PENGARUH PENGAWASAN INTERNAL DAN IKLIM
ORGANISASI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN
PENDIDIKAN Dl SMU PURAGABAYA BANDUNG
(Studi Kaji Tindak Tahun 2000 - 2001)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Bidang Administrasi Pendidikan
(Perencanaan dan Manajemen Pendidikan)
m
Oleh:IMAM SANTOSO M ^.,
NIM : 999480
\LJSr
5>
w
^ '
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
(PERENCANAAN DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN)
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA UJIAN TESIS
TAHAP II
Pembimbing I,
4*SR-(Prof. Dr. H. Abdul Azis Wahab, MA)
NIP. 130 321 112
(Prof. Dr. Djam'an Satori, MA)
NIP. 130 345 024
/ r
Ketua Program Administrasi Pendidikan Pascasarjana Unive
(Prof. Dr. H. Tb. Abin Syamsuddtfi Makmun, MA)
Nn?. 130 18>^92
cThe height by great men reachedkept
were not attained6y suddenflight
6ut they, white others are asCept
were toiling in the night
%e6erhasi(an yang dicapai orang-orang teniama
tidaktah diperoieh daCam sefiejap mata
tetapipada saat orang Cain tidurteiiena
mereka 6eCajar dimalam 6uta
(Long Fellow)
Kupersembahkan kepada
:
Ayahanda Djaswadi (Aim),
Ibunda Hj. Siti Chaerinah, Apa
H. Yusuf, Mamah Hj. Suhacih,
untuk istriku tercinta TatiSuhaeti, SE., dan anak-anakku
ABSTRAK
Salah satu yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan
adalah
memanfaatkan
peluang
sebaik-baiknya,
khususnya
mengoptimalkan kemampuan manajerial persekolahan. Kemampuan manajerial
persekolahan,
bersifat
praktik
operasional
secara
tepat,
cermat,
dan
berkesinambungan. yang mengarah pada kinerja sekolah.Praktik manajemen sekolah, akan terjadi jika seluruh komponen dalam
sistem sebelumnya ditetapkan patok duga yang dapat diukur secara sistemtis
dan berkesinambungan secara terbuka.
Patok duga tersebut, dapat merujuk
pada standar pelayanan sekolah yang ditetapkan, atau dapat disebut sebagai
Benchmarking. "Benchmaring
merupakan proses pengukuran yang sistematis
dan
berkesinambungan;
proses
mengukur dan
membandingkan secara
sinambung atas proses-proses suatu organisasi dengan personil yang akan
membantu upaya organisasi tersebut memperbaiki kinerjanya".
Selain
merupakan
proses
pengukuran
yang
sistematis
terutama
menghasilkan tolok ukur kinerja komparatif, juga menggambarkan cara mencapai
kinerja nyata. Artinya praktek-praktek yang terukur dibandingkan dengan patok
duga sebagai penentu keberhasilan
(enablers).
Jadi
Benchmarking
melahirkan
dua jenis hasil yakni; (i) tolok ukur kinerja komparatif; (ii) faktor penentu
(enablers).
Hakikat dari
benchmarking
adalah persoalan penilaian mutu melalui
pendekatan proses kerjasama, pendekatan terpadu, atas dan bawah, kemitraan
dan partisipasi.
Bertolak dari uraian tersebut, maka dalam penelitian ini dirumuskan
masalahnya sebagai berikut:"Sejauhmana pengaruh pengawasan internal, dan iklim organisasi sekolah
terhadap peningkatan kualitas pelayanan Pendidikan di SMU Puragabaya
Bandung"Untuk lebih terfokusnya masalah penelitian, maka dijabarkan melalui
pertanyaan sebagai berikut : (1) Bagaimana profit sekolah ditinjau dari hasil
pengawasan penetapan patok duga saat ini?; (2) Faktor-faktor apa yang diduga
menjadi hambatan dan dukungan penerapan patok duga pelayanan pendidikan
sekolah saat ini; (3) Berapa besar pengaruh pengawasan internal, dan iklim
organisasi terhadap peningkatan kualitas pelayanan pendidikan kepada siswa.
Hasil Pengujian Hipotesis ternyata dapat dibuktikan dengan uji regresi sebesar:
Y = 4.025 + 0,945 X, + 0,030 X2 +
s
Pengawasan internal dan iklim organisasi sekolah bertambah sebesar satu unit,
dengan rata-rata peningkatan kualitas pelayanan pendidikan kepada siswa
bertambah sebesar 0,945 dan 0,030 unit. Dengan demikian pengawasan internal
dan iklim organisasi sekolah merupakan faktor yang memberikan pengaruh
terhadap kualitas pelayanan Pendidikan kepada siswa.
Jika -t(1.y2 „) < t < (1_v4 a) maka hipotesis "terdapat pengaruh pengawasan internal
dan iklim organisasi terhadap kualitas pelayanan Pendidikan dapat diterima"
DAFTAR ISI
halaman LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN j
KATA PENGANTAR jj
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH
jv
ABSTRAKSI
vj
ABSTRACTION
vij
DAFTAR IS!
viii
DAFTAR TABEL
xj
DAFTAR GAMBAR
xjj
BAB I
PENDAHULUAN
-,
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Perumusan Masalah
7
C. Tujuan Penelitian
9
D. Kegunaan Penelitian
10
E. Definisi Operasional Variabel
10
F. Kerangka Berpikir, Premis-premis dan Hipotesis Penelitian . 14
i. Kerangka Berpikir Penelitian
14
2. Premis-premis Penelitian
18
3. Hipotesis Penelitian
19
G. Prosedur Penelitian
20
BAB II
PENGAWASAN INTERNAL MELALUI PENETAPAN
PATOK DUGA
(BENCHMARKING)
DALAM KONTEKS
RENCANA STRATEGI SEKOLAH
22
A. Organisasi dan Manajemen Sekolah
22
1. Sekolah sebagai Organisasi
22
2. Administrasi dalam Konteks Organisasi Pendidikan
26
3. Peran dan Fungsi Pengawasan Internal dan
Ekstemal Organisasi
28
B. Iklim Organisasidalam Konteks Pendidikan
39
1. Iklim Organisasi
39
2. Dimensi Iklim Organisasi
41
C. Menetapkan Patok Duga
(Benchmarking)
44
1. Strategi dalam Administrasi Pendidikan
44
2. Visi Organisasi
48
3. Misi Organisasi Sekolah
50
4. Patok Duga
(Benchmarking)
..'
55
D. Kualitas Pelayanan Pendidikan
65
1. Pelayanan Pendidikan
65
2. Dimensi Pelayanan
66
3. Karakteristik Jasa
68
4. Klasifikasi Jasa
69
5. Jasa Sebagai Proses
70
6. Jasa Pendidikan Hubungannya dengan Kualitas
Pelayanan
71
7. Kinerja dalam Konteks Organisasi Pendidikan
77
8. Pengembangan Kinerja Sekolah
78
E. Model Pengawasan Internal Sekolah
Benchmarking
82
1. Merencanakan Proyek
Benchmarking
82
2. Mengumpulkan Data
83
3. Menganalisis Data Untuk Menentukan Faktor
Kesenjangan dan Faktor Penentu
84
F. Tinjauan Studi Terdahulu yang Relevan
85
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
93
A. Objek dan Metode Penelitian
93
1. Objek Penelitian
93
2. Metpde Penelitian
93
B. Jenis dan Sumber Data ...'.
g4
1. Jenis Data
94
2. Metode Pengumpulan Data
94
3. Pengolahan Data
96
BAB IV
DESKRIPSI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN DATA
105
A. Hasil Identifikasi Profil SMU Puragabaya Bandung
105
<\
Kurikulum Nasional dan Pengaturan PBM
™*
....1062. Proses Belajar Mengajar
3. Keadaan Peserta Didik
ioy
4. Ketenagaan
^
5 Sarana dan Prasarana
111
6. Organisasi
'
7 Pembiayaan Pendidikan
8 Administrasi Kantor dan Partisipasi Masyarakat
113
114
9. iklim Organisasi Sekolah
10. Hasil Pembelajaran
Faktor-faktor Dukungan dan Hambatan Penerapan
Pengawasan Internal
117
1. Kekuatan
2. Kelemahan
119
3. Peluang
11Q
4 Ancaman
C Pengaruh Pengawasan internal dan Iklim Organisasi
Sekolah Terhadap Kualitas Pelayanan S.swa
1^
D. Pembahasan Temuan Penelitian
1 Profil Sekolah
126
2. Iklim Organisasi Sekolah
3. Hasil Pengujian Hipotesis
BAB V KESiMPULAN, IMPUKASl DAN REKOMENDASl
-™
A. Kesimpulan
B. Implikasi
138
C. Rekomendasi
139
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1.1 Jumlah Siswa Yang Masuk dan Lulus serta Yang Diterima di
PTS ; " 5
2.1 Karakteristik Tindakan Jasa 70
3.1 Patokan peniiaian 100
4.1 Skor Peniiaian Hasil Pengawasan Bidang Kurikulum 105 4.2 Skor Peniiaian Hasil Pengawasan Guru Mata Pelajaran 106 4.3 Skor Peniiaian Hasil Pengawasan Peserta Didik 107
4.4 Jumlah Siswa Tahun Ajaran 2000-2001 108
4.5 Komponen NEM Masuk dan KeluarSMUP Bandung 108 4.6 Skor Peniiaian Hasil Pengawasan Administrasi Tenaga
Kependidikan 109
4.7 Komponen Guru, TUTetapdan Tidak Tetap 110
4.8 Skor Peniiaian Hasil Pengawasan Sarana dan Prasarana 110
4.9 FasilitasSMU Puragabaya 111
4.10 Skor Peniiaian Hasil Pengawasan Organisasi 112 4.11 Skor Peniiaian Hasil Pengawasan Pembiayaan 113
4.12 Skor Peniiaian Hasil Pengawasan Administrasi Sekolah 114
4.13 Skor Peniiaian Hasil Pengawasan Iklim Organisasi 115
4.14 Skor Peniiaian Hasil Pengawasan Pembelajaran 116 4.15 Deskripsi Statistik Pengawasan Internal, Iklim Organisasi dan
Kualitas Pelayanan Kepada Siswa 120
4.16 Model Statistik Pengawasan Internal, Iklim Organisasi dan
Kualitas Pelayanan Kepada Siswa 120
4.17 Korelasi Statistik Pengawasan Internal, Iklim Organisasi dan
Kualitas Pelayanan Kepada Siswa 121
4.18 Anova Pengawasan Internal, Iklim Organisasi dan Kualitas
Pelayanan Kepada Siswa 121
4.19 Coefisien Pengawasan Internal, Iklim Organisasi dan Kualitas
Pelayanan Kepada Siswa 121
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1.1
Lulusan yang Melanjutkan Sejak Tahun 1989 Sampai Tahun
2000 6
1.2
Tahapan Penyusunan Perencanaan Strategis
15
1.3 Inti Pendidikan Sekolah 16
1.4 Kerangka Berpikir Penelitian 18
1.5
Pengaruh VariabelX^ dan X2 terhadap Y
20
2.1
Saling Keterkaitan Dalam Organisasi
23
2.2 llustrasi Sistem Organisasi Sekolah 25
2.3 Arah dan Tujuan Supervisi Pendidikan 36
2.4 Model Strategik Pengembangan SMU 46
2.5 Perkembangan Benchmarking 56
2.6 PolaBenchmarking 64
2.7 Dimensi Kualitas Pelayanan 68
2.8 Diagram Alur Rencana 83
2.9 DiagramAlurRencana 84
3.1
Masukan Data pada Program Perangkat Lunak
96
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kualitas penyelenggaraan pendidikan khususnya persekolahan, sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi; budaya
masyarakat, sosial ekonomi masyarakat, demografis, kebijakan pemerintah,
pendanaan
penyelenggaraan
pendidikan,
dan
profesionalisme
dalam
pengelolaannya. Ukuran sekolah berkualitas selama ini nampaknya masih
bersifat normatif, yang diberikan oleh masyarakat pengguna. Hal itu, belum
dilakukan berdasarkan evaluasi didasarkan kepada kriteria batas mutu yang
ditetapkan oleh suatu lembaga tertentu. Implikasi dari ukuran kualitas yang
bersifat normatif yaitu tingkat persaingan sekolah secara sehat sulit berkembang
terutama dirasakah oleh pihak swasta. Sekolah swasta, mempunyai pasar yang
cenderung dibangun oleh imej dengan relativitas kelas sosial ekonomi
masyarakat tertentu dalam wilayah tertentu.
Penyelenggaraan persekolahan oleh masyarakat (swasta), secara
kuantitatif sangat membantu pemerintah dalam melayani kebutuhan pendidikan
bagi masyarakat. Seperti halnya di Kota Bandung, untuk tingkat Sekolah
Menengah Umum Swasta terdapat 104 sekolah atau sekitar 80% dari total SMU
yang ada yakni 130 sekolah. Secara kuantitatif menunjukkan bahwa betapa
besarnya kontribusi terhadap kebijakan pemerintah berkenaan dengan
pemerataan yang berpijak pada pelayanan kesempatan mengikuti pendidikan
setingkat sekolah menengah umum. Namun jika ditinjau dari sisi kualitas, secara
3,8% yang termasuk pada jajaran sekolah berkualitas ditinjau dari; fisik sekolah,
proses pelayanan pembelajaran, dan hasil peniiaian akhir mengikuti pendidikan
(NEM) yang lebih besar dari rata-rata >6, serta yang dapat memasuki PTN dan
PTS ternama.
Variasi keberhasilan sekolah tersebut, menggambarkan bagaimana
pengelolaan pendidikan dilakukan secara tepat, cermat oleh masing-masing
Badan Penyelenggara dan manajerial sekolah. Hal itu, dipandang dari konsep
manajemen stratejik, sangat ditentukan oleh visi dan misi sekolah serta
keputusan para pengelola yang ada di tingkat sekolah itu sendiri. Hal itu
disebabkan sekolah, merupakan pihak yang paling tahu dan mengenal dirinya
dengan berbagai hal yang menjadi kendala atau pendorong keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan.Kotler (1987) mendefinisikan misi, yakni pernyataan tentang tujuan
organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang dapat
ditawarkan, sesuai kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masvarakat
yang dilayani, nilai-nilai yang dapat diperoleh, serta aspirasi dan cita-cita di masa
depan.
Setiap organisasi hams memiliki misi, bahkan itulah yang dibuat pertama
kali. Misi itu merupakan "alat yang tak ternilai" untuk mengarahkan perumusan
strategi.dan p'Slaksanaan strategi. la adalah
common thread
yang menyatukan
seluruh aktivitas organisasi. Misi yang disebut
raison d'etrenya
organisasi.yaitu
yang merupakan alasan kehadinannya, pembenaran tentang eksistensinyi*. Misi
sebenarnya menjelaskan hal-hal yang sangat fundamental, merupakan falsafah
Suatu misi yang mengandung makna motivasi membuktikan bahwa
setiap orang yang bekerja dalam organisasi itu merasa mempunyai peranan
penting, merasa pekerjaannya berguna dan dihargai sehingga ia terangsang
untuk terus memperlihatkan karya yang semakin baik. Misi hendaknya berbeda
dengan misi organisasi serupa yang lain, sehingga mempunyai khas dan dapat
menumbuhkan
I'espnt de corps.
Misi juga, dapat diposisikan secara dinamik dan
terukur dalam waktu tertentu. Artinya dapat kita buat dalam rentang waktu
tertentu, dan bisa diubah sesuai dengan rentang yang kita tetapkan. Perubahan
hams dilandasi oleh kemampuan organisasi dalam mendengar, melihat, tuntutan
lingkungan dan kemampuan diri melalui proses analisis. Misi organisasi, bukan
merupakan ekspresi emosional pimpinan puncak dalam pencapaian tujuan
organsiasi. Akan tetapi, proses rasional yang sistematis dan kolektivitas yang
berkesinambungan. Misi menggambarkan kehendak organisasi, adapun visi lebih
jauh lagi. Helgeson (1991) menjelaskan "bagaimana rupa yang seharusnya dari
suatu organisasi kalau ia berjalan dengan baik. Misi belum menjelaskan
bagaimana rupa organisasi itu kalau sudah berhasil, inilah tugas visi.
Seorang arsitek akan memberi tahu kepada pemilik bangunan itu kalau
dikerjakan dengan baik. la tidak sekedar menggambar bangunan itu, tetapi
memperlihatkan kekokohan dan kesatuan yang mutlak serta memberi harapan
yang menyenangkan bagi pemiliknya. Itulah visi, visi keberhasilan, biasanya
dipersiapkan secara cermat dan memerlukan waktu yang memadai dibandingkan
dengan proses pemmusan misi.
Uraian tersebut, menunjukkan bahwa misi dan visi organisasi sekolah
tidak luput dari pencarian hakikat kebermaknaannya. Oleh sebab itu ada
termasuk sekolah sebagai institusi, hams dipahami dan dihayati sehingga setiap
komponen organisasi dapat melaksanakan peran dan fungsi tugas yang
dilandasi visi tersebut. Visi yang dibangun tidak berarti melalui suatu proses
mekanikal. Tidak ada formula sederhana untuk menghasilkan visi instant, yang
ada yaitu bagaimana kita membangun komitmen, dan kesadaran kolektif dalam
rangka mencapai visi.
Yayasan Puragabaya Bandung merupakan salah satu lembaga (Yayasan
Nir Laba) yang menyelenggarakan pelayanan pendidikan pada tingkat Sekolah
Menengah Umum. Pelayan pendidikan yang dimaksud merupakan wujud turut
serta mencerdaskan kehidupan bangsa, seperti yang diamanatkan oleh
Mukadimah UUD 1945, UUSPN NO.2 Tahun 1989, PP Nomor 29 Tahun 1990
dan
PP Nomor 38 Tahun
1992.
Misi SMU
Puragabaya adalah
menyelenggarakan pendidikan menengah umum yang berkualitas, baik dalam
proses pelayanan maupun keluaran.
Saat ini SMU Puragabaya Bandung, melayani 613 siswa vang tersebar di
16 kelas meliputi lima kelas satu, lima kelas dua dan enam kelas tiga. Adapun
komposisi kelas satu 157 orang, kelas dua 219 orang dan kelas tiga 237 orang,
yang keseluruhannya dibina oleh 65 orang guru (2002). Sebagai gambaran
lulusan yang teridentifikasi melanjutkan ke pergruan tinggi negeri dan swasta
Tabel 1.1.
Jumlah Siswa Yang Masuk Dan Lulus
Serta Yang Diterima PTS
NO 10 11 12 13 TAHUN 1989/1999 1990/1991 1991/1992 1992/1993 1993/1994 1994/1995 1995/1996 1996/1997 1997/1998 1998/1999 1999/2000 2000/2001 2001/2002 KELAS JML KELAS JUMLAH
Sumber: SMU Puragabaya Bandung (2001)
Tabel tersebut menunjukkan bahwa secara kuantitatif selama berdiri telah
membina siswa sekitar 9080, dan meluluskan mencapai 2508 siswa.sedangkan
yang dapat melanjutkan ke Perguruan Tinggi hanya 465 orang atau hanya
sekitar 18.54% dari total lulusan. Berdasarkan hasil penelusuran dari 465 orang
tersebut duduk di PTN sekitar 47 lulusan, dan sisanya di PTS.
STUDI LANJUT
Missing
Gambar 1.1. Lulusan Yang Melanjutkan Sejak Tahun 1989 Sampai Tahun 2000
Memperhatikan perkembangan tersebut menunjukkan ada indikasi
penurunan jumlah peserta didik, jumlah lulusan dan kecilnya angka melanjutkan
pendidikan tinggi. Kondisi tersebut erat kaitannya dengan dugaan penurunan
peminat berpijak dari pelayanan yang kurang prima, latar belakang sosial
ekonomi orang tua siswa, dan lokasi sekolah, proses pelayanan dan
keluarannya, nampaknya masih perlu dilakukan langkah-langkah ci n;
;ruan
manajemen.
Mengingat dalam perjalanannya masih banyak kendala yang dihadapi,
antara lain budaya mutu dalam iklim pembelajaran di sekolah masih rendah.
Indikasi rendahnya budaya mutu dalam iklim belajardi sekolah, antara lain :
(1) Tingkat absensi guru bidang studi relatif instabilisitas;
(2) Kesiapan administrasi guru relatif kurang terpenuhi;
(3) Kesiapan siswa belajar relatif kurang baik;
(4) Tingkat
droup outd\
kelas akhir relatif terjadi setiap tahun.
Indikasi tersebut, bermuara pada hasil belajar tahap akhir yakni masih
jauh di bawah harapan. Hal itu diduga, belum terstruktumya pola pengawasan
sebagai komponen manajemen pendidikan, baik dari pihak Yayasan, pemerintah
Pengawasan pendidikan sesungguhnya secara formal telah dilaksanakan
baik pada internal organisasi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah dan pihak
eksternal oleh pengawas pejabat yang ditetapkan oleh pihak berwenang. Persoalannya adalah, belum menghasilkan suatu formula yang efektif dan dapat mendorong kinerja sekolah. Hal itu, disebabkan oleh berbagai faktor seperti:
(1) Kepala sekolah mempunyai beban tugas yang kurang terstruktur, sehingga
fungsi supervisor bersifat temporer;
(2) Budaya kerja tenaga kependidikan, cenderung partnerlistik sehingga masih dominan kepada keyakinan dengan asumsi-asumsi keteladanan; nilai-nilai
lokal;
(3) Pendelegasian pengawasan internal belum menjadi satu alternatif yang
disepahami dan disepakati;
(4) Pengawasan eksternal oleh pengawas saat ini, masih cenderung formalitas
administrasi dan belum mengarah kepada substansi kebutuhan pihak guru,
hal itu disebabkan berbagai faktor termasuk pengawas itu sendiri;
Bertolak dari uraian tersebut, menarik perhatian penulis untuk melakukan
penelitian yang bersifat kaji tindak berkenaan dengan pengawasan terduga pada berbagai aspek fungsi manajemen sekolah secara terstruktur melalui acuan
standar pelayanan pendidikan yang ditetapkan melalui kajian teoretis dan praktis.
B. Perumusan Masalah
Menghadapi tuntutan masyarakat terhadap pelayanan pendidikan khususnya yang dilaksanakan di sekolah, nampaknya semakin kompleks.
Kompleksitas bertolak dari kontinum pelayanan yang kurang memuaskan sampai
sedangkan pihak institusi dalam hal ini sekolah masih menghadapi b
persoalan. Salah satu yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan peluang sebaik-baiknya, khususnya mengoptimalkan kemampuan manejerial persekolahan. Kemampuan manajerial persekolahan, bersifat praktik operasional secara tepat, cermat, dan berkesinambungan yang mengarah pada kinerja
sekolah.
Praktik manajemen sekolah, akan terjadi jika seluruh komponen dalam
sistem sebelumnya ditetapkan patok duga yang dapat diukur secara sistematis dan berkesinambungan secara terbuka. Patok duga tersebut, dapat merujuk pada standar pelayanan sekolah yang ditetapkan, atau dapat disebut sebagai Benchamerking. "Benchmarking merupakan proses pengukuran yang sistematis dan berkesinambungan; proses mengukur dan membandingkan secara sinambung atas proses-proses suatu organisasi dengan personil yang akan membantu upaya organisasi tersebut memperbaiki kinerjanya" Selain merupakan proses pengukuran yang sistematis terutama menghasilkan tolok ukur kinerja komparatif, juga menggambarkan cara mencapai kinerja nyata. Artinya
praktek-praktek yang terukur dibandingkan dengan patok duga sebagai penetu
keberhasilan (enablers). Jadi benchmarking melahirkan dua jenis hasil yakni; (i)tolok ukur kinerja komparartif; (ii) faktor penentu (enablers).
Hakikat dari benchmarking adalah persoalan peniiaian mutu melalui
pendekatan proses kerjasama, pendekatan terpadu, atas dan bawah, kemitraan
dan partisipasi. Uraian tersebut, memberikan arah berpikir bahwa pencapaian
apa saja yang harus dicapai, dengan apa mencapainya, bagaimana pembuktian
pencapaiannya ?.
Bertolak dari uraian tersebut, maka dalam penelitian ini dirumuskan
masalahnya sebagai berikut:
"Sejauhmana pengaruh pengawasan internal, dan iklim organisasi sekolah
terhahadap peningkatan kualitas pelayanan pendidikan SMU Puragabaya
Bandung"
Untuk lebih terfokusnya masalah penelitian, maka dijabarkan melalui
pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana profil sekolah ditinjau dari hasil pengawasan penetapan patok
duga saat ini ?
2. Faktor-faktor yang menjadi hambatan dan dukungan penerapan patok duga
pelayanan sekolah saat ini ?
3. Berapa besar pengamh pengawasan internal, dan iklim organisasi terhadap
peningkatan kualitas pelavanan pendidikan kepada siswa?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian eksperimental ini, adalah mencoba membangun
suatu model pengembangan yang dilandasi budaya mutu berbasis sekolah.
Model ini dikembangkan dengan pendekatan "pengawasan terduga" dalam
menetapkan, menilai dan merekomendasi aspek-aspek administrasi pendidikan,
khususnya di SMU Puragabaya Bandung.
Adapun tujuan yang lebih khusus adalah, mendeskripsikan informasi dan
^iSSZ
1. Profil sekolah ditinjau dari hasil pengawasan penetapan patok dugalba%ffH£^P>
y
2. Faktor-faktor hambatan dan dukungan penerapan patok duga pelayS
sekolah saat ini
3. Pengaruh pengawasan internal, dan iklim organisasi terhadap peningkatan
kualitas pelayanan pendidikan kepada siswa.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini dilhat dari dua hal, yaitu teoretis dan praktis. Teoretis diharapkan dari temuan penelitian ini dapat mengembangkan konsep administrasi pendidikan khususnya dalam mengembangkan sistem pengawasan terduga di lingkungan organisasi sekolah. Adapun hal praktis, diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak penyelenggara pendidikan SMU Swasta di
Kota Bandung.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel-variabel penelitian ini adalah peiiyaw-<=>an internal (Xi), iklim organisasi (X2) sebagai variabel bebas (independent variable), dan kualitas pelayanan pendidikan (Y) sebagai variabel terikat (dependent variable).
Selanjutnya, dari variabel tersebut didefinisikan sebagai berikut:
1. Pengawasan Internal
Lingkup pemeriksaan internal hakikatnya meliputi pengujian dan evaluasi
terhadap kecukupan dan keefektifan sistem pengendaiian intern yang dimiliki
11
mempunyai akuntabilitas, maka kualitas proses pelayanan pendidikan meningkat
dan tumbuhnya kepercayaan masyarakat.
Pengawasan internal di sekolah adalah salah satu upaya perbaikan
budaya mutu sekolah, melalui kesepakatan bersama ( kepala sekolah, guru dan
staf TU beserta keteriibatan orang tua siswa, melaluai pembentukan Tim
Pengawas Kinerja Administrasi Sekolah ) dalam rangka :
(1) Memastikan (menentukan, memverifikasi) hal-hal yang diduga sebagai
penentu keberhasilan pelayanan pendidikan melalui kebijakan kepala
sekolah
(2) Menilai (mengevaluasi, menaksir) hal-hal yang diduga sebagai penentu
keberhasilan pelayanan pendidikan melalui kebijakan kepala sekolah
(3) Merekomendasi (memberi saran), mengenai hal-hal yang diduga sebagai
solusi pemecahan masalah
Hasil evaluasi sekolah dapat digunakan sebagai bahan perbaikan dari
pelaksanaan program sekolah. Beberapa hal yang dijadikan pertimbangan
meliputi:
(1) Kepercayaan data terhadap kualitas sekolah
(2) Keseimbangan antara hasil evaluasi dan perbaikan sekolah
(3) Evalusi melalui proses pemeriksaan internal yang objektif
(4) Pengembangan program
Fokus variabel dalam penelitian ini adalah :
(a) Pengawasan dan peniiaian kurikulum dan pengaturan PBM
(b) Pengawasan dan peniiaian PBM
(c) Pengawasan dan peniiaian peserta didik
12
(e) Pengawasan dan peniiaian sarana prasarana
(f) Pengawasan dan peniiaian organisasi sekolah
(g) Pengawasan dan peniiaian pembiayaan
(h) Pengawasan dan peniiaian admnistrasi sekolah dan partisipasi masyarakat
2. Iklim Organisasi
Iklim organisasi sekolah mempunyai dimensi yang luas, mengingat
sebagai pelayan masyarakat yang syarat dengan keinginan, target-target, dan
tujuan yang harus dicapai, yaitu hasil pendidikan yang dituntut oleh masyarakat.
Oleh sebab itu, sebagai upaya pencapaian harus terbentuk suasana kerja,
lingkungan kerja. Dimensi iklim kerja dapat diidentifikasi, melalui suatu analisis
faktor yang ditimbulkan yang salah satunya dari lingkungan internal dan eksternal
persekolahan. Adapun lingkungan internal, meliputi aspek fisik dan non fisik.
Aspek non fisik internal meliputi:
(1) rasa kekeluargaan dan kebersamaan antar personil
(2) semangat dan komitmen kerja personil
(3) kebanggaan melaksanakan tugas
(4) sikap saling membantu antar personil
Aspek fisik internal meliputi:
(1) kebersihan ruang dan halaman sekolah
(2) kesehatan personil (guru, staf tata usaha), dan siswa
(3) ketertiban dalam melaksanakan aturan atau kesepakatan bersama
Aspek Fisik Eksternal:
(1) adanya interaksi kerja sama antara sekolah dengan masyarakat terinstitusi
(2) adanya bukti monumental hasil kerja sama sekolah dengan masyarakat
13
(3) Adanya pernyataan bersama saling membutuhkan, saling membantu antara
sekolah dengan masyarakat terinstitusi.
Secara garis besar dalam penelitian ini berkenaan dengan :
(1) Interaksi dan komunikasi antara personal masyarakat sekolah (kepala
sekolah-guru-guru-staf TU-siswa dan orang tua siswa-masyarakat sekolah
lainnya)
(2) Kondisi
lingkungan
sekolah
(kebersihan,
keindahan,
kenyamanan,
keamanan, ketertiban)
3. Kualitas Pelayanan Pendidikan
•
Blumberg (1991:9) mengemukakan bahwa
frame work of strtegic service
involves six key concep.
(1)The service oppurtunity is significant in term of both value and word.
Service by it self a great and product high revenue and profit over the
general life cycle of a product, (2) service can be used to add value to
tabgible product. A strategy focus on service elements added to product
can create additional value for the customers, (3) product genera! service
needs every product include and general service requiremoiu, fa service
of givemed phmariy by the customers perception of time there for
custumers perception of time must be used to determined service level,
requirements and nedds, (5) service pricing is differentproduct pricing,
service price is largely determinde by the value in used for the customer
rather than the cost service be totally managed, delivered and controlled
just like a product line of business, (6) service must be but in addition
special inphares must be placed on the key service time parameter and
factors related to time.
(1) Pelayanan itu adalah kesempatan atau waktu yang baik berarti di dalamnya
ada waktu kedua-duanya bemilai dan berharga. Pelayanan itu sendiri adalah
suatu kesempatan besar dan menghasilkan pendapatan yang tinggi serta
keuntungan dari perputaran produk, (2) pelayanan dapat meningkatkan suatu
produk, (3) produk pelayanan umum dibutuhkan setiap produk, dan keperiuan
14
waktu pelanggan, maka dari itu pengarnatan waktu pelanggan harus digunakan untuk menentukan tingkat pelayanan, kepertuan, kebutuhan, (5) harga pelayanan berbeda dengan harga produk, harga pelayanan ditentukan dari besarnya dan nilai yang digunakan untuk pelayanan lebih besar dari pada pelayanan yang ditentukan oleh penyedia atau oleh yang mengurus, menyampaikan dan kontrol sama dengan sebuah garis produk dari bisnis, (6) pelayanan hams, tetapi di dalamnya ada tambahan khusus yang harus ditempatkan sebagai kunci pelayanan yaitu ukuran waktu dan faktor-faktor yang dihubungkan dengan waktu.
Pelayanan pendidikan yang dimaksud adalah suatu proses dalam rangka memberikan kepuasan kepada kastamer pendidikan berupa; sistem penerimaan siswa bam, penempatan kelas, pengadaan dan penggunaan sarana dan prasarana belajar, pendanaan pendidikan, pembelajaran di kelas dan laboratorium, pembinaan personil pendidikan (Guru dan staf TU), kemitraan dengan orang tua dan masyarakat lainnya.
F. Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Berpikir Penelitian
Landasan sederhana dalam praktek-praktek manajerial di sekolah, bag]
seorang pimpinan adalah bagaimana; membangun persepsi, aspirasi dan deskripsi dari sesuatu yang menjadi arah kebijakan yang akan disepakati. Membangun misi dan visi sekolah, sesungguhnya dapat dilakukan melalui pengkajian kolektif sehingga diperoleh persepsi, aspirasi dan deskripsi, baik dipandang dari konteks konsepsi, maupun konteks praktek-praktek
15
Wujud pencapaian misi dan visi sekolah, harus dapat diukur secara
konkret teruatama dalam praktek-praktek manajerial, persiapan, pelaksanaan
dan evaluasi melalui prosedur yang sistematis dan terdokumentasi.
Patok-patok duga harus dibangun melalui rekonstruksi yang khas dari
masing-masing sekolah selaras dengan kemampuan internal, wilayah dan
sumber-sumber yang ada. Patok duga merupakan hak milik masing-masing
sekolah, dan tentunya dimulai dari analisis posisi yang cermat, prioritas-prioritas
dengan membangun dukungan-dukungan spirit, dan moral yang dilandasi oleh
semangat "kemampuan mengkoordinasi komponen organisasi, menanamkan
sikap partisipasi, menjunjung tinggi tolerasi dalam makna saling menghargai".
PENGKAJIAN INTERNAL
Kekuatan & Kelemahan
Perumusan Misi
Pengkajian Penugasan
X
PENGKAJIAN EKSTERNAL
Peluang &Tantangan
Perumusan Visi
* ^
Perumusan Rencana Tujuan & Prioritas
Harapan konsumen
Siswa dan masyarakat
Menentukan Patok Duga
Harapan investor
Pemerintah dan Masyarakat
Rencana
Fungsional
Pengawasan Internal
16
Gambar tersebut memberikan tuntunan pola berpikir bahwa sebelum
melakukan perencanaan strategis, teriebih dahulu manajemen melakukan
pengkajian lingkungan internal dan eksternal organisasi melalui analisis SWOT.
Selanjutnya melakukan perumusan visi dan misi organisasi, dan merumuskan
tindak lanjutnya melalui perencanaan.
Proses perencanan dilaksanakan secara koordinatif di antara para
pembantu kepala sekolah, guru dan staf. Dalam pelaksanaan konsep
perencanaan periu teriebih dahulu diciptakan transformasi budaya mutu dalam
organisasi sistem sekolah. Suatu langkah taktis khusus yang umumnya efektif
adalah mendoku-mentasikan tindakan-tindakan jika kita mengembangkan
rencana perbaikan kualitas.
[image:25.595.65.465.300.655.2]Jika kita kaitkan konsep tersebut dengan inti pendidikan maka kita
gambarkan sebagai berikut.
PELAYANAN PERPUSTAKAAN
PELAYANAN LABORATORIUM
PROSES PEMBELAJARAN
PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN EVALUASI PBM
T
PELAYANAN ADM GURU
I
PELAYANAN ADM SEKOLAH
PELAYANAN
SARANA
PELAYANAN EKSTRAKUR
PELAYANAN BIMBINGAN
Gambar 1.3. Inti Pendidikan Sekolah
Untuk mencapai visi dan misi sekolah dalam upaya perbaikan mutu
17
subjektif,
tidak emosional akan tetapi
haruslah dilandasi siap untuk
berkompetensi melalui proses.
Pengawasan internal harus memperoleh dukungan dari manajer dan
dewan, sehingga mereka akan mendapatkan suatu kerjasama dari pihak yang
diperiksa dan dapat menyelesaikan pekerjaannya secara bebas dari berbagai
campurtangan pihak lain.
Haro Sugiman (1995:11) mengemukakan beberapa syarat dalam proses
pengawasan adalah sebagai berikut:
(1) Pengawas harus bertanggungjawab terhadap individu di dalam organisasi
yang memiliki kewenangan yang cukup untuk mewujudkan kemandirian
tersebut dan untuk menjamin luas cakupan pemeriksaaan, perhatian yang
memadai terhadap laporan-laporan pemeriksaan dan tindakannnya yang
tidak berdasarkan rekomendasi pemeriksaan.
(2) Pengawas harus memiliki hubungan yang langsung dengan pimpinan
organisasi. Koordinasi yang ter^ir -Origan dewan sekolah akan membantu
terjaminnya kemandirian dan merupakan sarana semua pihak untuk saling
memberikan informasi demi kepentingan organisasi.
(3) Kemandirian tersebut harus ditingkatkan bila pengangkatan atau penggantian
pimpinan pengawas dilakukan atas persetujuan dewan sekolah.
(4) Tujuan, kewenangan dan tanggung jawab bagian pengawas internal harus
didefinisikan dalam dokumen yang tertulis.
Syarat tersebut, dalam konteks pengawasan persekolahan sangat mungkin
dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama. Segala kemungkinkan
18
Uraian tersebut, dapat dijadikan acuan dalam rekonstmksi pembentukan
pengawasan internal di sekolah dalam eksperimental.
Dalam
penelitian ini,
penulis mencoba menggambarkan kerangka berpikir penelitian sebagai berikut:
YAYASAN PURAGABAYA SMU PURAGABAYA DINAS PENDIDIKAN KOTA
TIM PENILAI KINERJA ADMINISTRASI SEKOLAH
SMU PURAGABAYA
STANDAR
PELAYANAN MINIMAL
PROGRAM:
RENCANA STRATEGI SEKOLAH VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN :
KURIKULUM (PBM)
KESISWAAN
TENAGA KEPENDIDIKAN FASILITAS
PENDANAAN
POLA INDUK PENGAWASAN PROSEDUR OPERASIONAL INSTRUMEN PATOK DUGA
INDIKATOR STANDAR PELAYANAN SEBAGAI PATOK DUGA
DITURUNKAN DARI
KURIKULUM; PBM; PESERTA DIDIK; TENAGA KEPENDIDIKAN'
SARANA DAN PRASARANA; ORGANISASI; PEMBIAYAAN DAN
ADMINISTRASI SEKOLAH SERTA PARTISIPASI MASYARAKAT.
VARIABEL PENGAWASAN INTERNAL (X1); VARIABEL IKLIM
ORGANISASI (X2) DAN KUALITAS PELAYANAN PENDIDIKAN (Y)
PENGAWASANINTERNAL DAN IKLIM ORGANISASI
KUALITAS
[image:27.595.106.446.160.577.2]PELAYANAN PENDIDIKAN
)IKAN I"
Gambar 1.4 Kerangka Berfikir Penelitian
HASIL
2. Premis-premis Penelitian
Bertolak dari latar belakang masalah, tujuan penelitian dan kerangka
berpikir penelitian, sebelum diajukan hipotesis maka teriebih dahulu diajukan
19
a. Pengawasan merupakan suatu proses yang dirancang untuk membantu
guru-gum dan supervisor guna mempelajari lebih banyak tentang tugas
mereka sehari-hari, sehingga mereka dapat menggunakan pengetahuan dan
kemampuan yang dimilikinya agar dapat memberikan pelayanan yang lebih
baik pada orang tua, peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan
sekolah sebagai masyarakat belajar yang efektif. (Sergiovanni dan R.J.
Starrat; 1993)b. Iklim organisasi adalah suatu kualitas internal dari sebuah organisasi yang
menentukan kualitas kerjasama, pengembangan organisasi serta besarnya
dedikasi dan komitmen terhadap misi organisasi. (Kennet R, Andrew; 1997)
c. Misi organisasi merupakan pernyataan tentang tujuan organisasi yang
diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang dapat ditawarkan sesuai
kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani,
nilai-nilai yang dapat diperoleh, serta aspirasi dan cita-cita di masa depan.
(Kotler; 1987)
3. Hipotesis
Selaras dengan latar belakang masalah, perumusan masalah dan tujuan
penelitian serta kerangka penelitian, maka diajukan rumusan hipotesis penelitian
sebagai berikut:
"Terdapat pengaruh positif pengawasan internal dan iklim organisasi
sekolah, terhadap
kualitas
pelayanan di SMU Puragabaya Bandung".
Sebagai gambaran pengaruh variabel dapat ditunjukkan pada gambar 1.5
S+ Xi
rXiX2
^> X2
rXiY
rx2Y
E
•
Y
Gambar 1.5 Pengaruh Variabel
X,
dan X2 Terhadap Y
20
G. Prosedur Penelitian
Penelitian ini bersifat
Action Research
dalam bidang manajemen sekolah,
yang bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan melalui penerapan
pengawasan terduga dalam aspek-aspek fungsi administrasi sekolah. Adapun
prosedur penelitian dilakukan berdasarkan tahapan sebagai berikut:
Pertama, kepala sekolah membentuk Tim Pengawas Kinerja Adrmmsuc^
Sekolah (TPKAS) yang terdiri dari perwakilan guru senior, pihak yayasan, dan
pelaksana teknis administrasi serta peneliti. TPKAS bertugas menyusun
sistematika kerangka kerja pengawasan sekolah, prosedur operasional,
mengimpentarisasi kegiatan administrasi sekolah, menyusun instrumen
pengawasan terduga bersama-sama peneliti, menentukan jadual pelaksanaan.
Tahap kedua, melakukan sosialisasi tingkat sekolah, mulai dari para pemtantu
kepala sekolah, dewan guru, staf administrasi sampai dengan pesuruh sekolah.
Ketiga, TPKAS melaksanakan pengawasan program sesuai dengan instrumen
yang dimodifikasi. Sejalan dengan proses yang dikemukakan, peneliti melakukan
Keempat, hasil pengawasan selama periode tertentu peneliti melakukan
berdasarkan hasil yang diperoleh. Hasil analisis tersebut selanjutnya secara
kuantitatif, dilakukan tingkat ketercapaian dan pengaruhnya terhadap iklim
organisasi belajar si sekolah.
Metode penelitian ini, merupakan gabungan dari pendekatan kualitatrf dan
kuantitatif sesuai dengan sifat dari
action research,
yaitu mendeskripsikan
masalah, memecahkan masalah melalui suatu solusi dan menyimpulkan
hasilnya. Pendekatan kualitatrf merupakan pendekatan yang bersifat mancari dan
memecahkan masalah, sedangkan kuantitatif untuk mengukur besaran variabel
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Objek dan Metode Penelitian
1. Objek Penelitian
Objek penelitian bertolak dari suatu kondisi SMU Puragabaya Bandung
pada saat ini, setelah dilakukan evaluasi diri ternyata belum menunjukkan
peningkatan performansi puncak. Performansi tersebut, meliputi faktor jumlah
peminat siswa bam, jumlah lulusan, dan hasil perolehan NEM masuk dan
keluaran, serta angka melanjutkan ke perguruan tinggi.
Salah satu yang menjadi objek penelitian adalah pada manajemen
sekolah yang berkaitan dengan proses pelayanan pendidikan, khususnya dalam
proses pengawasan internal melalui pendekatan
benchmarking.
Pendekatan ini,
dilakukan atas dasar pemikiran bahwa pengawasan konpensional baik yang
dilaksanakan pada tingkat internal maupun eksternal dipandang belum
memberikan hasil yang memuaskan. Bertclr- d::ri pengamatan tersebut, maka
dalam objek penelitian ditekankan pada semua unsur tenaga kependidikan yang
ada di sekolah, sesuai dengan peran dan fungsinya melalui penentuan faktor
duga kinerja yang harus dicapai sesuai dengan standar yang ditetapkan.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini' menggunakan metode deskripsi, yang bertujuan
menjelaskan atau menguraikan gejala dan masaiah dari objek yang diteliti,
berdasarkan temuan masalah dan tindakan yang dilakukan melalui model
pengukuran tertentu. Adapun pendekatannya bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Sumber data dalam penelitian ini, diambil dari sumbernya dengan dua cara yaitu,
94
langsung (primer),dan tidak langsung (sekunder) sebagai informasi tambahan
atau pelengkap, yang diambil dari pihak-pihak yang berwenang dan kompeten di
SMU Puragabaya sebagai sekolah percobaan.
B. Jenis Dan Sumber Data
1. Jenis Data
Data yang diperoleh, selaras dengan kebutuhan baik ditinjau dari ukuran
dan skala, maupun jenisnya di lingkungan yang diteliti. Maka data ini dapat
dikelompokkan pada jenis data nominal dan ordinal. Oleh sebab itu setiap data
yang akan dianalisis secara kuantitatip teriebih dahulu diklasifikasikan dan diolah
menjadi satu kelas data yang sesuai dengan syarat statistik.
Sumber data dalam penelitian ini, diambil dari sumbernya dengan dua
cara yaitu, langsung (primer), dan tidak langsung (sekunder) sebagai informasi
tambahan atau pelengkap, yang diambil dari pihak-pihak yang berwenang dan
kompeten.
2. Metode Pengumpulan Data
a. Teknik Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini seluruh personil kependidikan yang ada di
sekolah, dan siswa sebagai peserta didik di SMU Puragabaya Bandung. Sampel
diambil secara random, artinya populasinya adalah seluruh komponen sekolah
dan yang menjadi sampel diambil selumh personil sekolah, dan 200 siswa hasil
hitung.
b. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data berdasarkan kegiatan yang dilakukan para personil
95
Untuk memperoleh data yang diperlukan sesuai dengan aktivitas, digunakan
beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:
1) Studi Kepustakaan
Studi ini dimaksudkan untuk memperoleh berbagai informasi konsep teoeretis
tentang pengawasan pendidikan internal serta kinerja personil ditinjau dari
mutu, berdasarkan beberapa literatur yang relevan. Demikian pula dipandang
dari kebutuhan data faktual di lapangan melalui berbagai dokumen, peraturan,
dan laporan-laporan tertulis, yang ada hubungannya dengan masalah yang
diteliti.
2) Observasi
Observasi di lingkungan SMU Puragabaya dilakukan dengan dua cara yaitu,
observasi langsung dan tidak langsung. Observasi langsung, artinya peneliti
secara langsung mengamati dan teriibat dalam suatu aktivitas sehari-hari di
lingkungan kerja, adapun yang tidak langsung melalui beberapa pengamatan.
3) Kuesioner
Kuesioner dilakukan melalui penyebaran angket tertulis, berisi pertanyaan dan
pernyataan
yang diajukan,
serta
dijawab secara tertulis pula oleh
responden.
c. Teknik Pengolahan dan Tampilan Data
Data yang diperoleh melalui studi dokumentasi, observasi, dan angket
masih bersifat mentah.
Oleh sebab itu, masih periu dilakukan pengolahan
teriebih dahulu sebelum dihitung, dan dianalisis sesuai dengan prosedur
96
Data diolah dengan prangkat lunak dengan struktur alat Data Flow
Diagram (DFD), melalui penandaan kode tertentu. Skematis struktur masukan
data pada perangkat lunak dapat ditunjukkan pada gambar 3.1.
MANAJERIAL
PENGAWASAN
UPAYA PENCAPAIAN
i
1
*l
>
>
KETENAGAAN
- *
PERENCANAAN
ENGORGANI-SASIAN
PELAKSANAAN
<-SOP
PATOK DUGA FASILITAS
SFKOI 4H -•
PROFIL
SEKOUH PBM - >
KESISWAAN -•
PENDANAAN -•
1
HASIL
Gambar 3.1 Masukkan Data Pada Program Perangkat Lunak
3. Pengolahan Data
a. Data Kualitatif
1) Analisis Data
Mengingat penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan kaji
tindak maka pengolahan data dilakukan secara kualitatif. Prosedur analisis data
atas dasar tiga tahap sesuai dengan sasaran, Nasution (1982:129-130), yakni (1)
reduksi data; (2) display data; (3) mengambil kesimpulan dan verifikasi data.
Reduksi data,
dilakukan dengan menelaah kembali seluruh catatan
lapangan dan studi dokumentasi. Telaah ini dilakukan untuk menemukan hal-hal
yang pokok atau penting, berkenaan dengan fokus penelitian yakni aktivitas
97
Display data,
mensistematiskan pokok-pokok informasi sesuai dengan
tema dan polanya, pola yang nampak ditarik suatu kesimpulan sehingga data
yang dikumpulkan mempunyai makna tertentu. untuk menetapkan kesimpulan
maka dilakukan verifikasi.
Verifikasi ini dilakukan dengan member check
maupun triangulasi. Oleh sebab itu proses verifikasi kesimpulan ini berlangsung
selama dan sesudah data dikumpulkan.
2) Validasi Temuan Penelitian
Nasution (1988:124-144) menegaskan bahwa tingkat kepercayaan hasil
penelitian
kualitatif ditentukan oleh tiga kriteria: (a) kredibirtas
(validitas
intemal);(b)
transferabilitas
(validitas ekstemal);(c)
dependabilitas
(realibilitas)
dan (d) komfirmabilitas
(objektivitas).
Kredibiltas, mempakan salah satu ukuran tentang kebenaran data yang
dikumpulkan, dalam penelitian ini berkamsud untuk menggambarkan kecocokan
konsep peneliti dengan konsep yang ada pada responden atau nara sumber.
Untuk mencapai hal tersebut dalam penelitian ini dilakukan antara lain:
(1) Triangulasi, yakni mengecek kebenaran data dengan membandingkan
dengan data dari sumber lain.
Hasil dari serangkaian wawancara,
pengamatan dan studi dokumentasi dari para pengelola anggaran belanja
sekolah.
(2) Pembicaraan dengan kolega (peer debriefing),hal ini peneliti membahas
catatan-catatan lapangan dengan kolega, teman sejawat yang mempunyai
kompetensi tertentu.
(3) Penggunaan bahan referensi, digunakan untuk mengamankan berbagai
informasi yang didapat dari lapangan, dalam
kaitan
ini
penulis
98
wawancara, dengan cara ini peneliti dapat memperoleh gambaran yang
lengkap tentang informasi yang diberikan oleh nara sumber sekaligus
dapat memahami konteks pembicaraan.
(4) Mengadakan member check, yakni setiap akhir wawancara atau
pembahasan satu topik diusahakan untuk menyimpulkan secara bersama,
sehingga perbedaan persepsi dalam suatu masalah dapat dihindarkan, juga
dilakukan konfirmasikan dengan nara sumber terhadap laporan hasil
wawancara, sehingga apabila ada kekeliruan dapat diperbaiki atau bila ada
kekurangan dapat ditambah dengan informasi bam. Dengan demikian data
yang diperoleh sesuai dengan yang dimaksudkan oleh nara sumber.
Transfereabilitas, apabila dihubungkan dengan penelitian kuantitatif,
kriteria ini disebut dengan validitas eksternal, yakni sejauh manakah hasil
penelitian dapat diterapkan atau digunakan di tempat dan dalam situasi lain.
Transfereabilitas hasil penelitian bam ada jika pemakai melihat ada situasi yang
identik dengan permasalahan di tempatnya, meskipur riiakui bahwa tidak ada
situasi yang sama persis pada tempat dan kondisi yang lain.
Dependebilitas dan konfirmabilitas, adalah suatu kriteria kebenaran dalam
penelitian kualitatif yang pengertiannya sejajar dengan reliabilitas dalam
kuantitatif, yakni mengupas tentang konsistensi hasil penelitian. Artinya sebagai
kriteria untuk menguji apakah penelitian ini dapat diulang atau dilakukan di
tempat yang lain dengan temuan hasil penelitian yang sama.
Adapun
konfirmabilitas berkenaan dengan objektivitas hasil penelitian.
Agar kebenaran dan objektivitas hasil penelitian dapat
dipertanggung-jawabkan, dapat dilakukan dengan cara "audit trail", yakni dengan melakukan
hal-oi ^ v .?«* ; ,
hal yang dilaporkan dapat dipercaya dan sesuai yang nyata serta apa idarfj^^. .
,/
"\ °M?PVlS v ^ /
Untuk memenuhi kriteria tersebut, maka peneliti melakukan upaya-upaya>v
(1) Data mentah yang diperoleh melalui wawancara, observasi maupun studi
dokumentasi direkapitulasi dalam laporan lapangan yang lengkap dan
cermat;
(2) Data mentah disusun dalam hasil analisis dengan cara menyeleksi,
kemudian merangkum atau menyusunnya kembali dalam bentuk deskripsi
yang lebih sistematis;
(3) Membuat hasil sintesis data, berupa kesesuaian tema dengan tujuan
penelitian, penafsiran dan kesimpulan;
(4) Melaporkan seluruh proses penelitian sejak pra survey dan penyusunan
disain pengolahan data, hingga penulisan laporan akhir.
b. Data Kuantitatif
Pengolahan data dalam penelitian ini, dilakukan berdasarkan pola yang
sesuai dengan persyaratan ilmu statistika melalui bantuan perangkat SPSS 10.0.
Adapun tahapannya, mulai dari pemeriksaan data hasil angket (jumlah
pengambalian dan keutuhan fisik angket), penghitungan jawaban (daftar jawaban
berdasarkan responden), perhitungan transformasi data ordinal ke interval.
Sebagai patokan perhitungan statistik ada dua kelompok penyajian, yang
pertama berkaitan dengan patokan peniiaian batas ambang dokumentasi dan
observasi selama pengawasan internal, dan kedua berkenaan dengan angket
kepada siswa berkaitan dengan hasil yang dirasakan berdasarkan pengalaman
100
Patokan batas ambang tersebut dapat ditunjukkan pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 3.1: Patokan Peniiaian
No Batas
Angka/Objek 0-20 21-40 41-60 61-80 81-10
0%-20% 21%-40% 41%-60% 61%-80% 81%-100%
Buruk Sekali Buruk Kurang Baik Baik Sekali
Untuk menjaring data angket jawaban diidentifikasi dengan sistem skor
skala 1 sampai 5 (Likert). Adapun skor skala tersebut:
Tabel 3.2 Skor Angket
Bentuk Jawaban
Pernyataan
SS Positif
Negatif 1
Keterangan:
SS = Sangat Sesuai dengan kenyataan
S = Sesuai dengan kenyataan
TT = Tidak Tahu
TS = Kurang sesuai dengan kenyataan
STS = Sangat tidak sesuai sama sekali dengan kenyataan
Keterandalan alat ukur, digunakan metode Cronbach, yaitu:
kr
0 < a = = -< 1
1 +(k-1)r k = Jumlah indikator dari variabel 'yang diukur
r = Rata-Rata korelasi antar indikator
TS STS
Kriteria keterandalan "Jika nilai
a
makin mendekati angka 1, alat ukur semakin
andal". Perhitungan dilakukan dengan menggunakan komputer dengan bantuan
101
Pengolahan data dalam penelitian ini, dilakukan berdasarkan pola yang
sesuai dengan persyaratan ilmu statistika melalui bantuan perangkat SPSS 10.
Adapun tahapannya, mulai dari pemeriksaan data hasil angket (jumlah
pengambalian dan keutuhan fisik angket), penghitungan jawaban (daftar jawaban
berdasarkan responden), pengitungan transformasi data ordinal ke interval
sampai dengan pengolahan lainnya.
Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan
sebagai berikut:
Dalam melakukan uji hipotesis dipergunakan metode statisik inferensial
yaitu :
> Regresi, yaitu untuk mengetahui hubungan antar variabel independen dan
dependen
> Korelasi, yaitu untuk mengetahui derajat keterkaitan dan daya determinatif setiap variabel baik secara individu maupun bersama-sama
> Analisis kesamaan dan rata-rata bagi setiap variabel
Setelah dianalisis dengan bantuan SPSS, Excell dan konsep matematika
kemudian dilakukan analisis sesuai dengan permintaan penelitian. Hasilnya disuguhkan dalam bentuk:
> Run & control chart
> Scatter diagram > Matriks angka
> Persamaan matematika
UjiHipotesis:
Beberapa permasalahan regresi dapat mencakup lebih dari satu variabel
102
disebut model regresi berganda. Pada umumnya, variabel tidak bebas atau
respons dapat dihubungkan pada k variabel bebas dan variabel tak bebas yang
dari hubungan ini akan dibuat prediksi. Hubungan fungsional variabel Ydengan
variabel X ^ Xk bisa dinyatakan dalam sebuah persamaan:
Y = b0 + biX-i + b2X2 + ... + bkXk + e dimana : b0 disebut koefisienintercept
b, disebut koefisien regresi partial antara Y dengan Xi
Persamaan diatas disebut persamaan regresi tinier multipel . Dikatakan linier
karena pangkat dari semua parameternya adalah satu dan dikatakan multipel
karena variabel bebasnya lebih dari satu.
Menghitung b0, b1t.., bk
Untuk menghitung nilai koefisien
^
,b2,.., bk dapat menggunakan Metoda
Kuadrat Terkecil (
Least Square Method )
dan perhitungannya dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu melalui matriks dan prosedur Doolittle-Gauss. Namun
dalam kesempatan ini hanya akan disajikan salah satu metode perhitungan yaitu
melalui cara matriks.
Cara matrik
•
Dari data yang ada hitung jumlah, jumlah kuadrat dan jumlah hasil kali
kemudian dibuat dalam sebuah matrik yang bentuknya sebagai berikut:
X, x2 -•• xt
i=M , ! i-l
Z*n
txuX:i
...
±XuXh
f.l 1=1 1=1
±X:,
-
±X2tXb
(X'X) =
I^*2,
x,
dan
QL'x_X
(X'Y) =
t XUY,
1=1
tx2,Y,
HXkJ,
i=i
.
Kemudian tentukan matriks invers (X'X) = (X'X)"1 dengan bentuk matrik
X,
X,
xt X2 ••• XK
Co, ^ 02 C Ok
c„ c,: C \k -"",
C;: ••• c2k X 2
c «• . Xk
103
• Sehingga koefisien regresinya dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
bYx=(X'XV1X'Y
Setelah koefisien regresi didapatkan, maka langkah selanjutnya adalah menguji
keberartian koefisien-koefisien regresi tersebut
•
Pengujian keberartian model secara keseluruhan
Langkah selanjutnya yang kita lakukan adalah menguji keberartian model
secara keseluruhan. Hipotesis pengujiannya adalah :
H0:b1 = b2=... =bk=0Ht : sekurang-kurangmya ada sebuah
b,
tidak sama dengan nol
Statistik yang digunakan adalah :
• JK regresi
= Xu}<->;/
. JK total = XU-^)2
•
JKsisa
= Jumlah Kuadrat total-Jumlah Kuarat regresi
• RJK = JK/dk
maka diperoleh tabel ANAVA sebagi berikut:
Sumber
Varians Dk JK RJK • hitung
Regresi K JK regresi RJK regresi O
sisa n-k-1 JK sisa RJK sisa
Total n-1 JK total RJK total
104
BABV
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Bab ini akan dikemukakan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi hasil
penelitian sesuai dengan temuan berikut ini.
A. Kesimpulan
1. Profil sekolah setelah diterapkan pengawasan patok duga standar pelayanan
dengan sepuluh indikator (kurikulum, PBM, peserta didik, ketenagaan, sarana
prasarana, organisasi sekolah, pembiayaan, administrasi sekolah, iklim
sekolah), berdasarkan hasil pengawasan dan peniiaian dapat dicapai skor
sangat memuaskan pada indikator umum. Dan masih ditemukan skor rendah
pada indikator khusus, seperti:
a. Proses Belajar Mengajar,
guru masih belum optimal memanfaatkan
media dan metode mengajar, belum diadakan pengajaran remidial.
b. Seieksi siswa masih bertumpu pada pencapaian target kelas, belum
sampai pada seleksi akademis.
c. Pasar siswa bertumpu pada masyarakat sekitar kecamatan Sukajadi, hal
itu erat kaiannya dengan misi penyelenggaraan pendidikan Puragabaya
yakni melayani pelayanan pendidikan masyarakat. Implikasinya daya beli
masyaraka cenderung menengah ke bawah.d. Keahlian pelaksana administrasi sekolah belum ditunjang oleh pendidikan
dan latihan.
e. Partisipasi masyarakat terhadap aspirasi bantuan fisik dan non fisik masih
rendah (dan masih bertumpu pada orang tua siswa).
134
2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat penerapan pengawasan internal,
selama ini adalah :
Pertama, dukungan terhadap pelaksanaan dapat diidentifikasi pada tiga aspek penting, meliputi (a) Komitmen Personil sekolah mempunyai kesepakatan yang kuat dalam melaksanakan penerapan pengawasan internal, dan menjadi motivasi semua individu untuk mencoba mencari jati diri sekolah dalam rangka menghadapi persaingan yang ketat. (b) Dukungan Badan Penyelenggara dan Masyarakat Sekolah, (c) Apresiasi siswa dan orang tua
Kedua, kelemahan yang dapat diidentifikasi selama pelaksanaan pengawasan internal adalah, lingkungan luar sekolah khususnya para orang tua dalam membangun budaya belajar siswa di rumah. Menurut pengakuan responden, pada umumnya atau sekitar 85% orang tua menyerahkan belajarnya kepada kesadaran siswa sendiri. Sehingga budaya belajar, belum
menjadi kekuatan yang utama pada peserta didik. Selain dari faktor
lingkungan siswa, juga daya dukung sekolah dalam membantu orang tua di
luar jam belajar belum dapat melayani secara optimal. Hal itu disebabkan keterbatasan operasional baik waktu maupun pembiayaan.
Keuntungan dan kerugian penerapan pengawasan internal yang dapat
diidentifikasi antara lain:
a. Keuntungan
1) Adanya prosedur yang disusun berdasarkan standar pelayanan
minimal tingkat operasional sekolah di lingkungan SMU Puragabaya
135
2) Adanya keteriibatan personil melalui kesepakatan yang dilandasi aspirasi arus bawah untuk mencapai tujuan kesejahteraan masyarakat sekolah, baik nilai-nilai maerial maupun non material. 3) Adanya power sharing pada tataran personil internal sekolah dan
melibakan personil luar sekolah berdasarkan pola kolaborasi untuk mencapai tujuan sekolah.
4) Adanya delegasi kewenangan kepala sekolah kepada personil
sekolah secara demokratis.
5) Pelaksanaan pengawasan internal dinilai secara pembiayaan relatif
ekonomis.
6) Adanya nilai tambah, yakni familier dengan suprvisi yang
dilaksanakan secara simulasi oleh rekan sejawat dan oleh perangkat
lunak (daftar pencapaian).
7) Adanya budaya baru, setiap tindakan pelayanan pendidikan harus melihat patok duga, dan siap untuk dipantau oleh perangkat lunak demi terciptanya tujuan pendidikanA
8) Adanya kesinambungan program melalui refleksi program
sebelumnya, dan perbaikan selama proses berjalan.
b. Kelemahan
(1) Periu waktu memadai untuk mensosialisasi patok duga kepada personil, siswa dan orang tua secara berkelanjutan.
(2) Adanya kesan ekslusif pada tataran eksternal sekolah, mengingat pola yang diterapkan menciptakan aktivitas fungsi.
136
belakang pendidikan, latar belakang kepentingan dan pembinaan
yang kharismatis (Pembina Yayasan).
3. Hasil Pengujian Hipotesis temyata dapa dibuktikan dengan uji regersi
sebesar:
Y = 4.025 + 0,945 X, + 0,030 X2 +
e
Pengawasan internal dan iklim organisasi sekolah bertambah sebesar satu unit, dengan rata-rata peningkatan kualitas pelayanan kepada siswa
bertambah sebesar 0.945 dan 0.030 unit. Dengan demikian pengawasan internal dan iklim organisasi sekolah merupakan faktor yang memberikan
pengaruh terhadap kualitas pelayanan kepada siswa. Dari hasil uji tersebut
terlihat bahwa pengawasan internal memiliki kontribusi yang sangat tinggi terhadap kualitas pelayanan pendidikan dibandingkan dengan iklim organisasi. Dari hasil uji t dapat disimpulkan bahwa hipotesis "terdapat
pengaruh pengawasan internal dan iklim organisasi terhadap kualitas pelayanan pendidikandapat diterima".
B. Implikasi
137
pada pentingnya tanggung jawab kolektif untuk mencapai target mutu sekolah yang baik, dengan mengintegrasikan tanggung jawab individual yang
pada umumnya sudah baik dan mengembangkan iklim organisasi sekolah
yang terbuka yang ditunjang oleh suasana kebersamaan.
2. Munculnya kelemahan serta ancaman dalam rangka peningkatan budaya
mutu sekolah periu ditindak lanjuti melalui program-program yang
berwawasan dan mengarah kepada pemberdayaan staff personil sekolah, orang tua siswa maupun siswa sehingga bisa menunjang terhadap
kelancaran serta keberhasilan dalam rangka mencapai target sesuai dengan
harapan.
3. Penerapan pengawasan internal melalui penetapan patok duga sebagai standar pelayanan di sekolah, merupakan suatu model pengembangan
kualitas sekolah mempunyai implikasi terhadap berbagai komponen dalam
sistem organisasi sekolah. Pertama, berkaitan dengan perilaku organisasi yang dinyatakan secara variabel psikologis personil dalam menciptakan komitmen dan loyalitas pada pelayanan. Artinya kondisi organisasi harus dipertahankan dalam dinamika fungsional, dan keseimbangan kesamaan kebutuhan personil yakni antara material dan non material dalam hal ini
motivasi.
Kedua, berkaitan dengan aspek manajemen sekolah yang mengarah kepada
partisipatif masyarakat sekolah. Artinya setiap fungsi manajemen harus
memperhatikan aspirasi personil dan adanya keteriibatan serta pendelegasian wewenang yang jelas.
Ketiga, berkaitan dengan kepemimpinan sekolah dan pembinaan yang
memungkinkan adanya kolektivitas antara badan penyelenggara\d#te.^5»-JjjsF
sekolah, dan pengembangan otonomi yang jelas sehingga sinerji antara
kepentingan dan fokus pada pelayanan sosial.
C. Rekomendasi
1. Bagi pengelolaan sekolah nampak bahwa, pengawasan internal sangat handal untuk dijadikan pendekatan peningkatan kualitas proses pelayanan pendidikan yang mengarah pada kualitas hasil. Maka untuk itu, model ini harus terus disempurnakan di lingkungan SMU Puragabaya Bandung.
2. Bagi yang berminat dalam mengembangkan pengawasan internal, dapat dimulai dengan mendisain patok duga secara tepat dan cermat sehingga diperoleh dokumentasi indikator yang akan diukur.
3. Pembentukan Tim Pengawas, periu dilakukan berdasarkan asas power
sharing dan keahlian yang sesuai.
4. Bagi yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai pengawasan internal disarankan untuk melakukan kajian mengenai
hubungannya dengan manajemen mutu sekolah dan pengaruhnya terhadap
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Sanusi. (1988).
Sistem Manajemen Pendidikan di Indonesia.
Bandunq •
IKIP. a '
Agustinus S.Wahyudi.(1996).
Manajemen Strategik: Pengantar Proses Berpikir
Strategik.
Jakarta : Binarupa Aksara.
Allan Brace (1980),
Supervising Practice in Georgia and Ohio. Paper Presented
at The Annual Meeting of The Council of Professors of Instructional
Supervision, HollywoodBlumberg, A (1980),
Supervisors and Teachers : A Private Cold War,
2nd ed
Berkeley: McClitchan
Bogdan, Robert and Biklen. (1992).
Qualitative Research For Education
: An
Introduction to Theory and Methods. Boston:Allyn and Bacon.Inc
Buhari Alma (1998).
Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa
Banduna •
Alfabeta.
Charles Prosser (1965).777e
Quality Management.
New York :John Wiley &Sons
Cravens.D.W.(1972).
Strategic Marketing.
USA Prentice-Hall International
Davis, Russel G. (1980).
Planning Education for Development: Volume Issue and
Problems in The Planning of Education in Developing Countries
Cambridge, Massachusetts.
Djaman Satori. (1989). Pengembangan Model Supervisi Sekolah Dasar
Bandung: IKIP Bandung.
,(1999).
Pengawas Sekolah dan Pengelolaan Sekolah.
Makalah
pada Diklat Calon Pengawas Sekolah. Bandung: Kanwil Depdiknas
Propinsi Jawa Barat.
Engkoswara.(1987).
Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan.
Jakarta :LP2TK.
Furqon. Ph.D, (2000),
Pengembangan Sekolah Efektif (Upaya Peningkatan Mutu
Pendidikan
Berbasis
Sekolah),
Makalah,
Universitas
Pendidikan
Indonesia.
Gregory H.Watson. (1997).Strategic
Benchmarking.
Jakarta: Gramedia
Hadari Nawawi. (1981).
Administrasi Pendidikan.
Jakarta : Gunung Agung.
James W.Guthie and, Rodney. (1991).
Educational Administration and Policy.
Effective
Leadership
for
American
Education.
Second
Edition.
Massachutesetes: A Division of Simon & Schuster.
140
James R.Marks. (1971).
Handbook of Educational Supervision. A Guide for the
Practitioner. Boston : Allyn and Bacon Inc.
James Walker, (1992),
Human Resources Strategic,
USA : McGraw-Hill. Inc
Kast, F.E and Rosenzweig J.E. (1995).Organizations.
Structure, Processes,
Behavior. Jakarta : Bina Aksara
Kotler Philip and Gary Armstrong. (197'56).Princip