• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI NELAYAN TRADISIONAL DI KECAMATAN SEI TUALANG RASO KOTA TANJUNG BALAI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONDISI NELAYAN TRADISIONAL DI KECAMATAN SEI TUALANG RASO KOTA TANJUNG BALAI."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

KONDISI NELAYAN TRADISIONAL DI KECAMATAN

SEI TUALANG RASO KOTA TANJUNGBALAI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

RUDY FANTONY MANURUNG NIM. 309131068

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)
(5)

vi

ABSTRAK

Rudy Fantony Manurung. Skripsi. Nim. 309131068. Kondisi Nelayan Tradisional di Kecamatan Sei Tualang Raso Kota Tanjung Balai. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk ; (1) Untuk mengetahui karakteristik Nelayan Tradisional ditinjau dari Jenis alat tangkap ikan dan Frekuensi melaut (2) Untuk mengetahui Kondisi Nelayan tradisional ditinjau dari pendapatan, pendidikan anak, dan kondisi rumah tinggal dan (3) Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi nelayan tradisional di kecamatan Sei Tualang Raso Kota Tanjungbalai

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Sei Tualang Raso pada Tahun 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Nelayan Tradisional di Kecamatan Sei Tualang Raso yang berjumlah 206 kk, sampel penelitian ini 20% dari jumlah populasi yaitu 40 kk, sampel diambil dengan cara acak random sederhana. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik komunikasi tidak langsung. Teknik analisis data yang digunakan yaitu menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

(6)

iii

KATA PENGANTAR

Dengan segenap kerendahan hati penulis mengucapkan puji dan syukur

kepada Allah SWT atas karunia-Nya yang penulis rasakan sehingga penulisan

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi

sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri

Medan.

Penulis menyadari banyak kendala yang dihadapi dalam proses penyelesaian

skripsi ini dan tanpa bantuan berbagai pihak penyelesaian skripsi ini tidak akan

berjalan lancar . Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri Medan

2. Bapak Dr. Restu, MS, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial sekaligus dosen

pembimbing akademik penulis yang telah membimbing penulis selama

menyelesaikan studi di jurusan pendidikan geografi.

3. Bapak Drs. W. Lumbantoruan, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Geografi

4. Ibu Dra. Asnidar, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Geografi

sekaligus menjadi penguji dalam proses penulisan skripsi ini

5. Bapak Drs, Mbina Pinem, M,si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

selalu membimbing dan memberikan motivasi bagi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Ali Nurman, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah memberi

masukan dan saran kepada penulis.

7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unimed yang telah

banyak membimbing penulis dalam kegiatan perkuliahan

8. Bapak Siagian selaku Tata Usaha Jurusan Pendidikan Geografi yang telah

(7)

iv

9. Teristimewa kepada kedua orangtua penulis, Ayahanda dan Ibunda yang

sudah berusaha membiayai sekolah penulis dari sekolah dasar sampai sarjana.

Terimakasih yang tak terhingga untuk doa yang selalu dipanjatkan demi

kelancaran penyelesaian skripsi ini.

10. Abang ipar (syahriman P SH) dan Kakak penulis (Nurbincah M Spd) yang

telah banyak membantu penulis selama penelitian di lapangan.

11. Kakak (Erlincah M dan Lilis M Skom) Adik (Imran M) Serta Keponakan

(Andika P) yang telah banyak mendukung penulis.

12. Terkhusus untuk Ayu Arqamah Surbakti Spd yang telah banyak membantu

penulis selama masa Perkuliahan.

13. Teman seperjuangan, B’ Reguler 2009.

Semoga Allah swt memberikan berkah dan balasan kepada mereka semua.

Dengan rendah hati penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun

dari pembaca hingga pada akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat

bagi para pembaca khususnya Jurusan Pendidikan Geografi.

Medan, Februari 2014

Penulis,

(8)

vii

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN……… ii

KATA PENGANTAR ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

ABSTRAK ... vi

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 31

D. Teknik Pengumpulan Data ... 33

E. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik ... 34

(9)

viii

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 49

B. Pembahasan ... 66

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

No Uraian Hal

1 Kerangka Berfikir ... 30

2 Peta Administrasi Kotamadya Tanjung Balai ... 47

3 Peta Administrasi Kecamatan Sei Tualang Raso ... 48

4 Kantor Camat Sei Tualang Raso……….. 77

5 Perumahan Nelayan Tradisional………. 77

6 Alat tangkap nelayan tradisional….……… 78

7 Jenis Alat Tangkap Nelayan Tradisional……….. 79

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No Uraian Hal

1 Gambar ... 77

2 Lembar Angket Responden ... 80

3 Jenis Alat Tangkap Responden ... 84

4 Jam Melaut Responden ... 85

5 Penghasilan Responden ... 86

6 Pendidikan Anak Responden ... 87

7 Keadaan Rumah Tinggal Responden ... 88

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia yang terdiri dari

13.466 pulau. Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki garis pantai sepanjang

kurang lebih 81.000 km. Luas wilayah laut, termasuk di dalamnya Zona Ekonomi

Ekslusif mencakup 5,8 juta kilometer persegi atau sekitar tiga per empat dari luas

keseluruhan wilayah Indonesia, (Dahuri, 2001) dimana memiliki potensi sumber

daya hayati dan non hayati yang melimpah dan sangat memungkinkan untuk

menambah salah satu sumber devisa negara yang besar di bidang non migas. Hal

ini menyebabkan sebagian besar masyarakat tinggal dan menempati daerah sekitar

wilayah pesisir serta menggantungkan hidupnya sebagai nelayan.

Indonesia juga merupakan negara maritim, dimana 70% dari luas wilayah

Indonesia terdiri dari wilayah lautan dan sebagian besar masyarakat pesisir

bermata pencaharian sebagai nelayan. Karakteristik ekonomi wilayah pesisir, latar

belakang budaya, ketersediaan sarana dan prasarana penunjang yang berbeda

dengan masyarakat lainnya, dalam hal ini dari penghasilan mereka yang tidak

tetap sehingga dengan adanya perbedaan tersebut nelayan dikategorikan sebagai

warga negara berekonomi lemah yang identik dengan kemiskinan (Anonim,

2009). Hal ini merupakan sebuah masalah kompleks kemiskinan yang harus dan

perlu diperhatikan serta dipecahkan solusinya mengingat hampir seluruh laut

(13)

2

sehingga tidak jarang mengakibatkan laut Indonesia sering di sambangi pencuri

ikan dari Negara tetangga dan semakin membuat nelayan sengsara.

Dua kategori utama yang harus dibedakan dalam masyarakat pantai atau

perikanan adalah bahwa budidaya perikanan (aquaculture) berbeda dengan

penangkapan ikan (capture fishing). Berbagai lembaga pembangunan

internasional menggabungkan kedua klasifikasi tersebut menjadi sektor perikanan.

Dengan demikian penggabungan yang “salah” tersebut meyakini bahwa keduanya

memiliki kesamaan. Walaupun pada kenyataannya, satu kesamaan yang dapat

ditemui adalah bahwa produk yang dihasilkan sama-sama ikan. Dalam pola

kerjanya, budidaya perikanan hampir sama dengan pertanian dan peternakan

dibandingkan dengan penangkapan ikan. Biasanya dalam budidaya perikanan,

memiliki daerah tertentu yang digunakan untuk memelihara ikan dan mempunyai

hak atas ikan tersebut. Hak kepemilikan pada budidaya perikanan adalah sama

dengan hak kepemilikian di sektor pertanian. Sementara itu penangkap

ikan/nelayan sangat bergantung pada daerah terbuka atau dengan kata lain setiap

nelayan memiliki hak yang sama terhadap sumber daya. Karena mangsa

(tangkapan) mereka bersifat liar – bergerak dari satu tempat ke tempat lain – akan

menciptakan persaingan, sehingga nelayan harus terus bergerak (mobile).

Berbagai kajian kehidupan nelayan umumnya menekankan pada kemiskinan

dan ketidakpastian perekonomian, karena kesulitan hidup yang dihadapi nelayan

dan keluarganya (Emerson, 1990 dalam Wandira). Kemiskinan di wilayah pesisir

dan kepulauan tergolong sangat tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010

angka melansir angka kemiskinan mencapai 35 juta orang atau 13,33 persen dari

(14)

3

melaporkan kemiskinan di Indonesia masih berkisar sekitar 100 juta. Dari

data-data itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menegaskan bahwa terdapat

sekitar 7,87 juta masyarakat pesisir miskin dan 2,2 juta jiwa penduduk pesisir

sangat miskin di seluruh wilayah Indonesia. Nelayan miskin tersebut tersebar di

10.640 desa nelayan di pesisir. 14 Jumlah nelayan miskin ini lebih dari 25% dari

total penduduk Indonesia yang berada dibawah garis kemiskinan di Indonesia,

berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010. Jumlah ini juga

memperlihatkan trend peningkatan penduduk miskin tidak kurang dari 4,7 juta

jiwa dibandingkan pada tahun 2008.

Nelayan di Sumatera Utara berjumlah 321.000 jiwa, yang tersebar di 13

kabupaten dan kota dari jumlah tersebut 70% adalah nelayan tradisional yang

memiliki teknologi penangkapan yang rendah, 20% adalah nelayan menengah dan

10% adalah nelayan sekolah besar. Berarti, 70% nelayan di Sumatera Utara

memiliki pola aktifitas ekonomi yang berbeda dari nelayan modren lainnya

(Badiran, 2009). Hal ini lah yang membuat sekaya apapun laut Indonesia bila

tidak sejalan dengan kemampuan teknologi dari nelayan maka akan sulit untuk

mencapai kehidupan yang lebih baik.

Kota Tanjungbalai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara,

Indonesia. Luas wilayahnya 60,52 km² dan penduduk berjumlah 154.445 jiwa.

Kota ini berada di tepi Sungai Asahan, sungai terpanjang di Sumatera Utara. Jarak

tempuh dari Medan sekitar 4 jam. Sebelum Kota Tanjungbalai diperluas dari

hanya 199 ha (2km²) menjadi 60,52 km², kota ini pernah menjadi kota terpadat di

Asia Tenggara dengan jumlah penduduk lebih kurang 40.000 orang dengan

(15)

4

Tanjungbalai diperluas menjadi ± 60 Km² dengan terbitnya Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia No. 20 Tahun 1987, tentang perubahan batas wilayah Kota

Tanjungbalai dan Kabupaten Asahan. Hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah

penduduk Kota Tanjung Balai berjumlah 154.445 jiwa yang terdiri atas 77.933

jiwa dan 76.512 jiwa perempuan. Penduduk Kecamatan terbanyak berada di

Kecamatan Teluknibung dengan jumlah penduduk 35.802 jiwa sedangkan yang

terendah berada di Kecamatan Tanjungbalai Utara Dengan jumlah penduduk

15.862 jiwa.

Sei Tualang Raso adalah salah satu kecamatan yang berada di Kota Tanjung

Balai terdiri dari 5 kelurahan dengan penduduk terbesar dengan profesi sebagai

nelayan. Jumlah penduduk di kecamatan Sei Tualang Raso adalah 23050 jiwa dan

jumlah penduduk nelayan sebesar 3209 orang di Kecamatan Sei Tualang Raso

juga mengalami permasalahan yang nyaris hampir sama dengan nelayan

Indonesia pada umumnya.

Permasalahan tersebut antara lain pendapatan yang rendah sehingga tidak

mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup nelayan tersebut. Pendidikan anak

nelayan juga dipertaruhkan dikarenakan keadaan pendapatan masyarakat nelayan,

jarang sekali ditemui anak nelayan yang melanjutkan pendidikan sampai

kejenjang perguruan tinggi, mereka pada umumnya mengenyam pendidikan

hanya sampai jenjang pedidikan dasar bahkan ada yang tidak mengenyam

pendidikan sama sekali. Mereka lebih memilih membantu orang tuanya bekerja

demi membantu pendapatan keluarga, padahal pendidikan merupakan obyek vital

(16)

5

tersebut juga berpengaruh pada kondisi rumah tinggal yang dihuni oleh nelayan,

kebanyakan rumah tinggal nelayan sangat sederhana dan tidak layak huni.

Di berbagai lingkungan nelayan, seperti juga pekerjaan di bidang lain,

mereka membentuk masyarakat. Nelayan sering terisolasi karena mereka harus

tinggal di sepanjang pinggiran danau, sungai, atau laut. Isolasi relatif ini

meningkat antara nelayan dengan masyarakat daratan ketika mereka sedang

menangkap ikan. Sebagai tambahan, kebanyakan nelayan bekerja di malam atau

dini hari - waktu dimana sebagian besar orang sedang tidur – yang menyebabkan

mereka sering diperlakukan sebagai “orang terbuang” dari masyarakat. Isolasi

tempat tinggal dan sosial ini mempengaruhi variabel sosial budaya yang lain, yang

pada akhirnya akan berpengaruh pada pembangunan masyarakat nelayan.

Kondisi ini juga menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan di banyak

lingkungan nelayan berskala kecil di banyak negara berkembang. Bahkan di

daerah yang tidak terlalu terisolasi, isolasi sosial menyebabkan nelayan dan

keluarganya menanggapi pendidikan formal secara negatif, dibandingkan dengan

masyarakat yang bukan nelayan.

Semua permasalah diatas merupakan imbas dari ketidakmampuan nelayan

memenuhi kegiatan operasionalnya melaut yang juga bisa dikatakan sulit bersaing

dengan nelayan modern. Diantaranya alat tangkap ikan, modal, dan jam kerja

yang kurang dimaksimalkan yang kemungkinan disebabkan berbagai macam

faktor. Alat tangkap ikan merupakan salah satu sarana pokok penting dalam

rangka pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya ikan secara optimal dan

(17)

6

digunakan nelayan tradisional digunakan, mencakup jaring insang(gill net), rawai

(longline/pancing), dan jaring udang (Hayward, dalam mulyanto 1995).

B. Identifikasi Masalah

Sama halnya dengan masyarakat yang tinggal di tempat lain masyarakat

nelayan tradisional juga menghadapi sejumlah masalah politik, sosial, dan

ekonomi yang kompleks. Masalah-masalah tersebut diantaranya (1) pendapatan

nelayan yang kurang memadai untuk menutupi pengeluaran bulanan yang

berpengaruh nantinya terhadap pendidikan anak, keadaan rumah tinggal dan

konsumsi rumah tangga. (2) kelemahan segala fungsi kelembagaan ekonomi yang

ada.(3) kualitas SDM yang rendah sebagai akibat keterbatasan akses pendidikan,

kesehatan, dan pelayanan publik (4) degradasi sumber daya lingkungan, baik

kawasan pesisir laut, maupun pulau-pulau kecil.(5) belum kuatnya kebijakan yang

berorientasi pada kemeritiman sebagi pilar utama pembangunan nasional.(6)

keterbatasan akses modal, teknologi/alat tangkap, dan pasar, sehingga

mempengaruhi dinamika usaha.

C. Pembatasan Masalah

Bertitik tolak dari identifikasi masalah tersebut, maka yang menjadi

pembatasan masalah adalah karakteristik Nelayan tradisional (dilihat dari jenis

alat tangkap ikan nelayan tradisional dan frekuensi melaut/trip melaut) dan

Keadaan Nelayan (dilihat dari tingkat pendapatan, tingkat pendidikan anak, dan

keadaan rumah tinggal) pada Masyarakat Nelayan di Kecamatan Sei Tualang

(18)

7

D. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik masyarakat nelayan tradisional di kecamatan Sei

tualang Raso kota Tanjung Balai dilihat dari jenis alat tangkap ikan nelayan

tradisional, dan frekuensi melaut/trip melaut?

2. Bagaimana kondisi masyarakat nelayan tradisional di kecamatan Sei Tualang

Raso dilihat dari Tingkat pendapatan, Tingkat pendidikan anak, dan Kondisi

Rumah tinggal?

3. Bagaimana Permasalahan yang Dihadapi nelayan Tradisional di Kecamatan

Sei Tualang Raso?

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan Rumusan masalah maka Tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Mengetahui karakteristik masyarakat nelayan tradisional di Kecamatan Sei

Tualang Raso Kota Tanjung Balai dilihat dari jenis alat tangkap ikan nelayan

tradisional, dan frekuensi melaut/trip melaut.

2. Mengetahui kondisi masyarakat nelayan tradisional di kecamatan Sei tualang

Raso Kota tanjung Balai dilihat dari Tingkat pendapatan, Tingkat pendidikan

anak, dan Kondisi Rumah Tinggal

3. Mengetahui permasalahan yang dihadapi Nelayan Tradisional di Kecamatan

(19)

8

F. Manfaat Penelitian.

Manfaat yang ingin dicapai setelah diketahui Tujuan Penelitian adalah:

1. Memberikan Gambaran karakteristik dan kondisi masyarakat Nelayan yang

tinggal di kecamatan Sei Tualang Raso Kota Tanjung Balai.

2. Sebagai masukan dan bahan referensi bagi para peneliti yang ingin meneliti

judul-judul Relevan dengan penelitian ini

3. Sebagai masukan dan Pertimbangan pemerintah daerah setempat untuk lebih

(20)

75

DAFTAR PUSTAKA

Badiran, Muhammad, 2009. Kajian Model Pendidikan Dasar Untuk Anak Masyarakat Nelayan Di Sumatera Utara T.A 2009, (Online), (http://iptpisumut.blogspot-.com/2010/02,) diakses tanggal 06 juni 2013 pukul 13.39 WIB.

Bouman, p.j. 1999, Ilmu Masyarakat Umum, Jakarta: PT. Pembangunan.

Dahuri, Rokhmin. 2001 Dalam Pemberdayaan Masyarakat Nelayan. Wahyono, Dkk (ed). Yogyakarta. Media Presindo.

Evers, S. 1982. Kemiskinan Dan Kebutuhan Poko., Jakarta : CV. Rajawali.

Kusnadi, 2003, Akar Kemiskinan Nelayan. Yogyakarta: LKIS

Kusnadi, 2002, Konflik Sosial Nelayan. Yogyakarta: LKIS

Manullang, Felix, 2010, Kondisi Masyarakat Nelayan Di Desa Pantai Gading Kecamatan Secangang Kabupaten Langkat. Skripsi : Medan jurusan pendidikan Geografi FIS-Unimed.

Marlina, Sri, 2020, Dampak Pembangunan Perumahan Nelayan Terhadap Perubahan Sosial Ekonomi Penghuninya Di Kelurahan Nelayan Indah Kecamatan Medan Labuhan. Skripsi : Medan jurusan pendidikan Geografi FIS-Unimed.

Marbun, Leonardo Dan Krishnayanti, 2002, Masyarakat Pinggiran Yang Semakin Terlupakan, Medan. Jala Konpalindo.

Mubyarto, Dkk. 1984. Nelayan Dan Kemiskinan: Studi Ekonomi Antropologi Di Dua Desa Pantai. Jakarta, Rajawali Press.

Sajogyo, 1996. Masalah Kecukupan Pangan Dan Jalur Pemerataan,. Jakarta : Bina Cipta.

Sajogyo, 1990. Kehidupan Dan Pendapatan Masyarakat Nelayan. Yogyakarta: Gajah Mada University

Sinaga, R.H, 2006, Studi Tentang Keadaan Sosial Ekonomi Nelayan Di Desa Rugemuk Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Skripsi : Medan jurusan pendidikan Geografi FIS-Unimed.

Situmorang, Rosta, 2000, Peranan Ibu Rumah Tangga Nelayan Dalam Meningkatkan Ekonomi Di Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Deli Serdang. Skripsi : Medan jurusan pendidikan Geografi FIS-Unimed.

(21)

76

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, Cetakan 38. Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2005

Wandira, Sri Ayu, 2011, Studi Tentang Masyarakat Nelayan Di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjung Balai. Skripsi : Medan jurusan pendidikan Geografi FIS-Unimed.

Suharto, Edi, 2007, Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik, Alfabeta, Bandung

Supriatna, Tjahya, 1997, Birokrasi Pemberdayaan Dan Pengentasan Kemiskinan, Bandung, Humaniora Utama Press.

Solihin, Akhmad. “ Musim Paceklik Nelayan Dan Jaminan Sosial”. (online)

Waringsih, Sarifah, 2006, Studi Sosial Ekonomi Dan Lingkungan Masyarakat Nelayan Tradisional Di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai. Skripsi: FIS Unimed.

(http://goresanpenaseru.blogspot.com/2012/07/karakteristik-masyarakat pesisir_748.html) diakses tanggal 29 agustus 2013 pukul 21.26 wib.

Gambar

Gambar  ..............................................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Variabel yang paling dominan terhadap kejadian malaria, dari analisis bivariat didapat variabel terpilih untuk dilanjutkan ke regresi logistik sederhana dengan

Berdasarkan hasil penelitian bahwa kontribusi usaha pukat cincin ( Purse seine ) terhadap penyerapan tenaga kerja di Kelurahan Tumumpa Dua, Kecamatan Tuminting, Kota Manado adalah

Dari hasil pengelompokan habitat menggunakan derajat kesamaan Jaccard (Gambar 3) nampak bahwa lokasi atas air terjun terpisah menjadi zone tersendiri

Padahal atraksi tersebut merupakan brand dari Desa Wisata Menari, seharusnya atraksi wisata ini tidak perlu dijadikan atau dimasukan ke dalam paket wisata karena akan membuat

Jumlah PMTHMETD adalah sebesar 780.394.335 (tujuh ratus delapan puluh juta tiga ratus sembilan puluh empat ribu tiga ratus tiga puluh lima) lembar saham, sehingga total

We investigate a recently proposed concept where adjustment is performed using image observations limited to ground control and check points, so called fast aerial triangulation

BANK VICTORIA

This system includes several standalone tools that may be combined in different ways to accomplish various goals; that is, it may be used to perform a variety of tasks, as,