• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGAWASAN INTERNAL DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PENDIDIKAN Dl SMU PURAGABAYA BANDUNG : Studi Kaji Tindak Tahun 2000 - 2001.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGAWASAN INTERNAL DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PENDIDIKAN Dl SMU PURAGABAYA BANDUNG : Studi Kaji Tindak Tahun 2000 - 2001."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGAWASAN INTERNAL DAN IKLIM

ORGANISASI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN

PENDIDIKAN Dl SMU PURAGABAYA BANDUNG

(Studi Kaji Tindak Tahun 2000 - 2001)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Bidang Administrasi Pendidikan

(Perencanaan dan Manajemen Pendidikan)

m

Oleh:

IMAM SANTOSO M ^.,

NIM : 999480

\LJSr

5>

w

^ '

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

(PERENCANAAN DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN)

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA UJIAN TESIS

TAHAP II

Pembimbing I,

4*SR-(Prof. Dr. H. Abdul Azis Wahab, MA)

NIP. 130 321 112

(Prof. Dr. Djam'an Satori, MA)

NIP. 130 345 024

/ r

Ketua Program Administrasi Pendidikan Pascasarjana Unive

(Prof. Dr. H. Tb. Abin Syamsuddtfi Makmun, MA)

Nn?. 130 18>^92

(3)

cThe height by great men reachedkept

were not attained6y suddenflight

6ut they, white others are asCept

were toiling in the night

%e6erhasi(an yang dicapai orang-orang teniama

tidaktah diperoieh daCam sefiejap mata

tetapipada saat orang Cain tidurteiiena

mereka 6eCajar dimalam 6uta

(Long Fellow)

Kupersembahkan kepada

:

Ayahanda Djaswadi (Aim),

Ibunda Hj. Siti Chaerinah, Apa

H. Yusuf, Mamah Hj. Suhacih,

untuk istriku tercinta Tati

Suhaeti, SE., dan anak-anakku

(4)

ABSTRAK

Salah satu yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan mutu

pendidikan

adalah

memanfaatkan

peluang

sebaik-baiknya,

khususnya

mengoptimalkan kemampuan manajerial persekolahan. Kemampuan manajerial

persekolahan,

bersifat

praktik

operasional

secara

tepat,

cermat,

dan

berkesinambungan. yang mengarah pada kinerja sekolah.

Praktik manajemen sekolah, akan terjadi jika seluruh komponen dalam

sistem sebelumnya ditetapkan patok duga yang dapat diukur secara sistemtis

dan berkesinambungan secara terbuka.

Patok duga tersebut, dapat merujuk

pada standar pelayanan sekolah yang ditetapkan, atau dapat disebut sebagai

Benchmarking. "Benchmaring

merupakan proses pengukuran yang sistematis

dan

berkesinambungan;

proses

mengukur dan

membandingkan secara

sinambung atas proses-proses suatu organisasi dengan personil yang akan

membantu upaya organisasi tersebut memperbaiki kinerjanya".

Selain

merupakan

proses

pengukuran

yang

sistematis

terutama

menghasilkan tolok ukur kinerja komparatif, juga menggambarkan cara mencapai

kinerja nyata. Artinya praktek-praktek yang terukur dibandingkan dengan patok

duga sebagai penentu keberhasilan

(enablers).

Jadi

Benchmarking

melahirkan

dua jenis hasil yakni; (i) tolok ukur kinerja komparatif; (ii) faktor penentu

(enablers).

Hakikat dari

benchmarking

adalah persoalan penilaian mutu melalui

pendekatan proses kerjasama, pendekatan terpadu, atas dan bawah, kemitraan

dan partisipasi.

Bertolak dari uraian tersebut, maka dalam penelitian ini dirumuskan

masalahnya sebagai berikut:

"Sejauhmana pengaruh pengawasan internal, dan iklim organisasi sekolah

terhadap peningkatan kualitas pelayanan Pendidikan di SMU Puragabaya

Bandung"

Untuk lebih terfokusnya masalah penelitian, maka dijabarkan melalui

pertanyaan sebagai berikut : (1) Bagaimana profit sekolah ditinjau dari hasil

pengawasan penetapan patok duga saat ini?; (2) Faktor-faktor apa yang diduga

menjadi hambatan dan dukungan penerapan patok duga pelayanan pendidikan

sekolah saat ini; (3) Berapa besar pengaruh pengawasan internal, dan iklim

organisasi terhadap peningkatan kualitas pelayanan pendidikan kepada siswa.

Hasil Pengujian Hipotesis ternyata dapat dibuktikan dengan uji regresi sebesar:

Y = 4.025 + 0,945 X, + 0,030 X2 +

s

Pengawasan internal dan iklim organisasi sekolah bertambah sebesar satu unit,

dengan rata-rata peningkatan kualitas pelayanan pendidikan kepada siswa

bertambah sebesar 0,945 dan 0,030 unit. Dengan demikian pengawasan internal

dan iklim organisasi sekolah merupakan faktor yang memberikan pengaruh

terhadap kualitas pelayanan Pendidikan kepada siswa.

Jika -t(1.y2 „) < t < (1_v4 a) maka hipotesis "terdapat pengaruh pengawasan internal

dan iklim organisasi terhadap kualitas pelayanan Pendidikan dapat diterima"

(5)

DAFTAR ISI

halaman LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN j

KATA PENGANTAR jj

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH

jv

ABSTRAKSI

vj

ABSTRACTION

vij

DAFTAR IS!

viii

DAFTAR TABEL

xj

DAFTAR GAMBAR

xjj

BAB I

PENDAHULUAN

-,

A. Latar Belakang Masalah

1

B. Perumusan Masalah

7

C. Tujuan Penelitian

9

D. Kegunaan Penelitian

10

E. Definisi Operasional Variabel

10

F. Kerangka Berpikir, Premis-premis dan Hipotesis Penelitian . 14

i. Kerangka Berpikir Penelitian

14

2. Premis-premis Penelitian

18

3. Hipotesis Penelitian

19

G. Prosedur Penelitian

20

BAB II

PENGAWASAN INTERNAL MELALUI PENETAPAN

PATOK DUGA

(BENCHMARKING)

DALAM KONTEKS

RENCANA STRATEGI SEKOLAH

22

A. Organisasi dan Manajemen Sekolah

22

1. Sekolah sebagai Organisasi

22

2. Administrasi dalam Konteks Organisasi Pendidikan

26

3. Peran dan Fungsi Pengawasan Internal dan

Ekstemal Organisasi

28

B. Iklim Organisasidalam Konteks Pendidikan

39

1. Iklim Organisasi

39

(6)

2. Dimensi Iklim Organisasi

41

C. Menetapkan Patok Duga

(Benchmarking)

44

1. Strategi dalam Administrasi Pendidikan

44

2. Visi Organisasi

48

3. Misi Organisasi Sekolah

50

4. Patok Duga

(Benchmarking)

..'

55

D. Kualitas Pelayanan Pendidikan

65

1. Pelayanan Pendidikan

65

2. Dimensi Pelayanan

66

3. Karakteristik Jasa

68

4. Klasifikasi Jasa

69

5. Jasa Sebagai Proses

70

6. Jasa Pendidikan Hubungannya dengan Kualitas

Pelayanan

71

7. Kinerja dalam Konteks Organisasi Pendidikan

77

8. Pengembangan Kinerja Sekolah

78

E. Model Pengawasan Internal Sekolah

Benchmarking

82

1. Merencanakan Proyek

Benchmarking

82

2. Mengumpulkan Data

83

3. Menganalisis Data Untuk Menentukan Faktor

Kesenjangan dan Faktor Penentu

84

F. Tinjauan Studi Terdahulu yang Relevan

85

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

93

A. Objek dan Metode Penelitian

93

1. Objek Penelitian

93

2. Metpde Penelitian

93

B. Jenis dan Sumber Data ...'.

g4

1. Jenis Data

94

2. Metode Pengumpulan Data

94

3. Pengolahan Data

96

BAB IV

DESKRIPSI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN DATA

105

A. Hasil Identifikasi Profil SMU Puragabaya Bandung

105

(7)

<\

Kurikulum Nasional dan Pengaturan PBM

™*

....106

2. Proses Belajar Mengajar

3. Keadaan Peserta Didik

ioy

4. Ketenagaan

^

5 Sarana dan Prasarana

111

6. Organisasi

'

7 Pembiayaan Pendidikan

8 Administrasi Kantor dan Partisipasi Masyarakat

113

114

9. iklim Organisasi Sekolah

10. Hasil Pembelajaran

Faktor-faktor Dukungan dan Hambatan Penerapan

Pengawasan Internal

117

1. Kekuatan

2. Kelemahan

119

3. Peluang

11Q

4 Ancaman

C Pengaruh Pengawasan internal dan Iklim Organisasi

Sekolah Terhadap Kualitas Pelayanan S.swa

1^

D. Pembahasan Temuan Penelitian

1 Profil Sekolah

126

2. Iklim Organisasi Sekolah

3. Hasil Pengujian Hipotesis

BAB V KESiMPULAN, IMPUKASl DAN REKOMENDASl

-™

A. Kesimpulan

B. Implikasi

138

C. Rekomendasi

139

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1 Jumlah Siswa Yang Masuk dan Lulus serta Yang Diterima di

PTS ; " 5

2.1 Karakteristik Tindakan Jasa 70

3.1 Patokan peniiaian 100

4.1 Skor Peniiaian Hasil Pengawasan Bidang Kurikulum 105 4.2 Skor Peniiaian Hasil Pengawasan Guru Mata Pelajaran 106 4.3 Skor Peniiaian Hasil Pengawasan Peserta Didik 107

4.4 Jumlah Siswa Tahun Ajaran 2000-2001 108

4.5 Komponen NEM Masuk dan KeluarSMUP Bandung 108 4.6 Skor Peniiaian Hasil Pengawasan Administrasi Tenaga

Kependidikan 109

4.7 Komponen Guru, TUTetapdan Tidak Tetap 110

4.8 Skor Peniiaian Hasil Pengawasan Sarana dan Prasarana 110

4.9 FasilitasSMU Puragabaya 111

4.10 Skor Peniiaian Hasil Pengawasan Organisasi 112 4.11 Skor Peniiaian Hasil Pengawasan Pembiayaan 113

4.12 Skor Peniiaian Hasil Pengawasan Administrasi Sekolah 114

4.13 Skor Peniiaian Hasil Pengawasan Iklim Organisasi 115

4.14 Skor Peniiaian Hasil Pengawasan Pembelajaran 116 4.15 Deskripsi Statistik Pengawasan Internal, Iklim Organisasi dan

Kualitas Pelayanan Kepada Siswa 120

4.16 Model Statistik Pengawasan Internal, Iklim Organisasi dan

Kualitas Pelayanan Kepada Siswa 120

4.17 Korelasi Statistik Pengawasan Internal, Iklim Organisasi dan

Kualitas Pelayanan Kepada Siswa 121

4.18 Anova Pengawasan Internal, Iklim Organisasi dan Kualitas

Pelayanan Kepada Siswa 121

4.19 Coefisien Pengawasan Internal, Iklim Organisasi dan Kualitas

Pelayanan Kepada Siswa 121

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.1

Lulusan yang Melanjutkan Sejak Tahun 1989 Sampai Tahun

2000 6

1.2

Tahapan Penyusunan Perencanaan Strategis

15

1.3 Inti Pendidikan Sekolah 16

1.4 Kerangka Berpikir Penelitian 18

1.5

Pengaruh VariabelX^ dan X2 terhadap Y

20

2.1

Saling Keterkaitan Dalam Organisasi

23

2.2 llustrasi Sistem Organisasi Sekolah 25

2.3 Arah dan Tujuan Supervisi Pendidikan 36

2.4 Model Strategik Pengembangan SMU 46

2.5 Perkembangan Benchmarking 56

2.6 PolaBenchmarking 64

2.7 Dimensi Kualitas Pelayanan 68

2.8 Diagram Alur Rencana 83

2.9 DiagramAlurRencana 84

3.1

Masukan Data pada Program Perangkat Lunak

96

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas penyelenggaraan pendidikan khususnya persekolahan, sangat

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi; budaya

masyarakat, sosial ekonomi masyarakat, demografis, kebijakan pemerintah,

pendanaan

penyelenggaraan

pendidikan,

dan

profesionalisme

dalam

pengelolaannya. Ukuran sekolah berkualitas selama ini nampaknya masih

bersifat normatif, yang diberikan oleh masyarakat pengguna. Hal itu, belum

dilakukan berdasarkan evaluasi didasarkan kepada kriteria batas mutu yang

ditetapkan oleh suatu lembaga tertentu. Implikasi dari ukuran kualitas yang

bersifat normatif yaitu tingkat persaingan sekolah secara sehat sulit berkembang

terutama dirasakah oleh pihak swasta. Sekolah swasta, mempunyai pasar yang

cenderung dibangun oleh imej dengan relativitas kelas sosial ekonomi

masyarakat tertentu dalam wilayah tertentu.

Penyelenggaraan persekolahan oleh masyarakat (swasta), secara

kuantitatif sangat membantu pemerintah dalam melayani kebutuhan pendidikan

bagi masyarakat. Seperti halnya di Kota Bandung, untuk tingkat Sekolah

Menengah Umum Swasta terdapat 104 sekolah atau sekitar 80% dari total SMU

yang ada yakni 130 sekolah. Secara kuantitatif menunjukkan bahwa betapa

besarnya kontribusi terhadap kebijakan pemerintah berkenaan dengan

pemerataan yang berpijak pada pelayanan kesempatan mengikuti pendidikan

setingkat sekolah menengah umum. Namun jika ditinjau dari sisi kualitas, secara

(11)

3,8% yang termasuk pada jajaran sekolah berkualitas ditinjau dari; fisik sekolah,

proses pelayanan pembelajaran, dan hasil peniiaian akhir mengikuti pendidikan

(NEM) yang lebih besar dari rata-rata >6, serta yang dapat memasuki PTN dan

PTS ternama.

Variasi keberhasilan sekolah tersebut, menggambarkan bagaimana

pengelolaan pendidikan dilakukan secara tepat, cermat oleh masing-masing

Badan Penyelenggara dan manajerial sekolah. Hal itu, dipandang dari konsep

manajemen stratejik, sangat ditentukan oleh visi dan misi sekolah serta

keputusan para pengelola yang ada di tingkat sekolah itu sendiri. Hal itu

disebabkan sekolah, merupakan pihak yang paling tahu dan mengenal dirinya

dengan berbagai hal yang menjadi kendala atau pendorong keberhasilan

penyelenggaraan pendidikan.

Kotler (1987) mendefinisikan misi, yakni pernyataan tentang tujuan

organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang dapat

ditawarkan, sesuai kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masvarakat

yang dilayani, nilai-nilai yang dapat diperoleh, serta aspirasi dan cita-cita di masa

depan.

Setiap organisasi hams memiliki misi, bahkan itulah yang dibuat pertama

kali. Misi itu merupakan "alat yang tak ternilai" untuk mengarahkan perumusan

strategi.dan p'Slaksanaan strategi. la adalah

common thread

yang menyatukan

seluruh aktivitas organisasi. Misi yang disebut

raison d'etrenya

organisasi.yaitu

yang merupakan alasan kehadinannya, pembenaran tentang eksistensinyi*. Misi

sebenarnya menjelaskan hal-hal yang sangat fundamental, merupakan falsafah

(12)

Suatu misi yang mengandung makna motivasi membuktikan bahwa

setiap orang yang bekerja dalam organisasi itu merasa mempunyai peranan

penting, merasa pekerjaannya berguna dan dihargai sehingga ia terangsang

untuk terus memperlihatkan karya yang semakin baik. Misi hendaknya berbeda

dengan misi organisasi serupa yang lain, sehingga mempunyai khas dan dapat

menumbuhkan

I'espnt de corps.

Misi juga, dapat diposisikan secara dinamik dan

terukur dalam waktu tertentu. Artinya dapat kita buat dalam rentang waktu

tertentu, dan bisa diubah sesuai dengan rentang yang kita tetapkan. Perubahan

hams dilandasi oleh kemampuan organisasi dalam mendengar, melihat, tuntutan

lingkungan dan kemampuan diri melalui proses analisis. Misi organisasi, bukan

merupakan ekspresi emosional pimpinan puncak dalam pencapaian tujuan

organsiasi. Akan tetapi, proses rasional yang sistematis dan kolektivitas yang

berkesinambungan. Misi menggambarkan kehendak organisasi, adapun visi lebih

jauh lagi. Helgeson (1991) menjelaskan "bagaimana rupa yang seharusnya dari

suatu organisasi kalau ia berjalan dengan baik. Misi belum menjelaskan

bagaimana rupa organisasi itu kalau sudah berhasil, inilah tugas visi.

Seorang arsitek akan memberi tahu kepada pemilik bangunan itu kalau

dikerjakan dengan baik. la tidak sekedar menggambar bangunan itu, tetapi

memperlihatkan kekokohan dan kesatuan yang mutlak serta memberi harapan

yang menyenangkan bagi pemiliknya. Itulah visi, visi keberhasilan, biasanya

dipersiapkan secara cermat dan memerlukan waktu yang memadai dibandingkan

dengan proses pemmusan misi.

Uraian tersebut, menunjukkan bahwa misi dan visi organisasi sekolah

tidak luput dari pencarian hakikat kebermaknaannya. Oleh sebab itu ada

(13)

termasuk sekolah sebagai institusi, hams dipahami dan dihayati sehingga setiap

komponen organisasi dapat melaksanakan peran dan fungsi tugas yang

dilandasi visi tersebut. Visi yang dibangun tidak berarti melalui suatu proses

mekanikal. Tidak ada formula sederhana untuk menghasilkan visi instant, yang

ada yaitu bagaimana kita membangun komitmen, dan kesadaran kolektif dalam

rangka mencapai visi.

Yayasan Puragabaya Bandung merupakan salah satu lembaga (Yayasan

Nir Laba) yang menyelenggarakan pelayanan pendidikan pada tingkat Sekolah

Menengah Umum. Pelayan pendidikan yang dimaksud merupakan wujud turut

serta mencerdaskan kehidupan bangsa, seperti yang diamanatkan oleh

Mukadimah UUD 1945, UUSPN NO.2 Tahun 1989, PP Nomor 29 Tahun 1990

dan

PP Nomor 38 Tahun

1992.

Misi SMU

Puragabaya adalah

menyelenggarakan pendidikan menengah umum yang berkualitas, baik dalam

proses pelayanan maupun keluaran.

Saat ini SMU Puragabaya Bandung, melayani 613 siswa vang tersebar di

16 kelas meliputi lima kelas satu, lima kelas dua dan enam kelas tiga. Adapun

komposisi kelas satu 157 orang, kelas dua 219 orang dan kelas tiga 237 orang,

yang keseluruhannya dibina oleh 65 orang guru (2002). Sebagai gambaran

lulusan yang teridentifikasi melanjutkan ke pergruan tinggi negeri dan swasta

(14)

Tabel 1.1.

Jumlah Siswa Yang Masuk Dan Lulus

Serta Yang Diterima PTS

NO 10 11 12 13 TAHUN 1989/1999 1990/1991 1991/1992 1992/1993 1993/1994 1994/1995 1995/1996 1996/1997 1997/1998 1998/1999 1999/2000 2000/2001 2001/2002 KELAS JML KELAS JUMLAH

Sumber: SMU Puragabaya Bandung (2001)

Tabel tersebut menunjukkan bahwa secara kuantitatif selama berdiri telah

membina siswa sekitar 9080, dan meluluskan mencapai 2508 siswa.sedangkan

yang dapat melanjutkan ke Perguruan Tinggi hanya 465 orang atau hanya

sekitar 18.54% dari total lulusan. Berdasarkan hasil penelusuran dari 465 orang

tersebut duduk di PTN sekitar 47 lulusan, dan sisanya di PTS.

(15)

STUDI LANJUT

Missing

Gambar 1.1. Lulusan Yang Melanjutkan Sejak Tahun 1989 Sampai Tahun 2000

Memperhatikan perkembangan tersebut menunjukkan ada indikasi

penurunan jumlah peserta didik, jumlah lulusan dan kecilnya angka melanjutkan

pendidikan tinggi. Kondisi tersebut erat kaitannya dengan dugaan penurunan

peminat berpijak dari pelayanan yang kurang prima, latar belakang sosial

ekonomi orang tua siswa, dan lokasi sekolah, proses pelayanan dan

keluarannya, nampaknya masih perlu dilakukan langkah-langkah ci n;

;ruan

manajemen.

Mengingat dalam perjalanannya masih banyak kendala yang dihadapi,

antara lain budaya mutu dalam iklim pembelajaran di sekolah masih rendah.

Indikasi rendahnya budaya mutu dalam iklim belajardi sekolah, antara lain :

(1) Tingkat absensi guru bidang studi relatif instabilisitas;

(2) Kesiapan administrasi guru relatif kurang terpenuhi;

(3) Kesiapan siswa belajar relatif kurang baik;

(4) Tingkat

droup outd\

kelas akhir relatif terjadi setiap tahun.

Indikasi tersebut, bermuara pada hasil belajar tahap akhir yakni masih

jauh di bawah harapan. Hal itu diduga, belum terstruktumya pola pengawasan

sebagai komponen manajemen pendidikan, baik dari pihak Yayasan, pemerintah

(16)

Pengawasan pendidikan sesungguhnya secara formal telah dilaksanakan

baik pada internal organisasi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah dan pihak

eksternal oleh pengawas pejabat yang ditetapkan oleh pihak berwenang. Persoalannya adalah, belum menghasilkan suatu formula yang efektif dan dapat mendorong kinerja sekolah. Hal itu, disebabkan oleh berbagai faktor seperti:

(1) Kepala sekolah mempunyai beban tugas yang kurang terstruktur, sehingga

fungsi supervisor bersifat temporer;

(2) Budaya kerja tenaga kependidikan, cenderung partnerlistik sehingga masih dominan kepada keyakinan dengan asumsi-asumsi keteladanan; nilai-nilai

lokal;

(3) Pendelegasian pengawasan internal belum menjadi satu alternatif yang

disepahami dan disepakati;

(4) Pengawasan eksternal oleh pengawas saat ini, masih cenderung formalitas

administrasi dan belum mengarah kepada substansi kebutuhan pihak guru,

hal itu disebabkan berbagai faktor termasuk pengawas itu sendiri;

Bertolak dari uraian tersebut, menarik perhatian penulis untuk melakukan

penelitian yang bersifat kaji tindak berkenaan dengan pengawasan terduga pada berbagai aspek fungsi manajemen sekolah secara terstruktur melalui acuan

standar pelayanan pendidikan yang ditetapkan melalui kajian teoretis dan praktis.

B. Perumusan Masalah

Menghadapi tuntutan masyarakat terhadap pelayanan pendidikan khususnya yang dilaksanakan di sekolah, nampaknya semakin kompleks.

Kompleksitas bertolak dari kontinum pelayanan yang kurang memuaskan sampai

(17)

sedangkan pihak institusi dalam hal ini sekolah masih menghadapi b

persoalan. Salah satu yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan peluang sebaik-baiknya, khususnya mengoptimalkan kemampuan manejerial persekolahan. Kemampuan manajerial persekolahan, bersifat praktik operasional secara tepat, cermat, dan berkesinambungan yang mengarah pada kinerja

sekolah.

Praktik manajemen sekolah, akan terjadi jika seluruh komponen dalam

sistem sebelumnya ditetapkan patok duga yang dapat diukur secara sistematis dan berkesinambungan secara terbuka. Patok duga tersebut, dapat merujuk pada standar pelayanan sekolah yang ditetapkan, atau dapat disebut sebagai Benchamerking. "Benchmarking merupakan proses pengukuran yang sistematis dan berkesinambungan; proses mengukur dan membandingkan secara sinambung atas proses-proses suatu organisasi dengan personil yang akan membantu upaya organisasi tersebut memperbaiki kinerjanya" Selain merupakan proses pengukuran yang sistematis terutama menghasilkan tolok ukur kinerja komparatif, juga menggambarkan cara mencapai kinerja nyata. Artinya

praktek-praktek yang terukur dibandingkan dengan patok duga sebagai penetu

keberhasilan (enablers). Jadi benchmarking melahirkan dua jenis hasil yakni; (i)

tolok ukur kinerja komparartif; (ii) faktor penentu (enablers).

Hakikat dari benchmarking adalah persoalan peniiaian mutu melalui

pendekatan proses kerjasama, pendekatan terpadu, atas dan bawah, kemitraan

dan partisipasi. Uraian tersebut, memberikan arah berpikir bahwa pencapaian

(18)

apa saja yang harus dicapai, dengan apa mencapainya, bagaimana pembuktian

pencapaiannya ?.

Bertolak dari uraian tersebut, maka dalam penelitian ini dirumuskan

masalahnya sebagai berikut:

"Sejauhmana pengaruh pengawasan internal, dan iklim organisasi sekolah

terhahadap peningkatan kualitas pelayanan pendidikan SMU Puragabaya

Bandung"

Untuk lebih terfokusnya masalah penelitian, maka dijabarkan melalui

pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana profil sekolah ditinjau dari hasil pengawasan penetapan patok

duga saat ini ?

2. Faktor-faktor yang menjadi hambatan dan dukungan penerapan patok duga

pelayanan sekolah saat ini ?

3. Berapa besar pengamh pengawasan internal, dan iklim organisasi terhadap

peningkatan kualitas pelavanan pendidikan kepada siswa?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian eksperimental ini, adalah mencoba membangun

suatu model pengembangan yang dilandasi budaya mutu berbasis sekolah.

Model ini dikembangkan dengan pendekatan "pengawasan terduga" dalam

menetapkan, menilai dan merekomendasi aspek-aspek administrasi pendidikan,

khususnya di SMU Puragabaya Bandung.

Adapun tujuan yang lebih khusus adalah, mendeskripsikan informasi dan

(19)

^iSSZ

1. Profil sekolah ditinjau dari hasil pengawasan penetapan patok dugalba%ffH£^P>

y

2. Faktor-faktor hambatan dan dukungan penerapan patok duga pelayS

sekolah saat ini

3. Pengaruh pengawasan internal, dan iklim organisasi terhadap peningkatan

kualitas pelayanan pendidikan kepada siswa.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini dilhat dari dua hal, yaitu teoretis dan praktis. Teoretis diharapkan dari temuan penelitian ini dapat mengembangkan konsep administrasi pendidikan khususnya dalam mengembangkan sistem pengawasan terduga di lingkungan organisasi sekolah. Adapun hal praktis, diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak penyelenggara pendidikan SMU Swasta di

Kota Bandung.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel-variabel penelitian ini adalah peiiyaw-<=>an internal (Xi), iklim organisasi (X2) sebagai variabel bebas (independent variable), dan kualitas pelayanan pendidikan (Y) sebagai variabel terikat (dependent variable).

Selanjutnya, dari variabel tersebut didefinisikan sebagai berikut:

1. Pengawasan Internal

Lingkup pemeriksaan internal hakikatnya meliputi pengujian dan evaluasi

terhadap kecukupan dan keefektifan sistem pengendaiian intern yang dimiliki

(20)

11

mempunyai akuntabilitas, maka kualitas proses pelayanan pendidikan meningkat

dan tumbuhnya kepercayaan masyarakat.

Pengawasan internal di sekolah adalah salah satu upaya perbaikan

budaya mutu sekolah, melalui kesepakatan bersama ( kepala sekolah, guru dan

staf TU beserta keteriibatan orang tua siswa, melaluai pembentukan Tim

Pengawas Kinerja Administrasi Sekolah ) dalam rangka :

(1) Memastikan (menentukan, memverifikasi) hal-hal yang diduga sebagai

penentu keberhasilan pelayanan pendidikan melalui kebijakan kepala

sekolah

(2) Menilai (mengevaluasi, menaksir) hal-hal yang diduga sebagai penentu

keberhasilan pelayanan pendidikan melalui kebijakan kepala sekolah

(3) Merekomendasi (memberi saran), mengenai hal-hal yang diduga sebagai

solusi pemecahan masalah

Hasil evaluasi sekolah dapat digunakan sebagai bahan perbaikan dari

pelaksanaan program sekolah. Beberapa hal yang dijadikan pertimbangan

meliputi:

(1) Kepercayaan data terhadap kualitas sekolah

(2) Keseimbangan antara hasil evaluasi dan perbaikan sekolah

(3) Evalusi melalui proses pemeriksaan internal yang objektif

(4) Pengembangan program

Fokus variabel dalam penelitian ini adalah :

(a) Pengawasan dan peniiaian kurikulum dan pengaturan PBM

(b) Pengawasan dan peniiaian PBM

(c) Pengawasan dan peniiaian peserta didik

(21)

12

(e) Pengawasan dan peniiaian sarana prasarana

(f) Pengawasan dan peniiaian organisasi sekolah

(g) Pengawasan dan peniiaian pembiayaan

(h) Pengawasan dan peniiaian admnistrasi sekolah dan partisipasi masyarakat

2. Iklim Organisasi

Iklim organisasi sekolah mempunyai dimensi yang luas, mengingat

sebagai pelayan masyarakat yang syarat dengan keinginan, target-target, dan

tujuan yang harus dicapai, yaitu hasil pendidikan yang dituntut oleh masyarakat.

Oleh sebab itu, sebagai upaya pencapaian harus terbentuk suasana kerja,

lingkungan kerja. Dimensi iklim kerja dapat diidentifikasi, melalui suatu analisis

faktor yang ditimbulkan yang salah satunya dari lingkungan internal dan eksternal

persekolahan. Adapun lingkungan internal, meliputi aspek fisik dan non fisik.

Aspek non fisik internal meliputi:

(1) rasa kekeluargaan dan kebersamaan antar personil

(2) semangat dan komitmen kerja personil

(3) kebanggaan melaksanakan tugas

(4) sikap saling membantu antar personil

Aspek fisik internal meliputi:

(1) kebersihan ruang dan halaman sekolah

(2) kesehatan personil (guru, staf tata usaha), dan siswa

(3) ketertiban dalam melaksanakan aturan atau kesepakatan bersama

Aspek Fisik Eksternal:

(1) adanya interaksi kerja sama antara sekolah dengan masyarakat terinstitusi

(2) adanya bukti monumental hasil kerja sama sekolah dengan masyarakat

(22)

13

(3) Adanya pernyataan bersama saling membutuhkan, saling membantu antara

sekolah dengan masyarakat terinstitusi.

Secara garis besar dalam penelitian ini berkenaan dengan :

(1) Interaksi dan komunikasi antara personal masyarakat sekolah (kepala

sekolah-guru-guru-staf TU-siswa dan orang tua siswa-masyarakat sekolah

lainnya)

(2) Kondisi

lingkungan

sekolah

(kebersihan,

keindahan,

kenyamanan,

keamanan, ketertiban)

3. Kualitas Pelayanan Pendidikan

Blumberg (1991:9) mengemukakan bahwa

frame work of strtegic service

involves six key concep.

(1)The service oppurtunity is significant in term of both value and word.

Service by it self a great and product high revenue and profit over the

general life cycle of a product, (2) service can be used to add value to

tabgible product. A strategy focus on service elements added to product

can create additional value for the customers, (3) product genera! service

needs every product include and general service requiremoiu, fa service

of givemed phmariy by the customers perception of time there for

custumers perception of time must be used to determined service level,

requirements and nedds, (5) service pricing is differentproduct pricing,

service price is largely determinde by the value in used for the customer

rather than the cost service be totally managed, delivered and controlled

just like a product line of business, (6) service must be but in addition

special inphares must be placed on the key service time parameter and

factors related to time.

(1) Pelayanan itu adalah kesempatan atau waktu yang baik berarti di dalamnya

ada waktu kedua-duanya bemilai dan berharga. Pelayanan itu sendiri adalah

suatu kesempatan besar dan menghasilkan pendapatan yang tinggi serta

keuntungan dari perputaran produk, (2) pelayanan dapat meningkatkan suatu

produk, (3) produk pelayanan umum dibutuhkan setiap produk, dan keperiuan

(23)

14

waktu pelanggan, maka dari itu pengarnatan waktu pelanggan harus digunakan untuk menentukan tingkat pelayanan, kepertuan, kebutuhan, (5) harga pelayanan berbeda dengan harga produk, harga pelayanan ditentukan dari besarnya dan nilai yang digunakan untuk pelayanan lebih besar dari pada pelayanan yang ditentukan oleh penyedia atau oleh yang mengurus, menyampaikan dan kontrol sama dengan sebuah garis produk dari bisnis, (6) pelayanan hams, tetapi di dalamnya ada tambahan khusus yang harus ditempatkan sebagai kunci pelayanan yaitu ukuran waktu dan faktor-faktor yang dihubungkan dengan waktu.

Pelayanan pendidikan yang dimaksud adalah suatu proses dalam rangka memberikan kepuasan kepada kastamer pendidikan berupa; sistem penerimaan siswa bam, penempatan kelas, pengadaan dan penggunaan sarana dan prasarana belajar, pendanaan pendidikan, pembelajaran di kelas dan laboratorium, pembinaan personil pendidikan (Guru dan staf TU), kemitraan dengan orang tua dan masyarakat lainnya.

F. Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Berpikir Penelitian

Landasan sederhana dalam praktek-praktek manajerial di sekolah, bag]

seorang pimpinan adalah bagaimana; membangun persepsi, aspirasi dan deskripsi dari sesuatu yang menjadi arah kebijakan yang akan disepakati. Membangun misi dan visi sekolah, sesungguhnya dapat dilakukan melalui pengkajian kolektif sehingga diperoleh persepsi, aspirasi dan deskripsi, baik dipandang dari konteks konsepsi, maupun konteks praktek-praktek

(24)

15

Wujud pencapaian misi dan visi sekolah, harus dapat diukur secara

konkret teruatama dalam praktek-praktek manajerial, persiapan, pelaksanaan

dan evaluasi melalui prosedur yang sistematis dan terdokumentasi.

Patok-patok duga harus dibangun melalui rekonstruksi yang khas dari

masing-masing sekolah selaras dengan kemampuan internal, wilayah dan

sumber-sumber yang ada. Patok duga merupakan hak milik masing-masing

sekolah, dan tentunya dimulai dari analisis posisi yang cermat, prioritas-prioritas

dengan membangun dukungan-dukungan spirit, dan moral yang dilandasi oleh

semangat "kemampuan mengkoordinasi komponen organisasi, menanamkan

sikap partisipasi, menjunjung tinggi tolerasi dalam makna saling menghargai".

PENGKAJIAN INTERNAL

Kekuatan & Kelemahan

Perumusan Misi

Pengkajian Penugasan

X

PENGKAJIAN EKSTERNAL

Peluang &Tantangan

Perumusan Visi

* ^

Perumusan Rencana Tujuan & Prioritas

Harapan konsumen

Siswa dan masyarakat

Menentukan Patok Duga

Harapan investor

Pemerintah dan Masyarakat

Rencana

Fungsional

Pengawasan Internal

(25)

16

Gambar tersebut memberikan tuntunan pola berpikir bahwa sebelum

melakukan perencanaan strategis, teriebih dahulu manajemen melakukan

pengkajian lingkungan internal dan eksternal organisasi melalui analisis SWOT.

Selanjutnya melakukan perumusan visi dan misi organisasi, dan merumuskan

tindak lanjutnya melalui perencanaan.

Proses perencanan dilaksanakan secara koordinatif di antara para

pembantu kepala sekolah, guru dan staf. Dalam pelaksanaan konsep

perencanaan periu teriebih dahulu diciptakan transformasi budaya mutu dalam

organisasi sistem sekolah. Suatu langkah taktis khusus yang umumnya efektif

adalah mendoku-mentasikan tindakan-tindakan jika kita mengembangkan

rencana perbaikan kualitas.

[image:25.595.65.465.300.655.2]

Jika kita kaitkan konsep tersebut dengan inti pendidikan maka kita

gambarkan sebagai berikut.

PELAYANAN PERPUSTAKAAN

PELAYANAN LABORATORIUM

PROSES PEMBELAJARAN

PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN EVALUASI PBM

T

PELAYANAN ADM GURU

I

PELAYANAN ADM SEKOLAH

PELAYANAN

SARANA

PELAYANAN EKSTRAKUR

PELAYANAN BIMBINGAN

Gambar 1.3. Inti Pendidikan Sekolah

Untuk mencapai visi dan misi sekolah dalam upaya perbaikan mutu

(26)

17

subjektif,

tidak emosional akan tetapi

haruslah dilandasi siap untuk

berkompetensi melalui proses.

Pengawasan internal harus memperoleh dukungan dari manajer dan

dewan, sehingga mereka akan mendapatkan suatu kerjasama dari pihak yang

diperiksa dan dapat menyelesaikan pekerjaannya secara bebas dari berbagai

campurtangan pihak lain.

Haro Sugiman (1995:11) mengemukakan beberapa syarat dalam proses

pengawasan adalah sebagai berikut:

(1) Pengawas harus bertanggungjawab terhadap individu di dalam organisasi

yang memiliki kewenangan yang cukup untuk mewujudkan kemandirian

tersebut dan untuk menjamin luas cakupan pemeriksaaan, perhatian yang

memadai terhadap laporan-laporan pemeriksaan dan tindakannnya yang

tidak berdasarkan rekomendasi pemeriksaan.

(2) Pengawas harus memiliki hubungan yang langsung dengan pimpinan

organisasi. Koordinasi yang ter^ir -Origan dewan sekolah akan membantu

terjaminnya kemandirian dan merupakan sarana semua pihak untuk saling

memberikan informasi demi kepentingan organisasi.

(3) Kemandirian tersebut harus ditingkatkan bila pengangkatan atau penggantian

pimpinan pengawas dilakukan atas persetujuan dewan sekolah.

(4) Tujuan, kewenangan dan tanggung jawab bagian pengawas internal harus

didefinisikan dalam dokumen yang tertulis.

Syarat tersebut, dalam konteks pengawasan persekolahan sangat mungkin

dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama. Segala kemungkinkan

(27)

18

Uraian tersebut, dapat dijadikan acuan dalam rekonstmksi pembentukan

pengawasan internal di sekolah dalam eksperimental.

Dalam

penelitian ini,

penulis mencoba menggambarkan kerangka berpikir penelitian sebagai berikut:

YAYASAN PURAGABAYA SMU PURAGABAYA DINAS PENDIDIKAN KOTA

TIM PENILAI KINERJA ADMINISTRASI SEKOLAH

SMU PURAGABAYA

STANDAR

PELAYANAN MINIMAL

PROGRAM:

RENCANA STRATEGI SEKOLAH VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN :

KURIKULUM (PBM)

KESISWAAN

TENAGA KEPENDIDIKAN FASILITAS

PENDANAAN

POLA INDUK PENGAWASAN PROSEDUR OPERASIONAL INSTRUMEN PATOK DUGA

INDIKATOR STANDAR PELAYANAN SEBAGAI PATOK DUGA

DITURUNKAN DARI

KURIKULUM; PBM; PESERTA DIDIK; TENAGA KEPENDIDIKAN'

SARANA DAN PRASARANA; ORGANISASI; PEMBIAYAAN DAN

ADMINISTRASI SEKOLAH SERTA PARTISIPASI MASYARAKAT.

VARIABEL PENGAWASAN INTERNAL (X1); VARIABEL IKLIM

ORGANISASI (X2) DAN KUALITAS PELAYANAN PENDIDIKAN (Y)

PENGAWASANINTERNAL DAN IKLIM ORGANISASI

KUALITAS

[image:27.595.106.446.160.577.2]

PELAYANAN PENDIDIKAN

)IKAN I"

Gambar 1.4 Kerangka Berfikir Penelitian

HASIL

2. Premis-premis Penelitian

Bertolak dari latar belakang masalah, tujuan penelitian dan kerangka

berpikir penelitian, sebelum diajukan hipotesis maka teriebih dahulu diajukan

(28)

19

a. Pengawasan merupakan suatu proses yang dirancang untuk membantu

guru-gum dan supervisor guna mempelajari lebih banyak tentang tugas

mereka sehari-hari, sehingga mereka dapat menggunakan pengetahuan dan

kemampuan yang dimilikinya agar dapat memberikan pelayanan yang lebih

baik pada orang tua, peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan

sekolah sebagai masyarakat belajar yang efektif. (Sergiovanni dan R.J.

Starrat; 1993)

b. Iklim organisasi adalah suatu kualitas internal dari sebuah organisasi yang

menentukan kualitas kerjasama, pengembangan organisasi serta besarnya

dedikasi dan komitmen terhadap misi organisasi. (Kennet R, Andrew; 1997)

c. Misi organisasi merupakan pernyataan tentang tujuan organisasi yang

diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang dapat ditawarkan sesuai

kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani,

nilai-nilai yang dapat diperoleh, serta aspirasi dan cita-cita di masa depan.

(Kotler; 1987)

3. Hipotesis

Selaras dengan latar belakang masalah, perumusan masalah dan tujuan

penelitian serta kerangka penelitian, maka diajukan rumusan hipotesis penelitian

sebagai berikut:

"Terdapat pengaruh positif pengawasan internal dan iklim organisasi

sekolah, terhadap

kualitas

pelayanan di SMU Puragabaya Bandung".

Sebagai gambaran pengaruh variabel dapat ditunjukkan pada gambar 1.5

(29)

S+ Xi

rXiX2

^> X2

rXiY

rx2Y

E

Y

Gambar 1.5 Pengaruh Variabel

X,

dan X2 Terhadap Y

20

G. Prosedur Penelitian

Penelitian ini bersifat

Action Research

dalam bidang manajemen sekolah,

yang bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan melalui penerapan

pengawasan terduga dalam aspek-aspek fungsi administrasi sekolah. Adapun

prosedur penelitian dilakukan berdasarkan tahapan sebagai berikut:

Pertama, kepala sekolah membentuk Tim Pengawas Kinerja Adrmmsuc^

Sekolah (TPKAS) yang terdiri dari perwakilan guru senior, pihak yayasan, dan

pelaksana teknis administrasi serta peneliti. TPKAS bertugas menyusun

sistematika kerangka kerja pengawasan sekolah, prosedur operasional,

mengimpentarisasi kegiatan administrasi sekolah, menyusun instrumen

pengawasan terduga bersama-sama peneliti, menentukan jadual pelaksanaan.

Tahap kedua, melakukan sosialisasi tingkat sekolah, mulai dari para pemtantu

kepala sekolah, dewan guru, staf administrasi sampai dengan pesuruh sekolah.

Ketiga, TPKAS melaksanakan pengawasan program sesuai dengan instrumen

yang dimodifikasi. Sejalan dengan proses yang dikemukakan, peneliti melakukan

(30)

Keempat, hasil pengawasan selama periode tertentu peneliti melakukan

berdasarkan hasil yang diperoleh. Hasil analisis tersebut selanjutnya secara

kuantitatif, dilakukan tingkat ketercapaian dan pengaruhnya terhadap iklim

organisasi belajar si sekolah.

Metode penelitian ini, merupakan gabungan dari pendekatan kualitatrf dan

kuantitatif sesuai dengan sifat dari

action research,

yaitu mendeskripsikan

masalah, memecahkan masalah melalui suatu solusi dan menyimpulkan

hasilnya. Pendekatan kualitatrf merupakan pendekatan yang bersifat mancari dan

memecahkan masalah, sedangkan kuantitatif untuk mengukur besaran variabel

(31)
(32)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Objek dan Metode Penelitian

1. Objek Penelitian

Objek penelitian bertolak dari suatu kondisi SMU Puragabaya Bandung

pada saat ini, setelah dilakukan evaluasi diri ternyata belum menunjukkan

peningkatan performansi puncak. Performansi tersebut, meliputi faktor jumlah

peminat siswa bam, jumlah lulusan, dan hasil perolehan NEM masuk dan

keluaran, serta angka melanjutkan ke perguruan tinggi.

Salah satu yang menjadi objek penelitian adalah pada manajemen

sekolah yang berkaitan dengan proses pelayanan pendidikan, khususnya dalam

proses pengawasan internal melalui pendekatan

benchmarking.

Pendekatan ini,

dilakukan atas dasar pemikiran bahwa pengawasan konpensional baik yang

dilaksanakan pada tingkat internal maupun eksternal dipandang belum

memberikan hasil yang memuaskan. Bertclr- d::ri pengamatan tersebut, maka

dalam objek penelitian ditekankan pada semua unsur tenaga kependidikan yang

ada di sekolah, sesuai dengan peran dan fungsinya melalui penentuan faktor

duga kinerja yang harus dicapai sesuai dengan standar yang ditetapkan.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini' menggunakan metode deskripsi, yang bertujuan

menjelaskan atau menguraikan gejala dan masaiah dari objek yang diteliti,

berdasarkan temuan masalah dan tindakan yang dilakukan melalui model

pengukuran tertentu. Adapun pendekatannya bersifat kualitatif dan kuantitatif.

Sumber data dalam penelitian ini, diambil dari sumbernya dengan dua cara yaitu,

(33)

94

langsung (primer),dan tidak langsung (sekunder) sebagai informasi tambahan

atau pelengkap, yang diambil dari pihak-pihak yang berwenang dan kompeten di

SMU Puragabaya sebagai sekolah percobaan.

B. Jenis Dan Sumber Data

1. Jenis Data

Data yang diperoleh, selaras dengan kebutuhan baik ditinjau dari ukuran

dan skala, maupun jenisnya di lingkungan yang diteliti. Maka data ini dapat

dikelompokkan pada jenis data nominal dan ordinal. Oleh sebab itu setiap data

yang akan dianalisis secara kuantitatip teriebih dahulu diklasifikasikan dan diolah

menjadi satu kelas data yang sesuai dengan syarat statistik.

Sumber data dalam penelitian ini, diambil dari sumbernya dengan dua

cara yaitu, langsung (primer), dan tidak langsung (sekunder) sebagai informasi

tambahan atau pelengkap, yang diambil dari pihak-pihak yang berwenang dan

kompeten.

2. Metode Pengumpulan Data

a. Teknik Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini seluruh personil kependidikan yang ada di

sekolah, dan siswa sebagai peserta didik di SMU Puragabaya Bandung. Sampel

diambil secara random, artinya populasinya adalah seluruh komponen sekolah

dan yang menjadi sampel diambil selumh personil sekolah, dan 200 siswa hasil

hitung.

b. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data berdasarkan kegiatan yang dilakukan para personil

(34)

95

Untuk memperoleh data yang diperlukan sesuai dengan aktivitas, digunakan

beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:

1) Studi Kepustakaan

Studi ini dimaksudkan untuk memperoleh berbagai informasi konsep teoeretis

tentang pengawasan pendidikan internal serta kinerja personil ditinjau dari

mutu, berdasarkan beberapa literatur yang relevan. Demikian pula dipandang

dari kebutuhan data faktual di lapangan melalui berbagai dokumen, peraturan,

dan laporan-laporan tertulis, yang ada hubungannya dengan masalah yang

diteliti.

2) Observasi

Observasi di lingkungan SMU Puragabaya dilakukan dengan dua cara yaitu,

observasi langsung dan tidak langsung. Observasi langsung, artinya peneliti

secara langsung mengamati dan teriibat dalam suatu aktivitas sehari-hari di

lingkungan kerja, adapun yang tidak langsung melalui beberapa pengamatan.

3) Kuesioner

Kuesioner dilakukan melalui penyebaran angket tertulis, berisi pertanyaan dan

pernyataan

yang diajukan,

serta

dijawab secara tertulis pula oleh

responden.

c. Teknik Pengolahan dan Tampilan Data

Data yang diperoleh melalui studi dokumentasi, observasi, dan angket

masih bersifat mentah.

Oleh sebab itu, masih periu dilakukan pengolahan

teriebih dahulu sebelum dihitung, dan dianalisis sesuai dengan prosedur

(35)

96

Data diolah dengan prangkat lunak dengan struktur alat Data Flow

Diagram (DFD), melalui penandaan kode tertentu. Skematis struktur masukan

data pada perangkat lunak dapat ditunjukkan pada gambar 3.1.

MANAJERIAL

PENGAWASAN

UPAYA PENCAPAIAN

i

1

*l

>

>

KETENAGAAN

- *

PERENCANAAN

ENGORGANI-SASIAN

PELAKSANAAN

<-SOP

PATOK DUGA FASILITAS

SFKOI 4H -•

PROFIL

SEKOUH PBM - >

KESISWAAN -•

PENDANAAN -•

1

HASIL

Gambar 3.1 Masukkan Data Pada Program Perangkat Lunak

3. Pengolahan Data

a. Data Kualitatif

1) Analisis Data

Mengingat penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan kaji

tindak maka pengolahan data dilakukan secara kualitatif. Prosedur analisis data

atas dasar tiga tahap sesuai dengan sasaran, Nasution (1982:129-130), yakni (1)

reduksi data; (2) display data; (3) mengambil kesimpulan dan verifikasi data.

Reduksi data,

dilakukan dengan menelaah kembali seluruh catatan

lapangan dan studi dokumentasi. Telaah ini dilakukan untuk menemukan hal-hal

yang pokok atau penting, berkenaan dengan fokus penelitian yakni aktivitas

(36)

97

Display data,

mensistematiskan pokok-pokok informasi sesuai dengan

tema dan polanya, pola yang nampak ditarik suatu kesimpulan sehingga data

yang dikumpulkan mempunyai makna tertentu. untuk menetapkan kesimpulan

maka dilakukan verifikasi.

Verifikasi ini dilakukan dengan member check

maupun triangulasi. Oleh sebab itu proses verifikasi kesimpulan ini berlangsung

selama dan sesudah data dikumpulkan.

2) Validasi Temuan Penelitian

Nasution (1988:124-144) menegaskan bahwa tingkat kepercayaan hasil

penelitian

kualitatif ditentukan oleh tiga kriteria: (a) kredibirtas

(validitas

intemal);(b)

transferabilitas

(validitas ekstemal);(c)

dependabilitas

(realibilitas)

dan (d) komfirmabilitas

(objektivitas).

Kredibiltas, mempakan salah satu ukuran tentang kebenaran data yang

dikumpulkan, dalam penelitian ini berkamsud untuk menggambarkan kecocokan

konsep peneliti dengan konsep yang ada pada responden atau nara sumber.

Untuk mencapai hal tersebut dalam penelitian ini dilakukan antara lain:

(1) Triangulasi, yakni mengecek kebenaran data dengan membandingkan

dengan data dari sumber lain.

Hasil dari serangkaian wawancara,

pengamatan dan studi dokumentasi dari para pengelola anggaran belanja

sekolah.

(2) Pembicaraan dengan kolega (peer debriefing),hal ini peneliti membahas

catatan-catatan lapangan dengan kolega, teman sejawat yang mempunyai

kompetensi tertentu.

(3) Penggunaan bahan referensi, digunakan untuk mengamankan berbagai

informasi yang didapat dari lapangan, dalam

kaitan

ini

penulis

(37)

98

wawancara, dengan cara ini peneliti dapat memperoleh gambaran yang

lengkap tentang informasi yang diberikan oleh nara sumber sekaligus

dapat memahami konteks pembicaraan.

(4) Mengadakan member check, yakni setiap akhir wawancara atau

pembahasan satu topik diusahakan untuk menyimpulkan secara bersama,

sehingga perbedaan persepsi dalam suatu masalah dapat dihindarkan, juga

dilakukan konfirmasikan dengan nara sumber terhadap laporan hasil

wawancara, sehingga apabila ada kekeliruan dapat diperbaiki atau bila ada

kekurangan dapat ditambah dengan informasi bam. Dengan demikian data

yang diperoleh sesuai dengan yang dimaksudkan oleh nara sumber.

Transfereabilitas, apabila dihubungkan dengan penelitian kuantitatif,

kriteria ini disebut dengan validitas eksternal, yakni sejauh manakah hasil

penelitian dapat diterapkan atau digunakan di tempat dan dalam situasi lain.

Transfereabilitas hasil penelitian bam ada jika pemakai melihat ada situasi yang

identik dengan permasalahan di tempatnya, meskipur riiakui bahwa tidak ada

situasi yang sama persis pada tempat dan kondisi yang lain.

Dependebilitas dan konfirmabilitas, adalah suatu kriteria kebenaran dalam

penelitian kualitatif yang pengertiannya sejajar dengan reliabilitas dalam

kuantitatif, yakni mengupas tentang konsistensi hasil penelitian. Artinya sebagai

kriteria untuk menguji apakah penelitian ini dapat diulang atau dilakukan di

tempat yang lain dengan temuan hasil penelitian yang sama.

Adapun

konfirmabilitas berkenaan dengan objektivitas hasil penelitian.

Agar kebenaran dan objektivitas hasil penelitian dapat

dipertanggung-jawabkan, dapat dilakukan dengan cara "audit trail", yakni dengan melakukan

(38)

hal-oi ^ v .?«* ; ,

hal yang dilaporkan dapat dipercaya dan sesuai yang nyata serta apa idarfj^^. .

,/

"\ °M?PVlS v ^ /

Untuk memenuhi kriteria tersebut, maka peneliti melakukan upaya-upaya>v

(1) Data mentah yang diperoleh melalui wawancara, observasi maupun studi

dokumentasi direkapitulasi dalam laporan lapangan yang lengkap dan

cermat;

(2) Data mentah disusun dalam hasil analisis dengan cara menyeleksi,

kemudian merangkum atau menyusunnya kembali dalam bentuk deskripsi

yang lebih sistematis;

(3) Membuat hasil sintesis data, berupa kesesuaian tema dengan tujuan

penelitian, penafsiran dan kesimpulan;

(4) Melaporkan seluruh proses penelitian sejak pra survey dan penyusunan

disain pengolahan data, hingga penulisan laporan akhir.

b. Data Kuantitatif

Pengolahan data dalam penelitian ini, dilakukan berdasarkan pola yang

sesuai dengan persyaratan ilmu statistika melalui bantuan perangkat SPSS 10.0.

Adapun tahapannya, mulai dari pemeriksaan data hasil angket (jumlah

pengambalian dan keutuhan fisik angket), penghitungan jawaban (daftar jawaban

berdasarkan responden), perhitungan transformasi data ordinal ke interval.

Sebagai patokan perhitungan statistik ada dua kelompok penyajian, yang

pertama berkaitan dengan patokan peniiaian batas ambang dokumentasi dan

observasi selama pengawasan internal, dan kedua berkenaan dengan angket

kepada siswa berkaitan dengan hasil yang dirasakan berdasarkan pengalaman

(39)

100

Patokan batas ambang tersebut dapat ditunjukkan pada tabel sebagai

berikut:

Tabel 3.1: Patokan Peniiaian

No Batas

Angka/Objek 0-20 21-40 41-60 61-80 81-10

0%-20% 21%-40% 41%-60% 61%-80% 81%-100%

Buruk Sekali Buruk Kurang Baik Baik Sekali

Untuk menjaring data angket jawaban diidentifikasi dengan sistem skor

skala 1 sampai 5 (Likert). Adapun skor skala tersebut:

Tabel 3.2 Skor Angket

Bentuk Jawaban

Pernyataan

SS Positif

Negatif 1

Keterangan:

SS = Sangat Sesuai dengan kenyataan

S = Sesuai dengan kenyataan

TT = Tidak Tahu

TS = Kurang sesuai dengan kenyataan

STS = Sangat tidak sesuai sama sekali dengan kenyataan

Keterandalan alat ukur, digunakan metode Cronbach, yaitu:

kr

0 < a = = -< 1

1 +(k-1)r k = Jumlah indikator dari variabel 'yang diukur

r = Rata-Rata korelasi antar indikator

TS STS

Kriteria keterandalan "Jika nilai

a

makin mendekati angka 1, alat ukur semakin

andal". Perhitungan dilakukan dengan menggunakan komputer dengan bantuan

(40)

101

Pengolahan data dalam penelitian ini, dilakukan berdasarkan pola yang

sesuai dengan persyaratan ilmu statistika melalui bantuan perangkat SPSS 10.

Adapun tahapannya, mulai dari pemeriksaan data hasil angket (jumlah

pengambalian dan keutuhan fisik angket), penghitungan jawaban (daftar jawaban

berdasarkan responden), pengitungan transformasi data ordinal ke interval

sampai dengan pengolahan lainnya.

Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan

sebagai berikut:

Dalam melakukan uji hipotesis dipergunakan metode statisik inferensial

yaitu :

> Regresi, yaitu untuk mengetahui hubungan antar variabel independen dan

dependen

> Korelasi, yaitu untuk mengetahui derajat keterkaitan dan daya determinatif setiap variabel baik secara individu maupun bersama-sama

> Analisis kesamaan dan rata-rata bagi setiap variabel

Setelah dianalisis dengan bantuan SPSS, Excell dan konsep matematika

kemudian dilakukan analisis sesuai dengan permintaan penelitian. Hasilnya disuguhkan dalam bentuk:

> Run & control chart

> Scatter diagram > Matriks angka

> Persamaan matematika

UjiHipotesis:

Beberapa permasalahan regresi dapat mencakup lebih dari satu variabel

(41)

102

disebut model regresi berganda. Pada umumnya, variabel tidak bebas atau

respons dapat dihubungkan pada k variabel bebas dan variabel tak bebas yang

dari hubungan ini akan dibuat prediksi. Hubungan fungsional variabel Ydengan

variabel X ^ Xk bisa dinyatakan dalam sebuah persamaan:

Y = b0 + biX-i + b2X2 + ... + bkXk + e dimana : b0 disebut koefisienintercept

b, disebut koefisien regresi partial antara Y dengan Xi

Persamaan diatas disebut persamaan regresi tinier multipel . Dikatakan linier

karena pangkat dari semua parameternya adalah satu dan dikatakan multipel

karena variabel bebasnya lebih dari satu.

Menghitung b0, b1t.., bk

Untuk menghitung nilai koefisien

^

,b2,.., bk dapat menggunakan Metoda

Kuadrat Terkecil (

Least Square Method )

dan perhitungannya dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu melalui matriks dan prosedur Doolittle-Gauss. Namun

dalam kesempatan ini hanya akan disajikan salah satu metode perhitungan yaitu

melalui cara matriks.

Cara matrik

Dari data yang ada hitung jumlah, jumlah kuadrat dan jumlah hasil kali

kemudian dibuat dalam sebuah matrik yang bentuknya sebagai berikut:

X, x2 -•• xt

i=M , ! i-l

Z*n

txuX:i

...

±XuXh

f.l 1=1 1=1

±X:,

-

±X2tXb

(X'X) =

I^*2,

x,

(42)

dan

QL'x_X

(X'Y) =

t XUY,

1=1

tx2,Y,

HXkJ,

i=i

.

Kemudian tentukan matriks invers (X'X) = (X'X)"1 dengan bentuk matrik

X,

X,

xt X2 ••• XK

Co, ^ 02 C Ok

c„ c,: C \k -"",

C;: ••• c2k X 2

c «• . Xk

103

• Sehingga koefisien regresinya dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

bYx=(X'XV1X'Y

Setelah koefisien regresi didapatkan, maka langkah selanjutnya adalah menguji

keberartian koefisien-koefisien regresi tersebut

Pengujian keberartian model secara keseluruhan

Langkah selanjutnya yang kita lakukan adalah menguji keberartian model

secara keseluruhan. Hipotesis pengujiannya adalah :

H0:b1 = b2=... =bk=0

Ht : sekurang-kurangmya ada sebuah

b,

tidak sama dengan nol

Statistik yang digunakan adalah :

• JK regresi

= Xu}<->;/

. JK total = XU-^)2

JKsisa

= Jumlah Kuadrat total-Jumlah Kuarat regresi

• RJK = JK/dk

(43)

maka diperoleh tabel ANAVA sebagi berikut:

Sumber

Varians Dk JK RJK • hitung

Regresi K JK regresi RJK regresi O

sisa n-k-1 JK sisa RJK sisa

Total n-1 JK total RJK total

104

(44)
(45)

BABV

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Bab ini akan dikemukakan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi hasil

penelitian sesuai dengan temuan berikut ini.

A. Kesimpulan

1. Profil sekolah setelah diterapkan pengawasan patok duga standar pelayanan

dengan sepuluh indikator (kurikulum, PBM, peserta didik, ketenagaan, sarana

prasarana, organisasi sekolah, pembiayaan, administrasi sekolah, iklim

sekolah), berdasarkan hasil pengawasan dan peniiaian dapat dicapai skor

sangat memuaskan pada indikator umum. Dan masih ditemukan skor rendah

pada indikator khusus, seperti:

a. Proses Belajar Mengajar,

guru masih belum optimal memanfaatkan

media dan metode mengajar, belum diadakan pengajaran remidial.

b. Seieksi siswa masih bertumpu pada pencapaian target kelas, belum

sampai pada seleksi akademis.

c. Pasar siswa bertumpu pada masyarakat sekitar kecamatan Sukajadi, hal

itu erat kaiannya dengan misi penyelenggaraan pendidikan Puragabaya

yakni melayani pelayanan pendidikan masyarakat. Implikasinya daya beli

masyaraka cenderung menengah ke bawah.

d. Keahlian pelaksana administrasi sekolah belum ditunjang oleh pendidikan

dan latihan.

e. Partisipasi masyarakat terhadap aspirasi bantuan fisik dan non fisik masih

rendah (dan masih bertumpu pada orang tua siswa).

(46)

134

2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat penerapan pengawasan internal,

selama ini adalah :

Pertama, dukungan terhadap pelaksanaan dapat diidentifikasi pada tiga aspek penting, meliputi (a) Komitmen Personil sekolah mempunyai kesepakatan yang kuat dalam melaksanakan penerapan pengawasan internal, dan menjadi motivasi semua individu untuk mencoba mencari jati diri sekolah dalam rangka menghadapi persaingan yang ketat. (b) Dukungan Badan Penyelenggara dan Masyarakat Sekolah, (c) Apresiasi siswa dan orang tua

Kedua, kelemahan yang dapat diidentifikasi selama pelaksanaan pengawasan internal adalah, lingkungan luar sekolah khususnya para orang tua dalam membangun budaya belajar siswa di rumah. Menurut pengakuan responden, pada umumnya atau sekitar 85% orang tua menyerahkan belajarnya kepada kesadaran siswa sendiri. Sehingga budaya belajar, belum

menjadi kekuatan yang utama pada peserta didik. Selain dari faktor

lingkungan siswa, juga daya dukung sekolah dalam membantu orang tua di

luar jam belajar belum dapat melayani secara optimal. Hal itu disebabkan keterbatasan operasional baik waktu maupun pembiayaan.

Keuntungan dan kerugian penerapan pengawasan internal yang dapat

diidentifikasi antara lain:

a. Keuntungan

1) Adanya prosedur yang disusun berdasarkan standar pelayanan

minimal tingkat operasional sekolah di lingkungan SMU Puragabaya

(47)

135

2) Adanya keteriibatan personil melalui kesepakatan yang dilandasi aspirasi arus bawah untuk mencapai tujuan kesejahteraan masyarakat sekolah, baik nilai-nilai maerial maupun non material. 3) Adanya power sharing pada tataran personil internal sekolah dan

melibakan personil luar sekolah berdasarkan pola kolaborasi untuk mencapai tujuan sekolah.

4) Adanya delegasi kewenangan kepala sekolah kepada personil

sekolah secara demokratis.

5) Pelaksanaan pengawasan internal dinilai secara pembiayaan relatif

ekonomis.

6) Adanya nilai tambah, yakni familier dengan suprvisi yang

dilaksanakan secara simulasi oleh rekan sejawat dan oleh perangkat

lunak (daftar pencapaian).

7) Adanya budaya baru, setiap tindakan pelayanan pendidikan harus melihat patok duga, dan siap untuk dipantau oleh perangkat lunak demi terciptanya tujuan pendidikanA

8) Adanya kesinambungan program melalui refleksi program

sebelumnya, dan perbaikan selama proses berjalan.

b. Kelemahan

(1) Periu waktu memadai untuk mensosialisasi patok duga kepada personil, siswa dan orang tua secara berkelanjutan.

(2) Adanya kesan ekslusif pada tataran eksternal sekolah, mengingat pola yang diterapkan menciptakan aktivitas fungsi.

(48)

136

belakang pendidikan, latar belakang kepentingan dan pembinaan

yang kharismatis (Pembina Yayasan).

3. Hasil Pengujian Hipotesis temyata dapa dibuktikan dengan uji regersi

sebesar:

Y = 4.025 + 0,945 X, + 0,030 X2 +

e

Pengawasan internal dan iklim organisasi sekolah bertambah sebesar satu unit, dengan rata-rata peningkatan kualitas pelayanan kepada siswa

bertambah sebesar 0.945 dan 0.030 unit. Dengan demikian pengawasan internal dan iklim organisasi sekolah merupakan faktor yang memberikan

pengaruh terhadap kualitas pelayanan kepada siswa. Dari hasil uji tersebut

terlihat bahwa pengawasan internal memiliki kontribusi yang sangat tinggi terhadap kualitas pelayanan pendidikan dibandingkan dengan iklim organisasi. Dari hasil uji t dapat disimpulkan bahwa hipotesis "terdapat

pengaruh pengawasan internal dan iklim organisasi terhadap kualitas pelayanan pendidikandapat diterima".

B. Implikasi

(49)

137

pada pentingnya tanggung jawab kolektif untuk mencapai target mutu sekolah yang baik, dengan mengintegrasikan tanggung jawab individual yang

pada umumnya sudah baik dan mengembangkan iklim organisasi sekolah

yang terbuka yang ditunjang oleh suasana kebersamaan.

2. Munculnya kelemahan serta ancaman dalam rangka peningkatan budaya

mutu sekolah periu ditindak lanjuti melalui program-program yang

berwawasan dan mengarah kepada pemberdayaan staff personil sekolah, orang tua siswa maupun siswa sehingga bisa menunjang terhadap

kelancaran serta keberhasilan dalam rangka mencapai target sesuai dengan

harapan.

3. Penerapan pengawasan internal melalui penetapan patok duga sebagai standar pelayanan di sekolah, merupakan suatu model pengembangan

kualitas sekolah mempunyai implikasi terhadap berbagai komponen dalam

sistem organisasi sekolah. Pertama, berkaitan dengan perilaku organisasi yang dinyatakan secara variabel psikologis personil dalam menciptakan komitmen dan loyalitas pada pelayanan. Artinya kondisi organisasi harus dipertahankan dalam dinamika fungsional, dan keseimbangan kesamaan kebutuhan personil yakni antara material dan non material dalam hal ini

motivasi.

Kedua, berkaitan dengan aspek manajemen sekolah yang mengarah kepada

partisipatif masyarakat sekolah. Artinya setiap fungsi manajemen harus

memperhatikan aspirasi personil dan adanya keteriibatan serta pendelegasian wewenang yang jelas.

Ketiga, berkaitan dengan kepemimpinan sekolah dan pembinaan yang

(50)

memungkinkan adanya kolektivitas antara badan penyelenggara\d#te.^5»-JjjsF

sekolah, dan pengembangan otonomi yang jelas sehingga sinerji antara

kepentingan dan fokus pada pelayanan sosial.

C. Rekomendasi

1. Bagi pengelolaan sekolah nampak bahwa, pengawasan internal sangat handal untuk dijadikan pendekatan peningkatan kualitas proses pelayanan pendidikan yang mengarah pada kualitas hasil. Maka untuk itu, model ini harus terus disempurnakan di lingkungan SMU Puragabaya Bandung.

2. Bagi yang berminat dalam mengembangkan pengawasan internal, dapat dimulai dengan mendisain patok duga secara tepat dan cermat sehingga diperoleh dokumentasi indikator yang akan diukur.

3. Pembentukan Tim Pengawas, periu dilakukan berdasarkan asas power

sharing dan keahlian yang sesuai.

4. Bagi yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai pengawasan internal disarankan untuk melakukan kajian mengenai

hubungannya dengan manajemen mutu sekolah dan pengaruhnya terhadap

(51)
(52)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Sanusi. (1988).

Sistem Manajemen Pendidikan di Indonesia.

Bandunq •

IKIP. a '

Agustinus S.Wahyudi.(1996).

Manajemen Strategik: Pengantar Proses Berpikir

Strategik.

Jakarta : Binarupa Aksara.

Allan Brace (1980),

Supervising Practice in Georgia and Ohio. Paper Presented

at The Annual Meeting of The Council of Professors of Instructional

Supervision, Hollywood

Blumberg, A (1980),

Supervisors and Teachers : A Private Cold War,

2nd ed

Berkeley: McClitchan

Bogdan, Robert and Biklen. (1992).

Qualitative Research For Education

: An

Introduction to Theory and Methods. Boston:Allyn and Bacon.Inc

Buhari Alma (1998).

Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa

Banduna •

Alfabeta.

Charles Prosser (1965).777e

Quality Management.

New York :John Wiley &Sons

Cravens.D.W.(1972).

Strategic Marketing.

USA Prentice-Hall International

Davis, Russel G. (1980).

Planning Education for Development: Volume Issue and

Problems in The Planning of Education in Developing Countries

Cambridge, Massachusetts.

Djaman Satori. (1989). Pengembangan Model Supervisi Sekolah Dasar

Bandung: IKIP Bandung.

,(1999).

Pengawas Sekolah dan Pengelolaan Sekolah.

Makalah

pada Diklat Calon Pengawas Sekolah. Bandung: Kanwil Depdiknas

Propinsi Jawa Barat.

Engkoswara.(1987).

Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan.

Jakarta :LP2TK.

Furqon. Ph.D, (2000),

Pengembangan Sekolah Efektif (Upaya Peningkatan Mutu

Pendidikan

Berbasis

Sekolah),

Makalah,

Universitas

Pendidikan

Indonesia.

Gregory H.Watson. (1997).Strategic

Benchmarking.

Jakarta: Gramedia

Hadari Nawawi. (1981).

Administrasi Pendidikan.

Jakarta : Gunung Agung.

James W.Guthie and, Rodney. (1991).

Educational Administration and Policy.

Effective

Leadership

for

American

Education.

Second

Edition.

Massachutesetes: A Division of Simon & Schuster.

(53)

140

James R.Marks. (1971).

Handbook of Educational Supervision. A Guide for the

Practitioner. Boston : Allyn and Bacon Inc.

James Walker, (1992),

Human Resources Strategic,

USA : McGraw-Hill. Inc

Kast, F.E and Rosenzweig J.E. (1995).Organizations.

Structure, Processes,

Behavior. Jakarta : Bina Aksara

Kotler Philip and Gary Armstrong. (197'56).Princip

Gambar

gambarkan sebagai berikut.
Gambar 1.4 Kerangka Berfikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Jadi akad dan pelaksanaan jual-beli buah-buahan di pohon di Gampong Terbangan itu sama dengan jual beli yang lain, akan tetapi akad dan pengambilannya berbeda, kalau

Berdasarkan data dan pembahasan yang dilakukan, berikut ini kesimpulan kompetensi pedagogik guru dalam pelaksanaan kurikulum 2013 pada mata pelajaran produktif

Sedangkan untuk menganalisis data yang diperoleh digunakan Analisis Regreasi Sederhana, Analisis Koefisien Korelasi, Analisis Koefisien Determinasi, dan Pengujian Hipotesis

Menu mulai memiliki listview yang ter- diri dari 16 tenses yang jika pengguna ap- likasi memilih salah satu list tersebut, maka akan tampil materi tentang tenses dan pas- sive

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pengalaman Prakerin (Praktik Kerja Industri), Motivasi Memasuki Dunia Kerja, dan Prestasi Belajar Produktif Administrasi

Melakukan validasi dari hasil pengujian diatas dengan teknik cross validasi stratified sampling, cross validasi linear sampling, cross validasi shuffled sampling, dan

Kertas injil adalah jenis kertas buku yang tipis tetapi tidak tembus cahaya digunakan untuk buku dengan jumlah yang besar, sehingga buku tidak terlalu

Bagi peserta yang gagal memperoleh data (percobaan gagal atau dikeluarkan karena tidak menguasai percobaan) atau berhalangan hadir (dibuktikan dengan surat keterangan) maka