• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum tentang Kedudukan Hukum. Hukum dari segi etimologi memiliki makna sebagai berikut: 5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum tentang Kedudukan Hukum. Hukum dari segi etimologi memiliki makna sebagai berikut: 5"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Kedudukan Hukum

Hukum dari segi etimologi memiliki makna sebagai berikut:5 1. Hukum

Kata hukum berasal dari bahasa Arab dan merupakan bentuk tunggal. Kata jamaknya adalah “Alkas” yang selanjutnya diambil alih dalam bahasa Indonesia menjadi “Hukum”. Di dalam pengertian hukum terkandung perngertian bertalian erat dengan pengertian yag dapat melakukan paksaaan.

2. Recht

Berasal dari bahasa latin yakni “Rectum” yang mempuyai arti bimbingan atau tuntutan, atau pemerintahan. Bertalian dengan Rectum dikenal “Rex” yakni orang yang pekerjaannya memberikan bimbingan atau memerintah.

3. Ius

Berasal dari bahasa latin “Iubere” yakni mengatur atau memerintah.

Perkataan mengatur atau memerintah itu mengandung serta berpangkal pokok pada kewibawaan. “Iubere” bertalian erat dengan

“Iustitia” atau keadilan yang mempunyai tiga unsur yaitu wibawa, keadilan dan tata kedamaian.

4. Lex

Berasal dari bahasa latin “Lesere” yakni mengumpulkan orang- orang untuk diberi perintah. Maka terkandung didalamnya bahwa adanya hukum ialah wibawa atau otoritas.

Dalam definisi hukum yang diberikan oleh para ahli hukum antara lain:6 1. Leon Duquit

Hukum adalah aturan tingkah laku para anggota masyarakat,aturan yang daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan bersama dan jika dilanggar menimbulkan reaksi bersama terhadap orang yang melakukan pelanggaran tersebut.

2. Imanuel Kant

Hukum adalah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang lain, menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan.

5 Soeroso. 2016. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta. Sinar Grafika. Hal 24-25.

6 Hartini Rahayu. 2018. Hukum Komersial. Malang. UMM Press. Hal 2-3 .

(2)

3. S.M. Amin, S.H

Hukum adalah kumpulan-kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma-norma dan sanksi-sanksi dan tujuan hukum adalah mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara.

4. M.H. Tirta Atmidjaja, S.H

Hukum adalah semua aturan atau norma yang harus dituruti dalam tingkah laku tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian, jika dilanggar aturan-aturan itu akan membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya orang akan kehilangan kemerdekaannya, didenda, dan sebagainya.

Begitu juga mengenai pengertian atau definisi hukum menurut masyarakat, hal ini dapat dilihat dari sudut pandangnya masing-masing, misalnya:7

1. Hukum dalam arti pengetahuan adalah ilmu pengetahuan yang merupakan karya manusia yang berusaha mencari kebenaran tentang sesuatu yang memiliki ciri-ciri: sistematis, logis, empiris, metodis, umum dan akumulatif. Oleh karena itu sebagai ilmu pengetahuan hukum dengan ciri-cirinya berusaha mempelajari sistematika hukum dan kaidah-kaidah.

2. Hukum dalam arti ketentuan oleh pemerintah, melalui peraturan tertulis yang dibuat oleh pemerintah, melalui badan-badan yang berwenang membentuk berbagai peraturan tertulis.

3. Hukum dalam arti petugas, yakni pribadi yang berkecimpung secara langsung dengan penegakan hukum yang berwujud polisi, jaksa, hakim, pengacara dan lain sebagainya.

4. Hukum dalam arti tata hukum. Tata hukum sering disebut dengan hukum positif adalah hukum yang pada suatu tempat pada saat tertentu. Umpamanya, hukum yang saat ini berlaku di Indonesia.

5. Hukum dalam arti sikap tindak yaitu hukum sebagai perilaku yang ajeg atau sikap tindak yang teratur atau yang ialah arti tata hukum.

lata hukum sering disebut dengan atau yang diulang-ulang dengan cara yang sama yang bertujuan mencari mencapai kedamaian.

6. Hukum dalam arti jalinan nilai. Disini hukum merupakan penjabaran yang konkrit dari nilai yang hidup di masyarakat, yang biasanya diusahakan ada keserasian nilai-nilai yang berpasangan, misalnya nilai ketertiban dan ketentraman.

7. Hukum dalam arti kaedah atau norma. Sebagai kaedah atau norma.

Hukum dapat dirumuskan sebagai himpunan petunjuk hidup atau pedoman perilaku yang pantas atau diharapkan. Di sini hukum bermaksud mengatur tata tertib mayarakat, oleh karena itu maka ketika petunjuk hidup tersebut yang berisi perintah dan larangan dilanggar ini dapat menimbulkan tindakan pemerintah atau penguasa masyarakat.

7 Ibid.

(3)

8. Hukum dalam arti disiplin hukum yakni melihat hukum sebagai gejala dan kenyataan yang ada di tengah masyarakat yang dimaksud disiplin adalah sistem ajaran mengenai hukum dalam gejala-gejala yang dihadapi. Menurut Wolfgang Freidmann, disiplin hukum ini mencakup: politik hukum, filsafat hukum dan ilmu hukum.

Berdasarkan hal di atas, maka apa yang disebut sebagai Hukum itu terdiri dari 4 unsur:8

1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat.

2. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwenang 3. Peraturan itu bersifat memaksa, artinya bahwa setiap orang harus

patuh atau taat kepada hukum sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.

Suatu unsur pokok dalam hukum ialah bahwa hukum itu adalah sesuatu yang berkenaan dengan manusia.9 Artinya, hukum itu baru dibutuhkan dan di jumpai dalam suatu pergaulan hidup manusia. Ketentuan atau kaidah yang merupakan bagian penyusunan hukum dalam suatu perjanjian diperlukan suatu kata sepakat antara mereka yang mengadakan perjanjian; sekali terdapat perjanjian, maka mereka terikat satu sama lain untuk memenuhi isi perjanjian itu dan fungsinya ialah memperoleh tata tertib dalam hubungan antara manusia.10

Tetapi ada faktor lain selain dari pada tata tertib yang terdapat dalam hukum ialah keadilan, suatu sifat khas pada hukum yang tidak terdapat ketentuan-ketentuan lainnya yang bertujuan mencapai tata tertib. Jadi hukum itu berkenaan dengan kehidupan manusia, ialah manusia dalam hubungan antar manusia untuk mencapai tata tertib di dalamnya berdasarkan keadilan. Berhubung pusatnya hukum letaknya pada manusia,

8 Ibid.

9 Kartohadiprodjo Soediman. 1987. Pengantar Tata Hukum Indonesia. Jakarta. Ghalia Indonesia.

Hal 17.

10 Ibid. Hal 18-19.

(4)

maka kita hendaknya lebih mendekati “manusia" ini, istimewa dalam hubungannya dengan manusia lainnya.11

Mengenai kedudukan hukum, kata “kedudukan” itu sendiri ialah sebuah status, baik yang ditujukan untuk seseorang, tempat maupun benda.

Kedudukan ialah sebuah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial atau dapat diartikan sebagai posisi jabatan seseorang dalam sebuah kekuasaan. Biasanya kedudukan hukum dapat ditunjukkan dengan cara berikut:

1. Suatu pihak secara langsung dirugikan oleh undang-undang atau tindakan yang menjadi permasalahan, dan kerugian ini akan terus berlanjut kecuali jika pengadilan turun tangan dengan memerintahkan pemberian kompensasi, menetapkan bahwa hukum yang dipermasalahkan tidak berlaku untuk pihak tersebut atau menyatakan bahwa undang-undang tersebut batal demi hukum.

2. Pihak penuntut tidak dirugikan secara langsung, tetapi mereka memiliki hubungan yang masuk akal dengan situasi yang menyebabkan kerugian tersebut dan jika dibiarkan kerugian dapat menimpa orang lain yang tidak dapat meminta bantuan dari pengadilan. Di Amerika Serikat, landasan ini digunakan untuk meminta agar suatu undang-undang dibatalkan karena telah melanggar Amendemen Pertama Konstitusi Amerika Serikat.

3. Suatu pihak diberi kedudukan hukum oleh suatu undang-undang. Di Amerika Serikat, beberapa hukum lingkungan mengizinkan

11Ibid. Hal 19.

(5)

penuntutan terhadap perusahaan yang mencemari perairan tanpa izin federal, bahkan jika pihak yang menuntut tidak dirugikan oleh polusi tersebut.

B. Tinjauan Umum tentang Azas Keadilan

Asas pada hukum merupakan dasar yang melatarbelakangi suatu peraturan yang sifatnya konkrit serta terkait bagaimana hukum itu dapat terlaksana dan dipedomani. Pada peraturan perundang-undangan juga tidak boleh bertentangan dengan asas dalam hukum.12 Pengertian asas menurut pendapat Sudikno Mertokusumo bahwa asas hukum bukan merupakan hukum konkrit melainkan pikiran dasar yang umum dan abstrak. Asas hukum sebagai latar belakang peraturan konkrit yang terdapat di dalam dan di belakang setiap sistem hukum yang terjelma dalam peraturan perundang- undangan serta putusan hakim yang merupakan hukum positif dan dapat ditemukan dengan mencari sifat-sifat atau ciri-ciri yang umum dalam peraturan konkrit tersebut.13

Keadilan dengan kata dasar “Adil” berasal dari bahasa Arab yaitu berada di tengah-tengah, jujur, lurus, dan tulus. Pada terminologisnya, ialah sikap yang bebas dari diskriminasi dan ketidakjujuran. Orang yang adil adalah orang sesuai dengan standar hukum baik hukum agama, hukum positif (hukum negara), serta hukum sosial (hukum adat) yang berlaku.

Dalam Al-Qur’an, kata ‘adil disebut qisth (QS. Al Hujurat 49: 9).

Keberpihakan karena faktor tidak didasarkan pada kebenaran dalam Al-

12 Astuti Dewi. 2012. Pengantar Ilmu Hukum. Malang. Bayumedia Publishing. Hal 77.

13 Mertokusumo Sudikno. 2010. Mengenal Hukum (Suatu Pengantar). Yogyakarta. Universitas Atma Jaya. Hal 43.

(6)

Qur’an disebut sebagai keberpihakan yang tidak bermoral dan dilarang keras (QS. An-Nisa’4:135). Maka, Allah sangat jelas menegaskan bahwa kebencian terhadap suatu kelompok/golongan, atau individu, seharusnya tidak menjadi kekuatan pendorong untuk bertindak tidak adil (QS. Al Maidah 5: 8). Adapun pengertian keadilan menurut para ahli:14

1. Menurut Aristoteles, menyatakan bahwa keadilan ialah sebuah tindakan yang terletak diantara memberikan terlalu banyak dan juga sedikit yang bisa diartikan ialah memberikan sesuatu kepada setiap orang yang sesuai dengan memberi apa yang menjadi haknya.

2. Menurut Frans Magnis Suseno, menyatakan bahwa keadilan yaitu suatu keadaan antar manusia yang diperlakukan dengan sama, yang sesuai dengan hak dan kewajibannya masing-masing.

3. Menurut Thomas Hubbes, menyatakan bahwa keadilan yaitu sesuatu perbuatan yang dikatakan adil jika sudah didasarkan pada suatu perjanjian yang telah disepakati.

4. Menurut Plato, menyatakan bahwa keadilan ialah diluar suatu kemampuan manusia biasa yang mana suatu keadilan tersebut hanya ada di dalam sebuah hukum dan juga perundang-undangan yang dibuat oleh para ahli.

5. Menurut W.J.S Poerwadarminto, menyatakan bahwa keadilan yaitu tidak berat sebelah yang artinya seimbang, dan yang sepatutnya tidak sewenang-wenang.

6. Menurut Notonegoro, menyatakan bahwa keadilan yaitu suatu keadaan yang dikatakan adil jika sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Berikut ini terdapat beberapa macam-macam keadilan, terdiri atas:

1. Keadilan Komutatif (Iustitia Commutativa)

Keadilan komutatif adalah perlakuan terhadap seseorang degan tidak melihat jasa-jasa yang telah diberikan. Keadilan yang memberikan kepada masing-masing orang apa yang menjadi bagiannya, dimana yang diutamakan adalah objek tertentu yang merupakan hak dari

14Dosen Pendidikan. Pengertian Keadilan Menurut Para Ahli.

https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-keadilan/. Diakses tanggal 28 Maret 2022.

(7)

seseorang. Keadilan komutatif berkenaan dengan hubungan antar orang/antar individu maka ditekankan agar prestasi sama nilainya dengan kontraprestasi. Adil ialah apabila setiap orang diperlakukan sama tanpa memandang kedudukan dan sebagainya.15

2. Keadilan Distributif (Iustitia Distributiva)

Keadilan distributif adalah keadilan yang Keadilan distributif berkenaan dengan hubungan antara individu dan masyarakat/negara.

Di sini yang ditekankan bukan asas kesamaan/kesetaraan (prestasi sama dengan kontra prestasi). Melainkan, yang ditekankan adalah asas proporsionalitas atau kesebandingan berdasarkan kecakapan, jasa, atau kebutuhan.16 Prinsip spesifik keadilan distributif adalah prinsip desertn yakni didasarkan pada: (1) Kontribusi, yaitu seseorang mendapatkan imbalan atas hasil kerjanya berdasarkan pada kontribusi (sumbangsihnya) terhadap produk-produk sosial; (2) Kerja keras, yaitu seseorang dihargai hasil kerjanya atas upaya kerja keras yang dilakukannya selama ia melakukan pekerjaan-pekerjaannya; (3) Kompensasi, yaitu seseorang dihargai hasil kerjanya atas pengorbanan- pengorbanan yang diberikannya.17

15 I Gde Suranaya Pandit. Konsep Keadilan dalam Persepsi Bioetika Administrasi Publik. Jurnal Administrasi Publik. Hal 16.

16 Soeroso. 2016. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta. Sinar Grafika. Hal 64.

17 Yohanes Budiarto, Rani Puspita Wardani. 2005. Peran Keadilan Distributif, Keadilan Prosedural Dan Keadilan Interaksional Perusahaan Terhadap Komitmen Karyawan Pada Perusahaan (Studi Pada Perusahaan X). Jurnal Psikologi Vol. 3 No. 2. Hal 114.

(8)

3. Keadilan legal (Iustitia Legalis)

Keadilan legal adalah keadilan berdasarkan undang-undang. Yang menjadi objek dari keadilan legal adalah tata masyarakat. Tata masyarakat itu dilindungi oleh undang-undang. Tujuan keadilan legal adalah terwujudnya kebaikan bersama (bonum commune). Keadilan legal terwujud ketika warga masyarakat melaksanakan undang-undang, dan penguasa pun setia melaksanakan undang-undang itu.18

4. Keadilan Vindikatif (Iustitia Vindicativa)

Keadilan vindikatif adalah keadilan yang memberikan kepada masing- masing orang hukuman atau denda sebanding dengan pelanggaran atau kejahatan yang dilakukannya.19 Setiap warga masyarakat berkewajiban untuk turut serta dalam mewujudkan tujuan hidup bermasyarakat, yaitu kedamaian, dan kesejahteraan bersama. Apabila seseorang berusaha mewujudkannya, maka ia bersikap adil. Tetapi sebaliknya, bila orang justru mempersulit atau menghalangi terwujudnya tujuan bersama tersebut, maka ia patut menerima sanksi sebanding dengan pelanggaran atau kejahatan yang dilakukannya.

5. Keadilan Kreatif (Iustitia Creativa)

Keadilan kreatif adalah keadilan yang memberikan kepada masing- masing orang bagiannya, yaitu berupa kebebasan untuk mencipta sesuai

18 Artikelsiana. Pengertian Keadilan dan Macam Keadilan. https://artikelsiana.com/pengertian- keadilan-macam-macam-keadilan/. Diakses Tanggal 23 April 2022.

19 Ibid.

(9)

dengan kreativitas yang dimilikinya. Keadilan ini memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk mengungkapkan kreativitasnya di berbagai bidang kehidupan.20

6. Keadilan Protektif (Iustitia Protectiva)

Keadilan protektif adalah keadilan keadilan dengan memberikan penjagaan atau perlindungan kepada pribadi-pribadi dari tindak sewenang-wenang oleh pihak lain.21 Menurut Montesquieu, untuk mewujudkan keadilan protektif diperlukan adanya tiga hal, yaitu tujuan sosial yang harus diwujudkan bersama, jaminan terhadap hak asasi manusia, dan konsistensi negara dalam mewujudkan kesejahteraan umum.

7. Keadilan Sosial

Keadilan yang pelaksanaannya tergantung dari struktur proses ekonomi, politik, sosial, budaya dan ideologis dalam masyarakat. Maka struktur sosial adalah hal pokok dalam mewujudkan keadilan sosial.

Keadilan sosial tidak hanya menyangkut upaya penegakan keadilan- keadilan tersebut melainkan masalah kepatutan dan pemenuhan kebutuhan hidup yang wajar bagi masyarakat.22

20 I Gde Suranaya Pandit. Konsep Keadilan dalam Persepsi Bioetika Administrasi Publik. Jurnal Administrasi Publik. Hal 16.

21 Ibid. Hal 16-17.

22 Ibid. Hal 17.

(10)

C. Tinjauan Umum tentang Ketenagakerjaan

Lahirnya hukum ketenagakerjaan ialah dari adanya pemikiran untuk memberi perlindungan bagi para pihak terutama pekerja sebagai pihak yang lemah serta mengenai keadilan sosial dalam hubungan kerja diantara para pihak yang memiliki persamaan dan perbedaan yang cukup besar. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesusah masa kerja. Sedangkan pengertian dari tenaga kerja itu sendiri ialah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa untuk memenuhi kebutuan sendiri maupun untuk masyarakat. Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh.

Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa pembangunan ketenagakerjaan berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 serta diselenggarakan atas asas keterpaduan dengan melalui koordinasi fungsional lintas sektoral pusat dan daerah, dimana pembangunan tersebut bertujuan untuk:

1. Mendayagunakan serta memberdayakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi;

2. Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah;

3. Memberi perlindungan pada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan;

4. Meningkatkan kesejahteraan bagi tenaga kerja dan keluarganya.

(11)

Terdapat pengertian-pengertian dalam hukum perburuhan, yaitu sebagai berikut:23

1. Menurut Neh Van Esveld, hukum perburuhan ialah pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja yang melakukan pekerjaan atas tanggung jawab dan resiko sendiri yang mengandung arti bahwa hukum perburuhan tidak hanya hubungan kerja saja, melainkan juga termasuk pekerjaan di luar hubungan kerja.

2. Menurut Molenaar, hukum perburuhan ialah bagian dari hukum yang mengatur hubungan antara buruh dengan majikan, antara buruh dengan buruh dan antara buruh dengan penguasa.

3. Menurut Soetikno, hukum perburuhan ialah keseluruhan peraturan- peraturan hukum mengenai hubungan kerja yang mengakibatkan seorang secara pribadi ditempatkan di bawah pimpinan (perintah) orang lain dan keadaan-keadaan kerja tersebut.

4. Menurut Imam Soepomo, hukum penghidupan yang langsung bersangkut paut dengan hubungan perburuhan adalah himpunan peraturan baik tertulis maupun tidak yang berkenaan dengan kejadian dimana seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah.

5. Buruh dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain dengan menerima upah.

23 Robby Aneuknagroe. Pengertian Hukum Perburuhan.

https://masalahukum.wordpress.com/2013/09/23/pengertian-hukum-perburuhan/. Diakses 23 April 2022.

(12)

Adapun tujuan hukum ketenagakerjaan ialah untuk:

1. Kepentingan diri sendiri. Kepentingan ini akan lebih mengenal dan memahami hak-hak dan kewajiban sebagai buruh/pekerja/karyawan dan jika hak-haknya belum diterima atau bahkan tidak dipenuhi, maka dapat menyampaikan dan menanyakan secara langsung kepada majikan/pengusaha.

2. Kepentingan masyarakat/warga yang ingin menjadi buruh/pekerja.

Dalam hal ini, pemerintah/negara memberikan informasi mengenai hak- hak, jaminan dan perlindungan hukum serta kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan.

3. Kepentingan majikan/pengusaha dan pejabat pemerintah. Dalam hal ini, adanya informasi mengapa buruh/pekerja/karyawan mengadakan unjuk rasa/demo dan mogok massal. Hal tersebut karena majikan/pengusaha belum memenuhi hak-hak normatif yang telah ditetapkan oleh ketentuan hukum atau undang-undang, bahkan pejabat pemerintah memihak kepada majikan/pengusaha yang bertentangan dengan ketentuan hukum.

Adapun mengenai manfaat dari adanya hukum ketenagakerjaan ialah:

1. Mendapatkan kepastian hukum dan keadilan.

2. Kehidupan para buruh/pekerja akan dapat terpenuhi secara layak dan sesuai dengan standar hidup pada ketentuan hukum.

3. Antara buruh/pekerja dengan pengusaha memiliki hubungan yang harmonis serta adanya rasa memiliki perusahaan, dimana hal ini dapat mempengaruhi perkembangan perusahaan lebih pesat dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraannya.

(13)

D. Tinjauan Umum tentang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, pengertian pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha.

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dipahami bahwa adanya PHK bagi pihak pekerja/buruh akan memberi pengaruh psikologis, ekonomis, dan finansial dikarenakan:24

1. Dengan adanya PHK, pekerja telah kehilangan mata pencaharian.

2. Untuk mencari pekerjaan yang baru sebagai penggantinya, harus banyak mengeluarkan biaya.

3. Kehilangan biaya hidup untuk diri dan keluarganya sebelum mendapat pekerjaan yang baru sebagai penggantinya.

Berakhirnya suatu hubungan kerja dapat terjadi secara otomatis saat jangka waktu hubungan kerja yang ditentukan oleh para pihak pekerja dengan pihak pengusaha telah berakhir sesuai perjanjian kerja untuk waktu tertentu. Dalam Pasal 151 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, segala upaya harus dilakukan oleh pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah agar tidak terjadi pemutusan hubungan kerja.

24 Ni Luh Made. 2020. Pemutusan Hubungan Kerja Oleh Pengusaha Dalam Hukum Ketenagakerjaan. Jurnal Hukum dan Kebudayaan Fakultas Hukum Universitas Hindu Indonesia Denpasar. Vol. 1 No. 1. Hal 29.

(14)

Selama putusan Pengadilan Hubungan Industrial belum ditetapkan atau pekerja/buruh sedang dalam proses PHK, maka pekerja/buruh harus tetap melaksanakan kewajibannya. Pengusaha dapat melakukan tindakan skorsing dengan tetap melaksanakan kewajibannya yaitu pembayaran upah beserta hak-hak lainnya yang biasa diterima pekerja/buruh. PHK yang tidak mendapatkan penetapan dari Pengadilan Hubungan Industrial adalah batal demi hukum. Dalam literatur hukum ketenagakerjaan, dikenal adanya beberapa jenis pemutusan hubungan kerja (PHK), yaitu:

1. PHK oleh pengusaha

PHK ini merupakan hal yang paling sering terjadi, baik karena kesalahan-kesalahan pihak buruh maupun karena kondisi dari perusahaan yang bersangkutan. Dalam hal ini, sering membawa dampak negatif khususnya pada buruh dan keluarganya yakni untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Sehubungan dengan akibat yang ditimbulkan, maka dalam era pembangunan nasional yang menghendaki tercapainya masyarakat yang adil dan makmur secara merata baik materiil maupun spiritual, seharusnya pemutusan hubungan kerja ini tidak perlu terjadi.

2. PHK oleh pekerja/buruh

Pada setiap saat yang dikendakinya, pihak buruh dapat memutuskan hubungan kerjanya dengan persetujuan pihak pengusaha/majikan.

Buruh/pekerja juga berhak memutuskan hubungan kerja secara sepihak tanpa persetujuan pengusaha/majikan.

(15)

3. PHK demi hukum

Pemutusan hubungan kerja demi hukum ialah pemutusan hubungan kerja yang terjadi dengan sendirinya sehubungan dengan berakhirnya jangka waktu perjanjian yang dibuat oleh pengusaha dan pekerja/buruh.

4. PHK oleh pengadilan (PPHI)

Para pihak dalam perjanjian kerja dapat meminta pengadilan negeri untuk memutus hubungan kerja antar pihak, berdasarkan alasan penting.

PHK merupakan keluarnya anggota organisasi dari keanggotaan yang diakibatkan terbatasnya kemampuan untuk memenuhi kepentingan organisasi dan suatu hal yang tidak dikehendaki oleh pihak-pihak dalam organisasi. Bagi perusahaan, PHK akan menimbulkan proses baru dalam sumber daya manusia sehingga mengeluarkan biaya relatif besar kecuali hal-hal lain berdasarkan pertimbangan perusahaan. Bagi karyawan PHK sebagai hilangnya pekerjaan yang berarti berkurangnya sebagian gaji atau upah yang menjadi sumber penghasilan. Oleh karena itu, mereka tidak menghendakinya kecuali dengan alasan tertentu atau atas permintaan karyawan itu sendiri.25

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2021, yang dimaksud PHK ialah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang

25 Bangun Wilson. 2017. Manajemen SDM Hubungan Industrial. Jakarta. Erlangga. Hal 219.

(16)

mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha. Maka yang dimaksud mengenai pengusaha ialah:

1. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;

2. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;

3. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.

Melihat pada undang-undang ketenagakerjaan, ada beberapa alasan perusahaan dapat melakukan PHK, seperti:

1. Perusahaan bangkrut

2. Perusahaan tutup karena merugi 3. Perubahan status perusahaan

4. Pekerja/buruh melanggar perjanjian kerja 5. Pekerja/buruh melakukan kesalahan berat 6. Pekerja/buruh memasuki usia pensiun 7. Pekerja/buruh mengundurkan diri 8. Pekerja/buruh meninggal dunia 9. Pekerja/buruh mangkir

Pada Undang-Undang Cipta Kerja menambahkan alasan perusahaan dapat melakukan PHK, diantaranya:

1. Perusahaan melakukan efisiensi

(17)

2. Perusahaan melakukan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan perusahaan

3. Perusahaan dalam keadaan penundaan kewajiban pembayaran utang 4. Perusahaan melakukan perbuatan yang merugikan pekerja/buruh 5. Pekerja/buruh mengalami sakit berkepanjangan atau cacat akibat

kecelakaan kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas 12 (dua belas) bulan Pelaksanaan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh perusahaan dalam faktor penyebabnya secara yuridis pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, disebabkan:

E. Tinjauan Umum tentang Jaminan Sosial

Jaminan sosial pertama kali diperkenalkan di daratan Eropa (Prusia sekarang Jerman) dengan penerapan undang-undang asuransi sosial pada tahun 1880-an di bawah pemerintahan Otto Von Bismark. Jaminan sosial sebagai produk bentuk tanggung jawab negara telah mengalami dinamika serta transformasi selama prosesnya seiring berjalannya waktu dan hingga saat ini mengalami pasang surut. Jaminan sosial sebagai tanggung jawab negara, oleh karena itu mensyaratkan adanya campur tangan yang besar dari negara dalam kebijakan sosial. Pelaksanaannya perlu dilihat dari berbagai dimensi sosial, budaya, Pendidikan dan latar belakang ekonomi sehingga dalam penerapan programnya tidak tumpang tindih dengan program yang

(18)

lain serta keterkaitan antar elemen pemerintah maupun swasta perlu diberdayakan.26 Maka prinsip dari SJSN ialah sebagai berikut:27

1. Prinsip kegotongroyongan 2. Prinsip nirlaba

3. Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan efektifitas

4. Prinsip portabilitas

5. Prinsip kepesertaan bersifat wajib 6. Prinsip dana amanat

7. Prinsip hasil pengelolaan dana jaminan sosial nasional

SJSN diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, asas manfaat, dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan penjelasan, asas kemanusiaan berkaitan dengan penghargaan terhadap martabat manusia. Asas manfaat merupakan asas yang bersifat operasional menggambarkan pengelolaan yang efisien dan efektif. Asas keadilan merupakan asas yang bersifat idiil. Ketiga asas tersebut dimaksudkan untuk menjamin kelangsungan program dan hak peserta.28

Pada Pasal 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004, SJSN bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhnya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya. Pengertian mengenai kebutuhan dasar hidup tersebut ialah kebutuhan esensial setiap

26 Ibid. Hal 28.

27 Abussalam, Adri D. 2016. Hukum Ketenagakerjaan (Hukum Perburuhan). Jakarta. PTIK. Hal 247.

28 Ibid. Hal 249.

(19)

orang agar dapat hidup layak, demi terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Untuk penyelenggaraan SJSN, dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang SJSN ini dibentuk Dewan Jaminan Sosial Nasional, dengan jaminan sosial nasional bertanggung jawab kepada Presiden.

Jaminan sosial nasional berfungsi merumuskan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan SJSN. Dewan jaminan sosial nasional bertugas:29

1. Melakukan kajian dan penelitian yang berkaitan dengan penyelenggaraan jaminan sosial;

2. Mengusulkan kebijakan investasi dana jaminan sosial nasional;

3. Mengusulkan anggaran jaminan sosial bagi penerima bantuan iuran dan tersedianya anggaran operasional kepada pemerintah. Dewan jaminan sosial nasional berwenang melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program jaminan sosial.

Adapun jenis program jaminan sosial meliputi:30 1. Jaminan kesehatan;

2. Jaminan kecelakaan kerja;

3. Jaminan hari tua;

4. Jaminan pensiun; dan 5. Jaminan kematian.

29 Abussalam, Adri D. 2016. Hukum Ketenagakerjaan (Hukum Perburuhan). Jakarta. PTIK. Hal 251.

30 Pasal 18 Undang-Undang 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

(20)

F. Tinjauan Umum tentang BPJS Ketenagakerjaan

Program negara yakni Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan program yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, perlu dibentuk badan penyelenggara yang berbentuk badan hukum berdasarkan prinsip kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan dana jaminan sosial seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.

Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, maka dibentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dengan undang-undang yang merupakan transformasi keempat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mempercepat terselenggaranya sistem jaminan sosial nasional bagi seluruh rakyat Indonesia.

Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2011, kini Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) terbagi menjadi dua lembaga besar, yaitu yang pertama ialah BPJS Kesehatan, berfokus pada perlindungan sosial sesuai dengan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) meliputi pelayanan kesehatan tingkat pertama, pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan dan rawat inap. Lembaga kedua ialah BPJS Ketenagakerjaan, merupakan pengganti PT Jamsostek (Persero) yang memiliki tugas yakni memberikan perlindungan jaminan sosial untuk tenaga kerja Indonesia, baik pekerja formal maupun informal. Keduanya berkedudukan dan berkantor di ibu kota

(21)

Negara Republik Indonesia dan dapat mempunyai kantor perwakilan di provinsi dan kantor cabang di kabupaten/kota serta keduanya ialah badan hukum publik.

Undang-Undang BPJS mewajibkan pembentukan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan dengan mentransformasikan penyelenggara saat ini, PT Askes dan PT Jamsostek, dari perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi badan hukum yang bersifat publik dan nirlaba.

BPJS Ketenagakerjaan berfungsi menyelenggarakan 4 (empat) program jaminan yaitu:

1. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

Ketentuan program jaminan ini terdapat dalam Pasal 29 s.d Pasal 34 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Pesertanya ialah setiap orang yang telah membayar iuran.

Jaminan ini dilaksanakan berdasar prinsip asuransi sosial, bertujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja.

2. Jaminan Hari Tua (JHT)

Ketentuan program jaminan ini terdapat dalam Pasal 35 s.d Pasal 38 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Pesertanya ialah setiap orang yang telah membayar iuran.

Jaminan ini dilaksanakan berdasar prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, bertujuan untuk menjamin agar peserta menerima uang tunai

(22)

apabila memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia.

3. Jaminan Pensiun (JP)

Ketentuan program jaminan ini terdapat dalam Pasal 39 s.d Pasal 42 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Pesertanya ialah setiap orang yang telah membayar iuran.

Jaminan ini dilaksanakan berdasar prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, bertujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak pada saat peserta kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat total tetap. Jaminan ini diselenggarakan berdasarkan manfaat pasti.

4. Jaminan Kematian (JKM)

Ketentuan program jaminan ini terdapat dalam Pasal 43 s.d Pasal 46 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Pesertanya ialah setiap orang yang telah membayar iuran.

Jaminan ini dilaksanakan berdasar prinsip asuransi sosial, bertujuan untuk memberikan santunan kematian yang dibayarkan kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia.

G. Tinjauan Umum tentang Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP)

Pada ketenagakerjaan terdapat afanya perubahan pada beberapa indikator di antaranya fleksibilitas jam kerja, pengupahan, dan hubungan kerja. Salah satu pokok yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja adalah adanya Jaminan Kehilangan

(23)

Pekerjaan (JKP) sebagai jaring pengaman seiring dengan tingginya fleksibilitas31 dan program jaminan ini diperuntukkan bagi pekerja yang kehilangan pekerjaan dan merupakan manfaat baru dalam BPJS Ketenagakerjaan. Peserta JKP adalah pekerja yang mempunyai hubungan kerja dengan pengusaha dan telah terdaftar serta membayar iuran.32

Dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2021 menyebutkan bahwa Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) ialah jaminan sosial yang diberi untuk pekerja/buruh yang mengalami pemutusan hunungan kerja berupa manfaat uang tunai, akses informasi pasar kerja, dan pelatihan kerja. Program ini diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan dan Pemerintah Pusat dimana dalam kepesertaannya ialah terdiri dari pekerja/buruh yang baru didaftarkan dan yang telah diikutsertakan oleh pengusaha dalam program jaminan sosial. Mengenai kepesertaan secara detailnya, peserta terdiri atas :

1. Pekerja/buruh yang telah diikutsertakan oleh pengusaha dalam program jaminan sosial, dan pekerja/buruh yang baru didaftarkan oleh pengusaha dalam program jaminan sosial.

2. Peserta harus memenuhi persyaratan yakni sebagai warga negara Indonesia, belum mencapai usia 54 (lima puluh empat) tahun pada saat mendaftar, dan mempunyai hubungan kerja dengan pengusaha.

3. Selain persyaratan tersebut juga harus memenuhi ketentuan bahwa pekerja/buruh yang bekerja pada usaha besar dan usaha menengah,

31 Zellius Ragiliawan, Beni Teguh Gunawan. 2021. Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) dalam Perspektif Belanja Negara. Vol. 15 No. 1. Hal 48.

32 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2021 Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan.

(24)

diikutsertakan pada program JKN, JKK, JHT, JP, dan JKM. Kemudian pekerja/buruh yang bekerja pada usaha mikro dan usaha kecil, diikutsertakan sekurang kurangnya pada program JKN, JKK, JHT, dan JKM. Peserta program JKN sebagaimana yang telah disebutkan merupakan pekerja penerima upah pada badan usaha.

Mengenai manfaat yang didapat dari adanya program ini ialah manfaat JKP diberikan kepada yang mengalami PHK baik untuk hubungan kerja berdasarkan perjanjian kerja waktu tidak tertentu maupun perjanjian kerja waktu tertentu. Selain itu, penerima manfaat JKP harus bersedia untuk bekerja kembali.

Manfaat JKP dapat diajukan setelah Peserta memiliki masa iur paling sedikit 12 (dua belas) bulan dalam 24 (dua puluh empat) bulan dan telah membayar iuran paling singkat 6 (enam) bulan berturut-turut pada BPJS Ketenagakerjaan sebelum terjadi PHK atau pengakhiran hubungan kerja. Manfaat program JKP ini dikecualikan untuk alasan PHK karena mengundurkan diri, cacat total tetap, pensiun atau meninggal dunia dimana hal-hal tersebut dibuktikan dengan:

1. Bukti diterimanya PHK oleh pekerja/buruh dan tanda terima laporan PHK dari dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota;

2. Perjanjian bersama yang telah didaftarkan pada pengadilan hubungan industrial dan akta bukti pendaftaran perjanjian bersama; atau

3. Petikan atau putusan pengadilan hubungan industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

(25)

Manfaat JKP bagi peserta yang hubungan kerjanya berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu diberikan apabila PHK oleh pengusaha dilakukan sebelum berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja waktu tertentu. Dalam hal pelaksanaan pemberian manfaat JKP, hak atas manfaat JKP ini diajukan paling banyak 3 (tiga) kali selama masa usia kerja dengan ketentuan:33

1. Manfaat JKP pertama, diajukan oleh Peserta paling cepat setelah terpenuhinya masa iur dan kepesertaan

2. Manfaat JKP kedua, diajukan oleh Peserta paling sedikit setelah terpenuhinya masa iur selama 5 (lima) tahun sejak memperoleh manfaat JKP pertama; dan

3. Manfaat JKP ketiga, diajukan oleh peserta paling sedikit setelah terpenuhinya masa iur selama 5 (lima) tahun sejak memperoleh manfaat JKP kedua.

Hak atas manfaat JKP hilang jika pekerja/buruh tidak mengajukan permohonan klaim manfaat JKP selama 3 (tiga) bulan sejak terjadi PHK dan telah mendapatkan pekerjaan atau meninggal dunia.

33 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2021 Tentang Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan.

Referensi

Dokumen terkait

Nadzir yang dimaksud terlebih dahulu harus mendaftarkan diri kepada Menteri Agama dan BWI melalui Kantor Urusan Agama setempat.109Sehingga nadzir tersebut memiliki izin untuk

Tabel 5.3 Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten Minahasa Menurut Jenis Pendapatan (juta rupiah), 2012-2015. Sumber: Kabupaten Minahasa Dalam Angka

Injil mengajak kita untuk belajar dari pengalaman orang kaya yang tidak peduli semasa hidupnya.. Kita diajak untuk berbagi, untuk memberikan hati dan sebagian harta

Null Hypothesis: RESID01 has a unit root Exogenous: Constant.. Bandwidth: 30 (Newey-West using

• Ketika jenis program yang diinginkan pada stasiun pemancar yang diaktifkan atau stasiun pemancar lain yang berasal dari daftar stasiun pemancar ingin diaktifkan kembali pada

Sehubungan dengan itu, pada tahun 1996 Kementerian Pendidikan Malaysia telah memutuskan bahawa mereka akan mengambil alih tanggungjawab JHEOA dalam bidang pendidikan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain adalah tongkat kecil, pinset, kantong plastik, pisau (cutter), sarung tangan, buku pengamatan, kertas A4 untuk menggambarkan

Kepemimpinan Transformasional Dan Kepuasan Kerja Terhadap Loyalitas Yang Berdampak Pada Kinerja Karyawan Di Perusahaan (Studi Pada PT. Kimia Farma Plant Manufacturing