• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TIMUR."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ilmu Ekonomi

Oleh :

0611010045 / FE / IE FAJAR ANDI PRASETYO

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)
(3)

i

Pertama-tama peneliti panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT serta sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang peneliti susun dengan judul “ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TIMUR” ini dapat terselesaikan.

Skripsi ini peneliti susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini sering kali menghadapi hambatan dan keterbatasan dalam berbagai hal. Namun, tanpa bantuan bimbingan, motivasi, saran dan dorongan yang telah diberikan berbagai pihak, peneliti tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya. Untuk itu dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

(4)

ii dengan sebaik-baiknya.

3. Bapak Hamidah Hendrarini Ir. MSi selaku Dosen Wali yang telah meluangkan waktu dalam membimbing dan mendampingi peneliti selama menempuh pendidikan didalam perkuliahan.

4. Bapak Drs. EC. Marseto, DS, Msi, selaku KA. PROGDI Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, Msi, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi.

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak bantuan berupa sarana fasilitas perijinan guna pelaksanaan skripsi ini.

7. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.

8. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur yang telah dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.

(5)

iii

10. Seluruh mahasiswa dari Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, serta semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang selalu memotivasi, membantu, dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT berkenan dan memberikan balasan, limpahan rahmat, serta karunia-Nya, atas segala amal kebaikan serta bantuan yang telah diberikan.

Akhir kata, besar harapan bagi peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Wassalamu’ alaikum Wr. Wb

Surabaya, September 2010

(6)

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...ii

DAFTRA TABEL ...iii

DAFTAR GAMBAR ...iv

DAFTAR LAMPIRAN ...v

ABSTRAKSI ...vi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian ...1

1.2. Perumusan Masalah ...4

1.3. Tujuan Penelitian ...5

1.4. Manfaat Penelitian ...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ...7

2.2. Landasan Teori ...10

2.2.1. Pertumbuhan Ekonomi ...10

2.2.2. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi...11

2.2.3. Sumber-Sumber Pertumbuhan Ekonomi ...12

2.2.4. TeoriPertumbuhan Ekonomi ...16

2.2.4.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Adam Smith...16

(7)

2.2.4.4. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Menurt Kaldor ...21

2.2.4.5. Tahap-tahap Perumbuhan Ekonomi Menurut W. W. Rostow...22

2.2.5. Faktor-faktor pertumbuhan Ekonomi...24

2.2.6. Pengertian Pertanian...27

2.2.6.1. Definisi pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian ...27

2.2.6.1. Ciri-ciri Umum Pertanian ...27

2.2.7. Pengertian Industri...29

2.2.7.1. Definisi pertumbuhan Ekonomi di Sektor Industri... 29

2.2.8. Investasi...30

2.2.8.1. Pengertian Investasi ...30

2.2.8.2. Teori Investasi ...31

2.2.8.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Investasi ...33

2.2.8.4. Jenis-jenis Investasi ...35

2.2.8.5. Hubungan antara Investasi dengan Pertumbuhan ekonomi ...36

(8)

2.2.9.4. Permintaan Tenaga Kerja ...42

2.2.9.5. Penawaran Tenaga Kerja ...44

2.2.9.6. Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 46

2.3. Inflasi ...46

2.3.1.Pengertian Inflasi ...46

2.3.2. Jenis Inflasi ...47

2.3.3. Pengaruh Inflasi ...50

2.3.4. Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ...51

2.4. Ekspor ...52

2.4.1. Pengertian Ekspor ...52

2.4.2. Tujuan Ekspor ...53

2.4.3. Manfaat ekspor ...53

2.4.4. Cara Ekspor ...54

2.4.5. Strategi Ekspor ...56

2.4.6. Hubungan Ekspor dengan Pertumbuhan Ekonomi ...56

2.5. Kerangka Pikir ...57

(9)

3.3. Teknik Pengumpulan Data ...63

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 64

3.4.1. Teknik Analisis ...64

3.4.2. Uji Hipotesis ...66

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ...71

4.1.1. Kondisi Geografis di Jawa Timur ...71

4.1.2. Kondisi Perkembangan Investasi di Jawa Timur ...72

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian. ...74

4.2.1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Sektor Pertanian dan Industri ...74

4.2.2. Perkembangan Investasi ...75

4.2.3. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja ...76

4.2.4. Perkembangan Tingkat Inflasi ...77

4.2.5. Perkembangan Ekspor ...77

4.3.

Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik (BLUE / Best Linier Unbiased Estimator)………....….78

(10)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ...88

5.2. Saran ...90

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)
(12)

Lampiran 2 Hasil Uji Hipotesis Secara Simultan Pertumbuhan Ekonomi

Sektor Pertanian

Lampiran 3 Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial Pertumbuhan Ekonomi

Sektor Pertanian

Lampiran 4 Hasil Uji Heterokedastisitas Pertumbuhan Ekonomi

Sektor Pertanian

Lampiran 5 Hasil Uji Hipotesis Secara Simultan Pertumbuhan Ekonomi

Sektor Industri

Lampiran 6 Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial Pertumbuhan Ekonomi

Sektor Industri

Lampiran 7 Hasil Uji Heterokedastisitas Pertumbuhan Ekonomi

Sektor Industri

Lampiran 8 Tabel Uji Hipotesis Nilai F

Lampiran 9 Tabel Uji Hipotesis Nilai t

Lampiran 10 Tabel Durbin-Watson

(13)

Berry Kurniawan

ABSTRAKSI

Dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi tidak lepas akan kebutuhan penanaman modal atau Investasi, karena Investasi adalah kebutuhan utama dalam pembangunan yang menghendaki adanya tingkat pertumbuhan. Menyadari pentingya Investasi dalam pembangunan ekonomi maka pemerintah berusaha meningkatkan pengeluaran serta kebijaksanaan guna mendorong sektor-sektor untuk ikut dalam memperkuat tumbuhnya perekonomian nasional.

Menganalisis pengaruh investasi, tenaga kerja, ekspor, inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi sektor pertanian dan sektor industri baik secara simultan maupun secara parsial dan menganalisis faktor yang paling dominan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi sektor Pertanian dan sektor Industri di Jawa Timur.

Dengan melihat hasil uji signifikasi Variabel Independen terhadap Produk Domestik Regional Bruto tersebut di 2 sektor (Pertanian, dan Industri) maka dapat diketahui bahwa Variabel inflasi merupakan Variabel yang paling dominan.

Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel bebas Investasi (X1), Jumlah Tenaga Kerja (X2), Inflasi (X3) dan

Ekspor (X4) berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Produk Domestik

Regional Bruto persektor Pertanian, dan Industri (Y) diperoleh F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan Hi diterima, yang berati bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variabel bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Produk Domestik Regional Bruto persektor Pertanian, dan Industri (Y).

Kata kunci : Pertumbuhan Ekonomi sektor Pertanian (Y1

Sektor industri (Y

), Pertumbuhan Ekonomi

(14)

1

1.1. Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan

negara yang melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang termaktub

dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan nasional diselenggarakan

secara bertahap dalam jangka panjang 25 tahun dan jangka pendek 5 tahun dengan

mendayagunakan seluruh sumber daya nasional untuk mewujudkan tujuan

pembangunan nasional yakni menciptakan masyarakat yang adil dan makmur baik

meteriil maupun spirituil (Anonim, 1998 : 17).

Untuk mempercepat pembangunan, kebutuhan akan modal bermanfaat

bagi perkembangan ekonomi. Sementara pertumbuhan ekonomi berpokok pada

proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat.

Paham pertumbuhan digunakan dalam teori dinamika sebagaimana hal itu

dikembangkan oleh pemikir Neo-keynes dan Neo-klasik. Pembangunan ekonomi

mengandung arti yang lebih luas dan mencakup perubahan pada tata susunan

ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Pembangunan merupakan proses

transformasi yang dalam perjalanan waktu ditandai oleh perubahan struktural,

yaitu perubahan pada landasan kegiatan ekonomi maupun pada kerangka susunan

(15)

Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang cukup

besar untuk melaksanakan pembangunan nasional, kebutuhan dana yang cukup

besar tersebut terjadi karena adanya upaya untuk mengejar ketertinggalan

pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun

kawasan global. Indonesia masih belum mampu menyediakan dana pembangunan

tersebut. Di samping berupaya menggali sumber pembiayaan dalam negeri,

pemerintah juga mengundang sumber pembiayaan luar negeri salah satunya

adalah penanaman modal asing langsung (foeign direct Invesment : FDI)

penanaman modal (Investasi) baik Investasi dalam negeri maupun Investasi asing,

perlu di dorong dalam rangka meningkatkan peranan masyarakat dalam

pembangunan.(Anonim,2002 : 18).

Dalam rangka mempercepat pemulihan perekonomian nasional, semua

pemanfaatan potensi sumber daya, baik yang di miliki oleh pemerintah Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) maupun swasta dalam bentuk kegiatan Investasi,

memegang peranan penting keberhasilan Investasi tentunya juga tergantung dari

sejauh mana dan berapa lama berbagai kendala yang menimpa perekonomian

nasional dapat diatasi.

Dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi tidak lepas akan kebutuhan

penanaman modal atau Investasi, karena Investasi adalah kebutuhan utama dalam

pembangunan yang menghendaki adanya tingkat pertumbuhan. Menyadari

pentingya Investasi dalam pembangunan ekonomi maka pemerintah berusaha

meningkatkan pengeluaran serta kebijaksanaan guna mendorong sektor-sektor

(16)

Investasi atau penanaman modal adalah motor suatu perekonomian,

banyaknya investasi yang direalisasikan didalam suatu negera yang bersangkutan,

sedangkan sedikitnya Investasi akan menunjukkan lambannya laju pertumbuhan

ekonomi (Rosyidi 1991 : 10).

Di samping itu keberadaan inflasi perlu ditekankan pada suatu negara

berkembang lantaran adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan

penawaran barang-barang domestik, menyusul permulaan program Investasi

negara dalam jumlah yang besar, namun dengan munculnya barang konsumsi

penting ke dalam negeri, modal asing dapat membantu meminimumkan tekanan

inflasi tersebut dengan demikian pemasukan modal asing sangat diperlukan untuk

mempercepat pembangunan ekonomi.(M.L Jhingan,2002 :482).

Disini tidak lepas dengan adanya sumber daya alam dan sumber daya

manusia yang sangat penting diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan

ekonomi, hal ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi tidak bisa lepas dari

modal yang dapat diwujudkan dalam bentuk investasi. Investasi tersebut dapat

menunjang pertumbuhan ekonomi dan perluasan tenaga kerja yang diperoleh dari

pemerintah, swasta dan pinjaman luar negeri. Oleh karena itu pemerintah harus

berupaya menciptakan iklim investasi yang kondusif serta sarana yang memadai.

Kestabilan sistem moneter akhir-akhir ini sangatlah mengkhawatirkan

perekonomian Indonesia. Peran aktif pemerintah dalam mengatasi hal ini

sangatlah diharapkan oleh seluruh masyarakat Indonesia mengingat bahwa

gejolak moneter yang terjadi sangatlah berpengaruh besar terhadap pelaksanaan

(17)

dicapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dapat mencegah dan mengendalikan

tingkat inflasi dan stabilnya kurs mata uang asing.

Maslah tinggi rendahnya inflasi akan menjadi faktor penting yang menjadi

pertimbangan para Investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia,

karena hal ini akan berpengaruh terhadap meningkatnya biaya produksi yang

mesti dikeluarkan terutama bagi Investor. Sementara itu nilai kurs yang rendah

akan mempengaruhi Investor asing, berarti harga-harga di Indonesia akan

mengalami penurunan dalam hal ini yang diperhatikan adalah harga bahan baku.

Dalam melaksanakan program pembangunan sudah tentu tidak bisa lepas

dari konsekuensi pembiayaan yang cukup besar, dimana setiap tahunnya

dibutuhkan dana yang semakin meningkat, sejalannya dengan bertambahnya

harapan-harapan dalam upaya mencapai keadaan yang lebih baik.

Dengan begitu pertumbuhan ekonomi menjadi sangat penting untuk

meningkatkan kemampuan produksi, meningkatkan pendapatan masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi menuju pembangunan ekonomi yang efektif dan efisien,

sehingga perlu adanya pengembangan-pengembangan dibidang faktor-faktor yang

mendorong pertumbuhan ekonomi.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

(18)

1. Apakah investasi, tenaga kerja, inflasi, dan ekspor berpengaruh terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian dan Sektor Industri di Jawa

Timur ?

2. Faktor apa yang paling dominan mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

sektor Pertanian dan Sektor Industri di Jawa Timur ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis pengaruh investasi, tenaga kerja, ekspor, inflasi terhadap

pertumbuhan ekonomi sektor pertanian dan sektor industri baik secara

simultan maupun secara parsial.

2. Menganalisis faktor yang paling dominan mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi sektor Pertanian dan sektor Industri di Jawa Timur.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk

digunakan :

1. Sebagai bahan informasi mengenai faktor-faktor yang menentukan

pertumbuhan ekonomi sektor Pertanian dan sektor Industri di Jawa Timur.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang mengadakan penelitian

berkaitan dengan masalah tersebut.

3. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan yang diharapkan dapat

(19)

4. Sebagai bahan referensi perpustakaan FE UPN “VETERAN” Jawa Timur

(20)

7

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian mengenai faktor–faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Penelitian terdahulu tersebut dapat dipakai

sebagai bahan masukan serta bahan pengajian yang berkaitan dengan

pertumbuhan ekonomi antara lain :

a. Soeryani (1999 : 62). Dengan skripsinya

Mengenai “Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di

Jawa Timur”, menyatakan bahwa secara simultan ada pengaruh antara

variabel sektor pertanian (X1), sektor industri pengolahan (X2), dan sektor

perdagangan terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) (X3) di

Jawa Timur. Hal ini diketahui uji F yaitu diperoleh dari Fhitung 6169,016 >

Ftabel 4,76. sedangkan secara parsial, variabel sektor pertanian berpengaruh

terhadap PDRB di jwa Timur dimana thitung 3,478 > ttabel 2,447. variabel

sektor perdagangan tidak berpengaruh terhadap PDRB di Jwa Timur karena

thitung -1,269 > ttabel -2,337 dan penyebabnya adalah berfluktuasinya nilai

upiahterhadap dollar Amerika. Ketiga faktor di atas memberikan pengaruh

pada konstribusi PDRB di Jawa Timur sehingga dapat mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur.

(21)

b. Rakhman (2003 : 95). Dengan skripsinya

Mengenai “Analisis pengaruh tingkat inflasi, investasi dalam negeri, kurs

valas dan penerimaan devisa terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur”.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh secara simultan uji Fhitung > Ftabel, yang

menyatakan bahwa secara keseluruhan indikator tingkat iflasi (X1), investasi

dalam negeri (X2), kurs valuta asing (X3), dan penerimaan devisa (X4)

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur (Y).

dan secara parsial pada tingkat inflasi (X1), dalam pengujian hipotesis

diperoleh thitung sebesar -6,556 < ttabel sebesar -2,571 yang menyatakan

bahwa variabel (X1) berpengaruh secara nyata dan berhubungan negatif

terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur (Y), pada variabel (X2)

berpengaruh secara nyata dan berhubungan positif terhadap variabel (Y). dan

variabel (X3) berpengaruh secara nyata dan berhubungan negatif terhadap

pertumbuhan ekonomi di Jwawa Timur. Pada variabel (X4

c. Agung Bhayangkara (1999 : 64). Dengan skripsinya

) secara parsial

berpengaruh secara nyata dan berhubungan positif ter4hadap pertumbuhan

ekonomi di Jawa Timur (Y).

Mengenai “ pengaruh tingkat investasi, tingkat pengeluaran pemerintah, dan

tingkat pengeluaran konsumsi masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi di

Indonesia “. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara simultan

tingkat investasi, tingkat pengeluaran pemerintah, dan tingkat pengeluaran

konsumsi masyarakat berpengaruh secara nyata terhadap tingkat pertumbuhan

(22)

Hasil analisis secara parsial, hanya tingkat pengeluaran konsumsi masyarat

saja yang berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi. Sedangkan

tingkat pengeluaran pemerintah dan tingkat investasi ternyata tidak

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

d. Yukanti Sriyatiningsih (1999 : 85). Dengan skripsinya

Mengenai “ Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di

Daerah Tingkat II Kabupaten Trenggalek “. Dari hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa secara simultan penerimaan pajak daerah, pengeluaran

pemerintah daerah, dan tingkat inflasi berpengaruh secara nyata terhadap

pertumbuhan ekonomi. Hasil hipotesis secara parsial penerimaan pajak

daerah dan pengeluaran pemerintah daerah mempunyai pengaruh positif

terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan tingkat inflasi mempunyai

pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Dan diantara ketiga

variabel bebas, variabel yang paling dominan mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi di Daerah Tingkat II Kabupaten Trenggalek : adalah tingkat inflasi.

e. Aprianto Dwi H (2001 : 21). Dengan skripsinya

Mengenai “ Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di

Daerah Istimewah Yogyakarta “. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa secara simultan Penanaman Modal Dalam Negeri, Penanaman Modal

Asing, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga kredit berpengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi di Daerah Istimewah Yogyakarta. Hasil uji parsial

Penanaman Modal Dalam Negeri berpengaruh positif dan nyata terhadap

(23)

Penanaman Modal Asing, tingkat inflasi, tingkat suku bunga kredit tidak

berpengaruh secra nyata terhadap pertumbuhan ekonomi.

Penelitian yang diteliti sekarang berbeda dengan penelitian yang terdahulu

dimana terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian-penelitian yang akan

dilakukan. Persamaan tersebut terletak pada variabel terikat yaitu pertumbuhan

ekonomi, sedangkan perbedaanya adalah waktu, tempat, masalah, dan beberapa

variabel yang menjadi obyek penelitian. Perbedaan antara variabel sebagai

berikut:

a) Penelitian sekarang menggunakan variabel investasi, tenaga kerja, inflasi, dan

ekspor

b) Variabel yang digunakan pada penelitian terdahulu antara lain inflasi, tingkat

suku bunga kredit, penerimaan pajak daerah, tingkat pengeluaran konsumsi

masyarakat, dan sektor pertanian.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam

perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam

masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. (Sukirno, 2002 :

10).

Para ahli-ahli ekonomi membedakan pengertian antara perkembangan

ekonomi (economic development) dengan pertumbuhan ekonomi (economic

(24)

masyarakat yaitu tingkat pertambahan GDP (Gross Domestic Product) atau GNP

(Gross National Product) pada suatu tahun tertentu melebihi dari tingkat

pertambahan penduduk. Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai

kenaikan dalam GDP (Gross Domestic Product), tanpa memandang apakah

kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil daripada tingkat pertumbuhan penduduk

atau apakah perubahan dalam struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1999 :

13).

2.2.2. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi

Dalam menetukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu

Negara dihitung pendapatan nasional riil, yaitu produk nasional bruto riil atau

produk domestic bruto riil. Formula yang digunakan untuk menetukan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah (cara1)

PN riil 1 – PN riil

g = x 100%...(Sukirno, 2002 :56 ) PN riil

0

0

Dimana :

g = Tingkat pertumbuhan ekonomi (%)

PN riil 1 = Pendapatan nasional tahun pertumbuhan ekonomi dihitung

PN riil 0

Sedangkan suatu Negara yang tidak melakukan perhitungan pendapatan

nasional menturut harga tetap, untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi

perhitungan harga dilakukan secara dua tahap :

(25)

1. Menghitung pendapatan nasional riil dengan mendeflasikan pendapatan

nasional pada harga masa kini.

2. Menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi. Menghitung pendapatan nasional

riil dengan mendeflasika pendapatan pada harga masa kini dilakukan dengan

menggunakan formula sebagai berikut :

100

PN riil = x PN masa kini i………….(Sukirno, 2002 : 56)

HI 1

Dimana :

PN riil = paendapatan nasional tahun I

HI 1

Pertumbuhan ekonomi bisa bersumber dari pertumbuhan pada sisi

permintaan agregat (AD) atau /dan sisi penawaran agregat (AS). Seperti yang

diilustrasikan pada gambar dibawah, titik perpotongan antara kurva AD dengan

kurva AS adalah titik keseimbangan ekonomi yang menghasilkan suatu jumlah

output agregat (PDB) tertentu dengan tingkat harga umum tertentu. Output = indeks harga atau pendeflasi pendapatan nasional

PN masa kini i = pendapatan nasional pada harga masa tahun 1

Untuk tingkat pembukaan ekonomi di Surabaya, penelitian ini

menggunakan alat indicator PDRB (Produk Domestik Regional Brutu) yaitu nilai

barang dan jasa yang diproduksi di wilayah tertentu (regional) dalam waktu satu

tahun.

(26)

agregat yang dihasilkan di dalam suatu ekonomi (atau negara) selanjutnya

membentuk PN. Apabila pada periode awal (t=0) output adalah Y0, maka yang

dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah apabila pada period berikutnya

output = Y1, yang mana Y1 > Y0. Melalui analisis gambar ini bisa dilihat bahwa

pertumbuhan ekonomi bisa disebabkan oleh pergeseran kurva penawaran (AS1)

sepanjang kurva permintaan (bagian A) atau pergeseran kurva permintaan (AD1

a. Sisi Permintaan Agregat

),

sepanjang kurva penawaran (bagian B).

Gambar 2.1. Permintaan Agregat di dalam Posisi Ekonomi Makro yang

Seimbang

Sumber : Tulus Tambunan, 2003, Perekonomian Indonesia, Ghalia Indonesia, hal. 43

Dari sisi AD, pergeseran kurvanya ke kanan yang mencerminkan

peningkatan permintaan di dalam ekonomi bisa terjadi karena PN, yang terdiri

(27)

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, sisi AD (penggunaan PDB) terdiri dari empat

komponen: konsumsi rumah tangga, investasi (termasuk perubahan stok),

konsumsi/pengeluaran pemerintah, dan ekspor neto (ekspor barang dan jasa minus

impor barang dan jasa). Sisi AD di dalam suatu ekonomi bisa digambarkan dalam

suatu model ekonomi makro sederhana sebagai berikut:

Y = C + I + G + X – M (2.8')

G = Cy + Ca (2.9)

I = -ir + Ia (2.10)

G = Ga (2.11)

X = Xa (2.12)

M = mY + Ma

Persamaan (2.8') menggambarkan keseimbangan antara AS (total

output/PDB) dan AD yang terdiri dari empat komponen tersebut. Persamaan (2.9)

adalah besarnya konsumsi rumah tangga yang ditentukan oleh tingkat pendapatan

dan faktor otonom (tidak tergantung pada tingkat/perubahan pendapatan); ‘c’

adalah koefisien konsumsi (marginal propensity to consume;MPC) dengan nilai

positif antara 0 dan 1, yang artinya, semakin tinggi pendapatan semakin besar

pengeluaran konsumsi rumah tangga. Persamaan (2.10) menunjukkan nilai atau

jumlah investasi (misalnya dalam jumlah proyek) sangat ditentukan oleh tingkat

suku bunga (i) di dalam negeri, selain juga oleh sejumlah faktor-faktor lain yang

bersifat otonom (I

(2.13)

a). Semakin tinggi i, dengan asumsi faktor-faktor lain tetap

(28)

jumlah investasi di dalam ekonomi yang dicerminkan oleh tanda negatif di depan

koefisien ‘r’. Persamaan (2.11) adalah pengeluaran pemerintah yang sifatnya

otonom: besar-kecilnya pengeluaran pemerintah ditentukan oleh faktor-faktor lain

(diantaranya faktor politik) di luar modal tersebut. Demikian juga dengan

persamaan (2.12). Karena Indonesia adalah negara kecil, dilihat dari pangsa

perdagangan negerinya di dalam jumlah volume perdagangan dunia, maka

pertumbuhan ekspor Indonesia lebih ditentukan oleh faktor-faktor eksternal di luar

pengaruh Indonesia seperti permintaan di negara-negara tujuan ekspor. Persamaan

(2.13) menggambarkan bahwa impor ditentukan oleh tingkat pendapatan di dalam

negeri, selain juga oleh faktor otonom. Semakin tinggi pendapatan masyarakat

Indonesia, semakin besar permintaan pasar dalam negeri terhadap impor, yang

terdiri dari barang dan jasa untuk keperluan konsumsi dan kegiatan proses

produksi di dalam negeri.

b. Sisi Penawaran Agregat

Gambar 2.2. Penawaran Agregat di dalam Posisi Ekonomi Makro yang Seimbang

Sumber : Tulus Tambunan, 2003, Perekonomian Indonesia, Ghalia Indonesia, hal. 43.

Dari sisi AS, pertumbuhan output bisa disebabkan oleh peningkatan

volume dari faktor-faktor produksi yang digunakan, seperti tenaga kerja (L),

(29)

sektor pertanian dan energi (E). Pertumbuhan output juga bisa didorong oleh

peningkatan produktivitas dari faktor-faktor tersebut. Jadi, relasi atau output

dengan faktor-faktor produksi dapat ditulis dalam suatu fungsi sederhana sebagai

berikut:

Q = f (X1, X2, X3, ……… Xn) (2.14)

dimana Q mewakili volume output dan X1, X2, …… Xn adalah volume dari

faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut.

Tanda-tanda positif di bawah setiap X menandakan hubungan antara setiap faktor

produksi tersebut dengan output adalah positif jika jumlah X1

1. Pertumbuhan output total

meningkat, output

juga meningkat.

2.2.4 Teori Pertumbuhan Ekonomi

2.2.4.1 Teori Pertumbuhan Menurut Adam Smith

Mengemukakan bahwa proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka

panjang secara sistematis debedakan menjadi dua aspek utama pertumbuhan yaitu:

Unsur pokok dari system produksi di suatu Negara ada 3 yaitu sumber daya

alam yang tersedia (faktor produksi tanah), jumlah penduduk dan stock

barang modal yang tersedia, dengan faktor penunjang penting proses

akumulasi modal yaitu tersedia, dengan faktor penujang penting proses

akumulasi modal yaitu : makin meluasnya pasar (eksport) dan adanya tingkat

keuntungan di atas tingkat keuntungan minimal.

(30)

Penduduk meningkatkan jika tingkat upah untuk hidup tinggi. Tingkat upah

ditentukan oleh kenaikan permintaan dan penawaran tenaga kerja yang

ditentukan oleh laju pertumbuhan stock modal dan laju pertumbuhan output

masyarakat (Arsyad, 1997 : 51-53).

2.2.4.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut R.M Solow

Menurut Solow, pertumbuhan ekonomi tergantung pada pertambahan

penyediaan faktor-faktor produksi dan tingkat kemajuan teknologi (Arsyad, 1997 :

64).

Fungsi produksi yang mendasari model Solow dapat dinyatakan dalam

rumus Y = f (K.L.N,t) dimana K adalah modal, L adalah tenaga kerja, N adalah

sumber daya alam, sedangkan t adalah mencerminkan perkembangan teknologi

dalam perjalanan waktu. Perubahan (pertambangan) pada suatu faktor atau pad

kombinasi faktor-faktor produksi akan membawa perubahan pada hasil produksi.

Solow mnganggap output di dalam perekonomian sebagai suatu keseluruhan,

sebagai satu-satu nya komoditi. Laju produksi tahunannya dinyatakan sebagai

Y(t) yang menggambarkan pendapatan nyata masyarakat, sebagian dari padanya

dikonsumsi dan sisanya ditabung dan diinvestasikan. Bagian yang ditabung (S)

adalah konstan, dan laju tabungan adalah SY (t). K (t) adalah stock modal, jadi

investasi netto adalah luju kenaikkan stok modal (K). dengan demikian persamaan

pokoknya adalah : K = SY, karena output diproduksi dengan menggunakan modal

dan buruh, maka kemungkinan teknologi dinyatakan dengan fungsi produksi : Y =

(31)

Proses pertumbuhan dilihat sebagai suatu proses yang berlangsung dengan

perimbangan-perimbangan diantara faktor-faktor produksi. Harga-harga faktor

produksi adalah fleksibel sehingga ada kemungkinan substitusi diantara

faktor-faktor produksi yang terlibat dalam proses produksi. Dalam keadaan dimana

jumlah tenaga kerja melebihi pasok modal, harga tenaga kerja (Tingkat Upah)

akan menurun. Sebaliknya jika pertumbuhan modal melampaui pertumbuhan

modal melampaui pertumbuhan jumlah tenaga kerja, maka tingkat upah

meningkat, hal ini akan dapat membatasi kemungkinan terjadi penyimpangan dari

ekuilibrium (Jhingan, 1993 : 344 – 350).

Gambar 2.3. Kurva Pertumbuhan Menurut R.M Solow

r

nr

sF (r, 1)

0 r ¹ r

Sumber : Jhingan, 1993, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Rajawali Pers,Jakarta,

hal. 347.

Garis lurus yang melalui titik origin adalah fungsi nr. Sedang kuva lainnya

menggambarkan fungsi sF (r,1). Garis ini ditarik sedemikian rupa sehingga

menunjukkan produktifitas marginal yang semakin menurun. Pada titik pertemuan

(32)

konstan dan stock capital harus diperluas sama besar dengan laju tenaga kerja

yaitu n.

2.2.4.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Harrod-Domar

Istilah pertumbuhan ekonomi, perkembangan dan pembangunan ekonomi

sering dengan secara bergantian maksud yang sama, terutama dalam pembicaraan

mengenai masalah yang berkaitan dengan ekonomi apabila terdapat lebih banyak

output yang dihasilkan sedangkan untuk pembangunan ekonomi tidak hanya

menyangkut banyaknya output yang dihasilkan tetapi juga perubahan-perubahan

kelembagaan dan pengetahuan teknik dalam menghasilkan output yang lebih

banyak dan lebih bervariasi. Oleh karena itu perkembangan ekonomi selalu diikuti

dengan pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2002 : 433).

Teori harrod- Domar mencoba menelaah syarat-syarat diperlukan agar

perekonomian biar tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang dengan mantap

(Steady Growth) (Arsyad, 1997 : 59).

Agar bisa tumbuh, maka perekonomian harus menabung dan

menginvestasikan sebagian dari GNP-nya. Lebih banyak yang dapat ditabung dan

kemudian ditanamkan maka akan lebih cepat lagi perekonomian itu tumbuhnya.

Akan tetapi, tingkat pertumbuhan yang dapat dicapai pada setiap tingkat tabungan

dan investasi tergantung kepada produkfitas investasi tersebut. produktifitas

investasi adalah banyaknya tambahan output yang di dapat dari suatu unit

(33)

Gambar 2.4. Kurva Pertumbuhan Menurut Harood – Domar

S

1+ ∆ 1

∆ 1 I

S0

0

Ys0 = Y0 Ys1

∆c =

COR

Pertambahan pendapatan nasional (∆Y) yang sama dengan paertambahan

kapasitas barang modal (∆c). teori Harrod –Domar adalah perluasan dari

analisis Keynes. Dengan demikian teori berpendapat bahwa kapasitas penuh

pada tahun berikut akan tercapai apabila pengeluaran agregat bertambah

dengan cukup besar sehingga tercapai keadaan : ∆c = ∆Y Y

Sumber : Sadono Sukirno, 2000, Ekonomi Pembangunan Proses Masalah dan

DasarKebijaksanaan, Penerbit LPFE dan Bima Grafika, Jakarta.

Syarat untuk menciptakan pertumbuhan teguh yang dikemukakan oleh

Harrod – Domar (Sukirno, 1994 : 433) ada dua hal yang perlu diketahui :

Pertambahan kapasitas barang modal tergantung dua faktor, yaitu rasio modal

produksi (bernilai COR), investasi yang dilakukan (bernilai I), pertambahan

kapasitas barang modal (∆c) :

(34)

2.2.4.4 Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kaldor

Salah satu cirri penting model kaldor adalah bahwa ia memperkenalkan

“fungsi kemajuan teknik” sebagai pengganti fungsi produksi biasa mengaitkan

output perkepala dengan modal perkepala. Dalam hal ini kaldor memasukkan

peranan pendapatan, upah, keuntungan, modal, tabungan, dan investasi.

Fungsi kemajuan teknik dapat juga diterapkan pada perekonomian

terbelakang yang kurang mempunyai kapasitas menyerap perubahan teknologoi

akibat kelangkaan modal dan sumber-sumber lain. Akan tetapi dengan adanya

berbagai penemuan baru dan meningkatnya kemampuan perekonomian Negara

terbelakang dalam menerapkan perubahan teknologi, fungsi kemajuan teknik

dapat secara perlahan meningkat naik (Jhingan, 1993 : 360 – 361).

Gambar 2.5. Kurva Pertumbuhan Menurut Kaldor

y nr p

r

r

0 K x

Sumber : Jhingan, 1993, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Rajawali Pers,

Jakarta, hal. 353.

Dalam gambar di atas TT¹ adalah fungsi kemajuan teknikal yang cembung

ke atas tetapi mendatar setelah titik tertentu, seperti P, apabila modal per pekerja

mulai turun. x adalah pertumbuhan prosentase tahunan di dalam modal perkerja

(35)

1 dk

pada tahun t ( . ) yang digambarkan secara horizontal dan y adalah kt dt

1 do

prosentase tahunan per pekerja pada tahun t( . ) yang diukur secara Ot dt

vertikal. Pada titik P, laju prosentase pertumbuhan modal sama dengan laju

pertumbuhan output (pendapatan).

2.2.4.5 Tahap-tahap Pertumbuhan Ekonomi Menurut W.W. Rostow

1. Masyarakat tradisional

Pada tahap ini kegiatan produksi masyarakat relatif masih primitive yang

didasarkan pada ilmu dan teknologi serta cara hidup masyarakat yang masih

dipengaruhi oleh nilai-nilai yang kurang rasional dan kebiasaan

turun-temurun.

2. Tahap Prasyarat Tinggal Landas

Tahap ini merupakan suatu proses yang menyebabkan perubahan

karakteristik penting suatu masa misalnya perubahan keadaan system politik,

kultur social, system nilai dalam suatu masyarakat dan struktur ekonominya.

Jika perubahan seperti itu terjadi maka proses pertumbuhan ekonomi sudah

terjadi dan masyarakat yang sudah mencapai proses pertumbuhan yang

demikian dapat dianggap sudah berada pada tahap ini.

3. Tahap Tinggal Landas

Pada tahap ini pertumbuhan ekonomi selalu terjadi, pada awal tahap ini

terjadi perubahan yang drastic dalam masyarakat antara lain perubahan

(36)

sebagai akibat dari perubahan secara teratur sehingga akan tercapai inovasi

dan peningkatan investasi. Perkembangan investasi dari 5% - 10% dari

produk nasional bersih akan mempercepat pertumbuhan sector industri

modern dan laju pertumbuhan nasional melebihi tingkat pertumbuhan

penduduk, berarti pendapatan perkapita semakin meningkat.

4. Tahap Menuju Kedewasaan

Diartikan oleh Rostow sebagai masa dimana masyarakat sudah efektif

menggunakan karakteristik non ekonomi dari masyarakat yang telah

mencapai tahap menuju kedewasaan sebagai berikut :

Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan, peranan sector

industri dengan tingkat pertumbuhan yang sangat tinggi.

a. Sifat kepemimpinan perusahaan mengalami perubahan peranmanajer

proposal semakin penting dan menggantikan kedudukan pengusaha atau

pemilik.

b. Kritik–kritik industrialisasi mulai muncul sebagai akibat adanya

industrialisasi.

5. Tahap Konsumsi Tinggi

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari teori pembangunan Rostow. Pada

tahap ini perhatian masyarakat telah lebih menekankan pada masalah-masalah

yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat bukan lagi

kepada produksi. Pada tahap ini ada 3 macam tujuan :

a. Memperbesar kekuasaan dan pengaruh keluar negeri dan kecenderungan

(37)

b. Menciptakan kemakmuran yang lebih merata kepada penduduknya

dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang

lebih merata melalui system pajak yang progresif.

c. Meningkatnya konsumsi masyarakat dari kebutuhan pokok (papan,

sandang, dan pangan) menjadi barang konsumsi tahap lama dan barang

mewah (Arsyad, 1997 : 43-50).

Jadi pengertian pertumbuhan ekonomi adalah kenaikkan jangka panjang

dalam kemampuan suatu Negara untuk menyediakan semakin banyak jenis

barang–barang ekonomi kepada penduduk kemampuan ini tumbuh sesuai dengan

kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dari ideology yang diperlukan.

2.2.5. Faktor-faktor Pertumbuhan ekonomi

Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor

ekonomi dan faktor non ekonomi. Yang termasuk dalam faktor ekonomi adalah

Sumber Daya Manusia, modal usaha, teknologi, dsb. Pertumbuhan ekonomi tidak

lepas dari faktor non ekonomi seperti lembaga sosial, non politik, dan nilai-nilai

moral dalam suatu bangsa. Faktor-faktor ini menunjang pertumbuhan ekonomi.

Faktor-faktor ekonomi dan faktor non ekonomi harus dapat menumbuhkan

kemajuan ekonomi dan melakukan usaha untuk dapat meningkatkan pertumbuhan

ekonomi. Menurut Kuznuts (Todaro 1994 : 122) 3 komponen pertumbuhan

ekonomi dipisahkan lagi menjadi 6 karakteristik dalam proses pertumbuhan

ekonomi yaitu :

(38)

2. Tingginya tingkat penambahan jumlah faktor produktivitas, terutama

produktivitas tenaga kerja.

3. Tingginya tingkat transformasi struktur ekonomi.

4. Tingginya tingkat transformasi sosial ideologi.

5. Kecenderungan negara-negara yang ekonominya sudah maju untuk pergi ke

segala pelosok dunia guna mendapatkan pasaran dan bahan baku.

6. Pertumbuhan ekonomi hanya terbatas pada 3 segi populasi dunia.

Keenam karakteristik ini saling memperkuat dan mempercepat

pertumbuhan ekonomi dan pada akhirnya nanti akan membawa

penemuan-penemuan baru yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi selanjutnya.

Unsur utama yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi yaitu stok

modal yang secara terus menerus berkembang serta mengalami kenaikan kualitas,

angkatan kerja yang sehat dan cukup terdidik, dan tingkat pertumbuhan jumlah

penduduk yang cukup rendah sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan

modal perkapita.

Pertumbuhan ekonomi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan

pertumbuhan pendapatan perkapita menuntut adanya kenaikan Product Domestic

Bruto (PDB) atau pendapatan nasional. PDB (Product Domestic Bruto) sangat

ditentukan oleh digunakannya faktor-faktor produksi, tenaga kerja, sumber daya

manusia, teknologi, dan kondisi sosial di negara yang bersangkutan.

Dengan sumber daya alam dapat mempermudah pembangunan

perekonomian suatu negara terutama pada masa-masa permulaan dan masa proses

(39)

mempunyai pengaruh yang tidak kecil. Jumlah penduduk yang bertambah dapat

memberikan adanya 2 kemungkinan yaitu mendorong perkembangan atau malah

sebaliknya menghambat pertumbuhan ekonomi. Kelebihan penduduk akan

membawa masyarakat kembali pada taraf pembangunan yang rendah akibat angka

pembagi pendapatan nasional yang tinggi. Selain itu penduduk dapat memberikan

sumbangan positif karena perkembangannya akan memperluas pasar bagi out put

yang dihasilkan dan dapat melakukan perbaikan dalam kemahiran dan mutu yang

dapat menciptakan berbagai akibat negatif bagi pembangunan serta penduduk

menyediakan pengusaha yang inovatif yang menjadi unsur penting dalam

penciptaan akumulasi modal ( Sukirno 1985 : 299 ).

Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Malthus ( Jhingan : 78 )

menyatakan bahwa proses pembangunan ekonomi tidak berjalan dengan

sendirinya, melainkan suatu proses naik turunnya aktivitas ekonomi lebih dari

sekedar lancar tidaknya aktivitas yang memerlukan segala usaha yang konsisten

dari berbagai pihak dengan titik perhatian pada peningkatan kesejahteraan suatu

usaha negara.

Pada teori ini pertumbuhan penduduk merupakan akibat dari proses

pembangunan pembangunan dengan meningkatnya kesejahteraan dengan catatan

pertambahan penduduk meningkatkan permintaan efektif dengan 2 unsur

kesejahteraan yakni peranan produksi dan peranan distribusi yang ditopang oleh

penambahan secara terus menerus yang berasal dari laba atau keuntungan para

pemilik modal

(40)

2.2.6. Pengertian Pertanian

2.2.6.1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian

Pengertian pertanian adalah suatu proses produksi yang didasarkan atas

pertumbuhan tanaman dan hewan.(Sorma, 1990 : 41)

Pertanian merupakan industi primer yang mencakup pengorganisasian

sumber daya tanah, air, mineral dan modal dalam berbagai bentuk pengolahan dari

tenaga kerja untuk memproduksi dan memasarkan berbagai orang yang diperlukan

oleh manusia.

Pertanian tanaman budidaya sering disebut dengan pertanian rakyat yaitu

usaha pertanian keluarga, dimana memproduksi bahan makanan utama serti beras,

palawija dan tanaman hortikultura seperti sayur mayur dan buah-buahan.

Pertanian rakyat diusahakan di tanah-tanah sawah lading dan pekarangan,

sedangkan pertanian besar dikelolah oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN),

suatu PTP (Perseroan Terbatas Perkebunan) mempunyai lahan yang cukup luas

dan mempunyai system managemen yang baik.(Anonim, 2005 : 9)

2.2.6.2. Ciri-ciri Umum Pertanian

Dari sudut pandang yang luas sesungguhnya sektor pertanian meliputi

pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan.

Ciri sektor pertanian di Indonesia barangkali dapat dikategorikan berdasarkan ciri

spesifik sektor pertanian dalam perkonomian Indonesia. Ciri ini antara lain :

a. Pertanian Indonesia merupakan pertanian tropis, dalam artian bahwa

(41)

karenanya iklim di Indonesia tidak mengenal iklim dingin atau musim dingin,

musim gugur atau musim semi. Tipe iklim yang berbeda ini akan menentukan

tipe tanaman yang diusahakan oleh petani-petani di Indonesia.

b. Pertanian di Indonesia hanya mengenal musim hujan dan musim kemarau.

Biasanya musim hujan diawali pada September-Oktober dan diakhiri pada

Maret-April. Di awal musim hujan biasanya petani mengusahakan tanaman

padi, karena irigasinya tersedia dalam jumlah yang cukup. Sebaliknya di

daerah yang irigasinya tidak tersedia dalam jumlah yang memadai, diusahakan

tanaman palawija, seperti kedelai, jagung, atau lainnya.

c. Pertanian di Indonesia dicirikan oleh pengusahaannya dalam luas usaha yang

relatif sempit, kurang dari satu hektar. Luas usaha yang demikian dicirikan

oleh adanya tanaman bahan makanan. Sebaliknya di daerah yang usaha

pertaniannya dilakukan dalam jumlah yang luas, maka disitu diusahakan

tanaman perkebunan seperti kopi, karet, dan sebagainya.

d. Pertanian di Indonesia juga dicirikan oleh luasnya lahan kering dibandingkan

dengan lahan sawah. Lahan kering dapat berupa tegalan, tanah dipegunungan

atau padang alang-alang. Khususya di Indonesia bagian timur, persentase luas

lahan kering malah lebih luas. Hal ini disebabkan karena kurangnya curah

hujan didaerah itu.

e. Pertanian di Indonesia juga dicirikan oleh banyaknya penggunaan tenaga kerja

manusia dan relatif sedikit penggunaan tenaga kerja mesin.

(42)

Indonesia sebagai negara agraris pada tahun-tahun yang lalu hingga

sekarang.(Soekarwati, 1993 : 96).

2.2.7. Pengertian Industri

2.2.7.1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Industri

Industri adalah usaha produktif terutama dalam bidang produksi atau

perusahaan tertentu untuk menyelenggarakan jasa-jasa misalnya transportasi dan

peralatan perhubungan yang menggunakan modal tenaga kerja dalam jumlah

relatif besar. (Nisjar dan Winardi, 1997 : 181)

Industri adalah tiap usaha yang merupakan unit produksi yang membuat

barang atau yang mengerjakan sesuatu barang atau bahan untuk masyarakat

disuatu tempat tertentu. (Arsyad, 1992 : 57)

Menurut Undang-Undang RI No. 5 tahun 1984 pasal 1 tentang

perindustrian adalah kegiatan ekonomi yang mengelola bahan mentah, bahan

baku, barang setengah jadi dan barang jadi menjadi barang yang bernilai lebih

tinggi, untuk penggunaannya termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasa

industri. (Anonim, 1994 : 21)

Dalam usaha untuk menanggulangi kesulitan dan masalah ekonomi

guna mensukseskan program pemerintah dalam rangka meningkatkan

pertumbuhan ekonomi negara, maka sector industri merupakan salah satu tulang

punggung kejayaan negara. Jadi indusrti adalah suatu lokasi dimana aktifitas

pengolahan bahan produk hingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi

(43)

industri ini dapat dilihat dari beberapa sudut pandang yaitu pengelompokan

industri secara nasional dan dibagi 3 kelompok besar yaitu :

1. Kelompok industi dasar yang dibagi dua bagian, antara lain :

a. Kelompok industri mesin dan logam dasar, seperti besi, baja, dan

lain-lain

b. Kelompok industri kimia dasar

Kelompok ini mempunyai misi pertumbuhan ekonomi dan teknologi

yang digunakan adalah teknologi maju dan teruji yang bersifat tidak

padat karya.

2. Kelompok industri hilir

Yaitu aneka industri dengan misi pertumbuhan ekonomi dan pemerataan

dalam memperluas kesempatan kerja dan bersifat tidak padat modal. Sedangkan

teknologi yang digunakan teknologi menengah dan teknologi maju.

3. Kelompok Industri Kecil

Yaitu kelompok industri dengan nilai pemerataan dan menggunakan

teknologi sederhana serta bersifat padat karya.(Arsyad,1999 : 366)

2.2.8. Investasi

2.2.8.1. Pengertian Investasi

Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan

penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan

perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan

(44)

Pengertian yang lain dalam investasi yaitu merupakan modal yang

digunakan untuk menghasilkan tingkat output dan dibutuhkan sebagai penggerak

sektor ekonomi dengan meningkatnya kemampuan memproduksi barang dan jasa.

Investasi pada dasarnya digolongkan menjadi 3 meliputi : (1) pembelian berbagai

jenis barang modal yaitu mesin-mesin, peralatan produksi lainnya untuk

mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan. (2) pengeluaran untuk

pembangunan rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan

bangunan lainnya. (3) pertambahan nilai stok barang-barang yang masih dalam

proses produksi pada akhir tahun perhitungan pendapatan nasional ( Rusdiansyah,

1998 : 73 ).

2.2.8.2. Teori Investasi

Masalah investasi adalah masalah yang langsung berkaitan dengan

besarnya pengharapan akan pendapatan dari barang modal di masa depan.

Pengharapan dimasa depan inilah yang menjadi faktor yang sangat penting untuk

menentukan besarnya investasi.

Menurut ( Soeparmoko, 1992 : 84 )

terdapat teori tentang investasi yaitu :

1. Teori Klasik

Teori klasik tentang investasi pada pokonya didasarkan pada teori

prodiktivitas batas (Marginal Produktivity) dari faktor produksi modal. Menurut

teori ini besarnya modal yang diinvestasikan dalam proses produksi ditentukan

(45)

investasi itu akan terus dilakukan bila mana produktivitas batas dari investasi itu

masih lebih tinggi dari pada tingkat bunga yang akan diinvestasikan. Dengan teori

produktivitas batas, maka masalah investasi oleh para ahli ekonomi klasik

dipecahkan atas dasar prinsip maksimalisasi laba dari perusahaan individu. Sebab

suatu perusahaan akan memaksimalisasikan labanya dalam suatu persaingan

sempurna, bila perusahaan itu menggunakan modalnya sampai pada jumlah

produk marginal kapitalnya sama dengan harga capital yaitu suku bunga, teori

klasik dapat disempurnakan sebagai berikut :

a. Suatu investasi akan dijalankan apabila pendapatan dari investasi itu akan

lebih besar dari tingkat bunga. Pendapatan dari investasi merupakan jumlah

yang akan diterima setiap akhir tahun, selama barang modal digunakan dalam

produksi.

b. Investasi dalam barang modal adalah menguntungkan apabila biaya ditambah

bunga lebih kecil dari pendapatan yang diharapkan investasi itu.

2. Teori Keynes

Masalah investasi baik penentuan jumlah maupun kesempatan untuk

melakukan investasi oleh Keynes didasarkan oleh konsep MEI (Marginal

Efficiency of Investment) ini antara lain disebabkan oleh dua hal :

a. Bahwa semakin banyak jumlah investasi yang terlaksana dalam masyarakat,

(46)

Sebab semakin banyak investasi itu yang terlaksana dalam berbagai lapangan

ekonomi, mak semakin sengitlah persaingan investor sehingga MEI

(Marginal Efficiency of nvesment) menurun.

b. Semakin banyak investasi dilakukan, maka biaya dari barang modal menjadi

lebih tinggi.

2.2.8.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi (Rusdiansyah, 1998 : 74)

antara lain :

1. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh, keuntungan

investasi merupakan tujuan utama dalam invesatsi karena invesatsi tidak akan

dilakukan apabila secara ekonomis tidak menguntungkan.

2. Tingkat bunga akan mempengaruhi keputusan investasi apabila tingkat bunga

naik maka investasi akan turun, hal ini terkait antara tingkat bunga yang

dianggap sebagai sewa modal dengan keuntungan yang diperoleh.

3. Ramalan mengenai keadaan ekonomi dimasa depan, keadaan yang

memperhatikan masa yang akan datang dilihat dari fundamental ekonomi dan

sosial politik.

4. Kemajuan teknologi, dengan adanya kemajuan teknologi akan membantu

terhadap peningkatan ekonomi dengan sistem dan alat yang mendukung.

5. Tingkat pendapatan nasional dan perubahannya, akan tercipta mekanisme

(47)

6. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan sebagai gambaran dari

studi banding bahwa suatu investasi perusahaan menguntungkan atau tidak.

Gambar 2.6. Hubungan antara Suku Bunga dan Pengeluaran Investasi

r2 A

r1 B

Kurva Investasi

I2 I1 Pengeluaran Investasi

Sumber

Pada saat Tingkat suku Bunga sebesar r1, pengeluaran konsumsi ádalah I1.

tingkat Suku Bunga mengalami kenaikan menjadi r2, maka pengeluaran investasi

akan mengalami penurunan sebesar I2. Tingkat Suku Bunga perbankan disuatu

negara merupakan salah satu cerminan baiknya sistem perbankan di negara yang

bersangkutan. Dengan tingginya tingkat suku bunga akan berdampak pada

rendahnya minat investor untuk melakukan investasi sehingga akan : Sudarman, 2004, Pengantar Ekonomika Makro, PT. Media Global Edukasi,

Jakarta, hal 47.

(48)

mengakibatkan kelesuan disector riil yang pada akhirnya mengurangi jumlah

barang dan jasa yang dihasilkan.

2.2.8.4. Jenis-Jenis Investasi

(Rosyidi, 1993 : 161) membagi investasi menurut jenisnya menjadi 4

yaitu :

a. Autonomous Investment dan Induced Investment.

Autonomous Investment (Investasi Otonom) adalah investasi yang besar

kecilnya tidak terpengaruh oleh pendapatan, tapi dapat berubah oleh karena

adanya perubahan. Faktor-faktor diluar pendapatan, seperti tingkat teknologi,

kebijakan pemerintah dan sebagainya. Sedangkan Induced Investment

(Investasi Berimbas) adalah investasi yang sangatdipengaruhi oleh tingkat

pendapatan.

b. Public Investment dan Private Investment.

Public Investment adalah penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah

sedangkan Private Investment adalah investasi yang dilakukan oleh swasta.

c. Domestic Investment dan Foreign Investment.

Domestic Investment adalah penanaman modal didalam negeri sedangkan

Foreign Investment adalah penanaman modal diluar negeri atau asing.

d. Gross Investment dan Net Investment.

Gross Investment (Investasi Bruto) adalah total seluruh investasi yang

diadakan pada suatu ketika sedangkan Net Investment (Investasi Netto) adalah

(49)

Dari keempat unsur-unsur di atas akan semakin nyata bahwa investasi

memegang peranan penting dalam perekonomian, sebab tidak lain dan tidak

bukan adalah karena investasi merupakan cermin daripada produksi, sehingga

tanpa adanya investasi yang memadai produksi akan macet. Jika investasi tidak

ada sama sekali maka produksi juga tidak ada.

Manfaat investasi dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Untuk keperluan konstruksi

Konstruksi adalah pembangunan atau pendirian sesuatu yang sama sekali

baru.

2. Untuk keperluan rehabilitasi atau perbaikan

Apabila pembangunan itu pada suatu saat rusak, entah apa sebabnya dan

kemudian diperbaiki, maka pengeluaran ini adalah pengeluaran untuk

keperluan rehabilitasi.

3. Untuk keperluan ekspansi atau perluasan

Apabila bangunan tadi perlu diperluas, maka perluasan ini yang disebut

dengan ekspansi.( Rosyidi, 1993 : 158-160 )

2.2.8.5. Hubungan antara investasi dengan pertumbuhan ekonomi

Investasi dalam pertumbuhan ekonomi memegang peranan sangat

penting dan dominan. Investasi bagi negara sedang berkembang sangat

dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan ekonominya. Pada tahap awal

pembangunan, suatu negara perlu adanya pembentukan modal yang sangat

(50)

memberikan kontribusi pendapatan terhadap negara. Akumulasi modal yang

cukup besar dalam tingkat pertumbuhan ekonomi yang mantap dan kuat dalam

jangka panjang hanya bisa terjadi jika masyarakat mampu mempertahankan

proporsi investasi yang cukup besar dari GDPnya, proporsi tersebut tergantung

daripada lingkungan dimana akumulasi modal terjadi dan tergantung pada

beberapa tingkat pertumbuhan ekonomi yang diinginkan untuk mencapai tujuan

pokok masyarakat (Arsyad, 1999 : 139).

Di tengah lingkungan ekonomi politik dunia usaha yang cenderung

memburuk, minat sektor swasta dan PMDN untuk melakukan investasi menjadi

menurun. Karena itu dibutuhkan suatu ekonomi politik yang baik dan tepat untuk

meningkatkan investasi di bidang dunia usaha. Penurunan kinerja investasi

banyak dipengaruhi beberapa faktor-faktor yang terjadi dalam ekonomi politik.

Ada dua faktor utama yang membawa keterpurukan bagi kinerja investasi yaitu

pertama, perbankan enggan meminjamkan dananya ditengah permintaan dana

yang mulai meningkat. Kedua , resiko ketidakpastian usaha. Lingkungan politik

dunia usaha yang tidak kondusif bagi penanaman modal biasa menjadi stagnasi

investasi.

2.2.9. Tenaga Kerja

2.2.9.1. Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur di dalam batas usia kerja.

(51)

yang di anut oleh Indonesia adalah minimum 10 tahun tergolong sebagai tenaga

kerja. (Dumairy, 1997 : 74).

Tenaga kerja (man power) adalah kemampuan manusia untuk

mengeluarkan usaha tiap satuan waktu guna menghasilkan barang dan jasa, baik

untuk dirinya sendiri maupun orang lain. (Suroto, 1992 : 17).

Tenaga kerja yaitu penduduk pada usia kerja yaitu antara 15 sampai 64

tahun. Penduduk pada usia kerja ini digolongkan menjadi dua yaitu angkatan kerja

(labour force) dan bukan angkatan kerja. (Suparmoko, 1992 : 114).

Tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia untuk sanggup bekerja.

Pengertian tenaga kerja ini meliputi mereka yang bekerja untuk diri sendiri

ataupun untuk anggota keluarga yang tidak menerima bayaran berupa upah

ataupun mereka yang bersedia dan mampu untuk bekerja, dalam arti mereka

menganggur dengan terpaksa karena tidak ada kesempatan kerja. (Sumarsono,

2003 : 5).

Tenaga kerja adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang

bekerja, sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah

dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang disebut terakhir (pencari kerja,

bersekolah dan mengurus rumah tangga) walaupun sedang tidak bekerja, mereka

dianggap fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. (Simanjuntak,

(52)

2.2.9.2. Pengertian Angkatan Kerja

Angkatan kerja adalah bagian penduduk yang mampu dan bersedia

melakukan pekerjaan. Kata“mampu”disini menunjukkan kepada tiga hal, yaitu :

a. Mampu fisik, yaitu sudah cukup umur, jasmani, sudah cukup kuat dan tidak

mempunyai cacat mental.

b. Mampu mental, yaitu mempunyai mental yang sehat dan tidak memiliki

kelainan untuk melakukan pekerjaan normal.

c. Mampu yuridis, yaitu tidak kehilangan kebebasan dan bersedia untuk

memiliki dan melakukan pekerjaan. Kata “bersedia” berarti orang yang

bersangkutan dapat secara aktif mampu dan pasif atas kemauannya sendiri

mencari pekerjaan. (Dumairy, 1997 : 75).

Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan penduduk yang belum

bekerja, namun siap untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tingkat

upah yang berlaku. Sedangkan penduduk yang bekerja adalah mereka yang

melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh

penghasilan, baik bekerja penuh maupun tidak bekerja penuh. (Suparmoko, 1992

: 67).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa angkatan kerja

adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai

(53)

2.2.9.3. Pengertian Bukan Angkatan Kerja

Bukan Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja

atau sedang mencari pekerjaan. (Sumarsono, 2003 : 116).

Bukan Angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia

yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari

pekerjaan. Mereka ini adalah bagian dari tenaga yang sesungguhnya tidak terlihat

dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa yang bukan

angkatan kerja disini dapat di golongkan menjadi 3 golongan, yaitu:

a. Golongan yang bersekolah, yaitu mereka yang kegiatannya hanya sekolah.

b. Golongan yang mengurus rumah tangga, yaitu mereka yang mengurus

rumah tangga tanpa memperoleh upah.

c. Golongan lain-lain, yaitu :

1. Penerima pendapatan yaitu mereka yang tidak melakukan sesuatu

kegiatan ekonomi, tetapi memperoleh pendapatan, seperti: tunjangan

pensiun, bunga atas pinjaman atau sewa atas hak milik.

2. Mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain.

Konsep memilah-memilah tenaga kerja seperti ini disebut

pendekatan angkatan kerja (labour force approach), yang

diperkenalkan oleh International Labour Organization (ILO).

(54)

Gambar 2.7. Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja

Sumber : Simanjuntak J. Payaman, 1995, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia,

Penerbit LPFE UI, Jakarta, Halaman 19.

Keterangan :

Jumlah penduduk dan angkatan kerja, serta laju pertumbuhan penduduk

yang tinggi sebenarnya tidak perlu menjadi masalah bila daya dukung yang efektif

di negara itu cukup kuat untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan masyarakat

termasuk penyediaan kesempatan kerja.

Penduduk

Tenaga Kerja Bukan Tenaga Kerja

Bukan Angkatan Kerja Angkatan Kerja

Penerima Pendapatan MengurusRumah

Tangga Sekolah

Setengah Pengangguran Bekerja Penuh Bekerja

Pengangguran

Penghasilan Rendah Produktifitas Rendah

(55)

Penduduk disuatu negara bisa menjadi tenaga kerja atau bukan tenaga

kerja. Tenaga kerja dapat dibagi menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan

kerja, sekalipun mereka adalah angkatan kerja tidak semua angkatan kerja akan

bekerja, ada juga yang menganggur. Penduduk yang telah bekerja juga tidak

selalu bekerja penuh, ada penduduk yang bekerja setengah menganggur, dapat

dilihat dan setengah pengangguran kentara karena jam kerja yang sedikit dan

pengangguran tidak kentara karena produktivitas rendah ataupun penghasilan

yang rendah.

Bukan angkatan kerja dalam hal ini disebabkan oleh beberapa hal karena

masih duduk dibangku sekolah, mengurus rumah tangga bagi mereka yang telah

berkeluarga, penerima pendapatan atau orang yang tidak produktif tetapi

mendapatkan imbalan seperti, pensiunan pendapatan dari jasa sewa, bunga

simpanan dan lain sebagainya. (Simanjuntak, 1995 : 16).

2.2.9.4. Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan tenaga kerja adalah kebutuhan yang sudah didasarkan atas

kesediaan membayarkan upah tertentu sebagai imbalan pemberian kerja

bermaksud menggunakan atau meminta sekian orang karyawan dengan kesediaan

membayar upah sekian rupiah setiap waktu. Jadi, dalam permintaan ini sudah ikut

dipertimbangkan tinggi rendahnya upah yang berlaku dalam masyarakat atau yang

(56)

Gambar 2.8. Kurva Permintaan Tenaga Kerja

Sumber : Simanjuntak J. Payaman, 1995, Pengantar Ekonomi Sumber Daya

Manusia, Penerbit LPFE UI, Jakarta, Halaman 75. X P

Keterangan

Garis DD melukiskan nilai hasil marginal karyawan (Value marginal

physical pruduct of VMPP :

L) untuk setiap tingkat penempatan. Bila misalnya

jumlah karyawan yang dipekerjakan sebanyak OA = 100 orang, maka nilai hasil

kerja orang yang ke 100 dinamakan VMPPL nya dan besarnya sama dengan :

MPPL X P = W1. Nilai ini lebih besar dari tingkat upah yang sedang berlaku (W).

Oleh karena itu laba perusahaan akan bertambah dengan menambah tenaga kerja

(57)

orang hingga ON. Dititik N pengusaha mencapai laba maksimum dan nilai MPPL X P sama dengan upah yang dibayarkan kepada karyawan.

2.2.9.5. Penawaran Tenaga Kerja

Persediaan tenaga kerja adalah istilah yang biasanya juga belum

dihubungkan dengan faktor upah. Sedangkan dalam istilah penawaran tenaga

kerja sudah ikut dipertimbangkan faktor upahnya. Dalam hal ini pencari kerja

bersedia menerima pekerjaan itu atau menawarkan tenaganya apabila kepadanya

diberikan upah sekian rupiah setiap waktu. (Suroto, 1992 : 22).

Gambar 2.9. Kurva Penawaran Tenaga kerja

Sumber : Nopirin, 1992, Ekonomi Moneter, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 16.

tenaga kerja yang ditawarkan adalah N1. Apabila harga harapan naik menjadi Pe =

2.0; tingkat upah w2 akan memberikan upah riil yang sama, sehingga jumlah

(58)

akan naik apabila upah riilnya naik, yakni apabila upah nominal naik menjadi W2

sedang yang diharapkan tetap tidak berubah pada Pe

Upah Nominal

= 1.0

Gambar 2.10. Keseimbangan dalam Pasar Tenaga Kerja

WL NS (P1)

W1

W2 ND (P1)

N2 N1 N3 L Tenaga Kerja

Sumber : Nopirin, 1992, Ekonomi Moneter, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 16.

Keseimbangan dalam pasar tenaga kerja akan terjadi pada tingkat upah

riil dimana jumlah tenaga kerja yang diminta sama dengan yang ditawarkan. Pada

gambar 3 keseimbangan terjadi pada tingkat upah (nominal) W Keterangan :

1 dengan jumlah

tenaga kerja N1 pada harga P1. Jika upah nominal turun menjadi W2, dengan

harga tetap P1 berarti upah riil turun, jumlah tenaga kerja yang diminta (N3)

(59)

akan mendorong tingkat upah naik sampai ke W1

Laju Inflasi merupakan salah satu indikator ekonomi yang penting untuk

nilai keadaan perekonomian pada suatu periode wakyu tertentu dan menilai

pertumbuhan ekonomi selama suatu jangka waktu tertentu. bila sebagian besar

harga diukur oleh pemerintah, maka harga–harga yang di subsidi pemerintah dan kembali dimana tingkat upah

riil juga kembali.

2.2.9.6. Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Tenaga kerja yang bertambah tinnggi akan memungkinkan untuk

menambah jumlah produksi barang dan jasa, karena perkembangan tenaga kerja

dapat menimbulkan dorongan kepada pertambahan produksi dan tingkat kegiatan

ekonomi. Hal ini nantinya akan berimbas pada kenaikan pendapatan nasional dan

memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi.

2.3. Inflasi

2.3.1. Pengertian Inflasi

Inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan

ditentukan hampir di semua negara, dapat juga diartikan sebagai salah satu bentuk

penyakit ekonomi yang sering kambuh dan harus berupaya untuk dikendalikan.

Inflasi dimaksudkan keadaan dimana senantiasa terjadi peningkatan harga–harga

pada umumnya, atau suatu keadaan dimana terjadinya turunya nilai mata uang.

Kemudian menurut Boediono yang dimaksud dengan Inflasi itu adalah

“kecenderungan dari harga–harga untuk naik secara umum dan secara terus–

(60)

ditetapkan oleh badan statistik adalah harga–harga resmi pemerintah tapi mungkin

dalam realita ada kecenderungan harga terus naik . Inflasi yang ditutupi akan

sering muncul jika pemerintah terus–menerus mensubsidi harga–harga tertentu,

misalnya harga BBM (Bahan Bakar Minyak).

Sebelum tahun 1970 para ekonomi mendefinisikan inflasi sebagai suatu

kenaikan dalam tingkat harga umum, tetapi sejak awal 1970an mulai dipisahkan

antara inflasi dan tingkat harga. suatu kenaikan dalam tingkat harga atau

perubahan positif dimana index harga konsumen semakin besar, tetapi perubahan

itu tidak berlangsung terus, maka dapat dikatakan sebagai perubahan tingkat

harga. Akan tetapi apabila perubahan itu berlangsung terus, maka dikatakan

sebagai inflasi. Kenaikan tingkat harga yang continue ini bias terjadi pada saat–

saat lebaran, natal atau sehari–hari raya yang lain. Kenaikan harga seperti ini tidak

dianggap sebagai suatu masalah ekonomi.

Inflasi yang merupakan suatu gejala dari harga–harga disebabkan oleh

berbagai hal seperti telah dikatakan tadi bahwa harga merupakan benturan antara

kekuatan supply dan kekuatan demand. adanya perubahan harga karena adanya

gangguan terhadap keseimbangan yang lama sehingga kedua kekuatan tersebut

berinteraksi mencari suatu keseimbangan baru.

2.3.2. Jenis Inflasi

Inflasi dapat digolongkan dalam beberapa macam penggolongan antara

lain (Boediono, 2001).

Gambar

Gambar  2.2.  Penawaran Agregat di dalam Posisi Ekonomi Makro yang Seimbang
Gambar 2.3.  Kurva Pertumbuhan Menurut R.M Solow
Gambar 2.4. Kurva Pertumbuhan Menurut Harood – Domar
Gambar 2.5. Kurva Pertumbuhan Menurut Kaldor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil simulasi didapatkan hasil bahwa pada sistem tanpa menggunakan kode konvolusi memiliki kinerja yang lebih baik karena sudah mencapai BER 10 -3 ketika

Tujuan penulisan laporan akhir ini adalah untuk mengetahui Pengendalian Intern yang diterapkan oleh perusahaan atas penjualan tunai dan penerimaan kas, objeklaporan akhir ini adalah

Berdasarkan hasil penelitian deskriptif, dapat disimpulkan bahwa Variabel Kepemimpinan Transformasional berada pada kriteria cenderung baik, sebanyak

17 2 Menanamkan sifat terpuji dalam jiwa peserta didik √ 35 5 Dari ke 5 siswa yang memberi keterangan bahwa mereka hanya beberapa kali diajarkan atau mereka tidak

Hal ini yang membuat peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh kepuasan komunikasi terhadap motivasi kerja karyawan BPR khususnya wilayah Bogor, yaitu pada PD BPR Bank Pasar Bogor,

Kecerdasan emosional dan tingkat ketergantungan nikotin merupakan salah satu ciri kepribadian dan variabel individu lainnya yang dapat mempengaruhi sikap terhadap perilaku,

Hasil penelitian efek hepatoprotektif serbuk kering teripang emas ( Stichopus variegatus ) dapat disimpulkan bahwa pemberian serbuk kering teripang emas ( Stichopus

menggunakan ping dari PC yang terdapat pada router 1 ke PC yang terdapat pada router 3 yang memiliki jaringan yang berbeda dan tempat yang berjauhan kedua