Hindam, 2013
HUBUNGAN ANTARA KETERLIBATAN PESERTA DIDIK DALAM KEPRAMUKAAN DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL DI SEKOLAH
(Studi Korelasional terhadap Anggota Pramuka SMK Negeri Rajapolah Tahun Ajaran 2012/2013)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Oleh
HINDAM 0800071
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
Hindam, 2013
HUBUNGAN ANTARA KETERLIBATAN PESERTA DIDIK DALAM KEPRAMUKAAN DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL DI SEKOLAH
(Studi Korelasional terhadap Anggota Pramuka SMK Negeri Rajapolah Tahun Ajaran 2012/2013)
Oleh Hindam
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Hindam 2013
Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Hindam, 2013
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA KETERLIBATAN PESERTA DIDIK DALAM KEPRAMUKAAN DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL DI SEKOLAH
(Studi Korelasional terhadap Anggota Pramuka SMK Negeri Rajapolah Tahun Ajaran 2012/2013)
Oleh HINDAM NIM 0800071
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I
Dr. H. M. Solehuddin, M.A., M.Pd. NIP. 19620208 198501 1 002
Pembimbing II
Dra. Hj. Aas Saomah, M.Si. NIP. 19610317 198703 2 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Hindam, 2013
ABSTRAK
Hindam. (2013). Hubungan Antara Keterlibatan Peserta Didik dalam Kepramukaan dengan Penyesuaian Sosial di Sekolah (Studi Korelasional terhadap Anggota Pramuka SMK Negeri Rajapolah Tahun Ajaran 2012/2013)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan dengan penyesuaian sosial di sekolah. Tugas perkembangan utama masa remaja adalah menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi di dalam diri serta menyesuaikan diri dengan perubahan harapan masyarakat terhadap remaja. Apabila remaja memiliki penyesuaian yang baik, maka remaja akan memperoleh kepuasaan dalam hidupnya. Oleh karena itu, penyesuaian sosial menjadi fokus utama dalam perkembangan remaja. Kegiatan kepramukaan dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan penyesuaian sosial, karena pola pembinaan kepramukaan disesuaikan dengan tugas-tugas perkembangan masa remaja, termasuk dalam aspek sosial. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan yaitu studi korelasional. Subjek penelitian adalah anggota pramuka SMK Negeri Rajapolah tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 41 orang. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Secara umum, gambaran keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan berada pada kategori tinggi; (2) Secara umum, penyesuaian sosial di sekolah berada pada kategori tinggi; dan (3) Terdapat hubungan yang positif signifikan antara keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan dengan penyesuaian sosial di sekolah.
Hindam, 2013
ABSTRACT
Hindam. (2013). Relationship Between Student’s Involvement in Scouting with the Social Adjustment in Schools (Correlational Study of the Scout Member at SMK Rajapolah in Academic Year 2012/2013)
This study aims to determine the relationship between the learner's involvement in Scouting with social adjustment in school. Major developmental task of adolescence is to adjust to the changes that occur in themselves and adjust to the changing expectations of society towards teens. If the teen has a good adjustment, then teens will gain satisfaction in life. Therefore, the main focus of social adjustment in adolescent development. Scouting activities may be one way to improve social adjustment, because the pattern of scouting coaching tailored to the developmental tasks of adolescence, including the social aspects. The research approach using a quantitative approach. The method used is a correlational study. Subjects were scouts SMK Rajapolah school year 2012/2013 which amounted to 41 people. The results showed: (1) In general, the picture of the learner's involvement in Scouting at the high category, (2) In general, social adjustment in the school at the high category, and (3) There is a significant positive relationship between the involvement of learners in scouting with social adjustment in school.
Hindam, 2013
DAFTAR ISI
Absrtak i
Kata Pengantar... ii
Ucapan Terima Kasih ... iii
Daftar Isi... v
Daftar Bagan... vii
Daftar Grafik... viii
Daftar Tabel ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 5
C.Tujuan Penelitian ... 6
D.Manfaat Penelitian... 7
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7
BAB II KONSEP KEGIATAN KEPRAMUKAAN DAN PENYESUAIAN SOSIAL F. A Kegiatan Kepramukaan... 8
B. Penyesuaian Sosial... 21
C.Kegiatan Kepramukaan Sebagai Bagian Dari Kegiatan Bimbingan Sosial Peserta Didik... 26 D.Penelitian Terdahulu... 30
E. Kerangka Pemikiran ... 31
F. Hipotesis Penelitian... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN G. A. Lokasi dan Subjek Penelitian... 35
B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 35
Hindam, 2013
D.Instrumen Penelitian ... 38
E. Proses Pengembangan Instrumen... 39
F. Analisis Data ... 47
G.Uji Korelasi... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN H. A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 55
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 67
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI I. A. Kesimpulan... 79
B. Rekomendasi... 80
Daftar Pustaka... 82
Hindam, 2013
DAFTAR BAGAN
Hindam, 2013
DAFTAR GRAFIK
Nama Grafik
4.1 Gambaran Umum Keterlibatan Peserta Didik dalam Kepramukaan di SMK Negeri Rajapolah Tahun Ajaran 2012/2013...
56
4.2 Gambaran Setiap Aspek Keterlibatan Peserta Didik dalam Kepramukaan di SMK Negeri Rajapolah Tahun Ajaran 2012/2013...
57
4.3 Gambaran Umum Penyesuaian Sosial di Sekolah Peserta didik SMK Negeri Rajapolah Tahun Ajaran 2012/2013...
62
4.4 Gambaran Setiap Aspek Penyesuaian Sosial di Sekolah Peserta Didik SMK Negeri Rajapolah Tahun Ajaran 2012/2013...
Hindam, 2013
DAFTAR TABEL
Nama Tabel
3.1 Rentang Skala Likert... ... 39
3.2 Kisi-kisi Instrumen Keterlibatan Peserta Didik dalam Kepramukaan (sebelum uji coba)... 39 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penyesuaian Sosial di Sekolah (sebelum uji coba) ... 40
3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Keterlibatan Peserta Didik dalam Kepramukaan... 43
3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Penyesuaian Sosial di Sekolah... 44
3.6 Interpretasi Reliabilitas... 45
3.7 Kisi-kisi Instrumen Keterlibatan Peserta Didik dalam Kepramukaan (setelah uji coba)... 46 3.8 Kisi-kisi Instrumen Penyesuaian Sosial di Sekolah (setelah uji coba)... 47
3.9 Rumusan Kategorisasi Skala... 48
3.10 Rumusan Kategori Keterlibatan Peserta Didik dalam Kepramukaan... 49
3.11 Rumusan Kategori Penyesuaian Sosial di Sekolah... 50
3.12 Hasil Uji Linieritas Variabel Y atas Variabel X... 54
4.1 Gambaran Umum Keterlibatan Peserta Didik dalam Kepramukaan di SMK Negeri Rajapolah Tahun Ajaran 2012/2013... 55 4.2 Gambaran Aspek Kehadiran... 58
4.3 Gambaran Aspek Tujuan yang Ingin Dicapai... 58
4.4 Gambaran Aspek Memberikan Gagasan... 59
4.5 Gambaran Aspek Tanggung jawab... 60
4.6 Gambaran Aspek Manfaat yang Diperoleh... 60
4.7 Gambaran Umum Penyesuaian Sosial di Sekolah Peserta Didik SMK Negeri Rajapolah Tahun Ajaran 2012/2013... 61 4.8 Gambaran Aspek Menghormati dan Menerrima Otoritas Sekolah... 63
4.9 Gambaran Aspek Minat dan Partisipasi dalam Fungsi dan Kegiatan Sekolah... 64
4.10 Gambaran Aspek Membina Hubungan Pertemanan yang Sehat... 65
4.11 Gambaran Aspek Menerima Keterbatasan dan Tanggung jawab... 65 4.12 Gambaran Aspek Membantu Sekolah dalam Mewujudkan Tujuan Instrinsik
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Remaja sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri, melainkan
senantiasa hidup dan bergaul dengan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk
berinteraksi dengan orang lain. Melalui interaksi dengan lingkungan sosialnya
remaja dapat memenuhi kebutuhan sosialnya untuk mencapai kesejahteraan
hidup. Dalam melakukan interaksi sosial, remaja akan banyak belajar tentang
norma-norma yang dianut dari lingkungan sosial. Proses tersebut dapat
mengantarkan remaja pada proses penerimaan sosial.
Penerimaan oleh lingkungan sosial merupakan kebutuhan yang sangat
penting bagi remaja sebagai makhluk sosial. Agar dapat mencapai kebutuhan
sosial tersebut remaja perlu menjalin hubungan yang harmonis dan kerjasama
dengan orang lain serta menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok. Hal
ini sejalan dengan pendapat Setianingsih dkk. (2006) yang menyatakan bahwa
remaja dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menyesuaikan diri terhadap
tuntutan lingkungan agar keikutsertaannya selalu relevan dalam kegiatan
masyarakat yang disebut dengan penyesuaian sosial.
Kemampuan remaja dalam melakukan penyesuaian sosial berkaitan erat
dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang
mempengaruhi penyesuaian sosial remaja adalah lingkungan sekolah. Di sekolah
remaja mendapatkan bekal pengetahuan dan latihan untuk menghadapi kehidupan
di masyarakat. Berkaitan dengan ini, Karsidi (2005) mengemukakan bahwa dalam
fungsi sosialnya, sekolah memiliki peranan yang penting dalam membantu
perkembangan peserta didik menjadi makhluk sosial, yaitu makhluk yang dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
Peserta didik sebagai makhluk sosial perlu mempunyai penyesuaian sosial
yang efektif di sekolah. Shah & Sharma (2012) mengungkapkan bahwa
penyesuaian sosial yang efektif di sekolah akan berdampak pada peningkatan
ketidakmampuan penyesuaian sosial di sekolah akan berakibat pada rendahnya
prestasi belajar, perilaku bermasalah, ketidaksesuaian aspirasi pendidikan, dan
drop out dari sekolah.
Penyesuaian sosial yang efektif di sekolah ditandai dengan adanya: (1)
penerimaan dan penghargaan terhadap orang yang patut dihormati disekolah, (2)
memiliki minat dalam kegiatan ekstrakurikuler ataupun kelompok belajar, (3)
mematuhi tata tertib sekolah yang berlaku dengan penuh kesadaran dan
penerimaan, (4) melakukan interaksi yang sehat dengan teman sekolah, guru
bidang studi atau wali kelas dan guru pembimbing serta staf tata usaha (Nurdin,
2009). Sebaliknya, Merrel dan Walker (2004) serta Yusuf (2009) mengemukakan
bahwa penyesuaian sosial yang menyimpang ditandai dengan perilaku anti sosial
dalam konteks teman sebaya yang menyimpang (juvenile delinquency) seperti
mencuri, bolos dari sekolah, free sex, vandalisme (perusakan), serangan yang
agresif yang mengarah pada kematian, mengkonsumsi minuman keras atau
obat-obat terlarang, berpakaian tidak senonoh dan tawuran (kekerasan
berkelompok/geng).
Ditinjau dari perilaku anti sosial sebagai ciri penyesuaian sosial yang
menyimpang terdapat fenomena-fenomena perilaku anti sosial yang ditunjukkan
peserta didik, seperti kasus drop out sembilan orang peserta didik Sekolah
Menegah Kejuruan (SMK) di Jember karena melakukan pesta minuman keras di
dalam ruang kelas (JemberPost.com, 2012). Selain itu, ketua Satuan Tugas
(Satgas) pelajar Kota Bogor Ruchjani mengemukakan bahwa jumlah kasus
tawuran di kota Bogor menigkat 95% selama tahun ajaran 2011-2012 yang
didominasi oleh peserta didik SMK (Felicia, 2012).
Fenomena-fenomena penyesuaian yang menyimpang peserta didik seperti
yang tersebut di atas menunjukkan bahwa mereka membutuhkan sentuhan
pendidikan yang dapat memfasilitasi berkembangnya kepribadian yang mantap
sehingga dapat mencegah terjadinya penyesuaian yang menyimpang. Menurut
Yusuf (2009) sentuhan pendidikan tersebut adalah layanan bimbingan dan
konseling. Salah satu fungsi bimbingan dan konseling adalah fungsi penyesuaian,
diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan
sekolah dan norma agama sehingga dapat mengembangkan diri secara optimal.
Salah satu cara yang dapat dilakukan konselor untuk mengembangkan
penyesuaian peserta didik adalah dengan mendorongnya untuk aktif dalam
kegiatan ekstrakurikuler. Berkaitan dengan hal ini, Mahoney dkk. (2005) serta
Darling dkk. (2005) mengemukakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler dapat
memberikan dampak positif bagi penyesuaian sosial di sekolah diantaranya
mengembangkan kemampuan interpersonal, meningkatkan prestasi akademik,
serta mengembangkan sikap yang lebih positif terhadap sekolah.
Lebih lanjut, dalam Permendiknas RI No 22/2006 tentang Standar Isi
dikemukakan bahwa bimbingan dan konseling serta ekstrakurikuler merupakan
komponen pengembangan diri. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya
pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui
kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan
sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstrakurikuler
yang dipilih sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan sekolah.
Paparan di atas menunjukkan bahwa bimbingan dan konseling serta
kegiatan ekstrakurikuler merupakan dua hal yang saling berkaitan untuk
memfasilitasi pengembangan diri peserta didik dalam berbagai aspek
kehidupannya, termasuk aspek sosial.
Berkaitan dengan masalah penyesuaian sosial, konselor dapat mendorong
peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuer. Ekstrakurikuler yang
dapat menunjang penyesuaian sosial peserta didik salah satunya adalah kegiatan
kepramukaan. Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Barat Dede Yusuf
(Dwiputra, 2012) mengemukakan bahwa kegiatan kepramukaan merupakan cara
yang efektif untuk mencegah perilaku penyesuaian peserta didik yang
menyimpang seperti tawuran dan sejenisnya. Lebih lanjut Dede menyatakan
bahwa melalui kegiatan kepramukaan peserta didik dapat menyalurkan potensinya
dalam kegiatan positif dan terhindar dari kegiatan negatif bahkan dapat berperan
aktif dalam pembangunan bangsa. Oleh karena itu, beberapa sekolah mewajibkan
Di dalam UU RI No 12/2010 tentang Gerakan Pramuka pasal 20 terdapat
kode kehormatan pramuka yaitu budaya organisasi gerakan pramuka yang
melandasi sikap dan tingkah laku anggota pramuka dalam hidup dan kehidupan
berorganisasi. Dalam kehidupan sehari-hari kode kehormatan pramuka dapat
diamalkan dalam bentuk sikap kebersamaan, tidak mementingkan diri sendiri,
belajar mendengar, menghargai dan menerima pendapat orang lain, membina diri
dalam upaya bertutur kata dan bertingkah laku sopan, membiasakan diri
memberikan pertolongan dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial, mengendalikan
dan mengatur diri sendiri, taat terhadap aturan dan kesepakatan, dan sejenisnya.
Berdasarkan paparan tersebut, kegiatan kepramukaan banyak menitikberatkan
pada perilaku sosial yang dapat melatih kemampuan penyesuaian sosial.
Guna mengetahui kegiatan kepramukaan dan penyesuaian sosial peserta
didik SMK, dilakukan studi pendahuluan di SMK Negeri Rajapolah. Hasil
wawancara dengan pembina ekstrakurikuler pramuka pada tanggal 21 Desember
2012 diperoleh informasi bahwa kegiatan kepramukaan di SMK Negeri Rajapolah
difokuskan untuk mengembangkan kepedulian sosial peserta didik, contoh
kegiatan yang dilaksanakan diantaranya kegiatan bakti sosial penanaman pohon di
lingkungan sekolah, kegiatan bakti kepada masyarakat, dan sejenisnya. Selain itu,
berdasarkan hasil pengamatan pada bulan September 2012 sampai dengan
Februari 2013, peserta didik yang mengikuti kegiatan kepramukaan dianggap
memiliki penyesuaian sosial di sekolah, contoh perilaku yang ditunjukkan adalah
peserta didik mampu berbicara dan berkata sopan kepada guru, mudah bergaul
dengan teman, dan berpakaian sesuai dengan aturan sekolah. Sebaliknya, peserta
didik yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah cenderung
menampilkan perilaku bolos sekolah, berpakaian tidak sesuai aturan, dan
berbicara kasar di lingkungan sekolah.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini difokuskan pada
analisis hubungan antara keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan dengan
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Ditinjau dari sudut pandang pendidikan, fenomena perilaku penyesuaian
sosial peserta didik SMK yang menyimpang merupakan hal yang perlu dihindari
karena tidak sesuai dengan tujuan pendidikan nasional seperti yang tercantum
dalam UU RI No 20/2003.
Penyesuaian menjadi fokus dalam setiap tahap perkembangan individu,
tetapi menjadi fokus utama selama masa remaja. Tugas perkembangan utama
masa remaja adalah menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi di dalam diri
serta menyesuaikan diri dengan perubahan harapan masyarakat terhadap remaja.
Apabila remaja memiliki penyesuaian yang baik, maka remaja akan memperoleh
kepuasaan, motivasi untuk sukses, mandiri, percaya diri serta kesehatan mental
(Shah & Sharma, 2012).
Sekolah memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan penyesuaian
sosial peserta didik. Darling dkk. (2005) mengungkapkan bahwa penyesuaian
sosial di sekolah dapat dikembangkan dengan berpartisipasi dalam kegiatan
ekstrakurikuler. Salah satu jenis kegiatan ekstrakurikuler yang dapat menunjang
penyesuaian sosial peserta didik adalah kegiatan kepramukaan. Berkaitan dengan
ini, Anggadiredja dkk. (2011) mengungkapkan bahwa pembinaan dalam kegiatan
kepramukaan didasarkan pada tugas-tugas perkembangan peserta didik, salah
satunya berkaitan dengan aspek sosial. Sasaran yang ingin dicapai dalam
pengembangan sosial adalah peserta didik mampu bekerjasama dan berinteraksi
dengan orang lain di dalam sebuah kelompok, mematuhi aturan kelompok dan
sanggup menerima konsekuensinya, peduli terhadap orang lain dan
lingkungannya.
Kegiatan kepramukaan diharapkan dapat menjadi solusi untuk menangani
masalah penyesuaian sosial peserta didik SMK. Berkaitan dengan ini SK Kwarnas
Gerakan Pramuka No 203/2009 tentang Anggaran Rumah Tangga Gerakan
Pramuka pasal 8 ayat 1 menyebutkan:
kepramukaan, yang sasaran akhirnya adalah terbentuknya watak kepribadian dan akhlak mulia.
Pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur melalui kegiatan
kepramukaan sangat sesuai dengan tuntutan perilaku yang diharapkan di sekolah.
Hal ini sejalan dengan pendapat Schneiders (1964) mengenai perilaku
penyesuaian sosial yang sesuai dengan tuntutan sekolah, yaitu menghormati dan
menerima otoritas sekolah; menyalurkan minat dan partisipasi dalam fungsi dan
kegiatan sekolah; membina hubungan pertemanan yang sehat dengan teman, guru
dan konselor; keinginan menerima keterbatasan dan tanggung jawab; dan
membantu seokalah dalam mewujudkan tujuan instrinsik dan ekstrinsik.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah-masalah yang
dikaji dalam penelitian adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana gambaran umum keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan di
SMK Negeri Rajapolah tahun ajaran 2012/2013?
2. Bagaimana gambaran umum penyesuaian sosial di sekolah peserta didik
SMK Negeri Rajapolah tahun ajaran 2012/2013?
3. Apakah terdapat hubungan yang positif signifikan antara keterlibatan peserta
didik dalam kepramukaan dengan penyesuaian sosial di sekolah peserta didik
SMK Negeri Rajapolah tahun ajaran 2012/2013?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Memperoleh gambaran umum keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan
di SMK Negeri Rajapolah tahun ajaran 2012/2013.
2. Memperoleh gambaran umum penyesuaian sosial di sekolah peserta didik
SMK Negeri Rajapolah tahun ajaran 2012/2013.
3. Mengetahui signifikasi hubungan antara keterlibatan peserta didik dalam
kepramukaan dengan penyesuain sosial di sekolah peserta didik SMK Negeri
D. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Bagi Pihak Sekolah
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengatur kebijakan
mengenai kegiatan kepramukaan di sekolah dalam membentuk peserta didik
untuk memahami nilai-nilai moral yang berlaku di lingkungan sosialnya, sehingga
dapat mereduksi perilaku maladjusment di sekolah.
2. Bagi Pemina Pramuka
Memberikan masukkan bagi pembina pramuka dalam membina kegiatan
kepramukaan guna meningkatkan penyesuaian sosial peserta didik secara
profesional.
3. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Dapat dijadikan bahan materi bimbingan dan konseling bagi guru
Bimbingan dan Konseling untuk meningkatkan penyesuaian sosial peserta didik
dengan pokok bahasan kerja sama, toleransi, tanggung jawab dan sejenisnya yang
terkandung dalam nilai-nilai kepramukaan.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya apabila akan
mengembangkan penelitian mengenai kegiatan kepramukaan untuk meningkatkan
penyesuaian sosial peserta didik.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi penulisan skripsi terdiri dari lima bab, yaitu Bab I
memaparkan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi
dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur
organisasi; Bab II menyajikan konsep kegiatan kepramukaan dan penyesuaian
sosial; Bab III memaparkan metode penelitian; Bab IV menyajikan hasil
penelitian dan pembahasan; dan Bab V berisi kesimpulan penelitian dan
Hindam, 2013
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan di SMK Negeri Rajapolah yang beralamat di Ciinjuk
No. 1 Sukaraja Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya.
Arikunto (2002:130) menyatakan bahwa keseluruhan subjek penelitian
disebut dengan populasi. Menurut Sugiyono (2011:117) populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian adalah peserta didik SMK
Negeri Rajapolah tahun ajaran 2012/2013 yang secara administratif tercatat
sebagai anggota pramuka sebanyak 41 peserta didik.
Pertimbangan memilih lokasi dan subjek penelitian di SMK Negeri
Rajapolah adalah:
1. Peserta didik SMK berada pada masa remaja. Tugas perkembangan pada
masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian
sosial (Hurlock, 1997: 213).
2. Kegiatan kepramukaan banyak menitikberatkan pada perilaku sosial
(Erwanto, 2011).
3. Berdasarkan studi pendahuluan peserta didik yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler pramuka di SMK Negeri Rajapolah dianggap memiliki
penyesuaian sosial di sekolah yang memadai.
B. Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan
data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono,
2011: 7). Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur
keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan dan penyesuaian sosial di sekolah.
Hindam, 2013
pengolahan statistik yang selanjutnya dideskripsikan untuk mendapatkan
gambaran keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan dan penyesuaian sosial di
sekolah melalu studi korelasional. Studi korelasional dalam penelitian ini
digunakan untuk menggambarkan hubungan keterlibatan peserta didik dalam
kepramukaan dengan penyesuaian sosial di sekolah sesuai dengan hasil yang
diperoleh.
C. Definisi Operasional Variabel
1. Keterlibatan Peserta Didik dalam Kepramukaan
UU RI No 12/2010 tentang Gerakan Pramuka pasal 1 merumuskan
gerakan pramuka sebagai organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk
menyelenggarakan pendidikan kepramukaan, yaitu proses pembentukan
kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan
dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan.
Anggadiredja dkk. (2011) secara garis besar membagi kegiatan
kepramukaan bagi golongan penegak menjadi kegiatan (1) mingguan, yaitu
kegiatan latihan rutin yang meliputi penanaman nilai-nilai dan keterampilan; (2)
kegiatan bulanan/ dua bulanan/ tiga bulanan yang dilaksanakan atas keputusan
dewan penegak dan pembina yang biasanya dilakukan ke luar dari pangkalan
gugus depan misalnya hiking, bakti masyarakat, berkemah dan lain-lain; (3)
Kegiatan latihan gabungan yaitu kegiatan latihan bersama gugus depan lain, (4)
Kegiatan latihan gabungan, kegiatan pramuka di tingkat kwartir cabang, daerah
dan nasional yang diselenggarakan tahunan misalnya kegiatan Kursus Instruktur
Muda (KIM), dan lain-lain; (5) kegiatan insidental yang biasanya muncul karena
gerakan pramuka mengikuti kegiatan lembaga pemerintah atau lembaga
non-pemerintah lainnya; dan (6) kegiatan pengembangan minat yang dibagi menjadi
delapan satuan karya (saka).
Kegiatan peserta didik dalam kepramukaan menuntut keterlibatan dalam
kegiatan-kegiatan kepramukaan (Ray, 2012). Berkaitan dengan ini, Zulkarnaen
Hindam, 2013
ditandai dengan kehadiran, adanya tujuan yang ingin dicapai, memberikan
gagasan, tanggung jawab dan manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut.
Secara operasional, keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan pada
penelitian ini adalah kegiatan peserta didik SMK Negeri Rajapolah tahun ajaran
2012/2013 dalam kepramukaan yang meliputi kegiatan latihan rutin, kegiatan
lintas alam, kegiatan berkemah, kegiatan bakti sosial, kegiatan saka wirakartika,
dan kegiatan rapat-rapat kepramukaan yang diukur melalui:
1. Kehadiran.
2. Tujuan yang ingin dicapai.
3. Memberikan gagasan.
4. Tanggung jawab.
5. Manfaat yang diperoleh.
2. Penyesuaian Sosial di Sekolah
Schneiders (1964: 454) telah menyusun tuntutan lingkungan atau perilaku
yang diharapkan dan berkaitan dengan realitas, situasi, dan relasi sosial di sekolah
sebagai berikut:
Respect for and acceptance of duly constituted authority, interest and participation in school functions and activities, wholsome friendly relations with classmates, teachers, and counselors, willing acceptance of limitations and responsibilities, and helping the school to realize both intrinsic and extrinsic objective
Berdasarkan pendapat Schneiders, penyesuaian sosial di sekolah meliputi
menghormati dan menerima otoritas sekolah, minat dan partisipasi dalam fungsi
dan kegiatan sekolah, membina hubungan pertemanan yang sehat dengan teman,
guru dan konselor, keinginan menerima keterbatasan dan tanggung jawab, dan
membantu seokalah dalam mewujudkan tujuan instrinsik dan ekstrinsik.
Pada tataran operasional, penyesuaian sosial di sekolah dalam penelitian
ini adalah kemampuan peserta didik SMK Negeri Rajapolah Tahun Ajaran
Hindam, 2013
1. Menghormati dan menerima otoritas sekolah, ditandai dengan: (a) memiliki
kesadaran akan pentingnya peraturan di sekolah, dan (b) menaati peraturan
yang berlaku di sekolah.
2. Minat dan partisipasi dalam kegiatan dan fungsi sekolah, ditandai dengan: (a)
terlibat secara sukarela dalam kegiatan kurikuler, (b) terlibat secara sukarela
dalam kegiatan ekstrakurikuler.
3. Membina hubungan pertemanan yang sehat dengan teman dan guru/staf
sekolah ditandai dengan: (a) keakraban dengan teman, dan (b) keakraban
dengan guru/staf sekolah.
4. Menerima keterbatasan dan tanggung jawab, ditandai dengan: (a) menerima
kekurangan diri secara realistis, dan (b) menerima resiko atas perbuatan yang
dilakukan
5. Membantu sekolah dalam mewujudkan tujuan instrinsik dan ekstrinsik,
ditandai dengan: (a) keinginan berprestasi untuk sekolah, dan (b) keinginan
untuk memajukan sekolah dimasyarakat.
D. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2011: 199) pada prinsipnya meneliti adalah mengukur,
maka untuk melakukan suatu penelitian diperlukan alat ukur yang baik.Alat ukur
dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner atau angket. Lebih lanjut
Sugiyono mengemukakan kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya.
Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur hubungan antara
keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan dengan penyesuaian sosial di
sekolah. Bentuk angket yang digunakan adalah angket berstruktur dengan bentuk
jawaban tertutup. Angket bentuk ini merupakan angket yang jawabannya telah
Hindam, 2013
setiap pernyataan pada alternatif jawaban yang telah disediakan. Setiap jawaban
diberi skor sesuai dengan bobot yang telah ditetapkan.
Skala yang digunakan dalam angket ini adalah skala likert. Sugiyono
(2011: 134) menyatakan skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Fenomena sosial dalam penelitian ini telah ditetapkan sebagai variabel penelitian.
Lebih lanjut Sugiyono (2011: 134) mengemukakan dengan skala likert, variabel
yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator
tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang
dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Berikut rentang skala likert yang
digunakan dalam penelitian ini.
Kisi-kisi instrumen keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan
dikembangkan berdasarkan definisi operasional variabel yang merujuk pada UU
RI No 12/2010 tentang Gerakan Pramuka. Berikut ini disajikan kisi-kisi instrumen
keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan sebelum uji coba.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Keterlibatan Peserta Didik dalam Kepramukaan (Sebelum Uji Coba)
Aspek Indikator Item Pernyataan ∑
(+) (-)
Kehadiran Mengikuti setiap kegiatan
Hindam, 2013
Aspek Indikator Item Pernyataan ∑
(+) (-)
menyampaikan pendapat 28,29,30 3
Tanggung
Adapun kisi-kisi instrumen penyesuaian sosial di sekolah dikembangkan
berdasarkan definisi operasional variabel yang merujuk pada konsep Schneiders
(1964: 454). Berikut ini disajikan kisi-kisi instrumen penyesuian sosial di sekolah
sebelum uji coba.
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Penyesuaian Sosial di Sekolah (Sebelum Uji Coba)
Hindam, 2013
kegiatan ekstrakurikuler 16,17,18 19,20 5
Membina hubungan
pertemanan yang sehat
Keakraban dengan teman 21,22,23,
24,25,26 6
perbuatan yang dilakukan 37,38,39 40,41 5 Membantu sekolah
sekolah dimasyarakat 45,46,47 3
Total Pernyataan 47
2. Uji Kelayakan Instrumen
Sebelum diujicobakan, instrumen keterlibatan peserta didik dalam
kepramukaan dan penyesuaian sosial di sekolah yang telah disusun terlebih
dahulu ditimbang kelayakannya oleh para pakar. Penimbangan instrumen
dilakukan oleh dua orang pakar bergelar doktor dan satu orang magister dalam
bidang bimbingan dan konseling di Universitas Pendidikan Indonesia.
Penimbangan kelayakan instrument bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan
instrumen dari segi bahasa, konstruk, maupun materi.
Instrumen yang ditimbang oleh para pakar diklasifikasikan ke dalam dua
kategori yaitu memadai dan tidak memadai. Memadai artinya butir instrumen bisa
langsung digunakan, sedangkan tidak memadai berarti butir instrumen tersebut
tidak layak digunakan atau bisa digunakan tetapi harus diperbaiki terlebih dahulu
sesuai dengan hasil penimbangan. Selanjutnya, hasil penimbangan kelayakan
instrumen oleh para ahli bimbingan dan konseling tersebut dijadikan sebagai
Hindam, 2013
Hasil uji kelayakan instrumen keterlibatan peserta didik dalam
kepramukaan menunjukkan dari 46 item pernyataan terdapat 33 item yang
memadai sehingga dapat langsung digunakan untuk pengukuran dan 13 item yang
tidak memadai (item nomor 31 sampai dengan 40, kemudian item nomor 42
sampai dengan 44). Item pernyataan yang tidak memadai kemudian diperbaiki
sebelum digunakan untuk pengukuran.
Adapun hasil uji kelayakan instrumen penyesuaian sosial di sekolah
menunjukkan dari 47 item pernyataan terdapat 39 item yang memadai sehingga
dapat langsung digunakan untuk pengukuran dan 8 item yang tidak memadai
(item nomor 1,2,9,10,23,27,28, dan 36). Item pernyataan yang tidak memadai
kemudian diperbaiki sebelum digunakan untuk pengukuran.
Pernyataan-pernyataan yang termasuk pada kategori tidak memadai
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya kalimat pernyataan samar atau kurang
jelas, isi pernyataan kurang spesifik dan pernyataan yang berulang dan memiliki
makna yang sama.
3. Uji Keterbacaan Instrumen
Uji keterbacaan dilakukan untuk mengetahui tingkat keterbacaan dari tiap
item pernyataan. Uji keterbacaan dilakukan kepada sampel setara yaitu lima orang
peserta didik SMK yang mengikuti ekstrakurikuler pramuka, sehingga setiap item
pernyataan bisa dimengerti dan dijadikan sebagai instrumen untuk mengungkap
keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan dan penyesuaian sosial di SMK
Negeri Rajapolah. Berdasarkan hasil uji keterbacaan, responden dapat memahami
dengan baik seluruh item pernyataan baik dari segi bahasa maupun makna yang
terkandung dalam pernyataan instrumen.
4. Uji Validitas Instrumen
Sugiyono (2011: 267) menyatakan bahwa uji validitas alat pengumpul data
dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian
Hindam, 2013
untuk mengukur validitas item, merupakan data hasil penyebaran instrumen.
Dengan kata lain, penyebaran instrumen dilaksanakan sekaligus untuk menguji
validitas item (built-in). Pengujian validitas instrumen pada penelitian ini
menggunakan uji validitas dari Spearman. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan program SPPS for Windows Versi 20.0. Berikut ini disajikan hasil
uji validitas instrumen keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan.
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Instrumen
Keterlibatan Peserta Didik dalam Kepramukaan
No
Hindam, 2013
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 46 item pernyataan angket
keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan, terdapat 38 item pernyataan yang
valid, dan delapan item pernyataan yang tidak valid.
Adapun pengolahan data hasil uji validitas dengan menggunakan program
SPPS for Windows Versi 20.0. untuk angket penyesuaian sosial di sekolah adalah
sebagai berikut.
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Instrumen Penyesuaian Sosial di Sekolah
No
Hindam, 2013
Hasil uji validitas angket penyesuaian sosial di sekolah menunjukkan
bahwa dari 47 item pernyataan terdapat 34 item yang valid dan 13 item yang tidak
valid. Item yang valid berarti item tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur.
5. Uji Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui keterandalan atau
ketetapan alat ukur. Jika suatu alat ukur memiliki reliabilitas yang baik maka alat
ukur tersebut dapat memberikan skor yang relatif sama pada seorang responden
jika responden mengisi kuesioner itu pada waktu yang berbeda.
Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas instrumen adalah metode
dengan menggunakan rumus Alpha. Menurut Arikunto (2010: 239) untuk uji
reliabilitas yang skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai atau
berbentuk skala dapat menggunakan rumus Alpha sebagai berikut.
Keterangan:
r 11 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir soal ∑Si = Jumlah varians butir St = Varians total
Adapun tolak ukur untuk menentukan koefisien reliabilitas yang
digunakan adalah pedoman interpretasi koefisien korelasi menurut Sugiyono
(2011:257) yang disajikan pada tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6
Interpretasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kriteria reliabilitas
Hindam, 2013
Koefisien Korelasi Kriteria reliabilitas
0,41 r 0,60 Cukup 0,21 r 0,40 Rendah
0,00 r 0,20 Sangat Rendah
Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan bantuan program SPSS for
Windows Versi 20.0. Berdasarkan pengolahan data, diperoleh koefisien reliabilitas
untuk instrumen keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan sebesar 0,945 dan
koefisien reliabilitas untuk instrumen penyesuaian sosial di sekolah sebesar 0,886.
Dengan demikian, koefisien reliabilitas instrumen keterlibatan peserta didik dalam
kepramukaan dan penyesuaian sosial di sekolah berada pada kategori sangat
tinggi, dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data mengenai keterlibatan
peserta didik dalam kepramukaan dan penyesuaian sosial di sekolah.
Setelah melalui serangkaian uji coba sesuai ketentuan yang telah
dikemukakan, maka dalam pengembangan kisi-kisi instrumen mengalami
perubahan. Berikut ini disajikan kisi-kisi instrumen keterlibatan peserta didik
dalam kepramukaan setelah uji validitas.
Tabel 3.7
Kisi-kisi Instrumen Keterlibatan Peserta Didik dalam Kepramukaan Setelah Uji Validitas
Aspek Indikator Item Pernyataan ∑
(+) (-)
menyampaikan pendapat 24,25 2
Hindam, 2013
Aspek Indikator Item Pernyataan ∑
(+) (-)
Menjunjung tinggi harkat dan
martabat gerakan pramuka 35,36 2
Manfaat yang
Adapun kisi-kisi instrumen penyesuaian sosial di sekolah setelah uji
validitas disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 3.8
Kisi-kisi Instrumen Penyesuaian Sosial di Sekolah Setelah Uji Coba
pentingnya peraturan di sekolah 1,2 2 Menaati peraturan yang
kegiatan ekstrakurikuler 11,21 13 3 Membina
hubungan
pertemanan yang sehat
Keakraban dengan teman 14,15,16,
17,18 5
perbuatan yang dilakukan 26,27,28 29 4
Membantu sekolah
Hindam, 2013
Aspek Indikator Nomor Item ∑
(+) (-)
Total Pernyataan 34
F. Pengolahan Data
1. Verifikasi Data
Verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi data yang dianggap layak
untuk diolah. Adapun tahapan verifikasi data yang dilakukan adalah sebagai
berikut.
a. Melakukan pengecekan jumlah angket yang sudah terkumpul sesuai dengan
petunjuk pengisian.
b. Memberikan nomor urut pada setiap angket untuk menghindari kesalahan pada
saat melakukan rekapitulasi data.
c. Merekap data yang diperoleh dari responden sesuai dengan tahapan
penyekoran yang telah ditetapkan.
d. Melakukan perhitungan statistik sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.
2. Pengelompokkan Data
Data-data yang diperoleh dari hasil penyebaran instrumen keterlibatan
peserta didik dalam kepramukaan dan penyesuaian sosial di sekolah
dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
a) Menentukan Skor maksimal ideal yang diperoleh peserta didik dengan
rumus: Skor maksimal ideal = jumlah item pernyataan x skor tertinggi
b) Menentukan Skor minimal ideal yang diperoleh peserta didik dengan
rumus: Skor minimal ideal = jumlah item pernyataan x skor terendah
c) Mencari rentang skor ideal yang diperoleh peserta didik dengan rumus:
Rentang skor = Skor maksimal ideal – skor minimal ideal
d) Mencari interval skor dengan rumus: Interval skor = Rentang skor/ 3
Berdasarkan langkah-langkah di atas, kemudian didapatkan rumusan
kategorisasi skala sebagai berikut.
Tabel 3.9
Hindam, 2013
Kategori Rentang
Tinggi X > Min Ideal + 2.Interval
Sedang Min Ideal + Interval < X ≤ Min Ideal + 2.Interval
Rendah X ≤ Min Ideal +Interval
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas, diperoleh rentang
skor untuk menentukan kategorisasi keterlibatan peserta didik dalam
kepramukaan seperti yang terdapat pada tabel 3.10 berikut ini.
Tabel 3.10
Rumusan Kategori Keterlibatan Peserta Didik dalam Kepramukaan
Kategori Rentang Kualifikasi
Tinggi > 140 Peserta didik pada kategori tinggi berarti peserta didik rajin dan tepat waktu dalam mengikuti setiap kegiatan kepramukaan; memiliki keinginan yang kuat untuk membina watak, kepribadian dan akhlak mulia, membina keterampilan, dan membina
kesehatan; aktif menyampaikan pendapat; memiliki kesadaran yang kuat untuk melaksanakan kode kehormatan, membayar iuran anggora pramuka serta menjunjung tinggi harkat dan martabat gerakan pramuka; memiliki kecakapan umum dan kecakapan khusus pramuka penegak yang sudah optimal
Sedang 89-140 Peserta didik pada kategori sedang berarti peserta didik cukup rajin dan cukup tepat waktu dalam mengikuti setiap kegiatan kepramukaan; memiliki keinginan yang cukup kuat untuk membina watak, kepribadian dan akhlak mulia, membina
Hindam, 2013
Kategori Rentang Kualifikasi
memiliki kecakapan umum dan kecakapan khusus pramuka penegak namun belum optimal
Rendah < 89 Peserta didik pada kategori rendah berarti peserta didik kurang rajin dan kurang tepat waktu dalam mengikuti setiap kegiatan kepramukaan; kurang memiliki keinginan untuk membina watak, kepribadian dan akhlak mulia, membina
keterampilan, dan membina kesehatan; kurang aktif menyampaikan pendapat; kurang memiliki
kesadaran untuk melaksanakan kode kehormatan, membayar iuran anggora pramuka serta menjunjung tinggi harkat dan martabat gerakan pramuka;
kurang memiliki kecakapan umum dan kecakapan khusus pramuka penegak.
Adapun rentang skor untuk menentukan kategorisasi penyesuaian sosial di
sekolah disajikan pada tabel 3.11 berikut ini.
Tabel 3.11
Rumusan Kategori Penyesuaian Sosial di Sekolah
Kategori Rentang Kualifikasi
Tinggi > 124 Peserta didik pada kategori tinggi berarti peserta didik sudah memiliki kesadaran yang kuat akan pentingnya peraturan di sekolah dan terampil dalam menaati peraturan di sekolah; dapat terlibat secara sukarela dalam kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler; terampil menjalin keakraban dengan teman dan
guru/staf sekolah; memiliki sikap yang realistis terhadap kekurangan dan memiliki keberanian menanggung resiko atas perbuatan yang
dilakukan; memiliki keinginan yang kuat untuk berprestasi bagi sekolah dan memajukan sekolah di masyarakat.
Sedang 79 – 124 Peserta didik pada kategori sedang berarti peserta didik sudah memiliki kesadaran yang cukup kuat akan pentingnya peraturan di sekolah dan cukup terampil dalam menaati peraturan di sekolah; dapat terlibat secara sukarela dalam kegiatan kurikuler dan
Hindam, 2013
Kategori Rentang Kualifikasi
guru/staf sekolah; memiliki sikap yang realistis terhadap kekurangan namun belum optimal dan memiliki cukup keberanian menanggung resiko atas perbuatan yang dilakukan; memiliki keinginan yang cukup kuat untuk berprestasi bagi sekolah dan memajukan sekolah
dimasyarakat.
Rendah < 79 Peserta didik pada kategori rendah berarti peserta didik kurang memiliki kesadaran akan pentingnya peraturan di sekolah dan kurang terampil dalam menaati peraturan di sekolah; kurang dapat terlibat secara sukarela dalam kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler; kurang terampil menjalin keakraban dengan teman dan guru/staf sekolah; kurang memiliki sikap yang realistis terhadap kekurangan dan kurang memiliki keberanian menanggung resiko atas perbuatan yang dilakukan; kurang memiliki keinginan untuk berprestasi bagi sekolah dan memajukan sekolah dimasyarakat.
3. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui data dari hasil pengukuran
bersifat homogen atau tidak homogen. Uji homogenitas pada penelitian ini
menggunakan uji varians terbesar dibanding varian terkecil menggunakan tabel F,
dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a) Menghitung varians terbesar dan varians terkecil
Fhitung = Varians terbesar Varians terkecil
b) Bandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel dengan rumus=
dbpembilang = n-1(untuk varians terbesar)
dbpeyebut= n-1 (untuk varians terkecil).
c) Kriteria pengujian:
Jika Fhitung > Ftabel, tidak homogen
Hindam, 2013
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan bantuan software
microsoft excel 2007, diperoleh varians (S2) untk variabel keterlibatan peserta
didik dalam kepramukaan sebesar 451 dan varians (S2) untuk variabel
penyesuaian sosial di sekolah sebesar 155,4. Maka Fhitung = 451/155,4 = 2,9.
Dengan n = 41, maka dbpembilang dan db penyebut = 41-1 = 40. Maka, dengan taraf
signifikasi 0,05 diperoleh Ftabel 1,84. Jadi, Fhitung > Ftabel = 2,9 > 1,84, sehingga
data bersifat tidak homogen.
4. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data dari hasil pengukuran
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan
uji normalitas Liliefors, dengan langkah sebagai berikut.
a) Membakukan nilai X menjadi angka baku Z dengan rumus: _
Z = X-X S
b) Untuk tiap angka baku digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian
dihitung nilai peluang. F (Zi) = P (Z<Zi)
c) Selanjutnya dihitung nilai proporsi Z1,Z2,...Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi. Jika proporsinya dinyatakan oleh S (Zi), maka:
S (Zi) = Banyaknya Z1, Z2, ... Zn yang < Zi n
d) Hitung selisih F (Zi) – S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
e) Ambil harga mutlak yang paling besar. Ambil nilai terbesar sebagai nilai
Lo yang kemudian dibandingkan dengan nilai Ltabel . Apabila Lo < Ltabel,
maka data berdistribusi normal.
Perhitungan uji normalitas menggunakan bantuan software microsoft excel
2007. Adapun hasil perhitungan uji normalitas variabel keterlibatan peserta didik
dalam kepramukaan di peroleh Lhitung sebesar 0,047. Dengan n= 41 dan taraf
signifikasi 0,05, didapat Ltabel sebesar 0,886. Maka Lhitung<Ltabel sehingga data
Hindam, 2013
di sekolah diperoleh Lhitung sebesar 0,096. Dengan n=41 dan taraf signifikasi 0,05,
didapat Ltabel sebesar 0,086. Maka Lhitung<Ltabel sehingga data berdistibusi normal.
5. Uji Linieritas
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui data dari hasil pengukuran
berpolah linier atau tidak. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan
menggunakan microsoft Excel 2007, diperoleh data sebagai berikut.
∑ X = 5967 ∑ Y = 5928 ∑ XY = 867654
∑ X2 = 886457 Koefisien b = 0,272
∑ Y2 =863318 k = 33 dan n =41
Uji linieritas regresi untuk variabel Y atas X, mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut.
a) Hitung Jumlah kuadrat regresi (JKReg(a)) dengan rumus: JKReg(a) = (∑Y)2
n
b) Hitung jumlah rumus kuadrat regresi (JKReg(bla)) dengan rumus:
JKReg(bla)= b(∑XY - ∑X.∑Y) n
c) Hitung jumlah kuadrat residu (JKres) dengan rumus: JKres = ∑ Y2 - JKReg(bla) - JKReg(a)
d) Hitung rata-rata jumlah kuadrat regresi (RJKReg(a)) dengan rumus:
RJKReg(a) = JKReg(a)
e) Hitung rata-rata jumlah kuadrat regresi (RJKReg(bla)) dengan rumus:
RJKReg(bla) = JKReg(bla)
f) Hitung rata-rata jumlah kuadrat residu (RJKRes) dengan rumus:
RJKRes = (JKRes) n-2
g) Hitung jumlah kuadrat eror (JKE) dengan rumus:
JKE = ∑k {∑Y2– (∑Y)2 } n
Sebelum menghitung JKE Urutkan data X mulai dari data yang paling kecil sampai data yang paling besar.
Hindam, 2013
JKTC = JKRes– JKE
i) Hitung rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok (RJKTC) dengan rumus:
RJKTC = JKTC k-2
j) Hitung rata-rata jumlah kuadrat eror (RJKE) dengan rumus:
RJKE = JKE n-k
k) Mencari Nilai Fhitung dengan rumus:
Fhitung = RJKTC : RJKE
l) Cari nilai Ftabel menggunakan tabel F dengan rumus:
Ftabel = F(1- ) (db TC, db E)
disajikan dalam tabel 3.12 berikut ini.
Tabel 3.12
Hasil Uji Linieritas Variabel Y atas Variabel X
Sumber
Variasi db JK RJK Fhitung Ftabel
Total 41 - 1,568 3,05
Regresi (a) 1 857102,049 857102,049 Kesimpulan:
Karena Fhitung < Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa regresi X atas Y berpolah linier
Uji korelasi pada penelitian ini bertujuan untuk menjawab hipotesis
Hindam, 2013
berdasarkan uji homogenitas data bersifat tidak homogen (statistik
nonparametrik). Oleh karena itu, uji korelasi menggunakan rumus Spearman Rank
Order Correlation (rho) sebagai berikut.
ρ = 1-
Sumber: Riduwan (2012:135)
Keterangan:
ρ = Nilai Korelasi Spearman
∑d² = Total kuadrat selisih antar ranking n = Jumlah sampel penelitian
Untuk menguji signifikasi koefisien korelasi dilakukan dengan
menghitung lebih dulu t hitung berdasarkan harga rho hitung yang diperoleh,
yakni dengan rumus sebagai berikut.
√
Sumber: Sugiyono (2011: 257)
Selanjutnya, untuk menentukan nilai kontribusi keterlibatan peserta didik
dalam kepramukaan terhadap penyesuaian sosial di sekolah, dilakukan dengan
cara menghitung koefisien determinasi (KD), sebagai berikut.
Hindam, 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Penelitian mengenai hubungan antara keterlibatan peserta didik dalam
kepramukaan dengan penyesuaian sosial di sekolah dengan subjek penelitian
peserta didik SMK Negeri Rajapolah tahun ajaran 2012/2013 yang secara
administratif tercatat sebagai anggota pramuka sebanyak 41 peserta didik
diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Secara umum, gambaran keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan
berada pada kategori tinggi. Artinya peserta didik rajin dan tepat waktu
dalam mengikuti setiap kegiatan kepramukaan; memiliki keinginan yang
kuat untuk membina watak, kepribadian dan akhlak mulia, membina
keterampilan, dan membina kesehatan; aktif menyampaikan pendapat;
memiliki kesadaran yang kuat untuk melaksanakan kode kehormatan,
membayar iuran anggora pramuka serta menjunjung tinggi harkat dan
martabat gerakan pramuka; memiliki kecakapan umum dan kecakapan
khusus pramuka penegak yang sudah optimal.
2. Secara umum, penyesuaian sosial di sekolah berada pada kategori tinggi.
Artinya peserta didik sudah memiliki kesadaran yang kuat akan
pentingnya peraturan di sekolah dan terampil dalam menaati peraturan di
sekolah; dapat terlibat secara sukarela dalam kegiatan kurikuler dan
ekstrakurikuler; terampil menjalin keakraban dengan teman dan guru/staf
sekolah; memiliki sikap yang realistis terhadap kekurangan dan memiliki
keberanian menanggung resiko atas perbuatan yang dilakukan; memiliki
keinginan yang kuat untuk berprestasi bagi sekolah dan memajukan
sekolah dimasyarakat.
3. Terdapat hubungan yang positif signifikan antara keterlibatan peserta
Hindam, 2013
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian, dikemukakan rekomendasi bagi pihak terkait
sebagai berikut.
1. Bagi Pihak Sekolah
Kegiatan kepramukaan cukup diperhitungkan sebagai salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi penyesuaian sosial peserta didik. Oleh karena itu,
pihak sekolah diharapkan dapat memberikan dukungan sistem dalam kegiatan
kepramukaan berupa mengupayakan kegiatan kepramukaan sebagai
ekstrakurikuler wajib di sekolah, dan memfasilitasi pelatihan secara profesional
bagi pembina pramuka.
2. Bagi Pembina Pramuka
Pembinaan dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka merupakan kegiatan
yang penting dan berdamapak besar terhadap hasil pendidikan kepramukaan. Oleh
karena itu, pembina pramuka seyogyanya membina kegiatan pramuka secara
profesional dengan cara meningkatkan kompetensinya sebagai pembina pramuka.
3. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah
a. Keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan memiliki korelasi
yang positif signifikan terhadap penyesuaian sosial di sekolah. Guru
bimbingan dan konseling dapat memanfaatkan kegiatan
kepramukaan sebagai media untuk mengembangkan penyesuaian
sosial peserta didik di sekolah.
b. Guru bimbingan dan konseling dapat merancang program bimbingan
sosial berdasarkan nilai-nilai kepramukaan seperti tolong-menolong,
kerjasama, sopan santun, tanggung jawab dan sejenisnya.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Keterbatasan hasil penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan penulis
dalam mengelola kegiatan penelitian. Oleh karena itu, kepada peneliti selanjutnya
Hindam, 2013
a. Membandingkan gambaran umum penyesuaian sosial di sekolah
bagi anggota pramuka berdasarkan satuan putra dan putri serta tanda
tingkatan (bantara dan laksana).
b. Membandingkan gambaran umum penyesuaian sosial di sekolah
antara peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler pramuka dengan
peserta didik yang tidak mengikuti ekstrakurikuler apapun di
sekolah.
c. Melaksanakan penelitian secara lebih mendalam mengenai kegiatan
kepramukaan sebagai solusi untuk meningkatkan penyesuaian sosial
peserta didik terutama untuk mengembangkan aspek kehadiran,
memberikan gagasan dan manfaat yang diperoleh.
d. Melaksanakan penelitian mengenai kompetensi yang harus dimiliki
pembina pramuka dalam upaya meningkatkan penyesuaian sosial
peserta didik.
e. Melaksanakan penelitian secara lebih mendalam dengan
menggunakan pendekatan dan metode penelitian yang lebih beragam
untuk meneliti keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan sebagai
Hindam, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Adhiambo W.M., Odwar A.J., & Mildred A.A (2011). “The relationship among
School adjusment, Gender and Academic Achievement among Secondary
School Students in Kisumu District Kenya”. Journal of Emerging Trends
in Educational Research and Policy Studies. 2 (6), 493-497.
Anggadiredja, T dkk. (2011). Syarat Kecakapan Umum Penegak. Jakarta: Kwarnas Gerakan Pramuka
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
_________, (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Boestomi, A (1990). Pedoman Kegiatan Kepramukaan. Tasikmalaya: Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Tasikmalaya.
Crick N.R., & Dodge K.A. (1994). “A Review and Reformulation of Social
Information-Processing Mechanisms in Children's Social Adjustment”. Psychological Bulletin 115 (1), 74-101.
Darling N., Caldwell L.L., & Smith R (2005). “Participation in School-Based
Extracurricular Activities and Adolescent Adjustment”. Journal of Leisure Research. 37 (1), 51-76.
Dwiputra, A (2012, 25 September). Pramuka Bisa Cegah Tawuran. Jabar Today [online] Tersedia di: http://jabartoday.com [22 Januari 2013]
Erwanto, P.D (2011). Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Pramuka terhadap Kedisiplinan Peserta didik dan Rasa Menghargai Sesama Teman Orang Tua dan Guru. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FPOK UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Felicia, N (2012, 16 September). Jumlah Kasus Tawuran di Bogor Meningkat 95%. Berita Satu. [online]. Tersedia di: http://www.beritasatu.com [22 Januari 2013]
Gerungan, W. A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Eresco.
Hindam, 2013
Makmun, A.S (2005) Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Karsidi, R. (2005). Sosiologi Pendidikan. Surakarta: LPP UNS & UNS Press.
Maftuh, A. M. (2009). Buku Pegangan Pembina Pramuka. [online]. Tersedia di:
http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_buku-pegangan-pembina-pramuka.pdf. [13 Januari 2013]
Mahoney dkk. (2003). “Promoting Interpersonal Competence and Educational SuccessThrough Extracurricular Activity Participation”. Journal of Educational Psychology. 95 (2), 409-418
Merrell K.W. & Walker H.M (2004). “Deconstructing a Definition: Social Maladjustment Versus Emotional Disturbance and Moving The EBD Field
Forward” Psychology in the Schools. 41(8), 899-910.
NN (2012, 28 November). Dispendik: Kasus Miras SMK 4, Siswa Boleh Lanjutkan Pendidikan Di Sekolah lain. Jember Post. [online]. Tersedia di:
http://jemberpost.com [22 Januari 2013].
Noeroni (2011). Perjalanan Penegak. Pusdiklatcab Tasikmalaya: Tidak diterbitkan
Nurdin (2009). Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Penyesuaian Sosial Siswa di Sekolah. Jurnal Administrasi Pendidikan. 9, 86-108.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
Poerwadarminto, W.J.S. (2002). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ray, Mark (2012). How to Measure a Scout’s Participation for BSA
Requirements. [online]. Tersedia di:
How%20to%20measure%20a%20Scout's%20participation%20for%20BS A%20requirements%20-%20Scouting%20magazine.htm [13 Januari 2013].
Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta.
Hindam, 2013
Setianingsih, E dkk. (2006). “Hubungan Antara Penyesuaian Sosial dan Kemampuan Menyelesaikan Masalah dengan Kecenderungan Perilaku Delinkuen Pada Remaja”. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. 3 (1), 29-35.
Shah, K.J. & Sharma, B. (2012). “A Study on Social Maturity, School
Adjusment, and Academic Achievement among Residential School Girls”.
Journal of Education and Practice. 3 (7), 69-80.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Supriatna, M. (2010). Pendidikan Karakter Melalui Ekstrakurikuler. [online]. Tersedia di: http://fileupi.edu/Direktori/FIP/JUR.PSIKOLOGI PEND DAN BIMBINGAN/1960082919870311- MAMAT SUPRIATNA/25. PENDIDIKAN KARAKTER VIA EKSTRA.pdf [31 Januari 2013]
Surat Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 203 tahun 2009 tentang Anggaran Rumah Tangga Pramuka
Surya, M (2008). Mewujudkan Bimbingan dan Konseling Profesional. (Penyunting: Dedi Herdiana Hafid, Suherman, Mubiar Agustin). Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Syamsuri, A.M (2012). Perbandingan Perilaku Sosial Antara Siswa yang Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga dan Siswa yang Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka. Skripsi pada Jurusan Ilmu Keolahragaan FPOK UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka.
Yusuf, S (2009). Mental Hygiene. Bandung: Maestro
______ (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.