• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME PENYELESAIAN KLAIM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN TERHADAP KARYAWAN PT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME PENYELESAIAN KLAIM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN TERHADAP KARYAWAN PT"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME PENYELESAIAN KLAIM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN

TERHADAP KARYAWAN PT. TRANS DANA PROFITRI BRANDAN

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG

Penulis : DARA PUSPITA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

ABSTRAK Dara Puspita1 Muhammad Husni**

Zulfi Chairi***

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan jaminan kesehatan bagi pekerja setelah transformasi JAMSOSTEK menjadi BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) dan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat pelaksanaan BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan). Penelitian ini dilakukan di Kota Brandan, khususnya pada Kantor PT.

Trans Dana Profitri dengan mengambil data yang relevan serta melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dalam hal ini pihak penyelenggara BPJS dan pihak-pihak yang terkait dengan penulisan skripsi ini.

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research) dan metode penelitian lapangan (Field Research). Metode penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengumpulkan sejumlah data dengan jalan membaca dan menelusuri literature-literatur yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, sedangkan metode penelitian lapangan yaitu penelitian dilakukan di lapangan dengan pengamatan langsung, dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan Kepala Admin PT. Trans Dana Profitri dan para pihak yang tergolong staf dan karyawan PT. Trans Dana Profitri, serta pihak-pihak yang terkait dengan penulisan skripsi ini.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah transformasi kelembagaan Jamsostek menjadi BPJS, pemerintah telah memberikan dukungan penuh untuk pelaksanaan BPJS diantaranya dengan menetapkan jenis pelayanan kesehatan, dan penetapan anggaran. Namun dalam pelaksanaannya, pelayanan kesehatan yang diberikan oleh BPJS Kesehatan masih belum efektif dan efisien. Selain itu, masih banyak faktor- faktor yang menjadi penghambat dalam pelayan kesehatan oleh BPJS Kesehatan

Agar terciptanya syarat-syarat khusus kontrak, harus terjadi kesepakatan antara PT. Trans Dana Profitri Brandan dengan Karyawan mengenai BPJS Kesehatan, seperti telah disepakatinya tanggal berlaku kontrak, jadwal pelaksanaan pekerjaan, pembayaran tagihan, dan lain-lain. Tata cara pengajuan klaim asuransi yaitu jika timbul perselisihan maka diselesaikan melalui Musyawarah Mufakat, atau tertanggung dapat meminta Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI) yang bertindak sebagai Mediator dan penyelesaian sengketa melalui non litigasi ataupun litigasi.

Kata Kunci : Mekanisme, Penyelesaian Klaim, dan BPJS Kesehatan.

*Peneliti, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara

**Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara

***Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara

(3)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan peningkatan produktivitas karyawan selaku sumber daya manusia. Kondisi kesehatan yang baik merupakan potensi untuk meraih produktivitas kerja yang baik pula.

Pekerjaan yang menuntut produktivitas kerja yang tinggi hanya dapat dilakukan oleh karyawan dengan kondisi yang prima. Sebaliknya, gangguan kesehatan menyebabkan karyawan tidak atau kurang produktif dalam melakukan pekerjaannya. 2

Didalam setiap produksi, setiap karyawan selain menanggung beban kerja juga berhadapan dengan berbagai potensi bahaya di tempat kerja. Beban kerja semakin berat apabila karyawan juga di tuntut untuk bekerja dengan ritme pekerjaan yang lebih cepat dan target yang lebih tinggi, sedangkan berat ringannya dampak potensi bahaya tergantung daripada jenis, besar potensi bahaya dan tingkat risikonya.3

Dampak yang dapat ditimbulkan akibat adanya beban kerja dan potensi bahaya yang di hadapi karyawan berupa gangguan kesehatan seperti kelelahan dan ketidaknyamanan. Apabila kondisi tersebut tidak diantisipasi maka kesehatan karyawan akan sangat terganggu sehingga produktivitas kerja akan menurun. Bahaya yang mengancam sewaktu-waktu terhadap pekerja atau karyawan saat menjalankan

2 Suma’mur, HygienePerusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES), Sagung Seto, Jakarta, 2013, hal.12

3Ibid, hal.13

(4)

pekerjaannya merupakan ketidakpastian mengandung risiko yang menimbulkan ancaman bagi kesehatan karyawan. 4

Dalam bisnis yang bergerak di bidang jasa (Sumber Daya Manusia), khususnya keamanan, PT. Trans Dana Profitri selalu di hubungkan dengan kegiatan perjanjian atau kontrak kerja antara karyawan dan Perusahaan. Kontrak pada perusahaan dimaksud agar karyawan bisa menjalankan tugasnya dengan baik dan sesuai dengan apa yang diinginkan perusahaan. Kontrak kerja dibuat agar karyawan bisa menyesuaikan dana, jenjang kerja, khususnya jaminan ketenagakerjaan dan jaminan kesehatan agar karyawan dapat melaksanakan kewajibannya karna didalam pekerjaannya terdapat banyak risiko yang dapat mengancam kesehatan dan nyawa karyawan.

Timbulnya suatu risiko menjadi kenyataan merupakan sesuatu yang belum pasti, sementara kemungkinan bagi karyawan akan mengalami kerugian atau kehilangan yang dihadapi oleh setiap karyawan merupakan suatu hal yang tidak diinginkan. Ketidakpastian melahirkan kebutuhan yang mengatasi risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai konsekuensi dari ketidakpastian tersebut PT. Trans Dana Profitri melakukan perjanjian dengan pihak asuransi.

Dalam menghadapi risiko, perusahaan harus melakukan pengolahan sebaik- baiknya. Cara pengelolaan risiko antara lain dapat dilakukan dengan cara asuransi.

Dalam hal tersebut bahwa risiko yang dihadapi seseorang dapat dipindahkan kepada perusahaan asuransi dengan cara membeli polis dan membayar premi. Jadi peranan

4Ibid, hal.14

(5)

perusahaan asuransi disini adalah sebagai lembaga proteksi, yaitu lembaga yang selalu siap untuk memberikan proteksi berupa jaminan kerugian kepada tertanggung, sesuai dengan perjanjian yang tertuang dalam polis. 5

Fungsi perusahaan asuransi di Indonesia yaitu sebagai risk transfer mechanism.

Ini artinya, asuransi berusaha untuk mengalihkan risiko yang kemungkinan besar akan ditanggung oleh tertanggung kepada penanggung. Pihak asuransi menyediakan jaminan berupa keamanan finansial. Oleh karena itu, tertanggung wajib membayarkan premi berupa uang dengan jumlah tertentu kepada pihak asuransi.

Perusahaan asuransi adalah perusahaan yang bertindak sebagai penanggung risiko yang dalam menjalankan usahanya berhubungan langsung dengan tertanggung atau melalui pialang asuransi. Perusahaan asuransi sebagai perusahaan jasa, dimana kemampuan perusahaan asuransi untuk menanggung suatu risiko yang di jaminnya tertanggung kepada kekuatan-kekuatan yang dimilikinya. Penanggung dimungkinkan untuk menjamin risiko yang jauh melebihi jumlah kekuatan permodalan sendiri dan mampu membayar apabila klaim timbul. Kemampuan tersebut diperoleh industri asuransi melalui praktik penyebaran risiko karena penanggung dapat memperoleh dukungan kapasitas penerimaan risiko dari perusahaan asuransi. 6

Perusahan asuransi sebagai suatu lembaga yang ada dan tumbuh didalam masyarakat, mempunyai tujuan berupa suatu bentuk penyebaran risiko yang dimiliki walaupun lebih tepatnya disebut sebagai bentuk pengalihan risiko. Perusahaan

5 Agus Prawoto, Hukum Asuransi dan Kesehatan Perusahaan Asuransi, BPFE, Yogyakarta, 1995, Hal.5

6Junaedy Ganie, Hukum Asuransi Indonesia, Sinar Grafika, Bandung, 2010, hal.44-45

(6)

asuransi hidup dan berkembang melalui pengumpulan dana masyarakat. Dana yang berhasil dikumpulkan tersebut, kemudian harus disisihkan sebagian besar dalam bentuk cadangan premi dan cadangan klaim, guna membiayai pembayaran klaim apabila terjadi.7

Usaha mengalihkan risiko itu baru dirasakan sasarannya setelah tujuan mengalihkan risiko itu dilakukan melalui suatu perjanjian yang khusus diadakan untuk itu, yaitu perjanjian pertanggungan atau dalam praktek perusahaan pertanggungan lebih banyak dikenal dan dipakai dengan kata Asuransi.8 Pengertian Pertanggungan pada umumnya diatur dalam KUHPerdata Pasal 246 yang berbunyi sebagai berikut: “Pertanggungan adalah perjanjian timbal balik antara penanggung dengan penutup asuransi, dimana penanggung mengikatkan diri untuk mengganti kerugian dan atau membayar sejumlah uang (santunan) yang ditetapkan pada waktu penutupan perjanjian, kepada penutup asuransi atau orang lain yang ditunjuk, pada waktu terjadinya evenemen, sedangkan penutup asuransi mengikatkan diri untuk membayar uang premi”.9

Penanggung sebagai pihak yang menerima peralihan risiko, mengikatkan diri untuk mengganti kerugian apabila itu benar-benar menjadi suatu kenyataan. Untuk kewajiban inilah penanggung membebani kewajiban kepada tertanggung, untuk membayar premi. Premi itu sangat penting dibutuhkan untuk jalannya perusahaan

7Agus Prawoto,Op.Cit, hal.8

8 Abdulkadir Muhammad, 1994, Pengantar Hukum Pertanggungan, Citra Aditya Bakti, Bandung, hal.6

9 H.M.N. Purwosutjipto, 1983, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Djambatan, Jakarta, hal.10

(7)

pertanggungan yang sehat. Adanya premi merupakan syarat mutlak bagi penanggung sebagai perusahaan pertanggungan.

Salah satu asuransi yang dikenal saat ini adalah asuransi kesehatan. Asuransi ini memberikan jaminan terhadap kerugian yang disebabkan oleh timbulnya penyakit pada karyawan dikarnakan menurutnya imun dalam tubuh.

Menurut ketentuan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Karyawan, Pengusaha dan karyawan wajib ikut serta dalam program jaminan sosial karyawan. Berdasarkan ketentuan ini, pihak yang menjadi peserta ada 2 (dua) golongan, yaitu pengusaha dan karyawan. Termasuk golongan pengusaha adalah orang, persekutuan badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri, atau yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya.

Termasuk golongan karyawan adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.10

Pengusa wajib membayar iuran dan melakukan pemungutan iuran yang menjadi kewajiban karyawan melalui pemotongan upah karyawan serta membayarkan kepada badan penyelenggara dalam waktu yang ditetapkan. (Pasal 22 Ayat (1) Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Karyawan).

Adapun manfaat diselenggarakannya program Jamsostek terhadap karyawan yaitu Program Jamsostek merupakan program perlindungan yang bersifat dasar bagi karyawan yang bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan kepastian terhadap

10Abdul Khadir Muhammad,Op Cit, Hal.223

(8)

risiko-risiko sosial ekonomi, program jamsostek merupakan salah satu jenis program jaminan sosial yang ditujukan untuk karyawan agar dapat memberikan ketenangan kerja yang nantinya mempunyai dampak positif terhadap usaha-usaha peningkatan disiplin dan produktivitas karyawan, program jamsostek merupakan sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi karyawan dan keluarganya akibat dari terjadinya risiko-risiko sosial dengan pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha dan karyawan.11

Jaminan Sosial ini diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada 19 Oktober 2004, Munculnya UU SJSN ini juga dipicu oleh UUD Tahun 1945 dan perubahannya Tahun 2002 dalam Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), serta Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) mengamanatkan untuk mengembangkan Sistem Jaminan Sosial Nasional. Hingga disahkan dan diundangkan UU SJSN telah melalui proses yang panjang, dari tahun 2000 hingga tanggal 19 Oktober 2004.

Diawali dengan Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2000, tentang Pengembangan Konsep SJSN. Pernyataan tersebut direalisasikan melalui upaya penyusunan konsep tentang Undang-Undang Jaminan Sosial (UU JS) Sejalan dengan pernyataan Presiden, DPA RI melalui Pertimbangan DPA RI No. 30/DPA/2000, tanggal 11

11http://www.jamsosindonesia .com/cetak/printout/257, Diakses Tanggal 03 April 2017

(9)

Oktober 2000, menyatakan perlu segera dibentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat sejahtera.12

BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan (dahulu bernama Jamsostek) merupakan program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. Untuk BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014, sedangkan BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi sejak 1 Juli 2014. BPJS Kesehatan sebelumnya bernama Askes (Asuransi Kesehatan), yang dikelola oleh PT Askes Indonesia (Persero), namun sesuai UU No.

24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Askes Indonesia berubah menjadi BPJS Kesehatan sejak tanggal 1 Januari 2014.

Namun setelah disahkannya dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial, program jaminan sosial bertransformasi menjadi lembaga baru yang dibentuk oleh undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan) merupakan Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa.

12http://laskarpenasukowati.blogspot.co.id/2013/05/sejarah-perjalanan-jaminan-sosial- di.html, Diakses Tanggal 07 April 2017

(10)

Adapun ruang lingkup program yang diselenggaarakan oleh BPJS seperti yang tercantum dalam undang-undang BPJS meliputi, untuk BPJS Ketenagakerjaan yaitu jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian.

Sedangkan BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan.

Namun dalam hal ini mengenai asuransi kesehatan, proses atau prosedur dalam pengajuan klaim asuransi ternyata pada kenyataannya tidaklah semudah seperti apa yang dibayangkan selama ini. Hal ini terbukti dimana banyaknya kendala yang dialami oleh karyawan dalam pengajuan klaim asuransi kesehatan ketika karyawan jatuh sakit. Pelayanan jamsostek mulai seperti pelayanan publik yang profesional, malah terkesan mengulur waktu dengan alasan prosedur yang memakan waktu cukup lama, pemeriksaan jenis penyakit, dokumen-dokumen lainnnya yang diperlukan untuk klaim tersebut tidak lengkap dan sebagainya.

Berdasarkan uraian diatas penulis akan melakukan penelitian yang akan dilakukan di PT. Trans Dana Profitri (TDP) Brandan untuk mengetahui lebih luas lagi mengenai penanganan klaim asuransi BPJS Kesehatan dan penyelesaian klaim asuransi kesehatan terhadap karyawan dengan judul “Tinjauan Yuridis Terhadap Mekanisme Penyelesaian Klaim BPJS Kesehatan Terhadap Karyawan PT. Trans Dana Profitri Brandan,”

(11)

A. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini antara lain sebagai berikut:

1. Bagaimana Perlindungan Hukum yang Diberikan oleh PT. Trans Dana Profitri Brandan Kepada Karyawan Ditinjau dari isi Perjanjian dengan PT. Trans Dana Profitri ?

2. Bagaimana Tanggung Jawab PT. Trans Dana Profitri Brandan apabila terjadi Keterlambatan dalam Pembayaran Premi Kepada BPJS Pusat ? 3. Bagaimana Upaya Hukum yang Ditempuh Karyawan terhadap PT. Trans

Dana Profitri Jika Tidak Terpenuhinya Asuransi Kesehatan Apabila Karyawan Jatuh Sakit ?

(12)

II. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Spesifikasi penelitian 1. Manfaat Teoretis

Memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan hukum perdata pada khususnya Hukum Asuransi.

Bagi penulis, dapat menerapkan teori-teori yang diperoleh selama masa perkuliahan, serta memperluas wawasan dan analisis peneliti khususnya mengenai Mekanisme Penyelesaian klaim BPJS kesehatan.Dapat dimanfaatkan sebagai referensi yang dapat menjadi bahan perbandingan dalam melakukan penelitian selanjutnya di masa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

Bagi masyarakat umum atau pelaku bisnis lainnya agar lebih mengetahui dan memahami mengenai Penyelesaian klaim BPJS kesehatan terhadap karyawan sehingga bisa menjadi perbandingan atau pun referensi bagi semua pihak yang berkepentingan, sehingga bisa memberikan jawaban terhadap permasalahan yang sama.

B. Data penelitian

Penelitian pada dasarnya merupakan suatu upaya pencarian dan bukannya sekedar mengamati dengan teliti terhadap suatu obyek yang mudah terpegang ditangan. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh pengetahuan yang dapat

(13)

menjawab berbagai pertanyaan-pertanyaan atau dapat memecahkan suatu permasalahan.13

Untuk membantu penulis memperoleh data dalam menyelesaikan skripsi ini, maka penulis menggunakan metode sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, jenis penelitian yang diterapkan adalah memakai pendekatan gabungan antara Penelitian Hukum Normatif dilakukan melalui kajian terhadap Peraturan Perundang-Undang dan buku-buku hukum yang berhubungan dengan skripsi ini. Sedangkan penelitian hukum empiris adalah metode penelitian yang dilakukan untuk mendapat data primer, yang diperoleh dari lapangan melalui wawancara dengan pihak tertentu yang berkaitan dengan Mekanisme Penyelesaian klaim BPJS kesehatan terhadap karyawan PT. Trans Dana Profitri Brandan.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif maksudnya adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat terhadap suatu populasi atau daerah tertentu, mengenai sifat-sifat, karakteristik- karakteristik, atau faktor-faktor tertentu. Penelitian tersebut harus dilakukan Bahan Hukum Tertier yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. dengan

13 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2013, hal.27

(14)

melakukan survei ke lapangan untuk mendapatkan informasi yang dapat mendukung teori yang sudah ada.14

3. Sumber Data C. Teknik pengumpulan data

Data yang dikumpulkan oleh Penulis dalam penyusunan skripsi ini diperoleh, melalui pengumpulan bahan hukum yaitu bahan hukum primer dan Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah dengan menggunakan metode penelitian hukum empiris, dimana data yang diperoleh berupa data primer dan data sekunder.

a. Bahan Hukum Primer yaitu Peraturan Perundang-Undangan yang mempunyai kekuatan hukum mengikat.

b. Bahan Hukum Sekunder yaitu buku-buku yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer seperti buku tentang perjanjian, penelitian lapangan, jurnal Ilmiah dan sebagainya.

c. Diperoleh dari kamus hukum, website, dan lain-lainnya.

D. Analisa data

Penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder menyajikan data berikut dengan analisisnya.15 Metode analisis data dilakukan dengan metode kualitatif dengan penarikan kesimpulan secara deduktif.

Metode penarikan kesimpulan pada dasarnya ada dua, yaitu metode penarikan kesimpulan secara deduktif dan induktif. Metode penarikan kesimpulan secara deduktif adalah suatu proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui dan

14Ibid, hal.35

15 Soerjono Soekanto, Op.cit., hlm. 69.

(15)

berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat lebih khusus.16 Metode penarikan kesimpulan secara induktif adalah proses berawal dari proposisi- proposisi khusus (sebagai hasil pengamatan) dan berakhir pada kesimpulan (pengetahuan baru) berupa asas umum.17

16 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 11.

17 Ibid., hlm. 10.

(16)

III. HASIL PENELITIAN

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME PENYELESAIAN KLAIM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN

TERHADAP KARYAWAN PT. TRANS DANA PROFITRI BRANDAN

A. Perlindungan Hukum yang Diberikan oleh PT.Trans Dana Profitri Brandan Kepada Karyawan Ditinjau dari isi Perjanjian dengan PT. Trans Dana Profitri Brandan

Perlindungan Hukum merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh masing-masing individu. Perlindungan sendiri dapat diartikan sebagai upaya atau usaha yang dilakukan untuk membuat seseorang merasa nyaman, tentram, aman.

Sedangkan hukum sendiri dapat diartikan sebagai sarana atau instrumen untuk mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban subyek hukum sehingga hubungan yang adil, aman, sentosa dapat terlaksana. Hukum disini haruslah dapat memberikan perlindungan hukum bagi warga negaranya. F.H van Der Burg dan kawan-kawan mengatakan bahwa kemungkinan untuk memberikan perlindungan hukum adalah penting ketika pemerintah bermaksud untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu terhadap sesuatu, yang oleh karena tindakan atau kelalaiannya itu melanggar (hak) orang-orang atau kelompok tertentu.18

Perlindungan hukum bagi rakyat ini merupakan konsep universal dalam artian konsep ini dianut dan diterapkan oleh setiap negara yang mengedepankan diri sebagai

18 HR, Ridwan, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta, 2003, hal.217

(17)

negara hukum, namun seperti yang disebutkan Paulus E. Lotulung, masing- masing negara tersebut mempunyai cara & mekanismenya sendiri tentang bagaimana mewujudkan perlindungan hukum tersebut dan juga sampai sejauh mana perlindungan hukum itu diberikan oleh pemerintah.19

Perlindungan hukum selalau terkait dengan peran dan fungsi hukum sebagai pengatur dan pelindung masyarakat. Menurut Bronislaw Malinowski, bahwa hukum tidak hanya berperHan di dalam keadaan-keadaan yang penuh kekerasan dan pertentangan, akan tetapi bahwa hukum juga berperan pada aktivitas sehari-hari.20

Hukum menentukan kepentingan-kepentingan masyarakat yang dapat ditingkatkan menjadi hak-hak hukum yang dapat dipaksakan pemenuhannya. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum itu adalah perlindungan yang diberikan oleh pemerintah terhadap hukum agar tidak ditafsirkan berbeda dan tidak cederai oleh aparat penegak hukum dan juga bisa berarti perlindungan yang diberikan oleh hukum terhadap sesuatu atau juga bisa dikatakan bahwa perlindungan hukum merupakan suatu perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum sesuai dengan aturan hukum, baik itu yang bersifat preventif (pencegahan) maupun dalam bentuk yang bersifat represif (pemaksaan), baik yang secara tertulis maupun tidak tertulis dalamrangka menegakkan peraturan hukum. Dimana perlindungan hukum merupakan

19Ibid

20Alexander, Perlindungan Hukum terhadap Pekerja/Buruh dalam PKWT , Samarinda, 2013, hal.16

(18)

gambaran dari bekerjanya fungsi hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.

Perlindungan hukum ini bisa juga dilaksanakan dalam hal melindungi masyarakat terhadap sikap tindak atau perbuatan hukum pemerintah yang memungkinkan lahirnya kerugian bagi masyarakat atau badan hukum. Sehubungan dengan perbuatan hukum pemerintah tersebut yang dapat terjadi baik dalam bidang publik maupun perdata, maka perlindungan hukum akibat dari perbuatan pemerintah juga ada yang terdapat dalam bidang perdata maupun publik.

Perlindungan Hukum dalam Bidang Perdata.Pemerintah dalam melaksanakan tugasnya memerlukan kebebasan bertindak dan mempunyai kedudukan istimewa dibandingkan dengan rakyat biasa. Oleh karenanya persoalan menggugat pemerintah di muka hakim ini tidaklah sama dengan menggugat rakyat biasa. Hukum perdata memberikan perlindungan yang sama baik kepada pemerintah maupun seseorang atau badan hukum perdata.

Perlindungan Hukum dalam Bidang Publik Tindakan hukum pemerintah adalah tindakan-tindakan yang berdasar sifatnya menimbulkan akibat hukum. Karakteristik paling penting dari tindakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah adalah keputusan-keputusan atau ketetapan-ketetapan pemerintah yang bersifat sepihak.

Menurut Sjachran Basah dijelaskan bahwa perlindungan terhadap warga negara diverikan bilamana sikap tindak administrasi negara itu menimbulkan kerugian

(19)

terhadapnya, sedangkan perlindungan terhadap administrasi negara itu sendiri dilakukan terhadap sikap tindaknya dengan baik dan benar menurut hukum baik tertulis atau asam umum tidak tertulis.21

PT. TDP merupakan pendekatan manajemen yang memberikan kewenangan pada pihak ketiga untuk bertanggung jawab terhadap proses atau jasa yang sebelumnya dilakukan oleh perusahaan sendiri. Yang berarti bahwa ini adalah istilah baru untuk konsep lama yaitu untuk mengadakan suatu kesepakatan dalam kegiatan- kegiatan atau pekerjaan-pekerjaan eksternal.

PT. TDP dalam hal ini mengalami kemungkinan bahwa mereka akan kehilangan kendali di masa yang akan datang, dimana dalam beberapa hal kendali tersebut diserahkan kepada perusahaan lain, yang motif utamanya adalah maksimalisasi sendiri.

PT. TDP juga menggunakan Sumber Daya Manusia untuk mengacu pada kebutuhan penyediaan dan pengelolaan sumber daya manusia. Untuk contoh diatas perusahaan manufaktur akan bekerja sama dengan perusahaan outsourcing (vendor) yang memberikan jasa penyediaan dan pengelolaan tenaga penjual. Kompensasi kepada vendor berupa management fee sesuai kesepakatan.

Bentuk perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan dimaksud diselenggarakan dalam bentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang

21 HR, Ridwan, Op Cit, hal.211

(20)

bersifat dasar, dengan berasaskan usaha bersama, kekeluargaan, dan gotong-royong sebagaimana dimaksud dalam jiwa dan semangat Pancasilan dan Undang-Undang Dasar1945. Oleh karena itu perusahaan memikul tanggung jawab utama dan secara moral perusahaan ini mempunyai kewajiban untuk meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerjanya. Di samping itu, sudah sewajarnya kalau tenaga kerja turut berperan aktif di dalamnya.

Bentuk perlindungan tenaga kerja di Indonesia yang wajib di laksanakan oleh setiap pengusaha atau perusahaan yang mempekerjakan orang untuk bekerja pada perusahaan tersebut harus sangat diperhatikan, yaitu mengenai pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan di maksud diselenggarakan dalam bentuk BPJS Kesehatan yang bersifat umum untuk dilaksanakan atau bersifatdasar, dengan berasaskan usaha bersama, kekeluargaan dan kegotong royongan sebagaimana yang tercantum dalam jiwa dan semangat Pancasila dan Undang-Undang Dasar1945.

BPJS Kesehatan merupakan jaminan sebagai upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan merupakan upaya kesehatan dibidang penyembuhan. Oleh karena itu upaya penyembuhan memerlukan dana yang tidak sedikitdan memberatkan jika dibebankan kepada perorangan, maka sudah selayaknya diupayakan penanggulangan kemampuan karyawan melalui program jaminan sosial.

(21)

Para pekerja dalam pembangunan nasional semakin meningkat, dengan risiko dan tanggung jawab serta tantangan yang dihadapinya. Oleh karena itu kepada mereka dirasakan perlu untuk diberikan perlindungan, pemeliharaan, dan peningkatan kesejahteraannya sehingga menimbulkan rasa aman dalam bekerja.

Adapun syarat-syarat keselamatan kerja antara lain :

a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan

b) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran c) Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan

d) Memberikan kesempatan atau jalan penyelamatan diri waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya

e) Memberikan pertolongan pada kecelakaan f) Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja g) Memperoleh penerangan yang cukp dan sesuai h) Menyelanggarakan suhu dan lembab udara yang baik i) Memeliharaan kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

Syarat-syarat keselamatan kerja seperti tersebut diatas menandakan bahwa setiap perusahaan wajib untuk memperhatikan keselamatan kerja bagi setiap pekerjanya.

Jenis-Jenis Perlindungan Kerja Secara teoritis dikenal ada tiga jenis perlindungan kerja yaitu sebagai berikut :

(22)

1. Perlindungan sosial, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan usaha kemasyarakatan, yang tujuannya untuk memungkinkan pekerja/buruh mengenyam dan mengembangkan kehidupannya sebagaimana manusia pada umumnya, dan khususnya sebagai anggota masyarakat dan anggota keluarga. Perlindungan sosialdisebut juga dengan kesehatan kerja.

2. Perlindungan teknis, yaitu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha- usaha untuk menjagaagar pekerja/buruh terhindar dari bahaya kecelakaan yang ditimbulkan oleh alat-alat kerja atau bahan yang dikerjakan.

Perlindungan ini lebih sering disebutsebagai keselamatan kerja.

3. Perlindungan ekonomis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk memberikan kepada pekerja/buruh suatu penghasilan yang cukup guna memnuhi keperluan sehari-hari baginya dan keluarganya, termasuk dalam hal pekerja/buruh tidak mampu bekerja karena sesuatu diluar kehendaknya. Perlindungan jenis ini biasanya disebut dengan jaminan sosial.22

Ketiga jenis perlindungan di atas akan di uraikan sebagai berikut :

1. Perlindungan Sosial atau Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja sebagaimana telah dikemukakan di atas termasuk jenis perlindungan sosial karena ketentuan-ketentuan mengenai kesehatan

22 Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja, Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2007, hal.78

(23)

kerja ini berkaitan dengan sosial kemasyarakatan, yaitu aturan-aturan yang bermaksud mengadakan pembatasan-pembatasan terhadap kekuasaan pengusaha untuk memperlakukan pekerja/buruh ”semaunya” tanpa memperhatik norma-norma yang berlaku, dengantidak memandang pekerja/buruh sebagai mahluk Tuhan yang mempunyai hak asasi. Karena sifatnya yang hendak mengadakan ”pembatasan” ketentuan-ketentuan perlindungan sosial dalam UU No. 13 Tahun 2003, Bab X Pasal 68 dan seterusnya bersifat ”memaksa”, bukan mengatur. Akibat adanya sifat memaksa dalam ketentuan perlindunga sosial UU No. 13 Tahun 2003 ini, pembentuk undang-undang memandang perlu untuk menjelaskan bahwa ketentuan yang berkaitan dengan perlindungan sosial ini merupakan ”hukum umum”(Publiek-rechtelijk) dengan sanksi pidana. Hal ini disebabkan beberapa alasan berikut :23

1) Aturan-aturan yang termuat di dalamnya bukan bermaksud melindungi kepentingan seorang saja, melainkan bersifat aturan bermasyarakat.

2) Pekerja/buruh Indonesia umumnya belum mempunyai pengertian atau kemampuan untuk melindungi hak-haknya sendiri.

Jadi, jelasnya kesehatan kerja bermaksud melindungi atau menjaga pekerja/buruh dari kejadian/keadaan hubungan kerja yang merugikan kesehatan dan kesusilaannya dalam hal pekerja/buruh melakukan pekerjaannya. Adanya penekanan ”dalam suatuhubungan kerja”

23Ibid, hal.80

(24)

menunjukkan bahwa semua tenaga kerja yang tidak melakukan hubungan kerja dengan pengusaha tidak mendapatkan perlindungan sosial sebagaimana ditentukan dalam Bab X UU No 13 Tahun 2003

2. Perlindungan Teknis Atau Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja termasuk dalam apa yang disebut perlindungan teknis, yaitu perlindungan terhadap pekerja/buruh agar selamat dari bahaya yang dapat ditimbulkan oleh alat kerja atau bahan yang dikerjakan.

Berbeda dengan perlindungan kerja lain yang umumnya ditentukan untuk kepentingan pekerja/buruh saja, keselamatan kerja ini tidak hanya memberikan perlindungan kepada pekerja/buruh, tetapi kepada pengusaha dan pemerintah.

1) Bagi pekerja/buruh, adanya jaminan perlindungan keselamatan kerja akan menimbulkan suasana kerja yang tentram sehingga pekerja/buruh dapat memusatkan perhatian pda pekerjaannya semaksimal mungkin tanpa khawatir sewaktu-waktu akan tertimpa kecelakaan kerja.

2) Bagi pengusaha, adanya pengaturan keselamatan kerja di dalam perusahaannya akan dapat mengurangi terjadinya kecelakaan yang dapat mengakibatkan pengusaha harus memberikan jaminan sosial.

3) Bagi pemerintah dan masyarakat, dengan adanya dan ditaatinya peraturan keselamatan kerja, maka apa yang direncanakan pemerintah

(25)

untuk mensejahterakan masyrakat akan tercapai dengan meningkatnya produksi perusahaan baik kualitas maupun kuantitas.24

Dasar pembicaraan masalah keselamatan kerja ini sampai sekarang adalah UU No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja. Namun, sebagian besar peraturan pelaksanaan undang-undang ini belum ada sehingga beberapa peraturan warisan Hindia Belanda masih dijadikan pedoman dalam pelaksanaan keselamatan kerja di perusahaan. Peraturan warisan Hindia Belanda itu dalah sebagai berikut :

1) Veiligheid sreglement, S 1910 No.406 yang telah beberapa kali dirubah, terakhir dengan S 1931 No.168 yang kemudian setelah Indonesia merdeka diberlakukan dengan Peraturan Pemerintah No.208 Tahun 1974.

Peraturan ini menatur tentang keselamatan dan keamanan di dalam pabrik atau tempat bekerja.

2) Stoom Ordonantie, S 1931 No. 225, lebih dikenal dengan peraturan Uap 1930.

3) Loodwit Ordonantie, 1931 No.509 yaitu peraturan tentang pencegahan pemakaian timah putih kering.25

24Ibid, hal.84

25Alexander, Op Cit, hal.23

(26)

3. Perlindungan ekonomis atau Jaminan Sosial Penyelenggara program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat.

Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara, Indonesia seperti halnya berbagai Negara berkembang lainnya, mengembangkan program BPJS Kesehatan berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal.

BPJS Kesehatan yang diatur dalam Undang–Undang Nomor.40 Tahun 2004 adalah : Merupakan hak setiap tenaga kerja yang sekaligus merupakan kewajiban dari majikan. Pada hakikatnya program jaminan soisal tenaga kerja dimaksud untuk memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga yang sebagian yang hilang.

Disamping itu program BPJS Kesehatan mempunyai beberapa aspek antara lain : Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya dan merupakan penghargaan kepada tenaga kerja mendidik kemandirian pekerja sehingga pekerja tidak harus meminta belas kasihan orang lain jika dalam hubungan kerja terjadi risiko–risiko seperti kecelakaan kerja, sakit, hari tua dan lainnya.

Perlindungan pekerja ini dapat dilakukan, baik dengan jalan memberikan tuntunan, maupun dengan jalan meningkatkan pengakuan hak-hak asasi manusia,

(27)

perlindungan fisik dan teknis serta sosial dan ekonomi melalui norma yang berlaku dalam lingkungan kerjaitu. Dengan demikian maka perlindungan pekerja ini menurut Kartasapoetra, G dan Rience Indraningsih akan mencakup :

a. Norma Keselataman Kerja

Norma keselamatan kerja ini meliputi kesempatan kerja bahan dan proses pengerjaannya, keadaan tempat kerja yang bertalia dengan mesin, pesawat, alat-alat kerja, bahan, dan proses pengerjaannya, keadaan tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan.

b. Norma Kesehatan Kerja dan Higiene Kesehatan Perusahaan

Meliputi pemeliharan dan mempertinggi derajat kesehatan pekerja, dilakukan dengan mengatur pemberian obat-obatan, perawatan tenaga kerja yang sakit. Mengatur persediaan tempat, cara dan syarat kerja yang memenuhi hygiene kesehatan perusahaan dan kesehatan pekerja untuk mencegah penyakit, baik sebagai akibat bekerja atau penyakitumum serta menetapkan syarat kesehatanbagi perumahan pekerja.

c. Norma Kerja Yang meliputi perlindungan tenaga kerja yang bertalian dengan waktu kerja, sistem pengupahan, istirahat, cuti, kerja wanita, anak, kesusilaan ibadah menurut agama keyakinan masing-masing yang diakui oleh pemerintah, kewjiban sosial kemasyarakatan dan sebagainya guna memelihara kegairahan dan moril kerja yang menjamin daya guna kerja

(28)

yang tinggi sertamenjaga perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral.

d. Kepada tenaga kerja yang mendapatkan kecelakaan dan atau menderita sakitakibat pekerjaan, berhak atas ganti rugi perawatan dan rahabilitai akibat kecelakaan dan ahli waris berhak mendapat ganti rugi apabila pekerja atau buruh itu meninggal dunia.

Jadi, Perlindungan hukum juga dapat diartikan sebagai perlindungan yang diberikan oleh hukum terhadap sesuatu atau juga bisa dikatakan bahwa perlindungan hukum merupakan suatu perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum sesuai dengan aturan hukum, baik itu yang bersifat preventif (pencegahan) maupun dalam bentuk yang bersifat represif (pemaksaan), baik yang secara tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka menegakkan peraturan hukum.

Menurut hasil penelitian di PT. Trans Dana Profitri Brandan, ada sebanyak 75 (Tujuh Puluh Lima) karyawan yang tertanggung dan terdaftar dalam BPJS Kesehatan.26

B. Tanggung Jawab PT. Trans Dana Profitri Brandan apabila terjadi Keterlambatan dalam Pembayaran Premi Kepada BPJS Pusat

Pembayaran iuran penting dipahami peserta karena keterlambatan dikenakan denda dan bisa berujung pada penghentian layanan. Sebagai jaminan sosial, BPJS

26 Hasil Wawancara dengan Kepala Admin PT. Trans Dana Profitri, Pada Tanggal 12 April 2017

(29)

tergantung pada iuran peserta. Lembaga ini hidup dari iuran. Tidak ada subsidi dari pemerintah.Jika pembayaran iuran peserta terhambat maka BPJS Kesehatan bisa mengalami defisit sehingga tidak bisa membayar klaim, akhirnya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terancam berhenti Salah satu hal yang perlu mendapatkan perhatian serius dari pelaksanaan BPJS Kesehatan adalah soal ketidakseimbangan rasio klaim. Total pengeluaran yang lebih besar dibandingkan dengan dana iuran premi peserta, adalah masalah yang serius.

Untuk itu BPJS Kesehatan sebelumnya telah menyiapkan dana cadangan Rp 5,6 triliun yang diambil dari pengalihan aset PT Askes (Persero) sebelum berganti menjadi BPJS Kesehatan. Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi potensi mitch match rasio klaim pada 2015, pemerintah telah menyuntikan dana tambahan dalam

bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 5 triliun untuk pelaksanaan program JKN pada tahun 2015, Namun dalam jangka panjang, keuangan BPJS sangat ditentukan oleh cukup tidaknya iuran. Oleh sebab itu, BPJS sangat concern terhadap kepatuhan pembayaran iuran.Sebagai peserta, kewajiban kita adalah membayar iuran tepat waktu karena itu menjamin keberlangsungan BPJS dalam jangka panjang.

Kepesertaan BPJS adalah wajib bagi setiap orang, termasuk orang asing yang berkerja paling singkat 6 bulan di Indonesia. Pasal 15 Undang – Undang tentang BPJS menyebutkan bahwa pemberi kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta kepada BPJS sesuai dengan program Jaminan Sosial yang diikuti. Pemberi kerja dalam hal ini wajib melakukan pendaftaran dengan

(30)

memberikan data dirinya, pekerjanya berikut anggota keluarganya secara lengkap dan benar kepada BPJS.

Pendafataran Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah / PPU adalah :27

1. Perusahaan / Badan usaha mendaftarkan seluruh karyawan beserta anggota keluarganya ke Kantor BPJS Kesehatan dengan melampirkan :

a. Formulir Registrasi Badan Usaha / Badan Hukum Lainnya

b. Data Migrasi karyawan dan anggota keluarganya sesuai format yang ditentukan oleh BPJS Kesehatan.

2. Perusahaan / Badan Usaha menerima nomor Virtual Account (VA) untuk dilakukan pembayaran ke Bank yang telah bekerja sama (BRI/Mandiri/BNI)

3. Bukti Pembayaran iuran diserahkan ke Kantor BPJS Kesehatan untuk dicetakkan kartu JKN atau mencetak e-ID secara mandiri oleh Perusahaan / Badan Usaha.

Berdasarkan Perpes nomor 19 tahun 2016, terdapat sanksi bagi perusahaan yang tidak mendaftarkan karyawannya ke dalam program JKN. Sanksi tersebut berupa teguran tertulis, denda, hingga tidak mendapat layanan publik. Jika di tahun 2015 upaya yang dilakukan BPJS Kesehatan masih bersifat persuasif, namun mulai

27https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/pdfDiakses Tanggal 20 Mie 2017

(31)

tahun 2016 penegakan kepatuhan mulai dilakukan. Upaya ini diharapkan dapat menambah jumlah peserta sehat dan produktif, sehingga kolektabilitas iuran dari peserta yang sehat semakin meningkat. Dengan begitu asas gotong royong dapat tercapai.

Adapun besarnya iuran BPJS Kesehatan yang harus dibayarkan oleh PT. TDP bagi karyawan atau Pekerja Penerima Upah /PPU adalah sebesar 4,5% dari Gaji/Upah Pekerja (4% dibayar oleh Pemberi Kerja dan 0,5% dibayar oleh Pekerja.). Iuran tersebut menanggung maksimal 5 orang anggota keluarga, terdiri dari pekerja, suami/

istri, anak kandung/ anak tiri/ dan atau anak angkat yang sah dari pekerja, tetapi anak yang umurnya diatas 20 tahun sudah tidak termasuk dalam tanggungan.

Sebagai peserta BPJS Kesehatan dari pekerja penerima upah (PPU) atau karyawan dari sebuah perusahaan sangat tergantung kepada kepatuhan dari badan usaha tersebut dalam mambayar iuran BPJS Kesehatan.Jika badan usaha tersebut menunggak atau tidak membayar iuran selama tiga bulan beturut-turut maka pekerja akan dirugikan, karena tidak bisa mendapat pelayanan kesehatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pembayaran iuran BPJS Kesehatan peserta JKN kepesertaan PPU, Pemberi Kerja paling lamat tanggal 10 setiap bulannya. Apabila tanggal 10 pada bulan tersebut jatuh pada hari libur, batas pembayaran iuran pada hari kerja berikutnya, namun apabila terlambat untuk membayar iuran dikenakan denda

(32)

administratif sebesar 2% per bulan dari total iuran yang tertunggak. Penjaminan akan dihentikan sementara jika keterlambatan pembayaran Iuran lebih dari 3 bulan. 28

Denda administratif atas keterlambatan PT. TDP membayar iuran BPJS Kesehatan dibayarkan dengan dana perusahaan, tidak lagi di potong dari gaji/upah karyawan, karna keterlambatan tersebut adalah keselahan perusahaan bukan kesalahan karyawan.29

PT. TDP membayarkan iuran BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan melalui Bank, dan bisa juga dengan transfer melalui ATM. Sehingga tidak perlu susah dan takut terlambat membayar iuran.

Pemberi kerja harus mematuhi aturan perudangan untuk mendaftarkan dan membayar iuran premi BPJS Kesehatan.Jika melanggar, maka bisa dikenakan sanski pidana yang diatur dalam Pasal 55, UU No.24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan dituangkan dalam PP No.86 Tahun 2013 Tentang Sanksi Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara Dan Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja, Dan Penerima Bantuan Iuran Dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial. Sanksi administratif dapat berupa teguran tertulis, denda dan/atau tidak mendapatkan pelayanan publik tertentu. Pelayanan public tertentu tersebut contohnya adalah pemprosesan izin usaha, izin mendirikan

28http:// asuransi/tanya-jawab-iuran-peserta-bpjs-kesehatan, Diakses Tanggal 20 Mei 2017

29Hasil Wawancara dengan Ibu Anthneta, Selaku Kepala Admin, PT.TDP, Pada Tanggal 13 April 2017

(33)

bangunan, bukti kepemilikan hak tanah dan bangunan. Pengenaan sanksi tersebut dilakukan oleh BPJS terhadap sanksi berupa teguran tertulis dan denda. Sedangkan untuk sanksi tidak mendapatkan pelayanan public tertentu dilakukan oleh pemerintah atau pemerintah daerah atas permintaan BPJS.30

C. Upaya Hukum yang Ditempuh Karyawan terhadap PT. Trans Dana Profitri Jika Tidak Terpenuhinya Asuransi Kesehatan Apabila Karyawan Jatuh Sakit

Sebagaimana suatu kewajiban apabila didalam pelaksanaannya salah satu pihak itu tidaklah dapat memenuhi kewajibannya, maka dapat dikatakan telah wanprestasi.

Wanprestasi artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam perikatan. Hal ini berarti bahwa wanprestasi terjadi karena tidak dipenuhinya suatu perikatan. Perikatan yang berdasar Pasal 1233 KUH Perdata, yang menentukan bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena perjanjian, baik karena undang- undang. Dengan demikian di samping perjanjian, undang-undang juga dapat menimbulkan suatu perikatan. Mengenai hubungan antara perikatan dengan perjanjian, dijelaskan oleh Subekti sebagai berikut, Hubungan antara perikatan dengan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber dari perikatan, di samping sumber-sumber lain. Sebagaimana

30 Andre Budiman Panjaitan, Pokok-Pokok Hukum Asuransi, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2013, Hal.71

(34)

disebutkan di atas bahwa perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak mengikat pada saat keduabelah pihak mencapai kata sepakat mengenai hal-hal pokok yang dijanjikan.

Dengan tercapainya kata sepakat maka untuk tahap berikutnya yaitu pelaksanaan perjanjian tersebut.31

Dengan demikian dapatlah dijelaskan bahwa dalam perjanjian asuransi, maka timbullah hak dan kewajiban dari para pihak yang dikenal dengan nama prestasi.

Adanya wanprestasi tersebut memberikan hak kepada yang dirugikan untuk dapat menggugat ganti kerugian atas dasar wanprestasi ke Pengadilan Negeri. Mengenai bentuk ganti kerugian atas dasar wanprestasi dapat berupa penggantian biaya, antara lain biaya-biaya yang telah dikeluarkan, kerugian yang bener-benar telah diderita akibat adanya wanprestasi dan keuntungan yang telah dapat dihitung atau dibayangkan akan diperoleh jika tidak terjadi wanprestasi yaitu tidak terpenuhi nya hak karyawan karna keterlambatan perusahaan dalam pembayaran BPJS Kesehatan.

Menurut Kontrak/ Perjanjian Kerja yang terdapat dalam Pasal 11 tentang Penyelesaian Perselisihan antara PT. TDP dengan karyawan adalah, Pihak Pertama dan Pihak Kedua setuju dan sepakat untuk menyelesaikan secara musyawarah sepakat, apabila tidak mencapai mufakat maka Para Pihak setuju/sepakat untuk menyelesaikan perselisihan tersebut melalui Kantor Pengadilan.

31Sehat Damanik, Hukum Acara Perburuhan : Menyelesaikan Perselisihan Hubungan Industrial Menurut UU No.2 Tahun 2004, Penerbit DSS Publishing, Jakarta, Hal.40

(35)

Apabila terjadi perselisihan antara penanggung dan tertanggung dalam klaim asuransi kesehatan maka penyelesaian klaim tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :32

1. Apabila timbul perselisihan antara tertanggung dan penanggung sebagai akibat dari penafsiran atas tanggung jawab atau besarnya ganti rugi dari polis yang dibuat, maka perselisihan tersebut akan diselesaikan melalui perdamaian atau musyawarah dalam waktu paling lama 60 (enam puluh) hari kelender sejak timbulnya perselisihan. Perselisihan timbul sejak tertanggung menyatakan secara tertulis ketidaksepakataan atas hal yang diperselisihkan.

2. Apabila penyelesaian perselisihan melalui perdamaian atau musyawarah tidak mencapai kesepakatan, tertanggung dapat meminta Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI) untuk bertindak sebagai mediator dalam upaya mencapai penyelesaian perselisihan tersebut sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku di BMAI.

3. Apabila penyeselaian perselisihan melalui perdamaian atau musyawaraah tidak juga mencapai kesepakatan, tetapi tertanggungjuga tidaak menempuh mediasi melalui BMAI atau menempuh mediasi melalui BMAI tetapi keputusan BMAI tidak diterima oleh tertanggung maka penanggung

32 Budhy Budiman, Mencari Model Ideal Penyelesaian Sengketa, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, Hal.97

(36)

memberikan kebebasan kepada tertanggung untuk memilih salah satu pilihan penyelesaian sengketa melalui :

a. Non Litigasi (diluar pengadilan ) melalui arbitrase dan/atau pihak ketiga sebagai penengah atau,

b. Litigasi (melalui pengadilan ).

Didalam penyelesaian perselisihan klaim asuransi kesehatan, upaya yang dilakukan oleh pihak perusahaan dalam menyelesaikan klaim tersebut yaitu melalui cara non litigasi atau menggunakan pihak ketiga sebagai penengah dalam menyelesaikan perselisihan yang timbul, dan pihak perusahaan TDP Brandan harus lebih mengoptimalkan atau mengutamakan penyelesaian klaim asuransi yang timbul melelui jalur non litigasi yaitu melalui arbitrase yang merupakan alternatif penyelesaian sengketa diluar pengadilan.

Karena selama perusahaan berdiri apabila terjadi klaim asuransi maka proses yang selalu dipilih yaitu melalui musyawarah melalui pihak ketiga. Sebab melalui cara ini klaim yang terjadi akan lebih mudah dan cepat diselesaikan.

Apabila tidak mencapai kesepakatan setelah dilakukannya musyawarah, maka setelah itu akan diselesaikan melalui pengadilan yang merupakan cara terakhir dalam penyelesaian masalah.

(37)

PENUTUP A. Kesimpulan

Dari uraian-uraian dan pembahasan pada hasil penelitian yang dilakukan di PT.

Trans Dana Profitri Brandan dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut:

1. Perlindungan hukum yang diberikan oleh PT. Trans Dana Profitri Brandan terhadap karyawan yang ditinjau dari isi Perjanjian salah satunya dapat berupa BPJS Kesehatan. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui bagaimana proses atau mekanisme perjanjian BPJS Kesehatan yang nantinya perusahaan akan memberikan pelayanan tersebut kepada karyawaan. Proses mekanisme dalam BPJS Kesehatan terdiri dari beberapa tahap, antara lain:

a. Tahap pendaftaran kepesertaan b. Tahap pembayaran iuran c. Tahap pengklaiman

2. Tanggung Jawab PT. Trans Dana Profitri Brandan apabila terjadi katerlambatan dalam pembayaran premi kepada BPJS Pusat adalah membayar denda administratif sebesar 2% per bulan dari total iuran yang tertunggak.

Penjaminan akan dihentikan sementara jika keterlambatan pembayaran Iuran lebih dari 3 bulan. Denda administratif atas keterlambatan PT. TDP membayar iuran BPJS Kesehatan dibayarkan dengan dana perusahaan, tidak

(38)

3. lagi di potong dari gaji/upah karyawan, karna keterlambatan tersebut adalah keselahan perusahaan bukan kesalahan karyawan.

Pembayaran iuran BPJS Kesehatan peserta JKN kepesertaan PPU, Pemberi Kerja paling lamat tanggal 10 setiap bulannya. Apabila tanggal 10 pada bulan tersebut jatuh pada hari libur, batas pembayaran iuran pada hari kerja berikutnya.

4. Upaya Hukum yang ditempuh karyawan terhadap PT. Trans Dana Profitri jika tidak terpenuhinya Asuransi Kesehatan apabila karyawan jatuh sakit dapat diselesaikan dengan beberapa mekanisme. Mekanisme penyelesaian klaim BPJS Kesehatan pada PT. Trans Dana Profitri Brandan, terdiri dari :

a. Apabila timbul perselisihan antara penanggung dan tertanggung sebagai akibat dari besarnya ganti rugi dari polis yang dibuat, maka perselisihan tersebut akan dislesaikan melalui perdamaian atau musyawarah mufakat dalam bentuk paling lama 60 (enam puluh) hari kalender sejak timbulnya perselisihan.

b. Apabila penyelesaian perselisihan melalui perdamaian atau musyawarah tidak mencapai kesepakatan, tertanggung dapat meminta Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI) untuk bertindak sebagai mediator dalam upaya mencapai penyelesaian perselisihan tersebut sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku di BMAI.

c. Apabila penyelesaian perselisihan melalui perdamaian atau musyawarah tidak juga mencapai kesepakatan, tetapi tertanggung juga tidak menempuh

(39)

mediasi melalui BMAI atau menempuh mediasi melalui BMAI tetapi keputusan BMAI tidak diterima oleh tertanggung maka penanggung memberikan kebebasan kepada tertanggung untuk memilih salah satu pilihan penyelesaian sengketa melalui :

1) Non litigasi (diluar pengadilan ) melalui arbitrase dan/atau pihak ketiga sebagai penengah atau,

2) Litigasi (melelui pengadilan).

B. Saran

Dalam rangka untuk meningkatkan pelayanan kesehatan karyawan pada umumnya dan pelaksanaanpengklaiman yang lebih baik oleh PT. Trans Dana Profitri Brandan dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Seharusnya perusahaan dalam usaha melindungi karyawannya harus lebih aktif dalam mencari tahu dan mensosialisasikanBPJS Kesehatan. Dengan demikian, akan terjadi sistem perancangan dan pengendalian manajemen terhadap karyawan, sehingga karyawan paham mengenai apa-apa saja hak dan kewajiban karyawan. Dan dapat juga di dukung oeh setiap pihak yang mempunyai kepentingan di dalamnya, seperti pemerintah, dinas kesehatan, dan BPJS Kesehatan itu sendiri.

(40)

2. Seharusnya para pihak dalam membuat suatu polis asuransi, klausul yang dituangkan didalam polis harusnya lebih rinci dan jelas lagi mengenai pihak- pihak mana yang berhak menerima klaim atas evenement yang terjadi terhadap tertanggung dalam polis tersebut. Dengan demikian,perselisihan mengenai siapa saja pihak-pihak yang berhak menerima klaim tersebut tidak terjadi dikemudian harinya.

3. Untuk meningkatkan pelayanan nya tentu tidak bisa dibebankan pada BPJS Kesehatan semata. Peran pemerintah, khususnya dengan menambah jumlah sarana kesehatan yang bisa memberikan pelayanan pada peserta, bisa menjadi salah satu opsi untuk mengurangi masalah yang ada. Selain peningkatan fasilitas kesehatan (faskes), peningkatan sistem teknologi informasi (TI), agar bisa menjadikan pelayanan tersebut lebih baik kedepannya.

4. Dalam hal penyelesaian klaim BPJS Ksehatan karywan, apabila timbul perselisihan diantara pihak perusahaan dan tanaga kerja, maka penyelesaiannya lebih efektif hendaknya dilakukan melalui proses non litigasi, dibandingkan proses litigasi. Sebab melalui proses litigasi akan memakan waktu yang lama

(41)

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Abdulkadir, Muhammad, 2006, Hukum Asuransi Indonesia, PT. Cipta Aditya Bakti, Jakarta

Asyhadi, Zaeni, 2007, Hukum Kerja, Hukum Ketenagakerjaan, Bidang Hubungan Kerja, Raja Grafindo, Persada, Jakarta

Budi, Eka, 2011, Asuransi Transfortasi, Darat – Laut – Udara, Mandar Maju, Bandung

Budiman, Andre, 2013, Pokok-Pokok Hukum Asuransi, Pustaka Yustisia, Jakarta

Damanik, Sehat, 2007, Outsourcing dan Perjanjian Kerja Menurut Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, DSS

Publishing, Jakarta

Fadoris, Zian, 2014, Buku Pintar Asuransi, Laksana, Yogyakarta

Ganie, Junaedy, 2013, Hukum Asuransi Indonesia, Sinag Grafika, Jakarta Mertokusumo, Sudikno, 1985, Mengenal Hukum Asuransi, Liberty, Yogyakarta Muis, Abdul, 2005, Hukum Asuransi dan Bentuk-Bentuk Perasuransian,

Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara, Medan

Prakosa, Djoko, 1987, Hukum Asuransi Indonesia, PT. Bina Aksara, Jakarta Prawoto, Agus, 1995, Hukum Asuransi dan Kesehatan Perasuransian Asuransi

BPFE, Yogyakarta

Ridwan, Harun, 2003, Hukum Administrasi Negara, Pustaka Yudistia, Yogyakarta

(42)

Salim, Abbas, 2007, Asuransi dan Manajement Risiko, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Sastrawidjaya, Suparman, 1997, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga, Sinar Grafika, Bandung

Suma’mur, 2013, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, CV. Sagung Seto, Jakarta

Sunggono, Bambang, 2013, Metodelogi Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta

B. Internet dan Sumber Lainnya

http://www.jamsosindonesia.com/sjsn/program/program_jaminan _kecelakaan_kerja/ diakses pada tanggal 03 April 2017

http://laskarpenasukowati.blogspot.co.id/2013/05/sejarah-perjalanan-jaminan- sosial-di.html, diakses Tanggal 07 April 2017

https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs-

_kesehatan_tenaga_kerja/dmdocuments/pdfdiakses Tanggal 20 Mie 2017

http:// asuransi/tanya-jawab-iuran-peserta-bpjs-kesehatan, diakses Tanggal 20 Mei 2017

C. Peraturan Perundang-Undangan

Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 jo Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian, Lembaga Negara Nomor 126 Tahun 1992

(43)

Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Ayat 50 dan ayat 63 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Lembaga Negara Nomor 39 Tahun 2003

Pemerintah Republik Indonesia, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 150 Tahun 1999 Pasal13 ayat 1, Lembaga Negara Nomor 264 Tahun 2015 Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 4

Pasal 2 Tahun 2015 Tentang Penyusunan dan Pemberlakuan Struktur dan Skala Upah, Lembaga Negara Nomor 49 Tahun 2004

(44)

Referensi

Dokumen terkait

392 Tahun 1999 mempunyai beberapa ketimpangan, antara lain yaitu: penentuan batas pulau pulau terluar yang masih rancu, terdapatnya karang-karang kering yang berpotensi

The Rainforest Alliance works to conserve biodiversity and ensure sustainable livelihoods by transforming land-use practices, business practices and consumer behavior. The

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan metode-metode statistik tersebut, terdapat hubungan yang signifikan antara implementasi GCG dengan tingkat kesehatan bank,

Analisis data curah hujan bulanan pada pos pengamatan hujan yang dilakukan dengan menggunakan metode Theory of Run, selain bisa mendapatkan nilai defisit hujan

the times indicated are also past, present, and future; and the function of the verb.. is primarily to

Sejalan dengan semangat untuk mengetahui seberapa besar orientasi para pelaku usaha kecil dan menengah terhadap tanggung jawab sosial perusahaan, maka penelitian

Komite ini sengaja dibentuk khusus untuk menyelenggarakan upaya penanggulangan kemiski- nan di Indonesia dengan melibatkan forum lintas pelaku yang meliputi forum

Di dalam penulisan ilmiah ini, penulis membahas pembuatan semi content management system web SMA Kasih Depok yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak diluar