• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA SAMBUTAN

TEORI DAN PRINSIP-PRINSIP ADVOKASI Definis

Ada banyak definisi tentang advokasi. Berikut ini disampaikan dua definisi yang nampaknya sesuai dengan keperluan advokasi MNCH kepada pengambil keputusan dalam konteks desentralisasi1.

Advokasi adalah kegiatan terencana untuk mempengaruhi kebijakan publik, dengan menyampaikan data atau fakta (evidence). Sebagai kegiatan terencana, maka advokasi didahului dengan proses sistematis untuk:

(a) merumuskan tujuan (perubahan yang diharapkan pada kebijaksanaan), (b) melakukan upaya untuk memahami “interest’ fihak-fihak yang berkepentingan

(stakeholder) dengan kebijaksanaan tersebut,

(c) mencari titik temu atau wilayah ”common interest” dimana tujuan advokasi dan interest stakeholder bertemu,

(d) mengemas bahan advokasi dengan data (evidence) (e) kegiatan advokasi

(f) melakukan evaluasi terhadap hasil advokasi

Advokasi adalah kegiatan yang dilakukan seseorang atau lembaga yang bertujuan untuk

memberikan informasi yang lebih lengkap dalam pengambilan keputusan. Pemberian

informasi yang lebih lengkap dapat berupa nasihat, identifikasi suatu masalah, penyajian data, usulan pemecahan suatu masalah, dan sebagainya.

Karena advokasi bertujuan mempengaruhi kebijakan publik, maka keberfihakan advokasi adalah pada kepentingan publik. Artinya, advokasi bukan manuver untuk kepentingan politik atau aliran tertentu. Advokasi bukan pula proses “bargaining” dimana terjadi tawar menawar kepentingan.

Prinsip-prinsip advokasi yang baik

Mempunyai tujuan yang jelas

Advokasi harus mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan tersebut harus dirumuskan secara tertulis, mengunakan kalimat yang mudah difahami, spesifik dan sedapat mungkin jelas indikator atau ukurannya.

Sehubungan dengan advokasi kebijakan publik dibidang kesehatan khususnya kesehatan ibu dan anak, tujuan tersebut bisa tentang hal-hal berikut:

- anggaran kesehatan khususnya anggaran program MNCH

- pemerataan (distribusi) tenaga kesehatan misalnya penempatan bidan, sarana dan obat kesehatan

- membuka peluang kemitraan dengan fihak non-pemerintah (misalnya ”outsourcing” pelayanan kesehatan)

- menggeser intervensi kesehatan kearah promotif dan preventif - mengatur kegiatan sektor lain agar tidak merugikan kesehatan - mendorong sektor lain untuk berpartisipasi dalam upaya kesehatan - dll

Evidence based

Advokasi harus didasarkan pada data atau fakta atau “evidence” yang sahih. Evidence tersebut bisa berupa:

- data tentang besaran masalah

- data tentang determinan atau faktor yang berkaitan dengan masalah tersebut - data tentang dampak/implikasi kebijakan yang berlaku sekarang terhadap kebijakan

tersebut

- data tentang implikasi (manfaat atau kerugian) apabila suatu kebijakan ditetapkan atau dirubah/diganti atau dihilangkan

- dll

Ini berarti advokasi memang harus didahului dengan melakukan pengumpulan data atau bahkan suatu riset/penelitian. Oleh sebab itu, advokasi akan lebih baik apabila didukung oleh sebuah tim untuk mempersiapkan data dan informasi yang diperlukan.

Memahami interest sasaran advokasi

Advokasi harus didahului dengan analisis tentang interest atau issue prioritas yang ada dalam fikiran sasaran advokasi. Pengamatan di beberapa daerah sejak pelaksanaan desentralisasi menunjukkan beberapa issue yang menonjol di daerah (yang berkaitan dengan pembangunan), yaitu sebagai berikut:

- peningkatan pendapatan daerah - menarik investor

- meningkatkan HDI (Human Development Index) - pemberantasan kemiskinan

- mengatasi pengangguran - “good governance”

- meningkatkan kehidupan keagamaan (nilai agamis) - kehidupan politik yang lebih demokratis

- keamanan dan ketertiban - dll

Advokasi yang baik adalah kalau sebelumnya diketahui apa issue atau tema yang sedang ”top” dalam pikiran dan kesibukan sasaran advokasi (eksekutif dan legislatif). Tentu saja tema atau issue tersebut bisa lebih dari satu.

Kalau issue utama tersebut diketahui, maka dapat dicari hubungan atau keterkaitan tujuan advokasi dengan issue-issue tersebut. Ini merupakan bahan penting dalam mempersiapkan materi advokasi. Sebagai contoh, kalau issue utama yang menonjol adalah pemberantasan kemiskinan, maka dalam materi advokasi sedapat mungkin ditunjukkan ”evidence” bagaimana kesehatan ibu dan anak akan berkontribusi pada pengurangan kemiskinan. Kalau issue utamanya adalah keamanan dan ketertiban sosial, ditunjukkan bahwa dengan MNCH akan dihasilkan SDM yang berpendidikan yang lebih mengerti dan mampu menjalankan tertib hukum dan demokrasi.

Jadi memahami interest sasaran advokasi adalah prinsip penting dalam advokasi.

Sikap netral, kecuali thd nilainilai normatif universal

Hanya ada satu keberfihakan dalam advokasi kebijakan publik, yaitu keberfihakan kepada kepentingan publik tanpa melihat perbedaan-perbedaan. Tujuan akhir advokasi kebijakan publik adalah bagaimana kebijakan-kebijakan daerah mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Oleh sebab itu, advokator dan materi advokasi harus netral, tidak berfihak pada suatu aliran politik, suku/ras, agama, daerah, kelas ekonomi atau hal-hal premordial lainnya.

Kredibilitas advokator (populer tidak sama dengan kredibel)

Orang atau lembaga yang menjadi advokator harus kredibel dimata masyarakat dan terlebih- lebih dimata sasaran advokasi. Perlu dicatat bahwa popularitas tidak sama dengan kredibilitas. Adalah bahaya apabila advokator adalah seseorang yang populer akan tetapi memiliki cacad kredibilitas.

Persiapan dan pengemasan bahan

Advokasi harus didahului dengan persiapan yang seksama dan matang. Penentuan tujuan advokasi dan kalau bisa penentuan indikator keberhasilannya perlu didiskusikan bersama dengan anggota Tim advokasi.

Issus-issue yang akan dikemukakan dalam advokasi harus didukung oleh data dan usahakan bahwa data tersebut sahih. Untuk advokasi kesehatan sering dialami kesulitan mendapatkan data yang valid, apalagi ditingkat daerah.

Bahan advokasi harus dikemas dengan baik. Disarankan untuk meminta bantuan akhli ilustrasi dan tipografi serta audio visual untuk mengemas bahan-bahan advokasi. Bahan tersebut bisa dalam bentuk barang cetakan (tulisan dan gambar/foto), bisa juga dalam

bentuk bahan presentasi dalam soft ware powerpoint atau video. Pemilihan kalimat juga termasuk seni pengemasan pesan advokasi.

Isi pesan harus sesuai dengan tujuan advokasi. Seperti dikemukakan diatas, usahakan untuk mengkaitkan isi pesan dengan issue-issue pokok yang sedang menjadi issue “top” dikalangan eksekutif dan legislatif. Kalau issue utamanya adalah peningkatan pendapatan daerah, pengurangan pengangguran dan pengurangan kemiskinan (issue ekonomi), maka dalam pengemasan pesan dapat disiapkan bahan yang menjelaskan kontribusi meningkatnya kesehatan ibu dan anak terhadap issue-issue tersebut. Untuk menghitung kontribusi tersebut, bisa diminta bantuan akhli ekonomi kesehatan.

Media advokasi

Advokasi harus menggunakan media yang dinilai paling efektif. Media tersebut bisa berupa (1) seminar advokasi, (2) rapat dengar pendapat dengan DPRD, (3) diskusi mendalam dengan Bupati/Walikoa dan jajarannya, (4) melalui mass media cetak dan/atau elektronik. Pengalaman advokasi kesehatan di beberapa daerah di Indonesia menunjukkan bahwa seminar advokasi cukup efektif karena hal-hal sebagai berikut:

- dua pelaku utama pengambilan keputusan Kabupaten/Kota (Pemda dan DPRD) sekaligus bisa mendapat advokasi

- dihadiri oleh eksekutif dan legislatif serta undangan lainya, sehingga ungkapan- ungkapan kesepakatan akan didengar oleh banyak orang

- advokator dan lembaga penyelenggara advokasi bisa segera membuat rumusan hasil seminar advokasi dan diartikulasikan dihadapan peserta seminar - dalam beberapa kegiatan advokasi, rumusan tersebut segera menjadi kesepakatan

dan dokumennya ditanda tangani bersama

Namun apabila tujuan dan materi advokasi bersifat sangat teknis (misalnya menyarankan komitment Pemda untuk memberikan insentif kepada bidan atau tenaga medis lain yang bekerja didaerah sangat terpencil), media advokasi yang lebih cocok adalah diskusi dengan pimpinan daerah yang dihadiri oleh unit kerjanya yang berkaitan dengan penganggaran, kepegawaian dan sektor terkait (Dinas Kesehatan).

Tepat waktu (timely)

Penyelenggaraan advokasi harus tepat waktu. Ini kalau tujuan advokasi tersebut memerlukan komitment anggaran Pemda. Perencanaan tahunan untuk tahun mendatang sudah dimulai sejak bulan Januari tahun berjalan. Perlu diketahui simpul-simpul penting dalam proses perencanaan tersebut dimana keputusan dibuat.

Musrenbang

Musrenbang adalah forum dimana fihak eksekutif bertemu dengan masyarakat untuk menampung usulan/aspirasi masyarakat dalam perencanaan kegiatan tahunan pembangunan. Musrenbang dilaksanakan dengan jadwal sebagai berikut:

- tingkat desa : Januari,

- tingkat kecamatan : Januari – Pebruari - kabupaten/kota : Maret - April

Jaring Asmara

Selanjutnya, fihak lagilatif juga menjaring aspirasi masyarakat (Jaring Asmara) melalui berbagai mekanisme (a.l. analisis isi mass media dan rapat dengar pendapat). Jaring Asmara ini selesai dalam bulan Pebruari – Maret

Penentuan Kebijakan Umum Anggaran (KUA)

Kebijakan Umum Anggaran (KUA) ditetapkan dalam bulan April – Mei, yang merupakan kesepakatan antara Pemda dengan DPRD. Dalam KUA tersebut sudah ada pagu anggaran untuk masing-masing Dinas atau sektor (sekarang disebut SKPD atau Satuan Kerja Perangkat Daerah).

Asistensi angaran

Sepanjang Mei sampai Nopember berlangsung asistensi atau konsultasi anggaran antara SKPD dengan Bappeda (Pemda) dan antara Pemda dengan DPRD.

Keputuan anggaran

Secara formal, keputusan angaran dibuat dalam bulan Desember.

Dengan siklus perencanaan dan penentuan anggaran seperti dijelaskan diatas, kapan sebaiknya advokasi dilakukan ? Kalau diharapkan tujuan advokasi sudah mulai direalisir dalam tahun mendatang, maka waktu yang tepat untuk advokasi adalah bulan Januari sampai dengan Mei, yaitu sebelum KUA ditetapkan.

POKOK BAHASAN IV

PRAKTEK ADVOKASI MNCH DI KABUPATEN/KOTA

Dokumen terkait