Pikiran
Rakyat
Signifikansi Netralitas TNIIPolri
-
=-~- ---_..
Oleh MURADI
M
ASALAH netralitas TNI/Polri dalam Pe-milu Presiden (Pil~ pres) 2009 kembali diperde- ., batkan karena tiga pasangan yang maju menggandeng pur-nawirawan jenderal TNI, baik sebagai capres maupun cawa-pres. Selain itu, ketiga tim suk-ses pasangan cap res tersebut juga diisi para mantan jenderal TNI maupun Polri. Hal terse-but makin menguatkan kekha-watiran publik terkait dengan netralitas kedua institusi nega-ra. Pengalaman selama lebih dari tiga puluh tahun, di manaTNI dan Potri menjadi mesin ilustrasi, pada Pemilu 2004, pemenangan politik pemerin- kompleks Perumahan Brimob tahan Orde Baru dengan Gol- Kelapa Dua, Depok dimenang-karnya menjadi catatan kelam kan PDI P dan Golkar. Namun, bagi perpolitikan nasional. pada Pemilu 2009,
kemenang-Pasangan SBY-Boediono pa- an secara mutlak diraih PD. ling banyak diisi mantan pe- Hal yang hampir sarna terja-tinggi TNI dan Polri, sebut saja di di kompleks-kompleks peru-Djoko Suyanto, mantan Pang- mahan TNI dan Polri. Bisa sa-lima TNI, Sutanto, mantan Ka- ja hal tersebut dianggap se,ba-polri, sementara dua pasangan gai "fenomena SBY".Akan teta-lainnya relatif diisi mantanjen- pi, hal tersebut secara sistema-deral yang seangkatan atau ka- tis terjadi di hampir semua rena kedekatan semasa aktif. kompleks perumahan anggota Akan tetapi, seberapa signifi- TNI/Polri di seluruh Indonesia, kannya netralitas TNI/Polri ba- termasuk J awa Barat. Artinya,. gi pemenangan ketiga kandidat perubahan perolehan suara sa.-tersebut? Sejatinya bila meng- ngat mungkin terjadi dan akan acu kepada hasil pemilu legisla- menguntungkan salah satu tif beberapa waktu lalu, ada kandidat. Tak heran, apabila perubahan basis dukungan di kekhawatiran publik akan ada-kantong-kantong dan kompleks nya "perang bintang" antartim perumahan TNI/Polri. Sekadar._,.~.~~ sukses yang diusung para man-"-':.:!IIo.
Klipi"9
Humos
Un pod
2009
--- ---~
tan jenderal dan berupaya me-menangkan masing-masing kandidat yang didukungnya de-ngan merebut basis-basis suara . dari keluarga TNI dan Polri bi-sajadi ada benarnya. Kekhawa-tiran tersebut terletak pada ca-ra dan pola intelijen dan peng-organisasian khas militer untuk menarik dukungan kepada ma-sing-masing kandidat. Sehing-ga cenderung akan memargi-nalkan esensi sipil dalam hajat politik lima tahunan tersebut.
Apabila dikalkulasi secara matematis sesungguhnya jum-lah keseluruhan anggota TNI dan Polri kurang dari satu juta, katakanlah masing-masing anggota memiliki istri dan dua anak yang memiliki hak memi-lih dalam pilpres, jumlah suara yang akan diraup oleh para kandidat tersebut kurang lebih tiga juta suara dukungan. Arti-nya, bila dibandingkan dengan daftar pemilih yang ada tidak terlalu signifikan pengaruhnya; apalagi bila tiga juta suara ter-sebut tersebar dari NAD hing-ga Papua.
Namun, harus disadari bah-wa budaya politik yang ber-kembang di masyarakat cende-rung meliha.t anggota TNI/Pol-ri dan keluarganya dalam sta-tus "digugu dan ditiru" yang akhirnya akan memasifkan du-.kungan bagi para kandidat ter-sebut. Tak heran apabila ke-mudian perolehan suara PD melonjak 300% pada pileg dan~-~
---
--o
Selasa
.
F'ab.;o
Kamis
o
Jumat
o
Sabtu
0
2
Q)
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1618 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
30 31
J:
-tersebar dari perkotaan hingga perdesaan, dari Sabang hingga Merauke. Selain figuritas SBY, juga diindikasikan adanya langkah-Iangkah sistematis da-ri internal TNI/Polri untuk mendongkrak perolehan suara partai tersebut agar mampu menjadi kendaraan politik SBY pada pileg.
Mengacu pada hasil Pemilu 1999 dan 2004, sesungguhnya masalah netralitas TNI/Polri pada 'Pemilu 2009 ini tak lebih sekadar fenomena politik. Pa-da Pemilu 1999, meski ketika itu TNI dan Polri sedang mengalami masa-masa yang sulit karena tuntutan masyara-kat terkait dengan Dwifungsi ABRI serta pelanggaran HAM, kedua institusi tersebut masih berupaya mendukung Golkar. Meski kalah dari PDI P, kecen-derungan mendukung rezim yang sedang memerintah me-rupakan karakteristik militer dan polisi di banyak negara. Sementara itu pada Pemilu 2004, langkah-langkah meme-nangkan PDIP dan salah seo-rang capres juga menguat. Sa-lah satu kasus yang terbuka ke publik adalah pengarahan dari Kapolwil Purwokerto waktu itu kepada anggota Bhayangkari dan Dharma Wanita di ling-kungan Polwil Purwokerto agar memenangkan salah satu partai dan capres.
Berkaca pada dua kasus tadi, sesungguhnya
--
-
kekhawatiranpublik
terkait
netralitas
TNI/Polri pada pilpres Juli
nanti lebih banyak dibangun
oleh asumsi yang berlebihan
terkait keterlibatan para
man-tanjenderal tersebut di
gelang-gang politik. Selain itu,
lemah-nya konsolidasi sipil juga
me-nguatkhn situasi kekhawatiran
tersebut.
Fenomena tersebut
sesung-guhnya bisa dipupus bahkan
dihilangkan sarna
sekaliapabi-la elite sipil marilpu menjawab
harapan-harapan publik
ter-kait dengan program yang
efektifdan langsung dirasakan
oleh masyarakat. Artinya,
sig-nifikansi netralitas TNI/Polri
tidak berarti apabila partai
po-litik sebagaimesin popo-litikmen-
politikmen-jalankan fungsinya dengan
ta-waran konkret terkait dengan
program. Hal tersebut akan
di-uji pada pilpres nanti, apakah
fenomena netralitas TNI/Polri
akan kembali terulang atau
mesin politik partai yang
ber-fungsi. Salah satu indikasinya
adalah. perolehan
suara di
kompleks TNI/Polri dan
kan-tong-kantong sekitarnya tidak
didominasi oleh salah satu
kandidat. ***