72 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP
PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KAJIAN DAERAH JAWA TIMUR, BALI DAN JAMBI)
Vience Ratna Multiwijaya Dosen Fakultas Hukum Universitas Trisakti
ABSTRAK
Perang terhadap Narkotika sudah dimulai sebelum adanya Konvensi Opium di Den Haag tahun 1912. Hal ini disebabkan adanya perbedaan pendapat antara Amerika dan Belanda. Amerika dan negara-negara Eropa menentang legalisasi opium untuk membeiayai Perang Dunia I sedang Belanda melegalkan hal tersebut guna mendukung perekonomian Belanda. Larangan mengkonsumsi Narkotika dimulai sejak dikeluarkannya Single Conventionon Narcotics Drugs 1961, berdasarkan Sidang PBB di New York 30 Maret 1961. Amerika mempelopori pelarangan penyalahgunaan narkotika dan memaksa mengkriminalisasikan pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika. Dasar Konvensi Tunggal Narkotika 1961 ini maka penyalahguna maupun pengedar dimasukkan ke dalam penjara. Namun hal ini gagal sebab penyalahguna makin meningkat bahkan banyak terjadi peredaran gelam narkotika. Pada tanggal 21 Febuari 1971 dalam Single Convention on Psychotropics Substainces di Wina, dan bahasan mulai dibahas pentingnya rehabilitasi kepada penyalahgunaan dengan mengganti hukuman penjara, pendidikan, after care maupun reintegrasi sosial. Tahun 1972 dilakukan amandemen terhadap Konvensi Tunggal Narkotika 1961 Geneva dengan Protokol 1971 ditanda tangani 25 Maret 1972.
Kata kunci: perlindungan hukum terhadap perempuan, KDRT
A. LATAR BELAKANG
Perlindungan Hukum terhadap anak merupakan upaya perlindungan terhadap kebebasan hak asasi anak (fundamental rights and freedom of children) yang merupakan penjabaran dari UUD 1945 dan Amandemen pada Pasal 28 B ayat (2) mengatur “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminatif”. Adapun yang dimaksud dengan
73 kekerasan berdasarkan Pasl 1 angka 15 a. UU No. 35 tahun 2014 merupakan “setiap perbuatan terhadap anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual dan/atau penelantaran termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum”.
Pengaturan ini lebih lanjut dijabarkan dalam UU No. 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No. 23 tahun 2002 dan UU No. 17 taun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Masalah perlindungan terhadap anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika memberikan jaminan atau perlindungan khususyang tertuang dalam peraturan perlindungana anak dalam UU No. 35 tahun2014. Ketentuan Pasal 59 ayat 2 UU No. 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, mengatur perlindungan khusus yang diberikan kepada anak antara lain anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika dam zat adiktif lainnya, dan sebagainya. Adapun bentuk perlindungan khusus yang diberikan pada anak korban penyalahgunaan narkotika sesuai Pasal 67 UU No. 35 tahun 2014 berupa melalui upaya pengawasan, pencegahan, perawatan dan rehabilitasi.
Peran masyarakat baik perorangan maupun kelompok, lembaga perlindungan anak ,lembaga kesejahteraan anak, organisasi kemasyarakatan, lembaga pendidikan, media masaa dan dunia usaha diharapkan berperan aktif dalam memberi perlindungan khussus terhadap anak, Pasal 72 UU No. 35 tahun 2014, antara lain:
a. “Memberikan informasi melalui sosialisasi dan edukasi mengenai hak-hak abak dan peraturan-peraturan tentang anak
b. Memberikan masukan mengenai kebijakan masalah perlindungan anak c. Melaporkan kepada pihak berwenang terjadinya pelanggaran hak anak d. Berperan aktif menghilangkan label negatif terhadap anak korban
74 e. Peran media massa melalui penyebaran informasi dan materi edukasi yang
bermanfaat dari aspek sosial, budaya, pendidikan, agama, dan kesehatan guna kepentingan anak
f. Peran dunia usaha diharapkan turut memberika kebijakan yang berprespektif anak, menciptakan produk yang amak bagi anak dan pemenuhan hak anak”.
Anak sebagai penyalahguna narkotika merupakan anak korban tindak pidana narkotika yang dilakukan oleh pengedar narkotika... Adapun yang dimaksud dengan korban menurut Maya Indah dalam bukunya Perlindungan Korban Suatu Perspektif Viktimologi dan Kriminologi merupakan “direct viktim of crime atau korban tindak pidana yang secara langsung dan korban tindak pidana yang secara tidak langsung (indirect victim of crime) baik secara individu maupun kolektif yang mengalami penderitaan baik fisik, mental maupun material serta mencakup korban dari penyalahgunaan kekuasaan1”.
Dalam hukum perlindungan anak secara normatif yang dimaksud anak ialah seorang anak yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sedangkan dalam Sistem Peradilan Pidana Anak No. 11 tahun 2012 (SPPA), anak mengelompokkan dalam Anak yang Berhadapan dengan Hukum terdiri anak yang berkonflik dengan hukum, anak menjadi korban tindak pidana dan anak menjadi saksi tindak pidana. Anak yang berkonflik dengan hukum adalah anak yag sudah berumur 12 tahun, tetapi belum berumur 18 tahun yang diduga melakukan tindak pidana/ Anak menjadi korban tindak pidana atau disebut anak korban merupakan anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang disebabkan tindak pidana. sedangkan anak anak yayang menjadi saksi tindak pidana ialah anak yang belum berumur 18 tahun yang dapat memberikan keterangan guna keperluan penyidikan, penuntutan dan
1 Maya Indah S. 2014, Perlindungan Korban Suatu Perspektif Viktimologi dan Kriminologi, Jakarta, Prenada Media, hal. 30
75 pemeriksaan do sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang didengar, dilihat, dan/atau dialaminya sendiri.
Dalam UU No. 35 tahun 2014 diatur dalam Pasal 76 J jo Pasal 89 yang mengatur ayat (1) “larangan dengan sengaja menempatkan, membiarkan, melibatkan, menyuruh melibatkan anak dalam penyalahgunaan, serta produksi dan distribusi narkotika dan/atau psikotropika dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 tahun dan paling lama 20 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 50.000.000 dan paling banyak Rp. 500.000.000,;
ayat (2) larangan dengan sengaja menenmpatkan, membiarkan, melibatkan, menyuruh melibatkan anak dalam penyalahgunaan, serta produksi dan distribusi alkholol dan zat adiktif lainnya ,dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 2 tahun dan paling lama 10 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 20.000.000 dan paling banyak Rp. 200.000.000,;
Walaupun aturan perlindungan anak sudah memberikan sanksi baik berupa pidana penjara maupun pembayaran denda, pada kenyataan tidak mengurangi tingkat anak sebagai penyalahgunaan narkotika. Guna mendukung dan memantau pelaksanaan dari perlindungan terhadap anak yang wajib dilakukan Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai Pasal 20 jo Pasal 23 UU No. 35 tahun 2014, khususnya masalah narkotika agar berjalan efekvitas maka Badan Anati Narkotika atau BNN menyambut baik pelaksanaan Perda di tiap daerah guna menjadi payung hukum untuk program P4GN. Dengan demikian maka nantunya tiap kabupaten/kota bisa membentuk Perda di timgkat II, sehingga desa memiliki dasar hukum dan kewajiban untuk melakukan pencegahan narkoba. Selain itu diharapkan pula semua pihak untuk berperan aktif dalam upaya pencegahan dan peredaran gelap narkotika di lingkungannya masing-masing2.
2. https//m.m.co/bandar lampung/daerah/629251/bnn-sambut-baik-atas-disetujuinya- raperda-tentang-p4gn-menjadi-perda, diunduh di Jakrta, 7 Agustus 2020, Jam 15.10 wib
76 B. PERTANYAAN PENELITIAN
Bagaimana pemberian perlindungan hukum terhadap anak korban penyalahgunaan narkotika (kajian Daerah Jawa Timur, Bali dan Jambi)
C. METODE PENELITIAN
Tipe penelitian adalah normatif yuridis. Menggunakan studi kasus hukum berupaa produk perilaku hukum. Dalam hal ini adalah studi kasus prilaku di daerah-daerah Jawa Timur, Bali dan Jambi yang sudah ditentukan. Dengan pokok kajian hukum adalah norma atau kaedah yang berlaku dalam masyarakat dan menjadi acuan perilaku setiap manusia. Difokuskan pada norma-norma atau kaedah hukum yang terdapat dalam UU No. 35 Tahun 2014, UU No 31 Tahun 2014, UU No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Perda Jawa Tinur Ini. 2 tahun 2014 tentang Sistem Penyelenggaraan Perlindungan Anak, Peraturan Gubernur No. 33 tahun 2018 tentang Peraturan Pelaksanaan Perda No. 2 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, Dinas atau Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Kependudukan (DP3AL), Perda Prov. Jawa Timur No. 13 tahun 2016 tentang Fasilitasi Pencegahan dan Penanggulangan Penyalah gunaan Narkotika, Perda Prov. Bali No. 6 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, Perda Prov. Bali No. 7 Tahun 2012 tentang Fasilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika, Perda Kota Jambi No. 5 tahun 2017 tentang Perlidungan Anak, , Perda Prov.
Jambi No. 7 tahun 2019 tentang Penyelenggaran Perlindungan Perempuan dan Anak, Perda Prov Jambi No. 2 tahun 2019 tentang Perubahan Atas Perda Prov. Jambi No. 5 tahun 2017 tentang Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya
D. PEMBAHASAN
1. Pemberian Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Penyalahgunaan Narkotika Wilayah Jawa Timur berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 2 tahun 2014 tentang Sistem Penyelenggaraan Perlindungan Anak, Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 33 tahun 2018 tentang Peraturan Pelaksanaan Perda No. 2 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, Dinas atau
77 Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan (DP3AK), Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No. 13 tahun 2016 tentang Fasilitasi Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba
Pengawasan terhdap penyalahgunaan narkoba dilakukan pula dengan melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai larangan penyalahgunaan dan dampak buruk penyalahgunaan narkoba. Sosialisasi dan edukasi ini dilakukan kepada ASN, Pejabat Publik, pelajar atau anak di bawah umur, mahasiswa, pekerja dan masyarakat umum. Adapaun sosialisasi dan edukasi dilakukan dengan cara melakukan pertemuan, pembinaan, kelompok masyarakat, melalui media cetak. Media elektronik, media sosial dan/atau media online (Pasal 8)
Sosialisasi dan edukasi kepada pelajar dan mahsiswa dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan instansi vertikal, perguruan tinggi, dan/atau instansi lainnya. Cara ini dilakukan dengan memasukan dalam kurikulum terintegrasi dan/atau bentuk kegiatan lainnya (Pasal 10). Pada masyarakat umum, sosialisasi dan edukasi dilakukan dengan cara melakukan kampanye, penyebaran informasi dan/atau menggerakkan partisipasi masyarakat untuk melwan penyalahgunaan narkotiba (Pasal 12). Guna menanggulangi penyalahgunaan narkoba dalam pelajar dan mahasiswa, Pemerintah Daerah Jawa Timur mewajibkan setiap satuan Pendidikan dan perguruan tinggi wajib melakukan pemeriksaan narkoba terhadap pelajar dan mahasiswa. Pemeriksaan tsb dilakukan di Rumah Sakit Provinsi dan rumah sakit lainnya yang ditunjuk Gubernur bekerja sama dengan instansi vertikal yang berwenang . Terhadap pelajar dan mahasiswa dari hasil pemeriksaan terindikasi narkoba positip diberikan penangan khusus dengantidakb mengurangi haknya untuk mendapatkan pendidikan (Pasal 14).
Langkah penanggulangan yang diambil menggunakan sesuai semangat UU No. 35 tahun 2014 Pasal 4 yang memebrikan rehabilitasi. Dalam Peraturan Daerah Jawa Timur No. 13 tahun 2016, maka langkah penanggulangan, bagi pecandu, penyalahguna dan korban penyalahgunaan narkoba yaitu memberikan rehabilitasi (Pasal 18). Dengan dasar tsb maka pada Peraturan Daerah memberikan perlindungan dalam rangka penanggulangan penyalahguna dan korban penyalahgunaan Narkoba
78 termasuk pelajar atau anak dan mahasiswa serta lainnya dilaksanakan penanganan dengan melalui fasiliats rehabilitasi medis oleh Rumah Sakit Provinsi yang ditunjuk oleh Gubernur. Selain itu dapat juga bekerja sama dengan instansi vertikal dan/ayau lembaga-lembaga swasta (Pasal 19 Perda Provinsi Jawa Timur No. 13 tahun 2016).
Guna agar penanggunlangan pencegahan penyalahgunaan narkoba efektif maka Pemerintah Daerah pun mengajak peran serta masyarakat untuk melaporkan jika mengetahui adanya dugaan pecandu atau korban penyalahgunaan narkoba, dengan membentuk wadah partisipasi masyarakat sehingga tumbuh kesadaran masyarakat mengenai dampak penyalahgunaan anrkoba, juga menciptkan lingkungan yang kondusif bagi mantan penyalahguna dan keluarganya (pasal 23). Hal ini dilakukan dengan membentuk dorum komunikasi, pusat pelaporan dan informasi, pusat layanan konseling serta wadah ain sesuai kebutuhan (Pasal 24).
Partisipasi orangrua dalam memberikan perlindungan kepada anak yang belum cukup umur yang menjadi penyalahguna narkoba dimana orangtua diharapkan berperan aktif elaporkan kepada Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), rumah sakit, dan/atau Lembaga rehabilitasi untuk mendapat pengobatan dan perawatan. Bagi pecandu narkoba yang sudah cukup umur wajib melaporkan diri atau dilaporkan keluarga kepada pejabat yang diunjuk pemerintah agar mendapatan pengobatan dan/atau perawatan (Pasal 25).
Selain memberikan perlindungan khusus berupa upaya rehabilitasu medis bagi penyalahgunaan narkotika baik kepada pelajar, mahasiswa ataupun kelompok lain yang menjadi penyalahgunaan narkoba, maka Pemerintah memberikan sanksi kepda pelanggar yang tidak elaporkan adanya dugaan penyalahgunaan narkoba.
DAlam Pasal 27 Perda Jawa Tmur nO. 13 tahun 2016 sanksi administrasi dapat diberikan kepada satuan Pendidikan, BUMD, badan usaha milik swasta dan pemilik an/atau peanngungjawab hotel/pengginapan, tempat hiburan, rumah kos/tempat pemondokan, apartemen dan tempat ibadah. SAnksi tersebut dapat berupa teguran lisan, teguran tertulis, denda andministrasi, paksaaan pemerintahan, uang paksam pembekuan ijin dan pencabutan ijin usaha (Pasal 27)
79 2. Pemberian Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Penyalahgunaan
Narkotika Peraturan Daerah Bali No. 6 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 7 tahun 2017 tentang Fasilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika
Perda Bali No.7 tahun 2017, upaya pencegahan penyalahgunaan narkotika dilakukan dengan meliputu pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier (Pasal4). Adapun pencegahan primer dilakukan antara lain dengan melakukan pembangunan berwawasan anti narkotika dengan sosialisasi pencegahan penyalahgunaan narkotika, memberikan informasi kepada masyarakat akan bahaya penyalahgunaan narkotika dan peredaran gelap narkotika, memfasilitasi upaya khusus rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial bagi pemakai dan penyalahguna narkotika, peningkatan peran aktif masyarakat, desapakraman untuk ikut mencegah penyalahgunaan narkotika dan memberikan penanaganan khusus terhadap pemakai pemula narkotik (pasal 5). Upaya sekunder dalam Pasal 6 Perda BBali No.7 tahun 2017 dengan melakukan upaya penangan terhadap pengguna agar lepas dari ketergantungan narkotika dengan menggunakan metode, tehnik dan pendekatan secara professional. Pada pencegahan tersier digunakan merupakan upaya pencegahanterhadap pennguna yang sudah pulih setelah menjalani Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi sosialagar tidak menggulangi dan/atau ketergantungan kembali terhadap narkotika (Pasal 7 ). Cara melakukan pencegahan dengan melibatkan keluarga, satuan Pendidikan, masyarakat, organisasi kemasyarakatan, instansi Pemerintah Provinsi, instansi Pemerintah Kaupaten/Kota, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota serta media massa dan tempat ibadah (Pasal 8).
Dalam rangka melakukan pencegahan terjadinya penyalahgunaa narkotika dan peredaran gelap narkotika maka Pemerintah Daerah Bali juga melibatkan peran serta masyarkat. Masyrakat mempunyai hak dan tanggungjawab dalam upaya pencegahan narkotika dengan memberikan laporan dugaan adanya tindak pidana.
narkotika dan prekusor narkotika kepada penegak hukum ataupun BNN dan melaporkan kepada pejabat yang berwenang apabila mengetahui adanya penyaahgunaan narkotika dan prekusor narkotika serta diberikan perlindungan
80 hukum pada saat yang bersangkutan melaksanakan haknya memberikan informasi adanya dugaan penyalahgunaan narkotika dan prekusor narkotika atau diminta hadir dalam proses peradilan (Pasal 36).
Penanganan penyalahgunaan narkotika guna memberikan perlindungan hukum pada pemakai dan penyalahguna maka Pemerintah Bali mengutamakan melakukan rehablitasi. Rehabilitasi diutamakan dengan cara atau diharapkan bagi Penyalahguna Narkotika yang sudah cukup umur atau keluarga dan orang tua atau wali dan penyalahguna Narkotikayang belum cukup umur berkewajiban segera melaporkan pada IPWL. Tujuan agar penylaahguna segera melaporkan diri bahwa sebagai penyalahguna atau ketergantungan agar penyalahguna segera mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
Penyalahguna yang telah melapor akan diberikan kartu lapor diri setelah menjalani assement dan ditempatkan pada lembaga rehabilitasi dan ini berlaku untuk dua atau 2 kali perawatan. sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 22 dan Pasal 28 Perda Prov. Bali).
3. Peraturan Daerah Kota Jambi No. 5 tahun 2017 tentang Perlindungan Anak, Perda Prov. Jambi No.7 tahun 2019 tentang Penyelengaraan Perlindugan Perempuan dan Anak, Peraturan Daerah Provinsi Jambi No. 2 tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Jambi No. 5 tahun 2017 tentang Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya
Assement yang dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan psikis dari penyalahgunanarkotikaagar memperoleh Riwayat keshatan, raiyat penggunaan narkotika, Riwayat pengobatan dan perawatan Riwayat keterlibatan dalam tinak criminal, Riwayat psikiatris, Riwayat keluarga dan sosial penyalahguna narkotika. Sedangkan cara rehabilitasi disepakatti oleh penyalahguna narkotika, dan/atau orangtua/wali/keluarga penyalahguna narkotika dan pimpinan IPWL. (Pasal 25 jo Pasal 27 ). Rehabilitasi dilakukan meliputi Tindakan medik untuk melepaskan pengguna dari ketergantungan terhadap narkotika, Tindakan terapi guna melepaskan penyalahguna dari kelebihan dosis dan gejala putus zat, Tindakan untuk
81 mengatasi keracunan/intokdikasi akut dari narkotika dan tindakan pasca rehabilitasi berupa pemulihan secara terpadu baik secra fisik, mental maupun sosial (Pasal 26).
Penanganan pencegahan penyalahgunaan narkotika dilakukan pula melalui media massa di Daerah dengan cara antara lain melakukan kampanye an penyebaran informasi mengenai bahaya penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya, menolak pemberitaan, artikel, tayanagn yang dapat memicu terjadinya penyalahgunaan narkotika , psikotropika dan zat akitif lainnya, melakukan peliputan kegiatan yang berkaitan dengan pencegahan peanggulangan terhadap penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. (Pasal 24).
Sedangkan bantuan temat ibadah diharapkan memberikan ceramah berupa masukan larangan dan bahayanya penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. (Pasal 25).
Terhadap penyalahguna narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya, maka penanganan dilakukan dengan memberikan rehabilitasi medis dan rehabilitas sosial.
Adapun caranya mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitas medis dan rehabilitasi sosial, pecandu narkotika yang sudah cukup umur atau keluarga dan/atau orangtua atau wali dari pecandu yang belum cukup umur wajib melaporkan kepada IPWL. Bagi pecandu yang telah melapor dri diberikan kartu lapor diri setelah menjalani assement dan kartu tsb berlaku untuk dua kali perawatan.
Apabila pecandu narkotika yang sedang dalam pengobatan/perawatan di rumah sakit/fasilitas pelayananlainnya wajib melaporkan diri kepada IPWL. Adapun assement dilakukan guna melihat tingkat atau kondisi pecandunarkotika, Riwayat Kesehatan, Riwayat openggunaan narkotika, riwauyat psikiatris, keterlibatan pada tinak kriminalitas, Riwayat keluarga dan sosial pecandu. Assement untuk tujuan medis dan sosial dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan psikis pecandu narkotika (Pasal 28, Pasal 29 dan Pasal 30).
Penanaganan terhadap penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainhya dilaksanakan melalui rehabilitasi. Adapun tujunnya untuk melepaskan pengguna dari ketergantungan narkotika, sikotropika dan zat adiktif lainnya, melepaskan pecandu ari kelebihan dosis dan gejalaputus zat, megatas keracunan atau
82 indikasi akut darinnarkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya, dan Tindakan pascadetoksifikasi berupa pemulihan secara terpadu baik secara fisik, mental maupun sosial, Guna mencapai tujuan rehabilitasimaka pemerintah dalap melakukan upaya dengan meningkatkan kesadaran masayarakat untuk melaksanakan wajib lapor agar mendapat ehabilitasi, menyelenggarakan pelayanan rehabilitasimedis dan rehabiltasi sosial, meningkatkan kapasitas Lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial dengan skala priositas berdasar kerawanan daerah penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya, meningkatkan pembinaan kepada mantan penyalahgunaan dan pecandu narkotika, psikotroika dan zat adiktif lainnya (Pasal 32).
Tempat rehabilitasi ditempatkan pada Lembaga rehabilitasi medis dan/atau rehabilitasi sosial setelah proses assement. Bagi pecandu narkotika , psikotropika an at adiktif lainnya yang telah menjalani rehabilitasi dilakukan pebinaan dan pengawasan serta pendampingan berkelanjutan dengan mengikutsertakan masyarakat. Hal ini dilakukan untuk memeberikan motivasi bagi pecandu pasca rehabilitasi untuk menggali potensidiri, meningkatkan kepercayaan diri, dan membangun masa depan lebih baik (Pasal 33, Pasal 36 dan Pasal 37).
Pada Perda Jambi No. 5 tahun 2017 memuat pula sanksi administras kepada badan usaha yang tidak memenuhi kewajiban yang diatur dalam Pasal 24 dengan memberikan sanksi administrasi. Adapun sanksi teb berupa teguran lisan dan tetulis, penghentian sementara kegiatan, denda administrasi dan pencabutan ijin usaha E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian Perlindungan hukum kepada anak penyalahguna narkotika baik berdasarkan UU No. 35 tahun 2014 maupun UU No. 11 tahun 2012 anak sebagai korban tindak pidana khususnya penyalahgunaan narkotika wajib diberikan rehabilitasi edis maupun rehabilitasi sosial. Pemerintah Daerah Jawa Timur, Bali mapun Jambi dalam peraturan daerahnya mengikut sertakan satuan Pendidikan guna dapat menjangkau pelajar maupun mahasiswa ke dalam kurikulum Pendidikan. Selain itu
83 mewajibkan pelajar dan mahasiswa untuk melakukan test penyalahgunaan narkotika.
Jika hasil test menunjukkan adanya indikasi positip penyalahgunaan narkotika maka kepada pelajar dan mahasiswa dengan tidak mengurangi haknya mendapat pendidikan diberikan pengoobatan dan perawatan berupa rehabilitasi medis dan sosial kepada Lembaga rehabilitasi dan rumah sakit yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah. Selain itu diharapkan kesadaran kepada orantua /wali dan/atau keluarga agar melaporkan diri jika memiliki anak dibawa umur yang menjadi penyalahguna narkotika agar segera mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan berupa rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
Saran
Pemenuhan hak dari korban penyalahgunaan narkotika harus diperhatikan dan dapat dilaksanakan dengan baik. Selain itu diberikan adanya pemahaman yang sama terhadap semua pihak yang melakukan tugas dan kewenangan dalam menangani kasus penyalahgunaan narkotika dengan memberikan fasilitas rehabilitasi baik medis dan sosial.Guna dapat terwujud tujuan mencegah penyalahgunaan narkotika maka ditingkat Lembaga-lembaga atau tempat-tempat. Rehabilitasi medis maupun sosial serta rumah sakit yang menjalankan tugas pencegahan dan peannggulangan penyaahgunaan.
Dengan demikian maka anak sebagai generasi penerus dapat terlindung. Selain itu diharapkan bagi Pemerintah Daerah untuk melakukan berbagai upaya seperti kampanye, sosialisasi dan edukasi terhadap bahaya dan dampak penyalahgunaan narkotika
DAFTAR PUSTAKA
Adi Koesno, 2015, Diversi Tindak Pidana Narkotika Anak, Malang, Setara Press.
Djamil Nasir, 2013, Anak Bukan Untuk Dihukum, Jakarta, Sinar Grafika
Gosita Arif. Masalah Korban Kejahtan 2004, Jakarta, Bhuana Ilmu Populer, hal. 64.
Humas BNN, 26 Juni 2019, WOW!! Heru Winarko Beberkan Fakta Terbaru Angka Penyalahgunaan Narkotika, Jakarta, 10 Agustus 2020 Pukul 10.00 wib
84 Indah Maya, 2014, Perlindungan Korban suatu Perspektif Viktimologi dan Kriminologi,
Jakarta, Pernada Media
Iskandar A. 2018, Penegakan Hukum Narkotika, Jakarta, PT Elek Media Komputindo Iskandar A, 2020, Politik Hukum Narkotika, Jakarta, Elek Media Komputindo
Moleong J. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, 2009, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Muladi, Hukum Pidana dan Perlindungan Bagi Korban Kejahatan, 2014, Jurnal Perlindungan, Edisi 4 Vol. 1 ,Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban, hal. 7 Muzzakir. 23-27 Febuari 2014, Perkembangan viktimologi dan hukum pidana. Makalah
disampaikan pada “pelatihan hukum pidana dan kriminologi”, Yogyakarta, kerjasama FH UGM dan MAHUPIKI.
Nashriana, 2019, Perlindungan Hukum Piana Bagi Anak di Indonesia, Jakarta, Raja Grafinndo
Nawawi Badra, 1994, Kebijakan Legislatif Dalam Penanggulangan Kejahatan Dengan Pidana, Semarang, UNDIP.
Prasetyo. T. 2005, Politik Hukum Pidana, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, hal.119
Puslitdatin, 12 Aguatus 2017, Penggunaan Narkotika Di Kalangan Remaja, Jakarta, BNN RI, Jakarta diunduh 7 Agustus 2020, Pukul 12.00 wib
Simorangkir JCT, 2008, Kamus Hukum, Jakarta, Sinar Grafika.
Susanto. I.S Kejahatan Korporasi, 1995, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang
Undang-Undang RI No. 17 tahun 2016 tentang Perubahan KeduaAtas UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, 2017, Bandung, Citra Umbara
UNICEF, 2003, Pengertian Konvensi Hak Anak, Jakarta, Harapan Prima
Umbreit. S. Mark, 1994 Victim meets offender: the impact of restorative justice and mediation, NY, Willow Tree Press, Inc,
Van Ness Daniel Restorative justice and International Human Rights. Di dalam Joe Hudson dan Burt Galaway (1996), Restorative justice (Iilonois: Charles C Thomas Publisher)
85 Artikel
https://voi.id/tulisan-seri/2941/asal-muasal-uu-narkotika-di-indonesia-dan-segudang- masalah-di-baliknya, Jakarra, diunduh tgl 7 Agustus Jam 18.00 wib
http://tiras.id/anang-iskandar-tujuan-uu-narkotika-dan-jaminan-penyalahguna-dihukum- direhabilitasi, Jakarta diunduh 9 agustus 2020 Jam 11.30 wib
http://m.rri.co.id/bandar-lampung/daerah/629251/bnn-sambut-baik-atas-disetujuinya- raperda-tentang-p4gn-menjadi-perda, Jakarta, diunduh 9 agustus 2020 jam 12.00 wib
Paraturan-Peraturan
Undang-Undang RI No. 17 tahun 2016 tentang Perubahan KeduaAtas UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, 2017, Bandung, Citra Umbara
Undang-Undang No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No. 13 tahun 2016 tentang Fasilitasi Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba,
Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 7 tahun 2017 tentang Fasilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika
Peraturan Daerah Provinsi Jambi No. 2 tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Jambi No. 5 tahun 2017 tentang Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya,