• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME DAN KANBAN DI PT. SENTRABUMI PALAPA UTAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME DAN KANBAN DI PT. SENTRABUMI PALAPA UTAMA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGENDALIAN

PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME DAN KANBAN DI PT. SENTRABUMI PALAPA UTAMA

R. Febriana1), Dwi Sukma2), dan Budi Santoso3)

1,2,3

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, UPN “Veteran” Jawa Timur

e-mail: febrianaraizaika@gmail.com1)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sistem kontrol persediaan PT. Sentrabumi Palapa Utama yang mana dapat meminimasi biaya persediaan dengan membandingkan sistem total biaya persediaan perusahaan sekarang ini. Dibuatlah penelitian dengan menggunakan metode Just In Time untuk mereduksi bahan baku yang berlebihan dan metode kanban untuk memperlancar jalannya Just In Time sehingga tidak lagi mengalami kelebihan bahan baku. Obyek penelitian ini adalah bahan baku plat, kanal, kawel dan spon yang dituju dengan beberapa variabel. Variabel terikat yaitu persediaan bahan baku yang optimal dan total biaya persediaan yang minimum, se- dangkan variabel bebasnya yaitu data persediaan bahan baku, biaya pemesanan bahan baku, holding cost, data permintaan, dan data pemesanan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Just In Time dan kanban yang mana dengan metode tersebut dapat mengurangi bahan baku yang berlebih dan dapat memproduksi dengan tepat waktu. Dengan metode penyim- panan perusahaan mempunyai total biaya persediaan sebesar Rp. 9.520.100.000. Sistem persedi- aan dengan metode Just In Time mempunyai total biaya sebesar Rp. 9.001.800.000. Dari hasil perhitungan tersebut, biaya persediaan yang minimum diperoleh dengan menggunakan metode Just In Time. Dan membuat usulan terkait untuk merubah sistem pengawasan persediaan. Untuk membuat sistem Just In Time secara akurat kemudian dilakukan perancangan kartu kanban.

Kata Kunci: Just In Time, Just In Time Purchasing, Sistem Kanban, Total Biaya Persediaan.

ABSTRACT

This study aims to evaluate the inventory control system of PT. Sentrabumi Palapa Utama which can minimize inventory costs by comparing the company's current total inventory system.

This study used the Just In Time method to reduce excessive raw materials and kanban methods to smoothen the course of Just In Time so that they no longer experience excess raw materials. The object of this study is the raw material for plates, canals, kawel and sponges intended with several variables. The dependent variable is optimal raw material inventory and minimum total inventory costs, while the independent variable is raw material inventory data, raw material ordering costs, holding costs, demand data, and ordering data. The method used in this study is the Just In Time method and kanban which with these methods can reduce excess raw materials and can produce on time. With the storage method the company has a total inventory cost of Rp. 9,520,100,000.

Inventory system using the Just In Time method has a total cost of Rp. 9,001,800,000. From the results of these calculations, the minimum inventory costs are obtained using the Just In Time method and make related proposals to change the inventory control system. To make the Just In Time system accurately, a Kanban card design was done.

Keywords: Just In Time, Just In Time Purchasing, Kanban System, Total Inventory Cost.

(2)

I. PENDAHULUAN

Persediaan merupakan suatu cara yang umumnya digunakan untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan usaha pengendalian bahan baku maupun barang jadi dalam suatu aktifitas perusahaan. Persediaan barang diperlukan karena dalam pengadaan barang dibutuhkan sejumlah waktu untuk proses pemesanan barang tersebut.

Menurut Heizer dan Render (2014) semua organisasi tentunya memiliki sistem perencanaan dan sistem pengendalian persediaan. Persediaan merupakan asset termahal dari sebuah perusahaan, persediaan dapat mewakili 50% dari keseluruhan modal yang diinvestasikan.PT. Sentrabumi Palapa merupakan industri karoseri yang bergerak dalam pembuatan body mobil. Perusahaan menggunakan sistem produksi make to order yang memproduksi secara kontinyu karena hampir setiap hari selalu ada pemesanan atau bahkan pengerjaan proyek dari pelanggan. Saat ini, perusahaan mengalami sisa sebanyak 1180 unit atau 4% dari total pembelian.

Kondisi aktual di gudang bahan baku tidak menunjukkan kondisi just in time, yang mana dalam sistem produksi seperti ini mengharuskan perusahaan untuk memiliki sistem pengendalian persediaan yang adaptif terhadap laju permintaan karena pada kenyataannya masih terjadi penumpukan bahan baku di gudang. Penumpukan bahan baku disebabkan karena pada dasarnya perusahaan terlalu banyak dalam memasok bahan baku di gudang.

Beberapa penelitian yang mengadopsi konsep just in time dalam pengendalian persediaan telah banyak dilakukan diantaranya Riyanto (2011) yang menggunakan JIT untuk pengendalin persediaan pada unit perakitan, Sajida (2011) yang menerapkan JIT sebagai alternative pengendalian bahan baku, Idayati (2014)yang menggunakan konsep JIT untuk meningktkan efisiensi biaya persediaan, serta Diatna (2015) yang menggunakan konsep JIT pada PT. Varia Usaha.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Persediaan

Menurut Heizer dan Render (2014) mengatakan semua organisasi memiliki beberapa jenis sistem perencanaan dan sistem pengendalian persediaan, karena pada hakekatnya perencanaan dan pengendalian persediaan perlu diperhatikan. Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa pengendalian persediaan merupakan hal yang perlu diperhatikan dimana untuk menjaga keseimbangan antara besarnya persediaan dengan biaya yang ditimbulkan dari persediaan.

Menurut Ariyani (2010:71), menerangkan bahwa : “Persediaan adalah Sumber daya menganggur yang menunggu proses lebih lanjut”. Proses lebih lanjut adalah berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi pangan pada sistem rumah tangga.

Pentingnya persediaan bagi perusahaan menurut Heizer dan Render (2014) antara lain berguna untuk:

 Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibu- tuhkan perusahaan.

 Menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.

 Mempertahankan stabilitas atau kelancaran operasi perusahaan.

 Mencapai penggunaan mesin yang optimal.

 Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya.

 Membuat produksi tidak perlu sesuai dengan pengunaan atau penjualannya.

(3)

Menurut Irwansyah (2010), ada beberapa macam metode penilaian yang umum digunakan dalam sistem pencatatan persediaan, yaitu:

 Identifikasi Khusus

 Metode Biaya Rata-rata (Average)

 Metode First In First Out (FIFO)

Metode Last In First Out (LIFO)

B. Just In Time

Pengertian Just In Time menurut Taiichi Okno, Vice President Toyota dalam Keown, Martin, Petty, dan Scott (2011:318) “Just In Time adalah memproduksi dan mengirim barang yang diperlukan pada saat diperlukan dan sejumlah yang diperlukan, untuk meningkatkan efisiensi pekerjaan dan menghilangkan berbagai pekerjaan dan menghilangkan berbagai pekerjaan muda ditempat kerja”. JIT mempunyai empat aspek pokok sebagai berikut:

 Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus di elimi- nasi. Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang tidak perlu, misalnya persediaan sedapat mungkin nol.

 Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi. Sehingga produk rusak dan cacat sedapat mungkin nol, tidak memerlukan waktu dan biaya un- tuk pengerjaan kembali produk cacat, dan kepuasan pembeli dapat meningkat.

 Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (Continuous Improve- ment) dalam meningkatkan efisiensi kegiatan.

 Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman terhadap aktivitas yang bernilai tambah.

Dalam situasi pasar global yang sangat kompetitif sekarang ini, dimana pasar menetapkan harga (produsen harus mengikuti pasar yang berlaku) serta pelanggan hanya membeli produk pada saat yang dibutuhkan dengan harga yang kompetitif pada tingkat kualitas yang diinginkan, strategi tepat waktu (Just In Time) lebih tepat dibandingkan strategi produksi konvensional.

Sistem produksi tepat waktu (Just In Time Production System) pada awalnya dikem- bangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor Corporation di Jepang, sehingga sering disebut juga sebagai sistem produksi Toyota. Strategi ini kemudian diadopsi oleh banyak perusahaan di Jepang terutama setelah krisis minyak dunia pada tahun 1973. Tujuan uta- ma dari sitem produksi tepat waktu ini adalah mengurangi ongkos produksi dan mening- katkan produktivitas total industri secara keseluruhan dengan cara menghilangkan pem- borosan (waste) secara terus menerus.

Menurut Taiichi Okno, Vice President Toyota dalam Keown et al. (2011:318) untuk mengaplikasikan metode JIT maka ada delapan prinsip yang harus dijadikan dasar per- timbangan di dalam menentukan strategi sistem produksi, yaitu:

 Berproduksi Sesuai dengan Pesanan Jadwal Produksi Induk

 Produksi Dilakukan dalam Jumlah Lot (Lot Size)

 Mengurangi Pemborosan (Eliminate Waste)

 Perbaikan Aliran Produk secara Terus Menerus

 Penyempurnaan Kualitas Produk (Product Quality Perfection)

 Respek Terhadap Semua Orang/ Karyawan (Respect to People)

 Mengurangi Segala Bentuk Ketidakpastian (Seek to Eliminate Contigencies)

Menurut Schonberger (2013) mendefinisikan JIT sebagai “memproduksi dan mengi- rimkan barang pada saat akan dijual, membuat sub assembling pada saat barang akan di- assembling menjadi produk jadi, melakukan fabrikasi pada saat barang akan diassembling menjadi produk setengah jadi (WIP), dan membeli bahan baku pada saat akan melakukan

(4)

fabrikasi”. Tujuan utama dari sistem produksi JIT adalah meningkatkan laba dan Return On Investment (ROI) dan meningkatkan produktivitas total industri secara keseluruhan, melalui pengurangan biaya, pengurangan persediaan dan peningkatan kualitas. Cara un- tuk mencapai pengurangan biaya dan perbaikan produktivitas adalah dengan menghilangkan semua pemborosan secara terus menerus dan melibatkan para pekerja dalam melakukannya.

Dalam menerapkan metode Just in time Purchasing, ada empat prinsip, yaitu:

 Mengurangi ukuran pesanan, mengurangi jumlah pemesanan bahan baku yang berlebih.

 Mengurangi Lead Time, menjamin ketepatan waktu, jumlah, dan kualitas barang yang dibeli dan dapat mengurangi waktu dan bagaimana cara mengolah barang yang datang langsung dikerjakan.

 Tindakan pengendalian mutu agar perusahaan mendapatkan barang yang bagus, kualitas barang dari pemasok, program pemeliharaan yang preventif, dan menerima pemeriksaan mutu.

 Pemilihan supplier dan evaluasi, memilih supplier atau pemasok yang bermutu baik dan bagus agar bias dijadikan supplier yang tetap dengan model barang bermutu bagus.

Selain itu, penerapan just in time purchasing akan berdampak pada pengurangan biaya persediaan, biaya transportasi, biaya angkut/ penanganan material, biaya pengerjaan ulang (rework), cepat mendeteksi kerusakan/ cacat, mengurangi jumlah kegiatan inspeksi (dari lot) memperpendek waktu tunggu, respon cepat dalam perubahan engineering dan memperbaiki produktivitas bagi organisasi pembeli.

Berikut adalah rumus dari Just in time Purchasing (Banyai, 2010) : Biaya Pembelian

CP = ∑ ∑ ∑

·qijk· ijk·qijk)………(1) Biaya Simpan

Cs = ∑ · ·xijk ·[

]……….(2)

Warehouse

CS = ∑ ∑ ∑ ∑

· (ent

+ 1) · ( · djk · ) +

· (ent

+ 1) · ( · dkl · )………...(3) Dimana

- n = sejumlah komponen

- m = sejumlah pemasok (supplier)

- p = sejumlah gudang

- = waktu sepanjang periode

- = khusus pembelian harga dari komponen dari pemasok transportasi ke gudang, yang tergantung pada waktu dan ketertiban

- = pengiriman frekuensi dari komponen dari pemasok untuk gudang

- τijk = urutan waktu dari komponen dari pemasok untuk gudang

- = perintah dari komponen dari pemasok untuk gudang

- = spesifik dari penyimpanan biaya komponen dalam gudang

- = pemesanan sejumlah komponen untuk gudang

- = pengiriman frekuensi dari komponen dari gudang sampai ke pengguna

(5)

Menurut Schonberger (2013), Just In Time Manufacturing merupakan dimana material dibeli dengan kualitas, kuantitas, dan pada waktu yang sesuai pada saat dibutuhkan serta menerapkan sistem produksi tepat waktu dalam bidang manufaktur. Dasar dari sistem produksi tepat waktu (Just In Time Manufacturing) adalah adanya tarikan (pull system) kebutuhan material atau komponen dari proses produksi sesudahnya. Pelaksanaan Just In Time Manufacturing ini menggunakan teknik kanban yang akan mampu mengurangi uku- ran lot manufaktur (manufacturing lot sizes) dan waktu tunggu (lead time).

Kanban akan dijadikan alat sebagai tanda sekaligus otorisasi bahwa proses produksi setelahnya atau perusahaan pembeli membutuhkan material sehingga proses produksi sebelumnya atau perusahaan pemasok harus segera memrpoduksi dan mengirimkan produk yang dibutuhkan oleh tahapan proses sesudahanya atau perusahaan pembeli yang mengirimkan kanban tersebut.

C. Kanban

Menurut Hartini (2012) kanban adalah suatu alat untuk mencapai produksi JIT (Just In Time). Kanban berupa suatu kartu yang biasanya ditaruh dalam amplop vinil berbentuk empat persegi panjang. Dua jenis kanban yang sering digunakan ialah kanban perintah produksi atau biasa di sebut kanban produksi dan kanban pengambilan. Kanban pengam- bilan menspesifikasikan jenis dan jumlah produk yang harus diambil dari proses terdahu- lu ke proses berikutnya, sementara kanban produksi menspesifikasikan jenis dan jumlah produk yang harus dihasilkan oleh proses terdahulu.

Jumlah Kanban yang di terbitkan, dapat dihitung dengan menggunakan formulasi berikut:

N = ……….(4)

Keterangan:

N = Jumlah kanban

D = Permintaan yang diharapkan tiap unit waktu

L = Waktu pesanan (waktu set up + waktu pemrosesan + waktu tunggu + waktu transport)

Q = Kapasitas wadah (maksimal 10% permintaan tiap hari) = variabel keamanan (0 sampai 1)

Gambar 1. Contoh perancangan kartu kanban (Sumber: Budi Kho, 2016)

(6)

III. METODE PENELITIAN

Pengamatan dilakukan dengan cara observasi langsung ke PT. Sentrabumi Palapa Utama dan melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait untuk mendukung orisinalitas da- ta. Saat ini, perusahaan mengalami sisa sebanyak 1180 unit atau 4% dari total pembelian.

Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi langsung ke gudang bahan baku Bumi Palapa dan proses produksi yang sedang berlangsung. Data pengamatan yang dilakukan pengolahan adalah data bulan Januari 2016 sampai dengan Januari 2017. Adapun data- data yang dibutuhkan adalah:

 Data Persediaan Bahan baku

Data persediaan bahan baku merupakan barang-barang yang terdapat di gudang perus- ahaan yang mana masih menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi

 Data biaya pemesanan bahan baku

Data biaya pemesanan bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan da- lam pembelian bahan baku kepada supplier.

 Holding Cost

Holding Cost atau biaya penyimpanan terdiri dari semua ongkos yang berhubungan dengan biaya penyimpanan barang dalam stok. Biaya ini meliputi biaya gaji pelaksana gudang, biaya administrasi gudang, biaya listrik gudang, biaya kerusakan dan penyusutan serta biaya asuransi gudang.

 Data Permintaan

Data yang ditulis oleh pihak gudang perusahaan karena bahan baku sudah berkurang, sehingga perlu dilakukannya pembelian kembali untuk mengurangi terjadinya under safety stock dan lead time yang cenderung lama, tetapi juga memperhatikan berapa bahan baku yang benar-benar dibutuhkan.

 Data Pemesanan

Data Pemesanan yang dimaksud adalah berapa banyak unit yang dipesan oleh pelang- gan di setiap bulan. Permintaan yang dilakukan oleh pelanggan berbeda-beda, karena sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

Data-data yang telah terkumpul, dilakukan pengolahan data dengan menggunakan perhi- tungan untuk menentukan jumlah kebutuhan bahan baku, minimasi total biaya dan perancangan kartu kanban. Pehitungan untuk mereduksi bahan baku dan minimasi total biaya menggunakan metode Just In Time. Adapun untuk melancarkan jalannya proses produksi sehingga membuat sistem JIT semakin akurat dilakukan dengan menggunakan metode Kanban.

Setelah itu, dilakukan analisis kondisi persediaan dengan membandingkan hasil yang di- peroleh dari perhitungan antara menggunakan metode JIT dan kanban dengan metode yang digunakan oleh perusahaan. Dari hasil analisis yang diperoleh, maka dibuat usulan perbaikan pada pada metode yang diterapkan oleh perusahaan, yaitu metode Just In Time dan Kanban.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pengumpulan data, maka dilakukan perhitungan dengan metode yang dit- erapkan oleh perusahaan.

 Biaya Pembelian bahan baku = Harga x Total pembelian bahan baku x To- tal

Pemasok x Total Gudang

 Biaya Penyimpanan = Biaya simpan x sisa bahan baku

 Biaya Pemesanan = Biaya pemesanan x frekuensi pemesanan/b lan x 12 bulan

Di bawah ini merupakan salah satu perhitungan dalam bahan baku plat:

(7)

 Biaya pembelian plat = Harga x Total pembelian bahan baku x To- tal

Pemasok x Total Gudang

= Rp. 300.000,00/pcs x 11.963 pcs x 1 x 1 = Rp. 3.588.900.000,00

 Biaya penyimpanan plat = Rp. 73.350.000,00

 Biaya pemesanan plat = Biaya pemesanan x frekuensi pemesan- an/bu lan x 12 bulan

= Rp. 100.000/pesan x 9 kali x 12 bulan = Rp. 10.800.000,00

Perhitungan total biaya dengan metode perusahaan untuk bahan baku plat adalah :

= Biaya pembelian + biaya penyimpanan plat + biaya pemesanan plat

= Rp. 3.588.900.000,00 + Rp. 73.350.000,00 + Rp. 10.800.000,00

= Rp. 3.673.050.000

TABEL 1.

TOTAL PERHITUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRADISIONAL

Bahan Baku Metode Tradisional

1. Plat Rp. 3.673.050.000

2. Kanal Rp. 4.696.700.000

Bahan Baku Metode Tradisional

3. Kawel Rp. 292.410.000

4. Spon Rp. 857.940.000

Total Rp. 9.520.100.000

(Sumber: PT. Sentrabumi Palapa Utama)

TABEL 2.

TOTAL BIAYA DENGAN METODE JUST IN TIME

Bahan Baku Kebijakan Just In Time

1. Plat Rp. 3.306.300.000

2. Kanal Rp. 4.556.700.000

3. Kawel Rp. 288.450.000

4. Spon Rp. 850.350.000

Total Rp. 9.001.800.000

(Sumber: Pengolahan Data)

TABEL 3.

EFISIENSI BIAYA PERSEDIAAN BAHAN BAKU KEBIJAKAN JUST IN TIME DENGAN KEBIJAKAN TRADISIONAL

Bahan Baku

Kebijakan Tradi- sional (Rp/Jutaan)

Kebijakan Just In Time (Rp/Jutaan)

Efisiensi

(Rp/Jutaan) Rasio Efisiensi (%)

1. Plat 3.673.050. 3.306.300. 366.750. 10%

2. Kanal 4.696.700. 4.556.700. 140.000. 3%

3. Kawel 292.410. 288.450. 3.960. 1%

4. Spon 857.940. 850.350. 7.590. 1%

TOTAL 9.520.100. 9.001.800. 518.300. 5%

(Sumber: Pengolahan Data)

Berdasarkan tabel 3 di atas bahwa total biaya bahan baku dengan menggunakan kebijakan tradi- sional diperoleh biaya sebesar Rp. 9.520.100.000, sedangkan dengan kebijakan Just In Time di- peroleh biaya sebesar Rp. 9.001.800.000, sehingga terjadi selisih total biaya sebesar Rp.

518.300.000/ tahun, yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan, menunjukkan bahwa tingkat efisiensi bahan baku plat sebesar 10%, untuk bahan baku kanal sebesar 3% untuk bahan baku kawel sebesar 1%, dan untuk bahan baku spon sebesar 1%. Dengan tingkat efisiensi terbesar yaitu pada bahan baku kanal, dan total efisiensi keseluruhan biaya bahan baku yaitu sebe- sar 5%.

(8)

A. Kartu Kanban Usulan

Berikut adalah gambar kartu kanban yang diusulkan untuk memperlancar jalannya Just In Time

Gambar 2 Kartu Kanban Usulan

Dari hasil analisis di atas, data kebutuhan bahan baku untuk membuat karoseri mini bus tahun 2016 sebanyak 487 unit dibutuhkan bahan baku plat dengan jumlah pemakaian yaitu sebesar 10.985 pcs, pada bahan baku kanal dengan jumlah pemakaian yaitu sebesar 3.033 pcs. Pada bahan baku kawel dengan jumlah pemakaian yaitu sebesar 5.649 kg, sedangkan pada bahan baku spon dengan jumlah pemakaian yaitu sebesar 9.315 pcs.

Untuk harga bahan baku plat yaitu sebesar Rp. 300.000/pcs, bahan baku kanal sebesar Rp. 1.500.000/pcs, untuk bahan baku kawel yaitu sebesar Rp. 50.000/kg, dan yang terakhir adalah untuk bahan baku spon yaitu sebesar Rp. 90.000/pcs.

Bahan baku plat mempunyai biaya simpan sebesar Rp. 75.000,00/pcs/bulan sedangkan bahan baku kanal mempunyai biaya simpan sebesar Rp. 500.000,00/pcs/bulan. Bahan baku kawel mempunyai biaya simpan sebesar Rp. 10.000,00/kg/bulan dan bahan baku spon mempunyai biaya simpan sebesar Rp. 25.000,00/pcs/bulan. Bahwa perusahaan juga menetapkan biaya pemesanan bahan baku karoseri sebesar Rp. 100.000,00 untuk masing- masing bahan baku.

Berdasarkan perhitungan, bahwa total biaya bahan baku dengan menggunakan kebijakan tradisional untuk bahan baku plat sebesar Rp. 3.673.050.000, untuk bahan baku kanal sebesar Rp. 4.696.700.000, untuk bahan baku kawel sebesar Rp. 292.410.000, dan untuk bahan baku spon sebesar Rp. 857.940.000. Sehingga diperoleh total biaya bahan baku dengan menggunakan metode tradisional yaitu sebesar Rp. 9.520.100.000.

Berdasarkan perhitungan just in time bahwa total biaya bahan baku dengan menggunakan kebijakan Just In Time untuk bahan baku plat sebesar Rp. 3.306.300.000, untuk kanal sebesar Rp. 4.556.700.000, untuk kawel sebesar Rp. 288.450.000 dan untuk bahan baku spon sebesar Rp. 850.350.000 sehingga diperoleh total biaya bahan baku dengan menggunakan metode Just In Time yaitu sebesar Rp. 9.001.800.000. Maka didapatkan total biaya bahan baku dengan menggunakan kebijakan tradisional diperoleh biaya sebesar Rp. 9.520.100.000, sedangkan dengan kebijakan Just In Time diperoleh biaya

Origin Gudang

Destination Mengukur

Warehouse LOKAL

Rack Number 2

Part Number : 11520 Part Name : Plat

Product Type : Minibus (Elf)

Kanban Number Quantity/kanban TOOL

1/2 47 BOX

(9)

sebesar Rp. 9.001.800.000, sehingga terjadi selisih total biaya sebesar Rp. 518.300.000/

tahun, yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan. Dan total efisiensi keseluruhan biaya bahan baku yaitu sebesar 5%.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa hasil perhitungan total biaya ba- han baku dengan menggunakan kebijakan tradisional diperoleh biaya sebesar Rp.

10.473.110.000sedangkan dengan kebijakan just in time biaya sebesar Rp. 9.922.000.000 sehingga terjadi selisih total biaya sebesar Rp. 551.110.000/ tahun, yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi peusahaan. Dan rasio efisiensi, menunjukkan tingkat efisiensi yang terbesar yaitu biaya bahan baku plat sebesar 10% sedangkan untuk tingkat efisiensi terkecil yaitu kawel dan spon sebesar 1% dan untuk total efisiensi keseluruhan biaya ba- han baku yaitu sebesar 5%. Agar perencanaan JIT berjalan sesuai dengan yang di- rencanakan, maka digunakan kartu kanban. Sebaiknya perusahaan perlu menerapkan ke- bijakan pembelian Just In Time sehingga perusahaan memperoleh informasi yang relevan mengenai efisiensi dari biaya bahan baku. Sistem pembelian Just In Time memberi efisiensi terhadap biaya bahan baku dibandingkan dengan menggunakan sistem pem- belian tradisional. Menerapkan sistem pembelian Just In Time, perusahaan dapat membeli bahan baku dalam jumlah dan waktu yang tepat serta kualitas yang baik, sehingga proses produksi dapat berjalan dengan tepat dan lancar. Perusahaan harus mendalami metode Just In Time apabila ingin mengefisiensikan biaya bahan baku. Selain itu, untuk memper- lancar jalannya Just In Time, perusahaan sebaiknya menggunakan kartu kanban untuk mengetahui kapan seharusnya dilakukan pemesanan bahan baku kembali dengan jumlah yang dibutuhkan.

VI. PUSTAKA

Ariyani, Enny. 2010. Sistem Produksi. Edisi Pertama. Klaten: Yayasan Humaniora Diatna. 2015. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Metode Just In Time

di PT. Varia Usaha Beton. Skripsi. Surabaya: Universitas Pembangunan Nasion- al.

Irwansyah, Dwika. 2010. Penerapan Material Requirements Planning (MRP) dalam Perencanaan Persediaan Bahan Baku Jamu Sehat Perkasa pada PT. Nyonya Me- neer. Skripsi. http://eprints.undip.ac.id/ 19378/1/skripsi.pdf [29 Juni 2012]

Hartini, Sri (2012). Peran inovasi: pengembangan kualitas produk dan kinerja bisnis.

Jurnal manajemen dan kewirausahaan, vol.14, no. 1, maret 2012: 63-90 Heizer dan Render. 2014. Operations Management. Buku. Salemba empat: Jakarta.

Idayati, Farida. 2014. Penerapan Metode Just In Time untuk Meningkatkan Efisiensi Biaya Persediaan Bahan Baku, Vol. 3, No. 1.

Keown, Arthur J., Martin, John D., Petty, J. William, JR, David F. Scott. Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan, Edisi Kesepuluh, Jilid 1. Terjemahan Marcus Prihminto Widodo. 2011. Jakarta Barat: PT Indeks.

Riyanto, Bambang. 2011. Analisis Efektivitas Penerapan Sistem Produksi Just In Time pada unit perakitan PT. Astra Daihatsu Motor. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Sajida Nuril Alvy Zunariah. 2011. Analisis Penerapan Just In Time (JIT) sebagai Alter- natif Pengendalian Persediaan Bahan Baku Untuk Menilai Efisiensi Biaya Pada PT Kediri Tani Sejahtera. Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri, 1 2011.

Vol. 4, 92.

Schonberger, Richard J. 2013. Teknik-Teknik Manukfaktur Jepang terjemahan Dr. Edi Nugroho, Pustaka Binaman Pressindo, 1995, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Prestasi yang berhasil diraih SMK PN 2 sepanjang tahun 2015 antara lain, peringkat 3 Pencak Silat G Putra tingkat Provinsi, peringkat 3 Festival dan Lomba Seni Siswa

Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular. Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara

Populasi terjangkau penelitian ini adalah pasien malaria di bangsal rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bontang, Kalimantan Timur, yang mendapatkan terapi kinin injeksi

Dengan demikian, dapat dikatakan, konstruksi frasa nomina pada klausa negatif seperti pada kasus di atas tidak perlu memperhatikan jenis dan jumlah nomina untuk menentukan

Penelitian ini menemukan bahwa semua orang bisa merasakan kebahagiaan, termasuk pada Orang Dengan Epilepsi (ODE), dengan segala dampak medis maupun psikologis yang

Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa meskipun banyak pemustaka yang berkunjung pada ruang local content akan tetapi pemustaka lebih memilih

Analisis data dalam penelitian ini difungsikan sebagai upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara untuk meningkatkan pemahaman

Pada skripsi ini, dibahas analisis model matematika penyebaran DBD orde fraksional yang berbentuk model host (manusia) – vector (nyamuk).. Model tersebut merupakan