• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desa Wisata Batik Kliwonan Sebagai Pusat Wisata Seni Di Kabupaten Sragen 81

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Desa Wisata Batik Kliwonan Sebagai Pusat Wisata Seni Di Kabupaten Sragen 81"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

DESA WISATA BATIK KLIWONAN SEBAGAI PUSAT

WISATA SENI DI KABUPATEN SRAGEN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Progam Studi DIII Usaha Perjalanan Wisata

HERU JATMIKO

NIM C9405099

DIPLOMA III USAHA PERJALANAN WISATA

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

▸ Baca selengkapnya: warung serba batik 81 metode perpetual

(2)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pariwisata berperan penting dalam pembangunan negara berkembang, karena pariwisata mampu mendatangkan devisa yang cukup besar untuk membangun perekonomian pada negara yang sedang berkembang. Seperti halnya di Indonesia, sektor Pariwisata mampu mengangkat perekonomian dengan membuka berbagai macam peluang usaha dan membuka lapangan pekerjaan baru, dan di lain pihak, dunia pariwisata juga dapat menciptakan pencintraan bagi sebuah negara.

Para wisatawan atau pengunjung yang datang disambut pertama kali oleh para pelaku wisata, dengan sambutan yang ramah tentu akan menciptakan rasa bersahabat bagi wisatawan yang berkunjung dan mencipatakan citra yang baik bagi negara yang bersangkutan.

(3)

Saat ini di dunia pariwisata di Indonesia sedang mengalami ke tidakstabilan dan pasang-surut, dunia pariwisata melemah sehingga pendapatan masyarakat dan devisa negara pun ikut mengalami penurunan.

Pada era 1980-1990an, wisatawan lokal maupun mancanegara telah banyak melakukan kunjungan - kunjungan wisatanya di obyek – obyek wisata yang tersebar di Indonesia. Namun pada sekitar tahun 1997 – 1998 karena terjadi kerusuhan dan akhirnya berdampak dengan krisis moneter, membuat keadaan politik dan pemerintahan di negara ini menjadi tidak menentu. Dampaknya bagi dunia pariwisata di Indonesia lumayan hebat, dan membuat kepariwistaan menjadi lesu dan semakin melemah.

Bukan hanya itu saja, dengan adanya perubahan cuaca tidak menentu dan keadaaan alam yang kurang bersahabat pada beberapa tahun terakhir, dunia pariwisata di Indonesia semakin mengalami kemunduran dan semakin meredup, dikarenakan banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang mengurungkan niatnya untuk mengunjungi obyek-obyek wisata di Indonesia.

(4)

Begitu pula di kabupaten Sragen, “ Kabupaten Sragen merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW), dan merupakan salah satu kabupaten di Jawa tengah yang memiliki keanekaragaman daya tarik wisatawan baik yang bersifat budaya maupun alam. Potensi – potensi pariwisata yang cukup banyak dan beragam yang dimiliki kabupaten sragen ini cukup menarik untuk dikunjungi.

Karakteristik utama pariwisata di Sragen adalah mengandalkan panorama atau bentang alam yang indah, budaya tradisional yang masih terjaga, disertai dengan ketersediaan pemandu wisata profesional dan berbagai fasilitas berstandar internasional.

Beberapa obyek wisata di Kabupaten Sragen antara lain adalah Situs Purbakala Museum Sangiran, Waduk Kedung Ombo, Wisata religi historis Makam Pangeran Samudero di Gunung Kemukus, Pacuan Kuda Nyai Ageng Serang di Ngargotirto, Pemandian air panas Bayanan, Desa Wisata Batik Kliwonan, di Masaran, Dayu Alam Asri di Karangmalang, Ziarah makam Joko Tingkir dan lain sebagainya.

Di antara semua itu Kabupaten Sragen juga dikenal sebagai penghasil batik tulis, cap dan printing. Kerajinan tangan warisan nenek moyang yang turun temurun dan bernilai sejarah maupun bernilai seni tinggi ini di daerah Sragen diproduksi di sebuah desa di kecamatan Masaran, Sragen yaitu desa sentra penghasil batik “ Desa Wisata Batik Kliwonan “.

(5)

terutama Industri fashion dari luar negeri. Bahkan, hak kepemilikan batik pun pernah diklaim negara asing sebagai salah satu warisan budaya mereka.

Oleh karena itu pemerintah kabupaten Sragen tidak tinggal diam dan merasa harus terlibat untuk mendorong industri batik rakyat agar terus eksis, berkembang, sekaligus melestarikan dan melindungi budaya warisan leluhur kita dari klaim pihak asing.

Dalam hal ini masyarakat pelaku bisnis pembuatan kerajinan batik di Sragen dibantu pemerintah setempat ingin mengangkat kembali kebudayaan dan kerajinan tangan yang diwariskan oleh para leluhur ini agar tetap eksis dalam perindustrian baik dalam tingkat daerah, nasional bahkan internasional.

Bertolak dari dasar pemikiran, maka perlu dikaji “ Desa Wisata Batik Kliwonan Sebagai Pusat Wisata Seni di Kabupaten Sragen ” sebagai judul laporan penulisan Tugas Akhir, dengan harapan akan diketahui potensi serta kekurangan - kekurangan yang ada dari “ Desa Wisata Batik Kliwonan, Sragen

serta mengetahui pula upaya beberapa pihak seperti pemerintah, pengusaha dan masyarakat setempat untuk membantu mengembangkannya.

(6)

B. Perumusan Masalah

Dengan latar belakang masalah yang penulis uraikan, timbul berbagai permasalahan untuk dikaji dan dipecahkan lebih lanjut. Adapun permasalahan yang ada antara lain adalah :

1. Bagaimana potensi desa Kliwonan sebagai Desa Wisata Batik dan Pusat Wisata Seni di Kabupaten Sragen ?

2. Bagaimana usaha dan apa saja yang dilakukan pemerintah untuk membantu pengembangan desa Kliwonan sebagai Desa Wisata Batik dan Pusat Wisata Seni di Kabupaten Sragen ?

3. Hambatan - hambatan apa saja yang dihadapi oleh Pemerintah, Pengelola dan semua pihak yang terkait dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan – hambatan tersebut.

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Mengetahui potensi – potensi yang ada pada desa Kliwonan untuk dijadikan sebagai Desa Wisata Batik dan Pusat Wisata Seni di Kabupaten Sragen ?

2. Mengetahui bagaimana peran pemerintah dan semua pihak yang berkaitan untuk membantu mengembangkan desa Wisata Batik Kliwonan.

(7)

D. Manfaat Penulisan

Penulisan tugas akhir ini diharapkan akan bermanfaat dan sebagai acuan bagi semua pihak, demi kemajuan desa Wisata Kliwonan khususnya dan Pariwisata Sragen pada umumnya untuk kedepannya nanti. Manfaat dari penulisan laporan tugas akhir ini antara lain :

1. Manfaat Akademis

a. Memperdalam pengetahuan tentang dunia pariwisata terutama potensi dan pengembangan desa wisata batik di desa Kliwonan, Kabupaten Sragen.

b. Sebagai referensi untuk penulisan sejenis di lingkungan Program Study Diploma 3 Usaha Perjalanan Wisata.

2. Manfaat Praktis

a. Memperoleh informasi riil tentang apa saja potensi yang ada sebagai desa pusat seni wisata batik sehingga berkutnya dapat diambil tindak lanjut.

b. Memperoleh solusi untuk meningkatkan potensi dan mewujudkan desa Kliwonan sebagai Desa Pusat Wisata Seni Kerajinan Batik.

E. Kajian Pustaka 1. Pariwisata

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan sementara waktu dari satu tempat ketempat yang lain, dengan maksud bukan untuk usaha (

(8)

hanya untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam (Oka A. Yoeti, 1983 : 109) Pariwisata merupakan aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan kesenangan dan melakukan perjalanan secara bergantian diantara orang - orang dalam suatu negara itu sendiri ( diluar negeri ) dengan orang-orang daerah lain ( daerah tertentu, negara, benua ). Untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam, dan berbeda dari apa yang pernah dialaminya dalam rutinitas pekerjaannya sehari – hari (Oka A. Yoeti, 1983 : 107).

2. Pengembangan Pariwisata

Menurut Oka A. Yoeti, pengembangan pariwisata adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan berencana untuk memperbaiki obyek wisata yang sedang dipasarkan ataupun yang akan dipasarkan. Pengembangan tersebut meliputi perbaikan obyek dan pelayanan kepada wisatawan semenjak berangkat dari tempat tinggalnya menuju tempat tujuan hingga kembali ke tempat semula (Oka A. Yoeti, 1983 : 56).

Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan pemerintah dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus dan melayani wisatawan. Karena pariwisata sebagai gejala tuntutan kebutuhan manusia yang wajar dan mempunyai lingkup pengaruh yang menyeluruh sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi segi ekonomi, masyarakat, negara, sosial dan budaya.

(9)

dari suatu negara. Disamping itu, perencanaan harus mampu memberikan kerangka kerja kebijaksanaan untuk mendorong dan mengendalikan pengembangan pariwisata.

Sesuai dengan instruksi Presiden No.9 Tahun 1969, dikatakan dalam pasal 2 bahwa tujuan pengembangan pariwisata adalah :

a. Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara pada umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerjja dan mendorong kegiatan industri penunjang dan industri sampingan lainnya.

b. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia.

c. Meningkatkan persaudaraan atau persahabatan Nasional dan Internasional (Oka A. Yoeti, 1983 : 139).

3. Obyek Wisata

Menurut Undang – Undang No 9 Tahun 1990, Obyek Wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisatawan, wisata dan menurut undang – undang menyatakan kawasan wisata yaitu kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

(10)

Dari pendapat diatas, dapat diketahui bahwa obyek wisata adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik. Daya tarik adalah segala sesuatu yang dapat menumbuhkan minat wisatawan untuk mengunjungi obyek wisata.

4. Potensi

Potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kemampuan, kesanggupan daya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995 : 784).

Potensi di daerah tujuan wisata di pengaruhi adanya 4 pendekatan yang lebih di kenal dengan istilah 4 A, antara lain :

a. Atraksi

Atraksi merupakan daya tarik wisata yang dapat dinikmati oleh wisatawan di tempat tujuan yang merupakan sasaran para wisatawan datang berkunjung.

b. Aksesibilitas ( Kemudahan )

Sarana yang memberikan kemudahan untuk mencapai daerah tujuan wisata, yang mana tempat tersebut mudah dijangkau dan sarana yang diperlukan wisatwan mudah ditemukan.

c. Amenitas

(11)

d. Aktivititas

Aktivitas adalah kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan selama tinggal di daerah tujuan wisata ( James J Spillane, 1994 ).

5. Daya Tarik

Daya tarik menurut Wiwoho, dkk berupa :

a. Daya tarik alamiah, yang meliputi iklim, pemandangan alam, lingkungan hidup, flora dan fauna, danau, karang, gua, tebing, lembah, gunung dan sebagainya.

b. Daya tarik buatan manusia, misalnya sisa peradaban masa lalu, monumen bersejarah, museum, tempat pemakaman dan sebagainya. c. Daya tarik yang bersifat manusiawi, yaitu daya tarik yang melekat

pada penduduk dalam bentuk warisan budaya, seperti tarian, drama, sandiwara, upacara penguburan mayat, upacara perkawinan, dan sebagainya ( Wiwoho, dkk 1990 : 52 ).

6. Desa Wisata

Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku (Nuryanti,Wiendu, 1993:3).

7. Kebudayaan

(12)

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian moral hukum adat istiadat dari kemampuan serta kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat (Soerjono Soekamto, 198 : 82).

Dengan demikian Kebudayaan bisa diartikan juga dengan Suatu kebiasaan tentang kepercayaan yang dilakukan oleh suatu masyarakat dalam lingkungan alam.

8. Wisata Budaya

Wisata budaya adalah suatu gerak atau / kegiatan yang dirasakan oleh adanya obyek-obyek wisata dalam wujud hasil seni budaya, seperti adat istiadat,upacara agama, tata hidup masyarakat, peninggalan sejarah, hasil seni, kerajinan - kerajinan rakyat dan lain sebagainya (Darmardjati, 1989 : 28).

Wisata budaya merupakan perjalanan yang bertujuan untuk mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat-istiadat, cara hidup, budaya dan seni atau kegiatan yang bermotif kesejarahan (Nyoman S. Pendit, 1986 : 36).

(13)

9. Wisata Minat Khusus

Wisata minat khusus merupakan wisatawan yang memiliki pemilihan atau permintaan khusus diluar minat wisatawan lainnya. Wisatawan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Wisata minat khusus yang dimiliki seharusnya diminati hanya berkaitan dengan latar pekerjaan, hobi dan intelektualitas wisatawan dan sumber-sumber yang masih ada di wilayah wisata.

b. Wisata minat khusus yang popular di Indonesia terrmasuk pengembangan industry perkebunan dan geologi di Bandung, Pertanian dan Botani di Bogor , Kesenian dan Sejarah di Yogyakarta, Kebudayaan di tanah Toraja, Flora dan Fauna di Taman nasional, Kerajinan tangan di berbagai provinsi dan daerah lainnya.

c. Minat khsus ini mengalami perubahan - perubahan dari waktu ke waktu yang dipengaruhi oleh trend yang sat ini terjadi.

d. Penyelenggaranaan wisata minat khusus diperlukan perencanaan khusus yang melibatkan pemandu wisata yang terlatih dan memiliki pendalaman yang mendalam mengenai obyek dan daya tarik wisata minat khusus yang akan dituju.

(14)

10. Batik

Kata batik semula berasal dari kata “ tik “ yang artinya titik. Membuat titik sebagai kata kerja dapat menggunakan kata “ matik “ ( “ ma “ sebagai awalan yang artinya mengerjakan sesuatu). Kata matik berkembang menjadi membatik kemudian berubah lagi menjadi batik. Jadi pekerjaan membuat titik-titik pada kain menggunakan lilin ( malam ) pada kain mori disebut dengan membatik (Achmad Sanussi, 1999 : 1).

Batik adalah lukisan atau gambaran pada mori yang dibuat dengan menggnkan alat bernama canting Orang yang melukis, menggamabar atau menulis pada mori memakai canting disebut dengan mematik ( bahasa jawa : mbatik ). Membatik menghasilkan batik atau batikan berupa macam – macam motif dan mempunyai ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh batik itu sendiri (Hamzuri, 1995 : 6).

F. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan data-data dalam penulisan laporan tugas akhir ini, digunakan beberapa metode, adapun cara tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tempat dan Waktu penelitian

Penulisan karya ilmiah ini mengambil lokasi di des Kliwonan, Masaran, Sragen. Desa Kliwonan ini ber jarak kurang lebih tiga kilometer dari jalan raya Solo-Sragen dan lima kilometer dari pusat kota Sragen

2. Teknik Pengumpulan Data

(15)

a. Metode Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan jalan mengamati, meneliti atau mengukur kejadian yang sedang berlangsung. Observasi yang dilakukan dengan langsung mendatangi obyek desa Wisata Batik Kliwonan Sragen untuk mengamati secara langsung sehingga dapat diketahui keadaan obyek yang sesungguhnya. Observasi langsung, dilakukan beberapa kali dari tanggal, 10 November 2008 sampai dengan 17 Juni 2009.

b. Wawancara

Wawancara adalah proses interaksi dan komunikasi antara pengumpul data dengan responden, Dalam pembuatan karya tulis akhir ini dilakukan wawancara dengan beberapa pihak yang terkait dengan desa Wisata Kliwonan.

Adapun nara sumber yang diwawancarai untuk mendapatkan informasi adalah dari pihak pengelola Desa Wisata Batik Kliwonan, Kepala desa Kliwonan, Pemilik Usaha Batik, Staf Kantor Pemasaran dan Investa si Pariwisata Kabupaten Sragen dan Dinas yang terkait, serta pemerhati obyek tersebut.

c. Studi Dokumen

(16)

Adapun data-data tersebut berupa arsip – arsip Kantor Pemasaran, Investasi & Promosi Kabupaten Sragen, arsip Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sragen, arsip Disperindagkop dan UKM Kabupaten Sragen, Arsip Forum Klaster Pariwisata batik Kliwonan, serta dari alamat web

WWW.GOOGLE.COM.

d. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan bahan pendukung dari beberapa hasil-hasil pengumpulan data diatas sebagai acuan suatu pokok bahasan. Bahan studi pustaka diperoleh dari Perpustakaan Prodi, Perpustakaan Fakultas dan Perpustakaan Pusat.

3. Teknik Analisis Data

Setelah mengumpulkan data dan melihat data-data yang terkumpul, selanjutnya menganalisis data dengan metode deskriptif kualitatif, yaitu menguraikan apa yang ada dari permasalahan dalam penelitian.Pada tahap itu dikumpulkan dan dimanfaatkan untuk menjawab persoalan yang diajukan dalam rumusan masalah. Analisa data yang digunakan deskriptif kualitatif. Metode deskripif kualitatif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan hubungan antara fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual, dan akurat.Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat rician, gambaran sistematif, faktual dan akurat, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Moh. Nazir, 1988 : 63).

(17)

kesan yang ada dari hasil wawancara, observasi, study pustaka dan bahan dokumen lainnya yang mendukung dalam penulisan laporan tugas akhir ini. Penyajian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang keadaan desa Kliowan yang sebenarnya, dengan melihat dari data-data yang telah diperoleh. Oleh karena itu data yang diperoleh dari pengamatan langsung maupun dari arsip serta dari wawancara akan digabung untuk di jadikan sebagai bahan penulisan laporan tugas akhir ini.

G. Sistematika Penulisan Laporan

Penulisan Laporan tugas akhir ini terdiri dari lima bab yang mana setiap bab terbagi menjadi sub–sub bab dengan dengan disertai penjalasan. Adapun penjelasan bab–bab tersebut berisi sebagai berikut :

Bab pertama merupakan bagian awal dalam proses penulisan tugas akhir ini yang mana isinya berupa pendahuluan dengan isi didalamnya latarbelakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan laporan.

Bab kedua, berisi tentang kabupaten Sragen, keadaan geografis, obyek dan daya tarik wisata, produk unggulan yang dimiliki oleh Kota Sragen Serta jumlah pengunjung yang datang ke kabupaten Sragen

(18)

Bab keempat merupakan tahap pembahasan yang berisi tentang potensi yang ada pada desa Kliwonan, analisis yang dilakukan, upaya pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah setempat dan hambatan – hambatan dalam pengembangan desa Kliwonan sebagai Desa Pusat Wisata Seni dan Kerajinan Batik di kabupaten Sragen.

Bab kelima merupakan proses akhir dari penulisan laporan, yang berisi tentang penutup dengan pembahasan mengenai kesimpulan dan saran yang bermanfaat bagi pengembangan desa wisata Kliwonan sebagai desa Pusat Wisata Seni dan Kerajinan Batik di Kabupaten Sragen.

BAB II

GAMBARAN UMUM KABUPATEN SRAGEN

A. Sekilas tentang Kabupaten Sragen

Sragen, merupakan sebuah kota kecil dari salah satu diantara 35 kota kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah. Kabupaten yang juga merupakan salah satu kabupaten yang berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Timur, dan dialiri air dari sungai bengawan Solo, sungai yang legendaris dan banyak menyimpan cerita-cerita legenda.

(19)

legenda “Sigromilir”. Kedua, Tulang Raksasa ( Balung Buto ) yang dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit yang kemudian diketahui sebagai fosil-fosil manusia purba atau Manusia Jawa ( java Man / Homo Erectus ).

Kabupaten Sragen, masih termasuk di dalam eks karesidenan Surakarta, dikenal juga oleh masyarakat umum dengan sebutan Bumi Sukowati. Secara Administratif, Sragen terbagi menjadi 20 kecamatan, 8 Kalurahan dan 200 desa. Daerah yang memiliki luas wilayah 94.155Ha atau sekitar 2,9 % dari luas wilayah provinsi Jawa Tengah, dan terbagi menjadi beberapa area dan lahan yaitu :

Tabel 1. Pemetaan wilayah di kawasan kabupaten Sragen

No Lahan Luas

1 Sawah 39.759 Ha

2 Pemukiman 23.103 Ha

3 Perkebunan 19.367 Ha

4 Empang / Kolam 35,50 Ha

5 Perkebunan negara dan Tanaman kayu-kayuan

1.035 Ha

6 Hutan negara 5.427 Ha

7 Lain – Lain 5.429 Ha.

(Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen, 2007)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa area persawahan adalah wilayah tebesar di kabupaten Sragen sehingga banyak penduduknya yang bekerja sebagai petani.

Sedangkan jumlah penduduk pada kabupaten Sragen tahun 2006, sebanyak 863.914 jiwa dan terdiri dari :

(20)

Tabel 2. Jumlah penduduk kabupaten Sragen tahun 2006

No Gender Jumlah

1 Laki - laki 426.958 jiwa

2 Perempuan 436.956 jiwa

(Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen, 2007)

Dengan rata-rata laju pertumbuhan 0,66 5 per tahun. Dari struktur umur penduduk, kabupaten Sragen berada pada transisi muda menuju tua dengan jumlah penduduk perempuan lebih besar dari laki-laki. Tingkatan Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tahun 2006 mencapai 462.614 orang.

Penyerapan tenaga kerja terbanyak terdapat pada sektor usaha pertanian yang menyerap jumlah tenaga kerja terbanyak yaitu 335.650 orang sekitar 56,3% dari lapangan pekerjaan yang ada. Presentasi peneyerapan jumlah tenaga kerja tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Data usaha dan pekerjaan penduduk kabupaten Sragen

No Usaha / Pekerjaan Jumlah Presentase

1 Sektor Pertanian 335.650 orang 56,3%

2 Sektor Jasa 112.504 orang 18.9%

3 Sektor Perdagangan 82.656 orang 13,9%

4 Sektor Industri 38.498 orang 6.5%

5 Sektor usaha lain - 3 %

(Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen, 2007)

(21)

Kabupaten Sragen memiliki cukup banyak potensi wisata untuk dikembangkan sehingga menghadirkan wisatawan dan meningkatkan pendapatan daerah. Secara garis besar wilayah Kabupaten Sragen bercirikan tanah kapur dan kurang subur di bagian utara sungai bengawan Solo, dikarenakan merupakan bagian dari pegunungan Kendeng yang berkapur. Sedangkan didaerah Selatan sungai bengawan Solo relative lebih subur karena merupakan bagian dari pegunungan Lawu.

Pariwisata merupakan sebagai salah satu aset ekonomi Sragen, karena dapat memberikan kontribusi kepada peningkatan pendapatan asli daerah. Sektor pariwisata diharapkan mampu untuk menjadi penggerak ekonomi lokal sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menciptakan lapangan kerja,

karena sektor pariwisata merupakan salah satu sektor “tahan banting” dari

berbagai ketidakstabilan situasi dan kondisi sehingga selalu jadi andalan.

Pada tahun 2007, pariwisata Kabupaten Sragen mengalami perkembangan yang cukup pesat, itu bisa kita lihat dari tabel berikut :

Tabel 4. Data Pengunjung tahun 2006 - 2007 Jumlah Pengunjung Kabupaten Sragen

No Data 2006 2007 Presentase

Kenaikan

1 Jumlah pengunjung

221.635 orang 239.489 orang 8.1 %.

2 Jumlah Pendapatan Daerah

Rp. 449.593.400,- Rp. 477.161.131,- 6.1 %.

(Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen, 2007)

(22)

menunjukan bahwa minat bekunjung ke kabupaten Sragen mengalami peningkatan dan kabupaten Sragen mulai dikenal dalam bidang pariwisatanya.

B. Keadaan Geografis Kabupaten Sragen

Kabupaten Sragen merupakan Kabupaten paling timur sehingga berada di perbatasan yang menghubungkan provinsi Jawa tengah dan Jawa Timur. Secara geografis terletak di antara 70°15° - 70°30° Lintang Selatan dan antara 110° 45° - 111° 10° Bujur Timur serta berbatasan langsung dengan :

- Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan - Sebelah Selatan : Kabupaten Karanganyar - Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali

- Sebelah Timur : Kabupaten Ngawi ( Prov. Jawa Timur).

Dengan rata-rata 109 m diatas permukaan air laut, Sragen merupakan dataran rendah beriklim tropis dengan musim kemarau dan hujan. Temperatur udara tergolong sedang, berkisar antara 19 ° – 31° Celcius dan curah hujan dibawah 3000mm/ tahun dengan jumlah hari hujan dibawah 150 hari /tahun (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen).

C. Obyek Dan Daya Tarik Wisata Kabupaten Sragen

(23)

Adapun potensi – potensi wisata tersebut adalah : 1. Museum Sangiran

Kawasan Sangiran memiliki luas mencapai 56 km persegi. Bentangan kawasan dari barat ke timur sepanjang 7 KM. Di Wilayah ini ditemukan fosil lebih dari 13.000 buah. Temuan fosil-fosil Hominid Purba antara lain homo erectus, Stegodon trigonocephalus (gajah), Buablus palaeokarabau (kerbau). Temuan fosil Homonid Purba di Kawasan sangiran merupakan temuan fosil terbesar, yaitu sekitar 65% dari temuan di Indonesia. Bahkan temuan Hominid di Sangiran merupakan 50% dari temuan Hominid Purba di dunia.

Museum yang dibangun pada 1980 ini memiliki koleksi 13.806 buah Fosil, yang terdiri dari fosil Manusia, Hewan Vertebrata, Binatang Air, Batuan, Tumbuhan laut dan Alat-alat Batu. Mueum Sangiran telah ditetapkan sebagai World Heritage No. 593 oleh komite World Heritage pada peringatan ke-20 tahun di Marida, Meksiko. Museum sangiran merupakan situs fosil terlengkap di pulau Jawa.

Fasilitas yang ada pada Museum Sangiran sebagai World Heritage, antara lain Menara Pandang untuk menikmati keindahan sekitar Sangiran. Wisma Sangiran jika para pengunjung menginginkan untuk menginap. Ruang Pameran Laboratorium, Aula, Perpustakan, Gudang Penyimpanan, Ruang Audio Visual untuk melihat film documenter tentang kehidupan manusia purba. dan kios-kios souvenir (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen).

(24)

Waduk Kedung Ombo ( WKO )merupakan salah satu sumber daya alam buatan seluas 6.576 Ha yang terdiri dari perairan waduk 2.830 Ha dan lahan tidak tergenang 3.746 Ha. Para pengunjung bisa menikmati panorama sekitar waduk, memancing ikan, berbelanja di pasar ikan dan berpetualang dengan perahu motor di daratan serupa pulau yang berada di tengah waduk. Di waduk ini juga dikembangkan pembudidayaan ikan dengan sistem karamba yang bisa menambah penghasilan warga setempat dan sebagai penyedia ikan di Kabupaten Sragen. Selain itu juga terdapat restoran apung yang menyediakan menu-menu khas setelah pengunjung menikmati asyiknya meancing di perairan waduk.

Di kawasan waduk kedung ombo juga tersedia beberapa homestay milik Pemerintah Kabupaten Sragen yang tadinya disediakan untuk para perserta Kejuaraan Pacuan Kuda dari luar kota. Namun seiring perkembangannya, diluar event pacuan kuda, bisa dpakai oleh para pengunjung jika ingin menginap.

Bagi penyuka ikan bakar atau hobi mengail ikan, di Waduk Kedung Ombo juga tersedia tempat pemancingan sekaligus warung yang menjajakan aneka makanan olahan berbahan ikan (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen).

3. Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus

(25)

saudara-saudaranya yang bercerai-berai. Banyak pengunjung datang berziarah ke makam Pangeran samudro untuk mendapatkan berkah.

Makam ini terletak di desa pendem, kecamatan Sumberlawang, Sragen. Kawasan Gunung Kemukus merupakan sebuah bukit dengan ketinggian sekitar 300 meter diatas permukaan laut. Letaknya menjorok ketengah Waduk Kedung Ombo.

Selain makam Pangeran Samudro didalam komplek makam tersebut juga terdapat makam R.Ay Ontrowulan, Ibu dari Pangeran Samudrao, dan dua abdi setianya. Para pengunjung juga dapat menikmati pohon-pohon langka dengan akar akar yang meliuk-liuk, mandi di Sendang Ontrowulan yang dipercaya dulunya sering dipakai mandi oleh R.Ay Ontro wulan.

Pangeran Samudro adalah salah satu anak penguasa terakhir kerajaan Majapahit, sebuah kerajaan Hindu terbesar di Asia Tenggara pada abad ke-13. Kerajaan yang berpusat di Jawa Timur itu wilayah kekuasaannya meliputi kepulauan Indonesia dan membentang hingga bagian selatan India. Memasuki Dukuh Samudro di lereng Kemukus, pengunjung akan menjumpai berbagai aktivitas khas warga pedesaan. Proyek Waduk Kedung Ombo yang diresmikan pada 1990 menyebabkan bukit Kemukus kini dikelilingi oleh air. Dari kejauhan terlihat seperti bukit di tengah telaga. Jika debit air sedang tinggi, pengunjung harus menyeberang dengan menggunakan perahu atau rakit yang disediakan penduduk.

(26)

diadakan pentas wayang kulit semalam suntuk. Sedangkan pada hari Kamis di pekan pertama bulan Syuro digelar tradisi larap slambu yang merupakan ritual pencucian kain penutup makam Pangeran Samudro. Ritual ini dipercaya memberi berkah bagi pengunjung yang memanfaatkan air bekas cucian slambu dan potongan kain slambunya.

Saat ritual Larap Slambu, para bangsawan Kraton Surakarta bisanya turut menghadirinya. Mereka berbusana tradisional Jawa. Pada hari itu wisatawan dapat menjumpai ornamen dan pakaian tradisional Jawa, prajurit dengan senjata khas kraton kuno di setiap sudut Kemukus. Nuansa tradisional Jawa sangat terasa pada ritual Larap Slambu itu.

Pola kehidupan, kebudayaan, dan kepercayaan yang berlangsung dalam masyarakat kawasan Gunung Kemukus. Di kawasan tersebut bakal ditemui jejak-jejak perjumpaan antara tradisi Jawa Hindu dan Islam. Lengkap dengan berbagai legenda dan artefak bersejarah yang tersisa (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen).

4. Pacuan Kuda Nyi Ageng Serang

(27)

Akses menuju lintasan pacuan kuda Nyi Ageng Serang relatif mudah. Arena pacuan kuda itu berjarak 30 kilometer dari pusat kota Kabupaten Sragen dan dapat ditempuh selama 40 menit dengan mengendarai mobil pribadi.

Penduduk disekitar obyek membuka penginapan atau homestay di rumahnya, jadi bagi pengunjung yang ingin bermalam tidak kebingungan. Warung-warung makan dengan menu khas pedesaan juga siap memanjakan lidah siapapun yang datang.

Pada saat ini, tengah disusun rute untuk wisata menunggang kuda (horse riding). Di arena pacuan telah tersedia empat kuda hasil persilangan antara kuda Eropa dan lokal. Tunggangan ini siap digunakan berkuda mengelilingi perbukitan dan lembah di sekitar arena pacuan dan waduk Kedung Ombo. Pengunjung yang belum pernah naik kuda tidak perlu khawatir, karena Pengelola pacuan kuda telah menyediakan pemandu dan sekaligus melatih pengunjung menunggang kuda.

Selain itu, telah didukung pula oleh fasilitas komplek pacuan kuda juga lengkap. Lintasan pacuan area pit stop dan tribun yang representatif untuk pertandingan internasional, juga terdapat istal atau stable yang terjamin kebersihannya (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen).

5. Pemandian Air Panas Bayanan dan Ngunut

(28)

Sambirejo,sedangkan Pemandian Air panas Bayanan Ngunut terletak 17 KM sebelaha tenggara ibukota Kabupaten Sragen, tepatnya didesa Jetis.

Selama perjalanan menuju lokasi wisata Bayanan, para pengunjung akan disuguhi pemandangan indah berupa hamparan sawah menghijau dan kerimbunan hutan karet. Akses jalan yang sudah sangat memadai memudahkan aneka macam kendaraan hingga ukuran mikrobus dapat leluasa mencapai lokasi.

Sumber air panas Bayanan dipercaya menyimpan khasiat yang bermanfaat bagi kesehatan. Air panas Bayanan diyakini mampu menyembuhkan aneka masalah kesehatan, antara lain gatal-gatal, rematik, pegal linu, flu tulang. Bahkan untuk beberapa kasus yang terjadi pada beberapa pengunjung, setelah beberapa kali mandi air panas Bayanan mampu menstabilkan tekanan darah (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen).

6. Hyang Tirto Nirmolo

(29)

Jumat Legi dalam penanggalan Jawa (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen).

7. Ziarah Makam Joko Tingkir

Obyek Wisata Ziarah Makam Joko Tingkir terletak di tepi Sungai Bengawan Solo, yang tepatnya di Desa Butuh, Kecamatan Plupuh, Selain makam Joko Tingkir, diobyek wisata ini wisatawan juga dapat melihat perahu (gethek) yang konon pernah digunakan oleh Pangeran Joko Tingkir sewaktu mengalahkan 40 buaya (legenda sigromilir).

Banyak orang-orang yang berziarah ke makam ini terutama pada hari-hari besar kalender jawa., misalnya 1 suro. Pada satu hari-hari setelah perayaan

hari raya Idul Fitri,disini diselenggarakan ritual ” Larung Gethek Joko Tingkir ” yang dimulai dari Taman Jurug ditepi Bengawan Solo dan berakhir

di Desa Butuh. Larung Gethek Joko Tingkir merupakan salah satu atraksi wisata yang menarik bagi wisatawan. Ritual tersebut selalu menarik ribuan pengunjung yang ingin mendapatkan ketupat yang dipercaya membawa berkah (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen). 8. Desa Wisata Mandiri kecik

(30)

berpotensi menjadi salah satu daya tarik wisata (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen).

9. Perkebunan Karet

Perkebunan karet yang terletak di Kecamatan kedawung ( 17 KM dari pusat kota Sragen ) ini memiliki nilai ekonomis sebagai penyuplai getah dan karet. Selain keindahan alam, perkebunan ini sering juga dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat wisata. Udara sejuk dan pemandangan alam yang indah dan asri dapat mengembalikan kesegaran tubuh yang lelah beraktifitas. Para pengunjung yang ingin lebih menyatu dengan kehidupan alam, perkebunan karet ini merupakan lokasi tepat untuk berkemah. Ketika musim durian tiba, banyak dijual durian berjajar disepanjang jalan (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen).

10. Ndayu Alam Asri

Desa Dayu terletak di Kecamatan Karangmalang. Para pengunjung bisa menikmati keindahan alam berupa sungai, hutan, taman, dan kebun binatang mini. Berpepetualang sambil mengembangkan hobi memancing, berperahu, hiking, maupun camping. Setelah selesai mereka bisa melapaskan lelah dan beristirahat di wisma yamg nyaman dan bersih lengkap dengan fasilitas penginapannya (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen)

11. Desa Wisata batik Kliwonan

(31)

berbelanja, pengunjung juga dapat melihat proses pembatikan secara langsung.

Kabupaten Sragen memiliki sentra produksi batik terbesar setelah kota Pekalongan dan Surakarta. Industri batik ini dikenal dengan sebutan Batik GirLi ( Pinggir kali ), kali = Sungai ( dalam bahasa Indonesia ), karena letaknya yang berada di pinggiran sungai Bengawan Solo. Terdapat 4.817 perajin batik dengan menyerap sekurangnya 7.072 tenaga kerja. Walau berupa industri ruamahan dan berlokasi di pedesaan, kapasitas produksi batik yang dihasilkan cukup memadai.

Desa Kliwonan ini juga memiliki suasana pedesaan yang menyenangkan yang khas dengan pemandangan alamnya. Warga desa wisata Batik masih memelihara kesenian lokal., anatara lain pencak silat, wayang kulit, kesenian rebana.

Sebagian besar obyek - obyek tersebut sudah banyak dikenal oleh masyarakat luas, dan sebagian masih dalam tahap pengembangan (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen).

D. Produk Unggulan Kabupaten Sragen

Selain memiliki obyek-obyek wisata yang cukup bagus, kabupaten Sragen juga memiliki produk-produk unggulan dan tak kalah bagus dengan produk unggulan daerah lain. Sebagian produk ini juga diproduksi di obyek-obyek wisata, produk-produk tersebut antara lain :

(32)

Beberapa produk unggulan Kabupaten Sragen di bidang pertanian dan perkebunan telah dikenal masyarakat baik dalam sampai dengan keluar wilayah Sragen, produk tersebut antara lain adalah pupuk organic, tananaman garut dan semangka.

a. Padi organic

Bahan makanan yang aman untuk di konsumsi karena dalam proses penanamannya menggunakan pupuk dan pengendali hama alamiah, dan tanpa menggunakan bahan-bahan kimia. Selain sangat baik untuk kesehatan padi organik membutuhkan biaya produksi yang murah dan nilai jual cukup tinggi.

b. Tanaman Garut

Merupakan bahan makanan alternative yang banyak di budidayakan di Kabupaten Sragen, terutama di Kecamatan Gesi, Sukodono, dan Jenar. Umbi yang dihasilkan oleh tanaman garut merupakan bahan baku beberapa produk makanan, antara lain emping garut, mie kering, makanan bayi, tepung garut, dan es krim.

c. Buah Semangka

(33)

Selain itu Sragen juga merupakan produsen daging, susu, telur dan produk-produk yang lain, yang antara lain pakan ternak dengan

merek dagang “materi feed”, kulit, dan pupuk organic yang berasal

dari kotoran kandang komunal, serta pertisida alami yang dibuat dari fermentasi urine sapi.

Kabupaten Sragen juga mendapat kepercayaan dari provinsi Jawa Tengah sebagai satu-satunya pusat pembimbitan sapi Brangus di Jawa Tengah. Ternak lain yang banyak dibudidayakan adalah ternak cacing dan jangkrik (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen).

2. Produk perikanan

Diwaduk Kedung Ombo, warga membudidayakan ikan air tawar dengan sistem karamba apung, Ikan air tawar yang di budidayakan antara lain budidaya ikan Nila merah, Karper, dan Patin. Ikan-ikan yang dihasilkan dari Waduk Kedung Ombo ini layak dan aman untuk dikonsumsi masyarakat karena waduk ini terbebas dari pencemaran bahan-bahan kimia (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen)

3. Produk tekstil dan Konveksi

(34)

Malaysia, Brunei, Singapura, dan arab Saudi. Selain itu industri konveksi atau pakaian kecil juga banyak berkembang di Kabupaten Sragen (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen).

4. Kerajinan Sangkar burung

Kerajinan yang lain adalah sangkar burung,dan ini dapat kita jumpai di desa Karangmalang, Kecamatan Masaran dan Desa Wedi Kecamatan Gondang. Dengan kualitas yang baik, kuat dan dengan model yang bagus.

Produk sangkar burung dari dua daerah ini telah dipasarkam ke berbagai kota besar di Indonesia, antara lain Jakarta, Yogyakarta, Solo, Semarang, Surabaya, Denpasar, medan, dan Palembang (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen).

5. Kerajinan batik

Kerajinan dan corak kain batik hasil tangan para pengarajin lokal tidak kalah jika dibandingakan dengan produk batik dari daerah lain. Pusat kerajinan batik berada di desa kliwonan, kecamatan Masaran. Kerjinan batik bukan hanya dipasarkan di wilayah Sragen saja, namun juga di pasarkan ke daerah-daerah lain bahkan sampai ke luar negeri (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen).

6. Kerajinan batu indah bertuah

(35)

7. Kerajinan wayang beber

Wayang beber adalah kerajinan khas desa Gabugan, Tanon. Wayang beber adalah seni kerajinan wayang yang dilukiskan pada kan kanvas dengan menggunakan tangan ini merupakan kerajinan unggulan yang teru dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten sragen untuk melestarikan budaya bangsa Indonesia (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen).

8. Produk Makanan

Makan khas yang dihasilkan Kabupaten Sragen antara lain emping Garut yang diproduksi di Gesi, tempe keripik di Jurang Jero dan tempe di Sambung macan, serta kripik buah (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen).

9 Produk Furniture / mebel

Sentra penghasill mebel di Kabupaten Sragen berada di kecamatan

Kalijambe, Gemolong, Miri, Sumberlawang, dan Sambungmacan. Berbagai

bentuk dan desain mebel bisa ditemukan didaerah-daerah tersebut.

Produk-produk mebel tersebut terbuat dari berbagai jenis kayu antara lain kayu jati,

mahoni, pinus, akasia dll. (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi

Kabupaten Sragen).

(36)

Kunjungan wisatawan ke kabupaten Sragen mulai meningkat, terutama

wisatawan mancanegara, dari tahun 2006 sampai tahun 2008 wisatwan yang hadir

selalu bertambah. Itu membuktikan bahwa dunia pariwisata di kabupaten Sragen

semakin dikenal oleh masyarakat luas.

1. Data kunjungan wisatawan domestik ke Kabupaten Sragen.

Peningkatan jumlah pengunjung yang datang di tiap-tiap obyek wisata

di tiap tahunnya, kecuali di obyek wisata gunung kemukus yang mengalamui

penurunan jumlah pengunjungnya :

Tabel 5. Data kunjungan wisatawan domestik ke Kabupaten Sragen.

KUNJUNGAN WISATAWAN DOMESTIK TAHUN 2004 S.D 2008

No Obyek Wisata 2004 2005 2006 2007 2008

1 BAYANAN 50.292 50.669 30.471 30.025 32.171

2 KARTIKA 81.294 84.106 86.413 92.691 85.355

3 GUNUNG

KEMUKUS

50.152 45.630 45.593 45.002 45.354

4 MUSEUM

SANGIRAN

24.887 30.879 40.774 50.546 55.978

JUMLAH 206.625 211.284 203.221 218.264 218.858

(Sumber : Counterpart, Disparbudpor Kab. Sragen, 2009)

2. Data kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Kabupaten Sragen Peningkatan jumlah pengunjung dari manca negara dapat kita lihat melalui tabel dibawah berikut :

(37)
(38)

Perancis 29 - 3 31 19

Austria - 7 - - 4

Polandia 14 - - 5 -

Cheko Rep. - - - 4 -

Latvia - - - - 2

Rusia - - - - 11

5 LAINNYA 19 6 41 2 0

International School 19 6 41 2 -

(Sumber : Counterpart, Disparbudpor Kab. Sragen, 2009)

Peningkatan pengunjung baik wisatawan dalam maupun luar negeri dapat kita lihat dari tabel – tabel diatas. Wisatawan mancanegara mengalami peningkatan hampir pada tiap tahunnya menunjukkan bahwa obyek wisata di kabupaten sragen mulai semakin dikenal oleh wisatawan dari luar negeri.

BAB III

GAMBARAN UMUM DESA BATIK KLIWONAN

A.Diskripsi Desa Batik Kliwonan

(39)

Tujuan dibentuknya Desa Wisata Batik Kliwonan adalah untuk memaksimalkan potensi masyarakat yang ada, serta menjaga dan melestarikan kesenian warisan nenek moyang yang telah turun-temurun dari jaman dulu. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen lantas menetapkan sentra batik itu sebagai kawasan wisata terpadu, yang dinamakan Desa Wisata Batik Kliwonan.

“Kami tetapkan Desa Kliwonan sebagai Desa Wisata Batik sekaligus pusat

pengembangan, pelatihan, dan pemasaran batik khas Sragen,” terang Untung (Sumber : http//harianjoglosemar.com, mei 2009).

Kabupaten Sragen memiliki dua sub sentra batik yang menjadi tempat produksi batik, yakni kecamatan Plupuh dan kecamatan Masaran. Dua sub sentra batik tersebut memiliki beberapa desa penghasil batik yang masih aktif berproduksi, desa tersebut adalah desa Jabung dan desa Gedongan yang berada di kecamatan Plupuh dengan desa Pilang, desa Sidodadi, dan desa Kliwonan yang berada di kecamatan Masaran.

Batik dari Sragen juga disebut dengan batik Girli, itu dikarenakan letak desa yang berada di pinggiran sungai yaitu sungai begawan Solo atau kali ( dalam bahasa jawa ), industri batik tersebut dikenal dengan sebutan Batik Girli ( Pinggir Kali ). Di dua sub sentra batik tersebut terdapat 4.817 pengrajin batik dengan menyerap sekurangnya 7.072 tenaga kerja (Sumber : Arsip Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen).

Desa Wisata Batik Kliwonan terletak 13 km dari pusat kota Sragen dan telah dilengkapi dengan infrastruktur yang memadai. Wisatawan selain dapat berbelanja kain batik namun juga bisa sekaligus melihat secara langsung proses

(40)

pembatikan, mulai dari pemberian motif, pelapisan dengan sejenis parafin, pembatikan, pewarnaan, dan penjemuran.

Desa Wisata Batik Kliwonan memilki suasana pedesaan yang khas dan pemandangan alam yang sangat bagus, cocok untuk shooting film yang berlatar belakang alam, fotografi pre-wedding, maupun fun out bound.

Warga setempat sangat ramah terhadap pengunjung yang datang ke desa mereka, dan warga setempat masih memelihara kesenian lokal peninggalan para pendahulu mereka dan sampai sekarang masih dijaga dan dilestarikan, yaitu, antara lain kesenian bela diri pencak silat, wayang kulit, dan kesenian rebana. Semua kesenian ini dapat ditampilkan untuk menyambut ketika ada rombongan touris yang ingin menyaksikan secara langsung (Wawancara dengan Johny Adhi Aryawan, November 2008).

Batik yang dihasilkan dari Desa Wisata Batik Kliwonan ini cukup banyak dan sangat bervariasi. Batik Kliwonan memiliki motif berbeda dari motif batik daerah lain. Batik Sragen lebih kaya dengan ornament flora dan fauna. Sering kali pengrajin memadukannya dengan motif-motif baku seperti parang, kawung, sidodrajat dan sidoluhur, mereka juga menciptakan inovasi baru dengan merekam aktivitas keseharian masyarakat. Bahkan, batik-batik yang dijual di Solo sebagian adalah produk dari Desa Kliwonan.

(41)

Akses menuju kawasan Desa Wisata Batik Kliwonan dapat ditempuh dengan berbagai alat transportasi darat dengan berbagai kendaraan melalui tiga kota besar di Jawa yaitu; Solo, Semarang dan Surabaya.

B.Riwayat Singkat Desa Batik Kliwonan

Usaha Jasa Batik Setro baru yang diperkirakan berdiri tahun 1880, diindikasikan sebagai petilasan sejarah berdirinya batik sragen, adapun pendiri dari usaha Jasa Batik Setro baru kala itu adalah Bp. Setro yang berasal dari Dukuh Kuyang desa Kliwonan. Konon dukuh Kuyang dulunya merupakan tempat pusat kegiatan usaha Batik Setro Baru, tempat usaha batik yang kini dijadikan makam Dukuh Kuyang Desa Kliwonan.

Desa Kliwonan dan Pilang kecamatan Masaran, dijaman penjajahan Belanda, merupakan sentra kerajinan batik kebanggaan leluhur dan tetap lestari hingga sekarang ini. Bp suwarno 64 tahun, mengatakan bahwa pengusaha besar batik di desa Kliwonan dan Pilang hingga 8 keturunan, yaitu Bp. Setro, Bp. Pawiro sentono, Bp. Darso Suwito, Bp. Parjan (brotoseno), Bp. Eko Suprihono (brotoseno).(Sumber : Disperindagkop dan UKM Kabupaten Sragen).

Kerajinan batik yang tumbuh di kawasan Desa Wisata Batik Kliwonan ini merupakan sentra batik terbesar diluar klaster Surakarta dan Jogjakarta. Dari segi kuantitas produksi batik, kawasan ini berada di urutan ketiga di wilayah Jawa Tengah, setelah Pekalongan dan Surakarta.

(42)

dikembangkan pada desa Kliwonan dan sekitarnya. Selain juga dengan adanya keinginan untuk melibatkan peran serta masyarakat dalam pengmbangan pariwisata ( community-based tourism ) yang bercirikan atraktif, interaktif, kreatif, mengangkat potensi masyarakat lokal, serta tidak mengada-ada atau merekayasa sesuatu yang sebenarnya tidak lahir dari kultur setempat (Sumber : Wawancara dengan Joko, februari 2009).

C.Visi dan Misi dari desa Wisata Batik Kliwonan

Dibentuknya desa wisata batik Kliwonan ini memiliki visi dan misi yang dijadikan sebagai acuan untuik pengembangan desa Kliwonan itu sendiri sehingga dapat lebih meju dan berkembang visi dan misi itu adalah :

1. Visi : Menuju Desa Wisata yang beraneka dan kompetititf tahun 2004, yang ekonominya maju, berwawasan lingkungan, didukung obyek wisata yang beragam dan menarik, sektor industri batik, sektor perdagangan hasil bumi, sektor perhubungan dan sektor jasa.

2. Misi : a. Pemberdyaan kelompok usaha. b. Peningkatan usaha batik.

c. Pengembangan pertanian tradisional. d. Pengembangan obyek wisata budaya. e. Peningkatan fasilitas umum.

f. Pengembangan obyek wisata

g. Pengembangan prasarana tradisional.

(43)

i. Pemberdayaan masyarakat dan stageholder lainnya.

Dengan misi tersebut pengelola desa wisata batik Kliwonan mengharapkan akan segera terwujud dukungan pembangunan dari semua pihak terkait, (masyarakat, swasta, dan pemerintah), sehingga dapat meningkatkan kesejahteraaan masyarakat (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen).

D. Perkembangan Produksi Batik

Kesenian batik sudah ada pada masa jaman kerajaan majapahit, pada sekitar tahun 1255. Pada masa itu batik tebagi menjadi dua, yaitu, batik Rakyat dan batik Kraton. Batik kraton pun terbagi menjadi dua, yaitu Kraton Jogjakarta dan kraton Surakarta. Antara Kraton Yogyakarta dan Surakarta memilik ciri khas yang berbeda. Batik Kraton memiliki ciri khas antara lain dengan motif-motif batik Klasik Sampai sekarang motif batik kraton tetap dipertahankan sebagai salah satu khas dan jatidiri batik tersebut.

Sedangkan batik rakyat mengalami beberapa perubahan, batik rakyat memiliki ciri khas lebih kepada kehidupan mereka sehari-hari dan yang ada di sekitar mereka. Batik rakyat muncul bersama munculnya batik Kraton, ketika kraton melihat batik rakyat, pihak kraton akhirnya mengangkat para perajin batik dari rakyat jelata tersebut menjadi abdi dalem.

(44)

Kraton. Dan memembutuhkan pekerja untuk memproduksi batik mereka. Maka mereka merekrut kembali pekerja dan mereka menjadi juragan-juragan baru batik. Pihak Kraton tidak merasa terganggu dan akhirnya menjadikan mereka relasi dalam bisnis batik, batik terus berkembang dan para pekerja yang direkrut kembali lagi ke daarah masing-masing dan mengembangkan batik di daerah mereka. Salah satunya di Sragen, dan sekarang berkembang menjadi desa Batik Kliwonan (Wawancara dengan Johny Adhi Aryawan, November 2008).

Desa Wisata Kliwonan merupakan tempat yang tepat bagi wisatawann peminat kerajinan traditional daerah, terutama kesenian batik. Selain bisa membeli segala ornament tentang batik, disini wisatawan juga akan mendapatkan pengalaman yang lain yang mungkin tidak akan didapatkan pada obyek wisata lain.

Batik yang dihasilkan oleh pengrajin batik disini lebih bervariasi sehingga berbeda dengan batik dari daerah lain. Batik Sragen kaya akan ornamen Flora dan fauna. Ornamen tersebut sering juga dikombinasikan dengan motif baku, seperti parang dan sidoluhur. Selain itu Pengrajin juga mengembangakan motif baru yang menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat lokal (Wawancara dengan Johny Adhi Aryawan, November 2008).

Seiring dengan berkembangnya batik di Sragen, berbagai perkembangan terjadi, yang antara lain jumlah pengusaha, pengrajin dan hasil batiknya, sehingga sampai dengan saat ini, yaitu:

(45)

Sampai saat ini jumlah pengusaha yang telah resmi adalah 41 pengusaha batik, 12 pengusaha batik dari desa Kliwonan dan 29 Pengusaha batik dari desa Pilang.

Tabel 7. Daftar Pengusaha Batik dari desa Kliwonan

No Nama Pengusaha Nama Perusahaan Alamat

1 Bp. Ramno batik Purnama Dalangan

2 Bp. H. Sunarsono batik Dewi Arum Kliwonan

3 Bp. Suparno batik Sadewa Kuyang

4 Bp.H.Eko Supriyono batik Brotoseno Kuyang 5 Bp.Aris Daryanto batik Punto Dewo Kliwonan 6 Bp. Sulistyanto batik Ramadhan Bayar

7 Aswanda batik Winda Sari Kuyang

8 Bp. Surahman batik CengkirWijaya Kuyang

9 Bp. Suprapto - Kliwonan

10 Bp. Darjono - Kuyang

11 Ibu Supami batik Melati Kliwonan

(46)

Sedangkan 29 pengusaha batik di desa Pilang yang masih aktif sampai sekarang, yaitu :

Tabel 8. Daftar Pengusaha Batik dari desa Pilang

No Nama Pengusaha Nama Perusahaan Batik Alamat

1 Bp. Eko Wahyudi Batik Dewi Brotojoyo dukuh Jantran

2 Ibu Wartitik Batik Dewi ratih dukuh Jantran

3 Bp. Ngadiyono Batik Pranoto dukuh Jantran

4 Bp. Sugino Batik Dewa-dewi dukuh Jantran

5 Ibu Ruminah Batik Putri Lestari dukuh Pilang

6 Bp. Munawar Batik Mawar Indah dukuh Pilang

7 Bp. Harjono Batik Harjono dukuh Pilang

8 Bp. Mustajab Batik Mustajab dukuh Pilang

9 Bp. Sadino Batik Wahyu Tri Jaya dukuh Pilang

10 Bp. Wahid Amin Batik Abimanyu dukuh Pilang

11 Bp. Nursidi Batik Nursidi dukuh Pilang

12 Bp. Slamet R. Batik Canting Mas dukuh Pilang

13 Bp. Hadi Marjuki Batik Marjuki Hadi dukuh Pilang

14 Bp. Kamah AlAmin Batik Manunggal dukuh Pilang

15 Bp. Sofyan Batik Mahmudah dukuh Pilang

16 Bp. Santoso Batik Santoso dukuh Pilang

17 Bp. Ahmad Rejo Batik Mukti Ali dukuh Pilang

18 Bp. Slamet Warisno Batik Sekar Melati dukuh Pilang

19 Bp. Al Mubasyir Batik Sido Mulyo dukuh Pilang

20 Bp. Ahmadi Batik Ahmadi dukuh Pilang

21 Bp.Suharto Batik Suharto dukuh Pilang

22 Bp. Harno Batik Harno (Soga Alam) dukuh Pilang

23 Ibu Aminah Batik Aminah dukuh Pilang

24 Bp. Mulyanto Batik Wahyu Tumurun dukuh Jati

25 Bp. Sartono Batik Nirmalasari dukuh Pilang

26 Bp. Heru Adi Batik Mitrasari dukuh Pilang

27 Ibu. Sunarti Batik Mira dukuh Pilang

28 Bp. Wandi Batik Wandi dukuh Pilang

29 Ibu. Sri Mulyati Batik Sri Mulyati DukuhKlembon

(47)

Jumlah pengusaha ini bukan jumlah akhir karena tidak menutup kemungkinan, dengan adanya segala potensi yang ada jumlah pengusaha akan terus berkembang lagi.

Dari jumlah Pengrajin tersebut dihasilkan banyak sekali produk batik. Kapasitas, jenis dan pemasaran produksi batik yang dihasilkan adalah : b. Kapasitas produksi

Dalam berproduksi semua desa berbeda kapasitasnya, tergantung dari banyaknya pengrajin yang dikaryakan. Hasil dari produksi di tiap desa dapat kita lihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 9. Daftar Pengusaha Batik dari desa Pilang

No Desa Jumlah

Jumlah 85 orang 2739 orang 39702 potong

( Sumber : Arsip Forum Klaster Pariwisata batik Kliwonan, 2008 )

(48)

6. Batik seragam Sekolah dan Seragam Kantor 7. Hiasan dinding.

a. Hasil produksi

Dari tiap rumah produksi di desa wisata Kliwonan menghasilkan jenis

batik yang berbeda- beda, setelah proses pembatikan selesai kemudian menjadi kain-kain yang siap untuk dijadikan beberapa hasil produksi seperti pakaian, pelengkap rumah tangga, souvenir dan lain sebagainya. Jenis hasil produksi tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

1) Pakaian

a) Bahan Pakaian (1) Bahan jarik

(2) Bahan pakaian wanita (3) Bahan pakaian laki-laki b) Pakaian Jadi

(1) Seragam (2) Fashion

(3) Pakian Wanita (4) Pakain Laki-laki c) Pelengkap pakaian 2) Batik untuk interior

a) Tirai

(49)

3) Pelengkap rumah tangga a) Bantalan kursi b) Selimut c) Sprei

d) Taplak meja e) Tutup lampu hias

4) Suvenir / Merchandise (Wawancara dengan Tiwi Bina Afanti). b. Pemasaran hasil produksi batik

Langkah terakhir adalah pemasaran produk batik, dan produksk batik yang dihasilkan oleh klaster ini di pasarkan di galeri-galeri batik sendiri, pasar lokal sampai dengan pasar international. Penjualan produksi batik ini antara lain di :

1) Pasar lokal Kabupaten Sragen, Surakarta dan sekitarnya 2) Yogyakarta

3) Semarang 4) Surabaya 5) Bali 6) Bandung 7) Jakarta

8) Dan diluar pulau jawa

(50)

f. Pola untuk alternatif pasar

Dalam pemasaran ada kiat-kiat khusus yang dilakukan oleh para pengusaha batik Kliwonan, selain untuk memikat para konsumen juga sebagai ikon dan ciri tersendiri sehingga dapat lebih cepat di ketahui oleh konsumen secara sekilas.

Kiat ini menjadikan kelebihan tersendiri dari desa Batik Kliwonan karena selain berbeda daipada yang lain juga diharapkan akan dapat menarik konsumen, pola – pola tersebut yang antara lain adalah :

1) Batik pola klasik

2) Batik gabungan pola klasik 3) Batik agraris

4) Batik gabungan pola klasik dan Agraris 5) Batik naratif

6) Batik pola lain (a) China (b) Asmat

(c) Pesisiran (Wawancara dengan Tiwi Bina Afanti).

E. Galeri Batik Sukowati dan Sentra Bisnis Batik Sragen

(51)

Harga produk - produk batik di dua gerai itu sengaja dirancang agar terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Dua gerai itu akhirnya menjadi pusat perbelanjaan batik yang mampu diakses masyarakat ekonomi lemah maupun golongan kaya. Untuk menarik pembeli dan mengembangkan pasar, di SBBS dan Galeri Batik Sukowati kerap diadakan bazaar batik dan acara yang bertema batik khas Sragen (Sumber : pariwisatasragen.wordpress.com, Mei 2009).

F. Susunan Pengurus Organisasi

Batik Kliwonan di kelola oleh Forum Klaster Pariwisatra Batik Kliwonan, sebguah forum pengurus yang bertujuan untuk mengembangkan anggota dan memajukan desa wisata Kliwonan sendiri. Pengembangan klaster dilakukan hingga kebutuhan klaster itu sendiri dapat tercukupi sampai dengan pemasaran produk. Selain untuk mengembangkan UKM (Usaha Kecil Menengah) Klaster juga dimaksudkan untuk mengarahkan ke regenerasi batik dengan cara memberikan pengetahuan dan pendidikan tentang batik.

Para pengurus dan anggota klaster terdiri dari pengusaha dan dari dinas pemerintah yang bersama-sama berkeinginan untuk membangun dan memajukan desa wisata Kliwonan.

(52)

Tabel 10. Susunan Pengurus Forum Klaster Pariwisata Batik Kliwonan

No Nama Jabatan

1 Sumarsono Ketua

2 Soffan Sofyan Sekretaris

3 H.M Slamet TP Bendahara

4 Kamah Al Amin Koordinator Desa Pilang

5 Supami Koordinator Desa Kliwonan

6 Tukiman Koordinator Desa Gedongan

7 Suraji Anggota

18 Bagian Perekonomian Anggota

19 Disperindagkop Anggota

20 Dinas Lingkunagn Hidup Anggota

21 Disnakertrans Anggota

22 Badan Diklat Anggota

23 FEDEP Anggota

24 KADIN Anggota

25 BUMD Anggota

26 Camat Masaran Anggota

27 Camat Plupuh Anggota

28 Kepala Desa Pilang Anggota

29 Kepala Desa Kliwonan Anggota

30 Kepala Desa Sidodadi Anggota

31 Kepala Desa Gedongan Anggota

32 Kepala Desa Jabung Anggota

(53)

1. Ketua Klaster

- Sebagai Koordinator umum klaster dari 4 desa. 2. Sekretaris

- Sebagai sekertariat dan dokumentator kegiatan di Klaster. 3. Bendahara

- Mengatur tentang sirkulasi keluar masuknya uang dalam Klaster. 4. Koordinator desa

- Mengkoordinasi di masing-masing desa.

- Memberikan masukan dan bantuan pada desa masing-masing jika mengalami kesulitan.

- Memberikan informasi-informasi jika ada berita dari pusat. 5. Dinas pemerintah

- Memberikan pembinaan, penyuluhan dan pengembangan jaringan baik dalam bidang produksi maupun dalam bidang pemasaran produk - Memberikan informasi dan solusi dalam bidang teknologi, produksi, pemasran dan permodalan (Sumber : Arsip Forum Klaster Pariwisata batik Kliwonan).

Susunan pengurus Forum Klaster Pariwisata desa batik Kliwonan tersebut sampai sekarang masih tetap berjalan untuk memfasilitasi para pengusaha batik yang ada di desa Kliwonan ini. Dengan memberikan informasi jika ada kabar terbaru baik dari pemerintah maupun dari intern organisasi sendiri.

(54)

BAB IV

ANALISIS DAN UPAYA PENGEMBANGAN TERHADAP DESA WISATA BATIK KLIWONAN

A. Potensi Desa Wisata Batik Kliwonan

Kabupaten Sragen merupakan sentra produksi batik yang cukup besar. Sragen berada pada peringkat ketiga setelah daerah produksi batik Pekalongan dan Surakarta. Produk batik yang dihasilkan dari kabupaten Sragen telah dikenal oleh masyarakat luas karena kualitas batik yang dihasilkan tidak kalah dengan produk batik dari daerah yang lain.

Batik-batik yang dihasilkan dari Desa Wisata Batik Kliwonan cukup memadai, meskipun masih berupa industri kecil rumahan dan berlokasi di pedesaan. Produksi batik jenis katun yang dihasilkan pada tahun 2005 mampu menembus angka 50.000 potong. Sementara batik jenis sutera yang di hasilkan dari alat tenun bukan mesin mencapai 365.000 potong dan Pada tahun 2008 naik menjadi 397.02 potong (Sumber : Arsip Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen).

Desa wisata Batik Kliwonan memiliki banyak sekali potensi - potensi wisata yang siap untuk di kembangkan. Potensi – potensi ini meliputi berbagai hal, dan dapat kita lihat melalui pendekatan 4 A, yaitu :

a. Atraksi

Atraksi merupakan daya tarik wisata yang dapat dinikmati oleh wisatawan di tempat tujuan yang merupakan sasaran para wisatawan datang

(55)

2

berkunjung. Disini terdapat berbagai atraksi wisata yang cukup menarik untuk disaksikan.

(56)

3

1. Pesta Desa Serba Batik

Festival Desa Batik yang pada awalnya adalah event bersih desa sebagai wujud syukur warga desa atas panen padi yang melimpah ini, kemudian mengalami perubahan dengan memasukkan unsur batik ke dalam pesta panen. Perpaduan antara dunia agraris dan batik, merupakan fenomena yang menarik dan unik untuk disaksikan.

Pada Festival Desa Batik akan dapat disaksikan pula aneka atraksi yang antara lain : pawai hasil pertanian, pawai alat pertanian berhias batik, pawai hewan ternak berhias batik, pawai lampion batik, lomba desain batik, balapan mencanting, pawai orang-orangan (memedi) sawah, pawai caping lukis batik, dan sebagainya. Di samping itu, warga juga menggelar berbagai pertunjukan kesenian seperti sandiwara, kesenian musik kentongan, nasyid (acapela) bocah. Sebagai puncak acara, festival desa batik ditutup dengan pertunjukan wayang kulit semalam suntuk (Sumber : pariwisata.sragenkab.go.id, Mei 2009).

2. Seni Musik Kentongan tua

Guno Tengoro, berguna (Guno) sebagai penanda peristiwa (Tengoro), adalah kelompok kesenian musik kentongan tuwo (tua) yang dipimpin oleh kelompok tani Gemah Ripah Loh Jinawi dan Muda-Mudi Dukuh Jantran Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen.

(57)

4

Kentongan ini berbobot lebih dari 100 kg, dan difungsikan sebagai bas. Kentongan ini terakhir digunakan oleh mantan Lurah Desa Pilang yang menjabat di tahun 1940-an.

Guno Tengoro mengusung sedikitnya enam kentongan tua (kasepuhan) sebagai alat musik utama dan dilengkapi seperangkat kentongan bambu (kanoman/balungan) yang berfungsi sebagai pengisi variasi bunyi (isen-isen). Kentongan tersebut dimainkan dengan cara ditalu / ditabuh dengan tongkat kayu dan bambu. Sebagai penghasil melodi, ditambahkan alat musik gamelan jenis demung atau saron. Seni tabuh kentongan telah ada setidaknya 300 tahun yang lalu. Menurut tutur kaum sepuh desa; di masa silam, tetabuhan kentongan (klothekan) dilakukan saat hajatan panen raya dan sedekah bumi, yang kemudian ditutup dengan gelar wayang kulit. Tak ada yang tahu persis kapan mulanya seni kentongan ini muncul. Namun dari cerita rakyat yang beredar, seni kentongan tua ini mulai dikenal warga tak lama setelah pemerintahan Keraton Pajang di Kartasura runtuh.

Batik mulai sangat digemari saat ini, hampir semua kalangan sekarang menggunakan batik sebagai trend dan mode. Batik disukai karena motif dan enak saat dipakai. Seragan sekolah, pegawai, bahkan pejabatpun sekarang menggunakan batik.

(58)

5

b. Aksesibilitas ( Kemudahan )

Akses menuju kawasan Desa Wisata Batik Kliwonan cukup mudah dan dapat ditempuh dengan berbagai alat transportasi darat, udara dan air. Semua alat transportasi dapat dijadikan alternatif untuk berkunjung ke desa wisata Kliwonan.

Alat transportasi darat, berbagai alat transportasi darat dapat masuk ke desa wisata Kliwonan, mulai dari kandaraan umum, kendaraan pribadi sampai bus pariwisata. Jalan menuju desa wisata batik Kliwonan cukup memadai dan tidak terlalu berbahaya karena tempatnya bukan di daerah pegunungan atau perbukitan.

Desa wisata Kliwoanan dapat masuk melalui tiga kota besar di Jawa yaitu, Solo, Semarang dan Surabaya. Pengunjung yang menggunakan kendaraan umum dari Solo dan Surabaya, maka, dari tempat asal kemudian mencari kendaraan umum yang melewati daerah Masaran Sragen, kemudian dari pasar Masaran dapat melanjutkan perjalanannya lagi menuju lokasi menggunakan andong atau jasa ojek.

Alat Transportasi Udara, meskipun belum ada tempat landas pesawat ataupun Helicop khusus, namun desa wisata Kliwonan dapat diakses melalui jalur udara dengan menggunakan helikopter dan turun di tanah lapang yang masih banyak tersedia disini.

Alat transportasi Air, dapat dilakukan melalui sungai bengawan solo menggunakan perahu, speed booat, atau kapal kecil yang lain.

(59)

6

sekian akses yang bisa dilakukan untuk menuju kesana, hanya Akses melalui jalur darat saja yang baru saat ini tersedia (Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sragen).

c. Amenitas

Tersedianya fasilitas pendukung ditempat tujuan wisata untuk memudahkan wisatawan selama kunjungan seperti : penginapan, restoran, hiburan, transportasi lokal, alat komunikasi, fasilitas perbankan, fasilitas kesehatan dan lainnya.

Desa Wisata Batik Kliwonan pun telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung seperti homestay, arena pemancingan, kedai makanan tradisional, warung telekomunikasi, mushola/, masjid, dan rumah-rumah produksi batik tradisional, yang selalu terbuka untuk para wisatawan yang hadir, dan dimaksudkan untuk menciptakan kenyamanan bagi wisatawan yang hadir (Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sragen).

d. Aktivitas

Aktivitas adalah kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan selama tinggal di daerah tujuan, bagi wisatawan dapat berekspresi dan berintreaksi langsung di tempat tujuan atau obyek wisata adalah suatu hal yang sangat menyenangkan. Maka dari itu, desa wisata Kliwonan memberikan beberapa pilihan kepada wisatawan untuk melakukan kegiatan itu secara langsung, yaitu antara lain :

(60)

7

Berwisata dan belajar membatik, dapat dilakukan di desa wisata Kliwonan. Belajar membatik bisa dilakukan wisatawan yang berkunjung, wistawan yang beminat untuk belajar diberi waktu selama 3 jam untuk belajar teknik dasar pembatikan, secara singkat dan cepat.

Hasil belajar membatik boleh dibawa pulang. Selain itu juga bagi yang berminat untuk lebih mendalami batik lagi secara lebih serius dan untuk kepentingan professional, dapat mengikuti pelatihan membatik untuk profesional selama 5 hari (Sumber :

kaskus.usshowthread-,februari 2009)

2. Jelajah desa

Jelajah Desa dan menyusuri desa wisata Kliwonan di pagi hari, baik dengan bersepeda maupun jalan kaki (tracking), merupakan aktifitas yang menyenangkan yang dapat dilakukan di desa wisata Kliwonan. Sambil menghirup udara segar tanpa polusi, ketika cuaca cerah, di kejauhan terlihat siluet Gunung Merapi dan Merbabu.

Jika menginginkan untuk berkeliling menggunakan sepeda disini disediakan tempat sewa sepeda dengan harga Sewa sepeda angin: Rp.5000 per 3 jam.

 Memancing

Gambar

Tabel 1. Pemetaan wilayah di kawasan kabupaten Sragen
Tabel 2. Jumlah penduduk kabupaten Sragen tahun 2006
Tabel 4.  Data Pengunjung tahun 2006 - 2007
Tabel 5. Data kunjungan wisatawan domestik  ke Kabupaten Sragen.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian secara umum menunjukkan, pelaksanaan program Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal di Kawasan Sentra Batik Kliwonan Kecamatan Masaran

Selisih kadar BOD pada Kelompok Kontrol Sebelum dan Sesudah Perlakuan dengan dosis 4,5 gr/l PAC pada Limbah Cair Batik Desa Kliwonan Masaran Sragen... Selisih

Dari beberapa uraian di atas, maka dapat disimpulkan pengertian Kawasan Wisata Batik Girli di Desa Kliwonan, Masaran, Sragen adalah Sebuah kawasan wisata dengan

Bagaimana merancang sebuah desain yang tepat sebagai media promosi sekaligus dapat meciptakan citra yang baru dan baik bagi Desa Wisata Batik Kliwonan, Kecamatan

Perusahaan Batik Ismoyo pada umumnya sama dengan batik tulis-batik tulis yang terdapat di daerah Kabupaten Sragen. Batik tulis di Perusahaan Batik.. ismoyo tidak memiliki

Penelitian ini bertujuan untuk (1) membuat kebijakan model pembinaan tentang inovasi produk dan motif batik berbasis ciri-ciri yang dimiliki pada pengusaha dan pengrajin seni

Motif batik pada awal mulanya mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap derajad serta eksistensi bagi si pemakai, begitu juga dalam berbagai daerah di Pulau

Kekuatan yang terdapat di pengrajin batik Dewi Brotojoyo adalah besarnya minat warga desa Pilang untuk menjadi pengrajin batik atau pengusaha batik terbukti dengan