vii ABSTRAK
Ortolana Yosefina Rensa, 2013. Korelasi Antara Karakter Guru Matematika Dengan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara karakter guru matematika dengan minat belajar siswa kelas X dan XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) SMKN 54 Jakarta Pusat pada mata pelajaran matematika, serta karakter guru matematika seperti apa yang mereka idamkan berdasarkan 4 macam penggolongan dasar karakter manusia.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode analisis data campuran (kualitatif dan kuantitaif). Subjek penelitian ini adalah 3 guru matematika serta 5 kelas X dan 4 kelas XI yang diampu oleh ketiga guru tersebut. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi terhadap aktivitas guru di sekolah, pengisian kuesioner karakter guru matematika dan minat belajar siswa oleh guru matematika dan siswa, pengisian kuesioner karakter guru matematika idamanku oleh siswa, dan wawancara terhadap guru dan siswa tentang pendapat mereka mengenai karakter guru dan minat belajar siswa.
Hasil penelitian menunjukan bahwa : 1) ada korelasi antara karakter guru matematika dengan minat belajar siswanya walaupun nilai koefisien korelasinya rendah. Bentuk korelasinya adalah korelasi linear positif. 2) adanya korelasi tersebut dikarenakan kesadaran guru dalam menjalankan perannya sebagai tenaga guru profesional sekaligus sebagai faktor pendukung dalam membangun minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika. 3) karakter guru matematika idaman siswa SMKN 54 Jakarta Pusat adalah yang karakter dominannya tipe Flegmatik.
viii ABSTRACT
Ortolana Yosefina Rensa, 2013. Correlation Between Mathematics Teacher Character With Student Interest In Math Lesson. Mathematics Education Program, Department of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research was aimed to find out the correlation between the character of mathematics teacher with student interest in class X and XI Light Vehicle Engineering Department (TKR) and Cooling Engineering and Air System (TPTU) 54 SMKN in Central Jakarta in mathematics , and mathematics teacher character like what they desire based on 4 kinds of basic classification of human character.
Research conducted a qualitative descriptive study with mixed methods of data analysis (qualitative and quantitative). The subjects on this research were 3 math teacher and 9 classes of teaching by the three teachers. Data were collected by observation of the activities of teachers in school, math teacher character and interest in student learning questionnaires by math teacher and students, the character of mathematics teacher of my dreams questionnaires by students, and interviews with teachers and students about their opinions on the teachers character and interests of student learning.
The results showed that: 1) there is a correlation between the character of mathematics teacher with their students' learning interest although the low value of the correlation coefficient. Form of the correlation is positive linear correlation. 2) there is correlation because of teachers conscious to perform their stations as a professional teacher and also as one of determinant to build up student interest in math lesson. 3) character math teacher's dream student SMK 54 Central Jakarta is the dominant character type Flegmatik.
KORELASI ANTARA KARAKTER GURU MATEMATIKA DENGAN MINAT BELAJAR SISWA SMKN 54 JAKARTA PUSAT
PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Ortolana Yosefina Rensa NIM : 091414018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
KORELASI ANTARA KARAKTER GURU MATEMATIKA DENGAN MINAT BELAJAR SISWA SMKN 54 JAKARTA PUSAT
PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Ortolana Yosefina Rensa NIM : 091414018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
vii ABSTRAK
Ortolana Yosefina Rensa, 2013. Korelasi Antara Karakter Guru Matematika Dengan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara karakter guru matematika dengan minat belajar siswa kelas X dan XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) SMKN 54 Jakarta Pusat pada mata pelajaran matematika, serta karakter guru matematika seperti apa yang mereka idamkan berdasarkan 4 macam penggolongan dasar karakter manusia.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode analisis data campuran (kualitatif dan kuantitaif). Subjek penelitian ini adalah 3 guru matematika serta 5 kelas X dan 4 kelas XI yang diampu oleh ketiga guru tersebut. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi terhadap aktivitas guru di sekolah, pengisian kuesioner karakter guru matematika dan minat belajar siswa oleh guru matematika dan siswa, pengisian kuesioner karakter guru matematika idamanku oleh siswa, dan wawancara terhadap guru dan siswa tentang pendapat mereka mengenai karakter guru dan minat belajar siswa.
Hasil penelitian menunjukan bahwa : 1) ada korelasi antara karakter guru matematika dengan minat belajar siswanya walaupun nilai koefisien korelasinya rendah. Bentuk korelasinya adalah korelasi linear positif. 2) adanya korelasi tersebut dikarenakan kesadaran guru dalam menjalankan perannya sebagai tenaga guru profesional sekaligus sebagai faktor pendukung dalam membangun minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika. 3) karakter guru matematika idaman siswa SMKN 54 Jakarta Pusat adalah yang karakter dominannya tipe Flegmatik.
viii ABSTRACT
Ortolana Yosefina Rensa, 2013. Correlation Between Mathematics Teacher Character With Student Interest In Math Lesson. Mathematics Education Program, Department of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research was aimed to find out the correlation between the character of mathematics teacher with student interest in class X and XI Light Vehicle Engineering Department (TKR) and Cooling Engineering and Air System (TPTU) 54 SMKN in Central Jakarta in mathematics , and mathematics teacher character like what they desire based on 4 kinds of basic classification of human character.
Research conducted a qualitative descriptive study with mixed methods of data analysis (qualitative and quantitative). The subjects on this research were 3 math teacher and 9 classes of teaching by the three teachers. Data were collected by observation of the activities of teachers in school, math teacher character and interest in student learning questionnaires by math teacher and students, the character of mathematics teacher of my dreams questionnaires by students, and interviews with teachers and students about their opinions on the teachers character and interests of student learning.
The results showed that: 1) there is a correlation between the character of mathematics teacher with their students' learning interest although the low value of the correlation coefficient. Form of the correlation is positive linear correlation. 2) there is correlation because of teachers conscious to perform their stations as a professional teacher and also as one of determinant to build up student interest in math lesson. 3) character math teacher's dream student SMK 54 Central Jakarta is the dominant character type Flegmatik.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan bimbingannya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Korelasi Antara Karakter Guru Matematika Dengan Minat Belajar Siswa SMKN 54 Jakarta Pusat pada Mata Pelajaran Matematika”.
Salah satu tujuan dari penyusunan skripsi adalah sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Namun lebih daripada itu, penulis sendiri memperoleh banyak manfaat dari kegiatan tersebut yakni penulis pada akhirnya mengetahui seperti apa korelasi antara karakter guru matematika dengan minat belajar siswanya. Dalam skripsi ini penulis mengambil sampel guru matematika dan siswa di SMKN 54 Jakarta Pusat. Walaupun ruang lingkup penelitiannya masih cukup sempit untuk membuat kesimpulan yang bersifat generalisasi, namun penulis ingin mengungkap fakta lain di lapangan pendidikan bahwa karakter seorang guru pun memberikan dampak bagi perkembangan minat siswanya terhadap mata pelajaran tersebut.
Mengingat bahwa ada banyak pihak yang terlibat dalam membantu penyelenggaraan dan penyelesaian skripsi ini, maka dengan rendah hati dan hati penuh syukur ingin mengucapkan limpah terima kasih kepada:
1. Bapak Dominikus Arif Budi Prasetyo, S.Si., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi yang sudah meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi. 2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd selaku Kaprodi Matematika.
x
4. Pihak SMKN 54 Jakarta Pusat yang dengan tangan terbuka menerima penulis selama melaksanakan penelitian di sana, teristimewa ucapan terima kasih kepada Bapak Kelapa Sekolah SMKN 54 Jakarta Pusat, Bapak Suwondo, Ibu Dyah, Ibu Ari, dan seluruh siswa kelas X dan kelas XI SMKN 54.
5. Orang tua dan kedua adikku yang telah banyak mendukung dan menguatkan penulis dalam setiap pekerjaan dan tantangan selama belajar.
6. Sahabat-sahabat penulis: Ety, Cepin, Arnie, Siska, Iput, Sangkin, Angel, dan Arek yang selalu ada dalam setiap moment bersama. Terima kasih sobat untuk setiap senyuman dan air mata yang kita alami bersama.
7. Semua teman-teman PMAT ’09 untuk semua pengalaman belajar, kebersamaan, dan kekeluargaan yang boleh kita alami bersama. Tetap berjuang teman-teman, semoga kita dapat menjadi agen-agen pembaharu pendidikan yang berkualitas.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi pembaca. Terima kasih dan selamat membaca.
xi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
2.Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ... 10
B.Profesi Guru ... 19
1.Pengertian ... 19
2.Kode Etik Guru ... 20
3.Empat Kompetensi dasar guru profesional ... 20
xii
C.Perkembangan Minat Siswa ... 23
1.Kedudukan siswa ... 23
2.Perkembangan minat ... 26
D.Karakter Manusia ... 29
1.Pengertian karakter ... 29
2.Macam-macam karakter ... 29
3.Faktor-faktor yang membentuk karakter seseorang ... 34
4.Karakteristik kepribadian guru ... 36
F.Kerangka Berpikir ... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41
A.Jenis Penelitian ... 41
B.Tempat dan Waktu Penelitian ... 41
C.Subjek dan Objek Penelitian ... 42
D.Populasi dan Sampel ... 45
E.Bentuk Data ... 46
F.Metode Pengumpulan Data ... 47
G.Instrumen Penelitian ... 49
H.Teknik Keabsahan Instrumen ... 53
I.Prosedur Pelaksanaan Penelitian di Lapangan ... 55
J.Metode Analisis Data ... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ... 62
A.Hasil Penelitian dan Analisis Data... 62
B.Keterbatasan Penelitian ... 87
BAB V PENUTUP ... 88
A.Kesimpulan ... 88
B.Saran ... 90
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.Kekuatan dan kelemahan dari 4 macam karakter manusia ... 31
Tabel 2.2.Tipe dan watak manusia menurut Hippocrates ... 35
Tabel 3.1.Rincian pembagian kelas untuk mata pelajaran matematika di SMKN 54 Jakarta Pusat tahun ajaran 2012/2013 ... 42
Tabel 3.2.Rincian sampel guru-siswa yang diambil ... 44
Tabel 3.3.Kisi-kisi Observasi ... 49
Tabel 3.4.Kisi-kisi kuesioner karakter guru matematikaku ... 50
Tabel 3.5.Kisi-kisi kuesioner minat belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika ... 51
Tabel 3.6.Kisi-kisi kuesioner karakter guru matematika idamanku ... 51
Tabel 3.7.Instrumen validasi observasi, kuesioner, dan wawancara ... 54
Tabel 3.8.Rekap data hasil observasi ... 57
Tabel 3.9.Kriteria predikat hasil observasi ... 58
Tabel 3.10.Rekap data hasil kuesioner karakter guru matematika dan minat belajar siswa ... 59
Tabel 3.11.Tabel konversi besar korelasi ... 60
Tabel 3.12.Rekap data hasil kuesioner karakter guru matematika idamanku .. 60
Tabel 3.13.Kriteria predikat DCM ... 61
Tabel 4.1.Jadwal kegiatan penelitian di SMKN 54 Jakarta Pusat ... 62
Tabel 4.2.Rekap data uji coba kuesioner karakter guru matematika ... 64
xiv
Tabel 4.4.Rekap data hasil kuesioner karakter guru matematika dengan minat belajar siswa M1 ... 68 Tabel 4.5.Rekap data hasil kuesioner karakter guru matematika dengan minat
belajar siswa M2 ... 71 Tabel 4.6.Rekap data hasil kuesioner karakter guru matematika dengan minat
belajar siswa M3 ... 74 Tabel 4.7.Rekapan hasil observasi terhadap subjek penelitian ... 78 Tabel 4.8.Data rekapan hasil kuesioner karakter guru matematika idaman siswa
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Surat permohonan ijin penelitian di SMKN 54 Jakarta Pusat Surat balasan dari SMKN 54 Jakarta Pusat
Instrumen observasi aktivitas guru Kuesioner karakter guru matematika Kuesioner minat belajar siswa
Kuesioner guru matematika idamanku Validitas instrumen penelitian
Rekapan hasil uji validitas butir dan reliabilitas kuesioner karakter guru matematika
Rekapan hasil uji validitas butir dan reliabilitas kuesioner minat belajar siswa Rekapan hasil pengisian kuesioner karakter guru matematika dan minat belajar siswa
Rekapan hasil pengisian kuesioner karakter guru matematika idamanku Contoh hasil observasi aktivitas guru
1 BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Belajar merupakan istilah yang tak asing dalam kehidupan manusia
khususnya dalam setiap usaha pendidikan. Proses belajar terjadi karena ada
interaksi antara individu dengan lingkungannya. Menurut Robert Gagne dalam
bukunya The Conditions of Learning 1977 (Nini Subini dkk, 2012:84), belajar
merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah
laku, yang keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi
belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan yang
dimaksud terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan, bukan
merupakan perubahan serta merta akibat refleks yang bersifat naluriah.
Sementara itu, istilah belajar berkaitan erat dengan istilah
pembelajaran. Pada dasarnya, proses pembelajaran merupakan upaya
mengkondisikan lingkungan agar terjadi kegiatan belajar. Di dalam konteks
dunia pendidikan, kegiatan pembelajaran erat kaitannya dengan guru sebagai
salah satu mediator pembelajaran. Guru memegang peran penting dalam setiap
kegiatan pembelajaran di kelas. Walaupun tidak sepenuhnya guru menjadi
pusat pembelajaran, namun guru memiliki andil dalam mengelola
pembelajaran yang akan berlangsung. Sehingga model guru menjadi tolak
Berdasarkan pengalaman saya ketika sekolah, ketika saya
melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL), ketika berdiskusi dengan
saudara yang juga masih sekolah, dan ketika membaca beberapa buku bacaan,
saya menemukan bahwa tidak sedikit komentar yang didengungkan oleh para
siswa ketika di sekolah seperti “Malas ah, gurunya ga enak” atau ungkapan
lain “I hate the subject because i hate the teacher”. Mendengar pernyataan
seperti itu membuat saya berpikir bahwa seberapa kuat pengaruh sosok seorang
guru terhadap minat belajar siswanya.
Pada suatu kesempatan saya melakukan observasi di salah satu
sekolah di Jakarta. Kenyataannya, di sekolah tersebut minat belajar siswanya
sangat dipengaruhi oleh karakter gurunya. Hal ini disebabkan oleh faktor
lingkungan tempat tinggal rata-rata siswa kurang mendukung siswa tersebut
untuk belajar. Berdasarkan keterangan beberapa guru, 80% siswa di sekolah
tersebut berasal dari kelas ekonomi menengah ke bawah. Hal ini menyebabkan
kurangnya kesadaran akan pentingnya belajar baik dari orang tua maupun
siswa ketika sudah berada di luar lingkungan sekolah.
Berdasarkan fakta di atas, bagi sekolah tersebut karakter seorang guru
menjadi salah satu faktor yang penting untuk membangkitkan minat belajar
siswanya. Selain itu, berdasarkan latar belakang sosial siswa, guru menjadi
sosok panutan utama dan motivator bagi mereka untuk belajar. Apa yang
diperbuat oleh gurunya menjadi dasar bagi cara belajar mereka terhadap
Dalam bukunya Pendidikan Karakter, Zainal Aqib menuliskan bahwa
karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi
pekerti individu yang berupa kepribadian khusus yang membedakannya dengan
individu lain. Sedangkan, karakter pendidik adalah kualitas mental atau
kekuatan moral, akhlak atau budi pekerti pendidik yang merupakan
kepribadian khusus yang harus melekat pada pendidik. Seorang guru dikatakan
berkarakter (Zainal, 2011:79) jika ia memiliki nilai dan keyakinan yang
dilandasi hakikat dan tujuan pendidikan serta digunakan sebagai kekuatan
moral dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik.
Hipocrates (Patty dkk, 1982:155), mengemukakan bahwa karakter
manusia dibedakan atas 4 tipe yaitu : tipe Sanguinis (gembira, optimis), tipe
Flegmatik (tenang, berhati dingin), tipe Melankolik (pemurung), tipe Kolerik
(pemarah). Kemudian dalam teori-teori psikologis lebih lanjut, Forence Litteur,
penulis buku laris “Personality Plus” menguraikan keempat sifat dasar atau
karakter manusia tersebut beserta kelebihan dan kelemahannya (Pustaka Nilna,
25 Februari 2013). Ia menambahkan pula bahwa tidak ada tipe yang paling
baik, karena semuanya baik. Oleh karena itu, apapun karakter seorang guru
bukanlah sesuatu yang buruk, tetapi sejauh mana seorang guru mengolah
karakternya tersebut dalam kaitannya sebagai seorang pendidik yang kompeten
dan profesional.
Selama ini tidak banyak penelitian mengenai pengaruh dari karakter
guru terhadap minat belajar siswanya. Dikatakan pengaruh dari karakter guru
minat belajar siswa terhadap mata pelajaran yang bersangkutan. Selain metode
pembelajaran yang menarik, biasanya hal sederhana yang menarik minat siswa
untuk belajar adalah sosok guru yang sesuai dengan pandangan mereka. Oleh
karena itu, saya tertarik untuk meneliti korelasi antara karakter guru
matematika dengan minat belajar siswanya.
Dalam penelitian ini saya memilih sampel dari siswa SMKN 54
Jakarta Pusat. Pada dasarnya saya memilih siswa SMK karena pada usia ini
siswa berada pada masa-masa labil, ingin dipahami, dan mulai jenuh dengan
kegiatan belajar mengajar di kelas. Selain itu, pada jenjang ini pola pikir siswa
kebanyakan bersifat subjektif. Begitupun dengan belajar, mereka akan bersikap
subjektif dalam memilih pelajaran apa dan siapa guru yang mereka sukai. Di
lain pihak, berdasarkan latar belakang sosial mereka (berdasarkan hasil
observasi) guru merupakan tokoh yang paling berperan sebagai motivator
mereka dalam belajar. Oleh karena itu, hal pertama yang menjadi daya tarik
mereka untuk belajar adalah karakter guru yang membimbing mereka.
Dengan demikian, perlunya mengetahui korelasi antara karakter guru
matematika dengan minat belajar siswa kelas X dan kelas XI jurusan Teknik
Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU)
SMKN 54 Jakarta Pusat pada mata pelajaran matematika agar guru mampu
memotivasi siswa secara maksimal untuk belajar sehingga pada akhirnya
B.Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini antara lain:
• belajar merupakan unsur penting dalam pendidikan
• pembelajaran merupakan upaya mengkondisikan lingkungan agar terjadi
kegiatan belajar
• guru memegang peranan penting dalam proses pembelajaran
• faktor lingkungan tempat tinggal siswa kurang mendukung siswa untuk
belajar
• guru menjadi sosok panutan dan motivator bagi siswa
• pola pikir subjektif siswa sebagai seorang remaja untuk menilai dan
memilih guru seperti apa atau pelajaran apa yang disukainya
C.Pembatasan Masalah
Agar penelitian tidak meluas dan dapat terarah sesuai tujuan penelitian,
maka permasalahan dibatasi pada:
1. menganalisis tipe/karakter guru matematika SMKN 54 Jakarta Pusat
yang menjadi model penelitian dan mencari korelasinya dengan minat
belajar siswa kelas X dan XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR)
dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) SMKN 54 Jakarta Pusat
pada mata pelajaran matematika.
2. menganalisis tipe/karakter guru seperti apa yang diidamkan oleh siswa
siswa kelas X dan XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan
D.Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. apakah ada korelasi antara karakter guru matematika dengan minat
belajar siswa kelas X dan kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan
(TKR) dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) SMKN 54 Jakarta
Pusat pada mata pelajaran matematika?
2. karakter guru matematika seperti apakah yang diidamkan oleh siswa
kelas X dan kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan
Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) SMKN 54 Jakarta Pusat?
E.Tujuan
Tujuan umum:
1. mengetahui korelasi antara karakter guru matematika dengan minat
belajar siswa kelas X dan XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR)
dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) SMKN 54 Jakarta Pusat
pada mata pelajaran matematika.
2. menganalisis karakter guru matematika seperti apa yang diidamkan oleh
siswa kelas X dan kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR)
dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) SMKN 54 Jakarta Pusat
Tujuan khusus:
1. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa untuk
2. mengetahui peran guru sebagai tenaga pendidik profesional
3. mengetahui tipe-tipe/karakter dasar manusia
F.Batasan istilah
1. Karakter
Karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral,
akhlak atau budi pekerti individu yang berupa kepribadian khusus yang
membedakannya dengan individu lain (Zainal, 2011:78).
2. Minat
Minat adalah suatu kecenderungan yang agak menetap dalam
diri peserta didik dimana ia merasa tertarik pada suatu hal dan merasa
gembira bersama hal tersebut (Masidjo, 2006:25).
3. Belajar
Belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam
perubahan tingkah laku, yang keadaannya berbeda dari sebelum individu
berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang
serupa itu. Perubahan tersebut terjadi akibat adanya suatu pengalaman
atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta merta akibat refleks atau
perilaku yang bersifat naluriah (Nini subini dkk, 2012:84).
4. Remaja
Pada hakekatnya, masa remaja merupakan masa menemukan
diri, meneliti sikap hidup yang lama dan mencoba-coba yang baru untuk
G.Manfaat
Karena penelitian tentang mencari korelasi antara karakter guru
matematika dengan minat belajar siswa SMK pada mata pelajaran matematika
baru pertama kali dibuat maka ada banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh,
antara lain:
1. dapat mengetahui korelasi antara karakter guru matematika dengan minat
belajar siswa kelas X dan XI SMKN 54 Jakarta Pusat;
2. dapat mengetahui karakter guru matematika seperti apa yang diidamkan
oleh siswa SMK (usia 15 – 18 tahun) dilihat dari segi pandang remaja
tersebut;
3. sebagai bahan/referensi bagi calon guru matematika dan guru matematika
untuk mengetahui korelasi antara karakter guru dengan minat belajar
siswa terhadap mata pelajaran matematika;
4. sebagai acuan dan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A.Belajar
1. Pengertian
Menurut seorang ahli pendidikan, Dimyati Mahmud (Nini Subini dkk, 2012:83) bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam diri seseorang yang terjadi karena pengalaman. Dalam hal ini juga ditekankan pada pentingnya perubahan tingkah laku, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak.
Pengertian lain, menurut Oemar Hamalik (Nini Subini dkk, 2012:84) adalah bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara berperilaku yang baru berkat pengalaman dan latihan.
2. Faktor –faktor yang mempengaruhi proses belajar
Banyak hal yang mempengaruhi proses belajar seseorang, baik dari dalam (internal), luar (eksternal), maupun faktor kecenderungan belajar. a. Faktor internal
Yang dimaksudkan dengan faktor internal adalah faktor yang ada di dalam diri individu yang sedang melakukan belajar (Nini Subini dkk, 2012:85).
1) Kesehatan dan cacat tubuh
Kesehatan merupakan salah satu hal penting menentukan aktivitas sehari-hari termasuk belajar. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar seseorang, begitu pun sebaliknya.
2) Intelegensi
Intelegensi merupakan kemampuan umum seseorang dalam menyesuaikan diri, belajar, atau berpikir abstrak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Heller, Monks, dan Passow (Nini Subini dkk, 2012:86) menyatakan bahwa orang-orang yang memiliki intelegensi tinggi belum tentu tidak memiliki gangguan dalam belajar.
3) Minat dan bakat
memperhatikan, menerima dan melakukan sesuatu tanpa ada yang menyuruh dan sesuatu itu dinilai penting atau berguna bagi dirinya. Minat juga sangat mempengaruhi hasil belajar seseorang. Minat yang tinggi dapat menuntun anak untuk belajar lebih baik lagi. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat anak didik agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.
4) Kematangan (kesiapan)
Kematangan merupakan suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Dalam belajar, kematangan atau kesiapan sangat menentukan keberhasilan setiap usaha belajar. 5) Motivasi
Motivasi (Nini Subini dkk, 2012:88) adalah dorongan yang timbul dalam diri seseorang yang entah disadari atau tidak untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.
6) Kelelahan
Kelelahan yang dialami siswa dapat menyebabkan siswa tidak bisa belajar secara optimal. Kelelahan dalam beraktivitas dapat mengakibatkan menurunnya kekuatan fisik dan melemahnya kondisi psikis.
7) Perhatian dan sikap (perilaku)
Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama pada guru dan pelajaran yang diberikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap guru dan pelajaran yang diberikan dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.
Perhatian dan sikap siswa dalam belajar dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang baik pada performa guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dengan profesionalitasnya, seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi anak didiknya; berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus.
b. Faktor eksternal
1) Faktor keluarga
Dalam lingkungan keluarga, hal-hal yang dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan atau hasil belajar pada siswa (Nini Subini dkk, 2012:92) adalah:
a) Cara mendidik
Orang tua yang peduli dengan pendidikan akan mendidik anaknya untuk tekun dalam mengenyam pendidikan. Mereka akan mendukung setiap kebutuhan anaknya untuk belajar dan akan membimbing mereka untuk berprestasi.
b) Relasi antar anggota keluarga
Relasi dalam anggota keluarga akan menjadi acuan kenyamanan dalam rumah tersebut. Apabila relasi antar anggota keluarga rukun dan damai, maka akan tercipta rasa nyaman di dalam rumah tersebut. Akibatnya anak pun akan merasa nyaman dalam menjalankan aktivitasnya dalam rumah termasuk belajar.
c) Suasana rumah
membuat anak merasa tidak nyaman dalam menjalankan aktivitasnya termasuk belajar.
d) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga mempengaruhi proses pemenuhan kebutuhan seseorang untuk belajar. Semakin baik keadaan ekonomi keluarga, maka terpenuhinya kebutuhan belajar akan semakin besar diperoleh oleh anak tersebut. e) Pengertian orang tua
Jika seorang anak mempunyai orang tua yang mengerti tentang minat dan bakatnya, maka mereka akan mendukung secara objektif proses belajar anaknya.
f) Latar belakang kebudayaan
Latar belakang budaya juga mempengaruhi seperti apa aktivitas belajar didukung di dalam keluarga. Keluarga dengan budaya yang menjunjung tinggi makna pendidikan, maka makin besar pula perhatian mereka bagi anak-anaknya untuk belajar dan berprestasi.
2) Faktor sekolah
Faktor lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar siswa (Nini Subini dkk, 2012:95) antara lain:
a) Guru
tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru, dan bagaimana cara guru tersebut mengajarkan pengetahuan tersebut kepada siswanya turut menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa.
b) Metode mengajar
Metode mengajar yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran di kelas mendukung interaksi yang terjadi di dalam kelas selama pembelajaran berlangsung. Semakin tepat metode yang digunakan guru dalam menyampaikan materi, semakin banyak pula pemahaman materi yang diserap oleh siswanya.
c) Instrumen/fasilitas
Instrumen/fasilitas yang disediakan di sekolah tentu merupakan sarana pendukung bagi siswa untuk mengakomodasi kebutuhan mereka untuk belajar.
d) Kurikulum sekolah
Kurikulum sekolah yang digunakan di sekolah merupakan jembatan bagi siswa untuk mengetahui batasan-batasan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan tingkatan usia dan jenjang kelas yang sedang dijalaninya.
e) Relasi guru dengan siswa
dan siswa kurang baik, seperti ada jarak karena takut, tidak akrab, siswa menjulukinya guru galak, dan sebagainya maka akan berpengaruh pada kelancaran belajar mengajarnya. f) Relasi antar siswa
Relasi antar siswa mempengaruhi kenyamanan siswa untuk belajar di lingkungan sekolah. Jika relasi antar siswa baik maka secara tidak langsung ia mendapat dukungan dari lingkungan sosial sekitarnya untuk belajar dan berprestasi lebih baik lagi.
g) Disiplin sekolah
Disiplin yang diterapkan di sekolah dimaksudkan agar siswa selain belajar untuk berprestasi di bidang akademik tetapi juga dididik untuk menjadi pribadi yang mandiri dan berakhlak mulia.
h) Pelajaran dan waktu
Sementara itu, pembagian waktu pelajaran yang diterapkan hendaknya disesuaikan dengan tingkat psikologis dan faktor kesiapan belajar siswa agar hasilnya maksimal. i) Standar pelajaran
Standar pelajaran yang diberikan kepada siswa harusnya disesuaikan dengan standar kemampuan rata-rata siswa yang diajar. Apabila standar pelajaran tersebut tidak sesuai (terlalu tinggi atau terlalu rendah) dengan kemampuan siswa, maka pada umumnya siswa jadi malas belajar bahkan kadang menjadi tidak berminat terhadap pelajaran tersebut. j) Kebijakan penilaian
Kebijakan penilaian yang diterapkan oleh guru sebaiknya bersifat objektif. Hal ini akan meningkatkan semangat persaingan yang objektif dari para siswa untuk belajar dan berprestasi.
k) Keadaan gedung
l) Tugas rumah
Tugas rumah merupakan salah satu usaha guru untuk memastikan siswanya tetap belajar ketika berada di rumah, karena bukan tidak mungkin kuantitas jam belajar siswa di rumah menjadi sangat berkurang atau bahkan tidak ada (tidak belajar sama sekali).
3) Faktor masyarakat
Faktor lingkungan masyarakat yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain: kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan dalam masyarakat tempat tinggalnya tersebut.
c. Faktor kecenderungan belajar
Faktor pendekatan belajar merupakan jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Ada 3 bentuk dasar pendekatan belajar siswa (Nini Subini dkk, 2012:101), yaitu :
1) Pendekatan Achieving (pencapaian prestasi tinggi)
2) Pendekatan Surface (permukaan atau bersifat lahiriah)
Pendekatan Surface merupakan kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan dari luar (ekstrinsik), misalnya mau belajar karena takut tidak lulus ujian sehingga dimarahi oleh orang tua.
3) Pendekatan Deep (mendalam)
Pendekatan Deep merupakan kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan dari dalam (intrinsik), misalnya mau belajar karena tertarik dengan materi dan memang merasa membutuhkannya.
B.Profesi Guru
1. Pengertian
Drs. Moh. Uzer Usman (Nuni, 2013:55) mengemukakan bahwa guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru.
2. Kode Etik Guru
Kode Etik Guru ditetapkan dan ditegakkan dengan maksud untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalannya (UU RI No.14 Tahun 2005, Pasal 43 ayat 1). Kode Etik Guru berisi norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan keprofesionalannya (UU RI No.14 Tahun 2005, Pasal 43 ayat 2).
Dalam Konggres PGRI tahun 1975, organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) merumuskan Kode Etik profesi guru di Indonesia (Adimassana, 2007:9).
3. Empat Kompetensi Dasar Guru Profesional
Pada UU RI No.14 Tahun 2005 Pasal 10 dijelaskan bahwa kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi (ayat 1).
Penjabaran lebih rinci dari 4 kompetensi sebagaimana harus dimiliki oleh guru terdapat pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, yang isinya sebagai berikut:
terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum/silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar, serta pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
b. Kompetensi Kepribadian merupakan profil kepribadian yang harus dimiliki oleh guru, yakni meliputi sifat kepribadian yang: mantab, stabil, dewasa, arif dan bijaksana, jujur, berwibawa, berakhlak mulia, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, serta mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan,
c. Kompetensi Sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kemampuan untuk: berkomunikasi secara lisan, dengan tulisan, dan/atau dengan isyarat; bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik; serta bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku.
4. Peran Guru dalam Proses Belajar
a. Pengajar
Sebagai seorang pengajar, guru memberikan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah.
b. Pendidik
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (suppoter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor), serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan siswa agar siswa tersebut menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat.
c. Pembimbing
Sebagai pembimbing, guru harus berusaha membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya. Selain itu, guru juga harus mampu mengenali kesulitan siswa dan mengembangkan setiap potensi dan minat siswa.
d. Korektor
Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan nilai yang baik dan buruk.
e. Fasilitator
akan membantu terciptanya lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswa.
f. Mediator
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan sehingga siap menyampaikan materi kepada siswa.
g. Supervisor
Sebagai supervisor, guru harus menguasai berbagai teknik supervisi agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengajar pada siswa.
h. Evaluator
Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi menjadi seorang yang baik dan jujur. Penilaian yang dilakukan harus objektif berdasarkan hasil belajar siswa.
C.Perkembangan Minat Siswa
1. Kedudukan Siswa
a. Masa awal remaja
Rentang usia pada masa ini adalah antara 11 atau 12 tahun sampai dengan 15 atau 16 tahun.
Masa remaja awal merupakan masa negatif, dengan tanda-tanda sebagai berikut: tidak tenang, kurang suka bekerja, kurang suka bergerak, kebutuhan tidur besar, lekas lelah, suasana hati murung, pesimistik, dan non sosial.
Remaja bersikap negatif karena bekerjanya kelenjar-kelenjar pertumbuhan. Hal ini memungkinkan perubahan-perubahan cepat dalam diri remaja, sehingga ia merasa ragu-ragu, malu, dan sebagainya.
b. Masa remaja tengah
Rentang usia pada masa ini adalah 15 atau 16 tahun sampai dengan 17 atau 18 tahun.
Setelah si remaja mengalami kesepian dalam penderitaannya karena merasa ditelantarkan, maka langkah berikutnya mencari teman yang dapat memahami dan menolongnya. Dari sini tumbuh dorongan untuk mencari pedoman hidup, yang dipandang bernilai dan pantas dijunjung tinggi. Dalam proses ini terjadi kegoncangan batin dalam diri remaja. Langkah – langkah proses penemuan pedoman hidup/nilai-nilai hidup adalah:
mempunyai bentuk tertentu (mengingini sesuatu, tetapi tidak tahu apa yang diingini).
2) objek pujaan lebih jelas : pribadi-pribadi yang dipandang mendukung nilai tertentu.
3) si remaja telah dapat menghargai nilai-nilai yang lepas dari pendukungnya. Saat yang tepat untuk menentukan pilihan/pendirian hidup.
c. Masa remaja akhir
Rentang usia pada masa ini adalah 17 atau 18 tahun sampai dengan 21 tahun.
Bila si remaja dapat menentukan pendirian hidup sendiri berarti telah tercapai masa remaja akhir.
Berdasarkan kedudukan siswa tersebut, peran guru/pendidik dalam mengembangkan siswa adalah:
a. peran guru terutama dalam membantu siswa pada masa remaja untuk mencapai taraf perkembangan yang optimal yang mengarah pada pendewasaan kepribadiannya secara utuh dan normal.
2. Perkembangan minat
a. Pengertian minat
Minat adalah suatu kecenderungan yang agak menetap dalam diri peserta didik dimana ia merasa tertarik pada suatu hal dan merasa gembira bersama dengan hal tersebut (Masidjo, 2006:25).
Selain itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat timbul dalam diri seseorang untuk memerhatikan, menerima, dan melakukan sesuatu tanpa ada yang menyuruh dan sesuatu itu dinilai penting atau berguna bagi dirinya. Dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan di pelajari. (Nini Subini dkk, 2012:87)
b. Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan minat
1) Komentar dan penerimaan teman sebaya dan orang dewasa terhadap objek minat. Makin didukung oleh komentar positif dan diterima objek yang diminati siswa, maka semakin membantu perkembangan minatnya.
3) Pengalaman pertama terhadap objek minat. Peserta didik yang lebih siap secara fisik dan mental terhadap objek minat (merupakan pengalaman pertama) akan ikut membantu perkembangan minat selanjutnya.
4) Suasana emosional terhadap objek minat. Suasana yang menyenangkan tehadap objek yang diminati (peraturan tidak kaku, sikap demokratis, dan lain-lain) akan mendorong sikap yang lebih positif terhadap objek minat tersebut dan sebaliknya. 5) Gengsi dari objek minat. Sejak kecil siswa menemukan berbagai
objek minat yang bergengsi. Makin bergengsi objek minat itu, akan semakin terdorong siswa untuk meminati objek tersebut. 6) Kesempatan untuk mandiri. Sikap objek minat yang lebih
menawarkan kemandirian akan dinilai lebih tinggi daripada objek minat yang lebih mapan.
7) Kemampuan dan minat siswa. Kemampuan fisik, intelektual, minat dan kepribadian siswa memegang peranan penting dalam sikap siswa terhadap berbagai objek minat.
c. Pentingnya minat terhadap pelajaran matematika 1) Minat menjadi sumber motivasi untuk belajar.
Siswa yang berminat terhadap mata pelajaran matematika akan berusaha lebih keras untuk belajar dibandingkan dengan siswa yang kurang berminat. Oleh karena itu, rangsangan pemebelajaran yang disajikan harus diatur supaya bertepatan dengan minat siswa.
2) Minat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi terhadap pelajaran matematika.
Ketika siswa mulai berpikir tentang pekerjaan di masa mendatang, ia menentukan apa yang ia ingin lakukan bila ia dewasa. Semakin siswa yakin mengenai manfaat dari belajar matematika, makin besar pula minatnya untuk mempelajarinya. 3) Minat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang
ditekuni siswa dan meningkatkan prestasinya.
D.Karakter Manusia
1. Pengertian karakter
Secara harafiah, menurut Hornby dan Parnwell karakter (Zainal, 2011:78) artinya kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi.
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, karater adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter, artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian.
Maka Zainal (2011:78) menyimpulkan bahwa karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang berupa kepribadian khusus yang membedakannya dengan individu lain. Dengan demikian, karakter pendidik adalah kualitas mental atau kekuatan moral, akhlak atau budi pekerti pendidik yang merupakan kepribadian khusus yang harus melekat pada pendidik.
2. Macam – macam karakter
Hipocrates dalam Darwis (2009) menggolongkan manusia dalam empat jenis karakter (Mulyati, April 2012) yaitu :
disamping tidak disiplin, tidak bisa tenang atau gelisah, tidak dapat diandalkan dan cenderung egois.
Koleris : Pemimpi. Dia penuh dengan ide-ide, tapi tidak mau diganggu dengan pelaksanaannya sehingga lebih suka menyuruh orang lain untuk menjalankannya. Kemauannya yang keras, optimistik, tegas, produktif dipadu dengan kegemaran untuk berpenampilan megah, suka formalitas dan kebanggan diri menjadikannya seseorang yang berbakat pemimpin.
Tapi karena dia juga senang menguasai orang lain, tidak acuh, licik, bisa sangat tidak berperasaan (sarkastis) terhadap orang dekatnya sekalipun, menjadikan dia orang yang sangat dibenci.
Melankolis : Pelaksana. Perasaannya adalah hal yang paling utama. Justru karena itu dia melihat sisi seni sesuatu, idealis, cermat, dan amat perfeksionis. Kelemahannya ialah ia selalu berpikir negatif, berprasangka buruk, yang membuatnya khawatir, dan sibuk berpikir.
Flegmatik : Penonton. Orangnya tenang, lembut, efisien, kurang bergairah, tapi juga tidak gampang kena pengaruh. Orang-orang akan menyangka dia tidak berminat atau tidak tertarik disebabkan oleh lamanya dia mengambil tindakan atas sesuatu. Dia bertindak atas dasar keyakinannya bukan atas dorongan naluri. Suka melindungi diri, tidak tegas, penakut, dan pelit adalah kelemahannya.
Tabel 2.1. Kekuatan dan kelemahan dari 4 macam karakter manusia
Karakter Kekuatan Kelemahan
Karakter Kekuatan Kelemahan
Flegmatik * Mudah bergaul, santai, tenang dan teguh
* Sabar, seimbang, dan pendengar yang baik
* Tidak banyak bicara, tetapi cenderung bijaksana
* Simpatik dan baik hati (sering menyembunyikan emosi) * Mudah diajak rukun dan damai
* Kurang antusias, terutama
Karakter Kekuatan Kelemahan
* Senang dengan pujian dan ingin menjadi perhatian
Koleris * Senang memimpin, membuat keputusan, dinamis dan aktif * Sangat memerlukan perubahan
dan harus mengoreksi kesalahan
* Tidak sabar dan cepat marah (kasar dan tidak taktis) * Senang memerintah * Terlalu bergairah dan
Karakter Kekuatan Kelemahan
* “Hari ini harus lebih baik dari kemarin, hari esok harus lebih
* Biasanya benar dan punya visi ke depan * Tidak suka yang sepele dan
bertele-tele / terlalu rinci
* Workaholics (kerja adalah
“tuhan”-nya)
* Amat sulit mengaku salah dan meminta maaf
* Mungkin selalu benar tetapi tidak populer
3. Faktor – faktor yang membentuk karakter seseorang
dalam kadar yang lebih banyak daripada yang lainnya, maka sifat atau watak individu itu adalah perwujudan dari sifat unsur yang dominan tersebut. Hal ini dilakukan Hippocrates mengacu pada penyelidikan tertua tentang karakter yang dilakukan oleh Empedocles (450 SM), yang menyatakan bahwa perwujudan sifat-sifat unsur alam tercemin dalam watak manusia, yaitu ada yang mencerminkan sifat-sifat udara (hangat dan lembab), tanah (dingin dan kering), api (panas dan kering), dan air (dingin dan lembab) itu dalam diri dan tingkah lakunya. (Patty dkk, 1982:154)
Bila kita ikhtisiarkan pokok pikiran Hippocrates dalam suatu skema, maka kita akan melihat sifat dari tiap-tiap tipe manusia menurut unsur yang dominan dalam dirinya sebagai berikut:
Tabel 2.2. Tipe dan watak manusia menurut Hippocrates (Patty dkk, 1982:155)
Tipe Krakteristik Disebabkan oleh pengaruh proses Sanguinis Cepat, periang, tidak stabil Darah
Koleris Mudah marah Empedu kuning Melankolis Pesimis, pemurung Empedu hitam Flegmatis Lamban, tidak mudah tergerak Lendir
Dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 1982, V. Campbell dan R. Obligasi (Eko, 15 Agustus 2011) mengusulkan faktor utama dalam mempengaruhi karakter dan perkembangan moral adalah:
a. faktor keturunan,
c. pemodelan oleh orang dewasa yang lebih tua penting bagi remaja, d. pengaruh teman sebaya,
e. lingkungan fisik dan sosial secara umum, f. media komunikasi,
g. apa yang diajarkan di sekolah-sekolah dan lembaga lain, dan h. situasi spesifik dan peran yang menimbulkan perilaku yang sesuai.
4. Karakteristik kepribadian guru
Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru (skripsi Lilis Fitriyani, 2008) adalah:
a. Fleksibilitas kognitif guru
Fleksibilitas kognitif merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan (terjadi pada waktu yang bersamaan) dan memadai dalam situasi tertentu. Dalam proses belajar mengajar fleksibilitas kognitif guru terdiri atas 3 dimensi, yaitu:
1) Karakteristik kognitif pribadi guru
Profil seorang guru yang luwes digambarkan sebagai berikut: a) menunjukan keterbukaan dalam perencanaan kegiatan
belajar mengajar
b) menjadikan materi pelajaran berguna bagi kehidupan nyata siswa
d) mampu merencanakan sesuatu dalam keadaan mendesak e) dapat mengunakan humor secara proporsional dalam
menciptakan situasi proses belajar mengajar yang menarik 2) Sikap kognitif guru terhadap siswa
Profil seorang guru yang luwea digambarkan sebagai berikut: a) menunjukan perilaku demokratis dan tenggang rasa kepada
semua siswa
b) responsif terhadap kelas (mau melihat, mendengar, dan merespon masalah disiplin, kesulitan belajar, dan lain-lain) c) memandang siswa sebagai patner dalam proses belajar
mengajar
d) menilai siswa berdasarkan faktor-faktor yang memadai e) berkesinambungan dalam menggunakan ganjaran dan
hukuman sesuai dengan penampilan siswa
3) Sikap kognitif guru terhadap materi dan metode mengajar Profil guru yang luwes digambarkan sebagai berikut:
a) menyusun dan menyajikan materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa
b) menggunakan macam-macam metode yang relevan secara kreatif sesuai dengan sifat materi
d) pendekatan pengajarannya lebih problematik, sehingga siswa terdorong untuk berpikir
b. Keterbukaan psikologis guru
Guru yang terbuka secara psikologis biasanya ditandai dengan kesediaannya yang relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern antara lain siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja. Dia mau menerima kritik dengan ikhlas dan memiliki empati, yakni respon afektif terhadap pengalaman emosional dan perasaan tertentu orang lain.
Keterbukaan psikologis sangat penting bagi guru mengingat posisinya sebagai panutan siswa. Keterbukaan psikologis merupakan prakondisi atau prasyarat penting yang perlu dimiliki guru untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain, dan diperlukan untuk menciptakan suasana hubungan antar pribadi guru dan siswa yang harmonis, sehingga mendorong siswa untuk mengembangkan dirinya secara bebas dan tanpa ganjalan.
Kinerja guru adalah penampilan guru dalam melaksanakan tugasnya membimbing siswa dalam belajar agar berjalan dengan efektif dan efisien. Ruseffendi, yang diungkapkan kembali oleh Hadi, menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa yang berkaitan dengan kinerja guru, antara lain:
a) kemampuan menguasai materi pelajaran
b) mampu menjalankan dan mengelola pelaksanaan berbagai sistem penyampaian pelajaran
c) kemampuan mengelola kelas
d) kemampuan menggunakan media dan sumber pengajaran e) kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan f) kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar
g) kemampuan mengukur keberhasilan siswa belajar dan mampu mengevaluasi program pembelajaran
2) Kemampuan guru dalam menciptakan suasana belajar, terbagi menjadi beberapa aspek sebagai berikut:
a) kemampauan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar
b) kemampuan menarik minat dan perhatian siswa c) kemampuan memotivasi siswa
d) kemampuan membimbing secara individual e) kemampuan menggunakan alat peraga 3) Kepribadian guru
a) memiliki kepribadian sebagai pendidik dan sebagai manusia model bangsanya
b) guru selalu menunjukan hubungan yang baik dengan murid, guru lain, kepala sekolah, dan personal lainnya
c) kepemimpinan yang baik dapat tumbuh dalam diri anak didik bila guru mampu menunjukan bahwa ia mampu menjadi pemimpin yang baik.
E.Kerangka Berpikir
41 BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang dihitung secara kuantitatif. Penelitian deskriptif kualitatif ini digunakan untuk mendeskripsikan korelasi antara karakter guru matematika dengan minat belajar siswa kelas X dan kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) SMKN 54 Jakarta Pusat pada mata pelajaran matematika.
B.Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di SDN Sumur Batu 03 (lokasi sementara kelas X) dan SDN Sumur Batu 04 (lokasi sementara kelas XI) yang berada di kompleks SDN Sumur Batu, Jalan Sumur Batu Utara – Kemayoran – Jakarta Pusat.
Lokasi sebenarnya SMKN 54 berada di Jalan Bendungan Jago No.53 Serdang – Kemayoran – Jakarta Pusat.
2. Waktu Penelitian
Namun sebelumnya terlebih dahulu peneliti telah melakukan observasi pada sekolah tersebut. Observasi sekolah dilaksanakan pada tanggal 2 April - 5 April 2013. Tujuan observasi awal adalah untuk mengetahui situasi dan gambaran awal tentang kondisi lingkungan dan warga sekolah tersebut.
C.Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru matematika dan siswa SMKN 54 Jakarta Pusat kelas X dan kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU).
Guru matematika yang ditugaskan di sekolah tersebut berjumlah 4 orang. Satu orang mengampu pada 6 rombongan belajar kelas XII, dan 3 orangnya lainnya masing –masing ada yang mengampu di 7 rombongan belajar kelas X, 5 rombongan belajar kelas XI, dan 5 rombongan belajar yang terdiri dari 2 kelas X dan 1 kelas XI. Rincian pembagian kelas tersebut sebagai berikut:
Tabel 3.1. Rincian pembagian kelas untuk mata pelajaran matematika di SMKN 54 Jakarta Pusat tahun ajaran 2012/2013
No. Nama Guru Kelas X Kelas XI Kelas XII
1. Ibu Maria Anastasia - - •TKR 1
•TKR 2
•TKR 3 •TKR 4
No. Nama Guru Kelas X Kelas XI Kelas XII
Karena penelitian ini dilaksanakan setelah UN, maka yang menjadi subjek penelitian adalah 3 guru matematika yang mengampu di kelas X dan kelas XI. Ketiga guru tersebut terdiri dari seorang bapak dan seorang ibu yang sudah berstatus PNS (pengalaman mengajar mereka sudah lebih dari 20 tahun), serta seorang ibu yang masih berstatus sebagai tenaga honorer dfi sekolah tersebut namun sudah memiliki pengalaman 5 tahun mengajar.
humor yang proporsional juga menjadikan suasana dalam kelas menjadi lebih ringan. Walaupun demikian, masih banyak juga siswa yang kurang antusias karena konsep pikiran mereka yang sudah mengultimatum matematika sebagai mata pelajaran yang sulit, bahkan ada yang menilai bahwa matematika merupakan pelajaran yang tidak penting. Oleh karena itu, selain menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan di dalam kelas, tiap guru di sekolah tersebut termasuk guru-guru matematika juga melakukan pendekatan personal terhadap siswa-siswanya di sekolah.
Sementara itu, sampel siswa yang akan diteliti berasal dari tiap rombongan belajar kelas X (5 rombongan belajar) dan kelas XI (4 rombongan belajar). Sampel diambil secara acak yang dipilih dari 3 kelas yang mewakili tiap guru yang akan diteliti. Rincian sampel yang diambil adalah sebagai berikut:
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru-guru dan observasi di sekolah tersebut, diperoleh informasi bahwa rata-rata siswa di sekolah tersebut memiliki motivasi belajar yang cukup rendah. Hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat tinggal mereka yang kurang mendukung untuk proses belajar. Selain itu, dilihat dari latar belakang sosial siswa yang berasal dari kelas ekonomi menengah ke bawah, rata-rata siswa masih memiliki tingkat kesadaran pendidikan yang rendah. Selain fasilitas menjadi tempat belajar bagi mereka, sekolah juga merupakan tempat bagi mereka untuk mencari sosok/tokoh motivator dan teladan bagi mereka untuk belajar. Jadi mereka tidak hanya mencari pengetahuan semata di sekolah tetapi juga tokoh motivator dan teladan bagi mereka untuk mereka contoh atau tiru.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah karakter guru matematika dan minat belajar siswa SMKN 54 Jakarta Pusat kelas X dan XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) .
D.Populasi dan Sampel 1. Populasi
2. Sampel
Sampel yang menjadi fokus penelitian adalah 3 orang guru matematika yang mengajar di kelas X dan XI SMKN 54 Jakarta Pusat dan sampel siswa dari tiap rombongan belajar kelas X dan kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) SMKN 54 Jakarta Pusat.
E.Bentuk Data
1. Rekaman tindakan kelas
Rekaman tindakan kelas merupakan hasil observasi kegiatan guru di kelas. Rekaman tindakan kelas berupa video hasil kegiatan belajar di kelas dan daftar cek hasil observasi.
2. Rekaman wawancara
Rekaman wawancara merupakan hasil wawancara dengan beberapa siswa dan guru matematika.
3. Penilaian karakter guru
Penilaian karakter guru merupakan hasil dari pengumpulan data berdasarkan hasil pengisisan kuesioner.
4. Penilaian minat belajar siswa
5. Tipe karakter guru yang diidamkan siswa
Tipe karakter guru yang diidamkan siswa merupakan hasil analisis data berdasarkan hasil pengisian kuesioner karakter guru idamanku.
F.Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang akan dilakukan antara lain: 1. Observasi
Menurut Gall dkk (2003 : 254), observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan cara mengamati perilaku dan lingkungan (sosial dan atau material) individu yang sedang diamati. Kemudian Anna Djumhana (1983:201) juga mengingatkan, bahwa observasi juga harus dilakukan secara sistematis dan bertujuan, artinya dalam melakukan observasi observer tidak bisa melakukan hanya secara tiba-tiba dan tanpa perencanaan yang jelas. (Anwar, 2012:85)
2. Kuesioner
Kuesioner adalah cara pengumpulan data dengan mempergunakan pertanyaan-pertanyaan tertulis tentang data faktual atau opini yang berkaitan dengan diri responden, yang dianggap fakta atau kebenaran yang perlu diketahui dan perlu dijawab oleh responden (Anwar, 2012:189).
Dalam penelitian ini pemberian kuesioner akan dibagi dalam 2 tahap. Tahap pertama, kuesioner untuk terhadap karakter guru matematika dan minat belajar siswa. Tahap kedua, kuesioner untuk tentang karakter guru matematika idaman siswa.
3. Wawancara
Wawancara dipandang sebagai teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab lisan yang dilakukan secara sistematis guna mencapai tujuan penelitian (Anwar, 2012:152).
G.Instrumen Penelitian 1. Observasi
Tujuan dari kegiatan observasi adalah untuk mengamati perilaku sampel selama berada di sekolah umumnya dan selama proses pembelajaran di kelas khususnya. Aspek – aspek yang akan diamati antara lain:
Tabel 3.3. Kisi – kisi observasi
No. Indikator No. Butir Jumlah
1. Kedisiplinan guru 1 - 3 3
2. Penampilan/performa guru 4 - 12 9 3. Kemampuan pembelajaran 13 - 39 27
a. Kedisiplinan guru:
berkaitan dengan ketepatan waktu kehadiran dan penyelesaian tugasnya sebagai seorang guru.
b. Penampilan/performa guru:
berkaitan dengan sikap guru tersebut dalam hal berpakaian serta interaksi dengan lingkungan dan sesama rekan kerjanya.
c. Kemampuan pembelajaran:
berkaitan dengan kemampuan operasionalnya di kelas sebagai seorang guru yang profesional.
2. Kuesioner
terhadap karakter guru dan minat belajar siswa. Sementara itu, sebagai tindak lanjut dari hasil kuesioner tersebut, peneliti membuat kuesioner lain untuk mengetahui pendapat siswa tentang karakter guru matematika seperti apa yang mereka idamkan.
Aspek – aspek yang termuat dalam kuesioner antara lain:
a. Kuesioner pertama : mengukur karakter guru matematika dan minat belajar siswa
1) Mengukur karakter guru
pedoman penyusunan kisi-kisi kuesioner berdasar pada poin-poin karakteristik guru (lihat bab II Kajian Teori, hal 33-36).
Tabel 3.4. Kisi-kisi kuesioner karakter guru matematikaku
No. Indikator No. Butir Jumlah
Tabel 3.5. Kisi-kisi kuesioner minat belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika
No. Indikator No. Butir Jumlah
1. Ciri-ciri minat berdasarkan
pengertiannya (pengertian minat, hal 22-23) : memperhatikan, menerima, dan
melakukan sesuatu tanpa ada yang menyuruh karena hal tersebut dinilai penting atau berguna bagi dirinya
1 – 8 8
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan minat (perkembangan minat, hal 23-24)
9 – 20 12
b. Kuesioner kedua : karakter guru matematika idaman siswa
pedoman penyusunan kuesioner berdasar pada kriteria sikap dan perilaku dari 4 karakter dasar manusia serta dipadukan dengan kriteria menjadi guru profesional di sekolah.
Tabel 3.6. Kisi-kisi kuesioner karakter guru matematika idamanku
No. Indikator No. Butir Jumlah
A Pribadi guru 1 - 54 54
B Sikap guru di kelas 1 - 26 26
C Sikap guru di luar kelas 1 - 18 18
1) Pribadi guru
2) Sikap guru di kelas
Berisi sikap dan perilaku guru selama berada di kelas, termasuk harapan siswa tentang bagaimana cara guru menyampaikan materi pembelajaran.
3) Sikap guru di luar kelas
Berisi sikap dan perilaku guru ketika berada di luar kelas, terlebih pada interaksinya dengan sesama komponen pendidikan di sekolah yang diharapkan oleh siswanya.
3. Wawancara
Tujuan diadakannya wawancara dengan siswa adalah untuk mengetahui pendapat mereka tentang pelajaran matematika dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya, serta bagaimana peran guru dalam mendukung minat belajar mereka.
H.Teknik Keabsahan Instrumen
Teknik keabsahan data diukur berdasarkan uji validitas dan reliabilitasnya. Menurut Anastasi (Anwar, 2012:64), reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka diuji ulang dengan tes yang sama pada kesempatan berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen yang berbeda, atau dalam kondisi pengujian yang berbeda. Untuk menghitung reliabilitas butir soal, peneliti menggunakan rumus alpha sebagai berikut:
Keterangan :
α = koofisien reliabilitas, dimana 0 ≤ α ≤ 1
n = banyaknya sampel
∑σ2i = varians butir soal
∑σ2t = varians skor total
Uji validitas yang digunakan peneliti ada 2 macam yakni uji validitas butir dan uji validitas isi. Uji validitas butir instrumen dilakukan dengan menghitung koofisien korelasi dengan menggunakan rumus Korelasi Pearson. Rumus Korelasi Pearson :
keterangan :
r = koefisien korelasi ∑X = jumlah skor butir soal
∑Y = jumlah skor total
N = jumlah sampel
Setelah koofisien korelasi didapat, perlu diuji signifikansi dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteria keputusannya adalah jika rxy > rtabel maka korelasi antara butir soal dengan skor total signifikan (valid) atau jika rxy < rtabel maka korelasi antara butir soal dengan skor total tidak signifikan (tidak valid).
Selain validitas butir soal, peneliti juga membuat validitas isi. Menurut Kerlinger (Anwar, 2012:73), validitas isi mempersoalkan apakah isi dari suatu alat ukur (bahannya, topiknya, substansinya) cukup representatif atau cukup merupakan sebuah sampling. Validitas isi instrumen tersebut dilakukan oleh para ahli/pakar, antara lain oleh Dosen Pembimbing Skripsi beserta 2 dosen penilai lainnya (Bu Nimas dari Fakultas Psikologi dan Pak Trisna dari Prodi Matematika).
Tabel 3.7. Instrumen Validitas Observasi, Kuesioner, dan Wawancara
No. Butir – Butir Instrumen Ya Tidak
1. Bahasa yang digunakan mudah dimengerti Saran :
Saran :
3. Jenis pernyataan sesuai dengan pedoman instrumen Saran :
4. Jenis penilaian mewakili pendapat subjek penelitian
Saran :
I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian di Lapangan 1. Tahap Sebelum Penelitian
a. Menyusun Rancangan Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyusun rancangan penelitian beserta instrumen penelitian yang akan digunakan.
b. Menentukkan Tempat dan Subjek Penelitian
Peneliti melakukan pemilihan tempat dan subjek penelitian sesuai rancangan penelitian.
c. Melakukan Perijinan