SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Ilmu Ekonomi
Oleh :
0611010045 / FE / IE FAJAR ANDI PRASETYO
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
i
Pertama-tama peneliti panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT serta sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang peneliti susun dengan judul “ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TIMUR” ini dapat terselesaikan.
Skripsi ini peneliti susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Peneliti menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini sering kali menghadapi hambatan dan keterbatasan dalam berbagai hal. Namun, tanpa bantuan bimbingan, motivasi, saran dan dorongan yang telah diberikan berbagai pihak, peneliti tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya. Untuk itu dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
ii dengan sebaik-baiknya.
3. Bapak Hamidah Hendrarini Ir. MSi selaku Dosen Wali yang telah meluangkan waktu dalam membimbing dan mendampingi peneliti selama menempuh pendidikan didalam perkuliahan.
4. Bapak Drs. EC. Marseto, DS, Msi, selaku KA. PROGDI Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, Msi, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi.
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak bantuan berupa sarana fasilitas perijinan guna pelaksanaan skripsi ini.
7. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.
8. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur yang telah dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.
iii
10. Seluruh mahasiswa dari Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, serta semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang selalu memotivasi, membantu, dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT berkenan dan memberikan balasan, limpahan rahmat, serta karunia-Nya, atas segala amal kebaikan serta bantuan yang telah diberikan.
Akhir kata, besar harapan bagi peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.
Wassalamu’ alaikum Wr. Wb
Surabaya, September 2010
KATA PENGANTAR ...i
DAFTAR ISI ...ii
DAFTRA TABEL ...iii
DAFTAR GAMBAR ...iv
DAFTAR LAMPIRAN ...v
ABSTRAKSI ...vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian ...11.2. Perumusan Masalah ...4
1.3. Tujuan Penelitian ...5
1.4. Manfaat Penelitian ...5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ...72.2. Landasan Teori ...10
2.2.1. Pertumbuhan Ekonomi ...10
2.2.2. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi...11
2.2.3. Sumber-Sumber Pertumbuhan Ekonomi ...12
2.2.4. TeoriPertumbuhan Ekonomi ...16
2.2.4.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Adam Smith...16
2.2.4.4. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Menurt Kaldor ...21
2.2.4.5. Tahap-tahap Perumbuhan Ekonomi Menurut W. W. Rostow...22
2.2.5. Faktor-faktor pertumbuhan Ekonomi...24
2.2.6. Pengertian Pertanian...27
2.2.6.1. Definisi pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian ...27
2.2.6.1. Ciri-ciri Umum Pertanian ...27
2.2.7. Pengertian Industri...29
2.2.7.1. Definisi pertumbuhan Ekonomi di Sektor Industri... 29
2.2.8. Investasi...30
2.2.8.1. Pengertian Investasi ...30
2.2.8.2. Teori Investasi ...31
2.2.8.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Investasi ...33
2.2.8.4. Jenis-jenis Investasi ...35
2.2.8.5. Hubungan antara Investasi dengan Pertumbuhan ekonomi ...36
2.2.9.4. Permintaan Tenaga Kerja ...42
2.2.9.5. Penawaran Tenaga Kerja ...44
2.2.9.6. Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 46
2.3. Inflasi ...46
2.3.1.Pengertian Inflasi ...46
2.3.2. Jenis Inflasi ...47
2.3.3. Pengaruh Inflasi ...50
2.3.4. Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ...51
2.4. Ekspor ...52
2.4.1. Pengertian Ekspor ...52
2.4.2. Tujuan Ekspor ...53
2.4.3. Manfaat ekspor ...53
2.4.4. Cara Ekspor ...54
2.4.5. Strategi Ekspor ...56
2.4.6. Hubungan Ekspor dengan Pertumbuhan Ekonomi ...56
2.5. Kerangka Pikir ...57
3.3. Teknik Pengumpulan Data ...63
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 64
3.4.1. Teknik Analisis ...64
3.4.2. Uji Hipotesis ...66
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ...714.1.1. Kondisi Geografis di Jawa Timur ...71
4.1.2. Kondisi Perkembangan Investasi di Jawa Timur ...72
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian. ...74
4.2.1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Sektor Pertanian dan Industri ...74
4.2.2. Perkembangan Investasi ...75
4.2.3. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja ...76
4.2.4. Perkembangan Tingkat Inflasi ...77
4.2.5. Perkembangan Ekspor ...77
4.3.
Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik (BLUE / Best Linier Unbiased Estimator)………....….78BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ...88
5.2. Saran ...90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 2 Hasil Uji Hipotesis Secara Simultan Pertumbuhan Ekonomi
Sektor Pertanian
Lampiran 3 Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial Pertumbuhan Ekonomi
Sektor Pertanian
Lampiran 4 Hasil Uji Heterokedastisitas Pertumbuhan Ekonomi
Sektor Pertanian
Lampiran 5 Hasil Uji Hipotesis Secara Simultan Pertumbuhan Ekonomi
Sektor Industri
Lampiran 6 Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial Pertumbuhan Ekonomi
Sektor Industri
Lampiran 7 Hasil Uji Heterokedastisitas Pertumbuhan Ekonomi
Sektor Industri
Lampiran 8 Tabel Uji Hipotesis Nilai F
Lampiran 9 Tabel Uji Hipotesis Nilai t
Lampiran 10 Tabel Durbin-Watson
Berry Kurniawan
ABSTRAKSI
Dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi tidak lepas akan kebutuhan penanaman modal atau Investasi, karena Investasi adalah kebutuhan utama dalam pembangunan yang menghendaki adanya tingkat pertumbuhan. Menyadari pentingya Investasi dalam pembangunan ekonomi maka pemerintah berusaha meningkatkan pengeluaran serta kebijaksanaan guna mendorong sektor-sektor untuk ikut dalam memperkuat tumbuhnya perekonomian nasional.
Menganalisis pengaruh investasi, tenaga kerja, ekspor, inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi sektor pertanian dan sektor industri baik secara simultan maupun secara parsial dan menganalisis faktor yang paling dominan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi sektor Pertanian dan sektor Industri di Jawa Timur.
Dengan melihat hasil uji signifikasi Variabel Independen terhadap Produk Domestik Regional Bruto tersebut di 2 sektor (Pertanian, dan Industri) maka dapat diketahui bahwa Variabel inflasi merupakan Variabel yang paling dominan.
Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel bebas Investasi (X1), Jumlah Tenaga Kerja (X2), Inflasi (X3) dan
Ekspor (X4) berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Produk Domestik
Regional Bruto persektor Pertanian, dan Industri (Y) diperoleh F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan Hi diterima, yang berati bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variabel bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Produk Domestik Regional Bruto persektor Pertanian, dan Industri (Y).
Kata kunci : Pertumbuhan Ekonomi sektor Pertanian (Y1
Sektor industri (Y
), Pertumbuhan Ekonomi
1
1.1. Latar Belakang
Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara yang melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang termaktub
dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan nasional diselenggarakan
secara bertahap dalam jangka panjang 25 tahun dan jangka pendek 5 tahun dengan
mendayagunakan seluruh sumber daya nasional untuk mewujudkan tujuan
pembangunan nasional yakni menciptakan masyarakat yang adil dan makmur baik
meteriil maupun spirituil (Anonim, 1998 : 17).
Untuk mempercepat pembangunan, kebutuhan akan modal bermanfaat
bagi perkembangan ekonomi. Sementara pertumbuhan ekonomi berpokok pada
proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat.
Paham pertumbuhan digunakan dalam teori dinamika sebagaimana hal itu
dikembangkan oleh pemikir Neo-keynes dan Neo-klasik. Pembangunan ekonomi
mengandung arti yang lebih luas dan mencakup perubahan pada tata susunan
ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Pembangunan merupakan proses
transformasi yang dalam perjalanan waktu ditandai oleh perubahan struktural,
yaitu perubahan pada landasan kegiatan ekonomi maupun pada kerangka susunan
Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang cukup
besar untuk melaksanakan pembangunan nasional, kebutuhan dana yang cukup
besar tersebut terjadi karena adanya upaya untuk mengejar ketertinggalan
pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun
kawasan global. Indonesia masih belum mampu menyediakan dana pembangunan
tersebut. Di samping berupaya menggali sumber pembiayaan dalam negeri,
pemerintah juga mengundang sumber pembiayaan luar negeri salah satunya
adalah penanaman modal asing langsung (foeign direct Invesment : FDI)
penanaman modal (Investasi) baik Investasi dalam negeri maupun Investasi asing,
perlu di dorong dalam rangka meningkatkan peranan masyarakat dalam
pembangunan.(Anonim,2002 : 18).
Dalam rangka mempercepat pemulihan perekonomian nasional, semua
pemanfaatan potensi sumber daya, baik yang di miliki oleh pemerintah Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) maupun swasta dalam bentuk kegiatan Investasi,
memegang peranan penting keberhasilan Investasi tentunya juga tergantung dari
sejauh mana dan berapa lama berbagai kendala yang menimpa perekonomian
nasional dapat diatasi.
Dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi tidak lepas akan kebutuhan
penanaman modal atau Investasi, karena Investasi adalah kebutuhan utama dalam
pembangunan yang menghendaki adanya tingkat pertumbuhan. Menyadari
pentingya Investasi dalam pembangunan ekonomi maka pemerintah berusaha
meningkatkan pengeluaran serta kebijaksanaan guna mendorong sektor-sektor
Investasi atau penanaman modal adalah motor suatu perekonomian,
banyaknya investasi yang direalisasikan didalam suatu negera yang bersangkutan,
sedangkan sedikitnya Investasi akan menunjukkan lambannya laju pertumbuhan
ekonomi (Rosyidi 1991 : 10).
Di samping itu keberadaan inflasi perlu ditekankan pada suatu negara
berkembang lantaran adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan
penawaran barang-barang domestik, menyusul permulaan program Investasi
negara dalam jumlah yang besar, namun dengan munculnya barang konsumsi
penting ke dalam negeri, modal asing dapat membantu meminimumkan tekanan
inflasi tersebut dengan demikian pemasukan modal asing sangat diperlukan untuk
mempercepat pembangunan ekonomi.(M.L Jhingan,2002 :482).
Disini tidak lepas dengan adanya sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang sangat penting diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan
ekonomi, hal ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi tidak bisa lepas dari
modal yang dapat diwujudkan dalam bentuk investasi. Investasi tersebut dapat
menunjang pertumbuhan ekonomi dan perluasan tenaga kerja yang diperoleh dari
pemerintah, swasta dan pinjaman luar negeri. Oleh karena itu pemerintah harus
berupaya menciptakan iklim investasi yang kondusif serta sarana yang memadai.
Kestabilan sistem moneter akhir-akhir ini sangatlah mengkhawatirkan
perekonomian Indonesia. Peran aktif pemerintah dalam mengatasi hal ini
sangatlah diharapkan oleh seluruh masyarakat Indonesia mengingat bahwa
gejolak moneter yang terjadi sangatlah berpengaruh besar terhadap pelaksanaan
dicapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dapat mencegah dan mengendalikan
tingkat inflasi dan stabilnya kurs mata uang asing.
Maslah tinggi rendahnya inflasi akan menjadi faktor penting yang menjadi
pertimbangan para Investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia,
karena hal ini akan berpengaruh terhadap meningkatnya biaya produksi yang
mesti dikeluarkan terutama bagi Investor. Sementara itu nilai kurs yang rendah
akan mempengaruhi Investor asing, berarti harga-harga di Indonesia akan
mengalami penurunan dalam hal ini yang diperhatikan adalah harga bahan baku.
Dalam melaksanakan program pembangunan sudah tentu tidak bisa lepas
dari konsekuensi pembiayaan yang cukup besar, dimana setiap tahunnya
dibutuhkan dana yang semakin meningkat, sejalannya dengan bertambahnya
harapan-harapan dalam upaya mencapai keadaan yang lebih baik.
Dengan begitu pertumbuhan ekonomi menjadi sangat penting untuk
meningkatkan kemampuan produksi, meningkatkan pendapatan masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi menuju pembangunan ekonomi yang efektif dan efisien,
sehingga perlu adanya pengembangan-pengembangan dibidang faktor-faktor yang
mendorong pertumbuhan ekonomi.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
1. Apakah investasi, tenaga kerja, inflasi, dan ekspor berpengaruh terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian dan Sektor Industri di Jawa
Timur ?
2. Faktor apa yang paling dominan mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
sektor Pertanian dan Sektor Industri di Jawa Timur ?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruh investasi, tenaga kerja, ekspor, inflasi terhadap
pertumbuhan ekonomi sektor pertanian dan sektor industri baik secara
simultan maupun secara parsial.
2. Menganalisis faktor yang paling dominan mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi sektor Pertanian dan sektor Industri di Jawa Timur.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk
digunakan :
1. Sebagai bahan informasi mengenai faktor-faktor yang menentukan
pertumbuhan ekonomi sektor Pertanian dan sektor Industri di Jawa Timur.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang mengadakan penelitian
berkaitan dengan masalah tersebut.
3. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan yang diharapkan dapat
4. Sebagai bahan referensi perpustakaan FE UPN “VETERAN” Jawa Timur
7
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian mengenai faktor–faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Penelitian terdahulu tersebut dapat dipakai
sebagai bahan masukan serta bahan pengajian yang berkaitan dengan
pertumbuhan ekonomi antara lain :
a. Soeryani (1999 : 62). Dengan skripsinya
Mengenai “Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di
Jawa Timur”, menyatakan bahwa secara simultan ada pengaruh antara
variabel sektor pertanian (X1), sektor industri pengolahan (X2), dan sektor
perdagangan terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) (X3) di
Jawa Timur. Hal ini diketahui uji F yaitu diperoleh dari Fhitung 6169,016 >
Ftabel 4,76. sedangkan secara parsial, variabel sektor pertanian berpengaruh
terhadap PDRB di jwa Timur dimana thitung 3,478 > ttabel 2,447. variabel
sektor perdagangan tidak berpengaruh terhadap PDRB di Jwa Timur karena
thitung -1,269 > ttabel -2,337 dan penyebabnya adalah berfluktuasinya nilai
upiahterhadap dollar Amerika. Ketiga faktor di atas memberikan pengaruh
pada konstribusi PDRB di Jawa Timur sehingga dapat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur.
b. Rakhman (2003 : 95). Dengan skripsinya
Mengenai “Analisis pengaruh tingkat inflasi, investasi dalam negeri, kurs
valas dan penerimaan devisa terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur”.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh secara simultan uji Fhitung > Ftabel, yang
menyatakan bahwa secara keseluruhan indikator tingkat iflasi (X1), investasi
dalam negeri (X2), kurs valuta asing (X3), dan penerimaan devisa (X4)
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur (Y).
dan secara parsial pada tingkat inflasi (X1), dalam pengujian hipotesis
diperoleh thitung sebesar -6,556 < ttabel sebesar -2,571 yang menyatakan
bahwa variabel (X1) berpengaruh secara nyata dan berhubungan negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur (Y), pada variabel (X2)
berpengaruh secara nyata dan berhubungan positif terhadap variabel (Y). dan
variabel (X3) berpengaruh secara nyata dan berhubungan negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi di Jwawa Timur. Pada variabel (X4
c. Agung Bhayangkara (1999 : 64). Dengan skripsinya
) secara parsial
berpengaruh secara nyata dan berhubungan positif ter4hadap pertumbuhan
ekonomi di Jawa Timur (Y).
Mengenai “ pengaruh tingkat investasi, tingkat pengeluaran pemerintah, dan
tingkat pengeluaran konsumsi masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia “. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara simultan
tingkat investasi, tingkat pengeluaran pemerintah, dan tingkat pengeluaran
konsumsi masyarakat berpengaruh secara nyata terhadap tingkat pertumbuhan
Hasil analisis secara parsial, hanya tingkat pengeluaran konsumsi masyarat
saja yang berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi. Sedangkan
tingkat pengeluaran pemerintah dan tingkat investasi ternyata tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
d. Yukanti Sriyatiningsih (1999 : 85). Dengan skripsinya
Mengenai “ Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di
Daerah Tingkat II Kabupaten Trenggalek “. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa secara simultan penerimaan pajak daerah, pengeluaran
pemerintah daerah, dan tingkat inflasi berpengaruh secara nyata terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hasil hipotesis secara parsial penerimaan pajak
daerah dan pengeluaran pemerintah daerah mempunyai pengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan tingkat inflasi mempunyai
pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Dan diantara ketiga
variabel bebas, variabel yang paling dominan mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi di Daerah Tingkat II Kabupaten Trenggalek : adalah tingkat inflasi.
e. Aprianto Dwi H (2001 : 21). Dengan skripsinya
Mengenai “ Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di
Daerah Istimewah Yogyakarta “. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa secara simultan Penanaman Modal Dalam Negeri, Penanaman Modal
Asing, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga kredit berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi di Daerah Istimewah Yogyakarta. Hasil uji parsial
Penanaman Modal Dalam Negeri berpengaruh positif dan nyata terhadap
Penanaman Modal Asing, tingkat inflasi, tingkat suku bunga kredit tidak
berpengaruh secra nyata terhadap pertumbuhan ekonomi.
Penelitian yang diteliti sekarang berbeda dengan penelitian yang terdahulu
dimana terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian-penelitian yang akan
dilakukan. Persamaan tersebut terletak pada variabel terikat yaitu pertumbuhan
ekonomi, sedangkan perbedaanya adalah waktu, tempat, masalah, dan beberapa
variabel yang menjadi obyek penelitian. Perbedaan antara variabel sebagai
berikut:
a) Penelitian sekarang menggunakan variabel investasi, tenaga kerja, inflasi, dan
ekspor
b) Variabel yang digunakan pada penelitian terdahulu antara lain inflasi, tingkat
suku bunga kredit, penerimaan pajak daerah, tingkat pengeluaran konsumsi
masyarakat, dan sektor pertanian.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam
masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. (Sukirno, 2002 :
10).
Para ahli-ahli ekonomi membedakan pengertian antara perkembangan
ekonomi (economic development) dengan pertumbuhan ekonomi (economic
masyarakat yaitu tingkat pertambahan GDP (Gross Domestic Product) atau GNP
(Gross National Product) pada suatu tahun tertentu melebihi dari tingkat
pertambahan penduduk. Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai
kenaikan dalam GDP (Gross Domestic Product), tanpa memandang apakah
kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil daripada tingkat pertumbuhan penduduk
atau apakah perubahan dalam struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1999 :
13).
2.2.2. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi
Dalam menetukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu
Negara dihitung pendapatan nasional riil, yaitu produk nasional bruto riil atau
produk domestic bruto riil. Formula yang digunakan untuk menetukan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah (cara1)
PN riil 1 – PN riil
g = x 100%...(Sukirno, 2002 :56 ) PN riil
0
0
Dimana :
g = Tingkat pertumbuhan ekonomi (%)
PN riil 1 = Pendapatan nasional tahun pertumbuhan ekonomi dihitung
PN riil 0
Sedangkan suatu Negara yang tidak melakukan perhitungan pendapatan
nasional menturut harga tetap, untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi
perhitungan harga dilakukan secara dua tahap :
1. Menghitung pendapatan nasional riil dengan mendeflasikan pendapatan
nasional pada harga masa kini.
2. Menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi. Menghitung pendapatan nasional
riil dengan mendeflasika pendapatan pada harga masa kini dilakukan dengan
menggunakan formula sebagai berikut :
100
PN riil = x PN masa kini i………….(Sukirno, 2002 : 56)
HI 1
Dimana :
PN riil = paendapatan nasional tahun I
HI 1
Pertumbuhan ekonomi bisa bersumber dari pertumbuhan pada sisi
permintaan agregat (AD) atau /dan sisi penawaran agregat (AS). Seperti yang
diilustrasikan pada gambar dibawah, titik perpotongan antara kurva AD dengan
kurva AS adalah titik keseimbangan ekonomi yang menghasilkan suatu jumlah
output agregat (PDB) tertentu dengan tingkat harga umum tertentu. Output = indeks harga atau pendeflasi pendapatan nasional
PN masa kini i = pendapatan nasional pada harga masa tahun 1
Untuk tingkat pembukaan ekonomi di Surabaya, penelitian ini
menggunakan alat indicator PDRB (Produk Domestik Regional Brutu) yaitu nilai
barang dan jasa yang diproduksi di wilayah tertentu (regional) dalam waktu satu
tahun.
agregat yang dihasilkan di dalam suatu ekonomi (atau negara) selanjutnya
membentuk PN. Apabila pada periode awal (t=0) output adalah Y0, maka yang
dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah apabila pada period berikutnya
output = Y1, yang mana Y1 > Y0. Melalui analisis gambar ini bisa dilihat bahwa
pertumbuhan ekonomi bisa disebabkan oleh pergeseran kurva penawaran (AS1)
sepanjang kurva permintaan (bagian A) atau pergeseran kurva permintaan (AD1
a. Sisi Permintaan Agregat
),
sepanjang kurva penawaran (bagian B).
Gambar 2.1. Permintaan Agregat di dalam Posisi Ekonomi Makro yang
Seimbang
Sumber : Tulus Tambunan, 2003, Perekonomian Indonesia, Ghalia Indonesia, hal. 43
Dari sisi AD, pergeseran kurvanya ke kanan yang mencerminkan
peningkatan permintaan di dalam ekonomi bisa terjadi karena PN, yang terdiri
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, sisi AD (penggunaan PDB) terdiri dari empat
komponen: konsumsi rumah tangga, investasi (termasuk perubahan stok),
konsumsi/pengeluaran pemerintah, dan ekspor neto (ekspor barang dan jasa minus
impor barang dan jasa). Sisi AD di dalam suatu ekonomi bisa digambarkan dalam
suatu model ekonomi makro sederhana sebagai berikut:
Y = C + I + G + X – M (2.8')
G = Cy + Ca (2.9)
I = -ir + Ia (2.10)
G = Ga (2.11)
X = Xa (2.12)
M = mY + Ma
Persamaan (2.8') menggambarkan keseimbangan antara AS (total
output/PDB) dan AD yang terdiri dari empat komponen tersebut. Persamaan (2.9)
adalah besarnya konsumsi rumah tangga yang ditentukan oleh tingkat pendapatan
dan faktor otonom (tidak tergantung pada tingkat/perubahan pendapatan); ‘c’
adalah koefisien konsumsi (marginal propensity to consume;MPC) dengan nilai
positif antara 0 dan 1, yang artinya, semakin tinggi pendapatan semakin besar
pengeluaran konsumsi rumah tangga. Persamaan (2.10) menunjukkan nilai atau
jumlah investasi (misalnya dalam jumlah proyek) sangat ditentukan oleh tingkat
suku bunga (i) di dalam negeri, selain juga oleh sejumlah faktor-faktor lain yang
bersifat otonom (I
(2.13)
a). Semakin tinggi i, dengan asumsi faktor-faktor lain tetap
jumlah investasi di dalam ekonomi yang dicerminkan oleh tanda negatif di depan
koefisien ‘r’. Persamaan (2.11) adalah pengeluaran pemerintah yang sifatnya
otonom: besar-kecilnya pengeluaran pemerintah ditentukan oleh faktor-faktor lain
(diantaranya faktor politik) di luar modal tersebut. Demikian juga dengan
persamaan (2.12). Karena Indonesia adalah negara kecil, dilihat dari pangsa
perdagangan negerinya di dalam jumlah volume perdagangan dunia, maka
pertumbuhan ekspor Indonesia lebih ditentukan oleh faktor-faktor eksternal di luar
pengaruh Indonesia seperti permintaan di negara-negara tujuan ekspor. Persamaan
(2.13) menggambarkan bahwa impor ditentukan oleh tingkat pendapatan di dalam
negeri, selain juga oleh faktor otonom. Semakin tinggi pendapatan masyarakat
Indonesia, semakin besar permintaan pasar dalam negeri terhadap impor, yang
terdiri dari barang dan jasa untuk keperluan konsumsi dan kegiatan proses
produksi di dalam negeri.
b. Sisi Penawaran Agregat
Gambar 2.2. Penawaran Agregat di dalam Posisi Ekonomi Makro yang Seimbang
Sumber : Tulus Tambunan, 2003, Perekonomian Indonesia, Ghalia Indonesia, hal. 43.
Dari sisi AS, pertumbuhan output bisa disebabkan oleh peningkatan
volume dari faktor-faktor produksi yang digunakan, seperti tenaga kerja (L),
sektor pertanian dan energi (E). Pertumbuhan output juga bisa didorong oleh
peningkatan produktivitas dari faktor-faktor tersebut. Jadi, relasi atau output
dengan faktor-faktor produksi dapat ditulis dalam suatu fungsi sederhana sebagai
berikut:
Q = f (X1, X2, X3, ……… Xn) (2.14)
dimana Q mewakili volume output dan X1, X2, …… Xn adalah volume dari
faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut.
Tanda-tanda positif di bawah setiap X menandakan hubungan antara setiap faktor
produksi tersebut dengan output adalah positif jika jumlah X1
1. Pertumbuhan output total
meningkat, output
juga meningkat.
2.2.4 Teori Pertumbuhan Ekonomi
2.2.4.1 Teori Pertumbuhan Menurut Adam Smith
Mengemukakan bahwa proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka
panjang secara sistematis debedakan menjadi dua aspek utama pertumbuhan yaitu:
Unsur pokok dari system produksi di suatu Negara ada 3 yaitu sumber daya
alam yang tersedia (faktor produksi tanah), jumlah penduduk dan stock
barang modal yang tersedia, dengan faktor penunjang penting proses
akumulasi modal yaitu tersedia, dengan faktor penujang penting proses
akumulasi modal yaitu : makin meluasnya pasar (eksport) dan adanya tingkat
keuntungan di atas tingkat keuntungan minimal.
Penduduk meningkatkan jika tingkat upah untuk hidup tinggi. Tingkat upah
ditentukan oleh kenaikan permintaan dan penawaran tenaga kerja yang
ditentukan oleh laju pertumbuhan stock modal dan laju pertumbuhan output
masyarakat (Arsyad, 1997 : 51-53).
2.2.4.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut R.M Solow
Menurut Solow, pertumbuhan ekonomi tergantung pada pertambahan
penyediaan faktor-faktor produksi dan tingkat kemajuan teknologi (Arsyad, 1997 :
64).
Fungsi produksi yang mendasari model Solow dapat dinyatakan dalam
rumus Y = f (K.L.N,t) dimana K adalah modal, L adalah tenaga kerja, N adalah
sumber daya alam, sedangkan t adalah mencerminkan perkembangan teknologi
dalam perjalanan waktu. Perubahan (pertambangan) pada suatu faktor atau pad
kombinasi faktor-faktor produksi akan membawa perubahan pada hasil produksi.
Solow mnganggap output di dalam perekonomian sebagai suatu keseluruhan,
sebagai satu-satu nya komoditi. Laju produksi tahunannya dinyatakan sebagai
Y(t) yang menggambarkan pendapatan nyata masyarakat, sebagian dari padanya
dikonsumsi dan sisanya ditabung dan diinvestasikan. Bagian yang ditabung (S)
adalah konstan, dan laju tabungan adalah SY (t). K (t) adalah stock modal, jadi
investasi netto adalah luju kenaikkan stok modal (K). dengan demikian persamaan
pokoknya adalah : K = SY, karena output diproduksi dengan menggunakan modal
dan buruh, maka kemungkinan teknologi dinyatakan dengan fungsi produksi : Y =
Proses pertumbuhan dilihat sebagai suatu proses yang berlangsung dengan
perimbangan-perimbangan diantara faktor-faktor produksi. Harga-harga faktor
produksi adalah fleksibel sehingga ada kemungkinan substitusi diantara
faktor-faktor produksi yang terlibat dalam proses produksi. Dalam keadaan dimana
jumlah tenaga kerja melebihi pasok modal, harga tenaga kerja (Tingkat Upah)
akan menurun. Sebaliknya jika pertumbuhan modal melampaui pertumbuhan
modal melampaui pertumbuhan jumlah tenaga kerja, maka tingkat upah
meningkat, hal ini akan dapat membatasi kemungkinan terjadi penyimpangan dari
ekuilibrium (Jhingan, 1993 : 344 – 350).
Gambar 2.3. Kurva Pertumbuhan Menurut R.M Solow
r
nr
sF (r, 1)
0 r ¹ r
Sumber : Jhingan, 1993, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Rajawali Pers,Jakarta,
hal. 347.
Garis lurus yang melalui titik origin adalah fungsi nr. Sedang kuva lainnya
menggambarkan fungsi sF (r,1). Garis ini ditarik sedemikian rupa sehingga
menunjukkan produktifitas marginal yang semakin menurun. Pada titik pertemuan
konstan dan stock capital harus diperluas sama besar dengan laju tenaga kerja
yaitu n.
2.2.4.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Harrod-Domar
Istilah pertumbuhan ekonomi, perkembangan dan pembangunan ekonomi
sering dengan secara bergantian maksud yang sama, terutama dalam pembicaraan
mengenai masalah yang berkaitan dengan ekonomi apabila terdapat lebih banyak
output yang dihasilkan sedangkan untuk pembangunan ekonomi tidak hanya
menyangkut banyaknya output yang dihasilkan tetapi juga perubahan-perubahan
kelembagaan dan pengetahuan teknik dalam menghasilkan output yang lebih
banyak dan lebih bervariasi. Oleh karena itu perkembangan ekonomi selalu diikuti
dengan pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2002 : 433).
Teori harrod- Domar mencoba menelaah syarat-syarat diperlukan agar
perekonomian biar tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang dengan mantap
(Steady Growth) (Arsyad, 1997 : 59).
Agar bisa tumbuh, maka perekonomian harus menabung dan
menginvestasikan sebagian dari GNP-nya. Lebih banyak yang dapat ditabung dan
kemudian ditanamkan maka akan lebih cepat lagi perekonomian itu tumbuhnya.
Akan tetapi, tingkat pertumbuhan yang dapat dicapai pada setiap tingkat tabungan
dan investasi tergantung kepada produkfitas investasi tersebut. produktifitas
investasi adalah banyaknya tambahan output yang di dapat dari suatu unit
Gambar 2.4. Kurva Pertumbuhan Menurut Harood – Domar
S
1+ ∆ 1
∆ 1 I
S0
0
Ys0 = Y0 Ys1
∆c =
COR
Pertambahan pendapatan nasional (∆Y) yang sama dengan paertambahan
kapasitas barang modal (∆c). teori Harrod –Domar adalah perluasan dari
analisis Keynes. Dengan demikian teori berpendapat bahwa kapasitas penuh
pada tahun berikut akan tercapai apabila pengeluaran agregat bertambah
dengan cukup besar sehingga tercapai keadaan : ∆c = ∆Y Y
Sumber : Sadono Sukirno, 2000, Ekonomi Pembangunan Proses Masalah dan
DasarKebijaksanaan, Penerbit LPFE dan Bima Grafika, Jakarta.
Syarat untuk menciptakan pertumbuhan teguh yang dikemukakan oleh
Harrod – Domar (Sukirno, 1994 : 433) ada dua hal yang perlu diketahui :
Pertambahan kapasitas barang modal tergantung dua faktor, yaitu rasio modal
produksi (bernilai COR), investasi yang dilakukan (bernilai I), pertambahan
kapasitas barang modal (∆c) :
2.2.4.4 Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kaldor
Salah satu cirri penting model kaldor adalah bahwa ia memperkenalkan
“fungsi kemajuan teknik” sebagai pengganti fungsi produksi biasa mengaitkan
output perkepala dengan modal perkepala. Dalam hal ini kaldor memasukkan
peranan pendapatan, upah, keuntungan, modal, tabungan, dan investasi.
Fungsi kemajuan teknik dapat juga diterapkan pada perekonomian
terbelakang yang kurang mempunyai kapasitas menyerap perubahan teknologoi
akibat kelangkaan modal dan sumber-sumber lain. Akan tetapi dengan adanya
berbagai penemuan baru dan meningkatnya kemampuan perekonomian Negara
terbelakang dalam menerapkan perubahan teknologi, fungsi kemajuan teknik
dapat secara perlahan meningkat naik (Jhingan, 1993 : 360 – 361).
Gambar 2.5. Kurva Pertumbuhan Menurut Kaldor
y nr p
r
r
0 K x
Sumber : Jhingan, 1993, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Rajawali Pers,
Jakarta, hal. 353.
Dalam gambar di atas TT¹ adalah fungsi kemajuan teknikal yang cembung
ke atas tetapi mendatar setelah titik tertentu, seperti P, apabila modal per pekerja
mulai turun. x adalah pertumbuhan prosentase tahunan di dalam modal perkerja
1 dk
pada tahun t ( . ) yang digambarkan secara horizontal dan y adalah kt dt
1 do
prosentase tahunan per pekerja pada tahun t( . ) yang diukur secara Ot dt
vertikal. Pada titik P, laju prosentase pertumbuhan modal sama dengan laju
pertumbuhan output (pendapatan).
2.2.4.5 Tahap-tahap Pertumbuhan Ekonomi Menurut W.W. Rostow
1. Masyarakat tradisional
Pada tahap ini kegiatan produksi masyarakat relatif masih primitive yang
didasarkan pada ilmu dan teknologi serta cara hidup masyarakat yang masih
dipengaruhi oleh nilai-nilai yang kurang rasional dan kebiasaan
turun-temurun.
2. Tahap Prasyarat Tinggal Landas
Tahap ini merupakan suatu proses yang menyebabkan perubahan
karakteristik penting suatu masa misalnya perubahan keadaan system politik,
kultur social, system nilai dalam suatu masyarakat dan struktur ekonominya.
Jika perubahan seperti itu terjadi maka proses pertumbuhan ekonomi sudah
terjadi dan masyarakat yang sudah mencapai proses pertumbuhan yang
demikian dapat dianggap sudah berada pada tahap ini.
3. Tahap Tinggal Landas
Pada tahap ini pertumbuhan ekonomi selalu terjadi, pada awal tahap ini
terjadi perubahan yang drastic dalam masyarakat antara lain perubahan
sebagai akibat dari perubahan secara teratur sehingga akan tercapai inovasi
dan peningkatan investasi. Perkembangan investasi dari 5% - 10% dari
produk nasional bersih akan mempercepat pertumbuhan sector industri
modern dan laju pertumbuhan nasional melebihi tingkat pertumbuhan
penduduk, berarti pendapatan perkapita semakin meningkat.
4. Tahap Menuju Kedewasaan
Diartikan oleh Rostow sebagai masa dimana masyarakat sudah efektif
menggunakan karakteristik non ekonomi dari masyarakat yang telah
mencapai tahap menuju kedewasaan sebagai berikut :
Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan, peranan sector
industri dengan tingkat pertumbuhan yang sangat tinggi.
a. Sifat kepemimpinan perusahaan mengalami perubahan peranmanajer
proposal semakin penting dan menggantikan kedudukan pengusaha atau
pemilik.
b. Kritik–kritik industrialisasi mulai muncul sebagai akibat adanya
industrialisasi.
5. Tahap Konsumsi Tinggi
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari teori pembangunan Rostow. Pada
tahap ini perhatian masyarakat telah lebih menekankan pada masalah-masalah
yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat bukan lagi
kepada produksi. Pada tahap ini ada 3 macam tujuan :
a. Memperbesar kekuasaan dan pengaruh keluar negeri dan kecenderungan
b. Menciptakan kemakmuran yang lebih merata kepada penduduknya
dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang
lebih merata melalui system pajak yang progresif.
c. Meningkatnya konsumsi masyarakat dari kebutuhan pokok (papan,
sandang, dan pangan) menjadi barang konsumsi tahap lama dan barang
mewah (Arsyad, 1997 : 43-50).
Jadi pengertian pertumbuhan ekonomi adalah kenaikkan jangka panjang
dalam kemampuan suatu Negara untuk menyediakan semakin banyak jenis
barang–barang ekonomi kepada penduduk kemampuan ini tumbuh sesuai dengan
kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dari ideology yang diperlukan.
2.2.5. Faktor-faktor Pertumbuhan ekonomi
Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor
ekonomi dan faktor non ekonomi. Yang termasuk dalam faktor ekonomi adalah
Sumber Daya Manusia, modal usaha, teknologi, dsb. Pertumbuhan ekonomi tidak
lepas dari faktor non ekonomi seperti lembaga sosial, non politik, dan nilai-nilai
moral dalam suatu bangsa. Faktor-faktor ini menunjang pertumbuhan ekonomi.
Faktor-faktor ekonomi dan faktor non ekonomi harus dapat menumbuhkan
kemajuan ekonomi dan melakukan usaha untuk dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Menurut Kuznuts (Todaro 1994 : 122) 3 komponen pertumbuhan
ekonomi dipisahkan lagi menjadi 6 karakteristik dalam proses pertumbuhan
ekonomi yaitu :
2. Tingginya tingkat penambahan jumlah faktor produktivitas, terutama
produktivitas tenaga kerja.
3. Tingginya tingkat transformasi struktur ekonomi.
4. Tingginya tingkat transformasi sosial ideologi.
5. Kecenderungan negara-negara yang ekonominya sudah maju untuk pergi ke
segala pelosok dunia guna mendapatkan pasaran dan bahan baku.
6. Pertumbuhan ekonomi hanya terbatas pada 3 segi populasi dunia.
Keenam karakteristik ini saling memperkuat dan mempercepat
pertumbuhan ekonomi dan pada akhirnya nanti akan membawa
penemuan-penemuan baru yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi selanjutnya.
Unsur utama yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi yaitu stok
modal yang secara terus menerus berkembang serta mengalami kenaikan kualitas,
angkatan kerja yang sehat dan cukup terdidik, dan tingkat pertumbuhan jumlah
penduduk yang cukup rendah sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan
modal perkapita.
Pertumbuhan ekonomi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan
pertumbuhan pendapatan perkapita menuntut adanya kenaikan Product Domestic
Bruto (PDB) atau pendapatan nasional. PDB (Product Domestic Bruto) sangat
ditentukan oleh digunakannya faktor-faktor produksi, tenaga kerja, sumber daya
manusia, teknologi, dan kondisi sosial di negara yang bersangkutan.
Dengan sumber daya alam dapat mempermudah pembangunan
perekonomian suatu negara terutama pada masa-masa permulaan dan masa proses
mempunyai pengaruh yang tidak kecil. Jumlah penduduk yang bertambah dapat
memberikan adanya 2 kemungkinan yaitu mendorong perkembangan atau malah
sebaliknya menghambat pertumbuhan ekonomi. Kelebihan penduduk akan
membawa masyarakat kembali pada taraf pembangunan yang rendah akibat angka
pembagi pendapatan nasional yang tinggi. Selain itu penduduk dapat memberikan
sumbangan positif karena perkembangannya akan memperluas pasar bagi out put
yang dihasilkan dan dapat melakukan perbaikan dalam kemahiran dan mutu yang
dapat menciptakan berbagai akibat negatif bagi pembangunan serta penduduk
menyediakan pengusaha yang inovatif yang menjadi unsur penting dalam
penciptaan akumulasi modal ( Sukirno 1985 : 299 ).
Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Malthus ( Jhingan : 78 )
menyatakan bahwa proses pembangunan ekonomi tidak berjalan dengan
sendirinya, melainkan suatu proses naik turunnya aktivitas ekonomi lebih dari
sekedar lancar tidaknya aktivitas yang memerlukan segala usaha yang konsisten
dari berbagai pihak dengan titik perhatian pada peningkatan kesejahteraan suatu
usaha negara.
Pada teori ini pertumbuhan penduduk merupakan akibat dari proses
pembangunan pembangunan dengan meningkatnya kesejahteraan dengan catatan
pertambahan penduduk meningkatkan permintaan efektif dengan 2 unsur
kesejahteraan yakni peranan produksi dan peranan distribusi yang ditopang oleh
penambahan secara terus menerus yang berasal dari laba atau keuntungan para
pemilik modal
2.2.6. Pengertian Pertanian
2.2.6.1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian
Pengertian pertanian adalah suatu proses produksi yang didasarkan atas
pertumbuhan tanaman dan hewan.(Sorma, 1990 : 41)
Pertanian merupakan industi primer yang mencakup pengorganisasian
sumber daya tanah, air, mineral dan modal dalam berbagai bentuk pengolahan dari
tenaga kerja untuk memproduksi dan memasarkan berbagai orang yang diperlukan
oleh manusia.
Pertanian tanaman budidaya sering disebut dengan pertanian rakyat yaitu
usaha pertanian keluarga, dimana memproduksi bahan makanan utama serti beras,
palawija dan tanaman hortikultura seperti sayur mayur dan buah-buahan.
Pertanian rakyat diusahakan di tanah-tanah sawah lading dan pekarangan,
sedangkan pertanian besar dikelolah oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
suatu PTP (Perseroan Terbatas Perkebunan) mempunyai lahan yang cukup luas
dan mempunyai system managemen yang baik.(Anonim, 2005 : 9)
2.2.6.2. Ciri-ciri Umum Pertanian
Dari sudut pandang yang luas sesungguhnya sektor pertanian meliputi
pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan.
Ciri sektor pertanian di Indonesia barangkali dapat dikategorikan berdasarkan ciri
spesifik sektor pertanian dalam perkonomian Indonesia. Ciri ini antara lain :
a. Pertanian Indonesia merupakan pertanian tropis, dalam artian bahwa
karenanya iklim di Indonesia tidak mengenal iklim dingin atau musim dingin,
musim gugur atau musim semi. Tipe iklim yang berbeda ini akan menentukan
tipe tanaman yang diusahakan oleh petani-petani di Indonesia.
b. Pertanian di Indonesia hanya mengenal musim hujan dan musim kemarau.
Biasanya musim hujan diawali pada September-Oktober dan diakhiri pada
Maret-April. Di awal musim hujan biasanya petani mengusahakan tanaman
padi, karena irigasinya tersedia dalam jumlah yang cukup. Sebaliknya di
daerah yang irigasinya tidak tersedia dalam jumlah yang memadai, diusahakan
tanaman palawija, seperti kedelai, jagung, atau lainnya.
c. Pertanian di Indonesia dicirikan oleh pengusahaannya dalam luas usaha yang
relatif sempit, kurang dari satu hektar. Luas usaha yang demikian dicirikan
oleh adanya tanaman bahan makanan. Sebaliknya di daerah yang usaha
pertaniannya dilakukan dalam jumlah yang luas, maka disitu diusahakan
tanaman perkebunan seperti kopi, karet, dan sebagainya.
d. Pertanian di Indonesia juga dicirikan oleh luasnya lahan kering dibandingkan
dengan lahan sawah. Lahan kering dapat berupa tegalan, tanah dipegunungan
atau padang alang-alang. Khususya di Indonesia bagian timur, persentase luas
lahan kering malah lebih luas. Hal ini disebabkan karena kurangnya curah
hujan didaerah itu.
e. Pertanian di Indonesia juga dicirikan oleh banyaknya penggunaan tenaga kerja
manusia dan relatif sedikit penggunaan tenaga kerja mesin.
Indonesia sebagai negara agraris pada tahun-tahun yang lalu hingga
sekarang.(Soekarwati, 1993 : 96).
2.2.7. Pengertian Industri
2.2.7.1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Industri
Industri adalah usaha produktif terutama dalam bidang produksi atau
perusahaan tertentu untuk menyelenggarakan jasa-jasa misalnya transportasi dan
peralatan perhubungan yang menggunakan modal tenaga kerja dalam jumlah
relatif besar. (Nisjar dan Winardi, 1997 : 181)
Industri adalah tiap usaha yang merupakan unit produksi yang membuat
barang atau yang mengerjakan sesuatu barang atau bahan untuk masyarakat
disuatu tempat tertentu. (Arsyad, 1992 : 57)
Menurut Undang-Undang RI No. 5 tahun 1984 pasal 1 tentang
perindustrian adalah kegiatan ekonomi yang mengelola bahan mentah, bahan
baku, barang setengah jadi dan barang jadi menjadi barang yang bernilai lebih
tinggi, untuk penggunaannya termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasa
industri. (Anonim, 1994 : 21)
Dalam usaha untuk menanggulangi kesulitan dan masalah ekonomi
guna mensukseskan program pemerintah dalam rangka meningkatkan
pertumbuhan ekonomi negara, maka sector industri merupakan salah satu tulang
punggung kejayaan negara. Jadi indusrti adalah suatu lokasi dimana aktifitas
pengolahan bahan produk hingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi
industri ini dapat dilihat dari beberapa sudut pandang yaitu pengelompokan
industri secara nasional dan dibagi 3 kelompok besar yaitu :
1. Kelompok industi dasar yang dibagi dua bagian, antara lain :
a. Kelompok industri mesin dan logam dasar, seperti besi, baja, dan
lain-lain
b. Kelompok industri kimia dasar
Kelompok ini mempunyai misi pertumbuhan ekonomi dan teknologi
yang digunakan adalah teknologi maju dan teruji yang bersifat tidak
padat karya.
2. Kelompok industri hilir
Yaitu aneka industri dengan misi pertumbuhan ekonomi dan pemerataan
dalam memperluas kesempatan kerja dan bersifat tidak padat modal. Sedangkan
teknologi yang digunakan teknologi menengah dan teknologi maju.
3. Kelompok Industri Kecil
Yaitu kelompok industri dengan nilai pemerataan dan menggunakan
teknologi sederhana serta bersifat padat karya.(Arsyad,1999 : 366)
2.2.8. Investasi
2.2.8.1. Pengertian Investasi
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan
penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan
perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan
Pengertian yang lain dalam investasi yaitu merupakan modal yang
digunakan untuk menghasilkan tingkat output dan dibutuhkan sebagai penggerak
sektor ekonomi dengan meningkatnya kemampuan memproduksi barang dan jasa.
Investasi pada dasarnya digolongkan menjadi 3 meliputi : (1) pembelian berbagai
jenis barang modal yaitu mesin-mesin, peralatan produksi lainnya untuk
mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan. (2) pengeluaran untuk
pembangunan rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan
bangunan lainnya. (3) pertambahan nilai stok barang-barang yang masih dalam
proses produksi pada akhir tahun perhitungan pendapatan nasional ( Rusdiansyah,
1998 : 73 ).
2.2.8.2. Teori Investasi
Masalah investasi adalah masalah yang langsung berkaitan dengan
besarnya pengharapan akan pendapatan dari barang modal di masa depan.
Pengharapan dimasa depan inilah yang menjadi faktor yang sangat penting untuk
menentukan besarnya investasi.
Menurut ( Soeparmoko, 1992 : 84 )
terdapat teori tentang investasi yaitu :
1. Teori Klasik
Teori klasik tentang investasi pada pokonya didasarkan pada teori
prodiktivitas batas (Marginal Produktivity) dari faktor produksi modal. Menurut
teori ini besarnya modal yang diinvestasikan dalam proses produksi ditentukan
investasi itu akan terus dilakukan bila mana produktivitas batas dari investasi itu
masih lebih tinggi dari pada tingkat bunga yang akan diinvestasikan. Dengan teori
produktivitas batas, maka masalah investasi oleh para ahli ekonomi klasik
dipecahkan atas dasar prinsip maksimalisasi laba dari perusahaan individu. Sebab
suatu perusahaan akan memaksimalisasikan labanya dalam suatu persaingan
sempurna, bila perusahaan itu menggunakan modalnya sampai pada jumlah
produk marginal kapitalnya sama dengan harga capital yaitu suku bunga, teori
klasik dapat disempurnakan sebagai berikut :
a. Suatu investasi akan dijalankan apabila pendapatan dari investasi itu akan
lebih besar dari tingkat bunga. Pendapatan dari investasi merupakan jumlah
yang akan diterima setiap akhir tahun, selama barang modal digunakan dalam
produksi.
b. Investasi dalam barang modal adalah menguntungkan apabila biaya ditambah
bunga lebih kecil dari pendapatan yang diharapkan investasi itu.
2. Teori Keynes
Masalah investasi baik penentuan jumlah maupun kesempatan untuk
melakukan investasi oleh Keynes didasarkan oleh konsep MEI (Marginal
Efficiency of Investment) ini antara lain disebabkan oleh dua hal :
a. Bahwa semakin banyak jumlah investasi yang terlaksana dalam masyarakat,
Sebab semakin banyak investasi itu yang terlaksana dalam berbagai lapangan
ekonomi, mak semakin sengitlah persaingan investor sehingga MEI
(Marginal Efficiency of nvesment) menurun.
b. Semakin banyak investasi dilakukan, maka biaya dari barang modal menjadi
lebih tinggi.
2.2.8.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi (Rusdiansyah, 1998 : 74)
antara lain :
1. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh, keuntungan
investasi merupakan tujuan utama dalam invesatsi karena invesatsi tidak akan
dilakukan apabila secara ekonomis tidak menguntungkan.
2. Tingkat bunga akan mempengaruhi keputusan investasi apabila tingkat bunga
naik maka investasi akan turun, hal ini terkait antara tingkat bunga yang
dianggap sebagai sewa modal dengan keuntungan yang diperoleh.
3. Ramalan mengenai keadaan ekonomi dimasa depan, keadaan yang
memperhatikan masa yang akan datang dilihat dari fundamental ekonomi dan
sosial politik.
4. Kemajuan teknologi, dengan adanya kemajuan teknologi akan membantu
terhadap peningkatan ekonomi dengan sistem dan alat yang mendukung.
5. Tingkat pendapatan nasional dan perubahannya, akan tercipta mekanisme
6. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan sebagai gambaran dari
studi banding bahwa suatu investasi perusahaan menguntungkan atau tidak.
Gambar 2.6. Hubungan antara Suku Bunga dan Pengeluaran Investasi
r2 A
r1 B
Kurva Investasi
I2 I1 Pengeluaran Investasi
Sumber
Pada saat Tingkat suku Bunga sebesar r1, pengeluaran konsumsi ádalah I1.
tingkat Suku Bunga mengalami kenaikan menjadi r2, maka pengeluaran investasi
akan mengalami penurunan sebesar I2. Tingkat Suku Bunga perbankan disuatu
negara merupakan salah satu cerminan baiknya sistem perbankan di negara yang
bersangkutan. Dengan tingginya tingkat suku bunga akan berdampak pada
rendahnya minat investor untuk melakukan investasi sehingga akan : Sudarman, 2004, Pengantar Ekonomika Makro, PT. Media Global Edukasi,
Jakarta, hal 47.
mengakibatkan kelesuan disector riil yang pada akhirnya mengurangi jumlah
barang dan jasa yang dihasilkan.
2.2.8.4. Jenis-Jenis Investasi
(Rosyidi, 1993 : 161) membagi investasi menurut jenisnya menjadi 4
yaitu :
a. Autonomous Investment dan Induced Investment.
Autonomous Investment (Investasi Otonom) adalah investasi yang besar
kecilnya tidak terpengaruh oleh pendapatan, tapi dapat berubah oleh karena
adanya perubahan. Faktor-faktor diluar pendapatan, seperti tingkat teknologi,
kebijakan pemerintah dan sebagainya. Sedangkan Induced Investment
(Investasi Berimbas) adalah investasi yang sangatdipengaruhi oleh tingkat
pendapatan.
b. Public Investment dan Private Investment.
Public Investment adalah penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah
sedangkan Private Investment adalah investasi yang dilakukan oleh swasta.
c. Domestic Investment dan Foreign Investment.
Domestic Investment adalah penanaman modal didalam negeri sedangkan
Foreign Investment adalah penanaman modal diluar negeri atau asing.
d. Gross Investment dan Net Investment.
Gross Investment (Investasi Bruto) adalah total seluruh investasi yang
diadakan pada suatu ketika sedangkan Net Investment (Investasi Netto) adalah
Dari keempat unsur-unsur di atas akan semakin nyata bahwa investasi
memegang peranan penting dalam perekonomian, sebab tidak lain dan tidak
bukan adalah karena investasi merupakan cermin daripada produksi, sehingga
tanpa adanya investasi yang memadai produksi akan macet. Jika investasi tidak
ada sama sekali maka produksi juga tidak ada.
Manfaat investasi dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Untuk keperluan konstruksi
Konstruksi adalah pembangunan atau pendirian sesuatu yang sama sekali
baru.
2. Untuk keperluan rehabilitasi atau perbaikan
Apabila pembangunan itu pada suatu saat rusak, entah apa sebabnya dan
kemudian diperbaiki, maka pengeluaran ini adalah pengeluaran untuk
keperluan rehabilitasi.
3. Untuk keperluan ekspansi atau perluasan
Apabila bangunan tadi perlu diperluas, maka perluasan ini yang disebut
dengan ekspansi.( Rosyidi, 1993 : 158-160 )
2.2.8.5. Hubungan antara investasi dengan pertumbuhan ekonomi
Investasi dalam pertumbuhan ekonomi memegang peranan sangat
penting dan dominan. Investasi bagi negara sedang berkembang sangat
dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan ekonominya. Pada tahap awal
pembangunan, suatu negara perlu adanya pembentukan modal yang sangat
memberikan kontribusi pendapatan terhadap negara. Akumulasi modal yang
cukup besar dalam tingkat pertumbuhan ekonomi yang mantap dan kuat dalam
jangka panjang hanya bisa terjadi jika masyarakat mampu mempertahankan
proporsi investasi yang cukup besar dari GDPnya, proporsi tersebut tergantung
daripada lingkungan dimana akumulasi modal terjadi dan tergantung pada
beberapa tingkat pertumbuhan ekonomi yang diinginkan untuk mencapai tujuan
pokok masyarakat (Arsyad, 1999 : 139).
Di tengah lingkungan ekonomi politik dunia usaha yang cenderung
memburuk, minat sektor swasta dan PMDN untuk melakukan investasi menjadi
menurun. Karena itu dibutuhkan suatu ekonomi politik yang baik dan tepat untuk
meningkatkan investasi di bidang dunia usaha. Penurunan kinerja investasi
banyak dipengaruhi beberapa faktor-faktor yang terjadi dalam ekonomi politik.
Ada dua faktor utama yang membawa keterpurukan bagi kinerja investasi yaitu
pertama, perbankan enggan meminjamkan dananya ditengah permintaan dana
yang mulai meningkat. Kedua , resiko ketidakpastian usaha. Lingkungan politik
dunia usaha yang tidak kondusif bagi penanaman modal biasa menjadi stagnasi
investasi.
2.2.9. Tenaga Kerja
2.2.9.1. Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur di dalam batas usia kerja.
yang di anut oleh Indonesia adalah minimum 10 tahun tergolong sebagai tenaga
kerja. (Dumairy, 1997 : 74).
Tenaga kerja (man power) adalah kemampuan manusia untuk
mengeluarkan usaha tiap satuan waktu guna menghasilkan barang dan jasa, baik
untuk dirinya sendiri maupun orang lain. (Suroto, 1992 : 17).
Tenaga kerja yaitu penduduk pada usia kerja yaitu antara 15 sampai 64
tahun. Penduduk pada usia kerja ini digolongkan menjadi dua yaitu angkatan kerja
(labour force) dan bukan angkatan kerja. (Suparmoko, 1992 : 114).
Tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia untuk sanggup bekerja.
Pengertian tenaga kerja ini meliputi mereka yang bekerja untuk diri sendiri
ataupun untuk anggota keluarga yang tidak menerima bayaran berupa upah
ataupun mereka yang bersedia dan mampu untuk bekerja, dalam arti mereka
menganggur dengan terpaksa karena tidak ada kesempatan kerja. (Sumarsono,
2003 : 5).
Tenaga kerja adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang
bekerja, sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah
dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang disebut terakhir (pencari kerja,
bersekolah dan mengurus rumah tangga) walaupun sedang tidak bekerja, mereka
dianggap fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. (Simanjuntak,
2.2.9.2. Pengertian Angkatan Kerja
Angkatan kerja adalah bagian penduduk yang mampu dan bersedia
melakukan pekerjaan. Kata“mampu”disini menunjukkan kepada tiga hal, yaitu :
a. Mampu fisik, yaitu sudah cukup umur, jasmani, sudah cukup kuat dan tidak
mempunyai cacat mental.
b. Mampu mental, yaitu mempunyai mental yang sehat dan tidak memiliki
kelainan untuk melakukan pekerjaan normal.
c. Mampu yuridis, yaitu tidak kehilangan kebebasan dan bersedia untuk
memiliki dan melakukan pekerjaan. Kata “bersedia” berarti orang yang
bersangkutan dapat secara aktif mampu dan pasif atas kemauannya sendiri
mencari pekerjaan. (Dumairy, 1997 : 75).
Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan penduduk yang belum
bekerja, namun siap untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tingkat
upah yang berlaku. Sedangkan penduduk yang bekerja adalah mereka yang
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh
penghasilan, baik bekerja penuh maupun tidak bekerja penuh. (Suparmoko, 1992
: 67).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa angkatan kerja
adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai
2.2.9.3. Pengertian Bukan Angkatan Kerja
Bukan Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja
atau sedang mencari pekerjaan. (Sumarsono, 2003 : 116).
Bukan Angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia
yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari
pekerjaan. Mereka ini adalah bagian dari tenaga yang sesungguhnya tidak terlihat
dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa yang bukan
angkatan kerja disini dapat di golongkan menjadi 3 golongan, yaitu:
a. Golongan yang bersekolah, yaitu mereka yang kegiatannya hanya sekolah.
b. Golongan yang mengurus rumah tangga, yaitu mereka yang mengurus
rumah tangga tanpa memperoleh upah.
c. Golongan lain-lain, yaitu :
1. Penerima pendapatan yaitu mereka yang tidak melakukan sesuatu
kegiatan ekonomi, tetapi memperoleh pendapatan, seperti: tunjangan
pensiun, bunga atas pinjaman atau sewa atas hak milik.
2. Mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain.
Konsep memilah-memilah tenaga kerja seperti ini disebut
pendekatan angkatan kerja (labour force approach), yang
diperkenalkan oleh International Labour Organization (ILO).
Gambar 2.7. Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja
Sumber : Simanjuntak J. Payaman, 1995, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia,
Penerbit LPFE UI, Jakarta, Halaman 19.
Keterangan :
Jumlah penduduk dan angkatan kerja, serta laju pertumbuhan penduduk
yang tinggi sebenarnya tidak perlu menjadi masalah bila daya dukung yang efektif
di negara itu cukup kuat untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan masyarakat
termasuk penyediaan kesempatan kerja.
Penduduk
Tenaga Kerja Bukan Tenaga Kerja
Bukan Angkatan Kerja Angkatan Kerja
Penerima Pendapatan MengurusRumah
Tangga Sekolah
Setengah Pengangguran Bekerja Penuh Bekerja
Pengangguran
Penghasilan Rendah Produktifitas Rendah
Penduduk disuatu negara bisa menjadi tenaga kerja atau bukan tenaga
kerja. Tenaga kerja dapat dibagi menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan
kerja, sekalipun mereka adalah angkatan kerja tidak semua angkatan kerja akan
bekerja, ada juga yang menganggur. Penduduk yang telah bekerja juga tidak
selalu bekerja penuh, ada penduduk yang bekerja setengah menganggur, dapat
dilihat dan setengah pengangguran kentara karena jam kerja yang sedikit dan
pengangguran tidak kentara karena produktivitas rendah ataupun penghasilan
yang rendah.
Bukan angkatan kerja dalam hal ini disebabkan oleh beberapa hal karena
masih duduk dibangku sekolah, mengurus rumah tangga bagi mereka yang telah
berkeluarga, penerima pendapatan atau orang yang tidak produktif tetapi
mendapatkan imbalan seperti, pensiunan pendapatan dari jasa sewa, bunga
simpanan dan lain sebagainya. (Simanjuntak, 1995 : 16).
2.2.9.4. Permintaan Tenaga Kerja
Permintaan tenaga kerja adalah kebutuhan yang sudah didasarkan atas
kesediaan membayarkan upah tertentu sebagai imbalan pemberian kerja
bermaksud menggunakan atau meminta sekian orang karyawan dengan kesediaan
membayar upah sekian rupiah setiap waktu. Jadi, dalam permintaan ini sudah ikut
dipertimbangkan tinggi rendahnya upah yang berlaku dalam masyarakat atau yang
Gambar 2.8. Kurva Permintaan Tenaga Kerja
Sumber : Simanjuntak J. Payaman, 1995, Pengantar Ekonomi Sumber Daya
Manusia, Penerbit LPFE UI, Jakarta, Halaman 75. X P
Keterangan
Garis DD melukiskan nilai hasil marginal karyawan (Value marginal
physical pruduct of VMPP :
L) untuk setiap tingkat penempatan. Bila misalnya
jumlah karyawan yang dipekerjakan sebanyak OA = 100 orang, maka nilai hasil
kerja orang yang ke 100 dinamakan VMPPL nya dan besarnya sama dengan :
MPPL X P = W1. Nilai ini lebih besar dari tingkat upah yang sedang berlaku (W).
Oleh karena itu laba perusahaan akan bertambah dengan menambah tenaga kerja
orang hingga ON. Dititik N pengusaha mencapai laba maksimum dan nilai MPPL X P sama dengan upah yang dibayarkan kepada karyawan.
2.2.9.5. Penawaran Tenaga Kerja
Persediaan tenaga kerja adalah istilah yang biasanya juga belum
dihubungkan dengan faktor upah. Sedangkan dalam istilah penawaran tenaga
kerja sudah ikut dipertimbangkan faktor upahnya. Dalam hal ini pencari kerja
bersedia menerima pekerjaan itu atau menawarkan tenaganya apabila kepadanya
diberikan upah sekian rupiah setiap waktu. (Suroto, 1992 : 22).
Gambar 2.9. Kurva Penawaran Tenaga kerja
Sumber : Nopirin, 1992, Ekonomi Moneter, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 16.
tenaga kerja yang ditawarkan adalah N1. Apabila harga harapan naik menjadi Pe =
2.0; tingkat upah w2 akan memberikan upah riil yang sama, sehingga jumlah
akan naik apabila upah riilnya naik, yakni apabila upah nominal naik menjadi W2
sedang yang diharapkan tetap tidak berubah pada Pe
Upah Nominal
= 1.0
Gambar 2.10. Keseimbangan dalam Pasar Tenaga Kerja
WL NS (P1)
W1
W2 ND (P1)
N2 N1 N3 L Tenaga Kerja
Sumber : Nopirin, 1992, Ekonomi Moneter, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 16.
Keseimbangan dalam pasar tenaga kerja akan terjadi pada tingkat upah
riil dimana jumlah tenaga kerja yang diminta sama dengan yang ditawarkan. Pada
gambar 3 keseimbangan terjadi pada tingkat upah (nominal) W Keterangan :
1 dengan jumlah
tenaga kerja N1 pada harga P1. Jika upah nominal turun menjadi W2, dengan
harga tetap P1 berarti upah riil turun, jumlah tenaga kerja yang diminta (N3)
akan mendorong tingkat upah naik sampai ke W1
Laju Inflasi merupakan salah satu indikator ekonomi yang penting untuk
nilai keadaan perekonomian pada suatu periode wakyu tertentu dan menilai
pertumbuhan ekonomi selama suatu jangka waktu tertentu. bila sebagian besar
harga diukur oleh pemerintah, maka harga–harga yang di subsidi pemerintah dan kembali dimana tingkat upah
riil juga kembali.
2.2.9.6. Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Tenaga kerja yang bertambah tinnggi akan memungkinkan untuk
menambah jumlah produksi barang dan jasa, karena perkembangan tenaga kerja
dapat menimbulkan dorongan kepada pertambahan produksi dan tingkat kegiatan
ekonomi. Hal ini nantinya akan berimbas pada kenaikan pendapatan nasional dan
memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi.
2.3. Inflasi
2.3.1. Pengertian Inflasi
Inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan
ditentukan hampir di semua negara, dapat juga diartikan sebagai salah satu bentuk
penyakit ekonomi yang sering kambuh dan harus berupaya untuk dikendalikan.
Inflasi dimaksudkan keadaan dimana senantiasa terjadi peningkatan harga–harga
pada umumnya, atau suatu keadaan dimana terjadinya turunya nilai mata uang.
Kemudian menurut Boediono yang dimaksud dengan Inflasi itu adalah
“kecenderungan dari harga–harga untuk naik secara umum dan secara terus–
ditetapkan oleh badan statistik adalah harga–harga resmi pemerintah tapi mungkin
dalam realita ada kecenderungan harga terus naik . Inflasi yang ditutupi akan
sering muncul jika pemerintah terus–menerus mensubsidi harga–harga tertentu,
misalnya harga BBM (Bahan Bakar Minyak).
Sebelum tahun 1970 para ekonomi mendefinisikan inflasi sebagai suatu
kenaikan dalam tingkat harga umum, tetapi sejak awal 1970an mulai dipisahkan
antara inflasi dan tingkat harga. suatu kenaikan dalam tingkat harga atau
perubahan positif dimana index harga konsumen semakin besar, tetapi perubahan
itu tidak berlangsung terus, maka dapat dikatakan sebagai perubahan tingkat
harga. Akan tetapi apabila perubahan itu berlangsung terus, maka dikatakan
sebagai inflasi. Kenaikan tingkat harga yang continue ini bias terjadi pada saat–
saat lebaran, natal atau sehari–hari raya yang lain. Kenaikan harga seperti ini tidak
dianggap sebagai suatu masalah ekonomi.
Inflasi yang merupakan suatu gejala dari harga–harga disebabkan oleh
berbagai hal seperti telah dikatakan tadi bahwa harga merupakan benturan antara
kekuatan supply dan kekuatan demand. adanya perubahan harga karena adanya
gangguan terhadap keseimbangan yang lama sehingga kedua kekuatan tersebut
berinteraksi mencari suatu keseimbangan baru.
2.3.2. Jenis Inflasi
Inflasi dapat digolongkan dalam beberapa macam penggolongan antara
lain (Boediono, 2001).