46 BAB V
PENUTUP
Bab ini merupakan bagian akhir dari rangkain penulisan skripsi ini. Adapun muatan di dalamnya meliputi kesimpulan yang diperoleh dari keseluruhan penulisan skripsi, serta saran-saran yang dapat penulis sampaikan bagi masyarakat Titawai maupun Gereja.
A.KESIMPULAN
Pranata adat nikah dagang merupakan suatu cara agar komunitas setempat dapat mengenal “menantu dagang” dari keluarga tersebut, dan juga dapat menjalin hubungan baik antara “orang
dagang” dengan orang asli penduduk setempat. Konteks ini juga tidak diajarkan untuk
membedakan satu dengan yang lain, karena budaya yang sudah melekat dalam komunitas mereka adalah, ketika ada orang yang datang dan meminang salah satu dari anak mereka, ia secara tidak langsung sudah menjadi keluarga.
Nikah dagang yang merupakan perkawinan adat adalah suatu ikatan antara laki-laki dagang
(suami) dan perempuan (istri) untuk hidup bersama dalam bentuk rumah tangga. Khairuddin
mengatakan bukan hanya membentuk sebuah keluarga, tetapi juga mempengaruhi pola kekerabatan dan hubungan antara keluarga dari laki-laki dan keluarga dari perempuan. Penulis melihat hal ini dalam konteks bermasyarakat, dalam mana pasangan yang menikah harus
mempunyai relasi yang baik antara kedua belah keluarga sehingga ralasi antar keluarga tidak akan putus.
47
mereka telah 100% mempercayai Kristus sebagai pedoman kehidupan dan sang pemberi nafas hidup. Kepercayaan dari warga di sana kepada nenek-moyang atau para leluhurnya merupakan
bukti, bahwa tradisi nikah dagang masih diberlakukan dengan baik di desa Titawai dan masih menerapkan harta keluarga dan harta negeri sebagai wujud nyata dari ritual perkawinan.
Dengan tidak mengesampingkan ajaran kekristenan, warga setempat selalu melandaskan segala sesuatu (termasuk tradisi nikah dagang ini) dengan Doa. Karena mereka berlandaskan
Iman kepada Tuhan sebagai sumber berkat dan pemberi hidup. Walaupun berada dalam jalinan proses kebudayaan yang sudah mereka anut, mereka juga tetap pada peneguhan iman mereka kepada sang pencipta.
Sebuah pelajaran yang dapat diambil oleh orang Titawai adalah a.l bahwa, kehidupan merupakan anugrah dari Tuhan. Karena Tuhan yang memberikan kehidupan, jodoh, pekerjaan, rezeki, nafas hidup, serta kehidupan yang dilandaskan dengan kasih. Hal ini dapat dilihat
ketika“orang dagang” yang datang dari luar desa adat untuk meminang.Mereka disambut dengan sukacita oleh keluarga dan warga setempat. Oleh sebab itu Gereja sebagai wadah yang turut
membantu mengamati perkembangan iman jemaatnya sangat mendukung pelaksanaan dan pelestarian tradisi ini.
B.SARAN
1. Kepada komunitas Titawai
Dalam Pranat adat ini, melibatkan Baileo (rumah adat) sebagai bagian dalam prosesi
48
Dapat bersifat lebih terbuka dalam menjelaskan adat istiadat setempat. Agar hal
tersebut menjadi cerita turun temurun buat anak cucu, tidak saja mengandalkan
tua-tua adat. Karena ketika mereka wafat tradisi tersebut akan hilang dengan sendirinya, dan juga pemerintah negri perlu mendomunetasikan tradisi nikah dagang, ataupun
tradisi-tradisi yang lain, agar menjadi arsip negeri dan itu bisa berguna untuk anak cucu atau gerenari yang akan datang.
2. Kepada Gereja
Gereja diharapkan dapat berpatisipasi langsung bersama warga setempat dan
pejabat-pejabat negeri unutk kelangsungan budaya adat istiadat tersebut.
Pejabat-pejabat gereja dapat lebih mengerti tentang tradisi ini, dan tidak
mengandalkan warga yang sudah lama melakukan adat nikah daganguntuk pemberi informasi kepada orang-orang dagang.
Lebih memperhatikan pasangan-pasangan yang akan menikah (dapat memberikan