• Tidak ada hasil yang ditemukan

(http: //

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "(http: //"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II KAJIAN TEORI Pada Bab Ini Akan Membahas Pengertian IPA

2.1.Pelajaran IPA

2.1.1. Pengertian IPA

IPA berasal dari kata Sains yang berarti alam. Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”.

Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu:

1. Sikap : rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended;

2. Proses : prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;

3. Produk : berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;

4. Aplikasi : penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru.

Pembelajaran IPA merupakan pelajaran yang banyak berhubungan dengan konsep. Konsep ialah hasil berpikir abstrak manusia yang merangkum banyak pengalaman. Artinya konsep itu timbul sebagai hasil dari pengalaman manusia dengan lebih dari satu benda, peristiwa atau fakta yang terjadi secara berulang.

(http: // www.puskur.net/inc/mdl/050_Model_IPA_Trpd.pdf)

2.1.2. Prinsip dan Tujuan Pembelajaran IPA

Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran IPA (Harsono,1993) diterapkan dalam program-program yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan

(2)

6

pengalaman-pengalaman nyata dan alat, bahan, atau media belajar yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dan memungkinkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar. Implikasi teori kognitif Piaget pada pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Selain kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut

2. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Oleh karena itu, selain mengajar secara klasik, guru mempersiapkan beranekaragam kegiatan secara langsung dengan dunia fisik

3. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda.

Pembelajaran IPA juga memiliki beberapa tujuan pembelajaran bagi peserta didik. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar dan MI oleh Refandi (2006) bahwa mata pelajaran IPA di SD/MI memiliki beberapa tujuan. Tujuan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran

tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

Kesimpulan berdasarkan uraian atau penjelasan tersebut maka yang dimaksud dengan IPA dalam penelitian ini adalah kajian ilmu yang hasilnya asli dan dapat dipertanggung jawabkan dengan penelitian dan eksperimen.

2.1.3. Metode Discovery (Penemuan)

Metode Discovery menurut Suryosubroto (2002) (dalam prayitno, 208) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi

(3)

7

Sund (1975) (dalam Prayitno, 2008) mengatakan bahwa Discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.

Metode Discovery adalah cara penyajian pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru.( Mulyani Sumantri. Dkk, 2001 ).hal ini sesuai untuk anak jenjang sekolah dasar yang harus diutamakan adalah bagaimana mengembangkan rasa ingin tahu dan daya kritis anak terhadap suatu masalah (Mahar Marjono, 1996).

Pendapat lain mengatakan bahwa metode Discovery adalah penyajian bahan ajar dengan menghadapkan siswa pada suatu masalah, untuk menemukan penyebabnya dengan melalui pelacakan data atau informasi pemikiran logis, kritis, dan sistematis dalam rangka mencapai tujuan pengajaran (Widi Rahardja :2002 ).

Jadi dapat disimpulkan bahwa metode Discovery adalah cara penyajian pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi tanpa bantuan guru dengan menghadapkan siswa pada suatu masalah, untuk menemukan penyebabnya dengan melalui pelacakan data atau informasi pemikiran logis, kritis, dan sistematis dalam rangka mencapai tujuan pengajaran, denganmembuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.

Langkah-langkah metode Discovery menurut Gilstrap (1975) (dalam Prayitno, 2008) adalah: (a) Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai dasar untuk menentukan tujuan yang berguna dan realities untuk mengajar dengan penemuan, (b) Seleksi pendahuluan atas dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian dalam hubungannya dengan apa yang akan dipelajarai, (c) Mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar dengan penemuan, (d) Berkomunikasi dengan siswa akan membantu menjelaskan peranan penemuan, (e) menyiapkan suatu situasi yang mengandung masalah yang minta dipecahkan, (f) Mengecek pengertian siswa tentang maslah yang digunakan untuk merangsang belajar dengan penemuan, (g) Menambah berbagai alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan penemuan, (h) memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja

(4)

8

dengan data, misalnya tiap siswa mempunyai data harga bahan-bahan pokok dan jumlah orang yang membutuhkan bahan-bahan pokok tersebut, (i) Mempersilahkan siswa mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan kecepatannya sendiri, sehingga memperoleh tilikan umum, (j) Memberi kesempatan kepada siswa melanjutkan pengalaman belajarnya, walaupun sebagian atas tanggung jawabnya sendiri, (k) memberi jawaban dengan cepat dan tepat sesuai dengan data dan informasi bila ditanya dan diperlukan siswa dalam kelangsungan kegiatannya, (l) Memimpin analisisnya sendiri melalui percakapan dan eksplorasinya sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses, (m) Mengajarkan ketrampilan untuk belajar dengan penemuan yang diidentifikasi oleh kebutuhan siswa, misalnya latihan penyelidikan, (n) Merangsang interaksi siswa dengan siswa, misalnya merundingkan strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis dan data yang terkumpul, (o) Mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan tingkat yang sederhana, (p) Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa, pandanganan dan tafsiran yang berbeda. Bukan menilai secara kritis tetapi membantu menarik kesimpulan yang benar, (q) Membesarkan siswa untuk memperkuat pernyataannya dengan alas an dan fakta, (r) Memuji siswa yang sedang bergiat dalam proses penemuan, misalnya seorang siswa yang bertanya kepada temannya atau guru tentang berbagai tingkat kesukaran dan siswa siswa yang mengidentifikasi hasil dari penyelidikannya sendiri, (s) membantu siswa menulis atau merumuskan prinsip, aturan ide, generalisasi atau pengertian yang menjadi pusat dari masalah semula dan yang telah ditemukan melalui strategi penemuan, (t) Mengecek apakah siswa menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya teori atau teknik, dalam situasi berikutnya, yaitu situasi dimana siswa bebas menentukan pendekatannya.

http://ifzanul.blogspot.sg/2009/12/macam-macam-metode-pembelajaran.html

Sedangkan langkah-langkah menurut Richard Scuhman (dalam Prayitno 2008) adalah :(a) identifikasi kebutuhan siswa, (b) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari, (c) Seleksi bahan, dan problema serta tugas-tugas, (d) Membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan masing-masing siswa, (e) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan, (f) Mencek

(5)

9

pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa, (g) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan, (h) Membantu siswa dengan informasi, data, jika diperlukan oleh siswa, (i) memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses, (j) Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa, (k) memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan, (l) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan metode Discovery menurut Walter Klinger, SEQIP (1997) (dalam Wahyudi, 2008) adalah sebagai berikut

1. Motivasi, bertujuan menuntun siswa kearah materi pendidikan, untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa, antusiasme dan kesediaan belajar siswa 2. Perumusan masalah, bertujuan memfokuskan perhatian siswa agar mengenali

masalah yang akan dibahas.

3. Penyusunanopini-opini,Siswa berdasarkan penagalaman atau iterpretasinya sehingga dapat memberikan

4. Perencanaan dan kontruksi alat, bertujuan merencanakan dan mengkontruksi suatu perangkat percobaan yang berfungsi, yang memungkinkan verifikasi atau penolakan hipotesa dan penentuan saling keterkaitan antara parameter – parameter yang relevan

5. Pelaksanaan percobaan, langkah percobaan merupakan titik perhatian pengajaran fisika. Jawaban terhadap pertanyaan ilmiah disini akhirnya akan ditemukan melalui pengalaman percobaan menggunakan peralatan yang khusus dikembangkan untuk tujuan ini.

6. Kesimpulan, suatu generalisasi dari hasil percobaan yang akan membawa pengetahuan ilmiah yang baru

7. Abstraksi, abstraksi merupakan perumusan pengetahuan terperinci tertentu yan peroleh melalui kasus khusus dalam rangka melakukan penelitian untuk mencapai syarat-syarat umum. Abstraksi merupakan suatu idealisasi dan suatu generalisasi sejumlah pernyataan yang menggunakan istilah-istilah teknis terperinci dan konsep-konsep yang tepat.

8. Konsolidassi pengetahuan, bertujuan agar siswa semakin menguasai pengetahuan yang baru diperoleh, untuk memungkinkan integrasi dan internalisasi pengetahuan itu kedalam struktur pengetahuan yang sudah ada

(6)

10

Ketiga macam langkah-langkah tersebut peneliti menyusun mengkombinasikan dan menyimpulkan langkah- langkah penggunaan metode Discovery adalah sebagai berikut:

1. Memotivasi siswa

2. Mengidentifikasi dan Merumuskan masalah dari seleksi masalah yang ada

3. Menyusun opini, problema sertatugas-tugasnya

4. Komunikasi dengan siswa untuk memperjelas problema yang akan dipelajari

5. Merencanakan dan konstruksi alat

6. Menyiapkan suatu kondisi yang mengandung masalah untuk di pecahkan

7. Mengecek pengertian dan pemahaman siswa 8. Memberi kesempatan siswa untuk menemukan

9. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan data, daninformasi yang ada

10. Siswa melakukanan alisis sendiri 11. Member pujian pada siswa. 12. Merangsang interaksi antar siswa

13. Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya

14. Menyimpulkan

15. Konsolidasi pengetahuan, untuk memungkinkan integrasi dan internalisasi pengetahuan itu kedalam struktur pengetahuan yang sudah ada.

2.1.4. Kajian Teori tentang Pembelajaran Aktif

“Prinsip adalah asas (kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir dalam bertindak)”,(kamus besar bahasa indonesia). “Pembelajaran Aktif adalah salah satu strategi belajar mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi siswa secara optimal sehingga siswa mampu menguasai pengetahuan dan keterampilan dengan lebih efektif dan efisien”, ( Dian Sudjana: 1989).

Jadi yang dimaksud dengan prinsip pembelajaran aktif adalah asas yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi

(7)

11

siswa secara optimal sehingga siswa mampu menguasai pengeteahuan dan keterampilan dengan lebih efektif dan efisien.

2.1.5. Kajian Teori tentang prestasi belajar Pengertian berprestasi:

Hintzman dalam Brophy (1998) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia) yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi perilaku organisme tersebut, secara lebih spesifik Dunkin dan Bindle`s (1974) menyatakan belajar adalah progresi linear psikologis seseorang yang terjadi melalui proses (pengalaman, internalisasi) yang akan menghasilkan suatu pemahaman dan perilaku yang lebih baik.

“Learning can be described as a linear progression and psychological as whole changes in learners through process (experience, internalizer driver) which is to progress knowledge and behavior” Dunkin dan Bindle (1974: 285)

Sedangkan menurut Marton (1988) belajar merupakan perilaku otomatis dan sadar seseorang dalam mengekspresikan, membangun mengkonseptualisasikan kembali pemahaman atau ketrampilan yang telah dialami dan bermanfaat yang pada dasarnya merupakan pandangannya sendiri terhadap sesuatu yang telah ia alami atau ia pelajari.

“Learning is the form of automatic behavior from the relationship of learner`s perspective that can be expressed, set up whit the know in reconstruction or conceptions of knowledge or skill but in differs and genuinely from their own perspective “.( Marton :1988)

Dari uraian yang dikemukakan Hintzman dalam Brophy,(1998), Dunkin dan Bindle`s (1974) maupun Marton (1988).

Belajar dapat dipahami sebagai suatu perilaku yang membawa pemahaman ataupun perilaku baru. Perilaku baru diperoleh melalui pengalaman latihan, hasil dari pemahaman dan dari hasil pendalaman dan pengkonstruksian yang berasal dari sudut pandangnya sendiri.

Hasil belajar menurut Supeno (2003) merupakan hasil belajar yang dapat dicapai pada saat penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauhmana penguasaan siswa atas hasil- hasil yang telah diajarkan atau dilatihkan sehingga dapat diperoleh gambaran yang tepat tentang pencapaian program pendidikan secara menyeluruh. Sedangkan Sadali (dalam Soewadjie, 2003) berpendapat bahwa

(8)

12

prestasi belajar siswa sangat berhubungan dengan prestasi akademik (Academic Performance) yang berupa hasil belajar siswa, adalah hasil dari usaha, kemampuan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu kegiatan pendidikan.

Definisi lain yang lebih tegas dinyatakan Batersby dalam Er,(2003) yang menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan panduan antara aspek pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang bersifat mendasar dan bertahan lama yang diperlukan oleh lulusan suatu program studi.

Hasil belajar merupakan pencapaian dan kompetensi yang dalam matapelajaran setelah mengikuti pembelajaran yang meliput:

a. Ranah/domain kognitif, seperti pencapaian informasi, pengetahuan (Knowledge), konsep- konsep dan prinsip (understanding), pemecahan masalah, kreatifitas

b. Ranah Psikomotorik, yaitu pencapaian atau penguasaan ketrampilan motorik atau fisiologis

c. Ranahafektif, yaitu pencapaian tingkat psikologis, seperti perasaan, sikap, nilai, dan integrita spribadi.

Pandangan dari Cole (1990) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah pencapaian dari sekumpulan item-item yang memuat tessituasional yang menggambarkan apakah siswa-siswa dapat memproduksi kembali item item yang telah diajarkan tersebut secara benar dan cepat serta akan menentukan tingkat-tingkat atau pencapaian skor total yang merupakan kesimpulan kompetensi dari apa yang telah dipelajari. Berbagai paparan diatas maka penulis menyimpulkan, hasil belajar dapat dipahami sebagai tingkatan pencapaian objektif dan standar (kognitif, afektif, psikomotorik) yang melibatkan usaha, maupun kemampuan yang sadar setelah melalui proses kegiatan dan latihan yang hasil dari usaha itu dinyatakan dalam angka, symbol atau bentuk pertimbangan (Judgement) lainnya.

http://www.scribd.com/doc/96320667/makalah-belajar 2.1.6. Hubungan Metode Discovery Dengan Prestasi Belajar di SD

Pembelajaran aktif merupakan sesuatu pembelajaran dimana siswa dimungkinkan untuk lebih banyak melakukan daripada hanya mendengar saja. Hal ini sesuai dengan konsep pembelajaran yang sudah digambarkan oleh Edgar Dale (1969), sehingga pembelajaran aktif merupakan sesuatu cara pembelajaran yang tidak dapat ditunda lagi untuk dapat diimplementasikan pada anak didik kita, terutama pada pendidikan dasar (SD). Pembelajaran aktif juga dapat mengangkat

(9)

13

tingkat pembelajaran dari ketrampilan berfikir tingkat rendah (pengamatan, menghafal, mengingat informasi, dan mengetahui) hingga ketrampilan berfikir tingkat tinggi (memecahkan masalah, analisis, sisntesis, dan sebagainya) (Pembelajaran Aktif Untuk Sekolah Dasar « MIPSOS.htm)

2.1.7. Kerangka Berpikir

Pada pembahasan mengenai metode Discovery, dikemukakan bahwa menurut Mulyani S metode Discovery adalah cara penyajian pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Senada dengan Mulyani,Widi R mengatakan bahwa metode Discovery adalah penyajian bahan ajar dengan menghadapkan siswa pada suatu masalah, untuk menemukan penyebabnya dengan melalui pelacakan data atau informasi pemikiran logis, kritis, dan sistematis dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Berdasar pada teori tersebut, penulis memilih metode discovery untuk meningkatkan kompetensi belajar siswa kelas V SD Negri Mangunsari 5 Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 pada mata pelajaran IPA.Hal ini sesuai dengan karakteristk metode Discovery dalam pembelajaran sains yang menuntut pola pembelajaran aktif, kreatif, dan komprehensif, karena (1) dapat menambah pengetahuan peserta didik melalui lingkungan sekitar, (2) melatih peserta didik memiliki kesadaran sendiri kebutuhan belajarnya, (3) penanaman kebiasaan untuk belajar berlangsung seumur hidup. Denganasaspembelajaranaktif yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi siswa secara optimal sehingga siswa mampu menguasai pengeteahuan dan keterampilan dengan lebih efektif dan efisien.

(10)

14

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir

2.1.8. Pengajuan Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Dengan menggunakan metode discovery dalam pembelajaran IPA hasil belajar IPA siswa kelas V di SD N Mangunsari 05 Salatigaakan meningkat”

Penggunaan Metode Discovery TINDAKAN KONDISI AKHIR Siklus I KONDISI AWAL Strategi pembelajaran Yang konvensional (cara lama)

Keaktifan siswa kurang (KKM rendah)

Melalui penggunaan metode Discovery, dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran IPA kelas V SDN Mangunsari 5 tahun ajaran 2013/2014 (KKM meningkat) Menerapkan Metode Discovery Siklus II Menerapkan Metode Discovery

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Opini ini akan digunakan para pengguna laporan keuangan, baik di dalam organisasi terlebih di luar organisasi karena laporan keuangan merupakan hasil dari proses

Rata-rata tersebut didapatkan dari persentase indikator yang ada dalam sub-variabel yaitu analisis kebutuhan memperoleh persentase 92.13% untuk kepala sekolah

Hal ini menandakan bahwa minyak masih mengandung pengotor (tembaga). Untuk menghilangkan pengotor tersebut dilakukan penambahan heksan dan larutan Na-EDTA yang

Pada implementasi kelima, penulis menyerahkan sistem akuntansi yang telah ditambahkan fitur login agar sistem akuntansi tetap aman. Pada tahap ini, pemilik sudah tidak

Dari hasil penelitian pengaruh lama pemanasan terhadap kadar alkohol pada nira siwalan dapat disimpulkan bahwa, Ada pengaruh lama pemanasan terhadap kadar alkohol

Penggunaan yang tercantum dalam Lembaran Data Keselamatan Bahan ini tidak mewakili kesepakatan pada kualitas bahan / campuran atau penggunaan yang tercantum sesuai dalam kontrak.

Dengan demikian rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah pemodelan dan implementasi aplikasi Electronic Customer Relationship Management (E-CRM)

(menggerogoti uang dalam saku ibu dengan paksa.Nanda membuat hati ibu begitu terluka.Ibu berusaha menentang Nanda.Usahanya sia-sia ibu yang sakit tak berdaya