• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENERAPAN KOMUNIKASI METODE SBAR (SITUATION, BACKGROUND, ASSESMENT, RECOMMENDATION) DALAM HANDOVER DI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PENERAPAN KOMUNIKASI METODE SBAR (SITUATION, BACKGROUND, ASSESMENT, RECOMMENDATION) DALAM HANDOVER DI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN 2020"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

JULIA ESTER STEPANY SIHOMBING NIM. 161000235

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(2)

ANALISIS PENERAPAN KOMUNIKASI METODE SBAR (SITUATION, BACKGROUND, ASSESMENT,

RECOMMENDATION) DALAM HANDOVER DI RSUD DR PIRNGADI MEDAN

TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

JULIA ESTER STEPANY SIHOMBING NIM. 161000235

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(3)
(4)

Telah diuji dan dipertahankan Pada tanggal : 4 Januari 2021

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes

Anggota : 1. Arfah Mardiana Lubis, S.Psi., M.Psi.

2. Dr. Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes.

(5)

Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa Skripsi saya yang berjudul “Analisis Penerapan Komunikasi Metode SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) dalam Handover di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2020” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, 19 Februari 2021

Julia Ester Stepany Sihombing

(6)

Abstrak

Keselamatan pasien merupakan sistem dasar dari rumah sakit dengan memberikan asuhan pasien yang aman. Salah satu langkah dalam mencapai keselamatan pasien adalah melalui peningkatan komunikasi metode SBAR dalam handover yang berguna untuk mengurangi dampak ketidaktepatan pemberian dan penerimaan informasi. SBAR memberikan urutan logis dan terorganisir, mudah diingat serta berguna membingkai setiap percakapan tentang kondisi pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman perawat terhadap penerapan komunikasi metode SBAR dalam handover di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Metode pengumpulan data adalah wawancara dan observasi. Analisa data dengan metode collaizi. Hasil penelitian ini memunculkan 6 tema yaitu pemahaman perawat terhadap SBAR, tahapan penerapan SBAR dalam handover, manfaat SBAR, hambatan SBAR, cara adaptasi SBAR, dan harapan terhadap penerapan SBAR.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa penerapan komunikasi SBAR dalam handover di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan telah menerapkan komunikasi metode SBAR dilihat dari terlaksananya 3 tahapan handover. Namun masih ditemukan beberapa perawat yang belum mampu membedakan komponen SBAR dan kurangnya pengadaan sosialisasi dan pelatihan SBAR dalam handover.

Rekomendasi dari penelitian ini, diharapkan kepada rumah sakit untuk memberikan sosialisasi peningkatan kualitas komunikasi metode SBAR dalam handover demi tercapainya keselamatan pasien.

Kata kunci : Komunikasi, SBAR, Timbang terima .

(7)

Abstract

Patient safety is the basic system of the hospital by providing safe patient care.

One of step in achieving patient safety is through improved communication of SBAR methods in handovers that are useful to reduce the impact of inaccuracies in the provision and receipt of information. SBAR provides a logical and organized sequence, memorable as well as useful framing every conversation about the patient's condition. This research aims to explore the nurse's experience towards the application of communication of SBAR method in handover at RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. This research uses qualitative research design with phenomenological approach. Techniques of sampling used purposive sampling.

Data collection methods are in-depth interviews and observations. Analyze data by collaizi method. Results of research showed 6 themes : nurse's knowledge of SBAR, steps SBAR in handover, the benefits of SBAR, SBAR barriers, the way of SBAR adaptation, and the expectation of the application of SBAR. The results showed that the application of SBAR communication in handovers at RSUD Dr.

Pirngadi Kota Medan has implemented the SBAR method communication seen from the implementation of 3 handover steps. However, there were still several nurses who were not able to distinguish between the components of the SBAR and the lack of socialization and training of SBAR in handovers. The recommendation of this study is expected to the hospital to provide socialization to improve the quality of communication with the SBAR method in handovers in to achieve patient safety goals.

Keywords : Communication, SBAR, Handover .

(8)

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Penerapan Komunikasi Metode SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) dalam Handover di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2020”. Skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kritik dan saran yang membangun dalam memperbaiki skripsi ini. Penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan dukungan baik secara langsung dan tidak langsung dari berbagai pihak selama penulisan skripsi. Dengan penuh rasa hormat penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes., selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, serta Dosen Pembimbing dan Ketua Penguji yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

(9)

4. Siti Khadijah Nasution, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan masukan, bimbingan, dan arahan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi

5. Arfah Mardiana Lubis, S.Psi., M.Psi., selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan masukan, bimbingan, dan arahan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.

6. Destanul Aulia SKM., MBA., M.Ec., Ph.D., selaku Dosen Penasehat Akademik penulis di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal ilmu dan mendukung proses administratif selama penulis menjalani pendidikan khususnya Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

8. Direktur RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan, Kepala Bidang Keperawatan, Kepala Bidang Rawat Inap, Kepala Ruang Asoka, Kepala Ruang Melati 3, Kepala Ruang Kenanga 1, Kepala Ruang Kenanga 2, Kepala dan Staf Bagian Penelitian serta seluruh Pegawai dan Staf di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan yang telah memberikan izin memperoleh data-data yang mendukung penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

9. Penulis mengucapkan terima kasih dan mempersembahkan skripsi ini kepada kedua orangtua tercinta Bapak Dumas Sihombing dan Ibu Lisnauli Sitorus yang telah memberikan dukungan moril maupun materil, cinta kasih tiada habis dan doa yang tiada henti dalam setiap langkah penulis..

(10)

10. Penulis mengucapkan terima kasih kepada saudara kandung : Samuel Monang Mulatua A.Md, Dwi Pebrianto S.S.T dan Fredrika Makasenda S.T yang telah mendukung secara material dan moril dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman terkasih Dewi Ayu Sinaga, Ayurut Desica Tinambunan dan Hana Susana Simarmata yang telah banyak mendukung dan memberikan doa bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Teman-teman di Departemen AKK 2016 dan Stambuk 2016 FKM USU yang telah mendukung dan mendoakan penulis selama proses perkuliahan.

Saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang hati demi perbaikan selanjutnya. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan menjadi bahan masukan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, 19 Februari 2021

Julia Ester Stepany Sihombing

(11)

Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Peryataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

Daftar Istilah xiv

Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 5

Tujuan umum 5

Tujuan khusus 5

Manfaat Penelitian 6

Manfaat teoritis 6

Manfaat aplikatif 6

Tinjauan Pustaka 7

Komunikasi 7

Konsep Komunikasi 7

Tujuan Komunikasi 7

Komponen Komunikasi 7

Faktor yang Memengaruhi Komunikasi 8

Komunikasi SBAR 9

Konsep SBAR 9

Tujuan SBAR 10

Komponen SBAR 10

Handover 11

Konsep Handover 11

Tujuan Handover 11

Manfaat Handover 11

Prinsip Handover 12

Prosedur Handover 13

Hambatan Pelaksanaan Handover 14

(12)

Keselamatan Pasien 14

Konsep Keselamatan Pasien 14

Standar Keselamatan Pasien 15

Sasaran Keselamatan Pasien 16

Kerangka Pikir 17

Metode Penelitian 18

Jenis Penelitian 18

Lokasi dan Waktu Penelitian 18

Subjek Penelitian 18

Definisi Konsep 20

Metode Pengumpulan Data 22

Metode Analisis Data 23

Hasil Penelitian 25

Gambaran Umum RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan 25 Penerapan Komunikasi SBAR dalam Handover 26 Pemahaman perawat terhadap SBAR dalam handover 27

Tahapan penerapan SBAR dalam handover 30

Manfaat penerapan SBAR dalam handover 35 Hambatan penerapan komunikasi SBAR dalam handover 41 Cara Adaptasi komunikasi SBAR dalam handover 45 Harapan penerapan komunikasi metode SBAR 46

Keterbatasan Penelitian 48

Kesimpulan dan Saran 49

Kesimpulan 49

Saran 50

Daftar Pustaka 52

Lampiran 55

(13)

Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Karakteristik Subjek 19

(14)

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kerangka Pikir 17

2 Alur Pelaksanaan Handover 33

(15)

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Pedoman Wawancara 55

2 Lembar Observasi 57

3 Surat Permohonan Survei Pendahuluan 59 4 Surat Selesai Survei Pendahuluan 60 5 Surat Permohonan Izin Penelitian 61 6 Surat Selesai penelitian 62

7 Dokumentasi Penelitian 63

(16)

Daftar Istilah

SBAR Situation, Background, Assesment, Recommendation

KTC Kejadian Tidak Cedera

KKP-RS Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit JCI Joint Commision International

PERSI Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia SPO Standar Prosedur Operasional

(17)

Riwayat Hidup

Penulis bernama Julia Ester Stepany Sihombing berumur 22 tahun, dilahirkan di Sidikalang, Kabupaten Dairi pada tanggal 09 Juli 1998. Penulis beragama Kristen Protestan, anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Dumas Sihombing dan Lisnauli Sitorus.

Pendidikan formal dimulai di TK Kartika Sidikalang pada tahun 2003- 2004. Pendidikan sekolah dasar di SDN 030306 Barisan Nauli Sidikalang tahun 2004-2010, sekolah menengah pertama di SMPN 3 Sidikalang tahun 2010-2013, sekolah menengah atas tahun 2013-2016, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2016 sampai tahun 2021

Medan, 19 Februari 2021

Julia Ester Stepany Sihombing

(18)

Pendahuluan

Latar Belakang

Sistem dasar dari rumah sakit dengan memberikan asuhan pasien yang aman dengan tidak merugikan dan menciderai pasien pada seluruh aspek pelayanan merupakan bagian dari keselamatan pasien yaitu harus menempatkan keamanannya sebagai prioritas utama (Depkes RI, 2008). Menerapkan standar keselamatan pasien dilakukan melalui pelaporan insiden dengan adanya analisa dan menentukan pemecahan masalah dengan tujuan menekan insiden keselamatan pasien (UU RI No.44 Tahun 2009).

Setiap kejadian yang tidak disengaja yang berpotensi cedera pada pasien merupakan bagian dari insiden keselamatan pasien. “To Err Is Human : Building a Safer Health System (2000) merupakan terbitan dari Institute of Medicine di Amerika Serikat yang melaporkan tentang angka kematian akibat KTD yaitu 44.000-98.000 orang pertahun. Tahun 2004, WHO melakukan publikasi dengan angka KTD di berbagai negara yaitu 3,2-16,6% (Depkes RI, 2008). Di Indonesia, keselamatan pasien terbit sejak 1 Juni 2005 melalui Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS). September 2006 hingga Agustus 2007 dilakukan pengumpulan laporan keselamatan pasien dengan insiden sebanyak 145.

Dalam mencapai tujuan keselamatan pasien, maka disusunlah sasaran spesifik dan terinci, salah satu sasaran tersebut adalah penerapan komunikasi efektif. Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations (JCAHO), menyatakan terdapat 2840 kasus sentinel event (kejadian tidak

(19)

diharapkan dan berakibat fatal) dan 65% akar penyebab masalah tersebut adalah komunikasi dan 75% dari kasus tersebut mengakibatkan pasien meninggal.

Pada tahun 2014, Joint Commision International (JCI) edisi 5 mengeluarkan pernyataan tentang International Patient Safety Goal (IPSG) 2.2 yaitu menerapkan dan mengembangkan proses komunikasi sebagai upaya dalam mengurangi dampak ketidaktepatan pemberian dan penerimaan informasi dengan komunikasi metode SBAR. SBAR merupakan kerangka informasi untuk komunikasi antar perawat yang memberikan urutan logis dan terorganisir, mudah diingat serta berguna untuk membingkai setiap percakapan tentang kondisi pasien dengan menciptakan pemahaman yang sama antar perawat sehingga keselamatan pasien dapat tercapai. Komunikasi dengan metode SBAR terdiri dari S (situation) yang berisi identitas pasien seperti nama, umur, tanggal pasien masuk dan hari perawatan, B (background) berisi riwayat pasien yang mendukung permasalahan seperti riwayat alergi, obat-obatan dan menjelaskan informasi klinik yang mendukung terkait hasil laboratorium, A (assesment) berisi hasil pengkajian kondisi pasien terhadap situation dan background yaitu hasil pengkajian dari kondisi pasien, R (recommendation) berisi tindakan keperawatan yang sudah dan belum teratasi dan tindakan yang diberhentikan, dilanjutkan atau modifikasi (Simamora, 2018)

Komunikasi yang buruk dapat menimbulkan dampak pada pelayanan keperawatan, seperti kesalahan dalam mengidentifikasian pasien, kesalahan pemberian obat, kesalahan prosedur dan menghambat proses pemberian asuhan keperawatan selanjutnya (Sukesih, 2015). SBAR menjadi solusi bagi rumah sakit

(20)

3

untuk menjembatani kesenjangan dalam komunikasi terutama dalam handover.

Handover adalah proses menyampaikan dan menerima sesuatu laporan (termaksud tanggung jawab) tentang kondisi pasien dengan menyatakan secara komplit, singkat dan jelas mengenai tindakan yang telah dan belum dilakukan.

Komunikasi dalam handover dilakukan secara lisan dan tulisan untuk menghindari risiko kesalahan dalam prosedur pelaksanaannya (Nursalam,2014).

Pelaksanaan handover dilakukan setiap pergantian shift melalui 3 tahapan yaitu pra-pelaksanaan, pelaksanaan dan pasca pelaksanaan. Pra-pelaksanaan dilakukan di nurse station yang akan dipandu kepala ruangan ataupun ketua tim pelaksana. Tim penanggung jawab yang akan mengakhiri shift-nya melaporkan semua kondisi pasien baru maupun lama menggunakan kerangka komunikasi metode SBAR. Tahap pelaksanaan dilakukan keliling ke bedside pasien dan terjadi proses penyerahan tanggung jawab di hadapan pasien. Tahap akhir yaitu untuk melakukan pengecekan ulang informasi kondisi pasien serta tugas yang telah dilimpahkan dengan memegang erat peranan komunikasi metode SBAR.

RSUD Dr Pirngadi adalah rumah sakit pemerintah tipe b di kota Medan yang telah melaksanakan komunikasi metode SBAR dalam proses pelayanan keperawatannya. Tujuan komunikasi metode SBAR di RSUD Dr Pirngadi Kota Medan meliputi meningkatkan keamanan keselamatan pasien, meningkatkan efektivitas pemberi asuhan keperawatan, menetapkan standar khusus untuk penyebaran informasi, meningkatkan penjelasan pemberi asuhan demi mengajukan permintaan perubahan perawatan pasien.

(21)

Berdasarkan survei pendahuluan peneliti pada bulan Maret tahun 2020 di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan kepada kepala bidang keperawatan menyatakan semua aktivitas dalam pemberian pelayanan keperawatan melibatkan komunikasi SBAR. Namun oleh kondisi pelayanan yang semakin kompleks, cepat dan dinamis, penggunaan metode SBAR dalam handover sering kali tidak dilakukan sesuai tahapan prosedur. Hasil wawancara terhadap 6 perawat pelaksana di 5 ruang bangsal yaitu Asoka 1, Asoka 2, Melati 1, Melati 2 dan Kenanga 1, didapatkan bahwa pada saat melakukan handover, tahap konferensi komunikasi SBAR tidak dilakukan mengingat banyaknya jumlah pasien dengan tenaga kesehatan yang terbatas sehingga pada saat melakukan handover, informasi yang disampaikan hanya terfokus kepada hal tertentu saja. Penggunaan SBAR dirasa terlalu panjang dan mengulur waktu handover sehingga prosedur pelaksanaan tidak dilaksanakan. Perawat penanggungjawab selanjutnya sering kali hanya membaca informasi kondisi di status pasien tanpa adanya validasi ataupun klarifikasi berupa proses tanya jawab tentang kondisi pasien berdasarkan aspek SBAR (Situation, Background, Assesment dan Recommendation) saat handover.

Sejalan dengan penelitian Hia (2018) di RSUD Dr. Pirngadi, perawat belum melaksanakan komunikasi metode SBAR secara maksimal saat melakukan handover dikarenakan perawat yang hanya membaca laporan rawatan yang ada di catatan terintegrasi pasien tanpa adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) dan validasi yang dapat berisiko terhadap kesalahan identifikasi dan pemberian obat.

Didukung hasil penelitian Rezkiki dan Utami (2017) bahwa perawat memahami baik komunikasi SBAR dari segi konsep dasar, tujuan serta prosedur SBAR dalam

(22)

5

handover, tetapi belum pada penerapannya. Hasil penelitian Hardini dkk (2019) menjelaskan bahwa peran SOP, pembekalan dan sosialisasi sangat berdampak demi terlaksananya komunikasi metode SBAR dalam handover.

Perumusan Masalah

Berdasarkan gambaran tentang komunikasi metode SBAR tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan komunikasi metode SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) dalam handover di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Untuk mengeksplorasi secara mendalam penerapan komunikasi metode SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) dalam handover di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2020.

Tujuan khusus. Tujuan khusus dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Menjelaskan proses penerapan komunikasi metode SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) dalam pra-pelaksanaan handover di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2020.

2. Menjelaskan proses penerapan komunikasi metode SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) dalam pelaksanaan handover di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2020.

3. Menjelaskan proses penerapan komunikasi metode SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) pasca-pelaksanaan handover di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2020.

(23)

Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis. Penelitian ini digunakan sebagai bahan penelitian selanjutnya terkait dengan komunikasi metode SBAR.

Manfaat aplikatif. Manfaat aplikatif dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Sebagai masukan bagi rumah sakit dalam meningkatkan budaya keselamatan pasien.

2. Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan dalam melaksanakan dan mengembangkan komunikasi metode SBAR ((Situation, Background, Assesment, Recommendation) dalam handover.

(24)

Tinjauan Pustaka

Komunikasi

Konsep Komunikasi. Komunikasi ialah proses pertukaran informasi untuk menciptakan saling pengertian yang mendalam (Nasir, 2009). Proses tersebut memiliki tujuan untuk saling memengaruhi untuk mendapatkan sebuah pemahaman yang sama (Priyoto, 2014). Tidak hanya secara lisan, pertukaran informasi dan gagasan informasi juga dapat disampaikan dengan bahasa tubuh atau menggunakan alat bantu guna memperkaya sebuah pesan (Liliweri, 2007).

Dalam praktek keperawatan profesional, komunikasi merupakan unsur utama bertemunya persepsi yang sama antar perawat dalam menentukan tujuan dan sasaran pelayanan dan meningkatkan kinerja pemberi asuhan keperawatan.

Tujuan Komunikasi. Komunikan memahami makna pesan dan memberikan umpan balik yang sesuai kepada komunikator. Artinya pesan yang dimaksud oleh seorang komunikator telah diterima dengan baik oleh komunikan (Nasir, 2009). Tujuannya antara lain:

Perubahan sikap. Seorang komunikan setelah menerima pesan akan terjadi perubahan sikap, positif maupun negatif.

Perubahan pendapat. Menciptakan pemahaman yang artinya mampu mengerti pesan secara cermat sebagai maksud komunikator.

Perubahan perilaku.

Perubahan sosial. Terciptanya hubungan yang semakin baik akibat terbangunnya dan terpeliharanya ikatan satu sama lain.

Komponen Komunikasi. Terdapat 5 komponen utama komunikasi yaitu:

(25)

1. Komunikator merupakan orang yang menyampaikan pesan 2. Komunikan merupakan orang yang menerima pesan

3. Pesan merupakan sesuatu yang disampaikan dengan tujuan tertentu 4. Lingkungan merupakan lokasi komunikasi dilaksanakan

5. Media merupakan sarana perantara agar pesan bisa disampaikan kepada penerima

Faktor yang memengaruhi komunikasi. Terdapat 10 faktor yang mampu memengaruhi efektifitas komunikasi (Khudhori, 2012):

Persepsi. Pandangan terhadap objek atau peristiwa setelah proses pengamatan dilakukan. Tingkat pengetahuan dan pemahaman seseorang memengaruhi persepsinya terhadap sebuah objek.

Nilai. Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya, berupa norma, aturan, adat kebiasaan. Nilai sangat berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan dan memengaruhi pola komunikasi.

Emosi. Keadaan biologis, psikologis dari perasaan dan pikiran yang khas.

Latar Belakang sosial-budaya. Kesamaan struktur, organisasi, dan punya nilai mempunyai pengaruh dalam kemampuan individu berkomunikasi.

Pengetahuan. Pengetahuan memengaruhi kemampuan seseorang dalam berkomunikasi karena pengetahuan lahir dari pendidikan.

Peran dan pola hubungan seseorang. Komunikasi dalam cakup sosial yang memiliki kecenderungan untuk hidup berinteraksi yang mengakibatkan saling ketergantungan dan menimbulkan sebuah pola hubungan.

(26)

9

Kondisi lingkungan. Lingkungan fisik dan nonfisik atau mental psikologi, kenyamanan, kondisi tempat dan suasana memengaruhi seseorang dalam menyampaikan dan menerima informasi dengan efektif.

Jenis kelamin . Jenis kelamin memengaruhi gaya komunikasi.

Perkembangan. Perkembangan berupa usia, kedewasaan dalam pola pikir seseorang dan mental.

Jarak. Respon dalam lingkungan dipengaruhi oleh berapa dekat atau jauhnya harus berkomunikasi dengan orang lain. Selain itu jarak menentukan dengan media apa komunikator berkomunikasi.

Komunikasi SBAR

Konsep SBAR. Menurut KARS (2012) , tujuan sasaran keselamatan pasien dengan peningkatan komunikasi efektif yang akurat,lengkap, tepat waktu, dan mudah dipahami dapat mengurangi kesalahan dalam pemberian tindakan pelayanan dan menghasilkan peningkatan keselamatan pada pasien. Joint Commision International (JCI) tahun 214 edisi 5 mengeluarkan pernyataan tentang International Patient Safety Goal (IPSG) 2.2 yaitu menerapkan dan mengembangkan proses komunikasi sebagai upaya dalam mengurangi dampak pertukaran informasi yang tidak tepat melalui komunikasi metode SBAR. SBAR merupakan kerangka komunikasi antara anggota tim kesehatan tentang kondisi pasien dengan mekanisme komunikasi yang mudah diingat, dan mampu membingkai setiap percakapan, terutama yang kritis, yang membutuhkan perhatian segera terhadap klinis dan tindakan.

(27)

Tujuan SBAR. SBAR memiliki tujuan untuk menjembatani kesenjangan dalam komunikasi, termasuk serah terima pasien, transfer pasien, percakapan kritis dan panggilan telepon. Melalui SBAR, informasi mengenai pasien menjadi lebih akurat dan efisien karena memberikan urutan yang terorganisir dan meningkatkan proses komunikasi antar perawat untuk memastikan keselamatan pasien.

Komponen SBAR.

Situation / Situasi : Menyebutkan nama pasien, umur pasien, tanggal pasien masuk, hari rawatan dan diagnosa medis, menjelaskan masalah kesehatan pasien atau keluhan, dijelaskan melalui pertanyaan seperti : apakah situasi dan kondisi pasien saat ini?.

Background / latarbelakang : menyebutkan dokter penanggung jawab dan diagnosa medis sementara, riwayat alergi, obat-obatan dan cairan infus yang digunakan.

Assesment / Penilaian : menjelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti status mental, status emosional, kondisi kulit dan saturasi oksigen, tanda vital, kesadaran, menjelaskan pemeriksaan yang mendukung dan hasil laboratorium. Menyatakan kemungkinan masalah terkait tindakan yang diberikan kepada pasien, menjelaskan informasi klinik yang mendukung, menyebutkan status tindakan pasien dilanjutkan atau diberhentikan.

Recommendation / Rekomendasi : berisi tentang tindakan keperawatan yang sudah dan belum teratasi dan tindakan yang diberhentikan, dilanjutkan atau

(28)

11

modifikasi, mengusulkan dokter untuk meninjau langsung pasien dan menanyakan dokter tentang langkah selanjutnya.

Handover

Konsep handover. Handover merupakan proses penyampaikan laporan yang berkaitan dengan keadaan pasien (termasuk tanggung jawab). Laporan shift dijelaskan secara lengkap mengenai tindakan mandiri perawat serta semua perkembangan pasien (Nursalam, 2014). Operan adalah komunikasi dan serah terima tanggung jawab antara shift pagi, sore dan malam. Operan dipandu oleh kepala ruangan maupun ketua tim pelaksana demi menjaga kesinambungan keperawatan selama 24 jam.

Tujuan Handover. Secara umum tujuan dilakukan handover adalah mengidentifikasi dan meningkatkan efisiensi operan melalui transfer informasi yang berkesinambungan. Nursalam (2014) menyebutkan beberapa tujuan timbang terima pasien:

1. Menyampaikan kondisi pasien

2. Menyampaikan informasi yang telah dan belum dilaksanakan pada asuhan keperawatan

3. Menyampaikan informasi tindakan yang harus ditindaklanjuti oleh tim pelaksana selanjutnya

4. Menyusun rencana kerja untuk tim pelasana selanjutnya Manfaat handover. Terdapat manfaat handover yaitu:

1. Meningkatkan kemampuan perawat dalam berkomunikasi 2. Menjalin kerjasama tim

(29)

3. Melaksanakan asuhan yang berkesinambungan

4. Perkembangan pasien diikuti perawat secara berkelanjutan

5. Pasien dapat dengan mudah menyampaikan masalah secara langsung 6. Pelayanan berjalan secara komprehensif

Prinsip handover. Prinsip Handover menurut Friesen, White dan Byers dalam Simamora (2009) adalah sebagai berikut:

Kepemimpinan dalam handover. Peran pemimpin penting untuk memimpin handover terutama apabila semakin luas operan (lebih banyak peserta).

Pemahaman tentang handover. Menciptakan pemahaman: handover pada pasien harus dilaksanakan dan merupakan bagian penting dari pekerjaan sehari- hari perawat dalam memberikan asuhan pada pasien.

Peserta yang mengikuti handover. Mengidentifikasi dan mengorientasikan perawat yang harus hadir, dan melibatkan pasien dan keluarga.

Waktu handover. Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi untuk timbang terima. Strategi ini dapat memperkuat ketepatan waktu. Timbang terima pasien tidak hanya pada pergantian jadwal kerja, setiap kali terjadi perubahan tanggung jawab misalnya ketika pasien diantar dari bangsal ke tempat lain untuk suatu pemeriksaan. Ketepatan waktu timbang terima sangat penting untuk memastikan proses keperawatan yang berkelanjutan, aman dan efektif.

Tempat handover. Dilakukan secara bertatap muka dan di sisi tempat tidur pasien, dengan mempertimbangkan kondisi dan memastikan handover berlangsung efektif dan aman.

(30)

13

Prosedur Handover. Timbang terima memiliki 3 tahapan prosedur sebagai berikut (Simamora, 2018):

Pra-pelaksanaan. Dilaksanakan di nurse station, dimulai dengan kepala ruangan menyampaikan salam dan memberikan aba-aba untuk persiapan pelaksanaan handover (masing-masing penanggung jawab shift memastikan anggota tim agar siap dalam mengikuti handover). Kepala ruangan memastikan kesiapan keseluruhan tim. Kepala ruangan membuka kegiatan handover.

Pelaksanaan. Dilaksanakan di nurse station dan dilanjut ke bedside pasien. Kepala ruangan meminta penanggung jawab shift yang akan mengkhiri shift-nya untuk membacakan laporan shift-nya per-pasien mengikuti format SBAR : situation, background, assesment, recommendation. Jika laporan telah selesai disampaikan, tim perawat yang akan memulai shift-nya dapat melakukan klarifikasi terhadap laporan yang ada terhadap sesuatu yang kurang dimengerti.

Perawat penanggung jawab shift yang akan mengakhiri shift-nya, mengajak tim perawat yang akan memulai shift-nya melakukan klarifikasi langsung ke ruangan pasien atau bedsite pasien (nurse visite). Penanggung jawab tim perawat yang akan mengakhiri shift-nya kembali menjelaskan satu per satu pasien yang dikunjungi berdasarkan format komunikasi metode SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation), dan perawat yang menerima shift jaga melakukan klarifikasi.

Pasca-pelaksanaan. Kembali dilaksanakan di nurse station. Penanggung jawab tim perawat yang akan mengakhiri shift-nya kembali menanyakan apakah ada hal-hal yang perlu diklarifikasi kembali (diskusi dilanjutkan). Apabila kedua

(31)

shift telah menyepakati kegiatan handover, kepala ruangan mempersilahkan kedua penanggung jawab shift untuk melakukan penandatanganan, serah terima shift (handover) , yang selanjutnya kepala ruangan menandatanganinya sebagai saksi yang mengetahui.

Hambatan pelaksanaan handover. Dalam proses handover, ada beberapa faktor yang dapat menghambat dalam pelaksanaannya, seperti:

1. Perawat tidak hadir pada saat handover

2. Perawat tidak peduli dengan handover, seperti keluar masuk pada saat pelaksanaan

3. Perawat yang tidak mengikuti handover maka mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan pasien

4. Komunikasi yang objektif antar sesama petugas kesehatan 5. Pemahaman dalam penggunaan terminologi keperawatan 6. Kemampuan menginterpretasikan medical record

7. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien 8. Pemahaman tentang prosedur klinik

Keselamatan Pasien

Konsep Keselamatan Pasien. Sistem dasar dari rumah sakit dengan memberikan asuhan pasien yang aman dengan tidak merugikan dan menciderai pasien pada seluruh aspek pelayanan merupakan bagian dari keselamatan pasien yang harus menempatkan keamanannya sebagai prioritas utama (Depkes RI, 2008). Menerapkan standar keselamatan pasien di rumah sakit dilakukan melalui pelaporan insiden, dengan adanya analisa, dan menentukan pemecahan masalah

(32)

15

dengan tujuan menekan insiden (UU RI No 44 Tahun 2009). Keselamatan Pasien memiliki tujuan utama yaitu terciptanya rumah sakit yang memiliki budaya keselamatan pasien, menurunkan angka kejadian tidak diharapkan, terealisasinya program pencegahan dalam menghindari pengulangan kejadian tidak diharapkan dan meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat (Depkes,2008).

Standar Keselamatan Pasien. (Permenkes No.11 Tahun 2017):

Hak Pasien. Pasien dan keluarga berhak memperoleh informasi mengenai segala tindakan pelayanan kesehatan terutama risiko yang mungkin terjadi selama proses pelayanan dilakukan.

Pendidikan bagi pasien dan keluarga. Mendidik pasien dan keluarga mengenai kewajiban dan tanggung jawabnya. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang kurang dipahami. Memahami instruksi dan konsekuensi pelayanan.

Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan. Kesinambungan pelayanan yang dimaksud dari saat pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, pemindahan pasien, rujukan, dan saat pasien keluar dari rumah sakit.

Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan peningkatan keselamatan pasien. Mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis insiden, dan melakukan perubahan.

Peran kepemimpinan. Pimpinan berperan demi berlangsungnya program mendorong dan menumbuhkan koordinasi antar unit, komunikasi dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.

(33)

Pendidikan bagi staf tentang keselamatan pasien. Proses pendidikan pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan dengan tujuan yaitu meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisipliner dalam pelayanan pasien.

Komunikasi merupakan kunci bagi staf. Rumah sakit merencanakan proses manajemen informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal. Transmisi data dan infromasi harus tepat waktu dan akurat.

Sasaran Keselamatan Pasien. Meningkatkan perbaikan tertentu dalam bidang pelayanan kesehatan melalui enam sasaran:

Mengidentifikasi pasien dengan benar. Menggunakan identitas pasien, nomor rekam medis, dan gelang identitas.

Meningkatkan komunikasi yang efektif. Tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan yang dipahami oleh penerima dapat membantu mengurangi kesalahan dalam pemberian pelayanan dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien.

Risiko kesalahan seperti saat pemberian obat ke pasien dan tindakan prosedur tindakan keperawatan dapat terjadi oleh karena proses komunikasi yang tidak efektif.

Meningkatkan keamanan obat – obatan yang harus diwaspadai.

Aplikasi manajemen sangat perlu diperhatikan terutama dalam hal obat-obatan.

Obat yang presentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadinya kesalahan dan kejadian sentinel, berisiko mengakibatkan kejadian yang tidak diinginkan yaitu

(34)

17

seperti obat – obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (high-alert medications).

Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang benar. Komunikasi yang tidak efektif antar tim dapat disebabkan oleh lokasi, prosedur dan pembedahan yang tidak benar.

Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan. Infeksi umumnya dijumpai seperti infeksi saluran kemih, infeksi aliran darah dan pneumonia. Cara yang dapat mengeliminasi infeksi tersebut adalah dengan melakukan cuci tangan.

Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh. Mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan dalam menurunkan angka risiko cedera sampai jatuh tindakannya seperti telaah terhadap obat. Menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh dan asesmen ulang bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi.

Kerangka Pikir

Kerangka pikir bertujuan untuk melihat bagaimana penerapan komunikasi SBAR (Situation, Background, Assesment, Recomendation) dalam handover.

Gambar 1. Kerangka Pikir

Handover Situation

Background Assesment Recommendation

Pra-pelaksanaan Pelaksaanaan Pasca-pelaksanaan SBAR

(35)

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang bertujuan untuk mengeksplorasi secara mendalam pengalaman perawat dalam penerapan komunikasi SBAR (Situation, Background, Assesment, Recomendation) dalam handover di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2020. Fenomenologi merupakan pandangan berpikir yang menekan fokus pada pengalaman subjektif manusia dan interpretasi kondisi (Moleong, 2005).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap RSUD Dr Pirngadi Kota Medan yaitu Asoka, Melati 3, Kenanga 1 dan Kenanga 2 dengan pertimbangan bahwa pelayanan di ruang rawat bangsal sangat rentan terjadinya kasus terkait insiden keselamatan pasien.

Waktu Penelitian. Waktu Penelitian dimulai dengan melakukan survei pendahuluan yang dilakukan pada bulan Maret 2020 - Oktober 2020.

Subjek Penelitian

Pemilihan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiono (2009) purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu yakni sumber data yang dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, sehingga mempermudah peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang sedang diteliti. Hal yang

(36)

19

tuntasnya memperoleh informasi dengan keragaman variasi yang ada bukan pada banyaknya sumber data.

Informan dalam penelitian memenuhi kriteria yang dipilih sebagai berikut:

perawat yang melakukan SBAR dalam handover, bersedia menjadi informan dengan memberikan surat persetujuan, dan mampu menceritakan pengalaman menggunakan komunikasi SBAR dalam handover di RSUD Dr Pirngadi Kota Medan.

Tabel 1

Karakteristik Subjek

Informan Nama Umur

(tahun)

Jenis Kelamin

Pendidikan Terakhir

Jabatan

1 Dermawan

Gultom SST

52 Perempuan S1 Perawat +

Kepala Ruangan Asoka

2 Imelda

Simanjunt ak M.Kep

37 Perempuan S2

Keperawatan

Perawat + Kepala Ruangan Melati 3

3 Aprida

Nababan S.Kep

37 Perempuan S1

Keperawatan

Perawat Kenanga 1 4 Sri Hartati

S.Kep

51 Perempuan S1

Keperawatan

Perawat + Kepala Ruangan Kenanga 1

5 Nora

Izawati S.Kep

37 Perempuan S1

Keperawatan

Perawat Melati 3 6 Amrizal

Hutasoit S.Kep

42 Laki-laki S1

Keperawatan

Perawat + Kepala Ruangan Kenanga 2

7 Lubis

Amd

52 Perempuan D3 Perawat

Kenanga 1

(37)

Berdasarkan tabel diketahui jumlah subjek penelitian adalah 7 orang, yang terdiri dari 6 perempuan dan 1 laki-laki. Informan yang dipilih terdiri dari 4 kepala ruangan dan 3 perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Dr Pirngadi Kota Medan. Ruangan tersebut merupakan ruangan bangsal yaitu Asoka, Melati 3, Kenanga 1 dan Kenanga 2. Pemilihan 4 ruangan tersebut diyakini mampu menggambarkan penerapan komunikasi metode SBAR di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.

Definisi Konsep

Komunikasi. Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dalam sebuah interaksi tatap muka yang berisi ide, perasaan, pikiran dari pengirim pesan kepada penerima pesan dengan tujuan memperoleh saling pengertian yang mendalam.

Komunikasi metode SBAR. Komunikasi metode SBAR adalah kerangka kerja untuk komunikasi antara anggota tim kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien. Perawat akan menjelaskan kondisi pasien kepada perawat penanggung jawab yang akan memulai shiftnya berdasarkan 4 komponen SBAR pada saat pertemuan tim yang dilakukan sebelum dan sesudah handover yang dipimpin oleh kepala ruang atau ketua tim pelaksana. Handover dilaksanakan di nurse station dan di kamar pasien.

Situation. Situation merupakan komponen komunikasi SBAR saat ketua tim perawat yang akan mengakhiri shift akan menjelaskan kepada perawat penanggung jawab yang akan memulai shift menjelaskan mengenai identitas

(38)

21

pasien (nama pasien, umur pasien, tanggal pasien masuk, hari rawatan), permasalahan dan kondisi terakhir dan keluhan yang terjadi pada pasien terkini.

Background. Background merupakan komponen komunikasi SBAR saat ketua tim perawat yang akan mengakhiri shift akan menjelaskan kepada perawat penanggung jawab yang akan memulai shift mengenai latar belakang klinis pasien seperti riwayat penyakit sebelumnya (riwayat alergi, obat-obatan), menjelaskan hasil pemeriksaan yang mendukung seperti hasil laboratorium.

Assesment. Assesment merupakan komponen komunikasi SBAR saat ketua tim perawat yang akan mengakhiri shift akan menjelaskan kepada perawat penanggung jawab yang akan memulai shift mengenai hasil pengkajian pasien terkini dan intervensi atas kondisi pasien.

Recomendation. Recomendation merupakan komponen komunikasi SBAR saat ketua tim perawat yang akan mengakhiri shift akan menjelaskan kepada perawat penanggung jawab yang akan memulai shift mengenai tindakan keperawatan yang sudah dan belum teratasi dan tindakan yang diberhentikan dan dilanjutkan.

Handover. Handover adalah proses transfer informasi (termasuk tanggung jawab) dengan menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan dengan kondisi pasien. Handover yang efektif mendukung informasi penting dan kontinuitas dari perawatan, pengobatan dan berdampak terhadap keselamatan pasien. Indikator tercapainya handover yang efektif ditandai dengan tercapainya informasi yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan dipahami perawat penanggung jawab selanjutnya dengan menggunakan metode komunikasi SBAR.

(39)

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian.

1. Wawancara mendalam (indepth interview) yaitu komunikasi tanya jawab terhadap informan untuk memperoleh data tentang bagaimana pengalaman perawat dalam menerapkan komunikasi SBAR (situation, background, assesment, recomendation) dalam handover.

2. Observasi yaitu mengamati proses pelaksanaan SBAR (situation, background, assesment, recomendation)secara langsung saat pelaksanaan handover.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah buku catatan, alat perekam, daftar pertanyaan sebagai pedoman dalam melakukan wawancara secara mendalam kepada para subjek penelitian.

Triangulasi

Triangulasi bertujuan untuk meningkatkan kedalaman pemahaman peneliti tentang fenomena yang diteliti dan konteks dimana fenomena itu muncul.

Triangulasi bertujuan untuk melakukan pengukuran keabsahan data disesuaikan dengan aktivitas peneliti dan data yang diperoleh. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber untuk membandingkan perspektif informan satu dengan yang lainnya yang berbeda jabatan namun masih dalam serangkaian tugas pokok dan fungsi dalam pelaksanaan handover. Triangulasi sumber menurut Sugiyono (2016) adalah mengecek data yang diperoleh dari

(40)

23

berbagai sumber. Membandingkan hasil wawancara dengan menanyakan pertanyaan yang sama kepada informan yang berbeda.

Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono,2016). Prosedur analisis data fenomenologi yang dirumuskan oleh Stevick, Collaizi dan Keen dalam Creswell (2007) dibagi dalam beberapa langkah, yaitu:

1. Tahap Awal/Pengumpulan data : peneliti mendeskripsikan sepenuhnya fenomena yang dialami informan penelitian. Seluruh rekaman hasil wawancara mendalam ditranskripsikan ke dalam tulisan.

2. Tahap Horizonalization : dari hasil transkripsi, akan menginventarisasi pernyataan-pernyataan penting yang relevan dengan topik.

3. Tahap Cluster of Meaning : mengklasifikasikan pernyataan ke dalam tema- tema, serta menyisihkan pernyataan yang tumpang tindih atau berulang-ulang.

Pada tahap ini, dilakukan :

a. Textural description yaitu peneliti menuliskan apa yang dialami informan.

b. Structural description : menuliskan bagaimana fenomena itu dialami oleh informan. Peneliti juga mencari segala makna yang mungkin berdasarkan

(41)

refleksi informan, berupa opini, penilaian, perasaan, harapan informan tentang fenomena yang dialaminya.

4. Tahap deskripsi esensi : peneliti mengonstruksi (membangun) deskripsi menyeluruh mengenai makna dan esensi pengalaman para subjek.

(42)

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Gambaran Umum RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan merupakan rumah sakit pendidikan tipe B di Kota Medan yang didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tanggal 11 Agustus 1928 dengan sebutan “Gementa Zieken Huis” yang memiliki fasilitas dan kemampuan medis spesialis dan subspesialis dan menampung pelayanan kesehatan rujukan dari rumah sakit kabupaten. RSUD Dr. Pirngadi Medan yang berlokasi di Jalan Prof. Haji Mohammad Yamin No.47, Kelurahan Perintis Kemerdekaan, Kecamatan Medan Timur. RSUD Dr. Pirngadi merupakan rumah sakit yang mendukung dalam bidang pendidikan.

Pemerintah Kota Medan bertekad untuk kemajuan Rumah Sakit Pirngadi dengan melakukan pembenahan di semua aspek pelayanan, terjadi restrukturisasi organisasi, manajemen dan perosnil diikuti dengan pembenahan sarana, prasarana dan canggihnya pengadaan peralatan demi mendukung terselenggaranya kesehatan yang paripurna. Berdasarkan laporan ketenagaan bidang pelayanan keperawatan bulan Pebruari 2020 di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan, terdapat 616 tenaga kerja bidang keperawatan yang diantaranya 462 orang perawat, 110 orang bidan dan 34 orang bidang administrasi.

Dalam melaksanakan kegiatan pelayanan RSUD Dr. Pirngadi mempunyai Motto : Aegroti Salus Lex Suprema (Keselamatan pasien adalah yang utama), melalui visi : menjadi rumah sakit pusat rujukan dan unggulan di Sumatera Utara Tahun 2020, melalui misi :

(43)

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, profesional, dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat

2. Meningkatkan pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran serta tenaga kesehatan lain

3. Mengembangkan manajemen rumah sakit yang profesional

Penerapan Komunikasi SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) dalam Handover di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

Komunikasi SBAR merupakan kerangka komunikasi antara anggota tim dalam menjelaskan kondisi pasien. Komunikasi harus terintegrasi dengan keselamatan dan disosialisasikan secara komprehensif. Dalam handover penting untuk membangun komunikasi yang akurat, reliabel tentang tugas yang akan dilanjutkan oleh tim agar pelayanan keperawatan pasien berlangsung efektif, menjaga keamanan, kepercayaan, dan kehormatan pasien, dan mengurangi kesenjangan dalam pemberian informasi.

Hasil analisis data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap 7 informan penelitian terdapat 6 tema teridentifikasi. Adapun tema tersebut yaitu:

1. Pemahaman perawat terhadap SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) dalam handover

2. Tahapan penerapan komunikasi SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) dalam handover

3. Manfaat penerapan komunikasi SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) dalam handover

(44)

27

4. Hambatan penerapan komunikasi SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) dalam handover

5. Cara beradaptasi terhadap komunikasi SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) dalam handover

6. Harapan penerapan komunikasi SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) dalam handover

Pemahaman perawat terhadap SBAR (Situation, Background, Assesment dan Recommendation) dalam handover. Kemampuan berkomunikasi sehingga terjadi kesamaan persepsi antar perawat dalam menentukan sasaran dan tujuan pelayanan pada pasien merupakan unsur yang utama. Perawat harus mampu menguasai SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) sebelum melaksanakan handover. Selain itu, mampu mendokumentasikan kondisi pasien pada status dan mampu membedakan 4 komponen SBAR. Hasil wawancara tentang pemahaman perawat terhadap SBAR dalam handover di RSUD Dr. Pirngadi diperoleh informasi sebagai berikut:

“...Jadi dari situasi ; keluhan pasien kita tanggapi, trus keadaan backgroundnya baik dari tanda-tanda vital, keadaan labnya, trus assesment yang mau kita lakukan dan recommendation yang telah diberikan dokter dan apa yang akan kita lakukan ke pasien.

dilakukan di nurse station dan bedsite pasien. inikan neurologi, neurologi wanita dan pria, kepala tim yang pertama di ruang pria, satu lagi diruang wanita. Lakukan tanya jawab tentang pasien yang dipimpin oleh kepala ruangan” (Informan 6)

“...contohnya apa keluhan pasien itu, udah, baru objeknya itu apa tensi-tensi pasiennya, tensinya rendah entah tinggi.

Assesment-nya apa yang ditengoknya yang tadi malam dari situation, contohnya kalau pasien itu mengeluh sesak kan dibuatlah disitu pola napas tidak efektif , jadi planning-nya memberikan oksigen, baru habis itu injeksi-injeksilah yang kita lakukan dan apa yang dianjurkan dokter waktu dia sesak pasien

(45)

itu kan. Kan kita via telepon juga sama dokternya, apa yang ditindaklanjuti. (Informan 1)

“...Situasinya kayak mana, baru kalau backgroundnya udah ada latar belakang kayak cek lab, tanda-tanda vitalnya, lalu analisa keperawatannya, keluhan dia saat ini misalkan dia susah tidur atau masih kesakitan, baru planningnya : ada ga rencananya untuk pagi ini, misalkan sayakan operan dari pagi ke malamkan, jadi kalau dia ada dokternya atau keluhannya yang mau di planningkannya untuk hari ini atau dari semalam untuk hari ini ya dioperkan planningnya. Rencananya, misalkan mau foto atau mau cek darah, atau mau menghubungi dokter” (informan 3)

Berdasarkan wawancara tersebut, perawat dalam melaksanakan handover di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan telah menggunakan 4 komponen penting dalam berkomunikasi yaitu situation, background, assesment dan recommendation dan beberapa perawat mampu menjelaskan poin-poin komponen.

Dalam komponen situation perawat yang akan mengakhiri shift-nya menjelaskan lebih dahulu tentang nama, tanggal pasien masuk, dan menjelaskan secara singkat masalah dan keluhan pasien kepada perawat yang hendak memulai shift.

Selanjutnya, pada komponen background, perawat menjelaskan dokter penanggung jawab dan diagnosa medis sementara berdasarkan situasi pasien.

Hasil pemeriksaan yang mendukung seperti hasil laboratorium, tanda vital pasien, hasil tekanan darah dan informasi yang melatarbelakangi kondisi pasien tersebut dijelaskan dalam komponen ketiga yaitu asssesment dimana perawat menjelaskan intervensi sesuai kondisi situation dan background seperti telah diberikan oksigen dan injeksi sesuai dengan kebutuhan dan diagnosa pasien. Komponen terakhir adalah recommendation yaitu perawat menjelaskan tindakan keperawatan yang telah dan belum teratasi, mengusulkan tindakan seperti cek darah, rontgen, atau

(46)

29

terkait kondisi pasien. Semua perawat diwajibkan mampu melakukan pendokumentasian kondisi pasien berdasarkan 4 komponen SBAR dan akan dievaluasi kembali oleh kepala ruangan bersama ketua tim shift untuk melakukan pemeriksaan apabila didapati perawat salah melakukan proses pendokumentasian pasien.

Pemahaman perawat dalam berkomunikasi secara SBAR dalam menyampaikan kondisi pasien harus teratur dan tersusun berdasarkan 4 komponen penting tersebut untuk meminimalisir kesalahan instruksi dari dokter maupun perawat. Hasil penelitian Dewi dkk (2019), menyatakan bahwa SBAR adalah komunikasi efektif sebagai salah satu bentuk pencapaian dari patient safety di rumah sakit. Pelaksanaan handover dengan komunikasi SBAR yang tidak teratur dan tidak rutin dapat menyebabkan perawat akan sulit mengingat, meresap dan memahami komponen SBAR yang harus disampaikan pada saat melakukan handover. Oleh karena itu, pelaksanaan handover dengan komunikasi SBAR memerlukan perulangan kegiatan yang intensif untuk menjadi suatu kebiasaan dan rutinitas bagi seluruh perawat. Sejalan dengan hasil penelitian Hariyanto dkk (2019), untuk menjadikan komunikasi SBAR menjadi sebuah kebiasaan dibutuhkan pengaruh kebijakan yang akan memberikan efek dan kekuatan yang mengikat, sehingga perawat mengikuti dan mampu berkomunikasi efektif melalui SBAR saat menyampaikan kondisi kesehatan pasien kepada dokter maupun tenaga kesehatan lainnya. Penelitian ini sejalan dengan teori kerucut pengalaman Edgar Dale yang menyatakan tentang pengalaman langsung dapat memberikan kemampuan mengingat sehingga dapat mendukung kemampuan untuk merubah

(47)

perilaku lebih besar. Hal ini artinya dengan penerapan komunikasi SBAR di RSUD Dr. Pirngadi yang telah rutin dilakukan, dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan perawat dalam membedakan dan menjelaskan 4 komponen SBAR yang digunakan saat handover.

Tahapan penerapan komunikasi SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) dalam handover. Informasi terkait kondisi pasien yang dikomunikasikan secara terorganisir akan memberikan pelayanan yang lebih informatif, jelas dan terstruktur. Informasi dalam bentuk kerangka komunikasi SBAR yang dituangkan melalui 3 tahapan handover yaitu pra-pelaksanaan, pelaksanaan dan pasca pelaksanaan. Penerapan komunikasi SBAR melalui 3 tahapan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan diperoleh melalui informan peneliti sebagai berikut :

“...dinas pagi dilakukan sekalian briefing dengan perawat yang diketuai oleh katim, trus untuk yang dinas sore, komunikasi SBAR ini dilakukan pada waktu handover pada waktu kita diruangan dan ke pasien. Di ruangan kita membicarakan masalah-masalah yang terjadi, melihat langsung pasiennya. Pada waktu handover pelaksanaan SBAR-nya dilakukan sesuai dengan situation, background, assesment dan recommendation. Jadi dari situasi ; keluhan pasien kita tanggapi, trus keadaan backgroundnya baik dari tanda-tanda vital, keadaan labnya, trus assesment yang mau kita lakukan dan recommendation yang telah diberikan dokter dan apa yang akan kita lakukan ke pasien. dilakukan di nurse station dan bedsite pasien. Lakukan tanya jawab tentang pasien yang dipimpin oleh kepala ruangan. Kalau pelaksananyakan katim (kepala tim, cuma kalau pengawasan dan evaluasi ; kepala ruangan, kita langsung klarifikasi ke pasiennya.” (Informan 6)

“...kita disini dulu dia (menunjuk nurse station), dipimpin oleh kepala ruangan, kalau kepala ruangan berhalangan dipimpin oleh katim (kepala tim), selesai disini kita langsung operan di bed-side, langsung ke pasien, itu dia, jadikan jelas dia. Kalau kita handover, SBAR inilah isinya, situation, background, assesment,

(48)

31

recommendation nah inilah intinya kalau kita operan. gak bisa gak kita lakukan dek, kalau kita gak bisa lakukan itu, ini yang recommendation, gak tahu kita apa yang kita lakukan. semua point yang berkaitan dengan SBAR inilah, wajib kita lakukan, gak bisa enggak. Apalagi rekomendasi ini”(Informan 2)

“Selama ini kami melakukan komunikasi dengan sistem SBAR, kami langsung terjun sama pasien. handover inikan (menunjuk dokumentasi status pasien), apa masalahnya tadi malam jadi langsung kami tahu, bahwa jaga malam menerangkan ke jaga pagi, apa masalahnya tadi malam mengenai pasien. jadi setiap pasien kami buat seperti itu. dan apa tindakannya malam itu dan juga pagi hari kan ada ditulis juga. kami harus langsung sama pasiennya. Terus itu bergiliran, berapa jumlah pasien, jadi apa permasalahan pasien setiap malam itu yang jaga pagi harus tahu, jadi itulah yang ditindaklanjuti oleh jaga pagi. ada pemeriksaan lab, contohnya pemeriksaan lab yang abnormal, itu harus dioperkan ke jaga pagi biar kita memberitahukan ke dokternya, apa tindakan selanjutnya. keliling kami, mengoperkan pasien ini satu-satu. Gak bisa cuma disini ajakan, harus kita tengok langsung pasiennya. Ini tadi malam bagaimana ini situasinya, bagaimana ini, satu-satu.” (Informan 1)

Berdasarkan wawancara terhadap informan peneliti, RSUD Dr. Pirngadi telah melakukan 3 tahapan handover dengan metode komunikasi SBAR. Tiga tahapan tersebut merupakan sebuah hal yang berkesinambungan dalam pemberian asuhan keperawatan. Berdasarkan pernyataan informan penelitian dan hasil observasi, tahapan dimulai dari pra-pelaksanaan atau persiapan yang dilakukan di nurse station yang dipandu kepala ruangan ataupun ketua tim apabila kepala ruangan berhalangan untuk memimpin handover. Kepala ruangan memberikan aba-aba dan memastikan kesiapan masing-masing tim yaitu perawat yang akan memulai shift dan perawat yang akan mengakhiri shift dan memastikan masing- masing anggotanya hadir pada saat operan. Tahap kedua adalah tahap pelaksanaan, masih dilaksanakan di nurse station dimana kepala ruangan meminta penanggung jawab tim yang akan mengakhiri shift-nya untuk membacakan

(49)

laporan pasien mengikuti format SBAR yaitu situation, background, assesment, dan recommendation. Perawat menjelaskan satu per satu informasi pasien berdasarkan 4 komponen SBAR dari nama, tanggal pasien masuk, diagnosa awal, tanda-tanda vital, hasil laboratorium, tindakan yang telah dan belum dilakukan, rekomendasi untuk menghubungi dokter dan hal-hal vital lainnya yang wajib disampaikan kepada perawat penanggung jawab selanjutnya. Setelah selesai membacakan laporan, kepala ruangan akan melanjutkan pada tahap pelaksanaan yang dilakukan di bedsite pasien. Perawat penanggung jawab yang akan mengakhiri shift-nya akan menjelaskan kembali 4 komponen SBAR (situation, background, assesment dan recommendation) dihadapan pasien, namun hal-hal yang disebutkan adalah hal umum seperti nama, tanggal masuk, diagnosa awal, keluhan dan tindakan yang telah dan belum dilakukan. Hal-hal yang bersifat sensitif seperti hasil intervensi, hasil laboratorium dan hasil lainnya tidak disampaikan dihadapan pasien untuk menjaga kerahasiaan pasien dan mengingat hal-hal tersebut dapat membuat kondisi pasien semakin buruk. Selain itu pada saat melaksanakan handover di bedsite pasien, perawat yang akan mengakhiri shift- nya akan memperkenalkan nama perawat yang akan memulai shift-nya, sehingga dalam proses keperawatan, pasien tidak merasa canggung untuk meminta pertolongan terhadap perawat yang akan memulai shift. Setelah melakukan operan satu per satu dihadapan pasien, tahap ketiga yaitu pasca-pelaksanaan handover dilakukan kembali di nurse station. Perawat penanggung jawab yang akan mengakhiri shift-nya akan kembali menanyakan hal-hal yang perlu diklarifikasi atau didiskusikan terkait kondisi pasien yang kurang jelas terkait situation,

(50)

33

background, assesment dan recommendation, untuk menghindari terjadinya kesalahan yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien. Apabila kedua shift telah menyepakati kegiatan handover, kepala ruangan mempersilahkan untuk melakukan penandatanganan, bukti telah melakukan serah terima tanggung jawab dan selanjutnya ditutup oleh kepala ruangan sebagai saksi yang mengetahui.

Didukung oleh teori Simamora (2018), terdapat 3 tahapan melakukan handover yaitu pre-conference, conference dan post-conference yang dilakukan di 2 lokasi yaitu ners station dan bed pasien.

Gambar 2. Alur Pelaksanaan Handover 30 menit sebelum

menghadiri shift, penanggung jawab shift yang akan mengakhiri tugas, harus mempersiapkan dengan pelaksanaan Post Conference.

Penanggung jawab shift dan perawat yang akan memulai tugas, melakukan persiapan Sumber : Simamora, 2018

Sejalan pula dengan teori Nursalam (2014), bahwa handover dilakukan pada waktu pertukaran shift dan dipandu kepala ruangan maupun ketua tim.

Nursalam juga menjelaskan bahwa perawat yang telah dan akan memulai dinas wajib mengikuti handover. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan wajib berorientasi pada permasalahan pasien. Diberikannya kesempatan kepada perawat penanggung jawab selanjutnya untuk mengklarifikasi kondisi pasien bertujuan untuk menghindari kesalahan interpretasi terhadap dokumentasi status pasien terutama dalam pemberian obat-obatan yang memiliki Penanggung jawab shift

yang akan

melaksanakan tugas, segera setelah timbang terima : melakukan persiapan dengan pelaksanaan Pre- conference.

Penanggung jawab shift dan perawat yang telah mengakhiri tugas bersiap untuk pulang

Ners Station

Antara penanggung jawab shift, melakukan timbang terima (SPO timbang terima)

Ners Stati

on Bed

pasien

(51)

nama hampir sama. Nursalam (2014) menyatakan sebelum melakukan handover pasien, perawat wajib mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan kondisi pasien yang akan dilaporkan, membaca dan memahami catatan perkembangan terkini pasien termasuk rencana perawatan hariannya dan memastikan diagnosa medis.

Dalam melaksanakan pergantian shift jaga dibutuhkan kesesuaian waktu pelaksanaan sehingga operan dapat terjadi secara kesinambungan selama 24 jam penuh. RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan melaksanakan waktu operan pasien dalam 3 waktu seperti diperoleh dari hasil wawancara sebagai berikut:

“...Kalau jaga pagi jam 08.00 sampai 14.30, jadi jaga sore jam 14.30 sampai jam 21.00, jaga malam dari jam 21.00 sampai jam 08.00 pagi”(Informan 1)

“...Ada 3 shift, shift pagi, shift sore, shift malam. Kalau shift pagi dari jam 08.00 ke jam 15.00, sebenarnya 14.30 sih. Kalau shift sore dari jam 14.30 sampai jam 21.00 , kalau shift malam dari jam 21.00 sampai jam 08.00 pagi” (Informan 2)

“...Dari jam 08.00 sampai jam 08.30, baru jam 15.00 sampai 15.30 jam-jam segitulah operannya, baru malamnya jam 21.00 sampai jam 21.30 , karena pergantian shiftnya jam segitu”

(Informan 3)

“...Ada 3 kali, jam 14.30, jam 21.00, jam 08.00” (Informan 5)

“...Handover yang dilakukan di sini ada pagi hari, diwaktu dinas pagi, dinas sore dan dinas malam.” (Informan 6)

“Shift ada 3 kali lah ya, pagi, sore, malam” (Informan 7)

Berdasarkan wawancara tersebut RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan telah menunjukkan waktu pelaksanaan yang baik dengan mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi yang merupakan hal yang penting dilakukan saat melakukan handover, dimana strategi ini memperkuat ketepatan waktu

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir
Gambar 2. Alur Pelaksanaan Handover  30  menit  sebelum

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap terminasi dalam komunikasi terapeutik kegiatan yang dilakukan oleh perawat adalah menyimpulkan hasil wawancara, tindak lanjut dengan pasien, melakukan kontrak