• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PRAKTEK KERJA AMAN TERHADAP PAPARAN BENZENA PADA PEKERJA OPERATOR SPBU DI WILAYAH CIPUTAT TIMUR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN PRAKTEK KERJA AMAN TERHADAP PAPARAN BENZENA PADA PEKERJA OPERATOR SPBU DI WILAYAH CIPUTAT TIMUR SKRIPSI"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

i

GAMBARAN PRAKTEK KERJA AMAN TERHADAP PAPARAN BENZENA PADA PEKERJA OPERATOR SPBU DI WILAYAH

CIPUTAT TIMUR 2017

SKRIPSI

Oleh:

Nizar Fathul Khoir 1112101000017

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1438/2017 M

(2)

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini sudah saya cantumkan sesuai yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 Juni 2017

(3)

ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi

Gambaran Praktek Kerja Aman Terhadap Paparan Benzena Pada Pekerja Operator SPBU Di wilayah Ciputat Timur

2017

Disusun Oleh:

NIZAR FATHUL KHOIR 1112101000017

Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 20 Juli 2017 Mengetahui, Pembimbing I Pembimbing II Dr. Iting Shofwati, S.T, M.KKK NIP. 19760808 200604 2 001 Izzatu Millah, S.K.M, MKKK

(4)

iii

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU K ESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA JAKARTA, 20 Juli 2017 Penguji I Febrianti, SP., M.Si NIP. 19710221 200501 2 004 Penguji II

Siti Rahmah Hidayatullah Lubis, S,KM, M.KKK

Penguji III

(5)

iv

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Skripsi, 20 Juni 2017

Nizar Fathul Khoir, NIM: 1112101000017

Gambaran praktek kerja aman terhadap paparan benzen pada pekerja operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017

( xviii + 103 halaman, 41 tabel, 8 gambar, 5 lampiran) ABSTRAK

Praktek kerja aman adalah prilaku yang dilakukan pekerja dalam bekerja untuk mencegah terpajan zat kimia. Operator SPBU merupakan sektor pekerjaan yang memiliki resiko terpajan benzena yang berasal dari BBM.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional untuk mengetahui gambaran praktek kerja aman yang meliputi pengunaan APD, personal hygiene, faktor lingkungan, lama kerja, jenis kelamin, dan usia. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2016 sampai dengan Juni 2017. Sampel penelitian sebanyak 8 SPBU tepatnya sebanyak 73 orang pekerja.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 11 pekerja (15.1%) pekerja yang bekerja dengan praktek kerja yang baik, sebanyak 2 pekerja (2.7%) pekerja yang bekerja dengan APD yang baik, sebanyak 9 pekerja (12,3%) pekerja yang bekerja dengan personel hygeien yang baik, dan sebanyak 6 pekerja (8.2%) pekerja yang memiliki faktor lingkungan yang baik.

Untuk meningkatkan praktek kerja aman dalam rangka mengurangi pajanan benzena sebaiknya perusahaan membuat SOP tentang APD, perlu pengadaan APD, manajemen perlu membuat poster tentang cara cuci tangan yang baik, dan perlunya pengadaan alat-alat.

Daftar Bancaan : 100 ( 1970-2016)

(6)

v

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Skripsi, 20 Jun e 2017

Nizar Fathul Khoir, NIM: 1112101000017

A description of safe working practices against benzene exposure in gasoline station operators in East Ciputat by 2017

(Xviii + 103 pages, 41 tables, 8 images, 5 attachments)

ABSTRAK

Safe work practices are behaviors that workers do in working to prevent exposure to chemicals. Gas station operators are job sectors that are at risk of being exposed to benzene from BBM.

This research is a quantitative research with cross sectional design to know the description of safe working practices which include the use of PPE, personal hygiene, environmental factors, duration of work, gender, and age. This research was conducted in December 2016 until June 2017. The sample of research is 8 SPBU exactly as many as 73 workers.

The results of the study showed that 11 workers (15.1%) of the workers who work with good practice, as many as 2 workers (2.7%) workers who work with good PPE, as many as 9 workers (12.3%) workers who work with hygeien personnel Good, and as many as 6 workers (8.2%) workers with good environmental factors.

To improve safe work practices in order to reduce benzene exposure should companies make SOPs on PPE, need to supply PPE, management needs to make posters on how to wash hands properly, and the need for equipment procurement.

Banner List : 100 (1970-2016)

(7)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI

Nama : Nizar Fathul Khoir

Tempat/Tanggal Lahir : Lampung, 18 Mei 1993

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamt : Wisma Sakinah Jl. SD inpres kelurahan cireundeu Rt 02/ Rw 09 Tangrang Selatan 15419

Telp : 082311018997

Email : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

 1999 – 2000 : TK Ibnu Sina Lampung Timur  2000 – 2006 : MI Miftahul Ulum Lampung Timur  2006 – 2007 : SMP Daer el-Falah Pandeglang  2007 – 2009 : SMP Terpadu Al-hasan Ciamis  2009 – 2012 : MAN 1 Kota Serang

 2012 – Sekarang : Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta

ORGANISASI

(8)

vii

 Anggota Pramuka SMP Daer el-Falah Pandeglang: 2006 – 2007

 Ketua Dewan Pertimbangan Siswa SMP Terpadu Al-hasan Ciamis: 2008 – 2009  Anggota PMR SMP Terpadu Al-hasan Ciamis: 2008

 Anggota Pramuka SMP Terpadu Al-hasan Ciamis: 2008  Anggota Ikatan Remaja Masjid MAN 1 Kota Serang: 2009  Anggota Futsal Kesehatan Masyarakat: 2012 – Sekarang

 Anggota Bidang Olahraga dan Seni Badan Eksekutif Mahasiswa Kesehatan

Masyarakat: Periode 2012-2013 dan Periode 2013 – 2014

 Kepala Bidang Perlengkapan Futsal Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan :

2013 – Sekarang

 Anggota Bidang Public Relations LSO Forum Studi Kesehatan dan Keselamatan

Kerja: Periode 2013 – 2014

 Anggota Bidang Finance LSO Forum Studi Kesehatan dan Keselamatan Kerja:

2014 – 2015

KEPANITIAAN

 Komisi Disiplin Oriantase Peserta Didik (Opak) Mahasiswa Baru Angkatan 2013  Komisi Disiplin LKTM tahun 2013

 Divisi Acara Oriantase Peserta Didik (Opak) Mahasiswa Baru Angkatan 2014  Komisi Disiplin LKTM tahun 2014

 Divisi Perlengkapan IKALKES 2014

(9)

viii

 Seksi Lomba Lomba Kewirausahaan dan Seminar Kewirausahaan Tingkat

Nasional: 2014

 Ketua Kunjungan Industri Pocari Sweat, Yakult, Indocemen, dan ANTAM

Pongkor: 2014

 Divisi Perlengkapan Pelatiahan TRAINING SMK3 Based on OHSAS 18001 &

PP No. 50 Tahun 2012

 Ketua Praktek Belajar Lapangan di Puskesmas Ciater Tangerang Selatan: 2015  Devisi Perlengkapan Seminar Profesi K3 (aku dan ojek online): 2015

 Divisi Perlengkapan Silaturahmi FSK3 UIN Jakarta: 2015

PELATIHAN dan SEMINAR

 Seminar K3 “Gambaran Budaya K3 di Rumah SAKIT tahun 2013

 Seminar Profesi Kesehatan “be smart and healthy with social media networking”: 2013

 Seminar K3 “Budayakan keselamatan berkendara untuk kurangi fatalitas

kecelakaan lalu lintas munuju masyarakat industry yang selamat, sehat, dan Produktif” :2014

 TRAINING SMK3 Based on OHSAS 18001 & PP No. 50 Tahun 2012 : 2014  Seminar 4 Pilar NEGARA: 2014

 Workshop “Safety In The Process Industries”: 2014  Workshop “Ergonomics In The Work Place”: 2014

 Seminar gizi kesehatan masyarakat “are you selective eater ? be careful to obesity !: 2015

(10)

ix

 Seminar kesehatan lingkungan “combat the neglected tropical disease towards a filariasis-free country by 2020” : 2015

 Pelatihan keselamatan kontruksi (lifting crane): 2015  Workshop “Management Of Fire Safety”: 2015

(11)

x

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Alhamdulillah, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis mampu menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Gambaran praktek kerja aman terhadap paparan benzen pada pekerja operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017”. Shalawat beserta salam yang teriring do’a semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa atas izin Allah SWT mengajarkan umatnya untuk terus memperoleh ilmu pengetahuan yang kelak bermanfaat bagi sesamanya.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Di dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Keluarga tercinta, yaitu orang tua dan kakak saya karena atas do’a dan dukungan yang tidak ada hentinya sehingga penulis mampu

(12)

xi

memperoleh dan menjalani pendidikan hingga saat ini di jenjang universitas.

2. Ibu Iting Shofwati, S.T, M.KKK selaku pembimbing satu dan dosen peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang senantiasa memberikan arahan dan motivasi dalam menyusun, pelaksanaan dan penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Izzatu Millah, S.K.M, M.KKK,. selaku pembimbing dua yang senantiasa memberikan masukan, arahan dan semangat kepada saya dalam menyusun dan penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku ketua program studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan para dosen Kesehatan Masyarakat atas semua ilmu yang telah diajarkan.

5. Yaumi khairi azhari dan Agus Dwi Saputra yang telah membantu dalam turun lapangan untuk mencari data primer dan menganaisis data primer.

6. Teman-teman peminatan K3, teman-teman cibeng dan Kesehatan Masyarakat 2012 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

(13)

xii

Demikian yang dapat penulis sampaikan, dengan do’a dan harapan bahwa segala kebaikan yang mereka berikan dapat bermanfaat bagi penulis. Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kelak dapat menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dalam perkembangan ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan bermanfaat bagi seluruh pembacanya. Aamiin. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Juni 2017

(14)

xiii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xxi

DAFTAR ISTILAH ... xxii

BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 6 1.3 Pertanyaan Penelitian ... 7 1.4 Tujuan Penelitian ... 7 1.4.1 Tujuan Umum ... 7 1.4.2 Tujuan Khusus ... 8 1.5 Manfaat Penelitian ... 8 1.6 Ruang Lingkup ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Benzena ... 10

2.1.1 Sumber pejanan benzena ... 11

(15)

xiv

2.1.3 Dampak Pejanan Benzena ... 13

2.1.4 Jalur Pajanan Benzena ... 15

2.1.5 Mekanisme toksisitas benzena dalam tubuh ... 19

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Benzena dalam Tubuh ... 23

2.2.1 Umur. ... 23

2.2.2 Jenis kelamin ... 25

2.2.3 Kebiasaan merokok ... 25

2.2.4 Durasi pejanan ... 27

2.2.5 Praktek Kerja aman dengan Zat Benzena ... 29

2.2.6 Faktor Lingkungan... 38

2.3 Kerangka Teori ... 39

BAB III KERANGKA KONSEP, DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 41

3.1 Kerangka Konsep ... 41

3.2 Definisi Operasional ... 42

BAB IV METODE PENELITIAN ... 45

4.1 Jenis Penelitian ... 45

4.2 Lokasi dan waktu penelitian ... 45

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 45

4.3.1 Populasi ... 45

4.3.2 Sampel ... 45

4.3.3 Teknik Sampling ... 46

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 47

(16)

xv 4.4.2 Instrumen Penelitian ... 47 4.5 Pengolahan Data ... 48 4.5.1 Pemasukan data ... 49 4.5.2 Pengkodean ... 49 4.5.3 Pengeditan data ... 52 4.5.4 Pembersihan data ... 52 4.6 Analisis Data ... 53 BAB V HASIL ... 54

5.1 Gambaran SPBU di Kecamatan Ciputat Timur ... 54

5.2 Karakteristik Individu responden ... 57

5.2.1 Gambaran umur dan lama kerja operator SPBU ... 57

5.2.2 Gambaran jenis kelamin operator SPBU ... 57

5.3 Gambaran Praktek Kerja Aman ... 58

5.3.1 Gambaran penggunaan APD ... 59

5.3.2 Gambaran Personal Hygiene ... 65

5.3.3 Gambaran Faktor Lingkungan di area SPBU ... 85

5.4 Keluhan pekerja operator SPBU ... 93

BAB VI PEMBAHASAN ... 94

6.1 Keterbatasan Penelitian ... 94

6.2 Gambaran Praktek Kerja Aman ... 94

6.2.1 Gambaran pengunaan APD pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur ... 96

(17)

xvi

6.2.2 Gambaran Personal Hygiene pada operator SPBU di wilayah

Ciputat Timur ... 102

6.2.3 Gambaran faktor lingkungan pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur ... 106

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 109

7.1 Kesimpulan ... 109

7.2 Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 112

(18)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sifat Fisik dan Sifat Kimia Benzena... 13 Tabel 2.2 Pengunaan APD untuk Mengurangi Resiko Pajanan Benzen

Berdasarkan Jalur Masuknya ... 34 Tabel 2.3 Personal Hygiene dalam Rangka Mengurangi Resiko Pajanan Benzen Berdasarkan Jalur Masuknya ... 37 Tabel 2.4 Faktor Lingkungan yang dapat Mengurangi Kadar Benzen

Berdasarkan Jalur Masuknya ... 38 Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 42 Tabel 5.1 Gambaran profil SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 55 Tabel 5.2 Karakteristik usia dan lama kerja pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 57 Tabel 5.3 Gambaran jenis kelamin operator SPBU pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 57 Tabel 5.4 Praktek Kerja Aman pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 58 Tabel 5.5 Penggunaan APD pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 59 Tabel 5.6 Alasan tidak menggunakan alat pelindung pernapasan pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 61 Tabel 5.7 Alasan tidak menggunakan APD kacamata pada operator SPBU pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 61 Tabel 5.8 Alasan menggunakan dan tidak menggunakan APD sepatu pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 62 Tabel 5.9 Alasan tidak menggunakan APD sarung tangan pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 63 Tabel 5.10 Alasan menggunakan dan tidak menggunakan pakaian kerja pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 63

(19)

xix

Tabel 5.11 Alasan menggunakan atau tidak menggunakan APD pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 64 Tabel 5.12 Personal hygiene pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 66 Tabel 5.13 Alasan melakukan dan tidak melakukan makan dan minum saat bekerja pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 68 Tabel 5.14 Alasan mencuci tangan dan tidak mencuci tangan saat akan makan dan minum pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 69 Tabel 5.15 Alasan melakukan dan tidak melakukan cuci tangan dengan air mengalir pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 70 Tabel 5.16 Alasan melakukan dan tidak melakukan cuci tangan menggunakan sabun di tempat kerja pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 71 Tabel 5.17 Alasan melakukan dan tidak melakukan cuci tangan sebelum

meninggalkan tempat kerja pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 72 Tabel 5.18 Alasan mencuci muka dan tidak mencuci muka sebelum makan dan minum di tempat kerja pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 73 Tabel 5.19 Alasan melakukan dan tidak melakukan mandi setelah bekerja menggunakan sabun pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 74 Tabel 5.20 alasan mandi dengan shampo setelah bekerja pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 75 Tabel 5.21 Alasan merokok dan tidak merokok dalam kehidupan sehari-hari pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 76 Tabel 5.22 Alasan merokok dan tidak merokok dalam bekerja pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 77

(20)

xx

Tabel 5.23 Alasan mencuci pakaian kerja yang terkena tumpahan pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 78 Tabel 5.24 Alasan mengganti dan tidak mengganti pakaian kerja setiap hari pada operator SPBU di wilayah Ciputat timur tahun 2017 ... 79 Tabel 5.25 Faktor alasan Cuci tangan sebelum makan dan minum pada

operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 80 Tabel 5.26 Alasan yang mendasari operator merokok atau tidak merokok baik dalam keseharian atau dalam pekerjaan pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 82 Tabel 5.27 Alasan yang mendasari menjaga kebersihan badan pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 83 Tabel 5.28 Alasan yang mendasari mencuci atau mengganti pakaian kerja pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 84 Tabel 5.29 faktor lingkungan pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 85 Tabel 5.30 Alasan membersihkan dan tidak membersihkan tumpahan dengan benar pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 87 Tabel 5.31 Alasan membersihkan dan tidak membersihkan tumpahan dengan cepat pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017... 88 Tabel 5.32 Alasan menjaga dan tidak menjaga lingkungan di area SPBU pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur 2017 ... 89 Tabel 5.33 Alasan menjaga wadah tempat penampungan BBM agar tertutup pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 90 Tabel 5.34 Alasan menggunakan air tanah sekitar SPBU untuk minum pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 91 Tabel 5.35 Alasan faktor lingkungan yang baik pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 91 Tabel 5.36 Keluhan yang di alami operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 93

(21)

xxi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1Struktur Benzena ... 10

Gambar 2.2 Kerangka Teori ... 40

Gambar 3.1Kerangka Konsep ... 41

Gambar 5.1 Peta wilayah Ciputat Timur ... 56

Gambar 5.2 Frekuensi pengunaan APD pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 60

Gambar 5.3 Personal hygiene pada pekerja operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ... 67

Gambar 5.4 faktor lingkungan secara meyeluruh pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur 2017... 86

(22)

xxii

DAFTAR ISTILAH

APD : Alat Pelindung Diri Hb : Hemoglobin

PAHs : Polycyclic Aromatic Hydrocarbon SPBU : Stasiun Pengisian Bahan Bakar TPH : Total petroleum hydrocarbon

(23)

1 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Benzena adalah senyawa hidrokarbon aromatik yang dapat ditemukan di udara, air, tanah. Salah satu kegiatan yang beresiko terpajan benzena adalah industri BBM, dengan produk utama yang disalurkan berupa premium, pertamax, pertamax plus, kerosene dan solar. Dari produk‐produk tersebut untuk produk kelompok Gasoline (premium, pertamax dan pertamax plus) mempunyai kadar benzena sekitar 1% ‐ 5% berat ( WHO 2000).Menurut Agency for Toxic Substances and Diesease Register (ATSDR, 2007), bahan kimia berbahaya dan beracun yang terdapat di dalam kandungan minyak yaitu benzene, toluene, xylene, ethylene, Total Petroleum Hydrocarbon (TPH), dan Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAHs) (WHO 1996).

Karyawan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) khususnya operator pengisian BBM merupakan salah satu populasi pekerja yang memiliki tingkat resiko pajanan benzena yang tinggi (Pudyoko, 2010). Pajanan singkat dengan konsentrasi yang tinggi dapat terjadi saat pengisian BBM kendaraan (WHO - Europe, 2000). terutama melalui jalur inhalasi dalam waktu pajanan yang terus-menerus (Pudyoko, 2010).

Jalur paparan benzena dapat melalui kulit, saluran pencernaan, dan saluran pernapasan. Inhalasi dan kulit menjadi jalur paparan utama di

(24)

2

lingkungan dan tempat kerja (Putri, 2011). Jalur absorpsi lain yang tidak kalah penting adalah jalur dermal yaitu penyerapan senyawa benzena melalui kulit. Absorbsi melalui kulit terjadi bila ada kontak langsung dengan kulit dan benzena akan terserap melalui jaringan lemak kulit karena sifatnya yang lipolik (WHO, 1996). Benzena dalam bensin merupakan bahan kimia yang dapat menembus kulit dengan lebih mudah daripada bahan kimia lainnya (WHO, 1996). Absorbsi benzena di tubuh dapat melalui pernapasan sebanyak 70 % dari keseluruhan jumlah benzena yang masuk ke dalam tubuh dan melalui mulut benzena akan masuk sebanyak 20-25 %, dan melalui kulit 5 % benzena terserap kedalam tubuh (ASTDR 2015).

Benzena telah lama dikenal sebagai karsinogen dan sebagai penyebab penyakit akibat kerja. Paparan benzena di lingkungan kerja berdampak sangat serius bagi kesehatan. (WHO 1996). Menurut KEPRES RI Nomor 22 Tahun 1993, benzena merupakan penyebab timbulnya penyakit akibat hubungan kerja.

Eksposur dengan dosis tinggi dalam waktu yang singkat dapat menyebabkan gangguan pada sistem syaraf misalnya cepat lelah, mengantuk, pusing, mual sedangkan dalam konsentrasi yang rendah dengan waktu yang panjang dapat menyebabkan gangguan terhadap pembentukan sel-sel darah seperti menurunnya sel darah merah, darah

(25)

3

putih, trombosit, dan sifat karsinogenik menyebabkan kanker darah (leukemia) (Suyono, 1986 dan Brautbar, 1992). Benzena apabila terinhalasi, dapat menyebabkan anemia aplastic dan leukemia. Hasil penelitian yang dilakukan Xing, dkk (2010) di Eropa, Amerika, dan Meksiko telah menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara peningkatan kadar benzena di udara dengan peningkatan kasus kanker dan leukemia penduduk setempat.

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) untuk kawasan Asia Tenggara, Indonesia merupakan negara yang menduduki posisi teratas terkait angka kematian akibat leukemia yang disebabkan oleh bawaan dampak pekerjaan dengan benzena sebesar 9,6/1000 penduduk yang kemudian diikuti oleh Filipina (2,4/1000 penduduk), Thailand (2,3/1000 penduduk), Malaysia (0,9/1000 penduduk), Singapura (0,1/1000 penduduk), dan Brunei Darussalam (0/1000 penduduk) pada tahun 2002 (Azhari 2010).

Hasil penelitian pada 46 pekerja instalasi BBM di Semarang yang diuji kadar benzena pada tubuh, didapatkan bahwa sebagian besar pekerja memiliki ketidaknormal pada sistem hematopoetik seperti 68,03% pekerja jumlah netrofil yang dimiliki tidaknormalan, adanya ketidaknormalan jumlah limfosit pada 45,65% pekerja, 73,91% pekerja mengalami ketidaknormalan pada monositnya, 34,78% pekerja laju endapan darah

(26)

4

dalam 1 jam dan 52,17% laju endapan darah dua jam tidak normal. Hal ini menjelaskan bahwa pajanan benzena berpengaruh terhadap kenormalan sistem hematopoietik tubuh (Pudyoko 2010).

Besarnya senyawa benzena yang masuk dalam tubuh yang terabsorsi tidak terlepas dari praktek kerja aman antara lain penggunaan alat perlindung diri, personal hygiene, dan kebersihan lingkungan. Praktik kerja aman saat bekerja merupakan faktor pemicu yang mempengaruhi konsentrasi benzena dalam tubuh pekerja selain faktor lama pajanan, durasi pajanan, dan kebisaan merokok.

APD menjadi faktor pemicu terhadap jumlah pajanan benzena karena APD merupakan salah satu pengendalian personal untuk melindungi dan mengurangi bahaya pajanan benzena saat bekerja (Yuniati 2016). Penggunaan alat perlindungan tidaklah secara sempurna dapat melindungi tubuhnya tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi (Budiono, 2003).

Selain APD, praktek personal hygiene pekerja merupakan salah satu praktek kerja aman yang harus diperhatikan ketika bekerja dengan pajanan benzena. Perilaku higiene perorangan merupakan tindakan untuk segera menghilangkan kontaminan dari bagian tubuh yang terjadi kontak dengannya. Personal higiene antara lain membersihkan bahan kimia yang

(27)

5

mungkin melekat pada tubuh sebelum makan dan sebelum meninggalkan tempat kerja (Scott, 1989).

Kebiasaan cuci tangan merupakan salah satu praktek personal hygiene yang menjadi faktor pemicu tingginya kadar benzena dalam tubuh, (Astrianda 2012 dan Nurzakky M 2012). Kebanyakan kasus dimana suatu zat kimia terjatuh pada kulit, segera dicuci dengan sungguh-sungguh menggunakan sabun dan air adalah suatu tindakan pertama yang paling baik (Putra, 2003).

Jumlah SPBU yang ada di wilayah Ciputat timur berjumlah 9 SPBU, yang tersebar di beberapa Kelurahan Cempaka Putih, Kelurahan Rengas, Kelurahan Ciputat, dan Kelurahan Cirendeu. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada dua SPBU di wilayah kecamatan Ciputat timur, didapati adanya penderita anemia dengan rata-rata Hb pada pekerja operator SPBU memiliki kadar Hb sebesar 10 gr/dl atau sebesar 83% pekerja memiliki Hb yang kurang, kadar Hb yang rendah dicurigai menjadi salah satu faktor akibat paparan benzena. Selain itu para operator juga merasa lemah, letih, lesu, sakit kepala dan pusing dalam satu tahun terakhir dan rata-rata para pekerja operator SPBU tidak menggunakan APD secara lengkap pada saat bekerja. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran praktek kerja aman terhadap paparan benzena pada pekerja operator SPBU di wilayah Ciputat Timur.

(28)

6 1.2 Rumusan Masalah

Tingginya eksposur benzena pada pekerja operator SPBU mengharuskan pekerja operator SPBU bekerja secara aman. Namun, berdasarkan hasil studi pendahuluan sebanyak 6 orang pekerja operator SPBU. Diketahui sebagian besar responden memiliki kadar Hb yang rendah atau sebesar 5 orang dari 6 pekerja (85%) operator memiliki kadar Hb dibawah normal, kadar Hb adalah salah satu indikator yang menunjukan adanya kadar benzena dalam tubuh, selain itu para operator juga merasa lemah, letih,lesu, sakit kepala, dan pusing dalam satu tahun terakhir.

Para pekerja operator SPBU dalam praktek kerja tidak menggunakan cara kerja yang aman berupa tidak menggunakan alat pelindung pernapasan, tidak menggunakan kacamata, dan tidak menggunakan sarung tangan saat bekerja. Jika dilihat dari personal hygiene para pekerja operator masih kurang baik, berupa melakukan kegiatan makan dan minum di saat bekerja, tidak melakukan cuci tangan sebelum makan dan minum, tidak melakukan cuci tangan dengan sabun, setelah bekerja tidak langsung mandi, dan suka mengantuk pakaian kerja bercampur dengan pakaian sehari. Praktek kerja yang kurang aman dapat memperparah absorbsi benzena dalam tubuh pekerja operator SPBU, selain itu para pekerja banyak yang bermukim (mes) di area SPBU sehingga hampir setiap waktu terpapar oleh bahan bakar. Banyak pekerja yang membuat mie dengan menggunakan air keran

(29)

7

SPBU, air tanah yang berada dilingkungan SPBU dikhawatirkan tercemar paparan benzena oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang praktek kerja aman terhadap paparan benzena pada pekerja operator SPBU.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran praktek kerja aman pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017?

2. Bagaimana gambaran dan alasan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017? 3. Bagaimana gambaran dan alasan personal hygiene pada operator SPBU

di wilayah Ciputat Timur tahun 2017?

4. Bagaimana gambaran dan alasan faktor lingkungan pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017?

5. Bagaimana gambaran karakteristik individu (jenis kelamin,lama kerja, dan usia) pekerja operator SPBU di wilayahCiputat Timur tahun 2017?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Berikut adalah tujuan dilakukannya penelitian ini :

1.4.1 Tujuan Umum

Gambaran praktek kerja aman terhadap paparan benzena pada pekerja operator SPBU di wilayah Ciputat Timur 2017

(30)

8 1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran praktek kerja aman pada diri pekerja operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017

2. Diketahuinya gambaran dan alasan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017

3. Diketahuinya gambaran dan alasan personal hygiene pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017

4. Diketahuinya gambaran faktor lingkungan pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017

5. Diketahuinya gambaran karakteristik individu (jenis kelamin, lama kerja, dan usia,) pekerja wanita SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Manfaat bagi perusahaan

Dapat dijadikan sebagai tambahan informasi tentang gambaran praktek kerja aman dan alasan pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017.

(31)

9 2. Manfaat bagi peneliti

Dapat dijadikan sebagai dasar atau acuan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini adalah penelitian dengan desain cross sectional untuk mengetahui gambaran praktek kerja aman yang meliputi penggunaan APD, personal hygiene, faktor lingkungan, dan karakteristik individu (jenis kelamin, lama kerja, dan usia). Penelitian ini dilakukan di 8 SPBU yang berada di wilayah Ciputat Timur dengan jumlah sampel 73 responden dan dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai dengan Juni 2017. Analisis yang dilakukan adalah univariat.

(32)

10 2. BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Benzena

Agency for Toxic Subtances and Disease registry (ATSDR)(2007) menyebutkan bahwa benzena merupakan senyawa hidrokarbonaromatik rantai tertutup tidak jenuh. Benzena mempunyai nama lain Benzol, Cyclohexatrene, Phenyl Hydride, atau coal naphta. Benzena merupakan cairan tidak berwarna dengan bau yang manis. Benzena menguap ke udara sangat cepat dan sedikit larut dalam air. Adapun rumus struktur benzena adalah sebagai berikut,

Gambar 2.1Struktur Benzena

Benzena bersifat lipofilik, sehingga benzena merupakan pelarut yang sangat baik. Benzena memiliki aroma yang menyenangkan dan dapat terdeteksi pada konsentrasi 1,5-4,7 ppm (ATSDR,2006).

(33)

11 2.1.1 Sumber pejanan benzena

Benzena dapat ditemukan di lingkungan sekitar dalam konsentrasi rendah, biasanya benzena muncul dari minyak mentah dalam industri minyak, benzena juga dapat terbentuk akibat proses pembakaran bensin, batubara dan kayu (Ramon, 2007). Sumber paparan lain dapat berasal dari uap atau gas produk-produk yang mengandung benzena, seperti lem, cat, lilin pelapis peralatan rumah tangga dan sabun deterjen (Rendy, 2012).

Di Amerika Serikat sumber paparan benzena setengahnya berasal dari asap rokok. Jumlah asupan rata-rata benzena yang terserap oleh perokok (± 32 batang per hari) adalah sekitar 1,8 mg perhari. Jumlah tersebut 10 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan asupan rata-rata benzena perhari dari orang yang tidak merokok (Rendy, 2012).

Menurut ATSDR (2007) Benzena ditemukan di udara, air, dan tanah. Benzena berasal dari sumber industri dan alam.

a. Sumber Alami

Secara alami benzena juga dapat terbentuk dari peristiwa alam seperti letusan gunung merapi dan kebakaran hutan (Zuliyawan, 2010).

(34)

12

Sumber alami dari benzena, yang meliputi emisi gas dari gunung berapi dan kebakaran hutan, juga berkontribusi terhadap keberadaan benzena dilingkungan. Benzena juga hadir dalam minyak mentah dan bensin dan asap rokok(ATSDR 2007).

b. Sumber Antropogenik

Sumber benzena terutama berasal dari penguapan bensin sebesar 1-5% benzena, selain itu dapat juga berasal dari pembuatan mesin otomobil, rokok, dan asap dari pembakaran. Kadar benzena di udara luar ruangan ada pada kisaran 0,02 - 34 ppb (1 ppb= 1000 kali lebih kecil dari 1 ppm). Orang yang tinggal di perkotaan kemungkinan terpapar benzena dengan kadar yang lebih tinggi karena umumnya di wilayah perkotaan lebih banyak terdapat tempat pembuangan limbah hasil proses industri, pabrik petrokimia, asap kendaraan yang lebih banyak, dan juga stasiun pengisian bahan bakar umum (Ramon, 2007).

2.1.2 Sifat fisika dan kimia

Benzena adalah senyawa hidrokarbon aromatik, dalam suhu ruangan, benzena adalah cairan tidak berwarna, mudah menguap dengan bau aromatik yang khas. Sedikit larut dalam air tetapi sangat mudah larut dengan pelarut organik, benzena akan mengapung di permukaan air. Mendidih pada suhu 80,1°C dan sangat mudah

(35)

13

terbakar serta dapat menyebar ke sumber api. Uapnya sangat mudah meledak, memiliki titik leleh 5,5°C dan spontan terbakar pada suhu 498°C(ATSDR, 2007). Adapun sifat fisik dan kimia dari benzena dapat dilihat di tabel

Tabel 2.1

Sifat Fisik dan Sifat Kimia Benzena

No Sifat Fisik dan Kimia Informasi

1 Rumus kimia C6H6

2 Berat molekul 78, 11 gr/mol

3 Titik nyala -11,1°C

4 Titik leleh 5,5°C

5 Titik didih 80,1°C

6 Berat jenis suhu 15°C 0,8787 gr/L

7 Kelarutan dalam air pada 25°C 0,188% (w/w) atau 1.8 gr/L 8 Kelarutan dalam pelarut Alkohol, Kloroform, eter, karbon

sulfide,

aseton, minyak, karbon tetraklorida, asam

asetat glacial Sumber : MSDS Benzena, USA.

2.1.3 Dampak Pejanan Benzena

Benzena dilepaskan ke udara dari berbagai sumber termasuk knalpot mobil, bensin, asap dari tembakau dan kebakaran hutan dan dari industri. Hal ini sangat bebas dalam tanah dan larut (dapat larut) dalam air. Orang yang merokok terkena sekitar 10 kali lebih benzena per-tahun dari rata-rata non-perokok. Efek pada kesehatan manusia

(36)

14

tergantung pada konsentrasi benzena dan tingkat eksposur (SA Health, 2008).

a. Dampak akut

Individu yang tidak sengaja menelan atau menghirup benzena untuk jangka waktu singkat cenderung tidak mengalami risiko kesehatan. Namun demikian, efek samping tertentu masih terjadi dan meliputi peningkatan denyut jantung, sesak napas, sakit kepala, pingsan, dan kerusakan sistem saraf. (SA Health, 2008).

Adapun efek akut dari paparan benzena menurut WHO (2010) adalah dapat menyebabkan narkosis: sakit kepala, pusing, mengantuk, kebingungan, tremor dan kehilangan kesadaran, dan pada pengguna alkohol dapat meningkatkan efek toksik. Benzena juga merupakan iritan yang dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit.

b. Dampak kronis

Depresi sumsum tulang dengan efek lambat, pada beberapa kasus, sampai beberapa tahun. Gejala dan tanda yang pertama sangat samar, namun kemudian kelelahan dan pendarahan spontan yang akan mengakibatkan anemia, selain itu terjadi penurunan jumlah berbagai sel darah di sirkulasi darah

(37)

15

dan berkurangnya keeping trombosit dalam darah. Anemia aplastik, leukemia mieloblastik akut daneritroleukimia akut merupakan efek yang paling ditakutkan pada pemajan kronik.

Efek kronis dari paparan benzena adalah menyebabkan kanker pada manusia. Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) telah mengklasifikasikan benzena sebagai karsinogenik pada manusia (Kelompok 1). EPA memperkirakan bahwa pajanan benzena seumur hidup pada konsentrasi 4ppb di udara akan menghasilkan 1 tambahan kasus leukemia dalam 10.000 orang yang terpajan. EPA juga memperkirakan bahwa pajanan benzena seumur hidup pada konsentrasi 100 ppb dalam air minum akan menambah 1 kasus kanker tambahan dalam 10.000 orang yang terpajan (ATSDR, 2006).

2.1.4 Jalur Pajanan Benzena

Jalur pajanan menunjukkan perbedaan jalan masuk bahan/materi ke dalam tubuh, dapat melalui kulit, saluran pencernaan dan saluran pernapasan (IPCS, 2000).

a. Inhalasi

Inhalasi adalah jalur pajanan yang dominan. Konsentrasi ambang bau benzena (1,5-5 ppm) umumnya memberikan peringatan yang cukup tentang bahaya akut. Uap benzena lebih berat dari pada

(38)

16

udara dan dapat menyebabkan sesak napas di ruang tertutup, berventilasi buruk atau di dataran rendah. Jalur pajanan inhalasi menyebabkan terjadinya asupan harian sebesar 99% dari seluruh jalur pajanan. Laporan kasus pada pajanan inhalasi akut telah ada sejak awal tahun 1900. Kejadian kematian tiba-tiba terjadi setelah beberapa jam pajanan. Tidak diketahui berapa konsentrasi benzena yang ditemukan pada korban. Namun diperkirakan bahwa pajanan sebesar 20.000 ppm selama 5-10 menit akan mengakibatkan hal kejadian yang fatal (ATSDR, 2007).

Benzena mudah diabsorpsi melalui pernapasan, ketahanan paru-paru mengabsorpsi benzena mencapai lebih kurang 50% untuk beberapa jam pada paparan di antara 2-100 cm3/m3 (Brautbar, 1992).

b. Ingesti

Kontaminasi benzena dapat masuk melalui minuman dan makanan (WHO, 2010). Benzena dapat terabsorbsi dengan efektif melalui saluran pencernaan dan dapat mengakibatkan intoksikasi akut, walaupun data kuantitatif pada manusia masih kurang (Sungkyoon dkk, 2006). Laporan kasus kematian pada paparan benzena secara ingesti juga telah ada sejak awal tahun 1900-an, namun konsentrasi benzena yang ditemukan pada korban tidak diketahui (Sungkyoon dkk, 2006). Diperkirakan bahwa paparan

(39)

17

benzena sebesar 10 ml adalah dosis yang dapat mematikan bagi manusia (Zuliyawan,2010). Absorpsi benzena yang efektif melalui pencernaan dapat mengakibatkan intoksikasi akut, walaupun data kuantitatif pada manusia masih kurang (WHO,1996). Tidak ada informasi tentang absorpsi oral dari benzena pada larutan encer, diasumsikan bahwa absorpsi oral dari air adalah hampir 100% (Ramon, 2007).

Pudyoko (2011) juga disebutkan bahwa absorbsi benzena melalui saluran pencernaan dapat mengakibatkan efek akut yang membahayakan. Efek akut yang terjadi antara lain:

i. Muntah-muntah yang disebabkan oleh iritasi pada saluran pencernaan.

ii. Kejang, tremor, iritasi, depresi, kehilangan keseimbangan dan koordinasi, pening, sakit kepala, pucat karena benzena bersifat mempengaruhi sistem saraf pusat.

iii. Gangguan pada sistem kardiovaskuler ditandai dengan denyut nadi yang melemah atau sebaliknya denyut nadi yang semakin kencang.

iv. Gangguan pada sistem hematopoietik.

Absorpsi benzena yang efektif melalui pencernaan dapat mengakibatkan intoksikasi akut, walaupun data kuantitatif pada

(40)

18

manusia masih kurang. Walaupun tidak ada informasi tentang absorpsi oral dari benzena pada larutan encer, diasumsikan bahwa absorpsi oral dari air adalah hampir 100% (Ramon, 2007). c. Dermal

Apabila benzena memercikkan pada mata dapat mengakibatkan rasa sakit dan cedera pada kornea. ATSDR (2007) menemukan 3 kasus kematian dari 338 pekerja laki-laki. Kematian ini di sebabnya oleh leukemia, dimana sebelumnya pekerja tersebut biasanya menggunakan cairan BBM untuk membersihkan peralatan dengan tangan terbuka dan bahkan juga untuk mencuci tangan mereka. Berdasarkan penelitian ini vitro yang dilakukan pada kulit manusia, diperkirakan bahwa absorbsi benzena melalui kulit, lebih kecil jika dibandingkan dengan total absorbsi (Ramon, 2007, Pudyoko, 2011).

Diperkirakan dari studi in vitro yang dilakukan pada kulit manusia, bahwa absorpsi gas benzena melalui kulit, lebih kecil dibandingkan dengan total absorbsi, tetapi absorpsi dari gas benzena dapat merupakan rute paparan yang signifikan. Ada penemuan yang menyatakan bahwa kontak melalui kulit merupakan rute utama absorpsi benzena pada pekerja yang terpapar bensin cair (Ramon, 2007).

(41)

19

2.1.5 Mekanisme toksisitas benzena dalam tubuh

Pemantauan biologis pekerja pajanan benzena termasuk pemeriksaan kadar hemoglobin, hitung jenis sel darah lengkap dan sediaan hapusan darah perifer. Kadar fenol urin pada akhir giliran kerja berguna untuk memperkirakan kadar pajanan terhadap benzena bila kadar lingkungan di atas 5 ppm. Untuk pajanan dibawah 5 ppm, trans,trans - muconic acid (t,t-MA) dalam urin merupakan biomarker yang lebih baik (Jeyaratman, 2010).

ATSDR (2007) menjelaskan mekanisme toksisitas benzena dalam tubuh dengan proses absorpsi, distribusi, metabolisme, eliminasi dan ekskresi. Adapun penjelasan dari tahapan prosesnya adalah sebagai berikut

A. Absorpsi

Benzena dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui tiga jalur yaitu inhalasi, ingesti dan absorbsi kulit. Jalur pajanan utama benzena ke dalam tubuh adalah melalui inhalasi dalam bentuk uap lalu akan diabsorbsi melalui paru-paru. Ketika seseorang menghirup benzena maka sekitar 40-50% dari keseluruhan jumlah benzena yang terhirup akan masuk ke dalam saluran pernapasan kemudian masuk ke dalam aliran darah (ATSDR, 2000).

(42)

20

Namun apabila benzena yang terhirup tidak segera dikeluarkan melalui ekspirasi maka benzena akan diabsorbsi ke dalam darah. Benzena akan larut dalam cairan tubuh dalam konsentrasi sangat rendah sehingga akan cepat terakumulasi dalam jaringan lemak karena kelarutannya yang tinggi dalam lemak. Uap benzena mudah diabsorbsi oleh darah dimana sebelumnya diabsorbsi dengan baik oleh jaringan lemak (ATSDR, 2000).

Setengah dari benzena yang terhirup dalam konsentrasi tinggi akan masuk ke dalam saluran pernapasan yang kemudian masuk ke dalam aliran darah (Jorrun dkk, 2008). Hal yang sama akan terjadi jika terpapar benzena melalui makanan dan minuman, sebagian besar akan masuk ke dalam jaringan gastrointestinal, kemudian akan diserap oleh pembuluh darah yang terdapat pada jaringan gastrointestinal (Zuliyawan, 2010; Rendy, 2012). Setelah masuk ke dalam aliran darah, benzena akan beredar ke seluruh tubuh dan disimpan sementara di dalam jaringan lemak dan sumsum tulang (Karen, 1994), kemudian akan dikonversi menjadi metabolik di dalam hati dan sumsum tulang (Martinez, 2006). Setelah kurang lebih 48 jam paparan, sebagian besar hasil metabolisme akan keluar melalui urin (Zuliyawan, 2010).

(43)

21 B. Distribusi

Benzena yang telah masuk ke dalam jaringan darah akan beredar ke seluruh tubuh dan disimpan sementara dalam sumsum tulang dan lemak kemudian akan dikonversi menjadi produk metabolisme di dalam hati dan sumsum tulang. Benzena memiliki sifat lipofilik maka distribusi terbesar benzena adalah dijaringan lemak. Jaringan lemak, sumsum tulang, dan urin mengandung benzena kira-kira 20 lebih banyak dari yang terdapat dalam darah. Kadar benzena dalam otot dan organ 1-3 kali lebih banyak dibandingkan dalam darah. Sel darah merah mengandung benzena dua kali lebih banyak dari dalam plasma (ATSDR, 2000). Sebagian besar hasil metabolisme akan keluar melalui urin dalam waktu 48 jam setelah terpajan.

C. Metabolisme

Metabolisme benzena sebenarnya terjadi di hampir seluruh jaringan, namun tempat penyimpanan metabolik benzena yang utama ialah pada hati. Metabolik yang dihasilkan di hati selanjutnya dibawa ke sumsum tulang. Tiap metabolik fenolik dari benzena (katekol, hidrokuinon, 1,2,4-benzenatriol, dan fenol) dapat mengalami konjugasi sulfonat ataupun glukuronat. Hasil konjugat dari fenol dan hidrokuinon merupakan metabolik yang paling banyak ditemukan di urine. Asam

(44)

trans-22

transmukonat, fenol, katekol, hidrokuinon, dan benzokuinon dapat merangsang enzimsitokrom p-450 pada sistem sel darah manusia. Enzim ini mengkatalisis reaksi metabolisme benzena pada sumsum tulang, karena itu benzena dapat menyebabkan efek toksisitas pada sel darah (hematotoxicity).

D. Eliminasi dan Ekskresi

Benzena yang diserap diekskresikan melalui metabolisme menjadi asam fenol dan muconic diikuti oleh ekskresi derivatif terkonjugasi (sulfat danglucuronides). Enam relawan pria dan wanita terkena benzena 52-62 ppm selama 4 jam, ekskresi pernapasan (jumlah benzena diserap diekskresikan melalui paru-paru) adalah sekitar 17%. Hasil studi dari 23 orang yang menghirup 47-110 ppm benzena selama 2-3 jam menunjukkan bahwa 16,4-41,6% dari benzena 19 ditahan diekskresikan dengan paru-paru dalam hitungan jam 5-7 (ATSDR 2007). Tingkat ekskresi benzena adalah yang terbesar selama satu jam pertama.benzena terutama dieksresikan di dalam urin sebagai metabolik khususnya konjugasi phenol, glucuronic dan sulphuricacid, dan dihembuskan ke udara dalam bentuk yang tidak berubah. Diperkirakan sesudah terpajan benzena di tempat kerja pada tingkat 100 cm3/m3, sejumlah 13,2% fenol, 10,2% quinol, 1,9 % t,t-MA, 1,6% kathekol, dan 0,5%

(45)

1,2,4,-23

benzenatriol dari jumlah yang diabsorbsi, diekskresikan lewat urin sesudah jam kerja (ATSDR 2006).

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Benzena dalam Tubuh

Ketika menginterpretasikan data monitoring biologi, harus dipertimbangkan kontribusi dari variasi individu dalam merespon paparan. Hal ini karena ada perbedaan antar individu dalam hal fungsi penyerapan di paru, komposisi tubuh, efikasi dari organ ekskresi, aktivitas sistem enzim yang berperan dalam metabolisme bahan kimia. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah faktor personal (umur, jenis kelamin, kehamilan, status kesehatan), gaya hidup (merokok, penggunaan obat, kebiasaan makan, dan personal higiene) serta paparan di luar lingkungan kerja (Scott, 1989).

2.2.1 Umur.

Usia atau umur seseorang akan mempengaruhi daya tahan tubuh terhadap paparan zat toksik/bahan kimia. Menurut ILO, tenaga kerja yang berumur kurang dari 18 tahun sebaiknya tidak bekerja di lingkungan yang terpapar benzena, sebab pada umur tersebut ketahanan sumsum tulang terhadap efek toksik benzena masih rendah. Semakin tua umur tenaga kerja maka semakin tinggi risiko keracunan benzena (Mahawati, 2006).

(46)

24

Usia dapat mempengaruhi kadar benzena dalam darah, ini dikaitkan dengan semakin bertambah usia akan menurunkan status kesehatan seseorang. Penurunan status kesehatan dikaitkan dengan penuaan yang menyebabkan penurunan berbagai fungsi organ tubuh termasuk fungsi paru (Boss dan Edwin, 1981). Murray (1986) dan Krumpe dkk (1985) menyebutkan paru-paru manusia mengalami perkembangan pada usia 10-20 tahun, alveolus berkembang maksimal pada usia 10-12 tahun. Setelah itu sistem pernapasan akan mengalami perkembangan sampai pada fungsi yang maksimal, yaitu pada usia 20 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki (Janssens dkk, 1999).

Paru-paru pada orang dengan usia antara 30-40 tahun akan mengalami penurunan fungsi sistem pernapasan. Penurunan ini ditunjukkan dari melambatnya sistem penyaringan udara oleh silia yang terdapat di trakea dan bronkus (Boss dan Edwin, 1981). Melambatnya sistem penyaringan udara mempermudah polutan termasuk benzena untuk masuk melalui sistem pernapasan. Salah satu bagian dari sistem pernapasan yang juga mengalami penurunan fungsi adalah alveolus (Janssens dkk, 1999). Pada usia 20 tahun ke atas alveolus akan membesar hingga usia 50 tahun. Setelah usia 50 tahun serat elastis pada bronkiolus dan alveolus menjadi tidak elastis bahkan akan pecah dan bergulung (Janssens dkk, 1999).

(47)

25 2.2.2 Jenis kelamin

Berkaitan dengan perbedaan gender dalam kerentanan terhadap toksisitas benzena telah diamati pada hewan. Banyak penelitian menunjukkan hasil konsisten bahwa peningkatan metabolisme dan genotoxicity tinggi terhadap jantan dibandingkan pada betina (ATSDR, 2007). Menurut Sato dkk (1975) dibandingkan kinetik eliminasi benzena pada pria dan perempuan sama usia. Laki-laki menunjukkan kinetika eliminasi yang kurang dibanding perempuan. Hal ini dikarenakan lemak dalam perempuan lebih banyak dibanding pada laki-laki.

Efek toksik dari benzena pada laki-laki berbeda dengan perempuan. Perempuan lebih rentan daripada laki-laki karena perbedaan faktor ukuran tubuh (fisiologi), keseimbangan hormonal dan perbedaan metabolisme (Saito dkk, 2006).

2.2.3 Kebiasaan merokok

Menurut Rizkiawati (2012) merokok dapat menyebabkan rusaknya sel silia pada saluran pernapasan yang menyaring zat-zat yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Merokok dapat merusak mekanisme tersebut dan menyebabkan aliran udara terhambat, alveoli rusak dan kapasitas paruparu menurun, merokok dapat mengiritasi sel mukus dan menyebabkan peningkatan mukus.

(48)

26

Mukus yang berkumpul menyebabkan infeksi dan kerusakan pada paru.

Sebagian besar pajanan benzena bersumber dari asap rokok, pembakaran kendaraan bermotor, bengkel, dan emisi dari industri. Di alam jika ada senyawa yang kaya karbon yang mengalami pembakaran secara tidak sempurna akan menghasilkan benzena tetapi dalam jumlah kecil dan biasanya diperoleh dari letusan gunung berapi dan kebakaran hutan. Kejadian alam yang dialami kedua contoh ini juga menghasilkan salah satu komponen yang terkandung pada asap rokok. Kebiasaan merokok di kalangan mekanik sepeda motor dilakukan setiap hari dan sering ditemukan saat jam istirahat berlangsung ( Pudyoko S, 2010).

Rokok merupakan hasil dari pengolahan tembakau yang di bungkus dan dibentuk seperti cerutu. Satu batang rokok yang dibakar, akan mengeluarkan 4000 bahan kimia. Rokok menghasilkan suatu pembakaran yang tidak sempurna yang dapat diendapkan dalam tubuh ketika dihisap. Komponen rokok secara umum dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu komponen partikel atau padat (8 %) dan komponen gas (92%) (Suryo S 2007).

(49)

27

Gas asap rokok terdiri dari karbondioksida, karbon monoksida, hidrogen sianida, oksida dari nitrogen, amoniak, dan senyawa hidrokarbon. Partikel rokok terdiri dari tar, benzana, nikotin, fenol, benzopiren, cadmium, karbozol, indol, dan kresol. Zat-zat tersebut mengiritasi, sangat beracun, dan bersifat karsinogen (Peraturan Pemerintah RI No 109 tahun 2012).

Penelitian dari Amerika Serikat didapatkan hasil dimana asap rokok dianggap sebagai penyumbang setengah dari sumber paparan benzena, karena didapatkan rata-rata jumlah benzena yang terserap oleh pekerja dengan predikat perokok aktif (32 batang per hari) yaitu sekitar 1,8 mg per hari. Hasil itu menunjukkan bahwa rata-rata asupan benzena pada seorang perokok aktif lebih besar 10 kali lipat dibandingkan pekerja yang tidak merokok (Egeghy V 2000). Hasil olah data dengan uji Rank Spearman kebiasaan merokok menunjukan hasil p= 0,000 atau p < 0,05 yang artinya ada hubungan kebiasaan merokok dengan konsentrasi benzena dalam urin pekerja mekanik bengkel ( Yuniati 2016).

2.2.4 Durasi pejanan

Durasi pajanan adalah lamanya seseorang terpajan bahan kimia berbahaya (benzena) di bengkel dalam satuan tahun. Durasi pajanan ditentukan berdasarkan lama kerja dari pekerja bengkel baik

(50)

28

di bengkel ia bekerja sekarang maupun di pekerjaan yang sebelumnya pernah ia tekuni, sehingga pengalaman kerja dari pekerja akan mempengaruhi besar kecilnya pajanan benzena yang diterima pekerja tersebut (Irmayanti H 2013).

Penelitian di Semarang tahun 2010 terhadap paparan benzena dengan durasi sedang dan kronis menunjukkan bahwa rata-rata benzena yang teridentifikasi pada tubuh pekerja diperoleh dari pekerja yang telah bekerja lebih dari 1 tahun, selain itu juga penelitian ini menyatakan hasil dimana benzena dapat menyebabkan penurunan tingkat sirkulasi leukosit pada pekerja yang terpapar benzena kadar rendah (30 ppm) dan menurunkan tingkat sirkulasi sistem antibodi pada pekerja yang terpapar benzena dengan konsentrasi 3-7 ppm sehingga hal ini menunjukkan semakin besar kemungkinan pekerja terpajan benzena berdasarkan durasi pajanan ( Pundyoko S, 2010).

ATSDR (2015) menyebutkan durasi pajanan zat kimia berbahaya yang diperbolehkan pada seorang pekerja adalah 3 tahun dan jika telah melebihi angka yang telah ditetapkan maka harus dilakukan rolling pekerja atau pemberhentian pekerja.

(51)

29

2.2.5 Praktek Kerja aman dengan Zat Benzena

Besarnya senyawa benzena yang masuk melalui kontak dengan kulit tidak terlepas dari praktik saat bekerja. Praktik kerja disini terkait faktor penggunaan alat pelindung diri (APD), faktor lingkungan dan personal higiene yang mempengaruhi banyaknya pajanan benzena didalam tubuh operator SPBU (Maywati 2012).

Salah satu metabolik benzena adalah fenol dalam urin yang jumlahnya tergantung pada proses pemajanan yang secara umum terjadi melalui jalur absorbsi inhalasi uap benzena. Jalur absobsi lain yang tidak kalah penting adalah jalur dermal yaitu penyerapan senyawa benzena melalui kulit. Absorbsi melalui kulit terjadi bila ada kontak langsung dengan kulit dan benzena akan terserap melalui jaringan lemak kulit karena sifatnya yang lipofilik (WHO, 1996).

Besarnya senyawa benzena yang masuk melalui kontak dengan kulit tidak terlepas dari perilaku saat bekerja antara lain menggunakan alat perlindung diri dan perilaku kebersihan pribadi. Penggunaan alat perlindung diri tidaklah secara sempurna dapat melindungi tubuhnya tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi (Budiono dkk., 2003). Sedangkan menurut Kamal, Atif dan Audil Rashid (2014) cara praktek kerja aman membagi menjadi

(52)

30

penggunaan alat pelindung diri (APD), personal hygiene, dan faktor lingkungan.

2.2.5.1. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri (APD) atau sering disebut juga dengan Personal Protective equipment (PPE) adalah peralatan yang digunakan untuk melindungi pengguna terhadap risiko kesehatan ataupun keselamatan yang belum dapat dikendalikan di tempat kerja (Tanwaka, 2008). Alat pelindung diri sebisa mungkin harus nyaman saat digunakan dan memberikan perlindungan secara efektif terhadap bahaya serta tidak mengganggu proses pekerjaan (Ridley 2008).

Alat pelindung diri (APD) untuk pekerja perbengkelan merupakan suatu kewajiban dan merupakan suatu kebutuhan kerja karena APD adalah upaya terakhir ketika usaha rekayasa (engineering), administratif dan cara kerja aman tidak dapat dilakukan secara baik atau sudah dilakukan secara maksimum sehingga bisa tetap melindungi dan mengurangi tingkat kecelakaan kerja ataupun penyakit akibat kerja yang mungkin biasa terjadi. Pada saat bekerja para pekerja sering kontak langsung dengan banyak hazard yang dapat menimbulkan efek kesehatan bagi pekerja. Penggunaan secara disiplin alat

(53)

31

pelindung diri saat bekerja akan mengurangi risiko kesehatan tersebut (Irmayanti 2012).

Alat pelindung diri yang digunakan oleh pekerja untuk mengurangi pajanan benzena di lingkungan kerja seperti masker dan sarung tangan. Menggunakan masker, pajanan benzena dari lingkungan kerja yang masuk melalui saluran pernapasan akan berkurang. Masker akan menyaring udara yang dihirup dan benzena dalam udara akan tersaring meskipun tidak seluruhnya tersaring (WHO, 1977). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Yuniati (2016) menyebutkan bahwa hubungan penggunaan APD dengan konsentrasi benzena dalam urin pekerja mekanik bengkel.

Berdasarkan Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No PER.08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri, bermacam-macam antara lain alat pelindung pernapasan, alat pelindung tangan, alat pelindung kaki, alat pelindung mata, dan alat pelindung muka. Sementara alat pelindung diri (APD) yang cocok untuk pekerja operator SPBU sesuai dengan Tabel 2.2

(54)

32

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No 109 tahun 2012 tentang alat pelindung diri yang biasanya digunakan diarea SPBU adalah

A. Alat pelindung pernapasan

Alat pelindung pernapasan berguna untuk melindungi sistem pernapasan dari pengaruh gas, uap, debu, atau udara yan terkontaminasi di tempat kerja. Alat pelindung pernapasan antara lain:

a. Air-purifyng respirators

Respirator ini berfungsi melindungi pemakainya dari paparan (inhalasi) debu, gas, uap, mist, fumes, asap, dan fog. Alat ini dipakai terutama apabila toksisitas zat kimia yang terpapar dan kadarnya dalam udara tempat kerja rendah. Respirator tipe ini membersihkan udara yang terkontaminasi dengan cara filtrasi, adsorsi, dan absorsi. Macam-macam Air-purifyng respirators:

1) Chemical respirator (catridge respirator dan canister as mask)

Berupa full face mask, half mask, atau mouthpiece respirator. Alat ini mampu membersihkan kontaminan zat kimia di udara dengan cara adsorsi dan absorbsi.

2) Canister gas mask (canister respirator) Cara kerjanya sama seperti chemical respirator tetapi tidak boleh digunakan di tempat kerja dengan kadar toksik tinggi

(55)

33

(immedietly dangerous to life). Alat ini dapat melindungi dari paparan partikel-partikel karena dilengkapi filter.

3) Mechanical filter respirator

Digunakan untuk melindungi dari paparan aerosol zat padat (debu, asap, fume) dan aerosol cair (mist, fog) melalui berbagai proses filtrasi. Efisiensi alat ini ditentukan oleh ukuran aerosol dan jenis filter. Semakin kecil diameter pori-pori filternya semakin besar tahanan (resistence) terhadap aliran udara. Filter dapat dibedakan menurut fungsinya menjadi 3 macam, yaitu:

 dust and mist filters  fume filter

 high efficiency filter

b.Air-supplied respirators/breathing apparatus

Alat ini tidak dilengkapi dengan filter dan absorbent. Alat ini melindngi pemakainya dari paparan zat-zat kimia sangat toksik dan atau bahaya dari kekurangan oksigen (oxygen deficiency).

B. Alat pelindung tangan (sarung tangan).

Alat pelindung tangan atau sarung tangan berfungsi untuk melindungi kulit tangan dari paparan bahan berbahaya, untuk memilih sarung tangan yang tepat perlu dipertimbangkan faktor-faktor dibawah ini.

a. Bentuk bahan berbahaya, apakah berbentuk bahan kimia korosif, benda panas/dingin, dan tajam/kasar

(56)

34

b. Daya tahan terhadap bahan-bahan kimia

c. Kepekaan yang diperlukan dalam melakukan suatu pekerjaan

d. Bagian tangan yang dilindungi.

Menurut bentuknya sarung tangan dapat dibedakan menjadi:

a. Gloves, adalah sarung tangan biasa

b. Gauntlets, adalah sarung tangan yang dilapisi plat logam

c. Mitts, adalah sarung tangan dimana keempat jari pemakai dibungkus menjadi satu kecuali ibu jari (seperti sarung tangan tinju)

C. Alat pelindung kaki

Alat-alat yang digunakan untuk melindungi kaki dari benda-benda jatuh, dan benda ceceran minyak pelumas agar tidak menempel dikulit kaki.

D. Alat pelindung mata dan muka; digunakan untuk melindungi mata ataupun muka dari gas uap.

Tabel 2.2 Pengunaan APD untuk Mengurangi Resiko Pajanan Benzena Berdasarkan Jalur Masuknya

No Jenis Pencegahan Inhalasi Ingesti Dermal Referensi 1 Menggunakan kacamata (Safety googles) X Government of Alberta, 2010 2 Menggunakan masker jenis Air-purifyng respirators X Government of Alberta, 2010

3 safety shoes yang berbahan PVC

X Suncor energy 2015 4 Sarung tangan jenis

chemical resistant

X X Suncor

(57)

35

No Jenis Pencegahan Inhalasi Ingesti Dermal Referensi 5 Menggunakan

peralatan pelindung pakaian yang sesuai

X Government of Alberta, 2010

2.2.5.2. Personal Hygiene

Kebiasaan cuci tangan merupakan bagian dari menjaga kebersihan diri. Kebiasaan mencuci tangan sangat penting dilakukan karena tangan merupakan bagaian dari tubuh yang paling sering berkontak langsung dengan bahan maupun alat yang berbahaya dan yang paling sering digunakan untuk bekerja (SNI 2005). Personal hygiene dapat digambarkan dari kebiasaan cuci tangan, kebiasaan mencuci tangan adalah salah satu bagian dari aktualisasi menjaga kebersihan, keadaan kulit yang kotor dan adanya timbunan subtansi dari bahan-bahan iritan dan elergen menjadi alasan utama dari pentingnya mencuci tangan menggunakan sabun dan air yang mengalir (Maywati, 2012).

Personal higiene antara lain membersihkan bahan kimia yang mungkin melekat pada tubuh sebelum makan dan sebelum meninggalkan tempat kerja (Scott, 1989). Tangan merupakan salah satu anggota tubuh terpenting untuk bekerja, akan tetapi sering mengalami kontak dengan bahan kimia dan kulit adalah salah satu organ tubuh yang sangat berperan penting untuk melindungi dari

(58)

36

sinar matahari, bahan kimia, panas, dingin, trauma fisik, dehidrasi dan mikroorganisme sehingga diperlukan penjagaan terhadap kedua anggota tubuh ini untuk menunjang produktivitas kita dalam bekerja (yuniati 2016). Kebanyakan kasus dimana suatu zat kimia terjatuh pada kulit, segera dicuci dengan sungguh-sungguh menggunakan sabun dan air adalah suatu tindakan pertama yang paling baik (Putra, 2003).

Berdasarkan penelitian Yuniati (2016) hubungan kebiasaan cuci tangan dengan kosentrasi benzena diketahui bahwa pekerja yang memiliki kebiasaan cuci tangan kurang baik dan mengalami keracunan sebanyak 18 pekerja (78,3%) sedangkan pekerja yang memiliki kebiasaan cuci tangan baik dan mengalami keracunan sebanyak 2 pekerja ( 16,7%) mengalami keracunan. Penelitian kajian faktor individu terhadap kadar fenol urin pekerja bagian pengeleman sandal menunjukan ada hubungan signifikan antara hygiene personal dengan kadar fenol urin (Maywati 2012).

Sebagian besar pajanan benzena bersumber dari asap rokok, pembakaran kendaraan bermotor, bengkel, dan emisi dari industri. Di alam jika ada senyawa yang kaya karbon yang mengalami pembakaran secara tidak sempurna akan menghasilkan benzena tetapi dalam jumlah kecil dan biasanya diperoleh dari letusan gunung berapi dan kebakaran hutan. Kejadian alam yang dialami

(59)

37

kedua contoh ini juga menghasilkan salah satu komponen yang terkandung pada asap rokok. Kebiasaaan merokok di kalangan mekanik sepeda motor dilakukan setiap hari dan sering ditemukan saat jam istirahat berlangsung (Pudyoko S, 2010).

Tabel 2.3 Personal Hygiene dalam Rangka Mengurangi Resiko Pajanan Benzena Berdasarkan Jalur Masuknya

No Jenis Pencegahan Inhalasi Ingesti Dermal Referensi 1 Tidak melakukan kegiatan

makan/minum sambil bekerja

X Government

of Alberta, 2010

2 Melakukan cuci tangan sebelum makan saat ditempat kerja

X X Maywati,

2012 3 Melakukan cuci tangan

sebelum meninggalkan tempat kerja

X X Maywati,

2012 4 Melakukan cuci tangan

dengan air yang mengalir

X X Maywati, 2012 5 Melakukan cuci tangan

menggunakan sabun

X X Benzene awareness, 2015 6 Melakukan mandi setelah

bekerja menggunakan shampoo

X Benzene

awareness, 2015 7 Melakukan mandi setelah

bekerja menggunakan sabun

X Benzene

awareness, 2015 8 Mencuci muka sebelum

makan dan minum

X X Government

of Alberta, 2010

(60)

38

No Jenis Pencegahan Inhalasi Ingesti Dermal Referensi yang terkena tumpahan

bahan bakar munyak

awareness, 2015 10 Pengantian pakaian setiap

hari X X Kamal, Atif dan Audil Rashid 2014 2.2.6 Faktor Lingkungan

Kebersihan lingkungan hendaknya tidak terpisahkan dari setiap manusia, lingkungan yang bersih akan memberikan manfaat yang besar kepada manusia dan sebaliknya lingkungan yang kotor akan memberikan masalah yang besar kepada manusia (Government of Alberta, 2010), sementara faktor lingkungan yang cocok digunakan yang cocok untuk pekerjaan di area SPBU sesuai dengan Tabel 2.4

Tabel 2.4 Faktor Lingkungan yang dapat Mengurangi Kadar Benzena berdasarkan Jalur Masuknya

No Jenis Pencegahan Inhalasi Ingesti Dermal Referensi 1 Membersihkan tumpahan

cepat dan benar

X X Kamal, Atif

dan Audil Rashid 2014 2 Menggunakan air tanah

sekitar SPBU untuk minum

X American Petroleum Institute, 2016 3 Menjaga kebersihan lingkungan X X Kamal, Atif dan Audil

(61)

39

No Jenis Pencegahan Inhalasi Ingesti Dermal Referensi Rashid 2014 4 Menjaga wadah selalu

tertutup

X Government

of Alberta, 2010

2.3 Kerangka Teori

Kerangka teori pada penelitian ini berdasarkan pada, ATSDR 2007, IPCS 2000. Menurut Scott (1989) menyebutkan bahwa benzena dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, penggunaan APD, durasi pajanan..

Menurut ATSDR (2007) benzena berasal dari alami seperti letusan gunung dan kebakaran hutan, dan buatan seperti industry dan trasportasi. Sedangkan jalur pajanan benzena berasal dari inhalasi, ingesti, dan dermal (IPCS 2000).

(62)

40

Gambar 2.2 Kerangka Teori Sumber: ATSDR 2007, IPCS 2000, Scott 1989, Maywati 2012

Letusan gunung Kebakaran hutan Udara Makan dan Minuman Industri Inhalasi Ingesti Kadar Benzena dalam tubuh Air Alami Benzenaa Buatan Dermal Trasportsi Kebiasaanmerok ok Jenis kelamin Umur Lama kerja Praktek kerja aman: 1. Pengunaaan APD 2. Persona hygienel Hygiene personal

Gambar

Tabel 2.1 Sifat Fisik dan Sifat Kimia Benzena.................................................
Tabel 5.11 Alasan menggunakan atau tidak menggunakan APD pada operator  SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ....................................................
Tabel 5.23 Alasan mencuci pakaian kerja yang terkena tumpahan pada operator  SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ....................................................
Gambar 2.1Struktur Benzena
+7

Referensi

Dokumen terkait

62 Suci Makrifah, 2023 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN BPJS PADA PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR UPN “Veteran” Jakarta, Fakultas