• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. Kata kunci : overstrength factor kolom, Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK), bangunan beraturan, wilayah 6 peta gempa Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ABSTRAK. Kata kunci : overstrength factor kolom, Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK), bangunan beraturan, wilayah 6 peta gempa Indonesia."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Edi Hartono, Harry Pratapa Sanusi : Skripsi

Evaluasi Overstrength Factor pada Kolom untuk Struktur Beton Bertulang Beraturan Wilayah 6 Peta Gempa Indonesia.

Studi Kasus : Bangunan 6 Lantai dengan Beberapa Variasi Lebar Bentang.

Untuk menjamin sistem keruntuhan bangunan yang aman seperti yang ditentukan dalam SNI 03-1726-02 yaitu side sway mechanism disyaratkan sendi plastis hanya dapat terjadi pada ujung-ujung balok dan pada kaki kolom lantai dasar. Untuk mencapai mekansime tersebut maka dilakukan capacity design yang dimana kolom didesain lebih kuat dari balok (strong column weak beam). Untuk memperoleh desain strong column weak beam maka kekuatan lentur nominal kolom didesain lebih kuat 1,2 dari kekuatan balok. Nilai perkuatan (ovestrength factor) ini mengalami reduksi dari SNI 03-2847-92 dimana nilai overstrength factor sebesar 1,625. Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa kecukupan dari nilai overstrength factor berdasarkan SNI 03-2847-2002 yang didesain dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) untuk bangunan beraturan di wilayah 6 peta gempa Indonesia. Struktur yang ditinjau pada penelitian ini adalah bangunan perkantoran 6 lantai dengan lebar bentang 6 meter, 8 meter, dan 10 meter. Pada penelitian ini diterapkan persyaratan pembatasan waktu getar alami fundamental sesuai yang ditetapkan pada SNI 03-1726-2002 pasal 5.6, yang pada penelitian sebelumnya tidak diperhitungkan. Metode pembebanan yang digunakan adalah statik ekuivalen. Sedangkan pemeriksaan kinerja struktur dengan menggunakan analisa statis Pushover nonlinier dan analisa dinamis Time History nonlinier dengan beban gempa periode ulang 50, 200, 500, dan 1000 tahun.

Dengan analisa tersebut dapat ditentukan kecukupan nilai overstrength factor kolom dengan terjadinya mekanisme strong column weak beam pada beban gempa periode ulang 500 tahun seperti yang disyaratkan SNI 03-2847-2002. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa nilai overstrength factor kolom sebesar 1,2 tidak menjamin mekanisme strong column weak beam.

Kata kunci :

overstrength factor kolom, Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK), bangunan beraturan, wilayah 6 peta gempa Indonesia.

(2)

ABSTRACT

Edi Hartono, Harry Pratapa Sanusi : Undergraduate Thesis

Evaluation of Column Overstrength Factor for Regular Reinforced Concrete Structure in Zone 6 of Indonesian Seismic Map

Case Study : 6 Storey Building with Various Span Widths.

To ensure the downfall of the system secure as specified in the SNI 03- 1726-02 that is side sway mechanism which requires plastic hinges can only occur on the tip-end of the beam and on the ground floor of the column foot. To achieve the side sway mechanism so must be done with the capacity design where the column is designed stronger than the beam (strong column weak beam). To get the design of strong column weak beam, the flexure strength of the column is designed stronger 1,2 times than the beam. Value of cultivation (ovestrength factor) was reduced from SNI 03-2847-92 where the value of overstrength factor was 1.625. This study aims to examine the adequacy of the value based on the overstrength factor SNI 03-2847-2002 that is designed with Special Moment Resisting Frame for building in zone 6 of the Indonesian seismic map. The considerend buildings are 6 story reinforced concrete office buildings with span width 6 meters, 8 meters and 10 meters. This research will also take consideration on the requirements of the fundamental natural resonance as defined in Article 5.6 SNI 03-1726-2002, which is overlooked in the previous investigation.

Assessment methods used are static equaivalent method. While checking the performance of the structure by using the Static Pushover nonlinier analysis and dynamic analysis of Time History nonlinier with earthquake return period 50, 200, 500, and 1000 years. From the analysis can be determined the adequacy of the value column overstrength factor for strong column weak beam mechanism in the earthquake return period load on 500 years, as required SNI 03-2847-2002.

Results of this research show that the value of column overstrength factor of 1.2 does not guarantee mechanism strong column weak beam.

Keywords :

overstrength factor column, Special Moment Resisting Frames, regural building, zone 6 of the Indonesian seismic map.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

BERITA ACARA PEMBIMBINGAN TUGAS AKHIR/SKRIPSI ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR NOTASI ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Ruang Lingkup Penelitian... 6

1.5. Metodologi Penelitian ... 10

1.6. Sistematika Penulisan ... 11

2. LANDASAN TEORI ... 12

2.1. Umum ... 12

2.2. Desain Kapasitas (Capacity Design) ... 12

2.2.1. Desain Kapasitas Balok ... 13

2.2.2. Desain Kapasitas Kolom ... 15

2.3. Analisis Statis Nonlinier Pushover ... 17

2.4. Performance Based Design (PBD) ... 18

2.4.1. Kurva Kapasitas ... 20

2.4.2. Respons Spektrum Elastis (Demand) ... 22

2.4.3. Performance Point ... 24

2.5. Analisis Dinamis Time History Nonlinier... 24

3. PROSEDUR PERENCANAAN ... 26

3.1. Umum ... 26

(4)

3.2. Informasi Perencanaan ... 26

3.3. Pembatasan Waktu Getar Alami Fundamental ... 28

3.4. Pembebanan dan Analisis Struktur ... 28

3.4.1. Beban Mati dan Hidup ... 28

3.4.2. Beban Gempa Rencana ... 29

3.5. Pemeriksaan Kinerja Batas Layan dan Ultimate ... 37

3.6. Contoh Perhitungan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus ... 40

3.6.1. Perencanaan Balok ... 40

3.6.2. Perencanaan Kolom ... 46

4. ANALISIS ... 60

4.1. Umum ... 60

4.2. Analisis Moment-Curvature dengan Menggunakan Program ESDAP ... 60

4.3. Analisis Nonlinear Static Pushover dengan Program ETABS v9.07 ... 63

4.3.1. Pemodelan Struktur ... 63

4.3.2. Input Hinge Properties ... 65

4.3.3. Kondisi Pembebanan ... 73

4.3.4. Kinerja Struktur ... 75

4.4. Analisis Dinamis Time History Non-Linier dengan RUAUMOKO 3D ... 78

4.4.1. Pemodelan Struktur ... 78

4.4.2. Input Hinge Properties ... 79

4.4.3. Kondisi Pembebanan ... 85

4.5. Output Performance Point dari Analisis Pushover ... 86

4.6. Simpangan (Displacement) dan Simpangan Antar Tingkat (Drift Ratio) .... 90

4.7. Lokasi Sendi Plastis ... 92

4.8. Evaluasi Tingkat Kinerja ... 118

5. DISKUSI, KESIMPULAN DAN SARAN ... 126

5.1. Diskusi ... 126

5.2. Kesimpulan ... 128

5.3. Saran ... 128

DAFTAR PUSTAKA ... 129 LAMPIRAN

(5)

DAFTAR TABEL

1.1. Koefisien z yang Membatasi Waktu Getar Alami Fundamental

Struktur Gedung ... 4

1.2. Dimensi Elemen Struktur ... 7

1.3. Data Mutu Beton dan Tulangan ... 7

3.1. Data Struktur yang Ditinjau ... 27

3.2. Persyaratan Waktu Getar Alami Fundamental ... 28

3.3. Beban Mati pada Struktur yang Ditinjau ... 28

3.4. Beban Hidup pada Struktur yang Ditinjau ... 29

3.5. Distribusi Gaya Lateral dengan Analisis Beban Statik Ekuivalen untuk Bentang 6 Meter ... 32

3.6. Distribusi Gaya Lateral dengan Analisis Beban Statik Ekuivalen untuk Bentang 8 Meter ... 34

3.7. Distribusi Gaya Lateral dengan Analisis Beban Statik Ekuivalen untuk Bentang 10 Meter ... 37

3.8. Kinerja Batas Layan Gedung 6 Lantai Bentang 6 Meter ... 37

3.9. Kinerja Batas Layan Gedung 6 Lantai Bentang 8 Meter ... 38

3.10. Kinerja Batas Layan Gedung 6 Lantai Bentang 10 Meter ... 38

3.11. Kinerja Batas Ultimate Gedung 6 Lantai Bentang 6 Meter ... 39

3.12. Kinerja Batas Ultimate Gedung 6 Lantai Bentang 8 Meter ... 39

3.13. Kinerja Batas Ultimate Gedung 6 Lantai Bentang 10 Meter ... 39

3.14. Momen Tumpuan pada Balok 36 Lantai 4 Bangunan 6 Lantai Dengan Bentang 10 meter ... 41

3.15. Hasil Perhitungan Kombinasi Beban ... 41

(6)

3.16. Gaya Geser pada Balok B36 ... 43

3.17. Hasil Perhitungan Kombinasi Beban ... 43

3.18. Output Gaya-gaya yang Bekerja pada Kolom C9 pada Lantai 4 ... 47

3.19. Mg Balok yang Merangkai pada Kolom C9 Lantai 4 ... 50

3.20. Gaya Geser Output ETABS v.9.07 ... 57

4.1. Koordinat Titik A, B, C, D, dan E ... 71

4.2. Koordinat Titik IO, LS, CP ... 71

4.3. Tipe Bangunan Berdasarkan ATC-40 ... 76

4.4. Pemeriksaan Persyaratan “Strong Column Weak Beam” pada Bangunan 6- dan 10-Lantai dengan Analisis Pushover ... 118

4.5. Pemeriksaan Persyaratan “Strong Column Weak Beam” pada Bangunan 6- dan 10-Lantai dengan Analisis Time History ... 118

4.6. Rangkuman Hasil Analisis Time History ... 119

4.7. Matriks Performance Bangunan 6 Lantai Bentang 6, 8 dan 10 meter Berdasarkan Drift Ratio ... 125

4.8. Matriks Performance Bangunan 6 Lantai Bentang 6, 8 dan 10 meter Berdasarkan Damage Index ... 125

5.1. Rekapitulasi rata-rata Overstrength Factor Kolom ... 127

 

(7)

DAFTAR GAMBAR

1.1. Side Sway Mechanism ... 2

1.2. Soft Story Mechanism ... 2

1.3. Error pada Output ESDAP ... 5

1.4. Denah Struktur Bangunan yang Diteliti ... 7

1.5. Respons Spektrum Gempa Rencana (SNI 1726-02) ... 8

2.1. Perencanaan Gaya Geser Rencana Balok ... 14

2.2. Perencanaan Gaya Geser Rencanan Kolom ... 17

2.3. Matriks Kinerja Struktur untuk Berbagai Tingkat Intensitas Gempa (ACMC,1999) ... 20

2.4. Bangunan dengan Beban Lateral F ... 20

2.5. Kurva Kapasitas ... 21

2.6. Spektrum Kapasitas ... 21

2.7. Respons Spektrum Elastis ... 22

2.8. Perubahan Format Respons Percepatan Menjadi ADRS ... 23

2.9. Reduksi Response Spectrum Menjadi Demand Spectrum ... 23

2.10. Penentuan Performance Point... 24

3.1. Denah Struktur Bangunan 6 ... 26

3.2. Portal Struktur Bangunan ... 27

3.3. Respons Spektrum Gempa Rencana (SNI 1726-02) ... 29

3.4. Denah Lokasi Balok 36 Lantai 4 Bangunan 6 Lantai dengan Bentang 10 meter ... 40

3.5. Diagram Gaya Geser pada Daerah Sendi Plastis ... 44

3.6. Denah Loksi Kolom C13 Lantai 4 Bangunan 6 Lantai dengan Bentang 10 Meter ... 46

(8)

3.7. Lokasi Gaya pada Kolom C13 Lantai 4 ... 47

3.8. Diagram Momen Kolom yang Ditinjau Akibat Gempa arah X ... 48

3.9. Balok-balok yang Merangka pada Kolom C13 Lantai ... 49

3.10. Grafik Faktor Reduksi Momen φ ... 52

3.13. Grafik Interaksi Mn-Nn ... 54

3.14. Kesetimbangan Gaya-gaya pada Kondisi Balance Kolom C13 ... 55

4.1. Input Data Program ESDAP untuk mencari moment curvature Balok B36 untuk momen positif ... 61

4.2. Input Data Program ESDAP untuk mencari moment curvature Balok B36 untuk momen negatif ... 61

4.3. Kurva Moment-Curvature dari Program ESDAP yang Telah Digabungkan untuk Momen Positif dan Momen Negatif ... 62

4.4. Modifikasi Kurva Moment-Curvature ... 62

4.5. Model Struktur Gedung 6 Lantai Bentang 6 Meter pada ETABS v9.07 ... 63

4.6. Model Struktur Gedung 6 Lantai Bentang 8 Meter pada ETABS v9.07 ... 64

4.7. Model Struktur Gedung 6 Lantai Bentang 10 Meter pada ETABS v9.07 ... 64

4.8. Posisi Sumbu Lokal Balok pada ETABS v9.07 ... 65

4.9. Penentuan Letak Titik A,B,C,D,E pada Kurva Moment- Curvature ... 67

4.10. Input Hinge Properties pada Program ETABS v9.07 untuk Balok Interior Lantai 5, Bangunan 6 Lantai ... 69

4.11. Posisi Sumbu Lokal Kolom pada ETABS v 9.07 ... 70

4.12. Input Hinge Properties pada Program ETABS v9.07 ... 72

4.13. Option untuk Menentukan Frame Hinge P-M-M Interaction Surface Secara Otomatis ... 72

4.14. Input Pushover Case untuk Beban Gravitasi ... 74

4.15. Input Pushover Case Beban Lateral Gempa Arah X ... 75

(9)

4.16. Contoh Input pada Program ETABS v 9.07 untuk Mengetahui Performance Point Struktur untuk Gempa dengan Periode Ulang 500

Tahun ... 76

4.17. Faktor Peak Ground Acceleration yang Digunakan (Susila, I.G.M, 2000) ... 77

4.18. Model Struktur 6 Lantai Bentang 6 Meter pada Program RUAUMOKO 3D ... 78

4.19. Model Struktur 6 Lantai Bentang 8 Meter pada Program RUAUMOKO 3D ... 78

4.20. Model Struktur 6 Lantai Bentang 10 Meter pada Program RUAUMOKO 3D ... 79

4.21. Posisi Sumbu Lokal Balok Struktur pada Program RUAUMOKO 3D (Carr, 2001) ... 80

4.22. Idealisasi Pembebanan Balok ... 80

4.23. Reaksi yang Terjadi pada Balok ... 81

4.24. Equivalent Joint Load ... 81

4.25. Equivalent Joint Load dan Perjanjian Tanda ... 81

4.26. Posisi Sumbu Lokal Elemen Kolom Struktur pada Program RUAUMOKO 3D (Carr, 2001) ... 82

4.27. Diagram Interaksi Gaya Aksial dan Momen Arah Sumbu Lokal y Dan z untuk Elemen Kolom pada RUAUMOKO 3D ... 83

4.28. Bi-Linear Hysteresis Rules ... 84

4.29. Respons Spektrum Gempa El Centro 18 Mei 1940 North-South yang Telah Dimodifikasi Terhadap Periode Ulang 500 Tahun Sesuai SNI 1726-02 ... 85

4.30. Rekaman Gempa El Centro 18 Mei 1940 North-South Asli ... 86

4.31. Rekaman Gempa El Centro 18 Mei 1940 North-South yang Telah Dimodifikasi Terhadap Periode Ulang 500 Tahun Sesuai SNI 1726- 02 ... 86

4.32. Performace Point Struktur Gedung 6 Lantai Bentang 6 meter ... 87

4.33. Performace Point Struktur Gedung 6 Lantai Bentang 8 meter ... 88

(10)

4.34. Performace Point Struktur Gedung 6 Lantai Bentang 10 meter ... 89 4.35. Perbandingan Displacement dan Drift Ratio Bangunan 6 Lantai

Bentang 6 meter ... 90 4.36. Perbandingan Displacement dan Drift Ratio Bangunan 6 Lantai

Bentang 8 meter ... 91 4.37. Perbandingan Displacement dan Drift Ratio Bangunan 6 Lantai

Bentang 10 meter ... 91 4.38. Lokasi Sendi Plastis pada Portal Eksterior Gempa 50 Tahun

Bangunan 6 Lantai Bentang 6 Meter ... 94 4.39. Lokasi Sendi Plastis pada Portal Interior Gempa 50 Tahun Bangunan

6 Lantai Bentang 6 Meter ... 95 4.40. Lokasi Sendi Plastis pada Portal Eksterior Gempa 200 Tahun

Bangunan 6 Lantai Bentang 6 Meter ... 96 4.41. Lokasi Sendi Plastis pada Portal Interior Gempa 200 Tahun

Bangunan 6 Lantai Bentang 6 Meter ... 97 4.42. Lokasi Sendi Plastis pada Portal Eksterior Gempa 500 Tahun

Bangunan 6 Lantai Bentang 6 Meter ... 98 4.43. Lokasi Sendi Plastis pada Portal Interior Gempa 500 Tahun

Bangunan 6 Lantai Bentang 6 Meter ... 99 4.44. Lokasi Sendi Plastis pada Portal Eksterior Gempa 1000 Tahun

Bangunan 6 Lantai Bentang 6 Meter ... 100 4.45. Lokasi Sendi Plastis pada Portal Interior Gempa 1000 Tahun

Bangunan 6 Lantai Bentang 6 Meter ... 101 4.46. Lokasi Sendi Plastis pada Portal Eksterior Gempa 50 Tahun

Bangunan 6 Lantai Bentang 8 Meter ... 102 4.47. Lokasi Sendi Plastis pada Portal Interior Gempa 50 Tahun Bangunan

6 Lantai Bentang 8 Meter ... 103 4.48. Lokasi Sendi Plastis pada Portal Eksterior Gempa 200 Tahun

Bangunan 6 Lantai Bentang 8 Meter ... 104 4.49. Lokasi Sendi Plastis pada Portal Interior Gempa 200 Tahun

Bangunan 6 Lantai Bentang 8 Meter ... 105

(11)

4.50. Lokasi Sendi Plastis pada Portal Eksterior Gempa 500 Tahun

Bangunan 6 Lantai Bentang 8 Meter ... 106 4.51. Lokasi Sendi Plastis pada Portal Interior Gempa 500 Tahun

Bangunan 6 Lantai Bentang 8 Meter ... 107 4.52. Lokasi Sendi Plastis pada Portal Eksterior Gempa 1000 Tahun

Bangunan 6 Lantai Bentang 8 Meter ... 108 4.53. Lokasi Sendi Plastis pada Portal Interior Gempa 1000 Tahun

Bangunan 6 Lantai Bentang 8 Meter ... 109 4.54. Lokasi Sendi Plastis pada Portal Eksterior Gempa 50 Tahun

Bangunan 6 Lantai Bentang 10 Meter ... 110 4.55. Lokasi Sendi Plastis pada Portal Interior Gempa 50 Tahun Bangunan

6 Lantai Bentang 10 Meter ... 111 4.56. Lokasi Sendi Plastis pada Portal Eksterior Gempa 200 Tahun

Bangunan 6 Lantai Bentang 10 Meter ... 112 4.57. Lokasi Sendi Plastis pada Portal Interior Gempa 200 Tahun

Bangunan 6 Lantai Bentang 10 Meter ... 113 4.58. Lokasi Sendi Plastis pada Portal Eksterior Gempa 500 Tahun

Bangunan 6 Lantai Bentang 10 Meter ... 114 4.59. Lokasi Sendi Plastis pada Portal Interior Gempa 500 Tahun

Bangunan 6 Lantai Bentang 10 Meter ... 115 4.60. Lokasi Sendi Plastis pada Portal Eksterior Gempa 1000 Tahun

Bangunan 6 Lantai Bentang 10 Meter ... 116 4.61. Lokasi Sendi Plastis pada Portal Interior Gempa 1000 Tahun

Bangunan 6 Lantai Bentang 10 Meter ... 117 4.62. Rekapitulasi Faktor Overstrength Beserta Posisi Sendi Plastis Untuk

Portal Exterior Bangunan Bentang 6 meter ... 121 4.63. Rekapitulasi Faktor Overstrength Beserta Posisi Sendi Plastis Untuk

Portal Interior Bangunan Bentang 6 meter... 121 4.64. Rekapitulasi Faktor Overstrength Beserta Posisi Sendi Plastis Untuk

Portal Exterior Bangunan Bentang 8 meter ... 122 4.65. Rekapitulasi Faktor Overstrength Beserta Posisi Sendi Plastis Untuk

Portal Interior Bangunan Bentang 8 meter... 122

(12)

4.66. Rekapitulasi Faktor Overstrength Beserta Posisi Sendi Plastis Untuk

Portal Eksterior Bangunan Bentang 10 meter ... 123 4.67. Rekapitulasi Faktor Overstrength Beserta Posisi Sendi Plastis Untuk

Portal Interior Bangunan Bentang 10 meter... 123 4.68. Rekapitulasi Faktor Overstrength Bangunan Beserta Rata-ratanya. ... 124

(13)

DAFTAR NOTASI

a = tinggi blok tekan

Ach = luas penampang komponen struktur dari sisi luar ke sisi luar tulangan geser

Ag = luas bruto penampang

As = luas tulangan tarik non-prategang

Ash = luas tulangan geser dalam rentang spasi s dan tegak lurus terhadap dimensi hc

Av = luas tulangan geser yang tegak lurus terhadap tulangan tarik lentur dalam rentang jarak s

b = lebar penampang

c = jarak garis netral dari serat tekan terluar

cbal = jarak garis netral dari serat tekan terluar pada kondisi balance Cc = gaya tekan pada beton

Cs = gaya tekan pada tulangan tekan

d = tinggi efektif penampang

db = diameter nominal batang tulangan D = pembebanan balok akibat beban mati

DI = damage index

E = modulus elastisitas baja Ec = modulus elastisitas beton EI = kekakuan (stiffness)

fc’ = kuat tekan beton yang disyaratkan

fy = adalah kuat leleh tulangan yang disyaratkan F(t) = gaya dinamis yang diberikan pada massa struktur

g = percepatan gravitasi

h = tinggi penampang

hc = dimensi penampang inti kolom diukur dari sumbu-sumbu tulangan pengekang

hn = tinggi bersih kolom

I = faktor keutamaan

(14)

I gross = momen inersia

L = pembebanan balok akibat beban hidup lp = panjang sendi plastis (plastic hinge length) ln = bentang bersih balok

Mc = momen pada muka join yang berhubungan dengan kuat lentur nominal kolom yang merangka pada join tersebut, yang dihitung untuk beban aksial terfaktor, yang sesuai dengan arah gaya lateral yang ditinjau, yang menghasilkan kuat lentur terendah MD = momen lentur akibat beban mati tak terfaktor

ME = momen lentur akibat beban gempa tak terfaktor

M = momen (moment)

Mc, k = kuat momen lentur nominal kolom yang dihitung terhadap luas tulangan yang sebenarnya ada pada penampang kolom yang ditinjau dengan memperhatikan gaya aksial terfaktor yang terjadi pada kolom

Mg = momen pada muka join yang berhubungan dengan kuat lentur nominal balok (termasuk pelat yang berada dalam kondisi tarik) yang merangka pada join tersebut

Mn = kuat momen nominal pada suatu penampang

Mnak, b = kuat momen lentur nominal aktual balok yang dihitung terhadap

luas tulangan yang sebenarnya ada pada penampang balok yang ditinjau

ML = momen lentur akibat beban hidup tak terfaktor

Mpr = kuat momen lentur nominal dari suatu komponen struktur, dengan atau tanpa beban aksial, yang didasarkan pada tegangan tarik 1,25 fy

Mprb-a = Mpr kolom di ujung atas kolom untuk mendapatkan Ve,b Mprb-b = Mpr kolom di ujung bawah kolom untuk mendapatkan Ve,b Mpr1 = Mpr balok di ujung sebelah kiri balok

Mpr2 = Mpr balok di ujung sebelah kanan balok

Mpr3 = Mpr kolom di ujung atas kolom untuk mendapatkan Ve, k

Mpr4 = Mpr kolom di ujung bawah kolom untuk mendapatkan Ve, k

(15)

Mu, k = momen terfaktor pada penampang kolom My = momen saat terjadi pelelehan pertama Mu = momen saat terjadi kondisi ultimit

n = jumlah tingkat

nt = jumlah tulangan

ND = gaya aksial akibat beban mati tak terfaktor NE = gaya aksial akibat beban gempa tak terfaktor NL = gaya aksial akibat beban hidup tak terfaktor

Nu,b = nilai maksimum dari kombinasi gaya aksial balok akibat beban luar yang bersesuaian

Nu, k = gaya aksial terfaktor pada penampang kolom PF1 = modal participation factor untuk mode pertama Qn = pembebanan nominal pada struktur gedung

R = faktor reduksi gempa representatif dari struktur gedung yang bersangkutan

Rn = kapasitas nominal struktur gedung s = jarak tulangan geser terpasang Sa = spectral acceleration

Sd = spectral displacement

T = waktu getar alami dari struktur bangunan Tt = gaya tarik pada tulangan

T1 = Waktu getar alami fundamental

V = base shear

V1 = gaya geser dasar nominal sebagai respons dinamik ragam yang pertama saja

Vc = kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton VD = gaya geser akibat beban mati tak terfaktor

Ve = gaya geser rencana balok

Ve, b = kuat geser kolom yang didapat dari balok yang merangka pada kolom

Ve_d = gaya geser rencana pada potongan sejarak d dari ujung balok Ve, k = kuat geser perlu kolom

(16)

VE = gaya geser akibat beban gempa tak terfaktor VL = gaya geser akibat beban hidup tak terfaktor

Vs = kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser Vt = Gaya geser dasar nominal yang didapat dari hasil analisis ragam

spektrum respons yang telah dilakukan

Vu,bmax = nilai maksimum dari kombinasi gaya geser balok akibat beban

luar yang bersesuaian

Vu, k = gaya geser terfaktor pada penampang kolom

W = berat bangunan

y = simpangan massa

Σ Mc = jumlah momen pada pusat hubungan balok-kolom, sehubungan dengan kuat lentur nominal kolom yang merangka pada hubungan balok-kolom tersebut

Σ Mg = jumlah momen pada pusat hubungan balok-kolom, sehubungan dengan kuat lentur nominal balok-balok yang merangka pada hubungan balok-kolom tersebut

Σ Mkap, b = jumlah momen kapasitas balok pada pusat join Σ Mv, k = jumlah momen rencana kolom pada pusat join α = faktor distribusi momen nominal balok ke kolom α1 = modal mass coefficient untuk mode pertama

βeff = effective damping ratio akibat perubahan kekakuan struktur setelah terjadi sendi plastis

β1 = sebuah faktor yang diambil sebesar 0,85 untuk beton dengan nilai kuat tekan fc’lebih kecil daripada atau sama dengan 30 MPa. Untuk beton dengan nilai kuat tekan di atas 30 MPa, harus direduksi sebesar 0,05 untuk setiap kelebihan 7 MPa di atas 30 MPa, tetapi tidak boleh diambil kurang dari 0,65.

Δ = perpindahan pada titik paling atas

φ = curvature

γ = faktor beban

mm = daktilitas yang terjadi

(17)

r = rasio tulangan tarik non-prategang φ = faktor reduksi kekuatan

Øi1 = amplitudo pada lantai ke-i pada mode pertama

Øo = faktor penambahan kekuatan yang memperhitungkan pengaruh penambahan kekuatan maksimal dari tulangan terhadap kuat leleh yang ditetapkan, diambil sebesar 1,25 untuk tulangan dengan fy ≤ 400 MPa dan 1,40 untuk tulangan dengan fy > 400 MPa

ωd = koefisien pembesaran dinamis yang memperhitungkan pengaruh terjadinya sendi plastis pada struktur secara keseluruhan

z = koefisien pengali dari jumlah tingkat struktur gedung yang membatasi waktu getar alami fundamental struktur gedung, bergantung pada Wilayah Gempa

θ = rotasi (rotation)

[C] = matriks damping

[M] = matriks massa diagonal

[K] = matriks kekakuan

[ü] = matriks percepatan

[ú] = matriks kecepatan

[u] = matriks perpindahan

 

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Perhitungan Massa Bangunan

Lampiran 2: Rekapitulasi Tulangan Balok dan Kolom Lampiran 3: Displacement dan Drift Ratio

Lampiran 4: Nominal Overstrength Factor (OF) Kolom

Referensi

Dokumen terkait

Korelasi antara kesuburan dari serbuk sari dan jumlah biji per buah dapat dibandingkan dengan hasil perhitungan dari nilai viabilitas dan fertilitas menunjukkan

Pada tipe ini, jumlah refrigerant yang mengalir dari evaporator ke compressor diatur dan tekanan di dalam evaporator dijaga tetap 1,9 kg/cm 2 atau lebih tinggi. agar temperatur

? Ti ng ka t K et er pen ga ru ha n Religious Enrichment Aspek Religiusitas Religioius Practice Religious Altruism Religious Belief Visualisasi tingkat pengaruh..

Secara umum perbedaan suhu yang tidak terlalu signifikan antara bagian dalam dan luar ruangan rumah kaki seribu dipengaruhi oleh daya tahan termal bahan yang digunakan

KES-KES DI HADAPAN PUAN MAZANA BINTI SININ PADA 2 Mac 2021 (Tuesday) 9:00 am.. Di Mahkamah Majistret Jenayah Mahkamah Majistret 2

Pernyataan-pernyataan informan tersebut tanpa variasi jawaban dan mengandung nilai responsibilitas yang sesuai dengan kata kunci yaitu informan menjadikan agama

Hasil wawancara dengan 10 informan menunjukkan bahwa sebagian besar berpendapat bahwa koordinasi dan kerjasama antar stakeholder, termasuk dengan masyarakat penerima