• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul pelatihan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam kontek desentralisasi : Modul advokasi kesehatan ibu, neonatal dan anak (MNCH)- [BUKU]

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Modul pelatihan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam kontek desentralisasi : Modul advokasi kesehatan ibu, neonatal dan anak (MNCH)- [BUKU]"

Copied!
271
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN-4b

PANDUAN PRESENTASI BAHAN ADVOCACY

“KESEHATAN WANITA DAN ANAK”

Catatan untuk pengguna modul ini:

Berikut ini adalah penjelasan tentang isi pesan dari modul “Investasi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak Sejak Dini”. Penjelasan ini dipersiapkan agar pengguna modul tersebut memahami isi pesan dalam setiap tayangan (slide). Dalam prakteknya, pengguna dapat menyesuaikan gaya dan cara penyampaianya sesuai dengan (1) ciri audiens/pendengar dan (2) style atau kebiasaan pengguna bersangkutan.

Dalam melakukan advocacy menggunakan modul ini, perlu senantiasa diingat bahwa yang diharapkan adalah adanya perubahan kebijaksanaan dan komitment terhadap investasi untuk pembangunan manusia sejak dini

Yang dimaksud dengan investasi pembangunan manusia sejak dini adalah investasi untuk kesehatan anak dan perempuan serta investasi untuk pendidikan dasar

Pesan-pesan yang tersirat dalam keseluruhan isi modul ini adalah sebagai berikut:

1. Pembangunan sosial tidak bisa diabaikan dalam pembangunan secara keseluruhan, 2. Kesehatan anak dan perempuan serta pendidikan dasar adalah fondasi pembangunan

kesejahteraan secara umum

3. Keterlibatan semua stakeholders perlu didorong, sehingga pembangunan tidak lagi ekslusif didominir oleh pemerintah

4. Mendorong inisiatif local sehingga perencanaan pembangunan tidak lagi sentralistis 5. Perlu komitment untuk memberikan alokasi yang cukup untuk kesehatan anak dan

perempuan serta pendidikan dasar

6. Alokasi yang cukup tersebut perlu dimanfaatkan secara efektif dan efisien, yaitu dengan cara :

a. Memberikan prioritas pada kegiataan yang resikonya rendah

b. Adanya pergeseran penekanan dari pembangunan berorientasi fisik kearah pembangunan berorientasi investasi manusia (human investment) c. Mengutamakan intervensi yang “cost effective”

d. Memberikan prioritas pada penduduk miskin

(2)

ALUR PIKIR DALAM MATERI MODUL INI

Secara berurutan, ada 7 (tujuh) pesan pokok (main messages) yang disampaikan dalam modul tersebut, yaitu sebagai berikut:

(1) Situasi kesehatan ibu dan masih memprihatinkan dan tidak bisa menjawab tantangan masa depan (Slide-01 s/d Slide-04)

(2) Keadaan tersebut bertentangan dengan amanat pembangunan seperti tercantum dalam beberapa produk UU, bertentangan dengan komitment global dan sekalius menimbulkan kerugian ekonomi dan sosial, baik dalam jangka pendek maupun jangk panjang (Slide-05 s/d Slide-11)

(3) Keadaan tersebut adalah paradoks dalam pembangunan kesehatan dan sebabnya antara lain adalah rendahnya investasi dalam bidang kesehatan (Slide-12 s/d Slide-16)

(4) Solusinya adalah melakukan investasi yang cukup dan tepat guna serta tepat waktu. Ada lima alasan pokok kenapa investasi tersebut perlu dilakukan (Slide-17 s/d Slide-22)

(5) Besar investasi yang diperlukan dan jenis program/intervensi yang perlu dilakukan, serta apa saja potensi sumberdana yang dapat dimobilisasi (23 s/d Slide-24)

(6) Apa manfaat ekonomi dan non ekonomi dari investasi tersebut (Slide-25 s/d Slide-26)

(3)

PENJELASAN UNTUK MASING-MASING SLIDE (TAYANGAN)

Slide-01

Investasi untuk kesehatan ibu dan anak sejak dini adalah salah satu langkah vital untuk membangun fondasi atau pilar utama dalam pembangunan suatu bangsa. Kesehatan ibu dan anak sangat menentukan kesejahteraan masa depan, bahkan juga menentukan kelangsungan hidup bangsa dalam konteks persaingan global.

Slide-02

Kenyataan yang ada sekarang, yaitu keadaan kesehatan ibu dan anak, ternyata masih jauh dari yang diharapkan, seperti akan disampaikan berikut ini. Keadaan tersebut belum menunjang pengembangan penduduk yang bermutu dan juga belum menunjang kesejahteraan hidup yang didambakan semua fihak.

Tanpa memperbaiki keadaan tersebut, masa depan bangsa ini akan diwarnai oleh berbagai kesulitan, karena hanya dengan mutu penduduk yang baiklah semua permasalahan yang dihadapi akan dapat diatasi.

Slide-3

Ada empat kelompok indikator yang bisa dikemukakan berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak, yaitu:

(1) indikator kesehatan ibu/wanita (2) indikator kesehatan anak dan balita (3) indikator kesehatan anak usia sekolah (4) indikator kesehatan lingkungan

Dalam kelompok kesehatan wanita dan ibu, ada beberapa indikator yang dapat dikemukakan, mulai dari usia perkawinan rata-rata yang rendah yaitu dibawah 17 tahun, dan 37% ibu hidup dalam keluarga tergolong miskin. Kemudian yang berkaitan dengan kesehatan reproduks, anemia ibu hamil masing tinggi (60%), banyak ibu hamil yang mengalami ekslampsia (bengkat dan kejang), mengalami kurang gizi dan juga mengalami infeksi. Keadaan ini merupakan faktor penting yang menyebabkan tingginya angka kematian ibu, yaitu 390/100.000 kelahiran. Disamping itu masih banyak persalinan yang tidak ditolong oleh tenaga profesional (52%).

(4)

Masalah kesehatan yang sama masih berlanjut sampai anak tersebut memasuki usia sekolah, yaitu kurang gizi termasuk anemia dan KEP serta penyakit infeksi.

Masalah-masalah kesehatan tersebut, berkaitan erat dengan kesehatan lingkungan, khususnya lingkungan rumah. Ketersediaan air bersih, jamban keluarga, rumah dan kebersihan lingkungan masih merupakan masalah pada sejumlah besar keluarga.

Slide-04

Keadaan seperti disampaikan dimuka jelas menghambat terwujudnya kesejahteraan hidup secara umum, seperti disampaikan pada tayangan ini. Pasa masa lalu, pembangunan kesejahteraan diasumsikan akan terwujud kalau kita berhasil dalam pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi lebih dititik beratkan pada upaya memacu investasi dan tidak pada memacu mutu sumberdaya manusia.

Tayangan ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dan pemerataan ekonomi akan lebih berkesinambungan (sustainable) kalau angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bermutu, baik dari segi fisik, emosional dan intelektual. Ini tidak terlepas dari pembangunan manusia sejak dini, yang diawali dari perbaikan kesehatan dan pendidikan wanita, berlanjut dengan kesehatan reproduksi dan kesehatan anak serta pendidikan anak.

Slide-5

Dari apa yang telah disampaikan dimuka jelaslah bahwa keadaan kesehatan ibu dan anak seperti sekarang ini merupakan masalah serius dalam pembangunan nasional. Keadaan tersebut adalah juga ancaman serius bagi kelangsungan hidup bangsa dalam era kompetisi pasar global yang ada didepan mata.

Secara spesifik, keadaan tersebut merupkan tantangan yang perlu segera diatasi, karena alasan pokok sebagai berikut:

1. Belum memenuhi amanat pembangunan seperti tertuang dalam beberapa produk undang-undang yang telah ditetapkan

2. Bertentangan dengan komitmen global dimana Indonesia ikut menyepakatinya, yaitu mewujudkan kesejahteraan ibu dan anak

3. Kerugian yang ditimbulkannya sangat besar, yaitu kerugian ekonomi dan kerugian sosial, baik yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang.

Slide-06

(5)

kesehatan ibu dan anak yang optimal. Namun seperti disampaikan dimuka, ternyata kesepakatan tersebut belum bisa diwujudkan.

Selain itu, pada tingkat globalpun disepakati bahwa kesehatan adalah hak azasi manusia yang fundamental. Ini dicantumkan dalam deklarasi internasional tentang hak azasi manusia dan juga dalam konstitusi WHO.

Khusus tentang kesehatan anak, Konvensi PBB untuk Hak-hak Anak menyatakan bahwa jaminan kesehatan dan makanan serta gizi yang cukup adalah juga menjadi hak setiap anak. Indonesia adalah salah satu negara yang ikut meratifikasi konvensi tersebut dan oleh karena berkewajiban untuk mewujudkan hak tersebut bagi setiap anak Indonesia.

Slide-07

Keadaan sekarang kesehatan ibu dan anak juga menimbulkan berbagai kerugian, baik yang bersifat kerugian ekonomi maupun kerugian sosial. Kerugian tersebut bisa bersifat jangka pendek, yang segera terjadi, maupun jangka panjang.

Kerugian ekonomi jangka pendek termasuk biaya kesehatan yang dikeluarkan oleh rumah tangga, oleh perusahaan dan anggaran kesehatan pemerintah untuk menanggulangi berbagai masalah gangguan kesehatan. Dalam jangka pendek juga terjadi kerugian berupa hilangnya waktu produktif. Diantara penduduk yang menderita sakit, sebagian terpaksa tidak bisa bekerja atau melakukan kegiatan normal sehari-hari. Beberapa diantaranya ada yang meninggal. Kedua keadaan tersebut menyebabkan hilangnya hari-hari produktif yang tentu nilai ekonominya sangat besar.

Kerugian ekonomi jangka panjang termasuk tidak efektifnya anggaran pendidikan karena rendahnya derajat kesehatan menyebabkan daya serap anak didik terhadap materi pengajaran menurun. Selanjutnya ini menyebabkan rendahnya mutu angkatan kerja, turunnya produktivitas tenaga kerja, lambannya pertumbuhan ekonomi dan lemahnya daya saing dalam pasar global.

Dari segi sosial, dalam jangka pendek rendahnya kesehatan anak akan menimbulkan berbagai masalah sosial. Yang sangat memprihatinkan adalah menigkatnya jumlah pekerja anak, anak jalanan dan bahkan prostitusi anak. Dalam jangka panjang, akan terjadi peningkatan pengangguran, kriminalitas dan bahkan konflik sosial berkepenjangan.

Slide-08

(6)

pada tahun 2000 diperkirakan pengeluaran masyarakat untuk kesehatan di Kabupaten tersebut adalah Rp 12.562.000.000.

Menurut data Susenas tersebut, sekitar 60% dari penduduk yang berobat adalah wanita dan anak-anak. Diperkirakan biaya satuan pengobatan orang dewasa (umumya penyakit khronis) adalah 3 kali lebih besar dari pada pengobatan kesehatan wanita dan anak (umumnya penyakit akut). Dengan asumsi seperti diatas, maka biaya kesehatan rumah tangga untuk kesehatan wanita dan anak adalah sekitar 33% x Rp 12.562.000.000 = Rp 4.184.000.000.

Kerugian lain adalah hilangnya waktu produktif karena sakit. Dalam satu tahun, rata-rata per penduduk kehilangan waktu produktif sebanyak 6,7 hari. Jadi dalam setahun kehilangan waktuproduktif adalah 4.363.636 hari. Sekitar 33% dari waktu ini terjadi pada penduduk produktif (1.440.000 hari) dan diperkirakan 50% dari jumlah itu untuk berkaitan dengan gangguan kesehatan ibu dan anak (7.220.000 hari). Kalau diasumsikan 1 (satu) hari bernilai Rp 15.000, maka hilangnya waktu produkfif akibat gangguan kesehatan ibu dan anak bernilai sejumlah Rp 10.800.000.000.

Maka kerugian yang diderita penduduk akibat gangguan kesehatan ibu dan anak seluruhnya berjumlah Rp 14.945.000.000 Jumlah ini belum termasuk kerugian akibat kematian dan anggaran subsidi pemerintah dan swasta untuk kesehatan.

Kerugian tersebut ternyata sangat besar. Bandingkan dengan PAD kabupaten bersangkutan yang nilainya Rp 4 milyar. Dengan perkataan lain, kerugian yang terjadi (perkiraan parsial) mencapai 2,7 kali jumlah PAD.

Angka-angka tersebut diatas menunjukkan bahwa masalah kesehatan, khususnya kesehatan ibu dan anak, bukanlah semata-mata masalah sakit, masalah fasilitas kesehatan dan penyediaan obat. Masalah tersebut adalah jug masalah ekonomi. Bahkan melihat besarnya kerugian yang terjadi, dapat dikatakan bahwa masalah kesehatan adalah issue sentral dalam pembangunan ekonomi, termasuk ekonomi daerah.

Slide-09

Sekali lagi, tayangan ini menunjukkan dampak sosial dan ekonomi masalah kesehatan ibu dan anak. Kenapa pengemis jalanan yang memanfaatkan anak senantiasa menjadi gambaran sehari-hari ditengah kehidupan kita? Kenapa anak jalanan semakin banyak jumlahnya? Kenapa anak-anak terpaksa harus bekerja? Kenapa ada sinyalemen terjadinya prostisusi anak? Salah satu akar masalahnya adalah belum berhasilnya kita memeratakan pembangunan kesejahteraan ibu dan anak, seperti ditunjukkan oleh angka-angka yang telah disampaikan dimuka.

Slide-10

(7)

perkembangan manusia, karena pada masa itulah berlangsung proses pertumbuhan dan perkembangan otak.

Gangguan kesehatan dan kurang gizi dalam masa tersebut menyebabkan pertumbuhan otak tidak optimal dan ini tentu berpengaruh terhadap perkembangan IQ (Inteligent Quotient) dan EQ (Emotional Quotient) seseorang. Tingkat kecerdasan dan tingkat kematangan emosional yang tidak optimal akan membawa dampak terhadap kemampuan untuk menyerap ilmu pengetahuan, untuk meningkatkan pendapatan dan untuk menyelesaikan konflik secara dewasa serta mewujudkan kesejahteraan secara umum. Dalam jangka panjang, pengulangan yang membelenggu masyarakat dalam siklus kemiskinan dan keterbelakangan.

Slide-11

Lebih jelas lagi, tayangan ini menunjukkan bukti anatomis bahwa balita kurang gizi dan sakit-sakitan akan mempunyai otak yang “kosong”; bandingkan dengan otak balita yang sehat dan cukup gizi. “Otak kosong” ternyata bukan suatu kiasan, akan tetapi suatu realita. Yang sangat menakutkan pula adalah bahwa “otak kosong” tersebut bersifat ireversible atau permanen.

Apa yang bisa diharapkan dari otak kosong? Kalau ada jutaan anak dengan otak kosong, maka ada jutaan sumberdaya manusia yang hanya bisa menawarkan ototnya dan bukan otaknya dalam era kemajuan teknologi dan persaingan global. Inilah yang disebut sebagai generasi yang hilang, yaitu generasi yang pendapatannya sangat rendah, yang tidak mampu memecahkan tantangan hidup dengan akal, yang tidak mampu menyelesaikan konflik dengan tingkat emosi yang matang. Generasi demikian akan menjadi beban yang sungguh berat dalam pembangunan sebuah bangsa. Tidak demikian halnya dengan penduduk yang otaknya tumbuh dan berrkembang secara optimal.

Slide-12

Apa yang telah disampaikan tadi menghadapkan kita pada pertanyaan besar: kenapa begitu memprihatinkan keadaannya? Bukankah kita sudah merdeka selama 55 tahun dan membangun secara sistematis selama 30 tahun lebih ?

Slide-13

(8)

Slide-14

Ada dua jawaban yang kemungkinan besar menjadi penyebab dari paradoks tersebut. Pertama, rupanya kita belum melakukan investasi yang cukup untuk membangun kesehatan penduduk. Kedua, investasi yang tidak cukup itupun kiranya belum dipergunakan untuk intervensi yang efektif dan efisien, yaitu investasi untuk kesehatan penduduk sejak dini.

Slide-15

Ini adalah bukti bahwa investasi untuk kesehatan sangat kecil di Indonesia. Angka-angka ini adalah keadaan sebelum terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997 yang lalu. Ternyata menurut World Health Report 2000 yang dikeluarkan WHO, Indonesia ada pada urutan ke 154 diantara 191 negara di dunia dalam hal besarnya biaya kesehatan nasional. Walaupun lebih tinggi dari pada Vietnam, ternyata Indonesia berada dibawah Srilanka, Myanmar dan India, dan jauh dibawah Philipine, Malaysia dan Thailand.

Secara nasional biaya kesehatan Indonesia hanya 2,5% dari GDP, sementara negara lain yang tingkat ekonominya setara dengan Indonesia mengeluarkan sekitar 5%. Pemerintah juga hanya mengalokasikan 2,5% untuk kesehatan, padahal WHO menyarankan sekitar 4% - 5%. Nilai alokasi pemerintah untuk kesehatan adalah $ 4/kapita/tahun, yaitu menurut nilai dollar tahun 1996.

Slide-16

Angka-angka ini menunjukkan keadaan yang semakin memprihatinkan setelah terjadi krisis ekonomi. Ternyata alokasi pemerintah untuk kesehatan jauh menurun. Di beberapa popinsi, nilainya hanya sekitar harga 3 bungkus rokok kretek per kapita per tahun atau antara $ 0.90 sampai $ 2.2/kapita/tahun Demikian pula dari sisi masyarakat, biaya kesehatan rata-rata di 5 propinsi tersebut hanya $ 3/kapita/tahun.

Dapat dibayangkan betapa besar beban pembiayaan kesehatan dalam hari-hari terakhir dan mendatang ini. Bisakah keadaan kesehatan ibu dan anak yang demikian vital bagi kepentingan pembangunan jangka pendek dan jangka panjang diperbaiki dimasa mendatang?

Slide-17

Jawabannya adalah: kita harus berani melakukan investasi sekarang, saat ini, yaitu investasi untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak sesegera mungkin. Bukan saja jumlah investasinya yang perlu ditingkatkan. Tidak kalah pentingnya adalah menggunakan investasi tersebut secara tepat, yaitu tepat waktu dan tepat guna.

(9)

Slide-18

Alasan pertama, investasi yang cukup dan tepat untuk kesehatan ibu dan anak adalah bukti komitment bangsa Indonesia untuk mewujudkan salah satu hak azasi manusia, tidak lain karena kesehatan adalah memang salah satu hak azasi manusia yang fundamental.

Dalam pergaulan global, adalah memalukan apabila kita tidak melakukan hal tersebut padahal kita memiliki kemampuan untuk melakukannya. Pada tingkat nasional, adalah juga mengecewakan apabila suatu daerah tidak melaksanakan komitment tersebut, padahal daerah bersangkutan mempunyai kemampuan untuk itu.

Slide-19

Alasan kedua adalah alasan momentum atau waktu yang tepat untuk membangun manusia yang bermutu tinggi. Tayangan ini menujukkan bahwa pertumbuhan otak terjadi sampai anak berusia 5 tahun. Sampai umur 2 tahun, sudah 80% pertumbuhan otak dicapai. Oleh sebab itu, investasi sudah harus dilakukan pada saat bayi dalam kandungan, yaitu menyangkut kesehatan dan kesejahteraan ibu, kemudian pada masa bayi dan balita.

Inilah momentum yang harus dimanfaatkan agar investasi mutu SDM tersebut efektif.

Artinya, kalau investasi tersebut terlambat, misalnya pada masa anak sudah berusia diatas 5 tahun, dari segi pertumbuhan otak sebetulnya tidak banyak lagi yang bisa diperoleh.

Slide-20

Alasan ketiga, intervensi memperbaiki kesehatan ibu dan anak adalah intervensi hulu yang membawa dampak terhadap hasil pendidikan, dan kemudian terhadap tingkat pendapatan. Artinya, kegagalan dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak akan mempengaruhi kinerja pendidikan dan pada gilirannya pada pendapatan.

Dapat dibayangkan betapa besar kerugian ekonomi dari sektor pendidikan karena rendahnya mutu anak didik dari segi IQ dan EQ. Mengadakan sarana fisik untuk pendidikan, mengadakan guru dan memperbaiki kurikulum serta meningkatkan anggaran operasional pendidikan memang penting. Tidak kalah pentingnya adalah mempersiapkan masukan yang baik, yaitu anak didik yang pertumbuhan fisik, iteligensia emosionalnya terjamin karena perbaikan kesehatan ibu dan anak.

Slide-21

(10)

harus diinvestasikan secara hati-hati dan tepat. Artinya, jangan dana yang terbatas tersebut diinvestasikan pada kegiatan yang penuh resiko dan tidak pasti.

Dari apa yang telah disampaikan dimuka dapat diambil kesimpulan bahwa investasi utnuk kesehatan ibu dan anak adalah suatu investasi yang resikonya rendah. Kenapa demikian? Pertama, investasi tersebut secara langsung mengurangi kerugian ekonomi dan sosial dalam jangka pendek. Kedua, investasi pada kesehatan ibu dan anak mempunyai efek multiplier atau efek ganda, yaitu membuat pendidikan efektif sehingga mencegah pemborosan biaya pendidikan.

Banyak efek lainnya yang dapat diperoleh dari investasi kesehatan ibu dan anak, termasuk meningkatnya mutu tenaga kerja, membuat ekonomi nasional dan ekonomi daerah lebih mandiri.

Yang penting pula adalah bahwa dengan mutu penduduk dan tenaga kerja yang tinggi, pembangunan ekonomi tidak lagi diandalkan pada ekploitasi sumberdaya alam secara membabi buta, dengan segala dampaknya termasuk pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Dengan penduduk dan tenaga kerja yang bermutu, pembangunan akan lebih diandalkan pada upaya inovatif memberi nilai tambah dalam proses produksi.

Slide-22

Kalau kita sepakat bahwa investasi untuk kesehatan ibu dan anak perlu dilakukan sejak dini, pertanyaan berikutnya adalah: berapa besar investasi yang diperlukan dan untuk apa investasi tersebut dipergunakan??

Pertama, perlu diperjelas kegiatan apa saja yang selama ini telah terbukti efektif untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Ada 7 kelompok program atau intervensi yang diperlukan, yaitu :

(1) immunisasi (2) KIA

(3) Gizi

(4) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) (5) Upaya Kesehatan Sekolah

(6) Keluarga Berencana (7) Air bersih dan sanitasi

Rinciannya disampaikan pada tayangan ini. Menurut perhitungan di beberapa propinsi di Indonesia, biaya yang diperlukan untuk semua program atau intervensi tersebut rata-rata adalah Rp 26.000 per penduduk per tahun.

(11)

Slide-23

Jumlah tersebut sepintas memberi kesan sangat besar. Dalam nilai US $ besarnya adalah sekitar $2 per kapita/tahun. Kalau seluruhnya harus ditanggung pemerintah tentu cukup memberatkan, apalagi untuk daerah yang APBD-nya rendah.

Namun kalau dilakukan mobilisasi dana dari semua sumber yang potensil, jumah tersebut bisa dipikul secara bersama-sama. Pertama tentu harus ada komitment daerah untuk mengalokasikan anggaran tersebut dari APBD. Paling tidak, pemerintah harus menanggung biaya tersebut untuk keluarga atau penduduk miskin.

Kedua, potensi dana masyarakat perlu dimobilisir, misalnya melalui mekanisme tarif untuk penduduk mampu, melalui asuransi

Ketiga, mengerakkan solidaritas sosial dapat dilakukan, yaitu dengan melibatkan para pengusaha, industri dll.

Keempat, apabila suatu daerah memang demikian “miskinnya” sehingga tidak mampu membiayai program-program tersebut, hendaknya daerah tersebut menyampaikannya kepada pemerintah pusat. Bukan tidak mungkin satu saat nanti ada mekanisme khusus dari pemerintah pusat untuk membantu daerah miskin untuk program yang demikian esensial dan strategis. Misalnya adalah menyediakan “poverty matching grant” atau hibah untuk membantu daerah miskin dengan syarat adanya dana pedamping dari dari daerah bersangkutan sesuai dengan kemampuannya.

Dalam mobilisasi dana ini, perlu disepakati bersama bahwa fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas serta fasilitas pendidikan, bukanlah tempat untuk mencari dana pembangunan, akan tetapi adalah tempat untuk meningkatkan mutu manusia. Ini perlu dikemukakan karena beberapa daerah mentargetkan retribusi dari fasilitas tersebut untuk meningkatkan PAD dan ternyata alokasi APBD untuk sektor tersebut lebih rendah dari pada retribusi yang diterima oleh Pemda.

Sangatlah ironis kalau suatu daerah mencari dana pembangunan dari sakitnya penduduk dan dari biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh penduduk.

Slide-24

(12)

Jadi kalau kita investasikan sejumlah Rp 13 milyar disebuah kabupaten dengan 650.000 penduduk, dalam setahun akan diperoleh manfaat sebesar Rp 19,24 milyar per tahun. Perhitungan ini menegaskan sekali lagi bahwa pengeluaran biaya atau anggaran untuk program kesehatan ibu dan anak adalah jelas suatu investasi dan bukan semata konsumsi.

Slide-25

Secara kualitatif, banyak manfaat lain yang diperoleh. Dari sejumlah manfaat tersebut, yang cukup penting adalah ditegakkannya hak azasi manusia dan terjaminnya pembangunan yang berkelanjutan.

Issue HAM adalah issue aktual baik pada tingkat nasional dan tingkat global. Suatu daerah atau negara yang mengabaikan HAM, akan membentuk citra yang tidak baik dimana masyarakat dunia dan masyarakat nasional. Ia akan tersingkir dari percaturan politik dan pergaulan internasional. Dalam konteks nasional, suatu daerah yang tidak menunjukkan komitmen nyata pada pewujudan HAM ini juga akan mempunyai citra yang tidak populer dalam pergaulan dan politik nasional.

Pembangunan berkelanjutan pada masa lalu lebih banyak dikaitkan pada issue lingkungan hidup dan eksploitasi sumberdaya alam. Konsep pembangunan berkelanjutan tersebut semakin lengkap kalau issue mutu manusia juga diperhitungkan. Secara teoretis memang tidak bisa dipisahkan antara (1) mutu penduduk, (2) mutu lingkungan hidup dan (3) pembangunan ekonomi. Ketiganya perlu berinteraksi secara serasi untuk menjamin berlangsungnya pembangunan berkesinambungan (sustainable development).

Slide-26

Dari semua yang telah disampaikan tadi, ada dua kelompok kesimpulan yang dapat ditarik. Pertama, investasi untuk kesehatan ibu dan anak akan menjamin (1) pertumbuhan ekonomi, (2) terwujudnya kesejahteraan hidup masyarakat, (3) tegaknya hak azasi manusia yang mendasar dan (4) kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.

Kedua, investasi untuk kesehatan ibu dan anak adalah suatu investasi yang resikonya rendah dan memberikan keuntungan jangka pendek dan jangka panjang yang sangat besar.

Slide-27

Sebagai penutup, tentunya kita sepakat bahwa investasi untuk kesehatan ibu dan anak adalah esensial bagi keberhasilan pembanguan dan pewujudan hak azasi manusia.

(13)

LAMPIRAN 5

(Sesi-01 s/d Sesi-12)

SESI-01

PenjelasanTtg

Pelatihan Advocacy MNCH

(Maternal, Neonatal & Child

Health)

(Advocacy Kesehatan Ibu,

NeonatusdanAnak)

Setelah mengikuti pelatihan ini peserta akan:

1. Faham dan mampu menjelaskan pentingnya MNCH dalam membangun kesejahteraan

2. Mampu melakukan analisis masalah MNCH ditingkat Kabupaten/Kota

3. Mampu melakukan analisis “interest” stakeholder MNCH 4. Mamahami proses dan iklus perencanaan/ pengambilan

keputusan didaerah

5. Mampu mempersiapkan bahan dan merencanakan kegiatan advocacy MNCH: identifikasi dan rumusan tujuan advocacy, bahan advovacy, setting teknis advovacy 6. Mengetahui dan trampil melakukan tehnik-tehnik advovacy

dalam bentuk pertemuan

(14)

• Pendekatan participative learning

(andragogik)

• Ceramah dan tanya jawab

• Latihan kelompok (menggunakan data

yang dibawa)

Z

masing-2 propinsi

• Simulasi praktek advocacy

• Penyusunan PoA

• Pre- dan Post-test

Proses pembelajaran

Pre- test Materi Umum Analisis masalah MNCH

Analisis Interest stakeholder Persiapan bahan advocvacy Simulasi Advocacy Plan of Action Post test

Struktur proses pembelajaran

Kompetensi

• MNCH dan kesejahteraan • Analisis masalah MNCH • Analisis “interest” stakeholder • Siklus perencanaan/keputusan

didaerah

(15)

• Modul pelatihan advocacy MNCH sebagai

pedoman dan bahan bacaan (pelatihan ini

sedikit mengalami modifikasi dari modul tsb

• Bahan yang dibawa peserta (data dasar tentang

situasi MNCH daerah)

• Materi tentang:

• MDGs, RPJMN, 4 strategy Depkes,

Desentralisasi, Situasi MNCH nasional, Strategi

MNCH

Bahan

Output peserta

• Bahan dan rencana Advocacy MNCH

masing-masing propinsi

(16)

• Staff Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan

Kesehatan FKMUI

• Dibantu Nara Sumber tentang advocacy

(17)

SESI-02

MNCH DAN

KESEJAHTERAAN

(Dalam konteks pembangunan

daerah)

Hubungan timbal balik antara kesejahteraan,

ekonomi dan kesehatan

P e n d id ik a n D a s a r

P e n d id ik a n La n j u t

Mu t u Te n a g a Ke r j a

P r o d u k t ifit a s

KES EJ AH TER AAN P EN D UD UK

Ke s e h a t a n An a k

Ke s e h a t a n W a n it a

P e n d id ik a n W a n it a

Ek o n o m i D a e r a h Gro w t h Ra t e Pe m e ra t a a n

(18)

Kerugian masalah kesehatan ibu

dan anak

Jangka pendek:

• Biaya kesehatan langsung (persalinan,

komplikasi pada ibu dan anak)

• Produktivitas rumah tangga terganggu (terutama

peran ibu dalam kegiatan RT

• Nilai “home” dalam keluarga terganggu

Jangka panjang

• Biaya pendidikan mubazir

• Mutu SDM rendah: mutu angkatankerja

Ke r u g ia n e k o n o m i d a n s o s ia l

j a n g k a

p e n d e k j a n g k ap a n ja n g

Kerugian ekonomi

* Biaya kesehatan RT * Biaya kesehatan pemerintah * Biaya kesehatan perusahaan * Hilangnya waktu produktif

Kerugian ekonomi

* Anggaran pendidikan mubazir * Mutu tenaga kerja rendah * Hanya sebagai tenaga kasar * Economic growth lamban * Daya saing di pasar global rendah

Kerugian sosial

* Rasa nyaman terganggu * Kegiatan sosial terganggu * Child labor

* Prostitusi anak

Kerugian sosial

* Pengangguran * Kriminalitas * Konflik sosial

(19)

Keuntungan kesehatan Ibu dan

Anak

• Private saving oleh rumah tangga (biaya

kesehatan)

• Private saving RT (biaya pendidikan)

• Public saving: subsidi kesehatan dan subsidi

pendidikan

• Pendidikan lebih efektif (cegah kemubaziran

anggaran pendidikan)

• Mutu SDM (khususnya tenaga kerja)

• Ekonomi tumbuh secara inovatif (nilai tambah)

dan tidak ekstraktif (ekspliotasi SDA tanpa

pengolahan)

Contoh public dan private saving dari program KB (salah satu intervensi MNCH) di Sumut

Public saving dari biaya pendidikan yg dpt “dicegah”

Sumber: Ascobat G.CBA Program KB di Sumut, BKKBN Pusat 2004.

Kohort

Unit Cost pendidikan

per thn (*)

Discount Rate

Jumlah “net reduksi”

penduduk

Jml thn di SD s/d thn 2000 PV Biaya pendidikan yg. Dicegah 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000

(20)

Private saving dari biaya KIA yg dpt “dicegah”

Tahun A B C Avoided cost (*)

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 10,526,760 10,800,456 11,081,268 11,369,381 11,664,984 11,968,274 12,279,449 12,598,715 12,926,281 13,262,365 13,607,186 10,526,760 10,646,765 10,768,138 10,890,895 11,015,051 11,140,623 11,267,626 11,396,077 11,525,992 11,657,388 11,790,283 -153,691 313,129 478,486 649,933 827,651 1,011,823 1,202,638 1,400,289 1,604,976 1,816,904 -10,782,744,069 21,968,762,765 33,569,942,556 45,598,494,929 58,066,965,031 70,988,240,520 84,375,560,664 98,242,525,667 112,603,106,245 127,471,653,452 663,667,995,899 Total

A = jumlah penduduk dengan GR 2,60% B = jumlah penduduk dengan GR 1.14% C = “reduksi” pertumbuhan penduduk

Avoided cost = reduksi x UC (=Rp 70.159/pddk)

(Biaya kesehatan reproduksi yg tercegah dgn program KB)

(21)

SESI-02a

HUMAN DEVELOPMENT INDEX

(HDI)

Indeks Pembangunan Manusia

Pendapatan per kapita

Pendidikan dasar

(22)

Indonesia Malaysia Singapura Thailand Vietnam India China Brasil Total negara 71 50 33 52 80 60 46 101 83 61 40 65 94 78 54 116 85 58 37 66 82 96 81 54 125 93 61 31 69 94 104 89 62 138 91 54 27 61 90 104 89 62 138 85 50 63 81 102 76 51 141 107 63 25 77 105 128 82 70 177

1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005

Posisi Indonesia dalam ranking HDI beberapa negara

(23)

SESI-03

(24)
(25)
(26)

Tantangan-1

Ma t e rn a l Mo rt a lit y Ra t io

S DKI 1 9 9 4 , 1 9 9 7 , 2 0 0 2

Tabel-x. Target penurunan angka kematian ibu

Tahun Skenario-I

Trend SDKI

Skenario-II ARR 4,7%

Skenario-III ARR 6,3%

Skenario-IV ARR 9,5% 2005

2010 2015 2020 2025

262 226 195 168 145

262 207 163 129 102

262 191 140 102 74

262 163 102 64 40

(27)

Tantangan-1 I n fa n t Mo r t a lit y R a t e

Ac h ie v e m e n t , Tr e n d a n d P r o j e c t io n

Tabel-x. Target penurunan angka kematian bayi

Ta h u n

Milestone

IMR

2005

2009

2015

2025

Sekarang

RPJM

MDG

RPJP

(28)

Suplemenn zat besi, Th/ malaria berkala dan obat antiretroviral

utk HIV Lain-lain 12% Kompl masa puerpureum 8% Emboli obst 3% Partogram P. lama/macet 5% Abortus 5% Infeksi 12% Eklamsia 25% Perdarahan 30% Asuhan persalinan aktif kala 3 proses persalinan Magnesium Sulfate Immunisasi TT Persalinan yg bersih Antibiotika KB dan pelayanan

pasca aborsi

a . P e n ye b a b Ke m a t ia n I b u & I n t e r ve n s i yg d ip e r lu k a n

b . P e n ye b a b k e m a t ia n Ne o n a t a l & in t e r ve n s i yg d ip e r lu k a n

Immunisasi TT ibu Persalinan yg bersih Perawatan mata Antibiotika

ASI dini dan ekslusif

Posisi Kangguru Kontrol malaria Resusitasi Penghangatan Birth spacing Gizi ibu ASI dini Gangguan hematologik Mslh pemberian minum 6% Infeksi 5% Tetanus 10% BBLR 29% Asfiksia 27% Lain-lain 13%

Sumber: SKRT 2001

(29)

c. Pe n ye b a b Tid a k La n g s u n g

ke m a t ia n Ib u & Ba yi

Pe m b e rd a ya a n p e re m p u a n

S is t e m ru ju ka n

Me n d e ka t ka n p e la ya n a n ru ju ka n

P e r a n p e r e m p u a n

le m a h D lm p e n g a m

-b ila n k e p u t u s a n

Te r la m b a t m e r u j u k

k a s u s e m e r g e n s i

Ke m a t ia n I b u & Ba y i

d . Gizi ib u d a n Ba lit a

( 1 ) Ba y i m a s a k r it is s e t e la h 6 b u la n

MP AS I ? ? ?

h y g ie n e p e r o r a n g a n ? ? ?

MTBS ? ? ?

P e n im b a n g a n ? ? ?

P MT ? ? ? ?

( 2 ) 2 - 5 t a h u n D ia r e , I S P A, Giz i ( Tr ia d )

( 1 )

( 2 )

( 3 )

An e m ia

P MT Bu m il ? ? ?

P MT Bu t e k i ? ? ? ? Giz i Bu m il d a n Bu t e k i:

(30)
(31)

SESI-04

Intervensi MNCH

yang “cost effective”

Prinsip

STRATEGI KOMPREHENSIF

Identifikasi intervensi yang “cost effective”

terbukti efektif (evidence) dan murah

Bagaimana agar “beneficiary” yg

(32)

Identifikasi intervensi yang “cost effective”

No INTERVENSI Eklampsi Abortus Infeksi Partus lama Tal Igs Anemia Perdrhan x x x x x x x x x x x 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 MgS KB

Perawatan post abortus Antibiotika Immunisasi TT Persalinan bersih Partogram Suplemen Fe Th/ malaria HIV/AIDS Mgt Kala 3 persalinan

Infeksi Asfiksia Komplik prematur Kelainan bawaan BBLR x x x x x x x x x x x x INTERVENSI No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Immunisasi TT Persalinan bersih Antibiotika Exclusive breastfeeding Resusitasi Suplemen Folat Pengendalian syphillis KB Gizi ibu Metode Kangaroo Malaria control Keputusan keluarga Peran perempn Terlambat rujuk INTERVENSI No 1 2 Pemberdayaan perempuan Sistem rujukan masyarakat

x x x

ANC FP Immuni Persalinan oleh Bidan

Poned Ponek Gizi ibu anak

MTBS MP-ASI Personal hygiene Sanitasi lingk x MgS KB/Birth spacing Perawatan post abortus Antibiotika Immunisasi TT Persalinan bersih Partogram Suplemen Fe Pengendalian Malaria HIV/AIDS Mgt kala 3 persalinan Exclusive breastfeeding Resusitasi Suplemen Folat Syphilis control Gizi ibu Metode Kangaroo Pemberdayaan perempuan Sistem rujukan masyarakat

(33)

S TRATEGY KOMPREHENS IF

Pe layanan MNCH e s s e ns ial

1. KB

2 . KI A

3 . I mmunis as i

4 . Pe r s alinan ole h t e naga ke s e hat an 5 . Pe layanan ob s t / ne onat al e me r ge ncy 6 . Giz i b umil, me nyus ui, b alit a

7 . MP-AS I (khus us ib u me nyus ui dar i Gakin)

8 . MTBS

9 . Pe r s onal hygie ne

10 . S anit as i/ lingkungan r umah t angga

Cos t e f f e ct ive int e r ve nt ions

Dae r ah har us me ne t apkan t ar ge t kuant it at if

S TR ATEGI D LM KO N TEKS D ES EN TR ALI S AS I

KOMITMEN

POLITIK SUPPLY

DEMAND

KEMITRAAN KAPASITAS

DINKES

Ke y p la y e r s d it in g k a t d a e r a h

PEMDA DPRD DINKES PROVIDER SWST/LSM MASY R.TANGGA

S

W

O

(34)

Strategi komprehensif & Terpadu

Demand

* Revitalisasi PY

Rujukan berbasis masy. Pemberdayaan prmpuan Dana Sehat

Promosi Kes Dana Gakin

Kemitraan

* Sektor lain

* Profesi (IDI, IBI, PPNI, dll) Perguruan Tinggi

Org. Agama

Perusahaan swasta LSM

Supply

* Penempatan bidan Penempatan dokter Polindes Poned Ponek Pelatihan APN Fasilitas swasta

Pelatihan lain (MTBS, dll)

Kapasitas Dinkes

* Pelatihan P2KT * Surveilans * GIS/IT Supervisi, dll

Pembentukan DTPS (District Team Problem Solving)

DHS- 1 * * * * * * * * * * * * * * * * * * Pemda & DPRD

MNCH sebagai prioritas dlm agenda daerah Perencanaan & pengganggaran Kemampuan supervisi Jaga mutu SIK/SIM Infrastrture & alat Ketrampilan SDM Insentif Peraturan Intervensi Essensial & Cost effective JPSBK Pendidikan kesehatan Promkes Transportasi Sistem Insentif Peran serta masyarakat: Posyandu Ibu, Keluarga, Masyarakat setempat Demand Supply RS Puskesmas Polindes, Bidan Pelkes swasta

Kemitraan dg lintas sektor, LSM, ormas, profesi, swasta,

dll

Dinas kesehatan

KI A, KB I mmunis a s i, Pe r s a lina n N a ke s

Ob s t / ne ont l e me r ge ncy Giz i b umil, me nyus ui, b a lit a

MP- AS I , MTBS Pe r s ona l hygie ne S a nit a s i r uma h t a ngga

Dukungan proyek DHS-1

Advokasi SIK/SIM, IT/GIS,

P2KT, Surveilance, Suoervisi, DTPS (District Team Problem

Solving), etc

Peningkatan kapasitas

(35)

S t ra t e g i k o m p re h e n s if

& t e rp a d u 1 . S UP P LY: Me n in g k a t k a n d a n m e n d e k a t k a n p e la y a n a n KI A/ KB

2 . D EMAN D : Me n in g k a t k a n d e m a n d m a s y a r a k a t

3 . CAP ACI TY BLD G: Me n in g k a t k a n k e m a m p u a n D in a s Ke s e h a t a n

4 . KEMI TR AAN : Me n in g k a t k a n k e m it r a a n

(36)

Pengantar:

Hal penting utk diketahui dlm advocacy MNCH ke daerah:

1. MDGs 2. RPJMN

3. Strategi pembangunan kesehatan 4. Desentraliasi

SESI-05

MDGs

MDGs

(Millenium Development Goats)

Siapa yg mencetuskan ??

Apa yg mendorong ??

Pakar apa yg banyak membantu

perumusan MDGs ??

MDGs dan konteks pembangunan

nasional

(37)

MDG-2 0 15

(W or ld S ummit S e pt 2 0 0 0 )

ascobatgani

POVERTY REDUCTION WELFARE JUSTICE • Ke mis kinan dan ke lapar an (t ur un 5 0 %)

• Pe ndidikan unive r s al (ne t e nr ollme nt 10 0 %) • Ke s e t ar aan ge nde r (r as io pddikan lk/ pr 10 0 %) • Me nur unkan ke mat ian ibu (2 / 3 ke adaan 19 9 9 ) • Me nur unkan ke mat ian bayi (2 / 3 ke adaan 19 9 9 ) • Pe mbe r ant as an Malar ia, Tbc, HI V/ AI DS , dll (pr e v.

t e t ap at au t ur un)

• Ke le s t ar ian lingkungan dan aks e s air be r s ih (yg t dk aks e s air be r s ih t ur un 5 0 %)

• Ke mit r aa nglobal dalam pe mbangunan (bant uan ne gar a mampu ut k ne gar a t idak mampu, t e r mas uk as ks e s t hd

obat e s s e ns ial)

Siapa yg mencetuskan ?

Siapa yg mencetuskan ?

tahun 2000: 147 kepala negara

(Presiden, PM, Raja, Ratu, dll)

Apa yang mendorong ??

kemiskinan, jadi MDGs adalah strategi

untuk “poverty reduction”

(38)

Ras io Ke t e r gant ungan (De pe nde ncy Rat io),

I ndone s ia, 2 0 0 5 -2 0 2 5

(Has il Pr oye ks i LDUI dan BPS )

2025 2020

2015 2010

2005 52

50 48 46 44 42 40

Dependency Ratio

49.9

49.7

45.7

45.6

44.7

44.5

44.7

44.2

45.5

44.6

Kohort otak kosong ?

Kohort otak penuh ?

Bonus demografi

as cobat gani

Tahun

BPS LDFEUI • Ant ar a e le me n s aling me nunj ang

• 5 + MDG adalah ur us an ke s e hat an MOMENTUM MENEMPATKAN KES EHATAN S BG “MAI N S TREAM” • Ke s e hat an ins t r ume n s t r at e gis ut k kur angi ke mis kinan • Gizi human capit al inve s t me nt & pr odukt ivit as

• KI A

human capit al inve s t me nt , long t e r m e conomic impact br ain de ve lopme nt

pe manf aat pe luang “bonus de mogr af i 2 0 2 0 -2 0 3 0 ” • HI V/ AI DS , malar ia, t bc

s hor t t e r m e conomic impact

e con. Los s t bc (2 0 0 4 ) Rp 8 ,2 t r iliun e conomic los s malar ia ?

• Air be r s ih & Obat e s s e ns ial

J us t if ikas i & Ke t e r kait an e le me n MDG

(39)

• Miskonsepsi selama ini: kekayaan dan modal

pembangunan adalah SDA

• Penduduk/manusia jarang disebut

• Akibatnya mutu penduduk rendah

• Ekonomi daerah cenderung ekstraktif

• A.l disebabkan visi jangka pendek

• Ingin ada perubahan yg nyata (tangible) dalam

masa5 tahunberkuasa

• MDGs memelukan kepemimpinan yang visioner,

“bernafas panjang”, berwawasan pembangunan

berkesinambbungan dan berkelanjutan

MDGs dan pembangunan daerah

1. Gap yg besar antara situasi sekarang dengan target 2015

2. Prolonged epidemiological transisition double bahkan multiple burden

3. Demografi: aging, CPR turun komitmentthdKB ??? 4. Krisis multidimensi berkepanjangan: kemiskinan khronis 5. Degradasi lingkungan global warming, human waste, air

bersih, bencana

6. Desentralisasi fiskal (kesehatan) yang tidak efektif

7. Penyakit anggaran sektor sosial (kecil, salah alokasi, elemen anggaran tidak seimbang)

8. LEADERSHIP, KOMITMEN, GOVERNANCE: pusat dan daerah, partaipolitik, new actors, makhluklima tahunan

MDGs d lm kont e ks pe mb angunan

nas ional d an d ae r ah:

(40)

Sasaran (2004 - 2009)

(bidang kesehatan) UHH: 66.2 70.6

AKB: 35 26 AKI : 307 226

Balita kurang gizi: 25.8% 20.0%

Arah Kebijakan

Jumlah, mutu, jaringan Puskesmas Jumlah & mutu tenaga kesehatan

Jaminan kesehatan, terutama pddk miskin Kesling dan PHBS

Pendidikan kesehatan sejak dini

Pemerataan dan mutu fasilitas kesehatan

RPJMN dan Strategi

Pembangunan Kesehatan

(41)

1. Pemberdayaan masyarakat 2. Kesling

3. UKM 4. UKP 5. P2P

6. Gizi Masyarakat

7. SD Tenaga Kesehatan 8. Obat & Perbekalan

9. Pengawasan Obat & Makanan 10. Obat Asli Indonesia

11. Kebijakan & Mgt Pembangunan Kesehatan 12. Litbang

Program kesehatan

4 Strategi:

Menggerakkan dan memberdayakan masy

untuk hidup sehat

Meningkatkan akses thd pelayanan

kesehatan yg bermutu

Meningkatkan sistem surveilans,

monitoring dan SIK

(42)

Dilanjutkan dengan Brain Stroming tentang

Desa Siaga

Strategi-1: Menggerakkan dan memberdayakan masy untuk hidup sehat

Seluruh desa menjadi Desa Siaga

Seluruh masyarakat melakukan PHBS

Seluruh keluarga sadar gizi

(43)

Desentralisasi

• DESENTRALISASI

Pelimpahan kewenangan, fungsi, sumberdaya

dan tanggung jawab dari pemerintah pusat

kepada jenjang organisasi lebih rendah

(pemerintah daerah, badan semi-pemerintah

atau swasta)

• Tiga substansi utama :

1. Desentralisasi politik Pilkada lngs (demokrasi) 2. Desentralisasi fungsi SPM

3. Desentralisasi fiskal Dekonsentrasi, DAU, DAK, dll

DESENTRALISASI

(44)

Dua jenis desentralisasi:

DEVOLUSI

Pelimpahan kewenangan, fungsi dan sumberdaya ke unit organisasi pemerintah yg lebih rendah yg bersifat otonom (Indonesia: Kab/Kota)

DEKONSENTRASI

Pelimpahan kewenangan administratif ke unit lebih rendah dlm kendali pemerintah pusat (Indonesia: Propinsi)

Devolusi Dekonsentrasi

Pilkada

Politik Fungsi Smbr-daya

PP-38 PP-38

DAU, Bagi hasil Dekon, TP, Askeskin

DAK ? SPM ?

Aspek legal

UU 32/2004

politik, fungsi & administratif

PP 38/2007

fungsi

UU 33/2004

sumberdaya (keuangan)

(45)

D ESEN TRALISASI FISKAL ANGGARAN PUSAT Propinsi ANGGARAN DEKONSENTRASI Kab/Kota APBD DBH DAU DAK PAD TP ASKESKIN Dana Perimbangan Sub-bidang

BIDANG KESEHATAN DALAM KEWENANGAN DAERAH (PP 38/07)

Sub-sub-bidang Program/fungsi

Surveilans Penyelidikan KLB PM & PTM Bencana & Wabah Pencemaran Kesling Surveilans gizi buruk Penanggulangan gizi buruk Gizi keluarga

Kesehatan haji PKD & rujukan sekunder Pelkes daerah sulit/kepulauan Registrasi, akreditasi, sertifikasi sarkes Rekomendasi perizinan

Perizinan RS C/D, swasta, praktek Pengelolaan Jamkes lokal, Penyelenggaraan Jamkes Nasional

Pemanfaatan, pendayagunaan, pelatihan teknis Registrasi, akreditasi, sertifikasi nakes Pemberian izin praktek

Penyediaan dan pengelolaan obat/perbekalan dasar Sampling dan pengujian, pemeriksaan sarana produksi, pengawasan dan registrasi makanminum produksi rumah tangga

Sertifikasi alat kesehatan Rekomendaso izin PBF Izin Apotik dan Toko Obat Promosi kesehatan

Penyelenggaraan operasional bidang kesehatan Litbangkes

Surkesda

Penapisan IPTEK kesehatan KLN skala kabupaten/Kota Monev dan pengawasan SIK 1 2 3 4 1 2 1 2 3 1 2 3 4 5 6 1 1 2 3 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 1 1 PPP Kesling Gizi Masy UKP & UKM

Pembiayaan Kesmas Jumlah, mutu, distribusi Nakes Ketersediaan, pemerataan, mutu, keterjangkauan

Pemberdayaan, PHBS, UKBM Kebijakan

Litbang kesehatan KLN

Pengawasan & akuntabilitas SIK 1 2 3 4 1 1 1 1 1 2 3 4 5 Upaya kesehatan Pembiayaan kesehatan SDM kesehatan Obat & perbekalan kes

(46)

HARAPAN

Bottom up planning

Program relevan dengan kebutuhan

daerah

Responsif thd aspirasi masyarakat,

demokratis

Lebih akuntabel

Kesejahteraan meningkat

Masalah dlm desentralisasi fiskal

KINERJA PROGRAM KESEHATAN

RENDAH DBH tidak semua Kab/Kota

DAU 70 – 90 % utk gaji, sebagian utk dana pendamping mendapatkan DAK

DAK belum sepenuhnya desentralisasi TP dikendalikan oleh Pusat

PAD kecil di kab/kota miskin Dekonsentrasi dana pusat, utk peningakatan kapasitas

Askeskin operasional UKP

* Kecenderungan utk fisik * Kecenderungan utk kuratif/RS * Telat turun

* Remunerasi kecil

(47)

PERMASALAHAN

“Aktor 5 tahunan”, tidak visioner

Kecenderungan investasi fisik

SPM belm tuntas

KB menurun

Promkes tidak efektif (mahal & tidak jelas ROI)

Kesehatan “low priority” (tidak jelas ROI)

Kesenderungan resentralisasi

Biaya O&M tidak cukup

Eksploitasi SDA untuk pacu PAD

(48)

PRINSIP ADVOCACY

SESI-08

Advocacy

Kegiatan terencana untuk mempengaruhi kebijakan publik dengan cara menyampaikan fakta (evidence)

Kegiatan terencana:

a. Ada tujuan: perubahan/perbaikan kebijakan

b. Memahami “interest” stakeholder yg berkepentingan dengan kebijakan tsb

c. Mencari titik temu (common interest) j tujuan advocacy dan interest stakeholder bertemu d. Menyiapkan bahan advovacy berupa “evidence” e. Kegiatan advocacy

f. Evaluasi hasil advocacy

1. NEGOSIASI/BARGAINING ?

(49)

Tujuan jelas: mudah difahami, spesifik, ada

indikatornya

Evidence based

Faham interest stakeholders (+) maupun (-)

Netral

Kredibilitas advokator

Persiapan & Pengemasan bahan

Media advocacy (pertemuan, hearing, diskusi

mendalam, mass media)

Tepat waktu

PRINSIP

(lihat modul)

Tujuan Adv MNCH

• Umum: perbaikan kesehatan ibu dan anak

• Khusus: komitment berkelanjutan thd

a. Strategi MNCH

b. Anggaran

(50)

• Data daerah setempat tentang

• Data/pengalaman di tempat lain (best practice) • Kerugian dari masalah MNCH baik:

- ekonomi - mutu SDM

- ketertiban & ketenteraman sosial - dll

• Manfaat (keuntungan) dari penaggulangan MNCH - ekonomi

- mutu SDM

- ketertiban & ketenteraman sosial - dll

• Determinan kesehatan ibu dan anak

Evidence based

Assessment stakeholder interest

• Survey, Key informan • Macam-2 interest:

1. Peningkatan PAD 2. Tarik investor 3. Tingkatkan HDI 4. Poverty reduction 5. Emplyment

6. Good governance

7. Kehidupan spiritual/keagamaan 8. Kemananan dan ketertiban 9. Kekuasaan

(51)

Advokator

Siapa ??

• Kredibel (tidak hanya populer)

• Popularitas tidak sama dengan kredibel

• Penampilan penting

• PD

• Menguasai bahan minimal ttg MNCH

• Kemampuan verbal

• Perlu didukung TIM back up advocator

Advocacy bersikap netral,

kecuali:

• Berfihak pada kepentingan publik

• Berfihak pada nilai-nilai normatif universal:

a. Hak azasi

b. Fairness (keadilan)

c. Equity (pemerataan)

(52)

• Dasarnya: evidence

• Perlu dikemas (Packaging)

Ingat 4 Ps dalam pemasaran

• Contoh pengemasan:

- Gambar/film/dll - Grafika

- Animasi - Cerita, dll

• Bawa artis, penyanyi, dll tepatkah ?

Packaging/pengemasan bahan

Media Advocacy

• Seminar

• Dengar pendapat dengan DPRD

• Diskusi mendalam dengan Pemda

• Mass media

[image:52.612.121.490.92.680.2]
(53)

Tepat waktu

• Musrenbang: Januari – April

• Jaring Asmara: Pebruari – Maret

• Penentuan KUA : April – Mei

• Asistensi anggaran: Mei – Nopember

• Keputusan anggaran: Desember

(54)

RENCANA, PELAKSANAAN & TEHNIK

ADVOCACY

(Khusus dlm forum pertemuan)

SESI-09

Langkah-2

• Siapkan TOR

• Siapkan bahan (pendukung) advocacy • Materi yg akan disajikan

• Waktu, media, tempat

• Mengudang audiens/sasaran advocacy

• Bahan & alat bantu (AVA/Sound system), setting ruangan/tempat duduk

• Persiapan advokator & tim pendukung • Pelaksanaan advocacy

(55)

2005 2006 2007

DEMOGRAFI Jumlah penduduk Jumlah ibu mati Jumlah bayi mati Kurang gizi balita CAKUPAN PROGRAM K4

TT Linakes KN Imm anak KB (CPR)

FASILITAS PEL MNCH Jumlah Puskesmas Puskesmas dengan PONED RSUD dengan PONEK Jumlah desa

Jumlah Bidan di Desa Jumlah Desa Siaga ANGGARAN KESEHATAN APBD Pemda

APBD Dinas Kesehatan DAK Kesehatan Gaji Kesehatan 1

2 3 4

1 2 3 4 5 6

1 2 3 4 5 6

1 2 3

4 Silahkan pergunakan dat

a

lain kalau ada

Analisis data MNCH

(Tugas kelompok)

(56)

* Dari data yang ada, coba identifikasi masalah

dari sisi

(a) keadaan kesehatan ibu dan anak,

(b) supply pelayanan,

(c) kinerja program seperti cakupan-2,

(d) sisi demand,

(e) sisi kemitraan,

(f) kapasitas Dinkes

* Situasi pembiayaan kesehatan (total, perkapita,

dll)

* Rumuskan “interest” stakeholder yg akan

menjadi sasaran advocacy

Fokus analisis

Pertanyaan

• Apa yang perlu di advocacy ?

(57)

MEMPERSIAPKAN

BAHAN ADVOCACY

SESI-11

(TUGAS KELOMPOK)

Tugas Kelompok

Rumuskan

– Tujuan advocacy (apa yang diharapkan) Siapkan bahan/materi advocacy

– Latar belakang/masalah – Kenapa penting

– Apa manfaat (kesejahteraan, agenda pembangunan daerah, dll)

– Apa yg harus dilakukan

– Prasyarat agar kegiatan tsb bisa dilakukan – Harapan: kebijakan apa yg perlu ada/dirubah Siapkan slide Powerpoint

(58)

Persiapan

Pengaturan ruangan

Tim advocator

a. Advocator

b. Tim pendukung

Audiens

a. Pemda (Simulasi -1) b. Legislatif (Simulasi 2) c. LSM

d. Wartawan e. Dll

Simulasi Advocacy

(Role play)

(59)

Pelaksanaan

• Pembukaan (5 menit)

• Sambutan (maks 10 menit)

• Penyampaian materi adv (Maks 30 menit)

• Diskusi (antara 30- 60 menit)

• Kesimpulan (10 menit)

(60)
(61)

MODUL ADVOKASI KESEHATAN IBU,

NEONATAL DAN ANAK (MNCH)

(62)
(63)
(64)

KATA SAMBUTAN

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Millenium Development Goals (MDGs) kesehatan ibu dan anak ditegaskan sebagai masalah/program yang harus diberikan prioritas tinggi. Walaupun indikator kesehatan ibu anak di Indonesia menunjukkan perbaikan selama dua-tiga decade yang lalu, kesenjangan antara keadaan sekarang dengan target RPJMN dan MDGs masing cukup besar. Dibandingkan dengan kinerja perbaikan kesehatan ibu dan anak di negara tetangga seperti di kawasan ASEAN, Indonesia juga tertinggal.

Berbagai intervensi dan strategi sudah dikembangkan dan dilaksanakan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak, yang sekarang disebut MNCH (Maternal Neonatal and Child Health); termasuk stragegi Making Pregnancy Safer (MPS), penempatan bidan dan pembangunan Polindes di desa, pengembangan Desa Siaga dengan fokus menggerakkan dan memberdayakan masyarakat. Dalam proyek DHS-1 dikembangkan strategi komprehensif (menyeluruh) yang terdiri dari berbagai intervensi pada (a) sisi supply pelayanan MNCH, (b) meningkatkan kemandirian dan demand masyarakat terhadap pelayanan tersebut, (c) menggerakkan kemitraan, (d) meningkatkan kapasitas Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta (e) menggalang komitment politis dan anggaran di tingkat Kabupaten/Kota.

Dalam era desentralisasi, semua strategi dan intervensi tersebut memerlukan komitmen yang tinggi dari pengambil keputusan di Kabupaten/Kota. Komitmen tersebut tidak datang dengan sendirinya, akan tetapi perlu diperjuangkan. Lebih-lebih dengan bermunculannya pemimpin di tingkat daerah yang mempunyai latar belakang sangat beragam, sebagai buah dari pelaksanaan demokrasi di tingkat Kabupaten/Kota.

Untuk mendapatkan komitmen tersebut, diperlukan kegiatan advocacy secara terencana dan sistematis. Oleh sebab itu diperlukan tenaga yang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan khusus untuk melakukan advocacy tersebut.

Kehadiran modul Advocacy MNCH ini oleh karenanya adalah sangat tepat dan sangat dibutuhkan. Diharapkan dengan adanya modul ini kegiatan advocacy MNCH akan semakin ditingkatkan, sehingga program-program Kesehatan Ibu dan Anak akan mendapat dukungan penuh di tingkat Kabupaten/Kota.

Pada kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih kepada Sekretaris Eksekutif Proyek DHS-1 yang telah memfasilitasi tersusunnya modul pelatihan Advocacy MNCH ini. Terima kasih juga disampaikan kepada semua fihak lain yang telah membantu, khususnya kepada penyusun modul.

Semoga modul ini berguna untuk meningkatkan komitmen terhadap pembangunan Kesehatan Ibu, Neonatus dan Anak di Indonesia pada umumnya, di tingkat daerah pada khususnya.

Jakarta, 5 November 2007

(65)

KATA SAMBUTAN

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Module Pelatihan untuk meningkakan kapasitas petugas kesehatan dalam melaksanakan proses desentralisasi yang telah mengalami beberapa kali penyesuaian dapat diselesaikan. Module Pelatihan untuk peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam kontek desentralisasi ini disusun mengikuti perkembangan kebutuhan dan perubahan-perubahan dalam proses desentralisasi di Indonesia, beberapa pedoman/modul tersebut mengalami beberapa kali penyesuaian dan diuji cobakan di Provinsi dan Kabupaten/Kota. Selain itu, sejak tahun 2005 Proyek DHS-1 difokuskan pada percepatan peningkatan kesehatan Ibu dan Anak, walaupun misinya tetap sama yaitu memperkuat daerah dalam melaksanakan desentralisasi kesehatan. Maka sampai Desember 2007, telah dihasilkan seperangkat pedoman/modul sebagai berikut:

1. Modul Surveilans KIA: Peningkatan Kapasitas Agen Perubahan dan Pelaksana Program Kesehatan Ibu dan Anak

2. Pedoman Surveilans KIA

3. Modul Advocacy Kesehatan Ibu, Neonatal dan Anak atau Maternal Neonatal and Child Health (MNCH)

4. Modul Pelatihan Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan Terpadu (P2KT) (Penyesuaian Modul yang lama)

5. Pedoman Reformasi Sektor Kesehatan atau Health Sector Reform (HSR) 6. Modul Advocacy (Penyesuaian Modul yang lama)

Modul Pelatihan dan Pedoman ini tersusun berkat kerjasama dan dukungan dari Direktorat Jenderal P2M-PL, Direktorat Kesehatan Ibu, Direktorat Kesehatan Anak, Biro Perencanaan, Pusat Data dan Informasi Kesehatan, Tim TRT Pusat, Tim Konsultan 3579, para Pihak Ketiga yang ditunjuk sebagai Pelaksana Pekerjaan dan Sekretaris Eksekutif Proyek DHS-1 yang telah memfasilitasi penyusunan pedoman dan modul tersebut diatas. Dalam kesempatan ini saya menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan Modul dan Pedoman ini.

Kami menyadari bahwa modul pelatihan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik membangun sangat kami harapkan. Akhirnya, kami berharap Modul dan Pedoman ini bermanfaat bukan saja bagi daerah, akan tetapi juga bagi tingkat Provinsi dan Pusat serta siapa saja yang berkepentingan dengan Pengembangan dan Penguatan Sistem Pelayanan Kesehatan dalam konteks Desentralisasi.

Jakarta, 5 November 2007

Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan R.I.

(66)

DAFTAR ISI

KONTRIBUTOR ... i

KATA SAMBUTAN DIRJEN ... ii

KATA SAMBUTAN SEKRETARIS DIRJEN ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR SINGKATAN ... v

I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Kesehatan Ibu dan anak sebagai indikator kesejahteraan ... 1 1.2. Masalah dan penyebab gangguan kesehatan ibu dan anak ... 1 1.3. Strategi meningkatkan kesehatan ibu dan anak ... 2 1.4. Desentralisasi dan strategi MNCH ... 2 1.5. Perlunya menggalang komitmen ... 3

II. GARIS BESAR PROSES PEMBELAJARAN ... 5

2.1. Tujuan Instruksional Umum ... 5 2.2. Tujuan Instruksional Khusus ... 5 2.3. Proses Pembelajaran ... 6 2.4. Jadwal Pelatiham ... 7

III. PESERTA ... 8

IV. POKOK BAHASAN / MATERI PELATIHAN... 9

Pokok Bahasan 1 : MNCH dan Kesejahteraan ... 9 Pokok Bahasan 2 : Situasi dan Masalah MNCH serta Strategi Mengatasinya .. 14 Pokok Bahasan 3 : Teori dan Prinsip – Prinsip Advocacy ... 21 Pokok Bahasan 4 : Praktek Advocacy MNCH di Kabupaten/Kota ... 26 Pokok Bahasan 5 : Contoh Bahan Advocacy ... 32

LAMPIRAN-1 : Pedoman Role Play (Simulsi)

LAMPIRAN-2 : Tabel untuk Pengumpulan Data Bahan Advcacy MNCH LAMPIRAN-3 : Contoh Slides Advocacy MNCH

(67)

DAFTAR SINGKATAN

ADB = Asian Development Bank

AIDS = Acquired Immuno Deficiency Syndrome AKI = Angka Kematian Ibu

AKB = Angka Kematian Bayi ANC = Ante Natal Care

APBD = Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah BBLR = Berat Badan Lahir Rendah

BLN = Bantuan Luar Negeri CTJ = Ceramah dan Tanya Jawab DAU = Dana Alokasi Umum DAK = Dana Alokasi Khusus

DHS = Decentralized Health Service DPRD = Dewan Perwakilan Rakyat Daerah HDI = Human Development Index HIV = Human Immunodeficiency Virus IBI = Ikatan Bidan Indonesia

IDI = Ikatan Dokter Indonesia IMR = Infant Mortality Rate

IPM = Indek Pembangunan Manusia ISPA = Infeksi Saluran Pernafasan Akut JPS = Jaringan Pengamanan Sosial KB = Keluarga Berencana

KEP = Kurang Enerji dan Protein KIA = Kesehatan Ibu dan Anak KLB = Kejadian Luar Biasa

KUA = Kebijakan Umum Anggaran LSM = Lembaga Swadaya Masyarakat MDG = Millenium Development Goals MMR = Maternal Mortality Ratio

MNCH = Maternal, Neonatal and Child Health MP-ASI = Makanan Pendamping Air Susu Ibu Musrenbang = Musyawarah Perencanaan Pembangunan NGO = Non Government Organization

PAD = Pendapatan Asli Daerah Pemda = Pemerintah Daerah

PONED = Pelayanan Obtetri dan Neonatal Emergensi Dasar

PONEK = Pelayanan Obtetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif RPJMN = Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJP = Rencana Pembangunan Jangka Panjang

SDM = Sumber Daya Manusia TOR = Term of Reference UU = Undang-undang

(68)

PENDAHULUAN Kesehatan ibu dan anak sebagai indikator kesejahteraan

Kesehatan adalah hak azasi ibu dan anak. Hak ini diakui secara universal yang telah diratifikasi oleh Indonesia. Namun data tentang kesehatan ibu dan anak di Indonesia, seperti misalnya angka kematian ibu dan bayi, masih sangat tinggi kalau dibandingkan dengan keadaan dinegara tetangga di ASEAN.

Kesehatan ibu dan anak sangat esensial dalam mencapai kesejahteraan masyarakat. Gangguan kesehatan pada ibu dan anak akan menimbulkan kerugian jangka pendek dan kerugian jangka panjang.

Pertama, dalam jangka pendek, kesakitan dan kematian ibu dan anak menyebabkan keluarga harus mengeluarkan berbagai macam biaya atau kerugian ekonomi, disamping pengorbanan non-moneter seperti kecemasan dan rasa duka. Jadi dalam jangka pendek masalah kesehatan ibu dan anak mengurangi kesejahteraan dalam keluarga.

Kedua, kesakitan dan kematian ibu dan anak akan mengganggu investasi modal manusia (human capital investment), baik secara mikro pada tingkat rumah tangga maupun secara makro pada tingkat masyarakat. Kesehatan ibu dan bayi diperlukan sebagai investasi dini untuk menjamin mutu modal manusia.

Uraian diatas menunjukkan bahwa kesehatan ibu dan anak sekaligus adalah indikator kesejahteraan penduduk disamping indikator kesehatan. Kesejahteraan adalah salah satu tujuan pokok dalam berbangsa dan bernegara. Maka kegagalan mewujudkan kesehatan ibu dan anak adalah juga kegagalan sebuah bangsa dan negara dalam mewujudkan kesejahteraan.

Masalah dan penyebab gangguan kesehatan ibu dan anak

Kesehatan ibu dan anak adalah prioritas pembangunan kesehatan, baik pada tingkat nasional maupun global. Oleh sebab itu sudah banyak studi dilakukan untuk:

a. Mengetahui besaran masalah tersebut b. Mengetahui penyebab masalah tersebut

c. Mengetahui intervensi apa yang perlu dilakukan

(69)

Strategi meningkatkan kesehatan ibu dan anak

Pengetahuan tentang besaran masalah, sebab-sebab masalah dan intervensi mengatasinya, merupakan informasi berharga untuk menyusun strategi meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Berbagai strategi dirumuskan, disosialisasikan dan dilaksanakan, seperti misalnya strategi MPS (Making Pregnancy Safer). MPS menekankan aspek intervensi atau pelayanan klinis yang perlu disediakan sesuai dengan kebutuhan ibu dan anak.

Dalam proyek DHS-1 (Decentralized Health Service) di rumuskan Comprehensive Strategy MNCH, yang intinya adalah menggerakkan semua pelaku agar intervensi-intervensi yang sudah terbukti ”cost effective” tersebut dapat mencapai dan dapat dicapai oleh penduduk yang membutuhkannya. Pelaku-pelaku utama yang dimaksud adalah:

(a) Masyarakat yang membutuhkan pelayanan MNCH (b) Provider pelayanan MNCH

(c) Organisasi dan mesin birokrasi pemerintah sebagai penanggung jawab wilayah (d) Berbagai fihak yang potensial menjadi mitra pemerintah dalam urusan MNCH (e) Pengambil keputusan disuatu wilayah

Dalam bahasa teknis, upaya menggerakkan ke lima pelaku utama tersebut disebut sebagai strategi komprehensif atau Comprehensive Strategy, yaitu:

(a) Demand side approach (meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menggunakan pelayanan MNCH)

(b) Supply side approach (meningkatkan akses dan mutu pelayanan)

(c) District capacity building (meningkatkan kemampuan Dinas Kesehatan sebagai mesin birokrasi pemerintah)

(d) Partnership (menggerakkan swasta, LSM dan semua mitra lain yang potensial) (e) Advokasi (menggalang komitment politis dan komitmen anggaran dari fihak

eksekutif dan legislatif)

Desentralisasi dan Strategi MNCH

Kebijakan desentralisasi yang diterapkan di Indonesia sejak tahun 2000 (UU No. 22 dan UU No. 25/1999 yang kemudian diganti dengan UU No. 32 dan 33/2004) telah merubah secara drastis wewenang pengambilan keputusan dalam sistem pemerintah. Dari sistem yang sangat sentralistis, dalam waktu singkat kewenangan keputusan diberikan kepada tingkat Kabupaten/Kota yang semula (pada awal desentralisasi diterapkan) jumlahnya 350, dan pada tahun 2006 meningkat menjadi sekitar 420 Kabupaten/Kota.

(70)

era desentralisasi, betapapun bagusnya sebuah strategi, keberhasilannya sangat tergantung pada komitmen politis dan komitment anggaran pemerintah daerah setempat.

Kenapa program MNCH sangat tergantung pada komitment dan anggaran pemerintah?

Pertama, pelayanan-pelayanan untuk kesehatan ibu dan anak mempunyai eksternalitas

(dampak terhadap masyarakat) yang besar. Dalam jangka pendek, pencegahan gangguan kesehatan ibu dan anak akan meningkatkan ”private saving” pada tingkat rumah tangga (rumah tangga tidak mengeluarkan biaya berobat dan biaya penguburan). Dalam jangka panjang, kesehatan ibu dan anak akan menghasilkan SDM bermutu, yang sangat penting dalam memacu pertumbuhan ekonomi dan ketertiban sosial. Eksternalitas yang tinggi ini menyebabkan pelayanan MNCH bisa disebut sebagai ”public goods”. Dalam kebijakan publik (public policy), pelayanan yang bersifat public goods memang senantiasa memerlukan campur tangan pemerintah.

Kedua, program MNCH memerlukan suatu infrastruktur yang banyak dan merata, sehingga

memerlukan biaya investasi dan biaya operasional/rutin yang besar. Sulit bagi swasta untuk membiayainya, lebih-lebih lagi karena pelayanan tersebut tidak segera memberikan ”return on investment” dan ”payback period” yang cepat.

Ketiga, penduduk miskin di Indonesia jumlahnya besar (36 - 40 juta ), sekitar 2 kali total penduduk benua Australia. Kemampuan membayar penduduk miskin rendah, sehingga sulit bagi sektor swasta untuk menerapkan tarif untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.

Keempat, dalam kenyataan jaringan pelayanan kesehatan di Indonesia memang didominasi

oleh sistem pelayanan milik pemerintah. Ini termasuk penyediaan polindes, penempatan bidan didesa, penyediaan Puskesmas dan Puskesmas Poned serta Rumah Sakit.

Dengan uraian diatas jelas sekali bahwa peranan pemerintah masih sangat sentral dan utama dalam penerapan strategi MNCH. Dengan perkataan lain, komitment politis dan komitment anggaran pada tingkat Kabupaten/Kota sangat menentukan keberhasilan ataupun kegagalan bangsa Indonesia meningkatkan kesehatan ibu dan anak, yang sangat menentukan pula keberhasilan atau kegagalan mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Perlunya menggalang komitmen

(71)
(72)

GARIS BESAR PROSES PEMBELAJARAN Tujuan Instruksional Umum

Tujuan pelatihan ini adalah tersedianya tenaga advokator ditingkat propinsi yang mampu melakukan advokasi MNCH ke tingkat Kabupaten/Kota, dalam rangka mencapai tujuan RPJMN dan MDG.

Tujuan Instruksional Khusus

Dihasilkannya tenaga advokator MNCH di tingkat propinsi yang memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami pentingnya MNCH dalam pembangunan kesejahteraan

Seorang advokator MNCH perlu mengetahui alasan-alasan kenapa MNCH (peningkatan kesehatan ibu dan anak) sangat esensial untuk membangun kesejahteraan, seperti ditekankan dalam MDG dan RPJMN.

2. Memahami masalah MNCH Kabupaten/Kota

Masalah MNCH digambarkan dengan beberapa indikator baku, termasuk jumlah kematian ibu dan jumlah kematian neonatus dan bayi, sebab-sebab kematian ibu dan bayi, kinerja program untuk mengatasi kematian ibu dan bayi (cakupan-cakupan program) serta kecukupan sumberdaya (dana, tenaga dan sarana) untuk melaksanakan program tersebut.

3. Mengetahui jenis dan sumber data yang diperlukan

Untuk dapat memahami situasi masalah MNCH di suatu Kabupaten/Kota diperlukan data tertentu. Advokator perlu mengetahui jenis data apa yang diperlukan dan dimana sumber data tersebut.

4. Mampu melakukan analisis interest stakeholder

Sasaran advokasi utama

Gambar

Tabel-x. Target penurunan angka kematian ibu
Tabel-x. Target penurunan angka kematian bayi
Gambar/film/dll
Gambar-1. Grafik perkembangan/pertumbuhan otak balita
+7

Referensi

Dokumen terkait