• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN HIBAH BERSAING"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

i

LAPORAN TAHUNAN

PENELITIAN HIBAH BERSAING

ANALISIS MODA TRANSPORTASI BUS UMUM:

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PENGGUNA, KUALITAS LAYANAN, DAN PERANANNYA DALAM PENGEMBANGAN

PARIWISATA BALI

Tahun ke 1 dari rencana 3 tahun

Made Susilawati, S.Si., M.Si., NIDN. 0002097101

Desak Putu Eka Nilakusmawati, S.Si., M.Si., NIDN. 0011067113

Dibiayai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian Desentralisasi

dan Kompetitif Nasional Tahun Anggaran 2016

Nomor: 486.5/UN14.2/PNL.01.03.00/2016, Tanggal 16 Mei 2016

UNIVERSITAS UDAYANA

November 2016

(2)

ii

(3)

iii RINGKASAN

Transportasi merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat. Salah satu permasalahan yang sering terjadi di setiap daerah khususnya di perkotaan adalah kemacetan lalu lintas. Upaya untuk menekan kemacetan lalu lintas, salah satu solusinya adalah dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, dan beralih ke moda transportasi umum. Kondisi nyata di lapangan, minat dan budaya masyarakat dalam menggunakan transportasi umum masih sangat rendah. Sampai saat ini baru golongan masyarakat tingkat menengah ke bawah yang menggunakan jasa angkutan umum.

Angkutan umum dianggap masih kurang menarik, karena terdapat beberapa kekurangan, terutama dari segi kenyamanan, keamanan, kecepatan, ketepatan, kemudahan, frekuensi dan jadwal keberangkatan, jadwal kedatangan dan tiba angkutan tidak terjadwal, tidak terintegrasi, tarif mahal, dan fasilitas di terminal dan halte. Permasalahan transportasi tersebut sangat perlu untuk mendapatkan perhatian serius. Rekomendasi mengenai perumusan dan arah kebijakan pembangunan transportasi yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat sangat penting untuk ditindaklanjuti oleh pemangku kebijakan.

Berdasarkan hal tersebut muncul beberapa pertanyaan: Bagaimanakah kondisi moda transportasi angkutan umum di Provinsi Bali?; Bagaimanakah karakteristik sosial ekonomi penggunanya?; Bagaimanakah karakteristik perjalanan moda transportasi bus umum?;

Bagaimanakah tingkat kepuasan pengguna jasa moda transportasi bus umum?; Faktor- faktor apakah yang menentukan kepuasan pengguna tersebut?; Faktor-faktor apa sajakah yang harus diperhatikan untuk meningkatkan kualitas layanan bus umum?; Bagaimanakah persepsi pengguna mengenai peranan moda transportasi bus ini dalam menunjang pengembangan pariwisata Bali?. Berdasarkan beberapa pertanyaan penelitian tersebut, maka penelitian mengenai moda transportasi bus umum ini menjadi sangat penting untuk dilakukan. Sehingga nantinya akan diperoleh model kebijakan yang bersifat menyeluruh untuk Provinsi Bali khususnya, dan dapat menjadi rekomendasi untuk provinsi lain yang memiliki permasalahan transportasi yang serupa. Penelitian tahun pertama ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui secara luas karakteristik sosial ekonomi pengguna moda transportasi bus umum; (2) Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan masyarakat pengguna terhadap kualitas layanan moda transportasi bus umum; dan (3) Mengetahui variabel-variabel yang menjadi penciri pada faktor dominan yang mempengaruhi kepuasan masyarakat pengguna moda transportasi bus umum.

Penelitian tahun pertama dilakukan untuk transportasi bus umum antar kabupaten di Provinsi Bali, yaitu antar 8 kabupaten dan 1 kodya. Metode pengukuran kepuasan pengguna moda transportasi bus umum ini menggunakan metode survai kepuasan pelanggan. Data dalam penelitian merupakan data kuantitatif yang diperoleh dari sumber primer, yaitu diambil secara langsung oleh peneliti menggunakan kuesioner dan angket.

Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan purposive sampling, dengan jumlah sampel ditetapkan sebanyak 297 responden. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Karakteristik sosial ekonomi pengguna, Karakteristik perjalanan, dan Variabel- variabel pelayanan penentu kepuasan pelanggan dalam penelitian ini, yang dijabarkan dalam 25 butir pertayaan.

Luaran penelitian tahun pertama meliputi: Informasi karakteristik sosial ekonomi pengguna; Faktor-faktor kualitas layanan transportasi bus umum; dan Variabel-variabel penentu kualitas layanan transportasi umum. Keseluruhan luaran yang diperoleh menjadi acuan untuk merumuskan rekomendasi revisi kebijakan moda transportasi bus umum dan peningkatan kualitas layanan.

Karakteristik sosial ekonomi pengguna transportasi bus umum dalam penelitian ini ddiperoleh bahwa dari total responden sebanyak 297 orang, terdapat 52% responden

(4)

iv

adalah laki-laki, 54,2% berstatus sudah kawin. Pengguna transportasi bus sebagian besar (23,6% dan 24,9%) adalah pedagang dan pekerja swasta, ada 19,2% adalah pelajar.

Berdasarkan jumlah kendaraan pribadi yang dimiliki, terdapat 72,7% responden memiliki kendaraan pribadi.

Hasil analisis faktor menunjukkan ada 6 faktor yang menjelaskan kepuasan pengguna transportasi umum di Bali, dengan total keragaman data yang dapat diuraikan sebesar 61.436%. Faktor-faktor tersebut adalah: Keamanan dan kenyamanan;

Responsiveness (daya tanggap); Kapasitas; Tangible (berwujud); Keselamatan; Keandalan.

Faktor dominan yang memengaruhi kepuasan pelanggan pengguna transportasi umum adalah keamanan dan kenyamanan, dengan variabel yang paling berpengaruh adalah perasaan khawatir terhadap keamanan diri pengguna ketika di dalam bus.

Kata Kunci: Moda Transportasi, bus umum, karakteristik pengguna, karakteristik perjalanan, kualitas layanan, pengembangan pariwisata

(5)

v PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan, karena perkenan- Nya penelitian tahun ke 1 dari rencana 3 tahun, dengan judul “Analisis Moda Transportasi Bus Umum: Karakteristik Sosial Ekonomi Pengguna, Kualitas Layanan, dan Peranannya dalam Pengembangan Pariwisata Bali” dapat dilaksanakan dan laporan tahunan ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Penelitian ini dapat terlaksana tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang telah mendanai penelitian ini, sehingga penelitian ini bisa terlaksana.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng sebagai Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Udayana, atas dukungannya.

3. Bapak Drs. Ida Bagus Made Suaskara, M.Si., selaku dekan FMIPA Universitas Udayana, atas dukungannya.

4. Teman-teman sejawat di FMIPA Universitas Udayana, yang turut memberikan sumbang saran dan dukungan.

5. Mahasiswa Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Udayana yang terlibat dalam pengumpulan data di lapangan, serta semua pihak yang turut membantu demi kelancaran kegiatan penelitian ini.

Laporan kemajuan ini masih memerlukan penyempurnaan, sehingga masukan dan saran dari berbagai pihak penulis harapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Denpasar, 21 November 2016

Tim Peneliti

(6)

vi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

RINGKASAN... iii

PRAKATA... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Keutamaan Penelitian... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Kajian Transportasi dan Permasalahannya ... 6

2.2 Konsep, Definisi, dan Faktor-faktor yang Menentukan Kepuasan Konsumen ... 7

2.3 Kriteria Kinerja Transportasi ... 9

2.4 Studi Empiris ... 10

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 12

3.1 Tujuan Penelitian ... 12

3.2 Manfaat Penelitian ... 12

BAB IV. METODE PENELITIAN ... 13

4.1 Variabel Penelitian ... 13

4.2 Uji Instrumen Penelitian ... 14

4.3 Teknik Analisis Data ... 16

BAB V. HASIL YANG DICAPAI ... 17

5.1 Gambaran Karakteristik Sosial Ekonomi Pengguna Transportasi Bus Umum ... 17

5.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian... 19

5.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kepuasan Pengguna Transportasi Bus Umum ... 20

(7)

vii

BAB VI. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA... ... 26

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN... ... 27

7.1 Kesimpulan ... 27

7.2 Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28

LAMPIRAN ... 29

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 5.1 Deskriptif Karakteristik Sosial Ekonomi Pengguna Transportasi

Bus Umum ... 18

5.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Penelitian ... 19

5.3 Nilai Uji Reliabilitas ... 20

5.4 Nilai KMO dan Bartlett’s ... 21

5.5 Total Varian yang Dijelaskan Komponen Utama ... 22

5.6 Tabel Komponen Matrik ... 23

5.7 Pengelompokan Variabel Menjadi Komponen Faktor ... 24

(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Instrumen: Kuesioner Penelitian ... 29 2. Personalia Tenaga Peneliti Beserta Kualifikasinya. ... 35 3. Abstrak untuk Diseminasi pada ICMETA 2016 (The 2016 International Conference on Mathematics: Education, Theory, and Application) ... 36 4. Abstract untuk Desiminasi pada SENASTEK 2016 ... 37 5. Draft Full Paper untuk Publikasi pada Prosiding ICMETA 2016

(The 2016 International Conference on Mathematics: Education,

Theory, and Application) ... 38 6. Rekapitulasi Penggunaan Dana Penelitian ... 45 7. Log Book Penelitian ... 50

(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Transportasi merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat. Salah satu permasalahan yang sering terjadi di setiap daerah khususnya daerah perkotaan adalah kebutuhan akan alat transportasi yang semakin meningkat, yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah dan pertumbuhan penduduk. Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (2012), jumlah penduduk Provinsi Bali pada tahun 2010 sebesar 3.522.375 jiwa, tahun 2011 meningkat menjadi 3.572.831 jiwa (meningkat 1,43 persen), dan di tahun 2012 mencapai 3.686.665 jiwa. Hal ini tentu menimbulkan permasalahan yang berkaitan dengan mobilitas penduduk yang memerlukan berbagai alat transportasi.

Sementara itu, jumlah kendaraan bermotor di Provinsi Bali pada tahun 2011 sebesar 2.350.183 unit dan tahun 2012 menjadi 2.749.164 unit (meningkat 14.5 persen).

Jumlah kendaraan bermotor tahun 2012 tersebut terbagi dalam tiga jenis kendaraan yaitu mobil penumpang sebesar 9,71 persen (sedan, jeep, stasiun wagon, bus besar, dan bus kecil), mobil gerobak (truk besar dan pick up) sebesar 3,69 persen, sedangkan sepeda motor merupakan kendaraan yang paling mendominasi yaitu sebesar 86,4 persen dari jumlah kendaraan pada tahun 2012. Kondisi banyaknya penduduk yang menggunakan angkutan pribadi untuk menjalankan segala aktivitas sehari-hari, menjadikan jalanan penuh dan kerap kali menimbulkan kemacetan lalu lintas.

Disamping itu, Provinsi Bali sebagai destinasi wisata favorit dan perkembangan industri pariwisata yang pesat turut memberikan kontribusi pada peningkatan volume arus mobilitas antar kabupaten. Volume arus mobilitas baik kendaraan maupun orang akan semakin meningkat setiap harinya, yang menjadi salah satu penyebab kemacetan lalu lintas dewasa ini, dan berpotensi menimbulkan permasalahan yang lebih besar di masa mendatang apabila tidak dilakukan penanganan. Kebijakan pemerintah saat ini harus lebih difokuskan dalam mendorong peralihan moda transportasi dari angkutan pribadi ke transportasi publik untuk meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi gas rumah kaca.

Tingginya mobilitas penduduk per harinya tersebut harus diikuti oleh penggunaan jenis moda transportasi yang dapat menampung pergerakan tersebut. Tetapi kondisi nyata menunjukkan moda transportasi yang sering digunakan justru yang kurang bisa menampung volume pergerakan tersebut, yaitu moda angkutan pribadi (mobil pribadi

(11)

2 dan sepeda motor). Padahal, jenis moda transportasi angkutan pribadi ini mempunyai daya tampung penumpang (load factor) yang kecil yaitu sekitar 1–5 orang/kendaraan dan juga memakai ruas jalan yang cukup besar. Kondisi banyaknya penduduk yang menggunakan moda angkutan pribadi memberikan kontribusi terjadinya kemacetan lalu lintas terutama pada saat jam-jam sibuk.

Dengan terbatasnya kapasitas jalan, maka salah satu alternatif solusi untuk mengurangi kemacetan tersebut adalah dengan mengoptimalkan penggunaan angkutan umum (public transport). Jenis angkutan umum yang perlu dioptimalkan adalah yang mempunyai load factor yang cukup besar, yaitu bus. Pengoptimalan penggunaan angkutan umum ini dilakukan dengan mengurangi penggunaan angkutan pribadi dan beralih ke moda transportasi angkutan umum.

Kondisi nyata di lapangan, minat dan budaya masyarakat dalam menggunakan transportasi umum masih sangat rendah. Sampai saat ini baru golongan masyarakat tingkat menengah ke bawah yang menggunakan jasa angkutan umum. Menurut Munawar (2004), angkutan umum masih kurang menarik karena masih terdapat kekurangan-kekurangannya, terutama dari segi kenyamanan, keamanan, kecepatan, ketepatan, kemudahan, frekuensi dan jadwal keberangkatan, dan fasilitas di terminal dan halte.

Keselamatan dan keamanan adalah dua komponen mutlak yang tak boleh diingkari dalam pelaksanaan transportasi, baik umum maupun pribadi. Komponen lainnya yang tak kalah penting adalah kenyamanan dalam bertransportasi, agar masyarakat mau menggunakan transportasi umum. Namun sayangnya, masih banyak penyelenggara layanan transportasi yang kurang memberikan perhatian lebih terhadap aspek tersebut di atas dan bahkan mengabaikannya begitu saja, demi mendapatkan keuntungan belaka.

Permasalahan klasik kondisi transportasi umum pada masa yang lalu hingga kini, transportasi umum kerap membuat pengguna jasanya tak nyaman. Jadwal kedatangan dan tiba angkutan yang tidak terjadwal bahkan kerap semaunya, tidak terintegrasi, pengemudi yang mengetem untuk mencari penumpang semaunya, kendaraan yang sudah berumur tua dan kurang perawatan, serta tarif yang cenderung mahal per perjalanan.

Menanggapi kondisi tersebut maka diperlukan adanya penanganan yang lebih terhadap penyediaan jasa transportasi umum. Kajian terhadap karakteristik pengguna dan kualitas layanan moda transportasi angkutan umum sangat perlu untuk dilakukan.

(12)

3 1.2 Keutamaan Penelitian

Kondisi transportasi umum di Pulau Bali sejak puluhan tahun silam menjadi ‘mati suri’ lantaran kurangnya perhatian terhadap kenyamanan yang seharusnya diperoleh masyarakat penggunanya. Untuk itulah, di tahun 2010 bersamaan dengan MP3EI untuk percepatan konektivitas, maka terjadilah kerjasama antara Kementrian Perhubungan dan Pemerintah Provinsi Bali untuk pengadaan Bus Trans Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan) untuk diluncurkan sebagai moda transportasi yang menghubungkan seluruh kabupaten dan kota di Bali.

Kondisi lalu lintas di Provinsi Bali, terutama di wilayah perkotaan menunjukkan kondisi yang semakin lama semakin parah yang disebabkan oleh sebagian besar masyarakat, terutama masyarakat kalangan menengah ke atas yang menggunakan angkutan pribadi dalam beraktivitas sehari-hari. Disisi lain, kondisi rendahnya minat masyarakat untuk beralih menggunakan moda transportasi umum dan rendahnya budaya masyarakat dalam menggunakan transportasi umum juga memberikan kontribusi bagi kondisi tersebut di atas. Program pemerintah berupa pengadaan Bus Trans Sarbagita sebagai moda transportasi yang menghubungkan seluruh kabupaten dan kota di Bali tampaknya tidak memberikan dampak yang signifikan dalam mengurangi kepadatan dan kemacetan lalu lintas di Provinsi Bali, terutama di daerah perkotaan.

Disisi lain, masyarakat akan beralih menggunakan transportasi umum ini bila kualitas pelayanan yang diberikan memenuhi kebutuhan dan kenyamanan masyarakat.

Loyalitas konsumen pengguna layanan transportasi umum ini terbentuk karena adanya kepuasan yang dirasakan oleh masyarakat. Kualitas jasa yang baik akan memberikan dorongan kepada konsumen untuk menjalin ikatan, hubungan yang kuat dengan pemberi jasa layanan transportasi.

Permasalahan transportasi seperti uraian tersebut di atas sangat perlu untuk mendapatkan perhatian serius. Rekomendasi mengenai perumusan dan arah kebijakan pembangunan transportasi yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat sangat penting untuk ditindaklanjuti oleh pemangku kebijakan.

Berdasarkan hal tersebut muncul beberapa pertanyaan penelitian: (1) Bagaimanakah kondisi moda transportasi angkutan umum di Provinsi Bali?; (2) Bagaimanakah karakteristik sosial ekonomi pengguna moda transportasi bus umum di Provinsi Bali?; (3) Bagaimanakah karakteristik perjalanan moda transportasi bus umum;

(4) Bagaimanakah tingkat kepuasan masyarakat pengguna jasa moda transportasi bus di Provinsi Bali?; (5) Faktor-faktor apakah yang menentukan kepuasan masyarakat

(13)

4 pengguna moda tranportasi bus tersebut?; (6) Bagaimanakah persepsi masyarakat pengguna mengenai peranan moda transportasi bus ini dalam menunjang pemgembangan pariwisata Bali?; (7) Faktor-faktor apa sajakah yang harus diperhatikan untuk meningkatkan kualitas layanan bus umum?; (8) Bagaimanakah kemungkinan pengembangan jalur layanan bus umum ini ke destina wisata antar kabupaten di Provinsi Bali?

Berdasarkan beberapa pertanyaan penelitian tersebut di atas, maka penelitian mengenai moda transportasi bus umum ini menjadi sangat penting untuk dilakukan.

Sehingga nantinya akan diperoleh model kebijakan yang bersifat menyeluruh untuk Provinsi Bali khususnya, dan dapat menjadi rekomendasi untuk provinsi lain yang memiliki permasalahan transportasi yang serupa.

Penelitian tahun pertama direncanakan difokuskan pada: (1) karakteristik sosial ekonomi pengguna moda transportasi bus umum dan (2) kualitas layanan moda transportasi bus umum. Luaran penelitian tahun pertama berupa rekomendasi untuk revisi kebijakan layanan transportasi publik dan acuan untuk peningkatan kualitas layanan trasportasi bus umum.

(14)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Transportasi dan Permasalahannya

Penyelengaraan transportasi dapat bermacam-macam, tetapi pada hakekatnya transportasi adalah perpindahan orang dan barang dari satu tempat asal ke tempat tujuan. Kondisi geogarfis yang beragam, serta teknologi transportasi yang terus berkembang, maka jenis-jenis sarana dan prasarana tertentu akan sesuai untuk suatu kondisi geografis tertentu pula.

Pengelompokkan berbagai jenis transportasi dengan memperhatikan tempat berjalannya serta kesamaan sifat-sifat fisiknya disebut moda. Secara garis besar, dari perbedaan tempat berjalannya dapat diperoleh moda darat, air, dan udara.

Lebih jauh moda darat dipisahkan lagi menjadi misalnya moda jalan raya dan moda jalan kereta api (Sukarto, 2003).

Angkutan umum merupakan alternatif dalam menyelesaikan masalah transportasi.

Peranan utama angkutan umum adalah melayani kepentingan mobilitas masyarakat dalam melakukan kegiatannya baik kegiatan sehari-hari yang berjalan pendek (angkutan perkotaan/perdesaan, dan angkutan antar kota dalam provinsi) maupun kegiatan sewaktu-waktu antar provinsi (angkutan antar kota dalam provinsi dan antar kota antar provinsi). Aspek lain pelayanan angkutan umum adalah peranannya dalam pengendalian lalu lintas, penghematan energi, dan pengembangan wilayah.

Kecenderungan perjalanan orang dengan angkutan pribadi di daerah perkotaan akan meningkat terus bila kondisi sistem transportasi tidak diperbaiki secara lebih mendasar. Tamin (2000) menyatakan bahwa peningkatan kecenderungan perjalanan dengan angkutan pribadi diakibatkan oleh: (1) Meningkatnya aktivitas ekonomi kurang terlayani oleh angkutan umum yang memadai; (2) Semakin meningkatnya daya beli dan tingkat privacy yang tidak bisa dilayani oleh angkutan umum; (3) Meningkatnya harga tanah sehingga penambahan jalan raya kurang; (4) Dibukanya jalan baru semakin merangsang penggunaan angkutan pribadi karena biasanya di jalan baru tersebut belum terdapat jaringan layanan angkutan umum pada saat itu; (5) Tidak tersedianya angkutan lingkungan atau angkutan pengumpan yang menjembatani perjalanan sampai ke jalur utama layanan angkutan umum; dan (6) Kurang terjaminnya kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan tepat waktu, kebutuhan akan lama perjalanan yang dialami dalam pelayanan angkutan umum.

(15)

6 Menurut Ditjen.Hubdat (Ferdiansyah, 2009), permasalahan transportasi umum yang umumnya dihadapi oleh perkotaan di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu tingkat aksesibilitas rendah, tingkat pelayanan rendah, dan biaya.

a. Tingkat Aksesibilitas Rendah. Salah satu indikator tingkat aksesibilitas masyarakat terhadap angkutan umum adalah rasio antara panjang jalan yang dilayani trayek dengan total panjang jalan (semakin tinggi angka rasio maka semakin tinggi tingkat aksesibilitas terhadap angkutan umum).

b. Tingkat Pelayanan Rendah. Rendahnya tingkat pelayanan angkutan umum diindikasikan dengan waktu tunggu tinggi, lamanya waktu perjalanan, dan ketidaknyamanan di dalam angkutan umum.

c. Masalah Biaya. Rendahnya aksesibilitas dan tidak tertatanya jaringan pelayanan angkutan umum dengan baik mengakibatkan masyarakat harus melakukan beberapa kali perpindahan angkutan umum dari titik asal sampai ke tujuan, mengakibatkan biaya yang harus dikeluarkan menggunakan angkutan umum menjadi lebih besar.

2.2. Konsep, Definisi, dan Faktor-Faktor yang Menentukan Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan konsumen setelah membandingkan antara apa yang dia terima dan harapannya (Umar, 2005: 65). Seorang pelanggan, jika merasa puas dengan nilai yang diberikan oleh produk atau jasa, sangat besar kemungkinannya menjadi pelanggan dalam waktu yang lama. Kepuasan pelanggan (customer satifaction) sering disebut juga dengan Total Customer Satisfaction, menurut Barkelay dan Saylor (1994) merupakan fokus dari proses Costomer-Driven Project Management (CDPM), bahkan dinyatakan pula bahwa kepuasan pelanggan adalah kualitas. Begitu juga definisi singkat tentang kualitas yang dinyatakan oleh Juran (1993) bahwa kualitas adalah kepuasan pelanggan.

Menurut Kotler dan Keller (1997), kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja yang diharapkan. Jadi, tingkat kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Kualitas termasuk semua elemen yang diperlukan untuk memuaskan tujuan pelanggan, baik internal maupun ekternal, juga termasuk tiap-tiap item dalam produk kualitas, kualitas layanan, performance, availibility, durability, aesthetic, reability, maintainability, logistic,

(16)

7 supprtability, customer service, training, delivery, billing, shiping, repairing, marketing, warranty, dan life cycle cost.

Melalui komunikasi, baik antar pelanggan maupun dengan pengelola akan menjadikan harapan bagi pelanggan terhadap kualitas produk yang akan dibelinya.

Pemahaman terhadap harapan pelanggan oleh supplier merupakan input untuk melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas produk, baik barang maupun jasa.

Bilamana harapan-harapannya terpenuhi, maka akan menjadikan pelanggan loyal, puas terhadap produk barang atau jasa yang dibelinya. Sebaliknya, bilamana tidak puas, supplier akan ditinggalkan oleh pelanggan. Kunci keputusan pelanggan berkaitan dengan kepuasan terhadap penilaian produk barang dan jasa. Kerangka kepuasan pelanggan tersebut terletak pada kemampuan supplier dalam memahami kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan sehingga penyampaian produk, baik barang maupun jasa oleh supplier sesuai dengan harapan pelanggan. Selain faktor-faktor tersebut di atas, dimensi waktu juga memengaruhi tanggapan persepsi pelanggan terhadap kualitas produk, baik barang maupun jasa.

Memuaskan kebutuhan konsumen adalah keinginan setiap perusahaan. Selain faktor penting bagi kelangsungan hidup perusahaan, memuaskan kebutuhan konsumen dapat meningkatkan keunggulan dalam persaingan. Konsumen yang puas terhadap produk dan jasa pelayanan cenderung untuk membeli kembali produk dan menggunakan kembali jasa pada saat kebutuhan yang sama muncul kembali dikemudian hari. Hal ini berarti kepuasan merupakan faktor kunci bagi konsumen dalam melakukan pembelian ulang yang merupakan porsi terbesar dari volume penjualan perusahaan.

Kotler (1997) mengungkapkan ada lima faktor dominan atau penentu kualitas jasa disingkat dengan TERRA yaitu:

a. Tangibles (berwujud) yaitu berupa penampilan fasilitas fisik, peralatan dan berbagai materi komunikasi yang baik, menarik, terawat, lancar, dan sebagainya.

b. Empathy yaitu kesediaan karyawan dan pengusaha untuk lebih peduli memberikan perhatian secara pribadi kepada pelanggan. Misalnya karyawan harus mencoba menempatkan diri sebagai pelanggan. Jika pelanggan mengeluh maka harus dicari solusi segera, agar selalu terjaga hubungan harmonis dengan menunjukkan rasa peduli yang tulus.

c. Responsiveness (daya tanggap) yaitu kemauan dari karyawan dan pengusaha untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat serta mendengar dan mengatasi keluhan dari konsumen.

(17)

8 d. Reliability (keandalan) yaitu kemampuan untuk memberikan jasa sesuai dengan yang

dijanjikan, terpercaya, akurat, dan konsisten.

e. Assurance (kepastian) yaitu berupa kemampuan karyawan untuk menimbulkan keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah dikemukakan kepada konsumen.

Apabila kelima elemen TERRA tersebut diperhatikan, diharapkan akan memberi kepuasan kepada konsumen. Jika jasa atau barang yang dibeli sesuai dengan apa yang diharapkan oleh konsumen, maka akan terdapat kepuasan dan jika sebaliknya akan timbul rasa kecewa. Bila kenikmatan yang diperoleh konsumen melebihi harapannya, maka konsumen betul-betul puas, mereka akan mengacungkan jempol, dan mereka akan melakukan pembelian ulang serta memberi rekomendasi kepada rekan-rekannya untuk membeli atau menggunakan jasa atau barang tersebut.

Beberapa metode yang dapat digunakan dalam melakukan pengukuran kepuasan pelanggan, diantaranya (Kotler, 1997): Sistem keluhan dan saran, Ghost shopping, Lost customer analysis, dan Survai kepuasan pelanggan. Umumnya penelitian mengenai kepuasan pelanggan dilakukan dengan penelitian survai.

2.3 Kriteria Kinerja Transportasi

Menurut Nasution (2004), untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kinerja dari sistem operasi transportasi ada beberapa parameter yang dapat dilihat, yaitu:

menyangkut ukuran kuantitatif yang dinyatakan dengan tingkat pelayanan, dan bersifat kualitatif yang dinyatakan dengan mutu pelayanan.

a. Faktor Tingkat Pelayanan

Faktor tingkat pelayanan meliputi kapasitas dan aksesibilitas, sebagai berikut:

1. Kapasitas dinyatakan sebagai jumlah penumpang atau barang yang bisa dipindahkan dalam satuan waktu tertentu, misal orang/jam atau ton/jam. Dalam hal ini kapasitas ini merupakan fungsi dari kapasitas atau ukuran tempat atau sarana transportasi dan kecepatan, serta mempengaruhi besarnya tenaga gerak yang dibutuhkan.

2. Aksesibilitas menyatakan tentang kemudahan orang dalam menggunakan suatu sarana transportasi tertentu dan bisa berupa fungsi dari jarak maupun waktu. Suatu sistem transportasi sebaiknya bisa diakses dengan mudah dari berbagai tempat dan pada setiap saat untuk mendorong orang menggunakannya dengan mudah.

(18)

9 b. Faktor Kualitas Pelayanan

Faktor kualitas pelayanan meliputi: faktor keselamatan, keandalan, kenyamanan, kecepatan, dan dampak, dengan penjelasan sebagai berikut (Nasution, 2004):

1. Keselamatan erat hubungannya dengan masalah kemungkinan kecelakaan dan terutama berkaitan erat dengan sistem pengendalian yang digunakan.

2. Keandalan berhubungan dengan faktor-faktor seperti ketepatan jadwal waktu dan jaminan sampai di tempat tujuan. Suatu sistem transportasi yang andal berarti bahwa penumpang dan/atau barang yang diangkutnya bisa sampai pada waktu yang tepat dan tidak mangalami gangguan atau kerusakan.

3. Fleksibilitas adalah kemudahan yang ada dalam mengubah segala sesuatu sebagai akibat adanya kejadian yang berubah tidak sesuai dengan skenario yang direncanakan. Contohnya adalah apabila pola perjalanan orang berubah akibat perkembangan telekomunikasi, maka sistem transportasi yang bersangkutan juga bisa dengan mudah disesuaikan.

4. Kenyamanan transportasi, terutama berlaku untuk angkutan penumpang, erat kaitannya dengan masalah tata letak tempat duduk, sistem pengaturan udara di dalam kendaraan, ketersediaan fasilitas khusus seperti toilet, tempat makan, waktu operasi, dan lain-lain.

5. Kecepatan merupakan faktor yang sangat penting dan erat kaitannya dengan masalah efiensi sistem transportasi. Pada prinsipnya orang selalu menginginkan kecepatan yang tinggi dalam bertransportasi, namun demikian keinginan itu kadang-kadang dibatasi oleh berbagai hal, misalnya kemampuan mesin dan tenaga penggerak yang terbatas, masalah keselamatan dan kemampuan manusia dalam mengendalikan pergerakan yang juga terbatas dan lain-lain.

6. Dampak transportasi sangat beragam jenisnya, mulai dari dampak lingkungan (polusi, kebisingan, getaran, dan lain-lain) sampai dengan dampak sosial politik yang ditimbulkan/diharapkan oleh adanya suatu operasi lalu lintas serta besarnya konsumsi energi yang dibutuhkan.

2.4 Studi Empiris

Ferdiansyah (2009) dalam studinya mengenai kemungkinan peralihan penggunaan moda angkutan pribadi ke moda angkutan umum perjalanan Depok–Jakarta, diperoleh bahwa pelaku perjalanan yang menggunakan angkutan pribadi baik mobil pribadi maupun sepeda motor pada umumnya mempunyai minat yang besar untuk beralih

(19)

10 menggunakan angkutan umum. Untuk mendukung peningkatan kualitas pelayanan angkutan umum yang bisa dilakukan adalah penetapan standar pelayanan minimal (SPM), keandalan pelayanan, dan penguatan sistem integrasi jaringan antar moda angkutan (feeder and transfer) perjalanan Depok–Jakarta. Diperlukan adanya hubungan antara pemerintah kota Depok dengan Provinsi DKI Jakarta dalam merumuskan kebijakan untuk menyelesaikan masalah transportasi Depok–Jakarta.

Studi Hyodo,et.al (2005), menganalisis perjalanan dan karakteristik sosial-ekonomi dari pelaku perjalanan di 13 kota di Asia, Amerika Tengah, dan Timur Tengah menggunakan database HIS (Household Interview Survey) yang sebagian besar dikembangkan melalui bantuan dari JICA (Japan International Cooperation Agency).

Studi ini membandingkan karakteristik perjalanan dengan kemungkinan faktor penentu permintaan perjalanan. Umur, jenis kelamin, dan kepemilikan mobil dianalisis vis-à-vis karakteristik perjalanan seperti tujuan perjalanan, modal share, jumlah perjalanan per hari, waktu keberangkatan, dan rata-rata jangka waktu perjalanan. Analisis dibuat untuk masing-masing kota dan perbandingan dibuat di kota-kota yang berbeda. Penjelasan untuk persamaan dan perbedaan antara kota-kota meliputi antara lain: tingkat pembangunan infrastruktur transportasi, tingkat motorisasi, demografi, dan budaya lokal.

Kebutuhan transportasi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ketersediaan fasilitas, tingkat motorisasi, struktur kota, laju pertumbuhan ekonomi, budaya lokal, dan sebagainya. Namun, data yang dianalisis tidak termasuk tingkat Level Of Service (LOS), hubungan antara perilaku perjalanan dan LOS harus dikaji dengan analisis lebih lanjut.

Studi hubungan kapasitas, biaya, dan alternatif operasi dari bus rapid transit telah dilakukan oleh Yabe dan Nakamura (2005), dengan tujuan untuk mengembangkan model estimasi kapasitas angkutan berdasarkan data yang diamati di Jepang dan Brazil dan untuk mengevaluasi kapasitas Bus Rapid Transit ( BRT) dengan model, dengan fokus pada kemungkinan dari kemampuan peningkatan dalam transit BRT, mengingat kemungkinan untuk menerapkan output ke kasus di wilayah Asia Timur. Berdasarkan kondisi tersebut, penulis mengembangkan model estimasi kapasitas transit dengan beberapa variabel, termasuk struktur halte bus, sistem pengumpulan ongkos, selang bus berhenti, biaya tenaga kerja dan sebagainya, dan mengevaluasi kapasitas transit BRT.

Kesimpulan dari studi ini adalah bahwa dalam peningkatan sistem operasi bus seperti halte bus atau sistem operasi dapat meningkatkan kapasitas dan tingkat pelayanan sistem transit bus dengan mempertahankan tingkat biaya operasi.

(20)

11 Alvinsyah, et. al (2005) meneliti sikap pengguna angkutan umum berdasarkan pilihan karakteristik parameter model. Tujuan dari penelitiannya adalah untuk mengamati sikap pengguna angkutan umum mengenai pengenalan sistem transportasi umum yang baru. Sebuah model logit binomial, berdasarkan data Stated Preferensi (SP), telah dikembangkan sebagai alat untuk menganalisis sikap orang terhadap sistem baru yang diusulkan. Data pengguna angkutan umum berdasarkan metode SP dikumpulkan mengenai sistem koridor bus Jakarta yang diusulkan. Waktu perjalanan dan biaya perjalanan dianggap sebagai variabel utama dibandingkan dengan data lainnya untuk mengembangkan fungsi utilitas. Berdasarkan atas karakteristik dari parameter-parameter model, dan strategi layanan yang berbeda yang ditawarkan, persepsi masyarakat, dan kemungkinan mereka memilih sistem yang diusulkan diamati. Hasil menunjukkan bahwa perbedaan persepsi orang, dan kemungkinan mereka memilih layanan yang lebih baik, seperti yang diharapkan, yang terjadi. Namun, dari model juga menunjukkan bahwa tidak semua pengguna angkutan umum selalu bergeser ke sistem baru dan lebih baik karena beberapa alasan.

Kim, et. al (2005) dalam studinya mengungkapkan jarak marjinal berjalan kaki ke halte bus adalah parameter dasar untuk memperkirakan cakupan layanan bus di daerah tertentu. Hasil analisis menunjukkan bahwa usia dan pendapatan dari penumpang sangat terkait dengan waktu berjalan marginal oleh penumpang. Model yang disarankan dalam makalah ini membantu perencana untuk memilih alternatif yang optimal dalam perencanaan atau mengatur jarak rute bus atau bus berhenti di daerah tertentu.

(21)

12 BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini diarahkan pada analisis moda transportasi bus umum dari segi karakteristik sosial ekonomi pengguna, kualitas layanan, dan peranan moda transportasi ini dalam pengembangan pariwisata di Provinsi Bali, dengan tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui secara luas karakteristik sosial ekonomi pengguna moda transportasi bus umum;

2. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan masyarakat pengguna terhadap kualitas layanan moda transportasi bus umum;

3. Mengetahui variabel-variabel yang menjadi penciri pada faktor dominan yang mempengaruhi kepuasan masyarakat pengguna moda transportasi bus umum.

3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini penting dilakukan karena dengan diketahuinya karakteristik sosial ekonomi pengguna, dan faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan masyarakat pengguna terhadap kualitas layanan moda transportasi bus umum ini, akan dapat menjadi acuan bagi pemerintah maupun pihak swasta dalam meningkatkan kualitas layanan transportasi bus umum, sehingga semakin banyak masyarakat yang beralih ke moda angkutan bus umum.

Temuan yang akan didapatkan dari penelitian ini adalah:

1. Karakteristik sosial ekonomi pengguna moda transportasi bus umum;

2. Faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan masyarakat pengguna terhadap kualitas layanan moda transportasi bus umum;

3. Faktor dominan yang memengaruhi kepuasan masyarakat pengguna moda transportasi bus umum dan variabel pencirinya.

Luaran dari penelitian tahun pertama ini meliputi: Informasi karakteristik sosial ekonomi pengguna; Faktor-faktor kualitas layanan transportasi bus umum; dan Variabel-variabel penentu kualitas layanan transportasi bus umum.

Keseluruhan luaran yang diperoleh menjadi informasi bagi pemangku kebijakan mengenai kebijakan transportasi masa lalu yang telah dilakukan dan menjadi acuan dalam merumuskan rekomendasi revisi kebijakan moda transportasi bus umum dan peningkatan kualitas layanan di masa mendatang.

(22)

13 BAB IV

METODE PENELITIAN

Penelitian tahun tahun pertama dilakukan untuk transportasi bus umum antar kabupaten di Provinsi Bali, yaitu antar 8 kabupaten dan 1 kodya. Data dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yang diperoleh dari sumber primer, yaitu diambil secara langsung oleh peneliti menggunakan kuesioner. Metode pengukuran kepuasan pengguna moda transportasi bus umum dalam penelitian ini menggunakan metode survai kepuasan pelanggan dengan wawancara langsung kepada pengguna bus umum menggunakan kuesioner. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik sosial ekonomi pengguna, karakteristik perjalanan, persepsi penumpang terhadap kualitas pelayanan bus umum.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua penumpang yang menggunakan moda transportasi bus umum. Jumlah sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 297 responden. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana pemilihan sampel dilakukan dengan pertimbangan subjektif tertentu berdasarkan beberapa ciri/karakteristik yang dimiliki sampel tersebut, yang dipandang berhubungan erat dengan ciri/karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Pertimbangan yang digunakan dalam pemilihan responden yaitu responden yang sedang menggunakan /menumpang dan/atau saat ini masih menggunakan layanan bus umum sebagai sarana mobilitas antar kabupaten di Provinsi Bali.

4.1 Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Karakteristik sosial ekonomi pengguna yang dijabarkan dalam variabel berikut:

 Umur; Jenis kelamin; Kepemilikan kendaraan pribadi; Jumlah kendaraan pribadi yang dimiliki; Status perkawinan; Tingkat pendidikan terakhir; Pekerjaan;

Pendapatan rata-rata per bulan;

2. Variabel-variabel pelayanan penentu kepuasan pelanggan dalam penelitian ini, dijabarkan dalam 25 butir pertayaan seperti disajikan pada Tabel 4.1.

(23)

14 Tabel 4.1. Variabel Penelitian

Faktor Penentu

Kepuasan Variabel Pertanyaan Skala

Pengukuran

Tangibles (Berwujud)

X1 = Jangkauan wilayah Interval

X2 = Posisi halte mudah ditemukan

X3 = Posisi halte strategis dan mudah dijangkau X4 = Kesesuain biaya perjalanan dengan fasilitas X5 = Kesesuain biaya perjalanan dengan layanan X6 = Kapasitas bus

X7 = Kecukupan tempat duduk dan tempat berdiri X8 = kelengkapan fasilitas dalam bus

X9 = Kelengkapan fasilitas di halte bus X10 = Ketepatan waktu tiba

X11 = Kebersihan bus

Emphaty (Kepedulian)

X12 = pramujasa mampu bersikap sabar dan sopan dalam melayani pelanggan

Interval X13 = pramujasa mampu berkomunikasi baik

dengan pelanggan

X14 = perlakuan pramujasa dalam melayani tanpa memandang status sosial

X15 = pelanggan dapat menyampaikan keluhan dengan mudah

Responsiveness (Daya tanggap)

X16 = petugas bus bersedia mendengarkan keluhan pelanggan

Interval X17 = petugas bus merespon keluhan dengan cepat

X18 = petugas bus bersedia menindaklanjuti keluhan pelanggan

X19 = petugas bus dapat bersikap ramah terhadap setiap pelanggan

X20 = kesiapan petugas bus saat melayani pelanggan X21 = Kenyamanan dalam bus selama perjalanan X22 = petugas bus cukup tanggap dalam membantu pelanggan

Keamanan

X23 = perasaan khawatir pelanggan terhadap kecepatan supir bus dalam mengemudikan bus

Interval

X24 = perasaan khawatir terhadap keamanan bawaan pelanggan ketika di dalam bus X25 = perasaan khawatir terhadap keamanan diri pelanggan ketika di dalam bus

4.2 Uji Instrumen Penelitian

Data penelitian ini dilakukan dengan pengisian kuesioner maka perlu dilakukan pengujian instrumen untuk memastikan kuisioner yang digunakan sudah valid dan reliabel.

(24)

15 4.2.1 Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2007), valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Hasil penelitian dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya pada obyek yang diteliti. Metode yang sering digunakan untuk memberikan penilaian terhadap validitas kuisioner adalah korelasi product -momen, dengan rumus sebagai berikut:

  

 

2 2

 

2 .........(4.1)

2

 

 

  

 

Y Y

N X X

N

Y X XY

rxy N

Keterangan :

X = Skor butir tes

Y = Skor total keseluruhan item N = Jumlah responden

Selanjutnya dihitung dengan uji-t menggunakan rumus (3.2).

hitung 2

1 2 r n t r

  (4.2)

dimana, t menyatakan nilai thitung, r adalah koefisien korelasi hasil rxy, dan n adalah jumlah responden. Nilai thitung yang diperoleh selanjutnya akan dibandingkan dengan nilai ttabel, jika thitung > ttabel peubah dikatakan valid.

4.2.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas (reliability) adalah tingkat seberapa besar suatu pengukur mengukur dengan stabil dan konsisten. Besarnya tingkat reliabilitas ditunjukkan oleh nilai koefisiennya, yaitu koefisien reliabilitas.

Nilai reabilitas pada penelitian ini akan dihitung dengan menggunakan metode Cronbach’s coefficient alpha. Perhitungan Cronbach’s coefficient alpha dilakukan dengan menghitung rata-rata interkorelasi diantara butir-butir pertanyaan dalam kuesioner. Peubah dikatakan reliable jika nilai alphanya lebih dari 0,5. Nilai Cronbach’s coefficient alpha dihitung dengan meggunakan rumus berikut:

) 3 . 4 ( . ...

...

...

...

1 1 2

2





 

 

x xi

k k

 

Keterangan :

= Cronbach’s coefficient alpha k = Banyaknya butir pertanyaan

(25)

16

xi2 = Total varian skor masing-masing pertanyaan

2

x = Varian dari total skor 4.3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini, akan mengikuti langkah-langkah berikut:

1. Melakukan analisis deskriptif untuk mendapatkan gambaran karakteristik sosial ekonomi pengguna moda transportasi bus umum;

2. Melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kuisioner yang digunakan telah valid dan reliabel.

3. Melakukan teknik analisis multivariate menggunakan Analisis Faktor (Hair, et. al, 1995), dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menguji variabel-variabel yang telah ditentukan, menggunakan metode Bartlett Test of Sphericity, KMO, serta pengukuran MSA (measure of sampling adequacy).

b. Melakukan proses inti pada analisis faktor, yaitu menurunkan satu atau lebih faktor dari variabel-variabel yang telah lolos pada uji variabel sebelumnya.

Melakukan proses faktor rotasi terhadap faktor yanng telah terbentuk. Tujuan rotasi untuk memperjelas variabel yang masuk ke dalam faktor tertentu. Ada dua metode rotasi yang berbeda yaitu orthogonal and oblique rotation. Disebut orthogonal rotation jika sumbu dipertahankan tegak lurus sesamanya (bersudut 90 derajat). Rotasi orthogonal menghasilkan faktor-faktor yang tidak berkorelasi satu sama lain. Sebaliknya rotasi dikatakan oblique rotation jika sumbu tidak dipertahankan harus tegak lurus sesamanya dan faktor-faktor tidak berkorelasi.

Oblique rotation harus dipergunakan jika faktor dalam populasi berkorelasi sangat kuat.

c. Interpretasi atas faktor yang telah terbentuk, dengan memberi nama atas faktor yang terbentuk, yang dianggap bisa mewakili variabel-variabel anggota faktor tersebut.

4. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS versi 19.0 For Window.

(26)

17 BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Karakteristik Sosial Ekonomi Pengguna Transportasi Bus Umum Hasil analisis deskriptif terhadap karakteristik pengguna transportasi bus umum dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 5.1. Secara umum keseluruhan responden pengguna moda transportasi bus umum yang menjadi sampel dalam penelitian ini, sebagian besar (70 persen) merupakan pengguna bus umum non Sarbagita, sedangkan 30 persen dari total 297 responden merupakan pengguna bus Trans Sarbagita.

Deskripsi responden menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa proporsi pengguna laki-laki lebih besar dari perempuan, yaitu 52,9 persen untuk pengguna laki-laki dan 47,1 persen untuk pengguna perempuan. Variabel status kawin, diperoleh proporsi pengguna bus dengan status belum kawin dan status kawin, yaitu 42,4 persen (126 responden) berstatus belum kawin, 54,2 persen (161 reponden) berstatus kawin, dan hanya 3,3 persen pengguna berstatus cerai.

Menanggapi karakteristik pengguna yang lebih banyak adalah laki-laki, Hyodo, et al (2005) dalam penelitiannya mengenai karakteristik perilaku perjalanan di 13 kota berdasarkan data survei rumah tangga, diperoleh hasil yang paling menarik adalah tingkat perempuan lebih besar dari laki-laki di sebagian besar kota-kota yang diteliti, tetapi beberapa negara-negara Islam, Kairo dan Kuala Lumpur, diperoleh laki-laki lebih besar daripada perempuan. Hyodo, et al (2005) berpendapat bahwa agama dan latar belakang budaya berpengaruh pada perilaku perjalanan.

Karakteristik pengguna bus umum menurut jenis pekerjaan, diperoleh bahwa sebagian besar pengguna merupakan pekerja Swasta (24,9 persen), pedagang (23,6 persen), dan pelajar (19,2 persen). Sedangkan pengguna dengan jenis pekerjaan lainnya (12,4 persen), PNS (9,8 persen), petani (4,4 persen), dan pengguna tidak bekerja sebesar 5,7 persen.

Distribusi persentase pengguna bus umum menurut pendapatannya, hasil analisis data menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak berpenghasilan (27,9 persen), berpenghasilan Rp. 1.000.001- 2.000.000 (26,3 persen), dan berpenghasilan Rp. 2.000.001- 3.000.000 (20,9 persen), sedangkan responden dengan penghasilan ≤ Rp.1.000.000 terdapat sebesar 17,2 persen, sisanya sebesar 7,7 persen dengan penghasilan > Rp. 3.000.000.

(27)

18 Tabel 5.1 Deskriptif Karakteristik Sosial Ekonomi Pengguna Transportasi Bus Umum

Variabel Kategori Frekuensi Persentase

1. Penumpang Bus 1. Bus umum 208 70,0%

2. Sarbagita 89 30,0%

Total 297 100,0 %

2. Jenis Kelamin 1.Laki-laki 157 52,9%

2. Perempuan 140 47,1%

Total 297 100,0 %

3. Status Kawin 1. Belum kawin 126 42,4%

2. Kawin 161 54,2%

3. Cerai hidup 6 2,0%

4. Cerai mati 4 1,3%

Total 297 100,0 %

4. Pekerjaan 1. Petani 13 4,4%

2. Pedagang 70 23,6%

3. PNS 29 9,8%

4.Swasta 74 24,9%

5. Pelajar 57 19,2%

6. Tidak Bekerja 17 5,7%

7. Lainnya 37 12,4%

Total 297 100 %

5. Pendapatan 1. Tidak berpenghasilan 83 27,9%

2. ≤ Rp.1.000.000 51 17,2%

3. Rp. 1.000.001- 2.000.000 78 26,3%

4. Rp. 2.000.001-3.000.000 62 20,9%

5. > Rp. 3.000.000 23 7,7%

Total 297 100 %

6. Kendaraan Pribadi 1. Tidak 81 27,3%

2. Ada 216 72,7%

Total 297 100 %

Sumber: Data primer (2016)

Variabel pendapatan ini jika dikelompokkan ulang menjadi kategori tidak berpenghasilan, pendapatan ≤ Rp. 3.000.000, dan > Rp. 3.000.000, maka diperoleh distribusi persentase pengguna kategori tidak berpenghasilan sebanyak 27,9 persen (83 responden), dengan pendapatan ≤ Rp.

3.000.000 sebanyak 64,4 persen (191 responden), dan sebagian kecil pengguna dengan pendapatan

> Rp. 3.000.000 yaitu 7,7 persen (23 responden). Hal ini mengindikasikan bahwa pengguna bus umum yang menjadi responden dalam penelitian ini sebagian besar merupakan pengguna yang berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah. Sedangkan mereka yang tidak berpenghasilan diindikasikan merupakan pelajar.

(28)

19 Karakteristik pengguna dilihat dari kepemilikan kendaraan pribadi diperoleh bahwa sebagian besar reponden memiliki kendaraan pribadi yaitu 72,7 persen (216 responden) dan sisanya 27,3 persen (81 responden) menyatakan tidak memiliki kendaraan pribadi.

5.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian 5.2.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk menguji valid tidaknya jawaban kuesioner yang telah diberikan oleh responden. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mampu mengukur apa yang diukur. Oleh karena itu perlu dilihat masing-masing ítem yang digunakan untuk mengukur suatu peubah. Pernyataan dikatakan valid apabila nilai thitung > ttabel. Sebelum menghitung nilai thitung, terlebih dahulu harus diketahui nilai korelasinya. Korelasi yang diukur adalah korelasi antar skor ítem terhadap skor total penyusun peubah penelitian. Tabel 5.1 berikut menunjukkan hasil uji validitas terhadap instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

Tabel 5.2 Hasil Uji Validasi Kuisioner Penelitian

Variabel Penelitian Nilai Korelasi ( r) t hitung Keputusan Kesimpulan

X1 0,301 5,675 Tolak Ho Valid

X2 0,264 4,866 Tolak Ho Valid

X3 0,440 9,356 Tolak Ho Valid

X4 0,406 8,335 Tolak Ho Valid

X5 0,565 14,230 Tolak Ho Valid

X6 0,613 16,838 Tolak Ho Valid

X7 0,563 14,133 Tolak Ho Valid

X8 0,626 17,650 Tolak Ho Valid

X9 0,419 8,714 Tolak Ho Valid

X10 0,426 8,924 Tolak Ho Valid

X11 0,689 22,491 Tolak Ho Valid

X12 0,648 19,154 Tolak Ho Valid

X13 0,657 19,821 Tolak Ho Valid

X14 0,545 13,293 Tolak Ho Valid

X15 0,460 10,004 Tolak Ho Valid

X16 0,598 15,961 Tolak Ho Valid

X17 0,639 18,518 Tolak Ho Valid

X18 0,631 17,977 Tolak Ho Valid

X19 0,669 20,764 Tolak Ho Valid

X20 0,646 19,010 Tolak Ho Valid

X21 0,652 19,446 Tolak Ho Valid

X22 0,722 25,860 Tolak Ho Valid

X23 0,237 4,306 Tolak Ho Valid

X24 0,630 17,911 Tolak Ho Valid

X25 0,606 16,421 Tolak Ho Valid

Sumber: Data primer (2016)

(29)

20 Hasil pengujian validitas diketahui bahwa dari 25 butir pertanyaan untuk mengungkap tentang faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kepuasan pengguna transportasi umum. Hipotesis disusun sebagai berikut: Hipotesis nol (H0) adalah kuisoner penelitian tidak valid, sedangkan hipotesis alternatif (Ha) adalah kuisoner penelitian valid.

Ho ditolak bila nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel. Tabel 5.2 memuat nilai thitung dari 25 butir pertanyaan lebih besar dari nilai ttabel = 1,960, berdasarkan hal itu maka dapat disimpulkan bahwa tolak H0 dan terima Ha yang artinya nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel. Sehingga dari 25 pertanyaan semua memenuhi syarat validitas sehingga dapat digunakan untuk pengukuran selanjutnya.

5.2.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur digunakan dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukur yang diperoleh sama maka alat pengukur tersebut dikatakan mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi.

Tabel 5.3 Nilai Uji Reliabilitas

Cronbach's Alpha N of Items

.856 25

Sumber: Data primer (2016)

Tabel pengujian reliabilitas di atas diperoleh nilai Cronbach Alpha sebesar 0,856 yang lebih besar dari kriteria yang ditentukan yaitu 0,5 berarti semua variabel menunjukkan kuatnya reliabilitas. Ini berarti seluruh uji instrumen telah memenuhi persyaratan untuk dipakai dalam pengambilan keputusan penelitian selanjutnya.

5.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kepuasan Pengguna Transportasi Bus Umum Analisis faktor dilakukan untuk melihat faktor yang paling dominan dalam menentukan kepuasan pengguna transportasi umum di Provinsi Bali. Adapun langkah- langkahnya adalah sebagai berikut:

5.3.1 Uji Kelayakan Data

Langkah pertama yang dilakukan untuk melihat apakah data yang di peroleh layak untuk diolah dengan analisis faktor adalah dengan melihat nilai KMO.

(30)

21 Tabel 5.4 Nilai KMO dan Bartlett’s

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .879

Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 3346.591

df 300

Sig. .000

Sumber: Data primer (2016)

KMO merupakan indeks untuk membandingkan besarnya koefisien korelasi amatan dengan koefisien parsial, yang berarti bahwa besar koefisien korelasi keseluruhan peubah pada matriks korelasi harus signifikan. Uji KMO nilainya berkisar antara 0 sampai 1 yang mempertanyakan kelayakan analisis faktor. Skala nilainya antara lain :

KMO ≤ 0,9 = Menyatakan sangat memuaskan 0,8 ≤ KMO < 0,9 = Menyatakan sangat baik

0,7 ≤ KMO < 0,8 = Menyatakan baik

0,6 ≤ KMO < 0,7 = Menyatakan cukup memuaskan 0,5 ≤ KMO < 0,6 = Menyatakan jelek

KMO ≤ 0,5 = Menyatakan ditolak

Angka KMO disyaratkan harus lebih dari 0.5, apabila nilai indeks berkisar antara 0,5 sampai 1,0, analisis faktor layak dilakukan. Sebaliknya, kalau nilai KMO di bawah 0,5 analisis faktor tidak layak dilakukan.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan software SPSS 17.0 for windows diperoleh nilai KMO sebesar 0,879 sehingga analisis faktor layak dilakukan dengan kategori sangat baik.

5.3.2 Barlett Test

Barlett Test merupakan test statistik untuk menguji apakah betul variabel-variabel yang dilibatkan berkorelasi. Hipotesis nol (H0) adalah tidak ada korelasi antar variabel, sedangkan hipotesis alternatif (Ha) adalah terdapat korelasi antar variabel. Nilai Barlett Test didekati dengan nilai chi square. Berdasarkan Tabel 5.4 didapat nilai chi square adalah 2468.594 dengan besar signifikan 0,000. Sehingga H0 ditolak dan Ha diterima, artinya dapat dipercaya bahwa antar variabel terdapat korelasi.

5.3.3 Proses Ekstraksi Faktor

Dalam menentukan jumlah faktor yang diinginkan sebagai hasil ekstrak dalam penelitian ini menggunakan nilai eigen yang bertujuan untuk mengetahui faktor yang paling dominan dalam menentukan kepuasan pengguna transportasi umum di Bali, artinya

(31)

22 hanya faktor dengan nilai eigen > 1 yang dianggap signifikan. Dari hasil analisis data secara Principal Component Analysis diperoleh enam komponen utama yang memiliki nilai eigen lebih dari satu yang menunjukkan jumlah faktor yang menentukan kepuasan pengguna transportasi umum di Bali.

Tabel 5.5 Total Varian yang Dijelaskan Komponen Utama

Component

Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings

Rotation Sums of Squared Loadings

Total % of Varian

Cumulativ

% Total % of Varian

Cumulativ

% Total % of Varian

Cumulativ

% 1 8.412 33.648 33.648 8.412 33.648 33.648 5.289 21.155 21.155 2 1.764 7.057 40.705 1.764 7.057 40.705 3.185 12.741 33.896 3 1.623 6.493 47.198 1.623 6.493 47.198 2.608 10.433 44.329 4 1.316 5.265 52.463 1.316 5.265 52.463 1.710 6.838 51.167 5 1.177 4.706 57.169 1.177 4.706 57.169 1.336 5.346 56.513 6 1.067 4.267 61.436 1.067 4.267 61.436 1.231 4.923 61.436

Sumber: Data primer (2016)

Berdasarkan Tabel 5.5 dari 25 variabel yang diusulkan terbentuk 6 faktor. Faktor 1 mempunyai total nilai eigen sebesar 8.412 atau 33.648%, artinya faktor 1 mampu menjelaskan 33.648% dari seluruh total faktor yang akan memengaruhi kepuasan pengguna transportasi umum di Bali. Faktor 2 mempunyai total nilai eigen sebesar 1.764 atau 7.057%, artinya faktor 2 mampu menjelaskan 7.057% dari seluruh total faktor yang akan memengaruhi kepuasan pengguna transportasi umum di Bali. Faktor 3 mempunyai nilai total nilai eigen sebesar 1.623 atau 6.493%, artinya faktor 3 mampu menjelaskan 6.493% dari seluruh total faktor yang akan memengaruhi kepuasan pengguna transportasi umum di Bali. Faktor 4, 5 dan factor 6 dengan penjelasan yang sama dapat dilihat pada Tabel 5.5. Adapun besar sumbangan kumulatif dari keenam faktor terhadap perilaku konsumen adalah sebesar 65.190%.

5.3.4 Rotasi Faktor

Hasil yang diperoleh dengan menggunakan metode nilai eigen menunjukkan 6 faktor yang terbentuk dalam kaitannya dengan kepuasan pengguna transportasi umum di Bali. Namun, dari hasil pemetaan dengan menggunakan komponen matrik terlihat bahwa seluruh variabel hanya mengelompok pada faktor 1, 2, 3, dan 4 saja, yang dapat dilihat pada Tabel 5.6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa kemampuan impulse control dan optimism merupakan kemampuan yang perlu menjadi fokus untuk dikembangkan

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa profil resilience pada ibu yang memiliki anak autis dan mampu menerima anaknya berada pada kategori tinggi untuk kemampuan impulse

Kesalahan konsep terbanyak terjadi karena siswa gagal atau salah dalam mengidentifikasi bangun dalam soal, sehingga siswa tidak mampu menentukan rumus atau

Nasabah yang telah ditetapkan Mandiri. Dalam melaksanakan instruksi dari Nasabah, Mandiri bertindak selaku kuasa dari Nasabah dan karenanya Nasabah terikat pada tindakan-tindakan

Salam...sesungguhnya perbedaan pendapat itu adalah rahmat bagi alam,kita sebaga pendokong dan pewaris ilmu BBM sememangnya perlu memahami antara satu dan yg lain

Hasil dari penelitian pertumbuhan dan perkembangan kacang tanah yang telah kami teliti dapat dilihat dalam tabel berikut.

Laporkan kepada pengawasruang ujian apabila terdapat lembar soal, nomor soal yang tidak lengkap atau tidak urut, serta LJUSBN yang rusak atau robek untuk mendapat

 1 (satu) buah plastic bening yang bertuliskan TIKI yang didalamnya berisikan 1 buah amplop coklat yang bertuliskan TIKI yang didalamnya terdapat 1 buah buku