TESIS
DETERMINASI KEPUTUSAN
HEDGING
PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK
INDONESIA
IDA AYU PUTU MEGAWATI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
TESIS
DETERMINASI KEPUTUSAN
HEDGING
PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK
INDONESIA
IDA AYU PUTU MEGAWATI NIM. 1390662024
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
ii
DETERMINASI KEPUTUSAN
HEDGING
PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK
INDONESIA
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Manajemen
Program Pascasarjana Universitas Udayana
IDA AYU PUTU MEGAWATI
NIM. 1390662024
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
Lembar Pengesahan
Tesis Ini Telah Disetujui Tanggal 23 Juni 2016
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Prof. Dr. Luh Putu Wiagustini, SE.,MSi NIP. 19630801 198702 2 001
Dr. Luh Gede Sri Artini, SE.,MSi NIP. 19720804 199702 2 001
Mengetahui,
Direktur
Program Pascasarjana Universitas Udayana
Ketua Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Udayana
Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S (K) NIP. 19590215 198510 2 001
iv
Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 08 Juni 2016
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No : 2116/UN14.4/HK/2016, Tanggal 11 Mei 2016
Ketua : Prof. Dr. Luh Putu Wiagustini, SE., MSi Anggota :
SURAT PERSYARATAN BEBAS PLAGIAT
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.
Apabila di kemudian hari terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No 17 Tahun 2010 dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 08 Juni 2016
(Ida Ayu Putu Megawati) NAMA : IDA AYU PUTU MEGAWATI
NIM : 1390662024
PROGRAM STUDI : Magister Manajemen
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas asung wara nugraha-Nya/karunia-Nya, tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Luh Putu Wiagustini, SE., MSi., sebagai pembimbing utama yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program Magister Manajemen, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Dr. Luh Gede Sri Artini, SE., MSi., sebagai pembimbing pendamping yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD, KEMD., selaku Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A.Raka Sudewi, Sp.S(K)., atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Dr. Nyoman Mahaendra Yasa, SE., MSi., sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program Magister. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepadaDr. Desak Ketut Sintaasih, SE., MSi., sebagai Ketua Program MM Universitas Udayana. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis, yaitu Prof. Dr. IG.B.Wiksuana, SE., MS., Dr. Ida Bagus Panji Sedana, SE., MSi., dan Dr. I.B.Anom Purbawangsa, SE., MM., yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis dapat terwujud seperti ini.
Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang tulus disertai penghargaan kepada semua guru dan dosen yang telah membimbing penulis, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Juga penulis ucapkan terima kasih kepada Ida Bagus Made Wiradnyana dan Ni Kadek Mirah Widiasih yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasar-dasar berpikir logik dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik untuk berkembangnya kreativitas. Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kepada teman-teman Program Magister Manajemen Angkatan XXXI B serta Alvita Chatarine yang telah memberikan semangat kepada penulis untuk kelancaran tesis ini. Semoga Ida Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini serta kepada penulis sekeluarga.
ABSTRAK
DETERMINASI KEPUTUSANHEDGINGPADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
Perusahaan perlu mengelola risiko yang dihadapi untuk mencapai tujuannya yakni memaksimumkan nilai perusahaan. Salah satu alat untuk mengelola risiko adalah melakukan lindung nilai (hedging) dengan instrumen derivatif. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui signifikansi pengaruh
leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas dan likuiditas terhadap pengambilan
keputusanhedgingpada perusahaan Manufaktur.
Sampel pada penelitian ini berjumlah 114 perusahaan Manufaktur yang dipilih dengan metode purposive sampling. Data diperoleh dari publikasi laporan keuangan Tahunan dan annual report perusahaan manufaktur yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia. Alat analisis data yang digunakan adalah analisis regresi logistik. Regresi logistik digunakan untuk melihat pengaruh variabel – variabel independen terhadap variabel dependen yang berupa variabel kategorik (binomial).
Berdasarkan hasil analisis uji statistik ditemukan bahwa Leverage
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap keputusan Hedging, Ukuran Perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan Hedging,
Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan Hedging,dan yang terakhir Likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keputusan
Hedging.
Kata kunci:Leverage,Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Likuiditas,Hedging,
viii ABSTRACT
DETERMINATION OF HEDGING DECISION ON MANUFACTURING COMPANY IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
Companies should to manage all facing risks in order to achieve the
company’s goal to maximize their value. One tool to manage the risk is hedging
with derivative instruments. This study purposed to determine the significant influence of leverage, company size, profitability and liquidity on the manufacturing company's hedging decision.
The research samples were 114 manufacturing companies selected by purposive sampling method. The data obtained from the publication of manufacturing company`s annual financial statements and report by the Indonesia Stock Exchange. The data was analysed with the logistic regression analysis. Logistic regression was used to observe the effect of the independent variables on the dependent variables in the form of categorical variable (binomial).
The statistical tests analysis found that leverage has a positive and not significant effect on the hedging decision, company size has a positif and significant effect on the hedging decision, profitability has a positive and significant effect on the hedging decision, and the liquidity has a negative and significant effect on the hedging decision.
DAFTAR ISI 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 10
1.3. Tujuan Penelitian ... 11
1.4. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Risiko ... 12
2.2. Derivatif Mata Uang ... 18
2.3. Leverage ... 24
2.4. Ukuran Perusahaan ... 27
2.5. Profitabilitas... 30
2.6. Likuiditas ... 33
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
4.4. Identifikasi Variabel Penelitian ... 44
4.5. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 44
4.6. Sumber dan Jenis Data ... 47
4.7. Populasi dan Sampel... 47
x BAB V PEMBAHASAN
5.1 Analisis Deskriptif ... 52
5.1.1 Analisis Statistik Deskriptif... 52
5.1.2 Hasil Uji Regresi Logistik ... 54
5.1.2.1 Menilai Kelayakan Model Regresi ... 54
5.1.2.2 Menilai Keseluruhan Model ... 55
5.1.2.3 Koefisien Determinasi ... 56
5.1.2.4 Tabel Klasifikasi... 57
5.1.2.5 Model Regresi Logistik yang terbentuk dan Pengujian Hipotesis ... 58
5.2 Pembahasan Hasil Penelitian... 60
5.2.1 PengaruhLeverageterhadap KeputusanHedging... 60
5.2.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Keputusan Hedging... 61
5.2.3 Pengaruh Profitabilitas terhadap KeputusanHedging... 62
5.2.4 Pengaruh Likuiditas terhadap KeputusanHedging... 63
5.3 Implikasi Penelitian ... 64
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan... 67
6.2 Saran ... 68
DAFTAR GRAFIK
No Nama Grafik Halaman
1.1 BIRateperiode Januari 2012–Desember 2014 ... 4 1.2 Nilai Tukar IDR terhadap USD periode Januari 2012–
xii
DAFTAR GAMBAR
No Nama Gambar Halaman
DAFTAR TABEL
No Nama Tabel Halaman
1.1. Komposisi Perbandingan Instrumen ValasEmerging Market... 6
4.1 Kriteria Pengambilan Sampel ... 47
5.1. Descriptive Statistics... 52
5.2. Hosmer and Lemeshow Test... 55
5.3. Perbandingan Antara -2LogL Awal dan -2LogL Akhir... 55
5.4. Model Summary... 56
5.5. Classification Table... 57
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No Nama Lampiran Halaman
1. Daftar Nama Perusahaan Manufaktur Tahun 2013–2014 ... 73
2. Sampel Perusahaan Manufaktur Tahun 2013 - 2014 ... 77
3. Analisis Output SPSS 1... 84
4. Analisis Output SPSS 2... 85
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat pasca
pemulihan krisis ekonomi global pada Tahun 2008, mengakibatkan peningkatan
arus perdagangan barang maupun uang serta modal antar negara. Globalisasi
dunia membuat perekonomian dunia lebih erat keterkaitannya yang menyebabkan
kejadian di suatu Negara akan lebih cepat memengaruhi Negara lain (Hanafi,
2012:5). Perekonomian setiap Negara saat ini menjadi semakin terkait erat satu
sama lain akibat dari adanya perdagangan internasional, sehingga perubahan
dalam lingkungan internasional menjadi perhatian utama baik dalam strategi
perusahaan maupun kebijakan ekonomi nasional (Krugman dan Obstfeld, 2003:1).
Husnan dan Pudijiastuti (2012:417) menyatakan bahwa banyak
perusahaan yang dalam menjalankan operasi berhubungan dengan pihak asing
(luar negeri) sebagai contoh perusahaan menjual hasil produksi ke luar negeri
(ekspor), membeli bahan baku dari luar negeri (impor), menggunakan dana dari
luar negeri (kredit), atau bahkan melakukan penanaman modal di luar negeri
(investasi). Perusahaan yang dalam menjalankan operasinya berhubungan dengan
pihak asing akan memiliki risiko yang lebih besar terhadap risiko valuta asing,
risiko tingkat bunga, dan bahkan risiko politik atau Negara. Banyaknya risiko –
risiko eksternal yang muncul dan mempengaruhi arus kas internal perusahaan
2
investasi tertentu atau yang sering disebut underinvestment problem (Myers,
1977).
Banyaknya risiko yang mungkin dihadapi perusahaan multinasional
dalam menjalankan bisnisnya menyebabkan perusahaan harus mengelola risiko
tersebut. Brigham dan Daves (2009:837) menyatakan beberapa alasan perusahaan
mengelola risikonya, yaitu kapasitas utang, menjaga anggaran modal yang optimal
dari waktu ke waktu, kesulitan keuangan, keunggulan komparatif dalam lindung
nilai, biaya pinjaman, dampak perpajakan, dan sistem kompensasi. Penggunaan
instrumen derivatif atau yang sering disebut dengan hedging adalah salah satu
cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk meminimalisir risiko keuangan.
Brigham dan Houston (2011:346) juga menjelaskan bagaimana perusahaan
menggunakan instrumen derivatif seperti opsi, transaksi berjangka, dan swap
untuk membantu meminimalisasi risiko yang dihadapi.
Derivatif merupakan suatu kontrak keuangan antara dua pihak untuk
mentransaksikan suatu aset saat harga tetap pada tanggal yang akan terjadi di
masa depan (Brigham dan Houston, 2011:347). Derivatif digunakan untuk
berspekulasi atas perubahan kurs nilai tukar dimasa depan. MNC (Multi National
Corporate) umumnya membentuk posisi derivatif sebagai lindung nilai
eksposurnya terhadap risiko nilai tukar (Madura, 2006:147). Perlu diketahui
bahwa underlying instrumens dalam derivatif tidak terbatas pada aktiva finansial
saja, seperti saham, warrants, dan obligasi, tetapi bisa terdapat pada komoditas,
3
Brigham dan Houston (2011 : 347) menjelaskan instrumen derivatif
yang paling umum digunakan untuk aktivitas hedging adalah kontrak forward,
kontrakfuture, kontrak opsi dan kontrak swap. Kontrakforward merupakan suatu
kontrak keuangan yang memperkenankan pembeli kontrak untuk membeli aset
tertentu pada harga tertentu di tanggal tertentu di masa depan. Kontrakfuturepada
intinya sama dengan kontrak berjangka, hanya saja spesifikasi kontrak berjangka
tersebut telah distandarisasi dan diperdagangkan di bursa. Kontrak opsi (option
contract) merupakan suatu kontrak yang memberikan hak kepada pemegangnya
namun bukan kewajiban untuk membeli (atau menjual) suatu aset pada harga yang
telah ditentukan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu. Yang terakhir kontrak
swap adalah dua pihak yang setuju untuk bertukar (swap) sesuatu, biasanya
kewajiban untuk melakukan sejumlah pembayaran tertentu.
Faktor - faktor yang mempengaruhi aktivitas hedging berasal dari
eksternal perusahaan dan juga internal perusahaan. Berikut ini dijelaskan
mengenai faktor eksternal yang mempengaruhi aktivitas hedging antara lain BI
rate dan nilai tukar yang dijadikan acuan perusahaan dalam melakukan aktivitas
4
Grafik 1.1
BIRateperiode Januari 2012–Desember 2014
Sumber : www.bi.go.id (data diolah)
Grafik 1.1 menunjukkan fluktuasi nilai Tingkat Suku Bunga Bank
Indonesia periode 2012 - 2015 dengan amatan per 3 bulan. Suku bunga bank
sentral atau BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan kebijakan
moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik
(www.bi.go.id). Pada awal bulan Januari Tahun 2012 BI ratedalam posisi 6.00%
seperti yang terlihat dalam grafik, kemudian menunjukkan tingkat yang menurun
sampai angka 5.75% pada bulan Februari 2012 hingga bulan Mei 2013. Pada
bulan Juni 2013 tingkat suku bunga Bank Indonesia terus meningkat hingga
mencapai titik tertinggi di bulan November 2014 sebesar 7.75%. Jika dilihat dari
fluktuasi suku bunga tersebut, tentunya akan memberikan dampak kepada
Nilai Tukar IDR t
R terhadap USD periode Januari 2012–Dese
1.2 menunjukkan fluktuasi nilai tukar IDR
2015. Mata uang yang lemah dapat merang
egeri terhadap produk ekspor Negara ter
si nilai tukar IDR cenderung melemah terhadap
a risiko yang ditimbulkan cenderung meningka
lainya atau mata uang USD mengalami apresi
n ekspor Indonesia dan bisa saja mengurang
. Apabila terdapat perusahaan yang mengada
ahun 2015 saat periode jatuh tempo, perusahaa
mahal dari jumlah transaksi yang seharusn
u membayar lebih mahal apabila sudah mengguna
sebagai aktivitas hedginguntuk menutupi kerug
6
Apabila dilihat dari pengaruh BI Rate dan fluktuasi Nilai Tukar,
penggunaan hedging sangatlah penting untuk dilakukan oleh perusahaan yang
melakukan transaksi antar Negara. Di Indonesia justru terjadi sebaliknya,
berdasarkan data rata – rata harian pasar valuta asing di Indonesia Tahun 2013,
transaksi valas di Indonesia masih didominasi oleh transaksi spot dan transaksi
derivatif masih sangat terbatas. Berikut Tabel yang menunjukkan perbandingan
komposisi instrumen valas di beberapa Negara :
Tabel 1.1
Komposisi Perbandingan Instrumen ValasEmerging Market
Negara Transaksi Sumber : Laporan Perekonomian Indonesia, 2014
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa transaksi spot terbesar
terjadi di Negara Indonesia. Transaksi valas di Indonesia masih didominasi oleh
transaksi spot sebesar 68 persen, kemudian diikuti oleh transaksi swap sebesar 28
persen dan terakhir transaksi forward hanya sebesar 4 persen. Transaksi spot
adalah transaksi jual atau beli antara dua valuta dengan penyerahan dananya
dilakukan 2 (dua) hari kerja setelah tanggal transaksi.
Masih rendahnya perusahaan – perusahaan di Indonesia yang
menggunakan hedging dapat disebabkan oleh beberapa faktor internal, salah satu
faktor internal yang memicu perusahaan untuk melakukan hedging adalah
7
membutuhkan modal yang lebih besar sehingga untuk memperoleh modalnya,
salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan menggunakan
utang (leverage keuangan). Perusahaan dapat melakukan pembiayaan melalui
Utang Luar Negeri, dimana penggunaan utang selain memiliki potensi
memberikan keuntungan yang besar, juga memiliki potensi kerugian besar yang
sama. Penggunaan utang dapat membantu perusahaan dalam membiayai kegiatan
produksi maupun ekspansi usaha, tapi di sisi lain penggunaan utang luar negeri
dalam jumlah besar akan sangat dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar. Penelitian
yang dilakukan oleh NguyenandFaff (2002) menyatakan bahwa perusahaan lebih
suka untuk menggunakan derivatif jika nilainya besar dan memiliki hutang lebih
banyak dalam struktur modal. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Guniarti (2014) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh
signifikan terhadap prediksi probabilitas aktivitas hedging. Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan olehGeczyet al. (1997) yang menyatakan bahwadebt to
equity ratio memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap keputusan
hedging.
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi keputusan hedgingperusahaan
adalah ukuran perusahaan. Perusahaan multinasional memiliki ukuran yang lebih
besar dari perusahaan lokal, dikarenakan transaksi yang dilakukan melibatkan
beberapa Negara. Semakin besar ukuran suatu perusahaan tentunya akan semakin
besar juga risiko yang ditimbulkan dari kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan
tersebut. Sang et al. (2013) dalam penelitiannya juga menggunakan variabel
8
Sang et al. (2013) menyatakan bahwa karena adanya biaya transaksi lebih tinggi
yang disebabkan oleh asimetri informasi pada perusahaan kecil, perusahaan kecil
akan menghindari untuk mencari pembiayaan eksternal yang cenderung mahal
dan akan lebih memilih cara alternatif seperti lindung nilai untuk membiayai
kegiatan operasionalnya terutama yang berhubungan dengan risiko. Penelitian
yang dilakukan Sang et al (2013), Ahmad dan Haris (2012) dan Marshal et al.
(2013) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh tidak signifikan
terhadap keputusan penggunaan hedging. Berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ameer (2010), Shiu et al. (2010), Takao dan Lantara (2009)
menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap keputusan
penggunaanhedging.
Profitabilitas adalah faktor berikutnya yang mempengaruhi perusahaan
dalam keputusanhedging.Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan
dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan (Brigham dan Daves, 2009:265).
Profitabilitas memainkan peran penting dalam semua bisnis, karena profitabilitas
menunjukkan efisiensi dan kinerja keseluruhan perusahaan serta yang berkaitan
dengan tingkat pengembalian ke investor. Shaariet al.(2013) dalam penelitiannya
menyatakan sebuah perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi menunjukkan
bahwa perusahaan tersebut memiliki potensi yang rendah terhadap kesulitan
keuangan sehingga perusahaan memiliki kecenderungan untuk tidak terlibat
dalam aktivitas lindung nilai. Pernyataan tersebut didukung oleh Jang (2011) yang
dalam penelitiannya menyatakan bahwa adanya hubungan yang negatif antara
9
semakin tingginya profitabilitas maka perusahaan akan menghadapi risiko
financial distress cost yang lebih kecil dan mengakibatkan perusahaan tidak
melakukan hedging. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Jiwandhana
dan Triaryati (2016) yang menyatakan variabel return on asset sebagai proksi
profitabilitas memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap aktivitas
hedging. Ini disebabkan karena suatu perusahaan dengan tingkat keuntungan yang
lebih tinggi cenderung lebih cepat untuk melakukan ekspansi bisnisnya, karena
kondisi pasar internsional sangat dinamis maka setiap perubahan kecil yang
terjadi dapat menyebabkan kerugian besar terhadap perusahaan yang melakukan
transaksi dalam jumlah besar, oleh karena itu perusahaan harus selalu mengurangi
risiko dengan melakukanhedging.
Faktor selanjutnya yang harus diperhatikan juga adalah kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang dapat dilihat dari
rasio likuiditasnya. Semakin likuid suatu perusahaan mencerminkan bahwa
perusahaan secara baik memenuhi kewajiban jangka pendeknya, sehingga
ancaman kesulitan keuangan juga kecil yang berdampak pada menurunnya
aktivitas hedgingyang dilakukan perusahaan. Di sisi lain, perusahaan yang likuid
akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan usahanya
sehingga dana yang dimiliki cenderung digunakan untuk aktivitas lain selain
aktivitas hedging instrumen derivatif valuta asing (Guniarti,2014). Ahmad dan
Haris (2012), Ameer (2010), Marshall et al.(2013), Sanget al (2013), Shiuet al.
(2010), Shaari et al. (2013), dan Chaudrhry et al. (2014) menyatakan bahwa
10
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Raghavendra dan Velmurugan
(2014) yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh tidak signifikan terhadap
pengambilan keputusanhedging.
Berdasarkan fenomena yang telah dijelaskan dan pernyataan dari
penelitian–penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, masih ditemukan adanya
research gap dari variabel – variabel yang diteliti sehingga perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut. Variabel – variabel eksternal tidak dibahas dalam
penelitian ini karena dalam prakteknya, para manajer perusahaan lebih banyak
memiliki informasi tentang internal perusahaan sehingga lebih mudah melakukan
prediksi dibandingkan dengan eksternal perusahaan. Perusahaan juga lebih bisa
mengendalikan keadaan internal perusahaan dibandingkan eksternalnya karena
adanya informasi yang lebih lengkap dari laporan keuangan perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah :
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1) Apakah Leverage berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan
hedging?
2) Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengambilan
keputusanhedging?
3) Apakah Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan
11
4) Apakah Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan
hedging?
1.3 Tujuan Penelitian
1) Mengetahui signifikansi pengaruh Leverage terhadap pengambilan keputusan
Hedging.
2) Mengetahui signifikansi pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap pengambilan
keputusanHedging.
3) Mengetahui signifikansi pengaruh Profitabilitas terhadap pengambilan
keputusanHedging.
4) Mengetahui signifikansi pengaruh Likuiditas terhadap pengambilan keputusan
Hedging.
1.4 Manfaat Penelitian
1) Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya bukti empiris bidang manajemen
keuangan khususnya mengenaileverage, ukuran perusahaan, profitabilitas dan
likuiditas dalam pengambilan keputusanhedging.
2) Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi kepada
stakeholder membuat keputusan dalam melakukan hedging untuk
12 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Risiko
Manajemen risiko dalam bisnis melibatkan pengidentifikasian
peristiwa – peristiwa yang dapat memberikan konsekuensi keuangan yang
merugikan dan kemudian mengambil tindakan untuk mencegah dan/atau
meminimalkan kerugian yang diakibatkan oleh peristiwa – peristiwa tersebut
(Brigham dan Daves, 2009:834). Ruang lingkup manajemen risiko telah diperluas
menjadi turut mencakup hal–hal seperti pengendalian biaya–biaya input penting
yaitu bahan bakar minyak dengan membeli transaksi berjangka untuk minyak,
atau perlindungan dari perubahan dalam tingkat suku bunga atau nilai tukar
dengan melakukan transaksi di pasar valuta asing. Manajer risiko juga mencoba
untuk memastikan bahwa tindakan – tindakan yang dirancang untuk melindungi
nilai dari risiko bukan sebaliknya justru menambah risiko.
Hanafi (2012:1) menyatakan bahwa risiko adalah kejadian yang
merugikan atau kemungkinan hasil yang diperoleh menyimpang dari yang
diharapkan. Risiko muncul karena ada kondisi ketidakpastian, dimana
ketidakpastian bisa tercermin dari fluktuasi pergerakan yang tinggi, semakin
tinggi fluktuasi maka semakin besar ketidakpastiannya. Risiko keuangan
(Brigham dan Houston, 2011:164) merupakan tambahan risiko yang dibebankan
kepada pemegang saham biasa sebagai akibat dari keputusan untuk melakukan
13
Perusahaan yang memiliki operasi di luar negeri menghadapi beberapa
risiko yang pada dasarnya berasal dari perubahan nilai tukar (Horne dan
Wachowicz, 2001:550). Terdapat beberapa jenis eksposur risiko nilai tukar
(Horne dan Wachowicz, 2001:552), yaitu yang pertama adalah eksposur translasi
merupakan perubahan laba akuntansi dan neraca yang disebabkan oleh perubahan
nilai tukar. Jenis eksposur kedua adalah eksposur transaksi yang berhubungan
dengan penyelesaian transaksi tertentu pada satu nilai tukar ketika kewajibannya
dicatat pada nilai tukar lainnya. Terakhir, eksposur ekonomi melibatkan
perubahan arus kas yang diharapkan di masa depan, dan juga nilai ekonomi yang
disebabkan oleh perubahan nilai tukar.
Hanafi (2012:234) menyatakan bahwa dalam keuangan international
terdapat tiga jenis eksposur yang dihadapi oleh perusahaan yang berkaitan dengan
perubahan kurs, yaitu :
1) Eksposur Transaksi adalah eksposur yang terjadi karena perusahaan memasuki
kontrak tertentu, yang kemudian memunculkan sejumlah nilai uang yang
rentan terhadap perubahan kurs.
2) Eksposur Akuntansi terjadi karena laporan keuangan dengan mata uang
tertentu, kemudian dikonversikan ke laporan keuangan dengan mata uang lain,
rentan terhadap perubahan kurs. Perubahan kurs bisa menyebabkan proses
konversi semacam itu menghasilkan keuntungan atau kerugian.
3) Eksposur Operasi adalah operasi perusahaan yang rentan terhadap perubahan
14
4) Eksposur Ekonomi adalah eksposur operasi yang digabung dengan eksposur
transaksi.
Brigham dan Daves (2009:837) menjelaskan beberapa alasan yang
baik bagi perusahaan untuk mengelola risikonya, yaitu :
1) Kapasitas utang. Manajemen risiko dapat mengurangi ketidakstabilan arus
kas, sehingga dapat mengurangi kemungkinan kebangrutan. Perusahaan –
perusahaan dengan risiko operasional yang lebih rendah dapat
mempergunakan utang lebih banyak, sehingga dapat mengarah pada harga
saham yang lebih tinggi lagi akibat adanya pengurangan pajak dari bunga.
2) Menjaga anggaran modal yang optimal dari waktu ke waktu. Perusahaan –
perusahaan enggan memperoleh ekuitas eksternal akibat adanya biaya emisi
yang tinggi dan tekanan pasar. Ini artinya anggaran modal umumnya harus
didanai dengan utang ditambah dana yang diperoleh secara internal,
khususnya saldo laba ditahan dan depresiasi.
3) Kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan yang dapat berupa kekhawatiran
pemegang saham, tingkat suku bunga yang tinggi atas utang, kepergian
pelanggan hingga kebangkrutan, memiliki keterkaitan dengan adanya
penurunan arus kas di bawah tingkat yang diharapkan. Manajemen risiko
dapat mengurangi kemungkinan terjadinya arus kas yang rendah, dan
akibatnya kesulitan keuangan.
4) Keunggulan komparatif dalam lindung nilai. Banyak investor tidak dapat
mengimplementasikan program lindung nilai sendiri seefisien sebuah
15
rendah karena volume aktivitas lindung nilai yang lebih besar. Kedua, adanya
masalah informasi asimetris, manajer tahu lebih banyak akan eksposur risiko
perusahaan daripada investor luar, sehingga manajer dapat melakukan lindung
nilai yang lebih efektif. Dan ketiga, manajemen risiko yang efektif
mensyaratkan adanya keahlian – keahlian dan pengetahuan khusus yang lebih
besar kemungkinannya dimiliki oleh perusahaan.
5) Biaya pinjaman. Perusahaan terkadang dapat menurunkan biaya –biaya input,
khususnya tingkat bunga atas utang, melalui penggunaan instrumen –
instrumen derivatif yang disebut“swap”.
6) Dampak perpajakan. Perusahaan dengan laba yang tidak stabil membayar
pajak yang lebih tinggi daripada perusahaan yang lebih stabil karena adanya
perlakuan kredit pajak dan ketentuan – ketentuan yang mengatur kerugian
perusahaan yang dibawa ke depan dan dibawa ke belakang. Oleh karena itu,
sistem perpajakan yang ada mendorong manajemen risiko menstabilkan laba.
7) Sistem kompensasi. Kebanyakan sistem kompensasi menetapkan angka “batas
atas” dan “batas bawah” untuk bonus atau memberikan imbalan kepada para
manajer karena telah memenuhi sasarannya. Meskipun tidak memberikan
tambahan nilai yang terlalu banyak bagi para pemegang saham, lindung nilai
masih dapat memberikan manfaat bagi para manajer.
Beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi keputusan
perusahaan dalam mengelola risikonya (Zubir, 2011 : 20), antara lain :
1) Risiko suku bunga, yaitu risiko yang disebabkan oleh perubahan tingkat bunga
16
menyebabkan return yang diperoleh dari investasi berisiko rendah seperti
deposito lebih tinggi daripada return investasi yang berisiko tinggi seperti
saham.
2) Risiko pasar, yaitu risiko yang disebabkan oleh gejolak return suatu investasi
sebagai akibat dari fluktuasi transaksi di pasar keseluruhan. Risiko pasar
disebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang bersifat menyeluruh yang
mempengaruhi kegiatan pasar secara umum, seperti resesi, peperangan,
perubahan struktur keuangan, dan perubahan selera keuangan.
3) Risiko inflasi, yaitu risiko yang disebabkan oleh menurunnya daya beli
masyarakat sebagai akibat dari kenaikan harga barang-barang secara umum.
Hal ini akan berdampak buruk pada perusahaan karena permintaan terhadap
barang yang diproduksi menurun, sehingga penjualan juga menurun dan harga
saham melemah.
4) Risiko bisnis, yaitu risiko yang disebabkan oleh tantangan bisnis yang
dihadapi perusahaan makin berat, baik akibat tingkat persaingan yang ketat,
perubahan peraturan pemerintah, maupun klaim dari masyarakat terhadap
perusahaan karena merusak lingkungan.
5) Risiko finansial, yaitu risiko keuangan ang berkaitan dengan struktur modal
yang digunakan untuk mendanai kegiatan perusahaan. Perusahaan yang
mempunyai utang besar mempunyai risiko yang besar juga di mata pemegang
sahamnya karena sebagian besar laba operasi perusahaan akan digunakan
untuk membayar bunga pinjaman tersebut. Akibatnya, bagian laba atau
17
perusahaan tidak stabil, maka makin besar pula kemungkinan pemegang
saham tidak menerima dividen dan hal ini akan mengakibatkan saham
perusahaan menjadi tidak menarik, sehingga harga sahamnya akan jatuh.
6) Risiko likuiditas, yaitu risiko yang berkaitan dengan kesulitan untuk menjual
saham karena tidak ada yang membeli saham tersebut. Risiko likuiditas juga
berkaitan dengan kondisi perusahaan seperti menghadapi kesulitan keuangan.
Investor yang memegang saham perusahaan tidak likuid akan menanggung
risiko yang tinggi karena harganya akan jatuh pada waktu dijual, sehingga real
return akan berada jauh di bawahexpected return.
7) Risiko nilai tukar mata uang, yaitu risiko yang berkaitan dengan perubahan
nilai mata uang suatu Negara. Hal ini menjadi faktor penyebab real return
lebih kecil dari expected return. Perubahan nilai tukar dapat disebabkan oleh
perubahan permintaan terhadap mata uang suatu Negara dalam perdagangan
internasional dan mata uang sebagai “komoditas” yang diperjualbelikan.
8) Risiko Negara yaitu risiko yang berkaitan dengan investasi lintas Negara yang
disebabkan oleh kondisi politik, keamanan, dan stabilitas perekonomian suatu
negara. Semakin tidak stabil keamanan, politik, dan perekonomian suatu
negara, makin tinggi risiko berinvestasi di negara tersebut, karena return
investasi jadi makin tidak pasti, sehingga kompensasi atau return yang
dituntut atas suatu investasi makin tinggi. Oleh karena itu, stabilitas negara
tujuan investasi menjadi pertimbangan yang sangat penting sebelum
18
2.2 Derivatif Mata Uang
Hubungan antara pendapatan (atau penetapan harga) dan biaya anak
perusahaan luar negeri terkadang menyediakan lindung nilai alami, sehingga
perusahaan mendapatkan perlindungan terus – menerus terhadap fluktuasi nilai
tukar (Horne dan Wachowicz, 2001:558). Kuncinya adalah sejauh mana arus kas
disesuaikan secara alami terhadap perubahan mata uang. Masalahnya bukan di
Negara mana anak perusahaan tersebut berada, namun apakah fungsi pendapatan
dan biaya anak perusahaan tersebut sensitif terhadap kondisi pasar global atau
domestik. Sarana lainnya untuk mencegah eksposur mata uang adalah melalui
alat dari beberapa pasar mata uang seperti kontrak forward, kontrak berjangka,
opsi mata uang dan swap mata uang.
Derivatif mata uang merupakan kontrak yang harganya sebagian
merupakan turunan dari nilai mata uang yang terdapat pada kontrak tersebut.
Beberapa individu dan perusahaan keuangan membentuk posisi derivatif mata
uang untuk berspekulasi atas perubahan kurs nilai tukar di masa depan (Madura,
2006:147). Brigham dan Houston (2011:347) menyatakan bahwa derivatif
merupakan suatu kontrak keuangan antara dua pihak untuk mentransaksikan suatu
aset saat harga tetap pada tanggal yang akan terjadi di masa depan. Lindung nilai
(hedging) dilakukan oleh suatu perusahaan atau individu untuk melindungi
terhadap suatu perubahan harga yang akan memberikan dampak negatif pada laba
(Brigham dan Houston, 2011:379). Instrumen derivatif sangat bermanfaat untuk
manajemen risiko, yaitu bisa digunakan untuk hedging (lindung nilai). Hedging
19
turun-naiknya harga.Hedging merupakan suatu cara produsen atau investor untuk
melindungi posisi suatu aset atau (underlying assets)dari risiko perubahan pasar.
Brigham dan Daves (2009:853) menyatakan perusahaan dapat terkena
berbagai risiko terkait dengan tingkat suku bunga, harga saham, dan fluktuasi nilai
tukar di dalam pasar uang. Salah satu cara yang paling jelas dalam mengurangi
risiko keuangan adalah dengan memiliki portofolio saham dan sekuritas uang
yang terdiversifikasi secara luas, termasuk di dalamnya sekuritas internasional dan
utang dengan berbagai waktu jatuh tempo. Akan tetapi, derivatif juga dapat
digunakan untuk mengurangi risiko yang terkait dengan bursa keuangan dan
komoditas. Instrumen derivatif dasar dapat dikelompokkan menjadi forward,
futures, opsi,danswap(Brigham dan Houston, 2011:347).
1) Kontrak berjangka (forward contracts) merupakan suatu kontrak keuangan
yang memperkenankan pembeli kontrak untuk membeli aset tertentu pada
harga tertentu di tanggal tertentu di masa depan. Penjual kontrak berjangka
harus menjual kepada pembeli pada harga dan tanggal di masa depan tersebut.
Underlying asset untuk kontrak berjangka tidak harus berupa emas, tetapi
dapat berupa komoditas seperti logam mulia, logam, energi, gandum,
makanan, mata uang, dan indeks keuangan. Kontrak berjangka memiliki
fleksibilitas yang tinggi, tetapi kontrak berjangka juga memiliki kelemahan
yang cukup besar karena tidak likuid. Artinya, pembeli atau penjual kontrak
berjangka tidak dapat dengan mudah menjual posisinya dalam kontrak
berjangka sebelum tanggal pengiriman. Cara menghentikan kontrak berjangka
20
Cara yang lain adalah mencoba untuk menjual kontrak berjangka kepada
pihak ketiga. Cara yang ini akan sulit dilakukan karena kontrak berjangka
biasanya bersifat sangat khusus, sehingga akan sulit bagi pemilik kontrak
untuk menemukan pembeli yang memiliki kebutuhan underlying asset yang
persis sama pada jumlah, harga, dan tanggal pengiriman tetap yang persis
sama seperti yang dicantumkan dalam kontrak. Agar kontrak berjangka dapat
dengan mudah diperjualbelikan dan bersifat likuid, spesifikasinya perlu
distandarisasi dan harus ada bursa untuk memperdagangkannya.
2) Kontrak ijon (futures contracts) pada intinya sama dengan kontrak berjangka,
hanya saja spesifikasi kontrak berjangka tersebut telah distandarisasi dan
diperdagangkan di bursa. Untuk suatu kontrak berjangka, harga pengiriman
ditetapkan pada hari pertama dan tidak dapat diubah, tetapi pada kontrak ijon
harga pengiriman underlying asset akan berubah setiap hari. Pada umumnya,
jika harga pasar aset saat ini yang disebut harga spot naik, maka harga
pengiriman kontrak ijon juga akan ikut naik, begitu pula sebaliknya. Kenaikan
dalam harga pengiriman ini tidak harus persis sama dengan kenaikan harga
aset. Harga pengiriman efektif kontrak ijon setiap saat diumumkan di bursa.
Jadi, harganya dapat berubah kapan saja. Pada hari terakhir perdagangan,
harga pengiriman penutup dari kontrak ijon akan diumumkan dan seluruh
kontrak ijon yang beredar akan ditetapkan pada harga pengiriman tersebut
sampai sesi perdagangan berikutnya.
3) Kontrak opsi (option contract) merupakan suatu kontrak yang memberikan
21
menjual) suatu aset pada harga yang telah ditentukan sebelumnya dalam
jangka waktu tertentu. Ada dua jenis kontrak opsi utama, yaitu opsi call dan
opsiput:
a) Opsi Beli (Call Option) merupakan suatu kontrak opsi untuk membeli atau
“call”selembar saham pada harga dan tanggal yang telah ditentukan. Opsi
call Eropa memberikan hak kepada pembeli kontrak, tetapi bukan
kewajiban untuk membeli underlying asset dari penjual kontrak pada
harga dan tanggal yang telah ditentukan. Opsi callAmerika mirip dengan
Eropa hanya saja pembeli dapat melaksanakan opsicallpada atau sebelum
tanggal kadaluwarsa, artinya pembeli dapat membeli underlying assetdari
penjual opsi pada atau sebelum tanggal kadaluwarsa
b) Opsi Jual (Put Option) merupakan suatu opsi untuk menjual selembar
saham pada harga dan tanggal tertentu. Opsi put Eropa memberikan hak
kepada pembeli kontrak tetapi bukan kewajiban untuk menjual underlying
asset ke penjual kontrak pada suatu harga dan tanggal yang telah
ditentukan. Opsi put Amerika persis sama dengan Eropa kecuali pembeli
dapat melaksanakan opsiput,pada atau sebelum tanggal kadaluwarsa.
4) Swap adalah dua pihak yang setuju untuk bertukar (swap) sesuatu, biasanya
kewajiban untuk melakukan sejumlah pembayaran tertentu. Terdapat banyak
jenis swap yang ada di pasar, termasukswap tingkat bunga,swap mata uang,
swap ekuitas, swap komoditas, dan swap risiko kredit. Di antara beberapa
swap tersebut, swap tingkat bunga merupakan yang paling tua dan paling
22
didasarkan atas suatu estimasi, dimana pembeli kontrak membayar tingkat
bunga tetap secara berkala yang didasarkan atas jumlah yang diestimasi oleh
penjual, dan penjual kontrak membayar tingkat bunga mengambang
berdasarkan atas jumlah estimasi yang sama secara berkala kepada pembeli.
Madura (2006 : 147) menjelaskan derivatif mata uang yang sering
digunakan baik oleh spekulator yang tertarik menggunakan perdagangan mata
uang hanya untuk memperoleh keuntungan, maupun oleh perusahaan untuk
melindungi posisi valuta asingnya. Perusahaan multinasional umumnya
membentuk posisi derivatif sebagai lindung nilai eksposurnya terhadap risiko nilai
tukar. Madura (2006 : 147) juga menjelaskan beberapa transaksi derivatif yang
sering digunakan oleh MNC, yaitu sebagai berikut :
1) PasarForward.
Pasar forward memfasilitasi perdagangan kontrak forward atas mata uang.
Kontrak forward adalah perjanjian antara sebuah perusahaan dengan sebuah
bank komersial untuk menukar sejumlah mata uang tertentu dengan kurs nilai
tukar tertentu pada tanggal tertentu di masa depan. Saat perusahaan
multinasional (MNC) mengantisipasi kebutuhan adanya penerimaan valuta
asing di masa depan, MNC dapat membuat kontrak forward untuk
menetapkan kurs untuk membeli atau menjual valuta asing tertentu.
Umumnya semua MNC besar menggunakan kontrak forward, dan kontrak
forward umumnya tidak digunakan oleh konsumen atau perusahaan kecil.
23
360 hari, kurs forward atas suatu mata uang tertentu umumnya berbeda
sesuai dengan lamanya periodeforward.
2) PasarFutures.
Kontrak futures mata uang merupakan kontrak yang menyatakan volume
standar suatu mata uang tertentu untuk ditukar pada tanggal jatuh tempo
tertentu. Kontrak futures mata uang serupa dengan kontrak forward dari sisi
kewajibannya, tetapi berbeda dengan forward dari sisi bentuk
perdagangannya.Futuresumumnya digunakan oleh MNC untuk lindung nilai
posisi valuta asingnya. Selain itu, futures diperdagangkan oleh spekulator
yang berharap memperoleh manfaat dari prediksinya mengenai pergerakan
kurs masa depan. Perusahaan atau individu dapat mengirim pesanan kontrak
futuresmelalui perusahaan pialang yang bertindak sebagai perantara.
3) Pasar Opsi.
Opsi mata uang memberikan hak untuk membeli atau menjual mata uang
dengan harga tertentu. Opsi mata uang dikelompokkan menjadi opsi beli
(call)dan opsi jual(put).
a) Opsi beli mata uang memberikan hak untuk membeli mata uang tertentu
pada harga tertentu selama suatu periode tertentu. Opsi beli akan
menguntungkan ketika seseorang ingin menetapkan harga maksimum
untuk membeli suatu mata uang di masa depan. Jika kurs spotmata uang
tersebut meningkat di atas strike price (harga penyerahan), pembeli opsi
dapat menggunakan opsi dengan membeli mata uang sehargastrike price,
24
dapat memilih untuk membiarkan opsi kadaluwarsa tanpa menggunakan
opsi tersebut, pemilik opsi yang kadaluwarsa merugi sebesar premi awal
yang dibayarnya, tetapi itulah jumlah kerugian maksimalnya.
b) Opsi jual mata uang memberikan hak kepada pemilik opsi untuk menjual
suatu mata uang pada harga tertentu selama suatu periode waktu tertentu.
Opsi jual mata uang dikatakan menguntungkan jika kurs nilai tukar saat
ini lebih kecil dari strike price, netral jika kurs nilai tukar saat ini sama
dengan strike price, dan tidak menguntungkan jika kurs nilai tukar saat
ini lebih tinggi dibandingkanstrike price.
2.3Leverage
Brigham dan Houston (2011:153) menyatakan jika suatu perusahaan
ingin tumbuh, perusahaan membutuhkan modal, dan modal tersebut datang dalam
bentuk utang atau ekuitas. Pendanaan utang memiliki dua keunggulan penting,
yang pertama yaitu bunga yang dibayarkan atas utang dapat menjadi pengurang
pajak, sementara dividen yang dibayarkan atas saham bukan pengurang pajak dan
hal ini akan menurunkan biaya relatif utang. Keunggulan yang kedua yaitu
pengembalian atas utang jumlahnya tetap, sehingga pemegang saham tidak ikut
menerima laba perusahaan jika perusahaan meraih keberhasilan yang luar biasa.
Namun utang juga memiiki kelemahan, kelemahan yang pertama yaitu
penggunaan utang dalam jumlah yang besar akan meningkatkan risiko
perusahaan, yang meningkatkan biaya utang maupun ekuitas. Kelemahan yang
25
tidak mencukupi untuk menutup beban bunga, pemegang saham terpaksa harus
menutupi kekurangan tersebut. Jika tidak bisa, perusahaan tersebut akan bangkrut.
Risiko keuangan (Brigham dan Houston, 2011:164) adalah tambahan
risiko yang dibebankan kepada para pemegang saham biasa sebagai hasil dari
keputusan untuk mendapatkan pendanaan melalui utang. Penggunaan pendanaan
melalui utang(leveragekeuangan)akan memberikan tiga implikasi penting, yaitu:
1) Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat
mempertahankan kendali atas perusahaan tersebut dengan sekaligus
membatasi investasi yang diberikan.
2) Kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai
suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal
yang diberikan oleh pemegang saham, maka semakin kecil risiko yang harus
dihadapi oleh kreditor.
3) Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana
hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka
pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar.
Perusahaan– perusahaan yang memiliki rasio utang relatif tinggi akan
memiliki ekspektasi pengembalian yang juga lebih tinggi ketika perekonomian
sedang berada pada kondisi normal, namun memiliki risiko kerugian ketika
ekonomi mengalami masa resesi. Oleh sebab itu, keputusan akan penggunaan
utang mengharuskan perusahaan menyeimbangkan tingkat ekspektasi
pengembalian yang lebih tinggi dengan risiko yang meningkat. Rasio leverage
26
(DER) menunjukan sejauh mana pendanaan dari hutang digunakan jika
dibandingkan dengan pendanaan ekuitas. Ahmad dn Haris (2012) juga
menggunakan rasio yang sama yaitu debt to equity ratio yang merupakan rasio
total hutang dibandingkan dengan total ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan dan
dapat dirumuskan sebagai berikut :
DER =
Penggunaan Debt to Equity Ratiodikarenakan DER adalah rasio yang
paling tepat untuk menggambarkan struktur modal perusahaan dan dapat
menunjukan kondisi keuangan perusahaan. Total utang meliputi kewajiban lancar
dan utang jangka panjang. Kreditor lebih menyukai rasio utang yang lebih rendah
karena semakin rendah angka rasionya, maka semakin besar peredaman dari
kerugian yang dialami kreditor jika terjadi likuidasi. Pemegang saham mungkin di
lain pihak lebih menginginkan lebih banyakleveragekarena ia akan memperbesar
ekspektasi keuntungan.
Hubungan leverage dengan keputusan hedging dapat dilihat dari
beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Ameer (2010) dalam
artikelnya menyatakan bahwa suatu perusahaan yang menggunakan utang akan
menghadapi biaya kesulitan keuangan dan karenanya keinginan yang lebih besar
untuk terlibat dalam aktivitas lindung nilai. Ahmad dan Haris (2012) juga
menyatakan hal yang sama bahwa lindung nilai akan dapat mengurangi
kemungkinan perusahaan dalam kesulitan keuangan akibat penggunaan utang,
sehingga leverage memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
27
seperti yang dilakukan oleh Takao dan Lantara (2009), Afza dan Alam (2011),
serta Guniarti (2014).
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Shaari et al. (2013)
yang menyatakan bahwa leveragememiliki pengaruh yang negatif dan signifikan
terhadap penggunaan hedging pada perusahaan di Malaysia. Hal ini mungkin
disebabkan karena penggunaan derivatif dari suatu perusahaan tergantung pada
posisi keuangan perusahaan. Sebagai sebuah perusahaan di tingkat utang yang
tinggi, perusahaan akan memotong biaya untuk mengurangi tingkat utang dan
dengan demikian perusahaan akan menghindari masuk ke pasar derivatif jika
tidak perlu karena permasalahan anggaran dan modal. Alasan mengapa rasio
hutang terhadap ekuitas tidak signifikan adalah mungkin karena rasio ini yang
tidak bisa secara akurat menunjukkan tingkat utang perusahaan, dan beberapa
perusahaan mungkin tidak menambah dana operasional dari sumber pendanaan
eksternal. Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Jiwandhana dan Triaryati (2016) bahwa Debt to equity ratio (DER) sebagai
proksi darileverage memiliki pengaruh yang negatif namun tidak signifikan pada
keputusanhedgingdengan instrumen derivatif.
2.4 Ukuran Perusahaan
Besar kecilnya suatu perusahaan membuat pengambilan keputusannya
pun berbeda-beda. Besarnya ukuran perusahaan dapat mempengaruhi kemudahan
suatu perusahaan dalam memperoleh sumber pendanaan baik eksternal maupun
28
pun semakin besar, sehingga perusahaan cenderung lebih banyak melakukan
aktivitashedginguntuk melindungi asetnya. Perusahaan yang lebih besar tentunya
memiliki aktivitas operasional yang luas dan lebih berisiko karena adanya
kemungkinan besar untuk bertransaksi hingga ke berbagai negara. Ketika
perusahaan dengan ukuran yang besar beroperasi melintasi berbagai negara akan
melibatkan beberapa mata uang yang berbeda (Guniarti, 2014).
Dalam kegiatannya akan terdapat risiko fluktuasi nilai tukar mata
uang. Oleh karena itu, perusahaan yang lebih besar akan lebih banyak melakukan
aktivitas hedging dalam rangka melindungi perusahaan dari risiko fluktuasi nilai
tukar mata uang (Nguyen & Faff, 2002). Ukuran perusahaan diukur dengan
logaritma nilai buku dari total aset (Ahmad dan Haris, 2012) yang bisa
dirumuskan sebagai berikut :
Firm Size = In Total Asset
Ukuran perusahaan dilihat dari jumlah total aset yang dimilikinya,
semakin besar aset yang dimiliki, semakin hati-hati perusahaan tersebut
melangkahkan suatu kegiatan di perusahaannya. Ameer (2010) juga telah
menyatakan bahwa ada hubungan antara ukuran perusahaan dan lindung nilai,
terdapat hubungan positif atau negatif antara ukuran perusahaan dan aktivitas
lindung nilai. Perusahaan-perusahaan kecil memiliki insentif yang lebih besar
untuk melakukan lindung nilai. Karena perusahaan-perusahaan kecil juga
dihadapkan dengan asimetri informasi yang lebih besar dan biaya transaksi
pembiayaan yang lebih tinggi, jadi untuk membuat pendanaan eksternal tentunya
29
mungkin untuk dilakukan. Namun, perusahaan-perusahaan kecil mungkin tidak
memiliki teknologi dan keahlian untuk secara efektif menggunakan derivatif
untuk mengelola eksposur risiko tersebut.
Guniarti (2014) menyatakan bahwa besarnya ukuran perusahaan dapat
mempengaruhi kemudahan suatu perusahaan dalam memperoleh sumber
pendanaan baik eksternal maupun internal. Bahkan ukuran perusahaan dapat pula
menciptakan hambatan masuk bagi perusahaan lain untuk memasuki industri
tersebut. Perusahaan besar cenderung bertindak hati – hati dalam melakukan
pengelolaan perusahaan dan cenderung melakukan aktivitas hedging yang lebih
banyak. Perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga
mereka akan lebih berhati-hati dalam menjalankan perusahaan sehingga
berdampak perusahaan tersebut melakukan manajemen risiko yang lebih ketat.
Beberapa penelitian juga menyatakan hubungan antara ukuran
perusahaan dengan keputusan hedging. Sang et al (2013) menyatakan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap keputusan penggunaan
hedging. Ahmad dan Haris (2012) dan Marshal et al.(2013) juga menyatakan hal
yang sama bahwa ukuran perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap
keputusan penggunaan hedging. Berbeda dengan beberapa penelitian berikut
seperti yang dilakukan Shiu et al. (2010) yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan hedging.
Takao dan Lantara (2009) juga menemukan hal yang sama bahwa ukuran
perusahaan memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap pengambilan
30
(2014), Raghavendra dan Velmurugan (2014), serta Jin dan Jorion (2007) juga
menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pengambilan keputusanhedging.
2.5 Profitabilitas
Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan
yang dilakukan oleh perusahaan (Brigham dan Daves, 2009:265). Bagi
perusahaan tingkat profitabilitas lebih penting dibandingkan dengan laba, karena
laba yang lebih besar bukan merupakan ukuran perusahaan telah memiliki kinerja
yang efektif dan efisien. Rasio yang telah dibahas sejauh ini dapat memberikan
petunjuk yang berguna dalam menilai keefektifan dari operasi sebuah perusahaan,
tetapi rasio profitabilitas akan menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas,
manajemen aktiva, dan utang pada hasil – hasil operasi (Brigham dan Daves,
2009:266).
1) Margin laba atas penjualan yang dihitung dengan membagi laba bersih dengan
penjualan, akan menunjukkan laba per nilai dolar penjualan :
=
2) Kemampuan dasar untuk menghasilkan laba dihitung dengan membagi
keuntungan sebelum beban bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva :
Basic Earning Power(BEP) =
Rasio di atas menunjukkan kemampuan dasar untuk menghasilkan laba dari
aktiva – aktiva perusahaan, sebelum ada pengaruh dari pajak dan leverage,
31
dan angka ini akan bermanfaat dalam membandingkan perusahaan –
perusahaan dengan berbagai situasi pajak dan tingkat pengungkitan keuangan
yang berbeda–beda.
3) Rasio antara laba bersih terhadap total aktiva mengukur tingkat pengembalian
total aktiva(return to total assets–ROA) setelah beban bunga dan pajak :
ROA =
4) Tingkat pengembalian ekuitas saham biasa yaitu rasio laba bersih terhadap
ekuitas saham biasa, mengukur tingkat pengembalian atas investasi dari
pemegang saham biasa.
ROE =
Riyadi (2006:155) menyatakan bahwa terdapat dua rasio yang
digunakan untuk mengukur profitabilitas suatu perusahaan, rasio – rasio tersebut
adalah sebagai berikut :
1) Return On Assets(ROA)
ROA merupakan rasio perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total
aset, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan
oleh perusahaan. Secara umum ROA diformulasikan sebagai berikut :
ROA =
32
2) Return On Equity(ROE)
ROE merupakan rasio perbandingan antara laba setelah pajak dengan modal
inti, rasio ini menunjukkan tingkat persentase yang dapat dihasilkan oleh
perusahaan. Secara umum ROE diformulasikan sebagai berikut :
ROE =
( ) x 100 Persen
Dalam penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur
profitabilitas adalah Return On Assets (ROA). Penggunaan Return on Asset
(ROA) dikarenakan ROA adalah rasio yang mencerminkan efektivitas kinerja
suatu perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. Apabila tingkat pengembalian
(ROA) perusahaan berada dibawah rata – rata industri, ini merupakan akibat dari
kemampuan untuk menghasilkan laba perusahaan yang rendah ditambah dengan
biaya bunga yang tinggi yang dikarenakan oleh penggunaan utangnya diatas rata –
rata, dimana keduanya menyebabkan laba bersihnya menjadi relatif rendah
(Brigham dan Daves, 2009:266).
Adapun beberapa penelitian terdahulu yang menyatakan hubungan
antara profitabilitas dengan keputusan hedging. Seperti penelitian yang dilakukan
oleh Shaari et al. (2013) yang menyatakan bahwa ROA dan ROE memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penggunaan hedging pada
perusahaan di Malaysia. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh
Jiwandhana dan Triaryati (2016) yang menyatakan bahwareturn on asset sebagai
proksi dari profitabilitas memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
variabel dependen yaitu keputusan hedging dengan menggunakan instrumen
33
bahwa profitabilitas memiliki hubungan yang negatif dengan penggunaan
hedging. Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Jang
(2011) dimana terdapat hubungan yang negatif antara profitabilitas perusahaan
dengan keputusan hedging perusahaan dengan alasan semakin tingginya
profitabilitas maka perusahaan akan menghadapi risiko financial distress cost
yang lebih kecil dan mengakibatkan perusahaan tidak melakukanhedging.
2.6 Likuiditas
Aktiva likuid adalah aktiva yang diperdagangkan dalam suatu pasar
yang aktif sehingga akibatnya dapat dengan cepat diubah menjadi kas dengan
menggunakan harga pasar yang berlaku (Brigham dan Daves, 2009:256).
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang harus
segera dipenuhi. Menurut Brigham dan Daves (2009:258) rasio likuiditas yaitu
rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aktiva lancar lainnya dari
sebuah perusahaan dengan kewajiban lancarnya. Kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan jangka pendeknya dapat dihitung menggunakan rasio
lancar, dengan cara membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar (Brigham
dan Daves, 2009:258) :
Rasio Lancar =
Current ratio (Rasio lancar) merupakan salah satu rasio likuiditas
yang bertujuan untuk melihat besarnya aktiva lancar relatif terhadap utang
34
utang jatuh tempo yang kurang dari satu Tahun, akrual pajak, dan beban – beban
akrual lainnya. Jika sebuah perusahaan mengalami kesulitan keuangan,
perusahaan akan mulai membayar tagihan–tagihannya (utang usaha) secara lebih
lambat, meminjam dari bank, dan seterusnya. Jika kewajiban lancar meningkat
lebih cepat dari aktiva lancar, rasio lancar akan turun, dan hal ini pertanda adanya
masalah.
Ahmad dan Haris (2012) menyatakan bahwa perusahaan yang
memiliki tingkat likuiditas yang lebih tinggi akan mencoba sejauh mungkin untuk
tidak untuk menggunakan sumber pembiayaan eksternal. Likuiditas yang tinggi
mengarah untuk menurunkan eksposur dan dengan demikian mengakibatkan
perusahaan memiliki sedikit insentif untuk lindung nilai. Secara teoritis
diperkirakan bahwa likuiditas perusahaan berbanding terbalik dengan probabilitas
perusahaan untuk menggunakan derivatif untuk mengelola risiko keuangan.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nguyen dan Faff (2002)
menunjukkan bahwa semakin likuid perusahaan, semakin kecil kemungkinan akan
menggunakan derivatif untuk mengelola risiko. Didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Shaari et al. (2013) yang menyatakan bahwa likuiditas memiliki
pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap penggunaan hedging pada
perusahaan di Malaysia. Penelitian tersebut didukung oleh hasil penelitian
Guniarti (2014) yang menyatakan bahwa liquidity berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap probabilitas aktivitashedging.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Marshallet al. (2013)
35
terhadap keputusan penggunaan hedging. Sama dengan penelitian yang dilakukan
oleh Raghavendra dan Velmurugan (2014) yang menyatakan bahwa likuiditas
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pengambilan keputusan
hedging. Shaari et al. (2013) menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif