• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. penyelundupan adalah mereka yang memang ingin untuk dieksploitasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. penyelundupan adalah mereka yang memang ingin untuk dieksploitasi."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdagangan orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikn, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam Negara maupun antar Negara, untuk tujua eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.1 Perdagangan manusia menjadi salah satu masalah yang penting untuk dibahas mengingat hal ini melibatkan banyak actor dan sifatnya yang transnasional. Perdagangan manusia berbeda dengan penyelundupan manusia, perbedaan yang tampak jelas adalah dari tujuannya. Bahwa perdagangan adalah mereka yang tidak ingin untuk “dieksploitasi” tujuan awal mereka adalah untuk bekerja. Berbeda dengan penyelundupan adalah mereka yang memang ingin untuk “dieksploitasi”.

Ruang lingkup mengenai korban kejatan mencakup tiga hal, yaitu siapa yang menjadi korban, penderitaan atau kerugian apakah yang dialami korban kejahatan dan siapa yang bertanggung jawab dan/atau bagaimana penderitaan dan kerugian yang dialami korban dapat dipulihkan. Kerugian dn penderitaan korban suatu tindak pidana dapat berupa materi, fifik, psikologis, dan sosial. Pengelompokan kerugian atau penderitaan tersebut tidak berarti bahwa seorang korban hanya mengalami salah satu kerugian atau penderitaan saja karena

1 Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak pidana Perdagangan Orang

(2)

2

pada beberapa jenis tindak pidana dapat pula dijumpai berbagai kerugian dan penderitaan yang dirasakan sekaligus, termasuk korban tindak pidana perdagangan orang mengalami beberapa kerugian dan penderitaan sekaligus, kerugian meteriil dan juga penderitaan psikis dan fisik. Kerugian materi dapat berupa uang dan hilangnya pendapatan yang seharusnya diperoleh. Di samping kerugian yang diderita saat terjadinya tindak pidana juga dapat terjadi kerugian materi setelah tindak pidana terjadi. Kerugian atau penderitaan fisik yang mudah terlihat dari penderitaan yang lainnya. Ini mempunyai dampak yang bervariasi sesuai dengan tingkat keseriusan luka yang diderita oleh korban.

Jaminan terhadap perlindungan atas anak yang menjadi korban perdagangan orang (child trafficking) secara umum telah diamanatkan di dalam UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 28 ayat (2) yaitu “Hak anak untuk kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta ha katas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Adapun bentuk perlindungan yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak di atur di dalam pasal 68 yang berbunyi “Perlindungan khusus bagi anak korban penculikan, penjualan dan/atau perdagangan dilakukan melalui upaya pengawasan, perlindungan, pencegahan, perawatan dan rehabilitasi.”2

Pada dasarnya bentuk-bentuk dan model perlindungan terhadap korban kejahatan dapat juga diberikan kepada korban tindak pidana perdagangan orang, untuk lebih mendalami bentuk perlindungan terhadap korban kejahatan perdagangan orang, maka terdapat beberapa bentuk atau model perlindungan yang dapat diberikan kepada korban, yaitu sebagai berikut:3

2 Pasal 1 ayat (15) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

3 Farhana, 2010. Aspek Hukum Perdagangan Orang di indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, hlm. 154

(3)

3 1. Pemberian Restitusi dan Kompensasi

Setiap korban tindak pidana perdagangan orang atau ahli warisnya berhak memperoleh restitusi dari pelaku. Restitusi ini merupakan ganti kerugian atas kehilangan kekayaan atau penghasilan, penderitaan, biaya untuk tindaan perawatan medis dan/atau psikologis dan/atau kerugian lain yang diderita korban sebagai akibat perdagangan orang.

2. Layanan Konseling dan Pelayanan/Bantuan Medis

Pada umumnya perlindungan yang diberikan kepada korban sebagai akibat tindak pidana perdagangan orang dapat bersifat fisik maupun psikis. Akibat yang bersifat psikis lebih lama untuk memulihkan dari pada akibat yang bersifat fisik.

Oleh karena itu, diperlukan pendampingan atau konseling untuk membantu korban dalam rangka memulihkan kondisi psikologisnya seperti semula.

3. Bantuan Hukum

Korban tindak pidana termasuk tindak pidana perdagangan orang hendaknya diberikan banuan hukum. Ketika korban memutuskan untuk menyelesaikan kasusnya melalui jalur hukum, maka Negara wajib memfasilitasinya.

4. Pemberian Informasi

Pemberian infosmasi kepada korban atau keluarganya berkaitan dengan proses penyelidikan dan pemeriksaan tindak pidana yang dialami korban.

Hak-hak korban dalam undang-undang dinyatakan dalam pasal 5 ayat (1) antara lain memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan harta bendanya, serta bebas dari ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang akan, sedang atau telah diberikannya;

(4)

4

ikut serta dalam memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan dukungan keamanan;

memberikan keteranan tanpa tekanan; mendapat penerjemah; bebas dari pernyataan yang menjerat; mendapat informasi mengenai perkembangan kasus dan putusan pengadilan;

mendapat identitas baru dan kediaman baru; memperoleh pergantian biaya transportasi sesuai dengan kebutuhan; mendapat nasihat hukum; memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu perlindungan berakhir.4 Perlindungan kepada korban, selain diwujudkan dalam bentuk dipidananya pelaku juga diwujudkan dalam bentu pemenuhan hak-hak korban tindak pidana perdagangan orang dalam Undang-Undang Nomor 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang adalah sebagai berikut :

1. Hak kerahasiaan identitas korban tindak pidana perdagangan orang dan keluarganya sampai derajad kedua (Pasal 44)

2. Hak untuk mendapat perlindungan dari ancaman yang membahayakan diri, jiwa dan/atau hartanya (Pasal 47)

3. Hak untuk mendapatkan restitusi (Pasal 48)

4. Hak untuk memperoleh rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial, pemulangan, dan reintegrasi sosial dari pemerintah (Pasal 51)

5. Korban yang berada di luar negeri berhak di lindungan dan dipulangkan Indonesia atas biaya neger (Pasal 54)

Dalam kajian terhadap upaya memberikan perlindungan hukum bagi korban perdagangan orang, penghargaan atas hak asasi manusia belum sepenuhnya dapat diwujudkan bahkan ada kecenderungan untuuk memperjualkan pihak korban, termasuk keluarganya karena lemahnya mereka dalam mempertahankan kedaulatan harga diri akibat

4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban

(5)

5

rendahnya pendidikan, kemiskinan, dan lain-lain. Mengenai putusan Pengadilan Negeri Tulungagung No.58/Pid.Sus/2018 PN Tlg tentang tindak pidana perdagangan orang yang menjadi korban anak dibawah umur dan dalam putusan ini pula mengenai hak restitusi untuk korban tidak diputuskan juga jadi putusan ini hanya menjadi focus terhadap pelaku saja.

Dalam kasus ini MT selaku sebagai terdakwa telah mengajak saksi yang bernama SA untuk diajak dicarikan kerja di Tulungagung bahwa MT masih saudara dari SA yakni selaku bude tirinya SA karena MT kakak dari bapak tiriya SA. Bahwa pada awalnya SA dicarikan kerja sebagai pengasuh bayi, di Trenggalek tetapi SA tidak krasan akhirnya diajak oleh MT ke Tulungagung dan diajak menginap ditempat kosnya MT di Desa Ngujang, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung. Bahwa ditempat kosnya MT ternyata SA telah dibohongi oleh MT dan telah dijual oleh MT kepada seorang laki-laki yang sudah berumur yakni MR dusun Kaliboto Desa Kaliboto Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar dengan harga Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah), dengan tujuan agar SA melayani layaknya suami istri terhadap MR. Selanjutnya pada hari Kamis tanggal 30 Nopember 2017 sekira jam 13.15 WIB saat itu MT memaksa SA untuk masuk kedalam kamar bersama dengan MR dan SA tanggannya di tarik-tarik oleh MT dan saat itu SA sempat meronta dan bilang tidak mau tetapi MT tetap menyuruh SA untuk diam saja dan disuruh masuk kedalam kamar pada saat itu di dalam kamar tersebut sudah ada MR menunggunya lalu SA disetubuhi dan saat itu sempat berontak tetapi oleh MR disuruh diam dan dilarang untuk berteriak karena itu SA takut dengan MR akhirnya SA hanya diam saja dan pintu kamarnya dikunci dari luar oleh MT, setelah menyetubuhi SA lalu MR membayar sejumlah uang kepada SA sebesar RP.

1.000.000,- (satu juta rupiah) dan uang tersebut langsung diterima oleh MT dan dimasukkan kedalam saku kemejanya tepatnya didada sebelah kiri dan ternyata sebagian uangnnya ada

(6)

6

yang palsu (uang mainan) selanjutnya MT menyuruh SA ke belakang untuk menunggu lalu MT membayar sewa kamar lalu MT menemui SA dibelakang. Selanjutnya MT bersama SA pulang ke kosnya MT dengan jalan kaki dan sempat mampur ke warung untuk membeli obat super tetra dengan harga Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah). Pada hari Jumat tanggal 01 Desember 2017 sekira jam 09.00 WIB, saat SA dan MT ditempat kos, SA berusaha menghubungi MR berkali kali tidak diangkat lalu sekira jam 11.00 WIB telponnya baru diangkat dan MR mengatakan bahwa dirinya masih bersama dengan istrinya. Selanjutnya sekira jam 11.30 WIB, MR menelpon MT dan memberitahu kalau saat itu posisinya sudah berada didalam kamar rumag Bu Kelip ( Ibu dari Sdri. Nanik) lalu SA oleh MT langsung diajak untuk menemui MR untuk menukarkan uang yang palsu tersebut pada saat itu MT berada didalam kamar bersama dengan MR lalu SA berdiri didekat Sdri.Nanik (anak pemilik kos) dan SA ditanya oleh Sdri.Nanik “Lah kok cah cilik melu mlebu, ngenteni mamak e nang njobo ae” lalu SA mendekati Sdri.Nanik yang saat itu duduk didepan kamar, saat itu SA bercerita kalau SA masih sekolah dan masih berusia 13 tahun, lalu Sdri.Nanik bilang :Ojo melu mamak mu ngono kuwi, kowe sik cilik setelah itu Bu Kelip datang dan bilang “ lah kok cah cilik melu mlebu rak yo edan aku, engkok aku iso mlebu neng penjara, wes ra usah neng kene”, mengetahui yang punya kamar marah-marah lalu MT mengajak SA ke parkiran Bu Kelip dan duduk diteras sedangkan MR langsung naik sepeda motor meninggaljan SA dan MT, dan saat itu masih duduk diteras SA dan MT ditanya oleh Sdri.Nunik apakah SA masih sekolah dan umur SA masih berapa, ngapain ditempat seperti ini, lalu SA menjawab kalau masih sekolah di SMP kelas satu usia 13 tahun dan rumahnya di Sumtra Selatan. Pada saat itu SA menceritakan kalau awalnya SA mau dicarikan pekerjaan sebagai pengasuh bayi oleh MT tetapi malah dijual ke orang lain, akhirnya oleh

(7)

7

Sdri.Nanik diposting di medsos facebook untuk menemukan keluarga SA lalu sekira jam 12.00 WIB MT ditangkap oleh petugas Polres Tulungagung. Perbuatan MT selaku sebagai terdakwa sebagimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 2 ayat (1) UURI No. 21 Tahun 2007 tentang pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, yang berbunyi :

“Setiap orang yang melakukan perekrutan, pegangkatan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentang, penjeratan utang atau memberi bayaran manfaat walaupun memperoleh peretujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasu orang tersebut di wilayah Negara Republik Indonesia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 120.000.000,- (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah)”.5

Seharusnya dalam putusan tersebut hakim juga harus mempertimbangkan terhadap restitusi yang harus diterima oleh korban tetapi pada kenyataannya restitusi dalam putusan ini tidak ada jadi hakim hanya memutuskan hukuman untuk terdakwa saja tanpa adanya pemnuhan hak terhadap korban menurut penulis dalam putusan ini hakim belum memenuhi keadilan dalam melaksanakan putusannya. Sehingga penulis tertarik untuk menganalisis lebih lanjut dalam kasus perdagangan orang dengan memperhatikan kerugian yang di perolah oleh korban dengan mengangkat judul PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK KORBAN TINDAK PERDAGANGAN ORANG (Studi Putusan Pengadilan Negeri Tulungagung Nomor 58/Pid.Sus/2018PN Tlg).

5 Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang

(8)

8 B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sistem perlindungan hukum terhadap anak dibawah umur korban tindak pidana perdagangan orang pada putusan 58/Pid.Sus/2018/PN Tlg?

1. Bagaimana sistem perlindungan hukum dengan bentuk perlindungan hukum jika dalam putusan Nomor 58/Pid.Sus/2018/PN Tlg tidak diputuskan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tjuan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan mengkaji perlindungan hukum terhadap anak dibawah umur korban tindak pidana perdagangan orang pada putusan 58/Pid.Sus/2018/PN Tlg

2. Untuk mengetahui dan mengkaji peranan pelaku dalam upaya pemenuhan hak restitusi bagi korban tindak pidana perdagangan orang khususnya anak dibawah umur jika dalam putusan Nomor 58/Pid.Sus/2018/PN Tlg tidak diputuskan mengenai hak restitusi korban.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa didapatkan dari penelitian hukum kali ini sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

Sebagai pijakan dan referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana perdagangan orang.

1. Manfaat Praktis

Diharapkan hasil penulisan ini dapat memberian sumbangan pemikiran yuridis memberikan wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat luas mengenai hak-hak korban tindak pidana perdagangan orang khususnya anak dibawah umur.

(9)

9 E. Kegunaan Penelitian

Penelitian hukum ini memiliki kegunaan yaitu meningkatkan ilmu dan wawasan dalam hal mengenai perlindungan hukum terhadap anak korban tindak pidana perdagangan anak.

Penelitian ini juga berguna untuk pemecah masalah, meningkatkan kemampuan untuk menginterpretasikan fenomena-fenomena dari suatu masalah yang kompleks dan saling berkaitan.

F. Metode Penelitian

Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode penlitian normative atau yang dikenal dengan hukum doctrinal yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri dari bahan primer dan bahan hukum sekunder.

G. Jenis Bahan Hukum

Dalam penelitian yang menggunaka pendekatan yuridis normatif maka istilah yang digunakan bukanlah “data” melainkan “bahan hukum”, adapun jenis bahan hukum yang penulis gunakan adalah:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif yang mempunyai otoritas, Bahan hukum yang diperoleh dari hukum positif/peraturan perundang-undangan. Adapun bahan hukum primer tersebut diantaranya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak, Undang-Undang nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, putusan Pengadilan Negeri Tulungagung Nomor 58/Pid.Sus/2018/PN Tlg dan peraturan perundang-undangan lain yang terkait.

(10)

10 b. Bahan Hukum Sekunder

Merupakan bahan hukum yang bersifat membantu dan menunjang bahan hukum primer dalam penelitian yang akan memperkuat penjelasan didalamnya.

Bahan hukum sekunder tersebut diantaranya buku/tekstual, artikel ilmiah, thesis, doktrin-doktrin dan dokumen yang mengulas mengenai ketidak hadiran tergugat dan tidak adanya pengakuan baik didalam maupun diluar persidangan yang nantinya akan dijadikan sebagai analisis dalam penelitian ini.

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari studi kepustakaan, berupa teori-teori, definisi, permasalahan, pembahasan, serta pengaturan yang berkaitan dengan hukum pidana.

H. Teknik Pengumpulan Data

Bahan hukum dikumpulkan melalui prosedur inventarisasi dan identifikasi peraturan perundang-undangan, serta klarifikasi dan sistematisasi bahan hukum sesuai permasalahan penelitian. Oleh karena itu, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan dengan cara membaca, menelaah, mencatat membuat ulasan bahan-bahan pustaka yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

I. Teknik Analisis Bahan Hukum

Analisis bahn hukum merupakan kegiatan dalam penelitian yang berupa melakukan kajian atau telaah terhadap hasil pengolahan bahan hukum. Adapun teknik pengolahan bahan hukum yaitu setelah bahan hukum terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teknik

(11)

11

deskripsi yaitu memaparkan bahan hukum primer dan sekunder yang terkumpul selanjutnya diberikan penilaian evaluasi, kemudian dilakukan interpretasi dan selanjutnya diajukan argumentasi.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini jugalah yang menyebabkan rendahnya nilai modulus young pada formulasi pati:gelatin 10:0 (g/g) dan konsentrasi gliserol 25% yang diimbangi dengan

Penerapan pendekatan inkuiri pada pembelajaran IPA mendapat respon baik dari peserta didik, Hal ini dapat dilihat dari aktivitas belajar peserta didik dan pemahamannya

The stages of the lesson and its activities reveal the essence and practical execution of CL’s five key components: positive interdependence, collaborative skills,

• Klik Delete pada Rows & Columns Group dan pilih apa yang ingin dihapus (cell, kolom, baris, atau seluruh tabel).. Menggabungkan dan

Kadar bilirubin dalam serum dipengaruhi oleh metabolisme hemoglobin, fungsi hepar dan kejadian-kejadian pada saluran empedu. Apabila destruksi eritrosit bertambah, maka

Sumber data dalam penelitian ini adalah film《 天下无贼》 Tiānxià Wú Zéi karya (赵本夫) Zhao Benfu. Data dalam penelitian ini berupa monolog, kutipan-kutipan

Laba adalah pendapatan dan keuntungan setelah dikurangi beban dan kerugian. Laba merupakan pengukuran aktivitas operasi dan ditentukan menggunakan dasar akuntansi akrual. Dalam hal

Instrumen yang digunakan di dalam penelitian ini terdiri atas dua, yakni : instrumen tes hasil belajar matematika khususnya pada pokok bahasan pecahan dan