5
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Desain Grafis
Desain grafis adalah kumpulan elemen visual dan verbal yang disesuaikan dengan konvensi sosial serta budaya agar dapat menjadi kesan karya untuk memberikan pesan persepsi tertentu. Bidang ini melibatkan proses komunikasi visual dan desain komunikasi. Makna yang ingin disampaikan dan bagaimana prosesnya ditafsirkan sebagai praktik desain grafis, seperti estetika bentuk, serta penjelasan bahasa, dan pembuatan makna dalam kerjanya (Davis, 2012).
2.1.1 Elemen Desain Grafis
Elemen desain adalah kumpulan pola, bentuk, ornamen yang dapat membuat gambar, ikon, tekstur, pola, diagram, animasi, dan sistem tipografi (Lupton & Philips, 2015). Elemen desain ini adalah bagian yang akan menjadi sebuah karya desain grafis, serta membantu memvisualisasikan pesan yang ingin disampaikan. Dalam desain grafis ada beberapa elemen, yaitu (Lupton
& Philips, 2015):
1) Titik, garis, bidang
Secara grafis, titik adalah bentuk nyata yang berkumpul dapat menjadi sebuah garis, tekstur, bentuk, atau bidang hingga gradasi (Lupton & Philips, 2015). Garis adalah kumpulan titik yang memiliki panjang tapi tidak memiliki lebar. Dengan ketebalan tertentu, garis dapat menjadi bidang, saat berlapis, garis menjadi volume, bidang, hingga tekstur. Plane adalah bidang datar yang dapat melebar terbentuk dari berbagai garis. Bidang juga dapat berbentuk padat, berlubang, buram, transparan, bertekstur, hingga halus.
2) Tekstur
Tekstur dalam desain berhubungan dengan fungsi pada visual yang dibuat secara fisik maupun visual. Tekstur mencakup permukaan literal yang
6
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
digunakan dalam pembuatan sebuah benda cetak atau objek fisik lainnya secara tampilan optik. Dalam desain, tekstur dapat dimanipulasi dari bentuk visual seperti benda kasar yang digambarkan pada kertas akan terlihat kasar, tapi secara fisik halus, begitu juga sebaliknya. Hal ini mempengaruhi perasaan pada bentuk visualnya.
3) Space and volume
Objek grafis memiliki lingkup ruang tiga dimensi yang menjadikannya volume. Hal ini dilengkapi dengan tinggi, lebar, dan kedalaman. Volume direpresentasikan melalui konvensi grafik. Dalam dimensi bervolume memiliki ruang yang dapat berubah dan bergerak dengan gabungan dari seluruh elemen menjadi satu, sehingga menjadi sebuah visual yang diinginkan.
4) Warna
Warna dapat digunakan sebagai pelengkap seni, sedikit ilmiah, tapi lebih kepada perasaan. Warna adalah mentahan dari material yang menunjukkan hal atau tujuan visual. Warna yang kontras dapat menjadi potensi sebuah komunikasi visual hirarki jenis huruf, berat, ukuran, atau penempatan (White, 2011).
2.1.2 Prinsip Desain
Prinsip desain adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum yang dijadikan seseorang atau kelompok sebagai sebuah pedoman visual atau karya yang ingin dibuat. Di dalam desain, seluruh prinsip saling berhubungan satu sama lain yang memungkinkan untuk desainer menggunakan 2 atau lebih prinsip bersamaan. Dalam buku The Non- Designe’s Design Book, Williams (2015), prinsip dasar desain terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:
1) Proximity
Prinsip ini dapat diartikan dengan kedekatan setiap elemen, sebuah kelompok item yang terikat menjadi satu. Setiap elemem yang serupa dapat
7
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
diletakkan berdekatan untuk mencapai sebuah visual yang berhubungan. Hal ini menandakan bahwa kedua atau lebih elemen tersebut adalah satu bagian visual, alhasil bentuk menjadi lebih tertata dan pandangan visual mencapai akhir pesan.
2) Alignment
Sebuah elemen visual tidak sembarangan diletakkan tanpa tujuan pesan yang diinginkan, semuanya pasti memiliki hubungan visual satu sama lain. sebuah karya menjadi kesatuan elemen yang berbeda jika memiliki kesejajaran yang sama. Hal ini dapat membuat sebuah visual terlihat lebih tertata dan teratur untuk dilihat sehingga dapat lebih mudah dimengerti alur pesan yang ingin disampaikan.
3) Repetisi
Repetisi bermaksud sebagai pengulangan desain dari keseluruhan karya. Repetisi dapat dilakukan dengan menggabungkan elemen menjadi lebih tebal, atau warna elemen, format, dan lainnya. Yang sering dilakukan seorang desainer adalah mendorong sebuah ide dan merubah pengulangnnya menjadi kunci visual yang menyatukan sebuah publikasi.
4) Kontras
Kontras yang dimaksud adalah beberapa elemen desain yang saling berhubungan, tetapi jauh berbeda. Dalam prinsip ini, kontras menjadi bagian terpenting untuk menarik pembaca karya, karena dapat menghasilkan organisasi hierarki pada setiap elemennya.
2.1.3 Teori Warna
Warna menjadi salah satu bagian terpenting dalam desain. Dengan warna, karya dapat menghasilkan suasana, perasaan, hingga kedalaman sebuah bentuk. Teori dasar dalam warna terdapat pada roda warna yang selalu digunakan oleh desainer untuk menjadi patokan menentukan campuran hingga kombinasi warna dalam sebuah karyanya. Roda warna ini terdiri dari 3 warna dasar, yaitu merah, kuning, dan biru. Kemudian dikembangkan dan
8
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
dikombinasikan menjadi lingkaran roda warna yang menghasilkan 12 warna dasar (Williams, 2015).
Gambar 2. 1 Roda Warna Sumber: Williams (2015)
Dalam buku The Elements of Graphic Design, White (2011), menyatakan bahwa warna terbagi menjadi beberapa bagian teori yang membedakan antara kombinasi warna hingga bentuk gradasi warna, yaitu:
1) Warna primer
Terdiri dari 3 warna dasar, yaitu merah, kuning, dan biru yang memiliki jarak sama pada roda warna. Warna ini tidak dapat dihasilkan dari warna apa pun, sehingga menjadikan mereka sebagai warna primer.
2) Warna sekunder
Perpaduan atau kombinasi dari berbagai kemungkinan warna primer.
Seperti hijau adalah perpaduan antara kuning dan biru. Begitu juga warna ungu dan jingga.
3) Warna tersier
Ada di antara warna sekunder dan primer. Contoh: kuning-hijau, biru- hijau, biru-ungu, merah-ungu, jingga, dan kuning-jingga yang dapat dilihat pada roda warna.
4) Shades
Shades adalah warna yang dicampurkan dengan warna hitam. Hal ini menghasilkan warna yang mengurangi saturasi. Biasa digunakan sebagai kedalaman objek dan sebagainya.
9
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2. 2 Shades Sumber: Williams (2015)
5) Value
Value di sini adalah interpretasi nilai dari tingkat kegelapan hingga terang suatu warna, baik pada shades atau tints.
6) Saturation
Saturasi adalah kecerahan warna atau tingkat buram warna yang dihasilkan dari pencampuran warna hitam atau putih.
7) Tints
Tints adalah warna yang ditambahkan dengan putih, sehingga menghasilkan saturasi warna yang berkurang.
Gambar 2. 3 Tints Sumber: Williams (2015)
8) Monochromatic
Monokroma adalah 1 warna dengan kumpulan gradasi shades dan tints. Kebalikan warna ini adalah Achromatik, yaitu hitam, putih, dan abu yang dapat dihasilkan dari pencampuran warna komplementer.
10
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
9) Warna komplementer
Merupakan kombinasi yang dihasilkan dari seberang warna pada roda warna.
10) Warna analog
Merupakan warna yang bersebelahan satu sama lain pada roda warna.
Warna ini jika digabungkan dengan yang lain tetap menghasilkan kombinasi dari deretan warna yang sama.
11) Kombinasi triadik
Kombinasi triadik adalah kombinasi 3 warna (triad) dengan jarak yang sama pada roda warna.
Selain bagian-bagian dari roda warna, ada dua model warna lainnya yang paling penting dalam dunia percetakan, yaitu RGB dan CMYK. Kedua model warna ini yang menghasilkan bentuk warna lainnya dengan mengkombinasikan beberapa warna. Sehingga biasa menjadi patokan pada sebuah karya yang dapat menghasilkan pewarnaan berbeda-beda.
2.1.3.1 RGB
RGB adalah singkatan dari warna Red, Green, dan Blue, warna ini biasanya digunakan pada publikasi digital monitor atau perangkat elektronik lainnya. Dalam model warna ini, jika mencampurkan merah dengan hijau, hasilnya menjadi kuning, bukan warna gelap. Hal ini dikarenakan RGB terdiri dari berkas warna yang tidak dipantulkan dari objek yang kita lihat dari monitor (Williams, 2015). Jika mencampurkan seluruh warna pada roda warna dengan komponen model RGB, hasilnya menjadi putih. Sebaliknya, jika menghilangkan seluruh warna, dapat menghasilkan warna hitam.
Konsep dari pemantulan warna adalah jika bentuk menyentuh cahaya sebagai spectrum warna, objek akan menyerap atau mengurangi warna tersebut. Bagian warna yang tidak diserap akan dipantulkan kembali pada mata manusia sebagai warna objek tersebut. Dalam model RGB, yang terlihat
11
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
bukan warna yang dipantulkan melainkan warna yang langsung diserap oleh mata manusia.
Kegunaan komponen atau model warna ini adalah untuk publikasi atau karya yang akan ditampilkan pada monitor. Pada percetakan, tampilan warna pada monitor tidak akan sepenuhnya sama. Hal ini dikarenakan mesin cetak memiliki 4 warna dasar yang biasa digunakan dalam komponen model CMYK. Jika hasil RGB dipindahkan kepada pengaturan CMYK, data pada warna satu persatu akan hilang untuk menyesuaikan pencampuran warna pada model CMYK.
2.1.3.2 CMYK
CMYK adalah singkatan dari warna Cyan, Magenta, Yellow, dan Key Color (Black). 4 warna ini adalah tinta pada mesin cetak yang dapat menghasilkan ribuan campuran warna, biasa disebut sebagai “four-color process” (Williams, 2015). 4 warna ini dihasilkan dari perkembangan warna RGB. Merah dan hijau menjadi kuning. Merah dan biru menjadi magenta.
Hijau dan biru menjadi cyan. Mencampurkan seluruh warna menjadikannya hitam. Dalam percetakan, warna ini yang disebut sebagai “subtractive colors” dimana mengurangi warna justru membuat hasil semakin gelap karena pencampuran warna lain yang ditambahkan.
Warna pada model ini sama seperti dengan pencampuran warna pada krayon, cat air, atau pensil warna. Pencampuran warna dasar seperti biru dan kuning akan menghasilkan hijau dan sebagainya. Maka dari itu, model warna ini lebih cocok untuk pengaturan pada karya yang perlu dicetak, seperti buku, brosur, spanduk, majalah, dan lain-lain yang berbentuk hasil fisik.
2.1.4 Psikologi Warna
Psikologi warna merupakan teori yang menjelaskan bahwa warna memiliki pengaruh dalam pemaknaan sebuah visual maupun perasaan dan perilaku manusia. Setiap warna dapat memberikan efek tertentu pada psikologis manusia hingga dapat mengarahkannya pada perasaan tertentu.
12
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
Menurut buku, Color Psychology and Color Theraphy, Birren (2015) menjelaskan bahwa ada beberapa warna utama yang memiliki efek tertentu, seperti:
1) Merah
Merah merupakan warna yang paling dinamis, warna ini juga dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, beberapa pada binatang, meningkatkan hormon, dan aktivitas seksual yang banyak dilambangkan sebagai simbol kasih sayang. Dalam bidang psikologi, merah menjadi sesuatu hal yang menarik, menyenangkan, serta meningkatkan adrenalin. Warna ini disimbolkan sebagai sesuatu yang menstimulus ide baru dan kreativitas tertentu.
1) Oranye
Oranye merupakan campuran dari warna merah dan kuning yang memberikan kualitas serupa seperti merah. Tidak sekuat merah, oranye memberikan perasaan hangat yang lebih hidup untuk menarik perhatian.
Warna ini memiliki sifat yang ceria, bahagia, dan memancarkan aura positif sehingga meningkatkan rasa kesenangan.
2) Kuning
Warna ini memiliki tingkatan roda warna yang dekat dengan merah dan oranye. Sehingga, efek yang dihasilkan sejalan dengan kedua warna tersebut. Namun, kuning memiliki efek pada metabolisme manusia yang banyak ditemukan pada bidang biologi pada proses pencahayaan. Hal ini berfokus pada sikap riang dan kegembiraan yang tinggi. Secara visual, warna ini akan terlihat lebih terang dari warna putih yang cocok untuk beberapa kondisi redup atau ruang yang luas.
3) Hijau
Hijau merupakan warna alam yang dalam psikologis banyak memberikan efek ketenangan atau perasaan menutup atau menarik diri yang membantu dalam konsentrasi dan meditasi. Dalam beberapa riset dijelaskan bahwa hijau dapat mengurangi perasaan gelisah atau ketegangan situasi.
13
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
Warna ini juga biasa digunakan sebagai bentuk stabilitas keadaan, netral, dan cocok dikombinasikan dengan warna kulit manusia.
4) Biru
Warna ini memiliki intensitas efek yang serupa dengan merah, yaitu meningkatkan pertumbuhan tanaman, mengurangi aktivitas hormon manusia, hingga menyembuhkan luka. Warna ini dekat dengan tekanan darah rendah dan banyak digunakan pada dunia medis sebagai bentuk penanda tingkat denyut nadi. Dalam visual, biru banyak digunakan sebagai warna untuk mengistirahatkan mata serta banyak digunakan bersamaan dengan warna redup.
5) Ungu, abu, putih, hitam
Ungu merupakan warna gabungan dari biru dan merah yang keduanya warna kuat, namun pencampuran ini justru memberikan efek yang tidak sekuat keduanya. Baik digunakan pada area luas karena membantu menghilangkan fokus pada mata. Warna ini dikelompokkan sebagai warna yang paling estetik untuk dilihat dari warna lainnya. Putih memberikan keseimbangan yang sempurna dari seluruh warna. Sehingga memberikan efek jelas dan natural. Hitam merupakan warna yang negatif dengan hasil pencampuran seluruh warna (RGB) sedangkan abu merupakan warna pasif.
Sehingga banyak campuran putih, hitam, dan abu menjadi sesuatu yang emosional, netral, dan hal yang negatif. Banyak warna ini divisualkan pada emosi sedih, murung, depresi, dan hal-hal ekspresif negatif lainnya.
2.2 Buku
Buku adalah salah satu media informasi cetak yang memiliki banyak kegunaan. Buku dengan mudah mengirimkan pesan dengan kombinasi tulisan dan visual agar mempermudah pembaca memahami pesan yang ingin disampaikan.
Dalam penelitian ini, media informasi yang ingin dibuat adalah bentuk buku antologi ilustrasi kumpulan karya sajak Sapardi Djoko Damono. Hal ini mendukung solusi dari permasalahan yang sering ditemukan siswa SMP hingga SMA mengenai tingkat kesulitan dalam memahami puisi, serta kurangnya sebumber buku. Hal ini
14
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
juga menjadi salah satu cara melestarikan dan mengapresiasi karya sastrawan Indonesia agar tetap hidup walau terus berkembangnya zaman. Dengan media ini, puisi dapat lebih mudah dipahami oleh kalangan siswa sekolah.
2.2.1 Jenis Buku
Menurut Alan Male (2017), penerbitan buku memiliki beberapa jenis.
Hal ini menjadikan patokan penulis untuk memulai menerbitkan karyanya, yaitu:
1) Buku anak-anak
Buku fiksi dan non-fiksi untuk anak-anak biasa memiliki beberapa varian. Untuk buku fiksi anak-anak cenderung bergambar dari kurun usia sangat muda hingga remaja. Untuk buku non-fiksi biasa mengambil materi referensi populer atau spesialis, seperti perdagangan atau kurikulum nasional.
2) Buku non-fiksi
Buku non-fiksi umumnya membahas atau mengambil materi tentang ensiklopedia dengan subjek populer, seperti memasak, berkebun, olahraga, sejarah alam, otomotif, hingga biografi.
3) Buku fiksi
Buku fiksi umum ini biasa diminati untuk remaja hingga dewasa.
Penampilannya pun biasa dengan sampul keras (hardcover) atau sampul kertas (paperback). Materi atau isi yang dibahas dalam buku ini juga bersifat imajinatif atau tidak nyata.
4) Buku spesialis
Buku spesialis terdiri dari materi referensi teknis dengan subjek yang tidak selalu jelas. Karena pembahasannya pun tidak masuk dalam kriteria tema dalam standar buku. Biasanya membahas seperti buku non-fiksi yang informasi di dalamnya memerlukan desain dan cetak, namun perlu dipesan terlebih dahulu untuk membuat konten buku tersebut. Contoh buku spesialis adalah, buku fotografi, portofolio, buku memori (memoir book), dan lain-lain.
15
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
5) Penerbitan
Buku penerbitan meliputi majalah atau koran ini dikhususkan untuk membahas persoalan gaya hidup, artikel, dan komentar khusus.
6) Buku periklanan
Buku periklanan termasuk ke dalam buku dengan tujuan komersil dan bersangkutan kepada penjualan above the line dalam bentuk cetak atau gambar bergerak.
7) Design groups
Buku ini bertujuan untuk penjualan below the line dalam bentuk laporan perusahaan, pengemasan, materi, situs web, dan lain-lain.
8) Buku multimedia
Buku dengan media gambar bergerak, seperti animasi, pasca produksi dalam perfilman, dan pencitraan digital lainnya.
9) Buku lainnya
Buku ini termasuk ke dalam buku dengan pembahasan lembaga, organisasi, atau perorangan yang tidak termasuk dalam urutan percetakan di atas. Biasanya, membahas materi tentang pelayanan publik, pemerintah daerah atau nasional, hingga insitusi akademik.
2.2.2 Elemen Buku
Elemen buku merupakan bagian buku yang menjadikannya sebagai media. Dalam buku Bookbinding: A Step-By-Step Guide, Abbott (2014) menyatakan bahwa elemen buku terbagi menjadi beberapa bagian dengan kebutuhannya masing-masing. Setiap elemennya pun memiliki bagian penting yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan jilid buku yang sempurna. Elemen tersebut adalah:
16
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2. 4 Elemen Buku Sumber: Abbott (2014)
1) Book-block
Sekumpulan halaman dalam buku tersebut disebut dengan book- block.
2) Head
Bagian atas buku yang membedakan atas dan bahwa buku saat didirikan.
3) Tail
Bagian bawah buku bila buku didirikan.
4) Spine
Bagian buku saat dilebarkan yang menyatukan cover dengan belakang buku. Bagian ini memperkuat book-block agar tetap menyatu, seperti layaknya tulang punggung manusia.
5) Fore edge
Bagian depan buku saat buku terbuka dan biasa juga disebut sebagai,
“front-edge”.
6) Joint
Titik dimana punggung buku (spine) menyatu dengan cover depan dan bagian belakang buku. Titik ini yang biasa sedikit menjorok ke dalam buku.
17
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
7) Squares
Bidang yang ada pada dalam cover buku bagian depan dan belakang.
2.2.3 Format Buku
Format buku adalah posisi buku yang akan diterbitkan. Apakah buku berupa landscape atau portrait? Apakah buku memiliki tinggi dan lebar tertentu, dan bagaimana menyesuaikannya? Setiap buku akan melewati proses visual dan kurasi konten yang dikemas khusus untuk setiap pembacanya, maka dari itu perlu disesuaikan dengan audiens yang akan dituju dalam hal format, cakupan, dan bobot buku itu sendiri (Morlok &
Waszelewski, 2018).
Dalam sebuah buku, untuk menentukan format perlu diperhatikan kebiasahan pembaca, domisili, dan bujet yang tersedia. Sehingga, konten yang akan dibuat dapat menyesuaikan kebutuhan target pasar buku tersebut setelah terbit. Sebagai contoh sebuah format buku adalah buku novel yang biasa pembaca selalu bawa ke berbagai tempat dengan tangan. Buku paket sekolah biasa diletakkan pada laci atau rak buku. Buku ilustrasi besar dengan dekoratif penuh biasa diletakkan pada meja tamu. Majalah biasa disimpan atau menyesuaikan dengan standar ukuran tas, dan masih banyak lagi contoh yang menentukan sebuah format dengan kebiasaan dari audiens itu sendiri.
Seluruhnya pasti memiliki format, ukuran, ketebalan tersendiri yang menyesuaikan.
Morlok & Waszelewski melanjutkan bahwa standarnya, format buku memiliki 3 variasi, yaitu portrait dengan tinggi lebih besar dari lebar, landscape tinggi lebih kecil dari lebar, dan kotak dengan tinggi dan lebar memiliki rasio yang sama (hlm.25). Penentuan format ini dapat dilihat juga dari layout dalam setiap kontennya. Jika buku membutuhkan teks dalam kolom margin, disarankan untuk menggunakan format landscape. Buku dengan halaman yang berjumlah banyak disarankan untuk tidak membuat buku terlalu kecil, namun buatlah portrait. Karena jika tidak, bagian dari buku memungkinkan hilang tertutupi penjilidan. Format buku portrait dengan
18
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
halaman sempit memberikan kesan lebih dinamis dibanding format lebih lebar yang memberikan kesan lebih klasik dan terlihat mahal.
2.2.4 Layout
Layout merupakan hasil penyusunan elemen pada halaman buku agar satu sama lain dapat berkorelasi dengan baik. Elemen-elemen ini dibantu dengan penyusunan grid system yang menjadi acuan untuk membuat layout baik dan mudah dipahami. Dalam buku Design Elements: A Graphic Style Manual, Samara (2012) menyatakan bahwa gambar, tulisan, judul, dan isi data harus menyatu sama lain dibantu dengan penyusunan grid longgar dan organic atau kaku dan mekanis. Grid juga dapat membantu menyelesaikan permasalahan komunikasi dan produksi dalam sebuah karya. Manfaat dari grid ini adalah untuk memberikan kejelasan, efisiensi, ekonomi, dan kontinuitas. Grid juga membantu memisahkan atau menata bagian informasi agar konten kompleks menjadi mudah diserap.
2.2.4.1 Anatomi Grid
Anatomi grid memiliki relasi alur yang sama untuk memandu setiap elemen di dalamnya menjadi satu format besar. Setiap grid memiliki elemen dasar yang akan membagi hingga konten kompleks. Elemen ini dapat dikombinasikan sesuai struktur yang ingin dibentuk dan seluruhnya bergantung dengan pembuat itu sendiri. Elemen grid ini yang memisahkan dan membantu desainer dalam menata layout. Dalam buku Design Elements:
A Graphic Style Manual, Samara (2012), elemen tersebut adalah:
19
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2. 5 Elemen Grid Sumber: Sanara (2012)
1) Margin
Margin adalah bagian kosong antara ujung kertas dengan konten yang dikelilingi dari area untuk gambar dan tulisan. Porsi pada margin ini memberikan keseimbangan dari tampak keseluruhan konten yang menjadi pembatas agar isi konten tidak melebihi ukuran ditentukan. Hal ini dapat menjadi fokus perhatian atau menjadi area bawah informasi, seperti nomor halaman, footer, dan lain-lain.
2) Flowlines
Flowlines adalah garis alur yang membatasi satu konten dengan konten lainnya. Garis ini yang menjadi pemecah horizontal keseluruhan bidang yang memandu mata di seluruh format. Garis bantu ini dapat terdiri dari satu garis utama atau beberapa garis dengan jarak yang sama maupun beda.
3) Modules
Modul adalah ruang yang dipisahkan oleh interval, jika diulangi di seluruh format halaman akan terbentuk sebuah kolom dan baris.
2.2.4.2
2.2.4.3
22
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
yang disesuaikan setiap konten dan tidak mengukur format setiap konten sama. Hal ini dapat memberikan kesan pembaca yang beragam setiap halamannya.
Opsi lainnya adalah untuk mengombinasikan satu halaman tapi memisahkannya area dalam yang berbeda. Contoh, teks utama pada konten atau gambar utama diletakkan pada 3 kolom grid di bagian atas halaman. Tapi 5 kolom grid dapat diletakkan untuk teks atau konten sekunder di bagian bawah halaman. Menggunakan metode atau macam grid ini dapat memberikan kesan publikasi yang fleksibel namun jelas memiliki ritme tersendiri.
Gambar 2. 7 Contoh Grid Hybrids Sumber: Sanara (2012)
Gambar di atas merupakan contoh dari format grid hybrids. Barisan atas merupakan contoh 2/3 kolom dalam 1 spread, bagian bawah adalah 2/3 kolom per halaman spread. Area yang berwarna gelap (abu) adalah bagian yang dapat diisi dengan gambar, hal ini menjadi salah satu cara membedakan konten antar grid.
2.2.5 Jenis Jilid Buku
Penjilidan buku adalah proses dimana seluruh cetakan format dan halaman pada buku di satukan. Proses ini menjadi proses akhir terpenting agar wujud buku menjadi hasil produksi final. Dalam buku Bookbinding: A Comprehensive Guide to Folding, Morlok & Waszelewski (2018) menyatakan bahwa jenis jilid buku terbagi menjadi 4 kelompok yang disesuaikan dengan alat dan bahan penjilidan buku tersebut, yaitu stitching
23
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
with wire, binding with glue, sewing with thread, dan binding system and fasterners.
Gambar 2. 8 Jenis Jilid
Sumber: Morlok & Waszelewski (2018)
2.2.5.1 Stitching With Wire
Jilid buku dengan kawat biasa menggunakan kedua teknik berikut:
1) Saddle stitch
Metode jilid ini banyak digunakan pada majalah, katalog, kebutuhan komersil, dan buku-buku yang memiliki soft cover atau jumlah halaman yang relatif sedikit. Teknik ini sama seperti staples dengan posisi yang dimulai dari tengah buku atau spread.
2) Side stitch
Sama seperti saddle stitch menggunakan staples, namun peletakannya berada di samping dan di mulai dari bagian depan halaman buku. Hal ini membuat buku perlu memerhatikan format dengan margin lebih lebar bagian kiri sebagai area untuk
24
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
jilid. Biasa digunakan untuk buku yang relatif sederhana, seperti buku catatan, buku nota, atau kalender.
2.2.5.2 Binding With Glue
Jilid buku dengan lem ini memiliki beberapa teknik tersendiri, yaitu:
1) Perfect binding
Teknik yang relatif murah dan efisien ini banyak digunakan untuk sampul kertas, majalah, dan brosur dengan jangka kegunaan singkat. Percetakan Gramedia Utama juga paling banyak menggunakan teknik ini. Berbeda dengan menjahit setiap halamannya, teknik ini dapat digunakan untuk menjilid tiap individu halaman dan kertas dari berbagai ketebalan dan jenis yang dapat disatukan. Sehingga, teknik ini banyak digunakan ke berbagai buku dengan tampilan yang cukup rapi dan sempurna.
teknik ini juga banyak dilengkapi dengan lapisan akhir untuk memperkuat jilid dan sampul.
2) Fold gluing
Teknik ini biasa dikhususkan untuk jumlah halaman yang sedikit. Cocok digunakan dalam percetakan besar namun tidak kokoh yang nantinya menghasilkan selembaran produk menarik dengan biaya murah. Biasa digunakan untuk brosur tipis tanpa penutup, namun menggunakan perekat lipat.
3) Lay-flat binding
Teknik ini banyak ditemukan dalam buku anak-anak yang biasanya memiliki konten halaman menyatu ke dalam satu book- block. Kelebihan teknik ini adalah buku dapat dibuka 180˚ tanpa menghilangkan bagian atau gutter dari setiap halamannya.
2.2.5.3 Sewing with Thread
Metode ini memiliki teknik jilid utama menjahit dengan benang sebagai berikut:
25
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
1) Thread sewing
Teknik ini memiliki jangka ketahanan yang relatif lama dan berkualitas. Mudah dibuka bahkan dengan 180˚, memberikan variasi warna benang, dan kertas yang digunakan variatif fleksibel menjadi satu. Kekurangannya, teknik ini memiliki banyak proses, waktu produksi yang lama, dan cukup mahal dibanding perfect binding dengan hasil kualitas tidak jauh berbeda.
2) Pamphlet sewing
Teknik ini memiliki kualitas produksi tinggi, bertahan lama dari jilid jahit, warna benang yang variatif, dan kertas dapat digunakan berbeda-beda dalam satu produksi. Kelemahannya ada pada tingkat ketebalan yang terbatas, tidak cocok untuk pencetakan besar, harga cukup mahal dari standar percetakan lainnya, dan membutuhkan proses waktu yang lama. Teknik ini pun jarang digunakan karena memiliki hasil yang menyerupai saddle stitch dengan sentuhan lebih mewah. Teknik ini banyak digunakan untuk jilid paspor.
3) Side sewing
Sama dengan side stitch, namun jahitannya ada pada setiap book-block. Hasilnya berkualitas, tahan lama, memberikan sentuhan elegan dengan berbagai varian warna benang yang tampak pada sampul, dan kertas yang digunakan bisa bermacam- macam jenisnya. Kelemahannya, memiliki cakupan yang terbatas dan sulit untuk diletakkan datar dengan layout yang terbatas.
4) Thread sealing
Teknik ini berada diantara jilid benang jahit dan perfect binding. Harga yang relatif murah, produksi cepat daripada menjahit, dan dapat diproduksi dengan mesin. Hasil produk
2.2.5.4
27
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
sedikit, seperti menu, album, buku sample, dan label. Kelebihan lainnya, produksi cepat, tahan lama, varian material, dapat diatur atau ditukar kembali halaman (tidak tetap), dan tidak mudah rusak. Namun kelemahannya terdapat pada cakupan yang terbatas, tidak cocok untuk percetakan besar, gutter yang sulit terbaca, dan tidak memiliki punggung buku.
4) Spine bars
Sama seperti screws dan rings, halaman pada teknik ini tidak tetap, relatif murah, dan dapat didaur-ulang. Kelemahannya, cakupan terbatas, tidak memiliki punggung buku, dan tidak cocok untuk percetakan besar.
5) Rubber-band
Teknik dengan karet ini dapat digunakan untuk lipatan halaman atau percetakan sedikit. Halaman tidak tetap, namun tidak tahan lama. Harga yang cukup mahal, sulit untuk mengatur pembukaan halaman dengan kuatnya karet, dapat mengakibatkan buku yang membengkak, dan karet tidak tahan lama atau memungkinkan untuk lepas bahkan rapuh.
2.3 Ilustrasi
Ilustrasi adalah bentuk gambar atau visual representasi dari sebuah cerita atau objek konten yang ingin disampaikan. Dapat berupa cerita berkelanjutan atau hanya visual yang menggambarkan untuk penyampaian pesan. Ilustrasi adalah cara seseorang menerjemahkan sebuah konsep atau ide yang bersifat abstrak ke dalam bentuk visual (Maharsi, 2016).
2.3.1 Fungsi Ilustrasi
Banyak yang sulit melihat bahwa beberapa teks, konten, bahkan teori, akan lebih mudah ditangkap dan dipahami bila dilengkapi oleh gambar atau ilustrasi, seperti sebuah situasi dramatis yang sulit dibaca namun sangat mudah diterjemahkan dengan visual ilustrasi (Sullivan, E., 2016). Manusia
28
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
pun lebih mudah menangkap informasi baru dengan cara melihat gambar atau visual yang mendukung informasi tersebut. Dalam buku Breaking Into Freelance Illustration: A Guide for Artists, Designers and Illustrators, DeWolf (2011) menyatakan bahwa ada beberapa fungsi utama dari sebuah ilustrasi, yaitu:
1) Ilustrasi sebagai cara berfikir menjadi visual.
2) Dapat membentuk persepsi yang ingin disampaikan.
3) Memecahkan tulisan menjadi visual.
4) Menyeimbangkan dengan tulisan.
5) Menambahkan pernyataan terhadap konten.
6) Memberikan point of view yang lebih menarik.
7) Membantu menjelaskan konten tulisan.
8) Membentuk suasana hati.
9) Menarik perhatian lebih dari konten yang hanya memiliki tulisan.
10) Menjadi dekorasi konten.
Dari penjelasan di atas, ilustrasi dapat menjadi salah satu solusi untuk mempermudah pembaca memahami informasi atau pesan yang ingin disampaikan. Hal ini menjadikannya salah satu media pembelajaran agar dapat menangkap persepsi yang sama dalam bentuk visual yang lebih menarik dan kreatif.
2.3.2 Jenis Ilustrasi
Dari fungsi di atas, ilustrasi juga memiliki beberapa jenis. Jenis ilustrasi ini juga dibedakan dari manfaat setiap media yang akan digunakan.
Dalam buku The Fundamentals of Illustration, Zeegen & Crush (2014) menyatakan bahwa jenis ilustrasi adalah sebagai berikut:
1) Editorial illustration
Ilustrasi editorial adalah jenis ilustrasi yang dibuat untuk mengekspresikan ide dari sebuah teks; biasa digunakan pada buku, majalah,
29
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
koran, atau situs web resmi, bersifat editorial yang memerlukan keterlibatan dari berbagai pihak dalam produksinya. Bedanya dengan visual ilustrasi lainnya adalah jenis ini akan selalu disebelahkan dengan teks. Konsep utama jenis ilustrasi ini adalah untuk menvisualisasikan konsep teks pada informasi yang tercantum.
Gambar 2. 9 Pencarian Gambar di Google Images
2) Book publishing
Penerbitan buku adalah jenis ilustrasi yang paling banyak digunakan oleh ilustrator atau desainer. Ilustrasi ini biasa digunakan dalam buku cerita anak, buku fiksi, bahkan buku panduan. Ilustrasi ini biasa memiliki spesifikasi tertentu karena bertujuan untuk media cetak.
Gambar 2. 10 Pencarian Gambar di Google Images
30
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
3) Fashion illustration
Jenis ilustrasi ini tentu digunakan untuk dunia fashion. Jenis ini mulai populer pada tahun 1930-an yang sekarang sudah banyak berkembang dalam bidang fotografi. Ilustrasi ini bertujuan untuk membantu visualisasi rancangan mode pakaian dari tahap ke tahap sebagai panduan perancang busana.
Gambar 2. 11 Pencarian Gambar di Raw Pixel
4) Advertising illustration
Advertising illustration adalah jenis ilustrasi yang banyak ditemukan pada periklanan, sehingga visualnya bertujuan komersial. Bentuk visualnya pun biasa mempromosikan sebuah produk, menyampaikan sebuah kampanye, dan lain-lain.
Gambar 2. 12 Pencarian Gambar di Px Fuel
5) Music industry illustration
Jenis ilustrasi ini digunakan dalam dunia musik untuk memvisualisasikan bentuk identitas seorang musisi atau karakter sebuah
31
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
musik genre yang ingin disampaikan. Ilustrasi ini yang membantu pecinta musik dapat merasakan relasi musik musisi dengan lebih menarik.
Gambar 2. 13 Pencarian Gambar di Google Images
2.4 Tipografi
Tipografi adalah bentuk seni yang diciptakan untuk mengkomunikasikan pesan atau konten yang dapat dibaca. Tipografi tersusun dari karakter lengkap jenis huruf hingga tanda baca dengan ukuran dan gaya tertentu; didesain oleh typographer. Berikut merupakan beberapa definisi dari tipografi yang perlu diketahui (Hunt, 2020):
1) Font
File pada komputer yang merupakan sumber bentuk tipografi pada layar yang akan dicetak nantinya.
2) Typeface
Kumpulan dari karakter tipografi dengan gaya dan berbagai kelompok menjadi satu set.
3) Type style
Gaya tipografi dari kumpulan keluarga karakter, seperti italic, bold, condensed, dan sebagainya.
4) Type family
Kumpulan dari tipografi dan gayanya menjadi satu kelompok besar.
Paling sedikit berjumlah 2 set hingga terbanyak 50 set.
32
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
5) Glyph
Setiap karakter pada tipografi dan hurufnya. Sehingga, penulisan “fi”
terdiri dari glyph F dan I.
Untuk memudahkan desainer mempelajari dan mengetahui tipografi apa yang digunakan, disusunlah tipografi dengan berbagai kategori besar. Kategori ini dikelompokkan berdasarkan perbandingan anatomi setiap tipografi dan tipe keluarganya. Kategori tersebut terdiri dari, serif, sans serif, dan scripts (Strizver, 2014)
2.4.1 Serif
Kategori ini merupakan kategori terbesar dalam tipografi. Bentuk karakternya memiliki serif atau ekstensi: sapuan akhir yang memanjang dari ujung karakter. Bagian ini yang membedakan tipografi dengan bentuk serupa lainnya. Kategori serif banyak disebut sebagai kategori dekoratif dengan gaya sapuan ujung karakternya, namun dapat meningkatkan keterbacaan dengan memandu pembaca dari karakter ke karakter berikutnya. Beberapa contoh pengelompokan utama dari kategori serif ini adalah:
1) Oldstyle
Kategori ini berasal dari akhir abad 15 hingga pertengahan abad 18.
Bentuknya dapat dilihat dari lengkungan karakter dengan sumbu yang cenderung miring ke kiri. Memiliki kontras antara ketebalan dalam setiap glyph, sudut, dan tanda kurungnya. Contoh fon: Adobe Caslon pro.
2) Transitional
Tipografi ini mewakili abad 18 dengan transisi gaya lama dan modern.
Pengelompokan ini memiliki karakter, seperti sumbu melengkung yang lebih vertikal. Memiliki banyak kontras antara sapuan ketebalannya daripada gaya lama. Contoh fon: ITC New Baskerville.
3) Modern
Gaya ini lebih halus dari gaya tipografi lama sebelumnya. Dapat dibedakan dengan kontras tinggi karakter yang dramatis antara setiap
33
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
ketebalan karakternya serta lengkungan sumbu yang vertikal. Serif tipografi ini biasanya mengarah horizontal dengan sedikit atau tidak sama sekali.
Contoh fon: ITC Bodoni Twelve.
4) Clarendon
Gaya ini banyak dipopulerkan pada 1850 dan memiliki tekanan karakter yang tebal vertikal. Kurungnya biasa berbentuk persegi dengan goresan lebih ringan. Contoh fon: Clarendon.
5) Slab or square serif
Muncul pada abad 19 dengan serif persegi yang terlihat kuat, goresan lengkungnya sangat tipis bahkan hampir tidak terlihat. Bentuknya seperti monostroke, yaitu goresan yang memiliki lebar sama. Berbentuk seperti geometris. Contoh fon: ITC Lubalin Graph.
6) Glyphic
Gaya ini lebih tipis dari goresan pulpen. Biasanya memiliki sumbu vertikal, goresan minim, dan serif berbentuk segitiga atau melebar. Contoh fon: Copperplate Gothic.
2.4.2 Sans Serif
Berasal dari kata Perancis yang berarti sans (tanpa), sehingga sans serif merupakan tipografi tanpa sapuan akhir atau kait pada setiap karakternya. Tipografi ini mulai populer kembali karena bentuk yang minimal dan sederhana untuk percetakan industri. Berikut merupakan beberapa kategori umum tipografi sans serif:
1) 19th-century grotesque
Gaya penulisan tipografi ini merupakan gaya sans serif terpopuler.
Yang membuatnya berbeda ada pada sapuan setiap karakternya dengan ketebalan berbeda, lengkungan hurufnya, dan bentuk G kapital dan huruf kecilnya. Contoh fon: Franklin Gothic.
34
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
2) 20th-century grotesque
Berbeda dengan 20th-century grotesque, goresan karakter ini tidak begitu kontras, melainkan lebih halus dari tipografi sebelumnya. Huruf G yang digunakan hanya memiliki 1 mangkuk atau lengkungan pada pengaitnya. Contoh fon: Univers.
3) Geometric
Tipografi ini memiliki bentuk yang sangat geometris. Dengan lengkungan bulat sempurna pada setiap karakternya, seperti huruf O, C, P, dan sebagainya. Ketebalannya pun sama, tidak ada yang lebih lebar atau tipis.
Biasa disebut sebagai monowidth. Contoh fon: ITC Avent Garde Gothic.
4) Humanistic
Tipe tipografi ini diadaptasi dari tipografi Romawi, namun lebih sederhana untuk meningkatkan keterbacaan sans serif. Tipografi ini didasarkan dari proporsi huruf kapital Romawi dan huruf kecil lama, dimodifikasi menjadi goresan karakter yang lebih tegas dan jelas. Contoh fon:
Optima.
2.4.3 Scripts
Tipografi ini mewakili penulisan kaligrafi atau penulisan indah. Hal ini mencakup banyak gaya dan karakteristik yang lebih ringan dari pada gaya tradisional. Banyak variasinya yang diadaptasi dari penulisan tangan. Banyak juga digunakan sebagai bentuk dekoratif. Berikut merupakan contoh tipografi dengan kategori scripts:
1) Formal
Penulisan tipografi ini termasuk yang paling elegan serta dikategorikan berdasarkan loop yang dimiliki pada karakternya. Goresan yang anggun, berirama, banyak digunakan untuk meniru tipografi penulisan indah di abad 18. Contoh fon: Bickham Script Pro.
35
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
2) Casual and brush script
Tipografi ini didesain untuk menurunkan bentuk yang tidak formal seperti penulisan tangan menggunakan kuas atau instrumen serupa. Goresan setiap karakternya dapat terhubung dapat juga tidak terhubung. Biasanya memberikan kesan yang hangat, ramah, dan santai. Contoh fon: Mistral.
3) Calligraphic
Bentuk karakter pada tipografi ini bertujuan untuk menirukan goresan kaligrafi tangan yang banyak diproduksi khusus setiap karyanya. Karakternya terlihat seolah-olah menggunakan pena atau kuas khusus dengan ujung datar.
Setiap karakternya mungkin berbeda dengan tetesan, bintik noda, dan tidak beraturan pada penulisan. Contoh fon: ITC Ballerino.
4) Handwriting
Berbeda dengan brush dan calligraphic, tipografi ini menginterpretasikan penulisan asli tangan atau lukisan tangan. Gaya yang tidak beraturan ini lebih dekat dengan bentuk yang unik, melenting; layaknya tulisan dekoratif. Contoh fon: ITC Deelirious.
5) Blackletter
Gaya huruf ini berevolusi dari tulisan tangan liturgi dan manuskrip iluminasi yang setelah itu berubah menjadi ketikan, banyak digunakan pada Alkitab. Seperti Alkitab Gutenberg: buku pertama cetak dengan huruf bergerak. Tipografi ini bercirikan dengan tekstur hitam pekat dan dekorasi pada karakternya. Huruf kecilnya terdiri dari sudut sempit goresan dan serif yang tebal ke tipis, sehingga memberi kesan yang dramatis. Biasa memiliki campuran bentuk kaligrafi atau brush style. Contoh fon: Fette Fraktur.
6) Titling fonts
Tipografi ini paling banyak digunakan pada ukuran besar untuk judul atau display tertentu. Didesain khusus dengan ukuran, proporsi, dan detail desain yang ekstrem dengan kontras karakter lebih padat. Biasanya dalam tipografinya hanya berukuran kapital. Tipografi ini juga bisa berdiri sendiri.
Contoh fon: ITC Golden Cockerel Titling.
36
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
2.5 Sastra
Sastra merupakan bentuk seni lisan atau tertulis yang mengutamakan gaya bahasa indah sebagai medium yang memberikan gambaran kehidupan. Karya sastra merupakan gagasan penulis sebagai refleksi nilai kehidupan dengan mengedepankan nilai estetis hiburan sekaligus kenikmatan. Kekuatan dalam karya sastra adalah mampu menyentuh batin pembaca yang bertujuan tidak hanya sebagai hiburan dengan pembahasan mengikat pemaknaan kehidupan, namun bisa juga tidak ada kaitannya dengan hal tersebut.
Sastra memiliki 2 unsur utama, yaitu isi dan bentuk. Isi yang merupakan gagasan atau pemikiran, perasaan, pengalaman, ide, dan atau tanggapan pengarang terhadap tema yang dijelaskan. Sedangkan bentuk adalah media ekspresi seni sastra yang bermedium utama bahasa dan unur pendukung untuk memaksimalkan makna (Imron & Nugrahani, 2017).
Dengan ini, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan sastra merupakan refleksi kehidupan penulis atau seorang sastrawan melalui bahasa estetik.
Pembahasannya pun dapat berupa gagasan mengenai kehidupan yang dirasa, dialami, dipikirkan penulis sebagai media ekspresinya. Hal ini tidak dipungkiri bahwa, sastra menjadi salah satu seni yang multi-tafsir. Bertujuan untuk fungsi ekspresi, memiliki nada, dan dapat mengubah pikiran pembaca terhadap pemaknaannya.
2.5.1 Fungsi dan Manfaat Sastra
Karya sastra meliputi, puisi, cerpen, pantun, novel, dan naskah drama yang memiliki fungsi sebagai medium penghibur juga pembelajaran. Hal ini dapat membantu pembaca untuk memperjalas, memperluas, serta memperdalam wawasan dengan mengaitkan penghayatan pembacanya.
Pembahasan sastra pun sangat dekat dengan kehidupan, sehingga sastra mampu befungsi sebagai tanggapan personal mengenai isu dalam kehidupan.
Berikut merupakan manfaat utama sastra (Imron & Nugrahani, 2017):
37
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
1) Sebagai ilmu
Seperti yang sudah dijelaskan, sastra sebagai ilmu yang bersifat konventif atau terus berjalan menyesuaikan perkembangan zaman. Sehingga perlu dipelajari dalam bangku sekolah secara formal. Selain ilmu pembelajaran, sastra sebagai sarana pembentukan karakter siswa yang dapat dikembangkan melalui literasi pendidikan.
2) Sebagai seni
Selain menghibur, sastra juga berguna dalam keseharian manusia.
Karena melewati sastra, pembaca atau penikmat maupun penulis dapat mengembangkan imajinasinya melewati medium yang dipilihnya. Dari sinilah, sastra menjadi salah satu bidang seni yang bermanfaat juga menghibur bagi intrapersonal maupun interpersonal individu.
3) Sebagai budaya
Sastra mencakup luasan di berbagai bangsa. Karya yang mendunia dapat menjadikan sastra sebagai sarana mempersatukan bangsa, memperluas pergaulan, dan alat komunikasi manusia. Sehingga sastra dapat menjadi salah satu aktivitas membina mental individu atau masyarakat yang merepresentasikan bangsa tersebut.
2.5.2 Peran Sastra dalam Pendidikan
Sastra memiliki peran penting dalam kehidupan, selain membangun karakter individu hal ini juga sebagai media hiburan. Maka dari itu, penting bagi sastra sebagai materi pembelajaran di pendidikan bangku sekolah. Pada pendidikan ini pula, selain meningkatkan kepekaan pembaca dan membantu siswa memproyeksikan daya imajinasi, siswa dapat mempelajari pentingnya literasi dalam kehidupan.
Indonesia sendiri menjadikan sastra sebagai materi utama dalam kurikulumnya. Hal ini bertujuan sebagai salah satu apresiasi sastra untuk memperkenalkan budaya literasi sejak dini. Selain membentuk karakter siswa, dengan cerita fiksi, puisi, drama, pantun, dan bentuk sastra lainnya, dapat secara tidak langsung membentuk sikap dan minat bangsa. Dalam
38
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
kurikulum Indonesia sendiri, sastra mulai merujuk domiman kepada keterampilan daripada teori; berdasarkan wawancara bersama kedua guru bahasa SMP dan SMA. Hal ini bertujuan sebagai salah satu pengembangan karakter bangsa yang berperan penting dalam eksistensi negara itu sendiri.
Berikut merupakan fungsi dan manfaat sastra dalam pendidikan (Rosenblatt, 2016):
1) Diskusi dalam kelas terhadap sastra dapat memperluas pengetahuan dengan perspektif yang berbeda dari setiap individu yang secara tidak langsung meningkatkan motivasi pembelajaran siswa daripada pembelajaran secara teori. Hal ini dapat membangun sikap kritis pada siswa dengan memberikan pendapat terhadap interpretasi masing-masing siswa; berdampak pada faktor psikologis dan karakter anak.
2) Pembelajaran sastra pada sekolah dapat memicu dan melibatkan kesadaran atau bawah sadar siswa untuk mengembangkan sikap individunya.
3) Saat siswa terlibat dalam pembahasan literasi dan sastra, mereka dapat mengarah pada pembahasan benar dan salah yang menjadi salah satu cara melibatkan daya pikir analisis siswa.
4) Membantu siswa membentuk pemikiran etnis dalam menghakimi suatu hal.
5) Menstimulasi siswa untuk membentuk pemikiran matang pada sikapnya.
6) Dapat menjadi sarana pengembangan dan pengetahuan sejarah, ekonimis, dan sosiologis dari pemikiran kritis siswa dan materi yang dibahas.
7) Membentuk interaksi sosial yang dapat menjadi salah satu pengembangan diri dalam adaptasi kultur suatu bangsa.
39
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
8) Nilai dan pengalaman dari sastra dapat mengarahkan siswa untuk mengambil keputusan dalam hidup dengan filosofi atau prinsip individu yang terbentuk sejalannya pembelajaran siswa. Hal ini berhubungan pada sosial, psikologi, dan konsep kehidupan yang menjadi acuan masing-masing interpretasi individu.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud, 2018) menyatakan bahwa ada empat kompetensi dalam pembelajaran dasar Bahasa Indonesia, yaitu sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Kamdi & Wahyono (2020), menyatakan bahwa fokus muatan dari pembelajaran keterampilan dasar Bahasa, merupakan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Berdasarkan kurikulum 2013 tersebut, bagi siswa SMP hingga SMA setidaknya diwajibkan untuk mengidentifikasi pesan rima, unsur teks, suasana, tema, dan makna dari beberapa puisi. Siswa juga setidaknya dapat menyusun ulasan dari pesan puisi yang dikaitkan juga dalam situasi saat ini. BSNP melengkapi bahwa dalam materi puisi, terdapat keterampilan apresiasi sastra dengan tujuan membangkitkan rasa ingin tahu siswa, kemampuan menulis, dan apresiasi terhadap sastra, terutama puisi. Hal ini dilengkapi lagi dengan setidaknya siswa dapat mencermati, mengidentifikasi, dan mengembangkan isi makna dari sebuah puisi.
Dapat disimpulkan bahwa sastra secara general berperan penting dalam pembentukan karakter siswa sejak dini. Hal ini yang menentukan sikap manusia dan masyarakat suatu bangsa ke depannya, sehingga penting untuk materi sastra menjadi materi utama pembelajaran Bahasa Indonesia siswa SMP hingga SMA. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa tidak seluruh institusi pendidikan dapat memenuhi hal tersebut. Respons siswa merupakan hal terpenting terhadap pembelajaran sekolah yang menentukan sikap psikologis dan sosial suatu individu. Selain sumber daya manusia dalam pembelajaran sekolah, dibutuhkan media yang dapat mendukung
40
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
pembelajaran agar pesan dan tujuan awal kompetensi standar pendidikan nasional Indonesia dapat terpenuhi dengan baik.
2.5.3 Apresiasi Sastra
Apresiasi merupakan kegiatan kelanjutan sebuah nilai seni dan budaya atas kesadaran seseorang atau sekelompok dengan bentuk yang bermacam. Apresiasi juga dapat diartikan sebagai penilaian atau penghargaan sebuah masalah. Apresiasi terhadap sastra memiliki berbagai bentuk, secara langsung atau tidak langsug (Santosa & Djamar, 2014). Bentuk apresiasi sastra secara langsung merupakan membaca karya, mendengarkan, atau menonton pertunjukan karya sastra (drama atau pun pentas dialog, dan sebagainya). Bentuk apresiasi sastra secara tidak langsung merupakan pembelajaran teori atau sejarah sastra dan atau mengkritik sastra. Hal ini dapat berupa dokumentasi atau kegiatan kreatif dan inovatif dari sastra itu sendiri, seperti bentuk alih wahana sebuah karya.
Apresiasi sastra sangat berdampak bagi respons siswa (Inderawati, (2013). Dalam pendidikan dan pembelajaran sekolah, sebuah apresiasi sastra dapat berbentuk praktik atau teori. Hal ini dapat mengarahkan pendapat atau respons siswa dalam kelas secara positif dengan pengemasan bahasa dan materi yang tepat. Berikut merupakan manfaat dari apresiasi sastra (Santosa
& Djamari, 2014):
1) Hiburan
Sastra sebagai media seni dapat menghibur pembaca maupun penulis, sama halnya dengan apresiasi sastra. Alih wahana dalam apresiasi sastra menjadi salah satu kunci hiburan yang juga bermanfaat bagi kehidupan kedua pihak. Hal ini juga berdampak besar pada pribadi dan psikologi emosional individu. Beberapa orang menjadikan sastra sebagai salah satu kebutuhan daripada kewajiban.
41
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
2) Estetis
Hal ini menyangkut ilmu keindahan atau cabang filsafat, karena bentuk dari sastra yaitu dengan mengemasnya secara estetika. Alhasil dapat memberikan kepuasan terhadap kedua pihak, pembaca atau peminat dan penulis.
3) Pendidikan
Karya sastra banyak dihasilkan dari pengalaman seorang individu yang kemudian dikemas dengan berbagai macam bentuk, dari tata bahasa hingga alih wahana lainnya. Hal ini yang menjadikan sastra sebagai salah satu sarana didik individu, terutama untuk kalangan muda dalam pendidikan.
4) Kepekaan batin atau sosial
Keindahan, kemahiran, pengemasan karya sastra dengan bentuk yang bermacam dapat memicu kepekaan batin atau sosial individu. Seseorang dapat merasakan apa yang dirasakan penulis hanya dengan membaca.
Terlebih jika karya diapresiasi dengan bentuk yang menyesuaikan minat pembaca.
5) Wawasan
Selain penting untuk pendidikan, karya sastra dapat memperluas wawasan individu. Bahasan yang diangkat setiap pencipta dapat memberikan perspektif pengalaman yang berbeda dengan mangajak pembaca untuk memaknai hal tersebut. Dapat juga memicu imajinasi dengan pengalaman yang berhubungan atau tidak berhubungan dengan pembaca. Maka dari itu, apresiasi sastra adalah hal yang penting dipelajari dalam benbentukan karakter siswa dalam pendidikan.
Dapat disimpulkan bahwa, apresiasi sastra memiliki bentuk medium dan manfaat beragam. Seperti halnya membaca puisi merupakan apresiasi paling sederhana dalam karya sastra. Apresiasi sastra juga kaya terhadap manfaatnya yang dapat memicu psikologis dan sosial individu. Bentuk apresiasi sastra juga tanpa batas, hal ini menyesuaikan dengan minat setiap pembaca dan penikmatnya. Medium yang dapat digunakan juga beragam dari
42
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
cara seseorang mengalih-wahanakan sastra menjadi salah satu apresiasi utama karya sastra mereka.
2.5.4 Puisi
Puisi merupakan salah satu aliran sastra. Secara umum, puisi merupakan seni yang mengutamakan keindahan berbahasa yang dikemas dengan esetika tertentu, seperti ritme, nada, dan pola dalam setiap baitnya.
Hal ini juga dapat diartikan sebagai seni memaknai kehidupan dengan bentuk artistik dan keindahan dalam pemikiran imajinatif penulis. Penyusunan kata dirangkai sedemikian rupa agar dapat mengikat pembaca atau hanya sekedar menjadi medium mengekspresikan seseorang dalam perasaan atau emosionalnya.
Salah satu bentuk apresiasi puisi adalah dengan perancangan buku antologi. Seperti yang telah dibahas, bentuk apresiasi dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Hal ini dapat memperluas kemungkinan bentuk apresiasi puisi. Yang paling sering dilakukan merupakan bentuk apresiasi puisi di dunia kreatif. Seperti pengalihan wahana terhadap karya tertulis menjadi karya seni yang bermacam. Contoh utama yang paling sering dilakukan dalam pendidikan maupun di luar itu adalah musikalisasi puisi.
Menjadikan karya tulis sebagai lagu atau nada yang dapat mengikat lebih banyak orang selain peminat sastra. Sehingga bentuk dari alih wahana karya puisi adalah membuat karya tulis menjadi bidang dan medium lainnya. Puisi juga memiliki unsur dan ciri tertentu yang membedakan aliran sastra ini dengan aliran lainnya. Menurut Imron & Nugrahani (2017), puisi merupakan salah satu sarana mengekspresikan gagasan penulis dengan puitis. Hal ini memicu beberapa unsur yang dapat membangun puisi tersebut. Berikut merupakan unur dasar puisi:
1) Diksi
Pemilihan kata pada karya seni sastra seperti puisi merupakan hal terpenting, karena hal ini menjadi salah satu keunggulan dari puisi. Dari
43
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
pemilihan kata dan diksi dapat memberikan pemaknaan dan menjadikannya salah satu cara komunikasi pencipta dan peminat. Maka dari itu, diksi bukan sekedar penggunaan kata indah dalam puisi, namun menjadi salah satu ungkapan atau gagasan pesan yang ingin disampaikan. Dari sinilah, puisi dibentuk dengan bahasa figuratif, seperti majas yang terdiri dari: metafora, simile (perbandingan), personifikasi, metonimi, dan sinekdoki.
2) Imaji
Imaji merupakan unsur yang memberi dampak kuat pada pembacanya. Penulis akan menggambarkan pengalaman atau gagasan yang ingin disampaikan dengan mengembangkannya dalam imaji untuk membentuk gambaran mental. Hal ini dapat memicu pengalaman tertentu pembaca dengan perspektif penulis. Sebuah karya puisi merupakan karya yang multi-tafsir, semakin banyak makna yang dihasilkan dari karya tersebut dapat menjadikannya sebagai sarana berimajinasi pembaca. Hal ini dapat dikembangkan dari visual, audio, gerakan, peraba, penciuman, rasa, dan intelektual.
3) Ritma dan irama
Salah satu keunggulan dari puisi adalah bahasa yang digunakan memiliki ritma dan irama serta intonasi nada yang berbeda. Hal ini yang menjadikan karya puisi sebagai karya yang indah dan puitis. Rima adalah persamaan akhir bunyi kata pada setiap kalimat. Irama merupakan pengembangan puisi menjadi sebuah musikalisasi.
4) Tema
Ide dasar pembentukan sebuah karya puisi harus didasari dengan inti gagasan karya tersebut, yaitu tema. Hal ini juga sebagai dasar penyair mengekspresikan hasil karyanya dari refleksi penggalan kehidupannya. Tema dalam puisi sangat luas, hal ini juga tidak menjadi acuan pembaca terhadap apa yang ingin mereka baca. Kecuali dalam pembelajaran sekolah.
44
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
5) Amanat
Sebagai tujuan utama puisi, yaitu gagasan ekspresi penulis, puisi juga memiliki makna tertentu. Hal ini dibentuk dari moral atau ajaran yang ingin disampaikan dari pengembangan tema. Pada umumnya, amanat pada puisi bersifat tersirat, sehingga mengumpulkan daya pikir pembacanya. Hal ini menjadikan interpretasi pemaknaan setiap individu dalam puisi sangat luas.
6) Perasaan
Sebagai salah satu manfaat diksi yang kaya terhadap imajinasi, penulis mampu memicu perasaan pembacanya melewati karya puisi. Hal ini yang menjadi salah satu kekuatan puisi, karena dapat melibatkan perasaan pembaca melewati gaya bahasa dan unsur pendukung lainnya.
Dapat disimpulkan bahwa sebuah karya puisi terdiri dari berbagai unsur utama. Namun, hal ini juga disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Puisi mungkin tidak memiliki salah satu dari unsur di atas, namun tetap menjadikannya sebagai karya puisi. Seperti hal seni lainnya, tidak ada benar atau salah dalam berkarya. Puisi pula bersifat konvektif yang berarti, berjalan dan berkembang terus-menerus menyesuaikan sesuai zamannya.
2.6 Sapardi Djoko Damono
Sapardi Djoko Damono merupakan salah satu sastrawan Indonesia senior yang hingga akhir khayatnya, karyanya masih bayak diminati. Beliau lahir pada 20 Maret 1940 di Solo. Selama hidupnya, beliau banyak berpindah dari satu kampung, ke kampung lainnya. Hal ini yang menjadikan banyak karyanya memiliki banyak sejarah kehidupan. Beliau gemar berkeliling atau berkeluyuran semasa kecilnya.
Beliau pun sering mengikuti kelas Hari Minggu yang banyak menghasilkan karya beliau bertemakan Kristiani. Sapardi mulai menulis pada tahun 1957 yang karyanya sempat dimuat pada salah satu majalah lokal di Semarang. Sejak itu, beliau banyak mulai menulis, terutama karya buku sajak pertamanya yang beliau kumpulkan dari tahun 1967-1968 terbit pada tahun 1969 (Soemanto, 2017).
45
Perancangan Buku Antologi Ilustrasi Karya Sapardi Djoko Damono, Dwiyasni Maurisquemas, Universitas Multimedia Nusantara
Sapardi terus menulis dan memutuskan mengambil Sarjana Sastra di Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gajah Mada saat itu. Beliau juga melanjutkan pendidikan magisternya di Universitas Diponegoro jurusan Ilmu Sastra fakultas Ilmu Budaya. Semasa kuliahnya beliau banyak mengeksplorasi seni, terutama seni teater, musik, hingga seni lukis. Tetapi, tetap puisi yang menjadi salah satu keunggulan karya Sapardi. Hal ini dikarenakan beliau mampu mengambil makna kompleks dengan pengemasan bahasa yang sederhana. Karya sajak Sapardi banyak menggabungkan unsur intelektual yang bersifat personifikasi dengan banyak melambangkannya sebagai penggambaran situasi metafora (Toha-Sarumpaet &
Budianta, 2010).
Dalam wawancara bersama Ibnu Wahyudi, salah satu asisten pribadi Sapardi dan juga sastrawan Indonesia, mengatakan bahwa sajak Sapardi banyak membahas tentang tema kehidupan, seperti kematian dan percintaan. Beliau menambahkan, hal tersebut yang membuat banyak dari karyanya berhubungan dekat dengan pembacanya. Sapardi mampu menggambarkan pengalaman hidupnya dengan bahasa sederhana, sehingga mudah untuk diterima dari seluruh kalangan usia. Salah satu bentuk apresiasi karya Sapardi yang dapat dilakukan adalah bentuk kolaborasi multimedia. Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan mulai tanggal 30 Agustus 2021, menyatakan bahwa banyak dari generasi muda sekarang mengetahui Sapardi dari platform podcast salah satu penulis milenial, yaitu Rintik Sedu. Hal ini diperkuat dalam wawancara Ibnu Wahyudi, bahwa dengan kolaborasi atau bentuk apresiasi puisi berbagai media dapat meningkatkan minat puisi tidak hanya kalangan muda tapi seluruh generasi. Dari berbagai platform atau media juga dapat menjangkau segmentasi yang lebih luas. Salah satu karya Sapardi yang paling populer adalah, “Hujan Bulan Juni” yang juga banyak dialih wahanakan menjadi buku antologi dan film.