Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENDEKATAN A CAPPELLA
DALAM PEMBELAJARAN KAWIH
UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA
SMPN 1 KARAWANG TIMUR
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Seni Konsentrasi Pendidikan Seni Musik
Oleh
Yudi Wahyu Widiana 1103293
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI
SEKOLAH PASCASARJANA
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
=========================================================
Pendekatan A Cappella
Dalam Pembelajaran Kawih
untuk Meningkatkan Kreativitas
Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Oleh
Yudi Wahyu Widiana, S.Pd UPI Bandung, 2013
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Seni Sekolah
Pascasarjana
© Yudi Wahyu Widiana 2004 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
ii
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
iii
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
v
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
PERNYATAAN……… i
ABSTRAK……… ii
KATA PENGANTAR……….. iv
DAFTAR ISI……… v
DAFTAR TABEL……… vii
DAFTAR GAMBAR……….. viii
DAFTAR BAGAN………. ix
DAFTAR DIAGRAM……… x
BAB I PENDAHULUAN……….. 1
A. Latar Belakang Penelitian……… 1
B. Indentifikasi dan Perumusan Masalah………. 6
C. Tujuan Penelitian……….. 7
D. Manfaat/Signifikansi Penelitian……….. 7
E. Struktur Organisasi T esis……….. 8
BAB II LANDASAN TEORI……….. 11
A. Berkreasi………..11
B. Pendekatan Pembelajaran………. 13
C. Strategi Pembelajaran……….. 14
D. Prosedur Strategi Ekspositori……….. 23
E. Pembelajaran……… 32
F. Media Penbelajaran……….. 35
G. Kawih……… 36
vi
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
I. Rumpaka……… 43
J. Teknik Vokal Kawih……… 44
K. Lagu Es Lilin……… 46
L. A cappella... 48
M. Membuat Aransemen A Cappella……….. 52
BAB III METODE PENELITIAN……… 71
A. Lokasidan Subjek Penelitian……….. 74
B. Observer……….. 78
C. Prosedur Penelitian……….. 78
D. Instrumen Penelitian……… 87
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………… 89
A. Hasil Penelitian……….……. 89
B. Pembahasan………..………. 91
C. Deskripsi Umum Pembelajaran Kawih dengan Pendekatan A cappella……… 95
D. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan……… 112
E. Evaluasi……… 129
F. Pembahasan Hasil Penelitian………. 136
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. 138
A. Kesimpulan……….. 138
B. Saran………. 138
C. Implikasi……….. 134
DAFTAR PUSTAKA………. xi
1
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Pewarisan seni menjadi isu yang sangat krusial ditengah derasnya arus globalisasi. Hal ini perlu mendapat perhatian penuh seluruh stik holder agar terus diupayakan dan terus berjalan dalam kondisi apapun, dengan harapan seni tradisional tidak tereliminasi oleh kesenian Barat yang terus dikumandangkan hampir di setiap stasion televisi. Sehingga seni tradisional dapat terus dipertahankan sebagai indentitas bangsa.
Boyband dan girlband ditanah air sekarang ini sudah mulai bermunculan layaknya seperti jamur di musim penghujan. Setelah sempat dilanda virus band pop melayu kini giliran demam boyband dan girlband sedang melanda mayoritas pendengar musik di Tanah air terutama kaum remaja, boyband pun tumbuh subur di tengah jenuhnya penikmat musik pop band melayu tanah air.
Fenomena boyband dan girlband di tanah air dipengaruh kuat musik dari negeri Korea dan memberikan dampak yang besar bagi musik di Indonesia. Telah kita ketahui, di Indonesia kini bermunculan boyband dan girlband yang cukup beragam. Setiap hari di televisi pasti selalu muncul nama-nama boyband dan girlband yang baru. Mulai dari SMASH, 7icon, Cherrybelle, Princes dll. Boyband dan girlband ini sangat digandrungi tidak hanya dikalangan remaja SMA, namun juga anak-anak usia SMP dan SD, bahkan usia Taman Kanak-kanak.
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
depan bangsa ini akan kehilangan kultur budayanya, dan menjadi bangsa yang hanya bisa meniru seperti yang dikemukakan Dewantara (1962:329 -330), sbb; „…maka perlulah kita menjaga jangan sampai rakyat kita hanya meniru saja kesenian Barat, lalu kehilangan garis hidup dan menjadi permainan dari gelombang keadaan yang berganti-ganti, kita harus menanam garis kultur kita sendiri, agar mudah dan cepat kita dapat membangun hidup baru yang bersifat
kontinu terusannya hidup kita yang sudah lalu‟.
Kemudian Dewantara menjelaskan bahwa;
jika kita kembali pada dasar kulturil kita, jika kita mempelajari kesenian kita sendiri, bukannya itu berarti kita kembali kepada alam yang sudah lenyap, akan tetapi kita mencari hubungan dengan alam yang sudah lalu itu untuk meneruskan laku yang laras dengan kodrat kita, yaitu laku yang beraliran maju. Jika kita tidak berhubungan lebih dengan
dengan “garis kulturil” kita, boleh jadi kita hanya dapat meniru,
mengkopie atau memola kultur Barat, kejadian mana sudah barang tentu akan dibanggakan oleh bangsa Barat, yang merasa puas dan bangga karena dapat member peradaban kepada kita, akan tetapi yang sebenarnya hanya akan melambatkan dan menyukarkan hidup kita, karena tidak menurut kodrat kita sendiri.
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selain apa yang dikemukakan oleh Dewantara dan Kodaly di atas, hal yang senada juga dikemukakan oleh Campbell (1991:191) bahwa dalam pendekatan tradisional dalam pembelajaran musik, seni dan kesenian rakyat ditularkan dengan cara yang logis sesuai dengan nilai-nilai budaya tertentu dan perilakunya, sbb; “In traditional approaches to learning music, art and folk styles are transmitted in logical ways suited to specific cultural values
and behavior”.
Dari pemikiran Dewantara, Kodaly dan Cambell tersebut di atas, peneliti beranggapan perlu dilakukan penilitian-penelitian yang mengarah pada proses pembelajaran di sekolah dalam upaya penanaman apresiasi terhadap karya musik tradisional, karena pendidikan seni berperan penting dalam perkembangan pertumbuhan jiwa peserta didik untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan, dan kemampuan mengapresiasi agar lebih memahami budaya sebagai tujuan kurikulum. Seperti yang dikemukakan BNSP (2006), sbb:
Keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatannya terhadap kebutuhan perkembangan peserta kegiatan berekspresi/ berkreasi dan berapresiasi
melalui pendekatan “belajar dengan seni”, “belajar melalui seni, “belajar
tentang seni.
Seni tradisional Sunda banyak mengalami kesulitan dalam pewarisan kepada generasi penerusnya, sehingga tidak sedikit seni tradisional terpinggirkan oleh seni modern yang notabene lebih digemari oleh generasi muda. Sedikitnya ruang yang tersedia untuk penyajian bagi seni tradisional, ditambah dengan kalah dalam bersaing dengan seni modern menjadi penyebab lain banyaknya seni tradisional saat ini masuk dalam ambang kepunahan. (Widiana, 2012:307)
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hingga saat ini tidak semua SMP di Kabupaten Karawang yang memiliki guru seni budaya yang berlatar belakang pendidikan seni musik. Kalau pun ada tidak semua guru seni musik itu memiliki kemampuan dalam bidang seni tradisional. Sehingga guru seni kurang mengembangkan strategi pembelajaran seni tradisional Sunda khususnya kawih.
Dari kajian penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Hernadi (2009)
dalam tesis yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VII SMPN Satu Atap Banyusari Dalam Mempelajari Kawih Sunda Melalui Pembelajaran Titi Laras” menginformasikan bahwa pengajaran kawih di Sekolah Menengah Pertama adalah hal yang relative baru, karena krikulum sebelumnya lebih banyak diajarkan mengenai musik Barat.
Kendala kekurangan guru seni ini menjadi tanggungjawab pemerintah untuk terus berupaya memenuhinya. Untuk kendala guru seni musik yang tidak memiliki kemampuan dibidang seni tradisional khususnya kawih, ini menjadi kewajiban setiap guru seni musik untuk terus berupaya belajar dan mengembangkan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesionalnya, seperti yang ditulis dalam peta kompetensi guru seni yang diterbitkan Dirjen PMPTK Depdiknas bekerja sama dengan Fakultas Pendidikan Bahasa dan
Seni tahun 2005 menyebutkan, “memiliki inisiatif pengembangan karier profesional secara mandiri maupun melalui kegiatan profesi” Jadi setiap guru seni musik harus terus menambah pengetahuan dan ketrampilannya, karena hal ini sangat penting untuk mendukung kompetensi profesional yang harus
dimiliki guru seni musik yaitu, “menguasai bidang studi musik secara luas
dan mendalam” (Syukur, dkk. 2005:33)
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kawih sebagai materi pembelajaran karena kawih merupakan karya musik daerah setempat.
Pada struktur kurikulum 2013 yang rencananya akan segera disosialisasikan, beban belajar di SMP untuk kelas VII, VIII, dan IX, adalah 38 jam perminggu, dan dan satu jam pelajarannya adalah 40 menit. Jika kita lihat pendidikan Seni Budaya mendapat porsi 3 jam pelajaran setiap minggunya. Ini merupakan khabar gembira dimana pendidikan seni budaya mendapat penambahan jumlah jam setiap pertemuan menjadi 3 jam pelajaran dari yang sebelumnya hanya 2 jam pelajaran. Penambahan jumlah jam ini memungkinkan guru seni budaya sedikit lebih longgar untuk melaksanakan pembelajaran praktek di kelas.
Pembelajaran kawih dengan pendekatan a cappella juga dapat diterapkan pada kurikulum 2013, karena dalam kompetensi dasar di kelas VII terdapat kompetensi dasar mengapresiasi terhadap keunikan seni daerah, yaitu kompetensi dasar nomor 1.1, kompetensi dasar nomor 2.1, dan kompetensi dasar 3.1, yaitu sbb; 1.1 Mengapresiasi keragaman dan keunikan karya seni daerah sebagai bentuk rasa syukur terhadap anugerah Tuhan dan memiliki rasa bangga terhadap bangsa dan tanah air, 2.1 Menunjukkan sikap apresiatif terhadap keragaman dan keunikan (ciri-ciri yang menjadi daya tarik) gagasan, sutruktur, makna dan teknik karya musik, karya tari, karya rupa dan karya teater sebagai kekayaan budaya bangsa, 3.1 Menunjukkan teknik vokal dan pemainan musik ansambel dan karakteristik lagu daerah. (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2013)
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lagu-lagu kawih sunda saat ini banyak ditulis menggunakan notasi diatonik Barat dalam notasi balok atau notasi angka, sehingga siswa lebih mengenal tonalitas tangganada diatonis baik mayor atau minor, dibanding tonalitas laras tradisional sunda seperti pelog dan madenda. Dengan pendekatan a cappella siswa diberikan pelajaran laras pelog dan madenda dari tangga nada mayor dan minor. Pembelajaran untuk laras madenda dilaksanakan dengan pendekatan dari tangga nada minor, dan pembelajaran laras pelog dengan pendekatan dari tangga nada mayor. Selain itu dengan a cappella memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran kawih di sekolah, karena guru tidak perlu lagi menyiapkan alat musik untuk pengiring, dan siswa dapat diarahkan menjadi lebih kreatif untuk mengeksplorasi bunyi, yaitu menirukan bunyi-bunyian dari alat-alat musik tradisional sunda seperti kendang, saron, kempul, gong, dsb. Bentuk pembelajaran seni tradisional kawih dengan pendekatan a cappella menjadi alternatif pewarisan yang mengedepan kreativitas bagi guru dan menarik minat siswa, dengan landasan tidak merubah orisinalitas seni tradisional tersebut.
Sehingga berdasarkan permasalahan di atas, tujuan dari paparan ini adalah melakukan suatu kegiatan pembelajaran kawih dengan pendekatan a cappella, dan mendeskripsikan hasil usaha tersebut sehingga menjadi model pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam pembelajaran pendidikan seni musik sebagai salah satu model pembelajaran yang menumbuhkan kreatifitas siswa sekaligus upaya melestarikan seni kawih sebagai warisan seni tradisional Sunda, dan menuangkannya dalam paparan yang berjudul, “PENDEKATAN A CAPPELLA DALAM PEMBELAJARAN KAWIH UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA SMP DI
KABUPATEN KARAWANG”
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini direncanakan memfokuskan kepada upaya yang dilakukan dalam proses pembelajaran kawih dengan pendekatan a cappella di SMPN 1 Karawang Timur, Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pembelajaran kawih dengan pendekatan a cappella
1. Bagaimana konsep pembelajaran kawih dengan pendekatan a cappella? 2. Bagaimana strategi pembelajaran kawih dengan pendekatan a cappella? 3. Apakah pembelajaran kawih dengan pendekatan a cappella dapat
meningkatkan kreativitas siswa?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui konsep pembelajaran kawih dengan pendekatan a cappella 2. Mengetahui strategi pembelajaran kawih dengan pendekatan a cappella 3. Mengetahui kreativitas siswa terhadap kawih melalui pembelajaran
kawih dengan pendekatan a cappella?
D. Manfaat/Signifikansi Penelitian
1. Sekolah
a. Dapat digunakan sebagai rujukan pembelajaran kawih
b. Dapat memotivasi guru untuk melaksanakan proses pembelajaran yang kreatif
c. Dapat meningkatkan minat siswa dalam mempelajari seni tradisional khususnya kawih
d. Memperkaya khasanah model pembelajaran
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Dapat dijadikan sebagai pengalaman empiris untuk meningkatkan profesionalisme melalui upaya penelitian yang dilakukan.
b. Dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengevaluasi terhadap pembelajaran yang sudah berlangsung. Juga merupakan upaya pengembangan model serta inovasi pembelajaran kawih.
3. Masyarakat
Memberikan konstribusi terhadap upaya pelestarian seni tradisional kawih melalui pembelajaran di sekolah dengan harapan dapat meningkatkan apresiasi siswa terhadap kesenian tradisional.
E. Struktur Organisasi Tesis
Penelitin ini menggunkan sistematika penulisan, sbb:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Dalam bagian ini berisikan tentang deskripsi situasi objektif tentang pelestarian kesenian tradisional yang hingga kini kesulitan dalam penanaman terhadap generasi muda, serta alasan pemilihan peneliti mengangkat sebuah topik penelitian, serta gejala-gejala yang muncul dilapangan.
B. Indentifikasi dan Rumusan Masalah
Berisi rumusan-rumusan yang akan dicoba diungkapkan dalam penelitian.
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Berisi tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian D. Manfaat Signifikansi Penelitian
Berisi manfaat-manfaat dari penelitian
BAB II Kajian Teori
Berisi teori-teori yang berhubungan dengan penelitian serta kajian penelitian sebelumnya
1. Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai 2. Pertimbangan yang berhubungan denagn bahan atau materi
pembelajaran
3. Pertimbangan dari xudut siswa 4. Pertimbangan-pertimbangan lain D. Prosedur Strategi Ekspositori:
1. Persiapan
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Pernafasan
2. Penempatan suara vokal kawih Sunda (placement) 3. Register
4. Diksi dan Artikulasi
5. Penempatan energy karya vokal tradisi 6. Postur atau sikap badan
7. Rasa musikalitas K. Lagu Es Lilin L. A Cappella
M. Membuat Aransemen A cappella: 1. Pemilihan Lagu
2. Mendengarkan lagu aslinya berulang-ulang 3. Bagaimana cara mendengar lagu
4. Mempelajari lagu
5. Mempelajari dan mendengarkan lagu dari berbagai versi 6. Putuskan dalam sebuah bentuk lagu
7. Mempersiapkan bahan-bahan
BAB III Metode Penelitian
Berisi tentang metode penelitian yang digunakan dalam tesis ini
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V Kesimpulan dan Saran
71
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Rencana penelitian ini direncanakan menggunakan metode Action Research, yang merupakan suatu metode penelitian pada bidang ilmu pendidikan. yangditujukan untuk memecahkan masalah melalui penerapan langsung di kelas atau tempat kerja (Issac, dalam Uno, B. Hamzah 2011:50). Alwasilah, (2011:63) menjelaskan bahwa Action Research merupakan sebuah kegiatan kombinasi antara kajian dan tindakan.
Action Reseach atau biasa disebut juga sebagai Penelitian Tindakan, Mills dalam Mertler (2011:5) mendefinisikan sebagai penelitian sistematis apa saja yang dilaksanakan oleh para gur, penyelenggara pendidikan, guru konseling / penasehat pendidikan, atau lainnya yang menaruh minat dan berkepentingan dalam proses atau lingkungan Proses Belajar Mengangajar (PBM) dengan tujuan mengumpulkan informasi seputar cara kerja sekolah, cara mengajar guru, dan cara belajar siswa mereka.
Penelitian Action Research adalah penelitian yang ditujukan untuk mengembangkan ketrampilan ketrampilan baru, strategi baru atau pendekatan baru untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia kerja atau dunia aktual yang lain (Surya Subrata, dalam Aries, S, Erna Febru 2010:3),
Penelitian ini merupakan langkah-langkah nyata dalam mencari cara yang paling cocok untuk memperbaiki keadaan, lingkungan, dan meningkatkan pemahaman terhadap keadaan dan atau lingkungan tersebut. (Mc. Tagart dalam Aries, S, Erna Febru 2010:3)
Ada empat karakteristik yang dikemukakan Alwasilah, A. Chaedar (2011:64) dalam buku Pokoknya Action Research, yaitu;
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Berorientasi solusi (chage)
3. Kolaboratif dan partisifatif (participation) 4. Bertahap dan Sinambung (cyclical process)
Penelitian ini bersifat partisipatif dan kolaboratif, artinya dilakukan sendiri oleh penulis dan diamati oleh rekan guru seni musik disekolah tempat dilakukannya penelitian atau dengan meminta bantuan seorang konsultan atau pakar dari luar. Action Research merupakanmetode yang andal untuk menjebatani teori dan praktik (dalam pendidikan), karena dengan action research diharapkan dapat menemukan dan mengembangkan teorinya sendiri dan praktiknya sendiri. (Uno, B. Hamzah 2011:51).
Action risearch dipandang sebagai suatu cara untuk memberi ciri bagi seperangkat kegiatan yang direncanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan, yang pada pokoknya action research merupakan suatu cara eklektik yang selanjutnya dituangkan dalam suatu program refleksi yang ditujukann untuk meningkatkan mutu pendidikan (Uno, B. Hamzah 2011:52).
Persfektif yang lain bahwa action research adalah mencoba untuk mengindentifikasi kriteria dari kegiatan-kegiatan dalam penelitian, untuk merumuskan sistem-sistem yang dimaksudkan untuk perbaikan, yaitu hasil yang diantisipasi dari program refleksi (Uno, B. Hamzah 2011:52).
Carr dan Kemmis dalam Uno, B. Hamzah (2011:52) menjelaskan bahwa Action research adalah suatu bentuk penelitian yang dilakukan oleh partisipan untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran;
a. Praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri b. Pengertian mengenai praktik-praktik ini, dan
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggunakan metode action research menginginkan adanya perubahan dari apa yang telah dilakukan dan menginginkan menjadi lebih baik.
Salah satu tangtangan dari metode action research adalah bahwa memperbaiki mutu mengajar adalah hal yang selalu senantiasa dilakukan oleh guru. Sehingga guru harus terus-menerus sadar untuk praktik dikelasnya dan berusaha untuk memperbaiki praktik tersebut.
Action research merupakan bagian dari penumbuhan profesionalisme dan merupakan media evaluasi diri (peneliti) dengan melakukan dua hal penting yaitu; refleksi diri, sehingga semakin memahami apa yang dilakukan selama ini, daproses perubahan demi perbaikan profesional (Alwasilah, 2011:66)
Ada tujuh prinsip yang dikemukakan yang mendasari hampir semua Action Research (Alwasilah, 2011:7), sbb;
1. Kritis reflektif, yakni proses penyadaran diri atas berbagai bias dan persepsi dan persepsi yang ada pada peneliti
2. Kritik dialektik, yakni proses pemahaman interaksi di antara berbagai unsur dari fenomena yang ditelaah.
3. Kolaboratif, yakni gawe bareng berbagai individu dalam kegiatan tertentu, dan masing-masing memberikan konstribusi untuk memahasi situasi yang sedang diamati.
4. Melawan Status quo, yakni praktik yang yang selama ini dianggap biasa-biasa aja digelar untuk dikritik oleh siapapun sehingga praktik ini bisa dicerca dan disarankan untuk dihentikan
5. Menawarkan sejumlah alternatif, yakni memungkinkan adanya sejumlah tafsir dan fenomena tertentu, sehingga tidak ada solusi atau tafsir mutlak
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7. Belajar dari pengalaman atau lesson learned, yakni setiap Action Research harus berakhir dengan pelajaran untuk dijadikan panduan dalam upaya menyelesaikan persoalan serupa.
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1 (gedung SMPN 1 Karawang Timur Tampak belakang Dokumentasi Yudi Wahyu Widiana Maret 2013)
SMP Negeri 1 Karawang Timur berada di wilayah Kelurahan Palumbonsari, Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang. Lokasi sekolah berdampingan dengan SMA Negeri 2 Karawang dan Kantor Kelurahan Palumbonsari berada dipinggir Jalan Raya berdiri tahun 1982 dan pada tahun pelajaran 2012 – 2013 memiliki 38 rombongan belajar atau berjumlah 38 kelas.
Kondisi wilayah sekitar merupakan daerah agraris dan sebagian besar orang tua siswa bermata pencaharian sebagai petani dan pegawai swasta. Siswa-siswa SMP Negeri 1 Karawang Timur berasal dari wilayah sekitar yang meliputi dua Kelurahan dan tiga Desa, antara lain Kelurahan Palumbonsari, Desa Tegalsawah, Kelurahan Plawad, Desa Pasirjengkol
Adapun karakteristik Siswa siswi SMP Negeri 1 Karawang Timur adalah sebagai berikut:
a. Bertempat tinggal mayoritas diperkampungan b. Tingkat Ekonomi Siswa menengah ke bawah. c. Kemampuan orang tua tidak merata.
d. Perhatian orang tua terhadap pendidikan kurang
e. Sarana belajar siswa, buku penunjang dan alat tulis cukup memadai. f. Semangat belajar siswa sedang.
g. Situasi belajar siswa di dalam kelas kurang aktif h. Tingkat kecerdasan relatif sedang
i. Kebersihan dan kerapihan siswa sedang
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan lulusan yang mempunyai daya saing tinggi dan berakhlaq mulia”.Dan memiliki Misi sebagai berikut:
a. Seluruh warga sekolah memiliki disiplin dalam melaksanakan tugasnya.
b. Melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar berstandar nasional dan berazas religius.
c. Mempersiapkan lulusan yang handal, tanggap dan berbudi mulia. d. Pelaksanaan nuansa budaya islami bagi seluruh warga sekolah.
e. Menanamkan sifat percaya diri, tanggap dan mampu mengatasi masalah, serta memiliki keimanan dan ketaqwaan yang kuat.
f. Lingkungan sekolah memperlihatkan sebagai lingkungan pembelajaran.
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.2 (gedung SMPN 1 Karawang Timur Tampak Depan Dokumentasi Yudi Wahyu Widiana Maret 2013)
Profil Sekolah
1 Nama Sekolah = SMPN 1 KARAWANG TIMUR
2 Alamat = Lamaran Palumbonsari
Jalan = Jl. Manunggal VII
Kecamatan = Karawang Timur
Kab/Kota = Karawang
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Provinsi = Jawa Barat 8 Kepemilikan Tanah = Pemerintah
a. Status Tanah = Hak Pakai
b. Luas Tanah = 8507 M²
9 Status Bangunan Milik = Pemerintah
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pada kelas VII 12 didasarkan pada masukan dari guru seni budaya yang mengajar di kelas VII/12, bahwa kelas tersebut merupakan kelas memiliki potensi akademik sedang, kurang aktif dalam pembelajaran praktek seni musik, memiliki respon yang lambat dalam pembelajaran praktek seni musik, kurang antusis dalam pelajaran praktek seni musik, Di kelas tersebut terdepat beberapa siswa laki-laki yang dianggap nakal, serta memiliki beberapa siswa yang kurang percaya diri dalam bernyanyi. memiliki beberapa siswa laki-laki yang biasa gaduh saat pelajaran praktek bernyanyi.
Berdasarkan masukan tersebut maka peneliti memilih VII-12 sebagai subyek penelitian dengan harapan melalui penelitian ini dapat merubah kelas VII-12 menjadi lebih baik dalam menerima atau merespon pembelajaran praktek seni musik, dan memiliki rasa percaya diri.
B.Observer
Observer dipilih adalah guru seni budaya di SMPN 1 Karawang Timuryang peneliti nilai memiliki kualitas guru yang berpengalaman dan memiliki kemampuan dibidang seni budaya.
C. Prosedur Penelitian
1. Studi Pendahuluan
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terhadapimplementasi standar kompetensi ”mengapresiasi karya seni musik” dan
”mengindentifikasi jenis lagu daerah setempat” kompetensi dasar ”menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan lagu daerah setempat” dalam silabus pendidikan seni musik kelas VII semester dua.
2. Observasi Lapangan
Schmuck dalam Mertler (2012:192) menjelaskan bahwa observasi sebagai sarana pengumpulan data kualitatif, meliputi menyaksikan secara cermat dan pencatatan secara sistematis apa saja yang anda lihat dan dengar sedang berlangsung dalam seting tertentu. Observsi bisa sangat bermanfaat dalam situasi-situasi tertentu ketika bentuk-bentuk lain pengumpulan data semata-mata tidak berjalan baik, semisal ketika guru ingin mencermati reaksi nonverbal siswa terhadap sesuatu yang sedangberlangsung di kelas atau ketika siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil agar bisa memahami cara mereka berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan lebih baik.
Observasi lapangan yang direncanakan peneliti adalah datang berkunjung ke lokasi penelitian, dan menemui Kepala sekolah untuk mengutarakan maksud dan tujuan penelitian yanga akan dilakukan, serta menyerahkan surat keterangan dari UPI tentang permohonan ijin untuk penelitian. Selanjutnya peneliti berencana menemui guru bidang studi seni budaya dan observer yaitu berdiskusi untuk menentukan tanggal pelaksanaan PBM. dilanjutkan yaitu wawancara dengan guru seni budaya yang mengajar di kelas VII /12 untuk menggali informasi sekitar karakteristik siswa di kelas VII / 12 dan informasi lainnya yang mendukung penelitian.
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancaraiyang memberikan jawaban atas pertanyan itu Moleong ( 2000 :135).
Satu alternatif bagi pengamatan manusia adalah mengajukan pertanyaan secara langsung. Langkah ini dapat ditempuh dengan beberapa cara. Wawancara merupakan percakapan antara peneliti/guru yang sedang meneliti dengan partisipan di dalam penelitian. Wawancara bisa dilakukan dengan individu atau kelompok, dan sangat dianjurkan menyusun terlebih dahulu panduan wawancara, yang memuat pertanyaan spesifik sekaligus umum sebelum wawancara dilaksanakan, (Mertler 2012:200)
Patton dalam Moleong (2000:135) menjelaskan jenis wawancara informal biasanya pertanyaan yang diajukan sangat tergantung pada pewawancara itu sendiri, jadi bergantung dari spontanitasnya dalam mengajukan pertanyaan kepada yang diwawancarai. Wawancara demikian dilakukan pada latar ilmiah. Hubungan pewawancara dengan yang diwawancarai adalah dalam suasana biasa, wajar, sedangkan pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan yang diwawancarai barangkali tidak mengetahui atau tidak menyadari bahwa dirinya sedang diwawancarai.
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Angket
Survei yang dilakukan dalam bentuk tertulis, yang penelitinya meminta para partisipan untuk menjawab serangkaian pertanyaan atau menanggapi serangkaian pernyataan dan kemudian mengembalikan tanggapan mereka kepada peneliti, secara spesifik dikenal sebagai kuesioner. Kuesioner memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan banyak, sekaligus beragam informasi dengan relarif cepat (Johnson dalam Mertler 2011:215).
Alwasilah (2011:126), mengatakan dalam bukunya yang berjudul Pokoknya action Research, bahwa beliau sering menyarankan para mahasiswa untuk melakukan survey atau angket kecil kepada kelompok responden. Angket atau survey perlu dilakukan untuk menjemput ilham atau insight, karena ciri dari penelitian kualitatif mencari jalan setapak (pathway) menuju discovery, dan pemilihan sampel dalam penelitian kualitatif tidak secara acak (random), tetapi non-acak (non-random, purposive sampling).
Ada tiga jenis kuesioner, yaitu kuesioner terbuka, tertutup dan gabungan dari keduanya. Kuesioner terbuka yaitu tatkala individu memberikan jawaban atau tanggapannya sendiri, kuesioner terutup tatkala individu sebagai responden sekedar memilih jawaban yang sudah tersedia untuknya. Dan gabungan dari keduanya yaitu menggabungkan jawaban yang sudah tersedia dengan jawaban atau tanggapan sendiri dari individu responden.
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Angket atau kuesioner dalam penelitian ini direncanakan merupakn gabungan terbuka dan tertutup yang diberikan kepada siswa kelas VII/12 pada saat observasi lapangan.Tujuan dari angket dalam penelitian ini yaitu inginmenggali informasi dari siswa seputar minat dan pemahaman kawih, serta KBM seni budaya khususnya musik yang sudah dilaksanakan sebelumnya.
Setelah itu langkah berikutnya adalah peneliti melakukan studi literatur untuk menyusun rencana pembelajaran, dan menyiapkan materi pembelajarannya, yang melibatkan dosen pembimbing satu dan dua serta melibatkan guru bidang studi seni musik dan obsever di SMPN 1 Karawang Timur nuntuk memvalidasi RPP dan materi pembelajaran.
Tahap berikutnya adalah tahap tindakan, atau action, yaitu peneliti melaksanakan KBM yang melibatkan observeryang ikut masuk dalam kelas untuk mengamati pelaksanaan KBM.Dan selesai KBM dilaksanakan maka langkah berikutnya peneliti mengumpulkan dan menganalis bukti melalui berdiskusi dengan observer berkenaan pelaksanaan KBM yang baru dilaksanakan.Setelah berdiskusi dengan observer dan mendapatkan catatan-catatan selama pelaksanaan kegiatan KBM yang telah dilaksanakan, maka selanjutnya peneliti melakukan refleksi.Dari hasil refleksi maka peneliti selanjutnya melakukan perubahan-perubahan atau membuat solusi yang diperlukan untuk perbaikan dalam pelaksanaan KBM berikutnya.
Prosedur kerja tersebut diatas action research merujuk pada prosedur yang penelitian tindakan yang dikemukakan Alwasilah (2011:76)yang mengunakanlima langkah dalam setiap siklus yaitu;
1) planning : Kawih dengan pendekatan a cappelladengan strategi Ekspositori 2) acting : Pembelajaran lagu es lilin melalui strategi ekspositori
3) observing : Strategi ekspositori dan kreativitas siswa
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
apakah kreativitas siswa meningkat dari hasil KBM. Serta kelemahan-kelamahan cara mengajar peneliti dalam proses KBM.
5) Change : Perubahan akan dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi
Bagan 3.1 Siklus Penelitian Yang dilaksanakan mengadopsi siklus Alwasilah(2011:76), (dokumen Yudi Wahyu Widiana 2013) c. Pelaksanaan Penelitian dan Pelaporan
Setelah observasi pendahuluan dilaksanakan,dimulai dengan observasi lapangan, dilanjutkan wawancara, kemudian angket, dan dilanjutkan dengan kajian pustak,a maka hasil yang didpat dianalisa kemudian menjadi data-data awal sebagai rujukan
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk menyusun rencana penelitian tindakan atau action research berupa KBM yang direncanakan akan dilaksanakan dalam tiga siklus.
Johnson dalam Mertler (2011:65) mejelaskan bahwa penelitian tindakan itu sistematis, oleh karena itulah, pengumpulan dataharus ditajamkan, sedangkan keputusan tentangberagam elemen rancangan penelitian dan pengumpulan data harus ditetapka sebelum implentasi penelitian aktualnya. Dan harus selalu diingat bahwa data yang hendak dikumpulkan berkaitan langsung dengan pertanyaan penelitian yang memandu studi penelitian tindakan.
Menyusun jadwal observasi pendahuluan, jadwal survey lapangan dll. Dalam bentuk tabel, sbb:
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Reflect and change
SIKLUS 2
4. Revised plan
5. Act and Observe 6. Reflect and change
SIKLUS 3
7. Revised plan 8. Act and observe 9. Reflect and change
10.Penulisan
1. Tindakan (acting)
Dalam Penelitian Tindakan atau action reserch, banyak sekali model yang dikemukakan para penulis dan peneliti. Karena proses ini agak dinamis maka beragam model tersebut juga tampak sedikit berbeda satu sama lain,namun memiliki sejumlah elemen yang sama. Model-model penelitian tindakan berawal dengan sebuah permasalahan atau tema utama. Model-model tersebut meliputi observasi atau mengamati terhadap praktik yang sudah berjalan, diikuti oleh pengumpulan dan sintesis informasi dengan data. Terakhir, tindakan tertentu diambil yaitu perubahan yang diperlukan untuk perbaikan dalam tahapan langkah yang dilaksanakan pada tahapan siklus berikutnya, yang kemudian berfungsi sebagai landasan bagi tahap penelitian tindakan berikutnya. (Mills dalam Mertler 2011:24)
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Bagan 3.1 Siklus Penelitian Tindakan (Alwasilah 2011:76)
Selanjutnya pelaksanaan mengikuti jadwal yang telah disepakati antara peneliti dengan guru mata pelajaran seni budaya juga obesrverdan diketahui kepala sekolah, yaitu PBM dilaksanakan tiga kali pertemuan pada tanggal 15, 22, dan 29 Mei 2013.
2. Pengamatan (observing)
Tahap pengamatan ini adalah sebuah kegiatanmengamati semua kejadian di kelas saat PBM berlangsung, pengamatandilakukan oleh peneliti saat melaksanakan PBM dibantu oleh observer mengamati kondisi siswa di kelas saat PBM berlangsung. Observer mencatat semua yang terekam olehnya dalam bentuk tulisan, semua gejala-gejala siswa dan kejadian yang terjadi didalam kelas selama PBM berlangsung. Observer juga mengamati guru/peneliti saat mengajar dan nantinya akan di diserahkan kepada peneliti sebagai bahan kajian. Dan diskusi antara peneliti dengan observer dan ini selalu dilakukan disetiap akhir PBM.
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pelaksanaan KBM dari yang diencanakan dalam tiga pertemuan, observer mengamati peneliti dalam melaksanakan KBM, serta mengamati respon siswa selama KBM berlangsung, untuk mencari data yang sekiranya dapat menjadi masukan sebagai refleksi untuk perbaikan pada pertemuan KBM berikutnya.
3. Refleksi (Reflecting)
Alawasilah (2011:89) menjelaskan bahwa refleksi adalah proses berfikir ke belakang untuk memaknai pengalaman demi perencanaan di masa depan yang lebih baik. Dalan action reserch refleksi adalah ruh dari perubahan dan inovasi. Dengan katalain, refleksi adalah mesin pengubah cara berfikir atau mindset. Berikut adalah yang dikemukakan Alwasilah (2011:90), untuk melakukan refleksi, yaitu dengan mengamati tindakan apa saja yang telah dilakukan, kemudian bagaimana persepsi semua pemangku peran (stakeholder) terhadap tindakan tersebut, isu-isu apa yang muncul sewaktu tindakan itu dilaksanakan, dan saat tindakan itu dilaksanakan, masukan apa saja yang diterima dari para pemangku peran, mencari data-data hal-hal positif dan negatif dari pelaksanaan tindakan itu, dan terkhir bagaimana peneliti melakukan perubahan.
Tahap akhir dari setiap siklus adalah refleksi. Pada tahap ini, peneliti akan melihat secara keseluruhan, terutama data baru yang diperoleh dalam pelaksanaan PBM yang dicatat oleh observer, dan selanjurnya peneliti berdiskusi dengan observer mana yang menjadi kekurangan, mana yang sudah baik dan perlu di kuatkan, serta mana yang perlu mendapat perhatian untuk peneliti perbaiki untuk perubahan pada pelaksanaan siklus berikutnya.
4. Perubahan (change)
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
observer, yang selanjutnya akan ditulis dalam bentuk perubahan RPP, serta materi pelajaran, pola mengajar dan lain sebagainya yang sekiranya perlu untuk ditambahkan atau dikurangkan yang selajutnya akan digunakan pada siklus berikutnya.
D. Instrumen Penelitian
1. Angket
Angket digunakan untuk mencari data tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan, angket diberikan kepada siswa kelas VII-12 sebanyak dua kali, yang pertama dilakukan sebelum KBM, yaitu untuk mengetahui pengetahuan yang telah dimiliki siswa seputar kawih juga tentang musik pop. Angket yang kedua mencari tahu respon siswa terhadap KBM yang telah dilaksanakan (lampiran nomor 7)
2. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara yang pertama disusun dalam bentuk pertanyaan untuk mencari data seputar pembelajaran kawih kepada beberapa orang guru seni musik yang mengajar di kelas VII. Pedoman wawancara yang kedua dilakukan pada guru seni musik di SMPN 1 Karawang Timur menggunakan pedoman wawancara yang sama yang dilaksanakan pada guru-guru seni musik dalam kegiatan MGMP (lampiran 8)
3. Format observasi siswa
Farmat observasi siswa dibuat untuk diberikan kepada observer saat pelaksaan KBM berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui semua respon siswa, aktifitas siswa, antusias siswa selama KBM.
4. Format observasi PBM untuk guru
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
proses KBM yang dilaksanakan oleh guru. Format observasi guru akan diberikan kepada observer untuk mencatat terhadap kinerja peneliti dalam setiap KBM, untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan serta kelebihan yang ditemukan selama peneliti melaksanakan KBM (lampiran 15)
5. Silabus seni budaya/seni musik kelas VII
Silabus digunakan sebagai acuan dalam merencanakan KBM, dimulai dari memilih standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan dengan kawih, menentutukan tujuan pembelajaran yang dibuat dalam indicator-indikator, menyusun materi pembelajaran, serta sumber pembelajaran, media pembelajaran serta evaluasi. 6. RPP
138
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian tentang pembelajaran kawih dengan pendekatan A cappella dalam meningkatkan kreativitasi siswa SMPN 1 Karawang Timur khususnya di kelas VII-12 terbukti siswa menjadi kreatif. Pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat memberikan bekal kepada siswa tentang kawih dari segi olah vokal serta pengetahuan tentang keunikan-keunikan yang dimiliki dalam titi laras madenda.
Lagu Es Lilin yang djadikan lagu model kawih memiliki keunikan kekhasan tersendiri dari syair yang tidak dimiliki pada lagu-lagu lain. Kekhasan sair lagu Es Lilin yang merupakan karya ibu Mursih menggunakan system paparikan yang terdiri dari cangkang dan eusi dan pada akhiran cangkang dan eusi harus murwakanti.
Penbelajaran bernyanyi lagu Es Lilin dengan iringan A cappella ritmis terbukti mengarahkan siswa menjadi apresiatif, juga mengarahkan siswa kreatif dalam memilih dan mengimitasi bunyi alat musik yang harus ditirukan oleh suara manusia, serta siswa menjadi kreatif untuk membuat atau menyusun iringan yang harmonis untuk lagu Es Lilin tersebut. Pembelajaran kawih dengan pendekatan A cappella memudahkan guru untuk mengaktifkan siswa dan memudahkan guru dalam pembelajaran titi laras, karena siswa rata-rata sudah memiliki bekal pengetahuan tentang tangga nada.
B. Saran
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jika ada alasan kesulitan dalam menayangkan video musik atau film musik dalam KBM saat ini, sungguhlah suatu alasan yang tidak dapat diterima, mengingat begitu mudahnya kita mencari dan mengunduh jenis-jenis video musik di internet. Dan tentunya sekolah harus menyediakan alat-alat bantu lainnya, seperti proyektor, speaker aktif dan yang lainnya untuk peningkatan KBM di sekolah, sudah menjadi keharusan.
Pendekatan A cappella menjadi satu model pembelajaran untuk meningkatkan apresiasi siswa sekaligus meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran seni kawih. Kesulitan dalam memainkan alat musik tradisional untuk mengiringi lagu kawih dapat digantikan menggunakan A cappella. Guru harus terus berupaya mencari metode-metode, trategi serta pendekatan-pendekatan yang perlu dikembangkan agar pembelajaran seni, khususnya seni tradisional terus semakin bermakna. Sehingga seni tradisional mendapat tempat di hati para siswa, sehingga seni tradisional akan terus hidup menjadi tuan rumah di daerahnya sendiri.
C. Implikasi
Penelitian ini merupakan penelitian yang pertama kali dilakukan sehingga dipastikan banyak sekali kekurangannya, dan walaupun peneliti berpendapat bahwa hasil dari penelitian ini dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran kawih, itu hanya berlaku di lingkup yang sangat kecil, yaitu kelas VII-12, sehingga penelitian ini sangat terbuka untuk peneliti-peneliti lain untuk mengembangkan lebih lanjut.
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Walau kretivitas siswa kelas VII-12 tergali dalam penelitian ini, namun hal itu tentu perlu kajian yang lebih mendalam apakah pembelajaran kawih ini juga dapat meningkatkan kreativitas siswa di kelas yang berbeda, dan di sekolah yang berbeda.
xi
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KEPUSTAKAAN
Alwasilah, A. C. (2011). Pokoknya Action Research; Bandung: Kiblat Buku Utama Ammer, C. (2004). Dictionary of Music; New York: Fact on File Inc
Anderson, L. W, and Krathwohl, D. R. (2010). Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen; Jogjakarta: Pustaka Pelajar
Aries, S, dan Erna F. (2010). Design Action Research; Jogjakarta: Aditya Media Publishing
Arikunto, S. , Suhardjono, dan Supardi (2008). Penelitian Tindakan Kelas; Jakarta: Sinar Grafika
Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP). (2006). Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran: Seni Budaya. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP). (2009). SKL Mata Pelajaran Seni Budaya SMP/MTs (Online) tersedia: http://bnsp-indonesia.org/id/bnsp/wp-content/uploads/2009/04/SKL MAPEL SMP MTs.pdf (Mei 12, 2013) Benward, B. dan Saker, M. (2009) Music in Theory and Practice; New York:
McGraw Hill
Campbell, P. S. (1991) Lessons from the Word A Cross Cultural Guide to Music Teaching and Learning; Toronto: Schirmer Books
Chosksy, L. (1986). Teaching Music In The Twentieth Century; New Jersey: Prentice Hall
Christ, W. dan Delone, R. (1975) Introduction to Materials and Structure of Music; New Jersey: Prentice-Hall, Inc
Dewantara, (1962). Karja Ki Hadjar Dewantara: Jogjakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa
xii
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Pertama (SMP) Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Hernawan, A. H, et al (2006). Media Pembelajaran; Bandung: UPI Press
Hernadi, D. (2009). Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VII SMPN Satu Atap Banyusari Dalam Mempelajari Kawih Sunda Melalui Pembelajaran Titi Laras.
Tesis: FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan
Howard, E. F. (2009). The Child Voice in Singing; Connecticut: Valde Books (2007) Media Pembelajaran Sekolah Dasar, Bandung : UPI Press
Jazuli, M (2008). Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni; Semarang: Unesa University Press
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013).
Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Pertama (SMP) Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Kosasih, A. (2001). Pupuh Pangaweruh Lagu jeung Dangding; Garut: CV Santika Asri
Lloyd, N. (1964). Encyclopedia of Music; New york : A Division of Western Publishing Company Inc
Mertler, A. C. (2012). Action Research; California: SAGE Publication Inc. Moleong, L. J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif; Bandung: Rosdakarya Morrow, B. (2007). Doo Wop The Music The Time The Era; New York: Sterling
Publishing Co.Inc
Mulyasa, H. E. (2009). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Jakarta: Bumi Aksara
Musfiqon, H. M. (2012). Panduan Lengakap Metodologi Penelitian Pendidikan; Jakarta: Prestasi Pustaka
xiii
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
http://onesgamelan.wordpress.com/2009/02/26/lagu-jeung-rumpaka/ (April 20,2011)
Page, S. E, (1995). Heart and Hand and Voices; California: H.T. FitzSimons Company
Poerwati, L. E., dan Amri, S. (2013). Panduan Memahami Kurikulum 2013; Jakarta: Prestasi Pustaka
Sanjaya,W. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran; Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sanjaya ,W. (2012). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran; Jakarta; Kencana Prenada Media Group
Sharon, D. dan, Dylan, B. (2012) A Cappella Arranging; Milwauke: Hal Leonard Books
Soedarsono, R. M. (1992). Pengantar Apresiasi Seni; Jakarta: Balai Pustaka Spiller, H. (3008). Focus Gamelan Music of Indonesia; New york: Routledge Sukerta, M. Pande (2011). Metode Penyusunan Karya Musik; Solo: ISI Press
Sukmadinata, N. S. (2003) Ladasan Psikologi Proses Pendidikan; Bandung: Rosda Karya
Sugiyono (2012). Metode Penelitian Pendidikan; Bandung: Alfabeta Sumardjo J. (2007). Rasionalitas Sunda; Bandung: ITB press
Upandi, P. (2010). Metode Pembelajaran Kliningan; Bandung: STSI PRESS Uno, B. H. (2011). Menjadi Peneliti PTK yang Profesional: Jakarta: Bumi Aksara Uno, B. H. (2012) Assesment Pembelajaran; Jakarta: Bumi Aksara
Uus, K. (2011) Pengetahuan Dasar Kawih Sunda; Bandung: UPI Press Urang, U. (2012) Karawitan-6 Sistem Notasi Sekar.
xiv
Yudi Wahyu Widiana, 2013
Pendekatan A Cappela Dalam Pembelajaran Kawih Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMPN 1 Karawang Timur
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Widiana. (2012). “Metode A Cappella Dalam Pembelajaran Lagu Sunda”, dalam Seni Tradisi Sebagai Media Apresiasi dan Pembelajaran Seni. Bandung: Bintang WarliArtika