)

Konsentrasi nitrat di