• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 ILMU PENGETAHUAN DAN METODE ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 2 ILMU PENGETAHUAN DAN METODE ILMIAH"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

|

14  

BAB 2

ILMU PENGETAHUAN DAN METODE ILMIAH

1. Pengetahuan

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dihadapkan pada suatu fakta atau realita, dan sering timbul pertanyaan apakah realita itu memiliki kebenaran. Manusia sebagai makhluk Allah S.W.T yang paling sempurna dibanding makhluk lainnya memiliki otak yang memberikan kemampuan berfikir secara nalar (logis) untuk menelusuri kebenaran suatu realita sehingga menjadi tahu.Himpunan sejumlah tahu akan menjadi pengetahuan.

Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang diketahui langsung dari pengalaman sehari-hari, berdasarkan penangkapan panca indra, direkam oleh akal budi dan disimpan dalam memori. Pada intinya, pengetahuan bersifat spontan, subjektif, intuitif, diterima begitu saja, dan belum teruji kebenarannya. Pengetahuan berkaitan erat dengan kebenaran, yaitu kesesuaian antara pengetahuan yang dimiliki manusia dengan realitas yang ada pada objek.

Subyantoro dan Suwarto (2006) menambahkan tentang pengetahuan (knowledge) dan ilmu pengetahuan (science). Pengetahuan adalah suatu rangkaian fakta, fenomena, atau keadaan yang diketahui oleh seseorang. Seseorang tahu tentang sesuatu yang diketahui. Contoh, orang tahu bahwa di depan mall lalu-lintas macet. Dia tahu karena melihat, mengalami, bahkan menerima dampaknya, sehingga ia tahu. Kemacetan lalu- lintas di depan mall menjadi pengetahuan bagi bagi seseorang tersebut. Bila tentang tahu mengenai kemacetan lalu-lintas tersebut diteliti lebih lanjut, misalnya apa sebab di sekitar

Setelah mempelajari bab Ilmu Pengetahuan dan Metode Ilmiah ini, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:

(1) Dapat membedakan antara pengetahuan (knowledge) dengan ilmu pengetahuan (science) (2) Dapat membuat contoh pengetahuan dan ilmu pengetahuan PWK dengan berbagai kasus di

wilayah dan kota masing-masing.

(3) Dapat menjelaskan cirri-ciri sifat ilmiah

(4) Dapat menjelaskan proses dan tahapan penelitian ilmiah

(2)

mall lalu-lintasnya macet, maka pengetahuan tentang macet tersebut diperoleh jawaban penyebabnya. Misal jawaban penyebab macet tersebut adalah karena kehadiran mall tersebut. Bila upaya mencari tahu penyebab tersebut dilakukan secara sistematik, menggunakan cara yang baku, serta diakukan secara obyektif, maka akan diperoleh pengetahuan baru; inilah embrio ilmu pengetahuan tentang kemacetan lalu-lintas di seitar mall. Ilmu pengetahuan atau sering hanya disingkat dengan ilmu, adalah sesuatu tentang tahu yang sudah teruji kebenarannya. Kebenaran pengetahuan menjadi ilmu dilakukan melalui serangkaian pengujian dengan metode yang baku.

Neuwan (1994) menjelaskan cara manusia memperoleh pengetahuan melalui beberapa cara, yaitu otoritas, tradisi, pengetahuan umum, mitos media, dan pengalaman personal. Gunarya (1991) menambahkan pengetahuan diperoleh melalui intuisi dan coba salah (trial error).

(1) Otoritas (authority). Manusia memperoleh pengetahuan dari orang yang memiliki otoritas atau pemegang kekuasaan. Di dalam keluarga, pengetahuan diperoleh dari orang tua; di sekolah guru adalah orang yang memiliki otoritas terhadap anak muridnya; apa yang dikatakan oleh guru menjadi pengetahuan bagi muridnya.

Dalam dunia pemerintahan, pengetahuan diperoleh dari pernyataan pimpinan.

Pernyataan para tokoh pemerintahan menjadi pengetahuan bagi masyarakatnya.

Kuatnya posisi pemegang otoritas menghasilkan apa yang mereka katakan menjadi pengetahuan.

(2) Tradisi. Tradisi adalah suatu perilaku atau kebiasaan yang selalu dilakukan berulang-ulang sejak dulu sampai sekarang oleh masyarakat. Upacara adat adalah salah satu contoh pengetahuan yang diperoleh melalui tradisi karena dilakukan berulang-ulang sejak dulu sampai sekarang.

(3) Pengetahuan umum (common sense). Pengetahuan ini diperoleh karena masyarakat menganggap ini suatu kebenaran. Sebagai contoh, kalau mendung di sebelah barat berarti akan terjadi hujan lebat. Kalau tanggal muda mall akan ramai dikunjungi.

(4) Mitos terhadap media. Media, baik tulis maupun elektronik selalu memberikan pengetahuan kepada masyarakat melalui tulisan atau program siarannya. Sangat sering pengetahuan kita didominasi oleh media. Pengetahuan tentang politik misalnya tentang pilpres, diperoleh melalui membaca koran atau mendengarkan

(3)

|

16  

warta berita dari radio atau teve. Media elektronik terlebih lagi menyampaikan pengetahuan secara cepat dan sesaat (real time) meski berasal dari tempat dan ruang yang sangat jauh. Di sinilah sering dikatakan media adalah kekuatan keempat setelah eksekutif, legislative , dan yudikatif.

(5) Pengalaman personal. Pengetahuan ini diperoleh karena seseorang mengalami langsung suatu kejadian atau realita. Mall menimbulkan kemacetan lalu-lintas di dekatnya. Realita yang demikian memberikan pengetahuan agar tidak melewati mall bila tidak ingin terjebak macet.

(6) Intuisi. Manusia memiliki kelebihan disbanding makluk lain, yaitu memiliki intuisi atau sering dikatakan sebagai suara hati. Ketajaman intuisi setiap manusia berbeda, ada yang berintuisi tajam ada yang tidak. Intuisi tajam biasanya diperoleh dari pengalaman hidup, dan bila intuisi mendekati kenyataan akan menjadi pengetahuan.

(7) Coba dan salah (trial and error). Dalam perjalanan hidup, sering orang melakukan coba-coba dan sering salah; mencoba beberapa kali lagi akhirnya kebetulan benar. Contoh umum misalnya orang yang belajar mengoperasikan program aplikasi dengan computer. Ia mencoba berkali-kali, awalnya gagal, diulang gagal lagi, dan akhirnya bisa mengoperasikannya. Akhirnya dia memiliki pengetahuan dalam mengoperasikan perangkat lunak computer tersebut bahkan mengetahui trik-triknya.

Ketujuh macam pengetahuan tersebut belum dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan karena belum teruji kebenarannya. Masing-masing pengetahuan tersebut masih subyektif, dan cara yang perolehannya sangat pribadi sehingga kebenarannya masih berskala pribadi. Kesemuanya masih taraf menguraikan apa (what), tetapi belum menjawab dan menjelaskan pertanyaan mengapa dan bagaimana (how).

Ilmu pengetahuan atau ilmu bekerja lebih jauh dibanding dengan pengetahuan tersebut. Agar suatu realita atau pengetahuan dapat dikatakan benar maka harus melalui proses pengujian berdasarkan fakta yang masuk akal (logis), dilakukan pendugaan (hipotetis), dan dugaan terhadap fakta tersebut kemudian dilakukan pengujian (verifikasi).

Rangkaian kerja mulai dari logika, hipotesis, dan diakhiri dengan verifikasi, disebut metodologi penelitian ilmiah (scientific research methodology).

(4)

2. Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan

Bahwa ilmu pengetahuan (selanjutnya ditulis ilmu) adalah pengetahuan juga, tetapi pengetahuan tidak selalu menjadi ilmu. Ilmu (science) berasal dari bahasa Latin scientia yang berarti knowledge. Ilmu dipahami sebagai proses penyelidikan yang berdisiplin, karena memiliki tata cara tertentu secara ketat. Ilmu bertujuan untuk mendifinisikan, menguraikan, meramalkan dan memahami gejala-gejala alam. Ilmu pengetahuan ialah pengetahuan yang telah diolah kembali dan disusun secara metodis, sistematis, konsisten dan koheren.

Agar pengetahuan menjadi ilmu, maka pengetahuan tadi harus dipilah (menjadi suatu bidang tertentu dari kenyataan) dan disusun secara metodis, sistematis serta konsisten.

Tujuannya agar pengalaman tadi bisa diungkapkan kembali secara lebih jelas, rinci dan setepat-tepatnya. Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran asosiatif yang menghubungkan antara seperangkat pikiran dengan realita yang dialami seara berulang- ulang tanpa menyadari adanya hubungan kausalitas dan interelasi antara pemikiran dan realita yang hakiki atau mendasar dan prinsip. Ilmu pengetahuan adalah: Pengetahuan yang diperoleh melalui pernyataan otoritas, tradisi, pengalaman personal, dan kekuatan media adalah realita yang diketahaui oleh masyarakat. Pertanyaan selanjutnya apakah pengetahuan tersebut memiliki tingkat kebenarannya teruji untuk menjadi ilmu pengetahuan. Sebagai pengetahuan umum, ya dapat diterima, tetapi sebagai pengetahuan yang ilmiah, itu harus dilakukan pengujian secara ilmiah, yang berarti harus melalui penelitian ilmiah.

Ilmu (science) adalah akumulasi pengetahuan yang menguji kausalitas atau hubungan berbagai fakta, realitas, keadaan empirik, atau fenomena suatu obyek, dengan cara tertentu dan sistematik serta baku. Suatu pengetahuan, misalnya pernyataan bahwa kemacetan lalu-lintas di depan mall, adalah suatu kasus, relita yang khusus. Tetapi bila berbagai kemacetan lalu-lintas di berbagai mall diinventarisasi, diteliti, didalami sebab musababnya, apa saja yang menjadi kausalitasnya, diuji kebenarannya, dan akhirnya diperoleh pernyataan baru bahwa kemacetaan lalu-lintas tersebut disebabkan oleh banyaknya kendaraan yang keluar masuk mall, maka dapat disimpulkan bahwa kemacetan lalu-lintas di depan mall disebabkan oleh lalu-lintas.

Sampai tahap ini, penelitian sudah dilakukan. Pengetahuan tersebut akan menjadi ilmu pengetahuan bila suatu pernyataan kebenarannya berlaku di berbagai ruang (tempat)

(5)

|

18  

dan sepanjang waktu (dari dulu sampai sekarang), serta diterima kebenarannya, maka pengetahuan dapat meningkat menjadi ilmu pengetahauan.

Suatu pengetahuan akan meningkat menjadi ilmu bila memiliki 3 dimensi, yaitu ontologi (ontology), epistemologi (epistemology), dan aksiologi (axiology).

(1) Ontologi. Ontologi menjelaskan obyek apa yang menjadi fokus, obyek, atau pokok bahasan suatu pengetahuan dipelajari. Obyek tersebut harus konkrit, mengandung realita, supaya dapat dikumpulkan fakta atau fenomenannya, kemudian dapat dikaji kebenarannya. Obyek yang abstrak tentu saja tidak dapat dikaji menjadi obyek ilmiah. Dalam konteks ilmu PWK, obyek yang dipelajari adalah wilayah dan kota. Kalau mau diperinci lagi, misalnya soal transportasi, permukiman, waterfront.

Meskipun harus konkrit, obyek kajian dapat yang nirfisik, misalnya perilaku.

Perilaku dalam membuang sampah misalnya, meski bukan obyek fisik, tetapi dapat dilihat akibatnya, misalnya perilaku yang buruk menghasilkan sampah berserakan.

(2) Dimensi berikut adalah epistemologi, yang membahas metode atau cara yang dipakai untuk menguji dan mengembangkan suatu obyek menjadi ilmu pengetahuan. Pendekatan apa yang diaplikasikan untuk menguji suatu pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan.

Dalam pendekatan ilmiah dikenal cara berfikir atau logika induktif dan deduktif.

Logika induktif berangkat dari pernyataan khusus menjadi pernyataan umum.

Contoh, Makassar sebagai pusat pertumbuhan (pernyataan khusus), Surabaya menjadi pusat pertumbuhan (pernyataan khusus). Makassar dan Surabaya adalah ibukota provinsi. Jadi secara deduktif disimpulkan bahwa ibukota provinsi menjadi pusat pertumbuhan. Sebaliknya adalah logika deduktif, yaitu logika berfikir yang berangkat dari pernyataan umum ke pernyataan khusus. Contoh, kota pantai pusat kotanya berada di pantai (ini pernyataan umum), jadi Makassar sebagai kota pantai pusat kotanya berada di pantai (pernyataan khsusus). Proses berfikir tersebut sebenarnya adalah diawali oleh pernyataan logis berdasarkan pada kenyataan empirik (logika), dilanjutkan dengan menduga (hipotesis), dan dilanjutkan dengan pengujian atas pernyataan tersebut (verification). Atau dengan kata lain proses menjjadi kebenaran ilmiah suatu pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan mengikuti pola logico – hepotetico – verivicatio. Inilah yang menjadi dasar proses dan langkah penelitian ilmiah, yaitu berawal dengan adanya

(6)

masalah, disusun pendugaan untuk menjawab atau memecahan masalah tesrebut, dan pendugaan tersebut harus diuji kebenarannya secara metodologis untukmemperoleh kebenaran baru.

(3) Dimensi ketiga adalah aksiologi (axiology). Dimensi ini membahas bagaimana guna dan manfaat suatu pengetahuan bagi pihak lain. Dari sisi ini ilmu pengetahuan hendaknya berguna bagi kesejahteraan umat manusia secara benar, baik dalam fungsi prediktif maupun fungsi aplikatif. Secara normatif, dimensi aksiologi berkaitan dengan rasa, etika dan moral. Dalam konteks PWK, misalnya apakah reklamasi pantai tidak akan merugikan nelayan, tidak akan menimbulkan pencemaran lingkunga. Apakah perluasan dan pelebaran jalan akan memberi manfaat bagi masyarakat lebih luas atau malah mengorbankan masyarakat yang tergusur. Dengan demikian dimensi aksiologi membawa ilmu pengetahuan untuk kemaslahatan umat kehidupan manusia. Pada dasarnya ilmu pengetahuan harus memberikan kemaslahatan bagi umat manausia.

3. Kerangka Berfikir Deduktif dan Induktif

Dalam proses olah pikir menuju pengujian untuk mempereoleh kebenaran ilmiah, para ilmuwan menggunakan logika pendekatan deduktif (deductive thinking) dan induktif (inductive thinking) (Neuman, 1994). Pendekatan deduktif (deductive thinking) berawal dari adanya pernyataan yang cakupannya masih abstrak menjadi pernyataan yang sifatnya konkrit. Sebagai contoh dalam konteks PWK, pernyataan pertama menyatakan bahwa kota pantai pusat kotanya berada di pantai; penyataan ini masih abstrak, karena tidak merujuk ke suatu kota tertentu secara jelas. Pernyataan kedua, Makassar adalah kota pantai; pernyataan ini lebih konkrit dibanding pernyataan pertama karena sangat jelas kota yang dimaksud, yaitu Makassar. Bila dua pernyataan tersebut dikaitkan dan ditarik kesimpulan, maka Makassar sebagai kota pantai pusat kotanya berada di pantai.

Inilah yang disebut pendekatan deduktif, dari pernyataan yang skupnya umum dan abstrak ke lebih khusus dan konkrit. Dalam proses ilmiah, pernyataan ini harus diuji dengan cara mengumpulkan banyak fakta, dan bila berdasarkan fakta yang ada pernyataan itu benar, maka diperoleh ilmu pengetahuan baru, Makassar sebagai kota pantai pusat kotanya berada di pantai.

(7)

|

20  

Pendekatan induktif adalah sebaliknya dibanding deduktif. Berawal dari fakta yang konkrit dan khusus menjadi kebenaran yang umum dan lebih luas keberlakuannya, yang kemudian disebut abstrak. Contoh, Makassar sebagai ibukota provinsi Sulsel berada di pantai; Jakarta sebagai ibukota provinsi DKI berada di pantai; Surabaya sebagai ibukota provinsi Jatim berada di pantai. Bila demikian halnya, maka disimpulkan ibukota provinsi berada di pantai (ini pernyataan yang cakupannya abstrak). Sekali lagi penarikan kesimpulan tersebut harus didahului oleh oleh adanya fakta yang lengkap. Generalisasi dengan pendekatan induktif menurut Neuwman (1994) disebut grounded theory.

4. Sikap Ilmiah

Keberlakuan suatu proses penelitian tergantung pada tingkat keberlakuan (validity) dan tingkat dapat dipercaya (reliability) suatu proses penalaran. Untuk mewujudkan keberlakuan dan kepercayaan ini, peneliti harus memiliki sikap ilmiah, yaitu sikap selalu ingin tahu, skeptis, kritis, obyektif, dan bebas nilai (Subyantoro dan Suwarto, 2006).

(1) Ingin tahu. Sikap demikian menimbulkan hasrat seseorang selalu ingin mengetahui apa yang ia lihat, dengar, dan baca. Sifat ingin tahu mendorong timbulnya tahu yang baru, yaitu pengetahuan baru. Bila seseorang tidak memiliki sifat ingin tahu, maka tidak akan ada pengetahuan baru, yang dalam skup yang luas tidak akan ada ilmu pengetahuan baru; artinya dunia ilmu akan mandeg, berhenti.

(2) Skeptis. Skeptik artinya tidak percaya begitu saja. Bertolak dari sikap skeptis, ilmuwan akan berupaya untuk menguji suatu pernyataan sehingga akhirnya setelah teruji akan diperoleh pengetahuan baru.

(3) Kritis. Seorang ilmuwan yang kritis akan membawanya untuk melihat kekuatan dan sekaligus kelemahan suatu proses ilmiah. Kaena itulah adanya forum ilmiah, seminar, konferensi, simposium, sebagai upaya melakukan kritik terhadap berbagai pernyataan hasil penelitian, agar diperoleh bobot kebenaran.

(4) Obyektif. Sikap ini membawa ilmuwan tidak memihak kepada seseorang atau kelompok tertentu, tatapi justru akan membawa ke posisi yang mengutamakan kebenaran ilmiah. Obyektif juga akan membawa untuk menyatakan bahwa yang benar adalah benar, yang salah adalah salah.

(8)

(5) Tidak bebas nilai. Meskipun ilmuwan harus bersikap kritis dan obyektif, tetapi tetap harus mempertimbangkan nilai guna manfaat bagi kemanusiaan. Di sinilah dimensi aksiologis bekerja, bahwa ilmu adalah untuk kemaslahatan manusia.

5. Metode Penelitian Ilmiah

Kerangka berifikir baik deduktif dan induktif disebut logika berfikir logico – hypotetico – verificatif atau deductio – hypotetico – verifikatif. Kerangka ini menjadi dasar dalam tahapan dan proses penelitian.

(1) Logika. Metode ilmiah berangkat dari logika. Logika berdasar dari apa yang dapat ditangkap oleh pikiran atau nalar manusia, harus dapat ditangkap oleh pancaindera manusia. Kembali ke contog yang lalu, lalu-lintas sekitar mall selalu macet. Logika kemudian bekerja apa sebabnya sehingga lalu-lintas macet.

(2) Hipotesis (hypotheses). Berasal dari kata hypo, yang berarti kurang, dan theses, yang berarti pernyataan. Artinya pernyataan yang masing kurang, masih belum diuji kebenarannya. Fenomena kemacetan lalu-lintas di sekitar mall diduga disebabkan oleh banyaknya kendaraan pengunjung, sempitnya jalan, atau perilaku angkot yang berhenti senbarangan menunggu penumpang. Dugaan penyebab tersebut, yaitu jumlah kendaraan pengunjung, sempitnya jalan, dan perilaku pengemudi angkot, diperoleh dari hasil membaca berbagai acuan atau rujukan akademik, misalnya jurnal. Hipotesisnya dalam contoh ini menjadi diduga kemacetan lalu-lintas disebabkan karena jumlah kendaraan, karena sempitnya jalan, atau karena perilaku pengemudi angkot. Atau secara bersama-sama, kemacetan lalu-lintas disebabkan oleh jumlah kendaraan, sempitnya jalan, dan perilaku angkot.

(3) Verifikasi. Hipotesis tersebut harus diverifikasi atau diuji dengan cara mengumpulkan data. Dengan kata lain, hipotesis harus diuji dengan fakta empiris, agar diperoleh kebenaran. Kemudian dikumpulkan data tentang jumlah kendaraan, dimensi jalan, perilaku pengemudi angkot. Hasilnya akan menguji apakah benar bahwa dugaan dalam hipotesis tersebut, diduga kemacetan lalu-lintas disebabkan karena jumlah kendaraan, dimensi jalan, dan perilaku angkot. Hasil verifikasi ini akana menyimpulkan benar atau salah, atau dengan kata lain, hipotesis diterima atau ditolak. Bila hipotesis diterima, berarti benar kemacetan lalu-litas disebabkan

(9)

|

22  

oleh jumlah kendaraan, dimensi jalan, dan perilaku angkot. Ini menjadi pengetahuan baru. Bila pengetahuan ini diulang dan diuji di mall lain, di berbagai mall, akhirnya diperoleh ilmu pengetahuan baru.

6. Proses Penelitian

Tiga langkah utama tersebut, logika – hipotesis – verifikasi, menjadi dasar dalam proses penelitian dan disebut metode untuk menemukan pengetahuan baru sebagai pola dan secara mendasar. Ilmu pengetahuan juga mengembangkan ilmu tentang metode penelitian, yang kemudian disebut metodologi penelitian. Selanjutnya metodologi penelitian menjelaskan proses dan tahapan penelitian berturut turut: menggali minat, merumuskan masalah penelitian, menyusun kerangka konsep berdasarkan tinjauan pustaka, menyusun desain penelitian, dan diakhiri dengan penarikan kesimpulan.

Berbagai model proses dan langkah penelitian digambarkan oleh banyak sumber.

Rudestam dan Newton (1992) menjelaskan proses penelitian dengan istilah research wheel, roda penelitan. Dikatakan bahwa riset atau penelitian tidak linear tetapi rekursif, berulang dan bertahap di setiap fase sepanjang waktu. Penelitian dimulai dengan empirical observation, merumuskan proposition, menyusun conceptual framework (theory, literature), reseach questions and hypotheses, data collections, data analyses. Rudestam dan Newton selanjutnya menambahkan proses berawal dari pemikiran deduktif dan dilanjutkan dengan pendekatan induktif.

Subyantoro dan Suwarto (2007) menggambarkan proses penelitian meliputi fase persiapan, meliputi penetapkan dan merumuskan masalah, menyusun kerangka pikir, memutuskan hipotesis, menyusun rancangan; fase pengumpulan data dan informasi; fase pengolahan data dan informasi; fase penyusunan/penulisan laporan.

Neuman (1994) melukiskan proses penelitian mirip yang dilukiskan oleh Rudestam dan Newtoon sebagai research wheel. Neuman memulai dengan choose a topic, kemudian focus on research question, dilanjutkan dengan design study. Langkah berikutnya adalah collect data, kemudian analyze data dan interpret data, dan diakhiri oleh inform others dalam seminar atau melalui publikasi ilmiah.

Dari berbagai rujukan tersebut, serta disesuaikan dengan Panduan Penelitian Edisi IX yang dikeluarkan oleh DP2M Dikti, proses penelitian pada dasarnya diawali oleh adanya masalah, dilanjutkan dengan penelusuran pustaka untuk memperoleh jawaban sementara

(10)

atas rumusan masalah, mendesain penelitian, mengumpulkan data, menganalisis, menarik kesimpulan, dan melakukan publikasi ilmiah.

Gambar 2.1. Proses Penelitian

7. Kerangka Proposal Penelitian

Secara ringkas, kerangka isi suatu usulan penelitian disusun sebagai berikut:

Sampul Luar Sampul Dalam Lembar Pengesahan Kata Pengantar Abstrak

Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

I. Pendahuluan

1. Latar belakang masalah

2. Rumusan masalah (pertanyaan penelitian) 3. Tujuan

4. Manfaat hasil penelitian 5. Lingkup dan batasan

Masalah  

Gap teori/

empirik/

informatif

  Minat,  Topik,    

Kajian   Pustaka    

Pengumpul-­‐

an  Data   Analisis  

Data     Hasil/  

Kesimpulan     Publikasi  

Desain   penelitian  

• Wilayah atau kawasan sbg obyek

• Teknik pengambilan data/ sampel

• Isntrumen pengambil data

• Skala pengukuran variabel

• Teknis analisis/ kesimpulan

• Wilayah atau kawasan sbg obyek

• Teknik pengambilan data/ sampel

• Instrumen pengambil data

• Skala pengukuran variabel

• Teknis/ alat analisis/ kesimpulan

• Penelitian yang terkait

• Kerangka konseptual

• Hipotesis / penajaman rumusan masalah

• Variabel atau factor terkait

• Data sekunder & primer

• Observasi, wawancara, survai

• Jumlah dan jenis data

• Uji validitas dan reliabilitas

• Deskripsi wilayah/kawasan

• Deskripsi obyek/ sampel

• Interpretasi data, analisis hubungan, sebab akibat, korelasi, prediksi, komparasi

• Menjawab rumusan masalah

• Menerima/ menolak hipotesis

• Temuan baru, pengetahuan baru

• Seminar, conference, simposium

• Jurnal ilmiah

(11)

|

24  

6. Organisasi dan sistematika 7. Glosarium

II. Tinjauan Pustaka

1. State of the art (peta kecanggihan dan kemutakhiran topik) 2. Penelitian yang pernah dilakukan dan hasilnya

3. Pembahasan kajian teori, hasil penelitian, jurnal, proceeding, dan rujukan lain yang relevan dan terkait untuk memperoleh variabel, indicator variabel, skala, metode dll.

4. Kerangka konseptual, bagan hubungan variabel yang akan diteliti/diuji 5. Hipotesis (bila ada) atau penajaman rumusan masalah

III. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian 2. Waktu dan tempat 3. Strategi dan pendekatan 4. Metode pengambilan data

5. Metode analisis dan penarikan kesimpulan 6. Definisi operasional peubah penelitian

IV. Hasil dan Pembahasan 1. Deskripsi obyek dan sampel

2. Analisis (sesuai dengan hipotesis atau rumusan masalah) 3. Kesmpulan

V. Kesimpulan 1. Kesimpulan

2. Rekomendasi, saran

Daftar Pustaka Lampiran Kuisener

Daftar nara sumber Print-out analisis

(12)

Bab I. Pendahuluan

§ Bab ini berisi uraian yang menjadi dasar suatu usulan peneitian diajukan

§ Awali dengan dengan satu paragraf yang menjelaskan garis besar isi Bab Pendahuluan: latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat hasil penelitian, lingkup/batasan, struktur organisasi/ sistematika proposal, dan glosarium

1.1. Latar Belakang (Masalah)

(1) Pada subab ini pembaca diajak untuk mengenali permasalahan yang akan diteliti (2) Melatarbelakangi adanya sesuatu yang masalah menarik dan signifikan untuk diteliti

berdasarkan berbagai kepentingan.

(3) Posisi dan relevansi masalah/topic dengan bidang studi

(4) Kemukakan hasil penelitian terdahulu, observasi peneliti, atau suatu program yang urgent

(5) Uraikan adanya masalah: kesenjangan antara kenyataan (das sein) dan harapan (das solen)

(6) Berikan justifikasi (pembenaran) masalah tersebut, dengan akta/bukti/ statistic/

gambar/ pernyataan otoritas

(7) Masalah dapat berupa kesenjangan empirik maupun teoritik/akademik

(8) Berikan justifikasi (pembenaran adanya masalah tersebut) dengan sejumlah fakta:

penelitian terdahulu, data statistik, pernyataan otoritas, foto, (9) Isi subbab Latar Belakang Masalah:

• Pengantar: Awali dengan pemberian pemahaman terhadap topik

• Jelaskan konteks topik dengan prodi

• Uraikan pentingnya masalah diteliti untuk menunjukkan (1) orisinalitas penelitian, (2) kesinambungan dengan penelitian terdahulu, (3) konteks dengan the body of knowledge

• Paparkan penelitian yang pernah dilakukan pihak lain dan di mana posisi penelitian ini, untuk membuktikan bahwa penelitian ini orisinal, bukan plagiasi

• Road map

• Penelitian dapat berupa dukungan/lanjutan, bantahan, berbeda metode, atau perluasan atas penelitian terdahulu

(13)

|

26  

• Identifikasi sejumlah masalah yang ada didukung dengan justifikasi (pembenaran, fakta empirik)

• Pelingkupan masalah yang dipilih utk diteliti (pembatasan) berdasarkan urgensi dan konteksnya

1.2. Rumusan Masalah

(1) Subbab ini adalah kristalisasi atau penajaman dari latar belakang masalah

(2) Masalah yang teridentifikasi harus disusun dan dirumuskan dalam rumusan masalah atau pertanyaan penelitian, yang sekaligus membatasi penelitian

(3) Rumusan masalah adalah arah dan kiblat penelitian agar terarah/terfokus

(4) Berisi sejumlah pertanyaan penelitian (yang harus dijawab dalam kesimpulan hasil penelitian)

(5) Penelitian harus selalu dimulai dengan masalah

(6) Rumusan masalah dapat berupa deskriptif, asosiatif, komparatif, kausatif, prediktif (7) Prinsip kalimat dalam rumusan masalah:

• Kalimat interogatif (W, H, WH questions)

• Mengandung dua atau lebih peubah/ faktor / variabel yang diteliti (var. dependen dan independen)

• Mencerminkan adanya hubungan logis hubungan antar peubah (conjenctural logic)

• Peubah dapat diukur (measurable) atau dengan definisi operasional dan indikator bila peubah bersifat kualitatif

• Bila perlu rumusan masalah didukung dg penjelasan beberapa terminologi

• Bila perlu masalah diuraikan dalam beberapa submasalah yang lebih operasional

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan adalah sesuatu yang ingin dihasilkan/dicapai (expected result) oleh penelitian.

Tujuan penelitian dapat berupa menguraikan sesuatu yang baru (explorative research), menjelaskan (explanative research), menguji (verificative research), dan memecahkan masalah berdasarkan pendekatan manajerial (problem solving), dan perencanaan

(14)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat adalah sesuatu yang terkait dengan pihak lain, dalam hal ini PWK. Manfaat penelitian ialah untuk pengembangan ipteks (teori, rumus, standar, pedoman, metode), memecahkan masalah kebijakan pembangunan, atau informasi/ pengetahuan ilmiah bagi masyarakat luas

1.5. Batasan dan Lingkup Penelitian

(1) Menetukan skop/batasan yang diteliti (2) Peneliti tidak mungkin meneliti semua hal

(3) Penelitian perlu fokus pada sesuatu topic agar lebih mendalam

(4) Lingkup, yang meliputi lingkup masalah, aspek, faktor, subsistem, variabel, Wilayah, Waktu

1.6. Sistematika Tesis/Skripsi

Uraian tentang bab-bab dan sububab yang ada/akan ada serta hubungan antara bab/subbab dengan lainnya. Dan bagaimana tulisan diorganisir, urutannya, kaitan bab/subab dengan yang lain.

Bab II. Tinjauan Pustaka/ Kajian Pustaka/ Kajian Teori

§ Subtansi subbab ini adalah suatu upaya untuk memperoleh kerangka jawaban untuk menjawab masalah/pertanyaan penelitian. Kerangka jawaban tersebut adalah hipotesis (yang harus diuji berdasarkan empirik) atau mempertajam rukusan masalah

§ Tinjauan pustaka berisi perujukan dan pembahasan sejumlah teori yang terkait serta relevan dengan masalah yang diteliti. Bukan a laundry list, bukan sekedar pamer (show of force) dengan mengutip banyak rujukan tetapi tidak relevan dengan masalah penelitian.

§ Tujuan penulisan tinjauan pustaka: utk membangun kerangka konsep (conceptual framework) suatu penelitian, merumuskan variabel dan indikatornya, parameter, metoda

(15)

|

28  

§ Bukan bagan alur (flow chart) atau tahap dan proses penelitian, tetapi kerangka hubungan variabel yang akan diteliti hubungannya

§ Berisi uraian logis sebagai basis utk menyusun kerangka konseptual penelitian

§ Berangkat dari sejumlah rujukan dari sejumlah sumber yang relevan dan koheren utk menyusun kerangka konsep

§ Tulis yang relevan, is not a laundry list/shopping list

§ Arahkan utk menemukan variabel, hubungan antar variabel, indikator, parameter, metode yg akan digunakan

§ Gunakan logika deduktif (kuantitatif riset) dan induktif utk kualitatif riset

§ Sumber utama rujukan: jurnal atau dari situs internet, karena kekiniannya

§ Sumber alternatif: buku teks, makalah yang dipresentasikan dalam seminar/forum akademik

§ Koran dan majalah bukan sebagai rujukan tetapi dapat sebagai pelengkap atas data

§ Garis besar isi:

1. Awali dengan paragraph yg menguraikan isi bab ini

2. State of the art – kecanggihan dan kedalaman dasar teori yang digunakan– berisi definisi, pengertian, batasan (bila masih diperlukan)

3. Landasan teori yang relevan (is not a laundry list, is not a shopping list) atau proposisi (statement) >>> dari jurnal

4. Hasil penelitian yang pernah ada /lebih dulu utk

§ menunjukkan kesinambungan il. Peng,

§ menunjukkann orisinalitas penelitian; penelitian ini bukan plagiasi

§ menunjukkan apa yang pernah diteliti dan apa hasilnya

§ Menunjukkan di mana posisi penelitian ini: mengisi kekosongan IP, menguji teori, dst

§ metode, instrumen, teknik yang pernah dipakai 5. Kerangka konseptual:

§ kerangka hubungan antara sejumalh variabel (bebas/tak bebas) / indikator yang akan diteliti

§ berisi variabel yang akan diuji hubungannya serta skala serta indikatornya

§ Dalam bentuk narasi dan bagan (1 hlm)

§ Bukan flow chart proses penelitian

6. Hipotesis (bila diperlukan) atau penajaman rumusan masalah 7. Definisi Operasional Variabel/Indikator dan skala:

(16)

mendefinisikan variable yg akan diteliti

Contoh: Kepadatan bangunan adalah % antara luas lantai dasar dengan luas lahan (kapling). Skala variable ini adalah ordinal sbb.:

Sangat padat (>75%) Padat (50-74%) Jarang (25-49%) Sangat jarang (<25%)

Kepadatan bangunan juga dapat menggunakan skala ratio yaitu %

Contoh: pendapatan keluarga adalah jumlah gaji/upah/pendapatan lain dari semua orang dalam rumah tangga dimaksud.

Bab III. Metode Penelitian

Bagian ini berisi disain penelitian, yaitu bagaimana cara /teknik dan prosedur utk melakukan pendekatan dan mengoperasionalkan penelitian berdasarkan kerangka konseptual

1.Wilayah, lokasi, tempat penelitian (bias suatu lembaga)

2. Populasi (kumpulan obyek yang diteliti) dan unit analisis (obyek yang diteliti) 3. Teknik sampling

§ penentuan jumlah sampel (sample size)

§ cara menentukan sampel

§ penentuan responden (tidak selalu harus ada responden) 1. Teknik Pengumpulan Data

§ Alat pengumpul data

§ Cara mengumpulkan data

§ Jenis data

2. Teknik Analisis / pengujian hipotesis & penarikan kesimpulan

Uraikan teknik analisis berdasarkan masing-masing masalah/hipotesis. Bila ada beberapa rumusan masalah yang berbeda, seharusnya teknik analisisnya juga berbeda-beda

3. Jelaskan pula prinsip penarikan kesimpulan

4. Definisi operasional (variable), yaitu bagaimana cara suatu variable dioperasionalkan, atau diukur.

(17)

|

30  

Skala masing-masing variable Instrumen (alat pengambil data) Indikator (bila kualitatif)

DAFTAR PUSTAKA

Susun berdasarkan pedoman di PPs

Yang ditulis hanya sumber yang dirujuk saja. Bila dalam teks ada rujukan tetapi tidak ada dalam daftar pustaka berarti penulis melakukan plagiasi

LAMPIRAN

• Daftar pertanyaan (Kuisener)

• Daftar observasi

• Daftar sample

• Daftar nara sumber (kualittatif)

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan rahmatNya sehingga dapat terselesaikannya Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Laporan Asuhan

Aroma merupakan sensasi bau yang ditimbulkan oleh rangsangan yang tercium oleh syaraf-syaraf indera penciuman. Untuk mengetahui penilaian terhadap aroma mi dengan

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang di ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2.. Semua sumber yang

Analisis perubahan dilakukan dengan teknik tumpang tindih atau overlay antara data spasial yang berupa peta ± peta yang dibuat dengan data atribut

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih materi Sholat Jenazah dengan menggunakan media animasi di kelas VII MTs.. Jenis

tersebut diketahui dari hasil prasiklus, siklus I, dan siklus II. Jumlah siswa yang mengikuti tes pada siklus I berjumlah 36 siswa dan siswa yang mencapai nilai minimal 75

Tiangsa Sembiring, SpA(K) yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis

Khususnya Debit sungai di DAS Belawan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan akibat dari perubahan tata guna lahan yang tidak dijaga sesuai dengan fungsinya,