PENGEMBANGAN MODUL PENINGKATAN
KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN
DI SEKOLAH DASAR INKLUSIF
TESIS
Diajukan sebagai prasyarat untuk memperoleh gelar Magister (S2) Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
Oleh
Lia Amelia
Nim 1004999
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
DISAHKAN DAN DISETUJUI OLEH :
Pembimbing
Dr. Didi Tarsidi, M.Pd NIP. 195106011979031003
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus Sekolah Pascasarjana UPI Bandung
HALAMAN PERNYATAAN
De ga i i saya e yataka bahwa tesis de ga judul Desai Modul Pe ge ba ga
Program Kinerja Guru dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar I klusif seluruh isi ya adalah be ar -benar karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain, terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Desember 2012 Yang Membuat Pernyataan,
Lia Amelia
PENGEMBANGAN MODUL PENINGKATAN KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR INKLUSIF
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah tersusunnya modul yang memberikan manfaat khususnya kepada guru kelas inklusif sebagai bahan untuk menambah wawasan dan keterampilan dalam pembelajaran. Untuk dapat menyusun modul dilakukan penelitian. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah guru-guru di Sebuah SD Inklusif di Kota Bandung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja guru dalam pembelajaran di kelas inklusif masih perlu pengembangan lebih lanjut. Pengembangan yang dilakukan adalah dalam penyusunan rencana pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik berkebutuhan khusus. Selain itu, pengembangan dilakukan juga terhadap keterampilan guru dalam pengelolaan kelas dan penggunaan metode pembelajaran yang sesuai di kelas inklusif. Hal lain yang perlu pengembangan yaitu kemampuan guru kelas dalam melakukan penilaian dalam pembelajaran di kelas inklusif. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka guru kelas inklusif perlu berupaya menambah wawasan/pengayaan dan keterampilannya.
Modul tersusun dalam tiga bagian. Ketiga modul berisi tujuan dan materi yang mengupas tentang kinerja guru dalam pembelajaran. Pada setiap modul diakhiri dengan uji kompetensi yang berupa latihan-latihan yang dapat dilakukan oleh guru kelas inklusif baik secara mandiri ataupun kelompok antar guru.
THE DEVELOPMENT OF A MODULE FOR THE IMPROVEMENT OF TEACHERS’
PERFORMANCE IN THE TEACHING LEARNING IN INCLUSIVE ELEMENTARY SCHOOLS
ABSTRACT
The aim of the research was to compile a module that could give advantages, ultimately for teachers of inclusive classes, through materials that would help broaden their horizon and improve their skills in teaching learning. The research employed descriptive method with qualitative approach. Data were obtained using observation, interview, and documentary study. The sources of the data for the research were teachers of an inclusive elementary school in Bandung City.
The results of the research demonstrate that teachers’ performance in the teaching
learning of an inclusive classroom still needed further development. The development already conducted was in the form of compiling lesson plans appropriate for students with special
needs. In addition, teachers’ skills in class management and the use of teaching learning
method appropriate for an inclusive classroom have been developed. Another aspect requiring development was the ability of classroom teachers in conducting assessment in the teaching learning in an inclusive classroom. By taking into account these considerations, teachers of inclusive classrooms need to make an effort of enriching/broadening their horizon and skills.
The module consists of three parts. The three parts contain objectives and
content-materials discussing teachers’ performance in teaching learning. Each module is
accompanied with competence tests in the forms of exercises teachers of inclusive classrooms can do either individually or in groups.
It is expected that through the results of the research, schools and teachers can gain more benefits from the module the researcher has compiled as a medium to broaden inclusive
DAFTAR ISI
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ……….. 6
C. Tujuan Penelitian ……….. 6
D. Manfaat Penelitian ……… 7
E. Definisi Konsep ……… 8
F. Metode Penelitian ………. 9
BAB II KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN A. Kinerja Guru ……… 10
2. Hambatan yang dialami guru dalam melaksanakan Pembelajaran di kelas inklusif ………. 75
3. Keperluan guru dalam proses pembelajaran di kelas inklusif Agar pembelajaran berjalan efektif ………. 80
5. Upaya yang telah dilakukan oleh guru untuk meningkatkan
Kinerjanya dalam pembelajaran di kelas inklusif ………. 94 6. Rumusan Pengembangan Modul Peningkatan Kinerja Guru
Dalam Pembelajaran ………….. ……… 97
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….
A. Kesimpulan ……… 103 B. Saran ……… 104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
MODUL
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara tanpa kecuali. Pendidikan
telah menjadi bagian kehidupan yang diamanatkan secara nasional maupun
internasional. Dalam konteks praktis pendidikan terjadi pada lembaga-lembaga formal
dan informal baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat. Dalam
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 diamanatkan bahwa setiap warganegara
mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Dengan demikian
anak-anak berkebutuhan khusus (yang selanjutnya disingkat ABK) seperti tunanetra,
tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras dan anak-anak berkesulitan belajar
lainnya juga memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan.
Pengakuan atas hak pendidikan bagi setiap warga negara juga diperkuat dalam
berbagai deklarasi internasional. Pada tahun 1948. Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia menegaskan bahwa : ”Setiap orang mempunyai hak atas pendidikan”.
Deklarasi tersebut diperkuat lagi dalam Convention on The Rights of The Child yang
diselenggarakan oleh PBB (1989) Konvensi PBB tentang Hak Anak 1989 tersebut
lebih jauh menyatakan bahwa pendidikan dasar seyogyanya “wajib dan bebas biaya
bagi semua” (pasal 28)
Selama beberapa dasawarsa setelah ditetapkannya Deklarasi Universal,
banyak upaya dilakukan untuk menciptakan pendidikan yang universal. Namun,
dengan cepat terlihat adanya jurang pemisah antara idealisme dan realitas. Pada tahun
1980-an pertumbuhan pendidikan universal tidak hanya melambat, tetapi di banyak
secara otomatis. Deklarasi Dunia Jomtien tentang pendidikan untuk semua di
Thailand tahun 1990 mencoba untuk menjawab beberapa tantangan ini. Secara
ringkas Jomtien menyatakan kembali bahwa pendidikan merupakan hak mendasar
bagi semua orang.
Deklarasi Jomtien ini diperkuat lagi dalam The Salamanca Statement and
Framework for Action on Special Needs Education tahun 1994 yang secara lebih
tegas menuntut agar pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus bersifat inklusif,
sehingga sistem pendidikan yang memisahkan individu dan komunitasnya merupakan
pelanggaran hak asasi manusia.
Kecenderungan dunia dalam memberikan perhatian terhadap hak-hak anak
khususnya di bidang pendidikan terus bergulir. Dalam The World Education Forum
(2000) di Dakar, ditegaskan kembali perlunya memberikan perhatian terhadap anak
berkebutuhan khusus melalui pendidikan inklusif, yaitu pendidikan yang melayani
semua anak sesuai dengan kebutuhannya termasuk anak yang memerlukan pendidikan
khusus.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah agar semua anak, termasuk ABK
memperoleh akses ke sekolah adalah menjadikan sekolah umum sebagai sekolah
inklusif, yaitu sekolah yang mengijinkan peserta didik yang memiliki kebutuhan
khusus untuk dapat belajar di kelas bersama-sama dengan siswa lain yang tidak
berkebutuhan khusus, dengan pemberian layanan khusus sehingga ABK memiliki
kesempatan yang sama dengan anak lain untuk mengikuti seluruh kegiatan
pembelajaran di sekolah tersebut. Fokus pada pembangunan sekolah yang dapat
memenuhi kebutuhan setiap orang seperti ini seringkali disebut sebagai sebuah
Dalam dunia pendidikan, telah kita pahami bahwa guru merupakan pekerjaan
yang amat mulia. Guru berhadapan dengan anak-anak manusia yang akan
menentukan masa depan bangsa. Peran guru yang strategis, menuntut kerja guru yang
profesional, dan mampu mengembangkan ragam potensi yang terpendam dalam diri
anak didik. Sedemikian besar peran guru dalam melakukan perubahan terhadap
peradaban lewat anak didik yang akan menuntut kemajuan masa depan. Memang guru
bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Faktor
lain seperti keadaan siswa, sarana dan prasarana, dan faktor lingkungan. Tetapi faktor
yang paling esensial dalam keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh kepiawaian
guru dalam proses pembelajaran. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Prinsip pendidikan yang disesuaikan dalam sekolah inklusif menyebabkan
adanya tuntutan yang besar terhadap guru reguler maupun pendidikan khusus. Ini
menuntut pergeseran besar dari tradisi “mengajarkan materi yang sama kepada semua
siswa di kelas”, menjadi mengajar setiap anak sesuai dengan kebutuhan
individualnya, tetapi dalam seting kelas. Siswa mempunyai bermacam-macam minat,
bidang dan tingkat penguasaan, komunikasi dan strategi belajar, kecemasan dan
kekhawatiran. Siswa-siswa tertentu memiliki kebutuhan khusus akan bantuan karena
alasan yang berbeda-beda. Mungkin karena tidak dapat tidur, lapar, takut atau trauma
emosional yang mendalam. Di daerah-daerah yang dilanda perang, kelaparan dan
bencana alam, beberapa dari kondisi ini biasanya sama-sama dialami oleh anak-anak
maupun orang dewasa. Mungkin juga terdapat berbagai hambatan belajar dan
membaca, kecacatan sensori-motor atau fisik, gangguan perkembangan atau gabungan
beberapa kecacatan yang dikombinasikan dengan sebab-sebab lain. Di setiap kelas
sudah barang tentu diperlukan tingkat fleksibilitas yang tinggi untuk mengadaptasikan
lingkungan belajar dengan tingkat penguasaan, kemungkinan dan hambatan belajar
semua anak. Guru reguler dan guru pendidikan kebutuhan khusus mempunyai tugas
bersama untuk mengadaptasikan lingkungan belajar dengan kebutuhan dan
kemampuan setiap siswa di kelas. Jadi, kelas reguler akan menjadi tempat bertemunya
pendidikan reguler dan pendidikan kebutuhan khusus.
Pemerintah mengambil kebijakan menerbitkan UU No. 14 tahun 2005 tentang
guru dan dosen, yang pada intinya meningkatkan kualitas guru dan dosen. Semua ini
merupakan wujud nyata keseriusan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan
di Indonesia.
Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah tersebut perlu didukung dan
ditindaklanjuti oleh semua pihak yang terkait. Pemerintah daerah dan satuan
pendidikan mempunyai komitnen yang kuat memajukan pendidikan antara lain
dengan cara membina tenaga pendidik lebih intensif dan terus menerus. Sehingga
guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya lebih berdampak nyata dalam kegiatan
belajar mengajar di kelas. Guru didorong untuk memiliki komitmen yang dapat
dibanggakan oleh lingkungannya, jangan sampai malah menjadi biang dari
problematika di tempat ia bertugas. Jadilah guru sebagai lentera yang dapat
menerangi dirinya dan lingkungannya.
Kualitas pendidikan suatu bangsa berkaitan erat dengan mutu pengelola dan
mutu guru yang menyelenggarakan pendidikan di sekolah, tidak terkecuali sekolah
yang menyelenggarakan pendidikan inklusif atau yang selanjutnya disebut sebagai
di kota Bandung yang selanjutnya disebut SD X, dalam perjalanannya sebagai
sekolah inklusif tidak terlepas dari hambatan dan kekurangmampuannya dalam
memberikan layanan pendidikan terhadap peserta didik yang ada di kelas inklusif.
Keberagaman peserta didik yang ada di kelas inklusif cukup membuat guru
merasa kebingungan dan kewalahan menghadapi nya. Peserta didik yang tidak mau
diam, selalu bergerak ke sana ke mari mengitari ruang kelas dan sesekali mengganggu
temannya dengan mengambil alat tulis yang sedang digunakan, ditambah lagi dengan
peserta didik yang selalu teriak-teriak di dalam kelas, tentu saja situasi seperti ini akan
membuat guru kebingungan dan kewalahan menanganinya. Menghadapi situasi
tersebut sudah barang tentu memerlukan kepiawaian guru untuk dapat menciptakan
suasana pembelajaran yang kondusif untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Masalah kualitas guru yang rendah selalu mendapat perhatian dari pemerintah.
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru secara maksimal
untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif serta proses transformasi
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki guru tersebut kepada siswa. Berhasilnya
pembelajaran pada siswa sangat bergantung pada pertanggungjawaban guru dalam
melaksanakan tugasnya. Lahirnya undang-undang nomor 14 tentang Guru dan Dosen
tersebut yang mewajibkan guru harus memiliki kualifikasi akademik strata satu atau
diploma IV. Selanjutnya diikuti dengan Sertifikasi tenaga pendidik yang diiringi
dengan tunjangan sertifikasi., pada kenyatannya masih banyak guru yang belum
memenuhi kualifikasi akademiknya dibandingkan dengan yang telah memenuhi
kualifikasi akademik.
Dengan mempertimbangkan kenyataan tersebut, maka peneliti mengadakan
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Pendidikan inklusif, dalam penelitian ini dipersempit menjadi sekolah inklusif,
sangat diperlukan agar setiap anak mendapatkan akses yang sama untuk memperoleh
hak atas pendidikan. Sementara itu, kepiawaian guru dalam mengelola kelas sangat
menentukan keberhasilan penyelenggaraan sekolah inklusif. Dengan memperhatikan
latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini peneliti merumuskan permasalahan
utama yang akan dikaji yaitu : “Bagaimana pengembangan modul peningkatan
kinerja guru dalam pembelajaran di sekolah dasar inklusif ?”
Secara khusus, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan
dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kinerja guru dalam pembelajaran di sekolah dasar inklusif ?
2. Apa saja hambatan/kesulitan yang dialami guru dalam melaksanakan
pembelajaran di kelas inklusif ?
3. Apa saja yang diperlukan guru dalam proses pembelajaran di kelas inklusif agar
pembelajaran berjalan efektif?
4. Upaya apa yang telah dilakukan pihak sekolah dalam meningkatkan kinerja guru
dalam pembelajaran di kelas inklusif ?
5. Upaya apa yang telah dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kinerjanya dalam
pembelajaran di kelas inklusif ?
6. Bagaimanakah rumusan desain modul pengembangan program kinerja guru dalam
pembelajaran di sekolah dasar inklusif ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk merumuskan modul peningkatan
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan data-data pendukung yang
dapat diperoleh dengan :
1. Mengetahui gambaran tentang kinerja guru dalam pembelajaran di sekolah dasar
inklusif.
2. Mengetahui tentang apa saja yang menjadi hambatan/kesulitan yang dialami guru
dalam pembelajaran di kelas inklusif.
3. Mengetahui tentang apa saja yang diperlukan guru dalam proses pembelajaran di
kelas inklusif agar pembelajaran berjalan efektif.
4. Mengetahui tentang upaya apa yang telah dilakukan pihak sekolah ) dalam
meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran di kelas inklusif.
5. Mengetahui tentang upaya apa yang telah dilakukan oleh guru untuk
meningkatkan kinerjanya dalam pembelajaran di kelas inklusif.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat berupa masukan
kepada berbagai pihak yang terkait sebagai salah satu peningkatan kinerja guru dalam
pembelajaran di kelas inklusif. Juga dapat memberikan manfaat khususnya kepada
guru kelas inklusif sebagai bahan bacaan berupa modul yang dapat menambah
pengayaan dan keterampilan dalam hal kinerja guru dalam pembelajaran, sehingga
dapat memberikan salah satu solusi untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang
efektif dan efisien supaya dalam memberikan layanan pendidikan terhadap peserta
E. Definisi Konsep
Dalam definisi konsep, beberapa konsep didefinisikan secara sederhana sebagai
berikut :
1. Pendidikan Inklusif
Pendidikan Inklusif adalah paradigma baru untuk menuju perubahan yang
lebih baik dalam sistem layanan pendidikan. Pendidikan inklusif lebih luas
daripada pendidikan formal, semua anak dapat belajar sesuai dengan
kebutuhan anak dengan tidak diskriminatif. Hal tersebut sesuai dengan
definisi pendidikan inklusif yang dirumuskan dalam Seminar Agra yang
mendefinisikan pendidikan inklusif lebih luas daripada pendidikan formal,
mengakui bahwa semua anak dapat belajar sesuai dengan kebutuhan anak,
mengakui dan menghargai berbagai perbedaan pada diri anak, merupakan
proses yang dinamis, dan merupakan bagian dari strategi yang lebih luas untuk
mempromosikan masyarakat yang inklusif.
2. Sekolah inklusif
Sekolah inklusif dapat didefinisikan sebagai sekolah biasa (regular)
yang tidak diskriminatif terhadap semua anak untuk menjadi peserta didik di
sekolah tersebut, dan dalam memberikan pembelajarannya, peserta didik yang
berkebutuhan khusus maupun yang tidak berkebutuhan khusus diberikan hak
yang sama untuk mendapatkan layanan pendidikan di kelas dan sekolah yang
sama dengan penyediaan sumber-sumber yang memadai sesuai dengan
kebutuhan.
3. Modul Peningkatan Kinerja Guru dalam Pembelajaran
Modul peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran didefinisikan
khusus kepada guru kelas inklusif tentang perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran dan penilaian dalam pembelajaran di kelas inklusif.
Modul yang disusun membahas tentang kinerja guru dalam hal :
1. Perencanaan pembelajaran yang menyangkut penyusunan program
pembelajaran, meliputi : (a) penyusunan program semester, (b)
penyusunan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan (c)
penyusunan Program Pembelajaran Individual (PPI).
2. Pelaksanaan pembelajaran, yang meliputi : (a) keterampilan membuka
pelajaran, (b) keterampilan menutup pelajaran, (c) keterampilan
menjelaskan, (d) keterampilan bertanya, (e) keterampilan memberi
penguatan, (f) keterampilan menggunakan media pembelajaran, (g)
keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, (h) keterampilan
mengelola kelas, (i) keterampilan mengadakan variasi, (j) keterampilan
mengajar perorangan dan kelompok kecil, dan
3. Penilaian yang meliputi : (a) prinsip penilaian, (b) jenis penilaian, (c)
pelaksanaannya, (d) pengelolaan dan pelaporan hasil penilaian.
F. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap guru-guru di sebuah Sekolah Dasar Inklusif
di Kota Bandung (yang selanjutnya disebut “SD X”. penelitian ini menggunakan
metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dengan teknik
observasi, wawancara dan studi dokumentasi dengan alat pedoman observasi,
pedoman wawancara dan pedoman dokumentasi. Untuk lebih jelasnya mengenai
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Pendekatan Penelitian
Permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah kinerja guru
dalam pembelajaran. Untuk dapat mengungkap permasalahan tersebut maka peneliti
membutuhkan data-data yang menunjang dengan melakukan penelitian. Permasalahan
yang akan diungkap merupakan kondisi objektif yang meliputi kinerja guru dalam
pembelajaran (merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan sistem
penilaian) di kelas inklusif. Data yang diperlukan adalah :
1. Data tentang kinerja guru dalam pembelajaran yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian.
2. Data tentang hambatan yang dialami guru dalam pembelajaran di kelas inklusif.
3. Data tentang apa saja yang menjadi kebutuhan guru dalam proses pembelajaran
agar berjalan efektif.
4. Data tentang upaya yang dilakukan pihak sekolah / guru dalam meningkatkan
kinerja guru dalam pembelajaran.
Data-data tersebut berguna dalam mencapai tujuan dari penelitian ini yaitu
sebagai acuan dalam penyusunan draft pengembangan panduan peningkatan kinerja
guru dalam pembelajaran.
Dengan memperhatikan permasalahan dan data yang diperlukan, maka metode
yang digunakan adalah metode deskriptif yang berusaha untuk menggambarkan
keadaan pada saat ini. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Surachmad
(1992:76): “(a) penelitian deskriptif menuturkan secara sistematis tentang data atau
deskriptif lebih menekankan pada observasi dan suasana ilmiah (natural selling), ia
mencari teori (hypothesis generating) dan bukan mengajukan (hypothesis testing)”.
Permasalahan dan data penelitian yang diperoleh berupa kata-kata dan tidak
berupa angka. Maka pendekatan peneltian dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Untuk memahami tentang pendekatan penelitian kualitatif berikut, batasan
yang dikemukakan oleh para ahli:
Moleong (2004:6) mengemukakan tentang penelitian kualitatif adalah:
“Penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa”.
Pandangan lain tentang penelitian kualitatif oleh Malik (2011) adalah:
“Penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian”.
Pendekatan kualitatif diharapkan dapat memecahkan permasalahan. Hal
tersebut karena data yang diperoleh tidak berupa angka-angka melainkan kata-kata
atau kalimat. Hal ini sesuai dengan pengertian pendekatan kualitataif.
Dengan memperhatikan pendapat para ahli tersebut, maka metode penelitian
yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitataif. Adapun
alasannya, seperti merujuk pada pendapat para ahli tersebut deskriptif karena memang
data yang diperlukan merupakan data yang menggambarkan keadaan pada saat ini,
yaitu tentang kinerja guru pada saat ini. Dan data yang diperoleh juga tidak berupa
angka melainkan berbentuk kata-kata ataupun gambar. Dengan demikian jelas
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di SDN Tunas Harapan yang terletak di Jalan
Cijerah Kota Bandung (selanjutnya disebut SD X) ,yang merupakan sekolah yang
sudah lama meenyelenggarakan pendidikan inklusif dengan jumlah peserta didik
berkebutuhan khusus yang cukup banyak. Sehingga sekolah ini dikenal di kalangan
masyarakat sebagai sekolah inklusif.
Dengan mempunyai tenaga pendidik (guru) yang cukup banyak, dengan
kualifikasi pendidikan yang berbeda mulai dari tingkat sekolah menengah sampai
pada tingkat sarjana (S-1) dan di antaranya ada juga yang tingkat pendidikannya S-2,
yang sebagian besar gurunya memiliki backround pendidikan bukan dari pendidikan
khusus.
Selain didukung dengan sumber daya manusia yang cukup memadai, SDN
Tunas Harapan Kota Bandung juga ditunjang oleh sumber daya lainnya seperti sarana
dan prasarana yang cukup memadai sebagai penunjang kelancaran kegiatan
pembelajaran di sekolah tersebut.
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka yang menjadi subjek atau dalam
penelitian ini disebut sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah guru-guru di SD
X, yang terdiri dari guru kelas, guru mata pelajaran dan guru pembimbing khusus
(GPK). Atas pertimbangan jumlah guru dan waktu penelitian maka sumber data
ditentukan terhadap 5 guru kelas, 3 guru mata pelajaran, dan 2 guru pembimbing
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian berkaitan dengan alat-alat atau
instrumen untuk memperoleh data di lapangan. Instrumen yang paling utama dalam
penelitian ini sebenarnya adalah peneliti itu sendiri. Metode penelitian kualitatif
sering disebut metode penelitian naturalistik (Sugiyono, 2011). Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Nasution (dalam Sugiyono, 2012) bahwa dalam penelitian
naturalistik tidak ada pilihan lain daripada menjadikan peneliti itu sendiri sebagai
instrumen penelitian utamanya. Ini mengandung arti karena penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif maka instrumen atau alat pengumpul data yang
utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.
Dengan demikian, alat-alat atau instrumen yang dipaparkan di bawah ini
sebenarnya merupakan instrumen pelengkap atau hanya bersifat pedoman keputusan
penggunaan instrumen-instrumen pelengkap ini didasarkan pada metode penelitian
yang digunakan dan jenis data yang diperlukan.
Data hasil penelitian ini berbentuk kata-kata, sesuai pendapat Lofland
(Malik:2011) bahwa: “sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata,
dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”.
Selanjutnya penggunaan teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif
Rahardjo (2011:2) berpendapat bahwa: “pendekatan penelitian kualitatif, lazimnya
data dikumpulkan dengan beberapa teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu: 1)
wawancara, 2) observasi, 3) dokumentasi, dan 4) diskusi terfokus ”.
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, maka peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data: wawancara, observasi, dan dokumentasi. Berkenaan dengan
penelitian yang dilakukan ini, terdapat tiga teknik pengumpulan data yang digunakan,
1. Wawancara
Wawancara adalah melakukan tanya jawab kepada subyek penelitian .
Wawancara ini bertujuan untuk menggali data dan informasi dari subyek
penelitian sesuai dengan permasalahan yang diajukan terdahulu.
Menurut Susan Stainback yang dikutip Sugiyono (2012) mengemukakan
bahwa wawancara „... provide the researcher a means to gain a deeper
understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon than
can be gained through observation alone.’ Jadi dengan wawancara, maka
peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan (subyek
penelitian) dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana
hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.
Sejalan pendapat di atas Rahardjo (2011:2) memberikan batasan teknik
wawancara sebagai berikut:
“Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian. Dengan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini, wawancara bisa saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian atau, merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya.”
Wawancara dilakukan dalam suasana yang alami, kekeluargaan dan dalam
waktu yang fleksibel. Dengan wawancara peneliti dapat mengungkapkan
perspektif emik, yaitu pandangan, gagasan dan pikiran dari subyek penelitian.
Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dicatat dan dapat disalin menjadi
Hasil dari penelitian yang diperoleh dengan teknik wawancara adalah
diperolehnya data mengenai kinerja guru, hambatan yang dialami guru,
kebutuhan guru agar pembelajaran berjalan efektif ,dan upaya yang telah
dilakukan pihak sekolah / guru untuk meningkatkan kinerja guru dalam
pembelajaran.
2. Observasi
Selain wawancara peneliti melakukan observasi, observasi hakikatnya
merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera untuk memperoleh
informasi yang diperlukan dalam menjawab pertanyaan penelitian. Hasil
observasi ini berupa aktivitas, kejadian, kondisi atau suasana kondisi objektif
proses Kegiatan Belajar Mengajar di kelas inklusif. Menurut nasution
(Sugiyono,2012) menyatakan bahwa, “observasi adalah dasar semua ilmu
pengetahuan.” Sementara itu Marshall (Sugiyono, 2012) menyatakan bahwa
“through observation, the researcher learn about behavior and the meaning
attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku,
dan makna dari perilaku tersebut.
Observasi dilakukan sebagai teknik pengumpulan data utama guna
memperoleh kejelasan dan kekayaan informasi yang bersifat faktual dan
observeble. Menurut Guba dan Lincoln (Sugiyono, 2012), dalam penelitian
kualitatif secara metodologis penggunaan observasi dapat mengoptimalkan
peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan
sebagainya.
Hasil dari penelitian dengan teknik obeservasi ini adalah diperolehnya
data mengenai kinerja guru, khususnya dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan
dengan perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru serta dokumen-dokumen
yang berkaitan dengan pertayaan penelitian. Sugiyono (2012 :329) “ Dokumen
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.”
Hasil studi dokumentasi dalam penelitian ini diperolehnya beberapa
dokumen yang diperlukan sebagai data penunjang untuk menjawab pertanyaan
penelitian, adapun dokumen yang diperlukan sebagai berikut:
a. Dokumen kurikulum
b. Program tahunan guru kelas inklusif
c. Program semester guru kelas inklusif.
d. Silabus
e. Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP)
f. Catatan Pelaksanaan Pembelajaran Harian
g. Dokumen evaluasi pembelajaran.
Setelah menentukan teknik pengumpulan data sebagaimana telah
dijelaskan di atas maka berikutnya adalah pengembangan instrumen penelitian.
Pengembangan instrumen ini diawali dengan membuat kisi-kisi instrumen
penelitian. Selanjutnya berdasarkan kisi-kisi ini peneliti menyusun butir-butir
pernyataan untuk dijadikan pedoman observasi, dan menyusun butir pertanyaan
untuk dijadikan pedoman wawancara. Untuk lebih jelasnya kisi-kisi instrumen
penelitian terlampir.
Kisi-kisi tersebut dikembangkan untuk menyusun pedoman wawancara,
Tabel 3.1 Pedoman Observasi
NO PERTANYAAN PENELITIAN ITEM
1 Bagaimana kinerja guru dalam pembelajaran di kelas inklusif
1. Bagaimana cara guru kelas inklusif dalam melaksanakan pembelajaran yang meliputi keterampilan dasar :
Keterampilan bertanya
Keterampilan memberi penguatan
Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
Keterampilan
menggunakan media pembelajaran
Keterampilan pengelolaan kelas
Keterampilan mengadakan variasi
Keterampilan
Tabel 3.2
1. Bagaimana kinerja guru dalam pembelajaran di kelas inklusif
1. Bagaimana cara anda merumuskan tujuan pembelajaran ?
2. Bagaimana anda dalam memilih bahan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran ?
3. Bagaimana anda dalam memilih dan mengembangkan strategi pembelajaran ? 4. Bagaimana anda dalam memilih dan
mengembangkan media pembelajaran yang sesuai ?
5. Bagaimana anda dalam memilih dan memanfaatkan sumber belajar ?
6. Bagaimanakah anda dalam menciptakan suasana pembelajaran yang tepat ?
7. Bagaimanakah anda dalam mengatur ruangan kelas inklusif ?
8. Bagaimanakah anda dalam mengelola interaksi pembelajaran di kelas inklusif ?
9. Bagaimanakah anda dalam melakukan penilaian dalam pembelajaran di kelas inklusif ?
2. Apa saja hambatan yang dialami guru dalam melaksanakan
pembelajaran di kelas inklusif ?
10.Adakah hambatan yang anda alami dalam merencanakan pembelajaran di kelas inklusif ? 11.Adakah hambatan yang dialami anda dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas inklusif ? 12.Adakah hambatan yang dialami anda dalam
3. Apa saja yang diperlukan guru dalam proses pembelajaran di kelas inklusif agar pembelajaran berjalan efektif?
13.Hal-hal apa saja yang anda perlukan dalam merencanakan pembelajaran di kelas inklusif ? 14.Hal-hal apa saja yang diperlukan anda dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas inklusif ? 15.Hal-hal apa saja yang diperlukan anda dalam
melakukan penilaian dalam pembelajaran di kelas inklusif ?
4.. Upaya apa yang telah dilakukan pihak sekolah dalam meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran di kelas inklusif ?
16.Upaya apa saja yang telah dilakukan anda dalam meningkatkan kemampuan anda dalam
merencanakan pembelajaran di kelas inklusif ? 17.Upaya apa yang telah anda lakukan dalam
meningkatkan kemampuan melaksanakan pembelajaran di kelas inklusif ?
18.Upaya apa yang telah dilakukan anda dalam meningkatkan kemampuan melakukan penilaian pembelajaran di kelas inklusif ?
5. Upaya apa yang telah dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kinerjanya dalam pembelajaran di kelas inklusif ?
Tabel 3.3
Pedoman Studi Dokumentasi
NO PERTANYAAN PENELITIAN ITEM
1 Bagaimana kinerja guru dalam pembelajaran di kelas inklusif
Prosedur penelitian adalah langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam
melakukan penelitian agar tujuan penelitian tercapai. Adapun prosedur penelitian
dilakukan secara bertahap, melalui prosedur sebagai berikut
1. Tahap Studi Kondisi Objektif Kinerja Guru dalam Pembelajaran
Dalam kegiatan ini peneliti menghimpun data melalui teknik observasi,
wawancara dan studi dokumen dengan tujuan untuk memperoleh informasi /
data mengenai kondisi objektif yang meliputi : kinerja guru dalam
pembelajaran, hambatan yang dialami guru kelas inklusif dalam pembelajaran,
kebutuhan guru dalam pembelajaran agar berjalan efektif, dan upaya yang
telah dilakukan oleh pihak sekolah/guru dalam meningkatkan kinerja guru
kelas inklusif dalam pembelajaran. Data yang diperoleh dari tahap studi
dokumentasi ini sebagai acuan dalam penyusunan draft pengembangan modul
peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran.
2. Tahap Merumuskan Draft Pengembangan Modul Peningkatan Kinerja
Guru dalam Pembelajaran
Pada tahap ini peneliti menghimpun data hasil wawancara, observasi,
dan studi dokumentasi yang diperoleh dari tahap kondisi objektif di atas.
Kemudian data tersebut dianalisis untuk dijadikan bahan rumusan draft
pengembangan modul peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran. Pada
tahapan ini peneliti menganalisis data lapangan dan mencari beberapa sumber
penunjang untuk kemudian disusun draft pengembangan modul peningkatan
kinerja guru dalam pembelajaran. Dalam tahapan ini dihasilkan draft
pengembangan modul peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran yang
disusun dalam bentuk modul.
3. Tahap Validasi
Pada tahap ini peneliti melakukan validasi terhadap draft
muka dan berdiskusi dengan maksud untuk mendapatkan masukan dan
tanggapan dari validator terhadap draft. Dari hasil masukan dan tanggapan
tersebut peneliti merevisi draft agar tersusunnya suatu modul peningkatan
kinerja guru dalam pembelajaran sebagai hasil akhir. Validasi dilakukan oleh
seorang guru dari SD X, dan pakar pendidikan (Dosen UPI). Prosedur
Gambar 3.1
Melakukan tatap muka dan berdiskusi sehingga diperoleh masukan sebagai revisi terhadap draft.
HASIL AKHIR
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari lapangan tidak akan memberi makna yang berarti
apabila tidak dilanjutkan dengan analisis data. Dalam penelitian kualitatif,
pelaksanaan analisis data dilakukan sepanjang penelitian itu dan secara terus menerus
mulai tahap pengumpulan data sampai akhir.
Pelaksanaan analisis data dalam penelitian ini ditempuh dengan melakukan
kegaiatan-kegiatan :
1. Reduksi Data
Sebagai langkah awal dalam menganalisis data adalah melakukan reduksi
data dengan tujuan untuk memudahkan pemahaman terhadap data yang telah
terkumpul. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting dan membuang yang tidak perlu. Dengan
mereduksi data memberikan gambaran yang lebih jelas tentang aspek-aspek
permasalahan yang direduksi yaitu kinerja guru dalam pembelajaran di kelas
inklusif, faktor-faktor yang menghambat dalam kinerja guru kelas dalam
pembelajaran, kebutuhan guru kelas inklusif dalam pembelajaran agar berjalan
efektif, dan upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kinerja guru dalam
pembelajaran.
2. Penyajian Data
Langkah berikutnya adalah menyajikan data secara jelas dan singkat.
Dalam hal ini, data hasil kegiatan reduksi kemudian disajikan dalam bentuk uraian
singkat/teks yang bersifat naratif berdasarkan pada aspek-aspek yang diteliti.
Yang selanjutnya data tersebut dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan draft
3. Menarik Kesimpulan/Verifikasi
Langkah terakhir yang ditempuh peneliti dalam menganalisis data adalah
melakukan pengambilan kesimpulan dan verifikasi kesimpulan yang dimaksudkan
dalam tahap ini adalah memaknai terhadap data yang telah terkumpul.
Kesimpulan disusun dalam bentuk pernyataan singkat dan mudah dipahami
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kinerja guru dalam
pembelajaran di sekolah dasar inklusif, maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai
berikut :
1. Kinerja guru dalam pembelajaran yang meliputi kegiatan merencanakan
pembelajaran yaitu dalam penyusunan program pembelajaran masih kurang
sistematis dan efektif. Beberapa langkah dalam penyusunan program belum dapat
dilakukan oleh guru kelas. demikian juga dalam pelaksanaan pembelajaran yang
menuntut guru kelas terampil dalam memberikan layanan pendidikan inklusif,
ternyata masih perlu adanya pengembangan yang dapat meningkatkan
kemampuan keterampilan guru dalam mengajar terutama dalam keterampilan
mengelola kelas inklusif, keterampilan menggunakan media pembelajaran, dan
keterampilan mengadakan variasi metode.
2. Berkenaan dengan hambatan/kesulitan yang dialami dalam kinerja guru di kelas
inklusif adalah kurangnya pemahaman guru kelas terhadap konsep anak
berkebutuhan khusus dengan kata lain guru kelas inklusif kurang paham dengan
peserta didik berkebutuhan khusus, hal tersebut dikarenakan latar belakang
pendidikan guru kelas yang bukan dari pendidikan khusus. Dengan demikian
dibutuhkan adanya pengembangan kinerja guru kelas inklusif agar dapat lebih
paham tentang peserta didik berkebutuhan khusus dan cara layanan pendidikan
3. Diperlukan kesiapan fisik dan mental guru kelas inklusif dengan menambah
pengayaan / wawasan tentang peserta didik berkebutuhan khusus dan latihan
dalam pengembangan keterampilan proses pembelajaran agar pembelajaran di
kelas inklusif berjalan efektif.
4. Upaya yang telah dilakukan oleh pihak sekolah dalam meningkatkan kinerja guru
dalam pembelajaran di kelas inklusif adalah memberikan ijin kepada guru untuk
mengikuti seminar/workshop /pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak
PPPPTKdanPLB atau pun yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau
swasta lainnya.
5. Upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kinerjanya dalam pembelajaran
di kelas inklusif adalah melakukan sharing antar guru baik secara pribadi ataupun
kelompok.
6. Pada akhirnya mengacu dari hasil penelitian ini adalah tersusunnya modul
peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran di sekolah dasar inklusif.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti
menyampaikan saran sebagai berikut :
1. Saran untuk Kepala Sekolah
a. Dalam upaya meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran di kelas inklusif
diperlukan upaya yang lebih optimal melalui berbagai kegiatan yang terkait
langsung dengan profesionalisme guru.
b. Pengembangan kinerja guru dalam pembelajaran melalui sharing/komunikasi
antar guru dapat dilakukan melalui optimalisasi kegiatan yang selama ini
karir guru, seminar, lokakarya, pertemuan ilmiah, rapat kordinasi atau dengan
kegiatan lain yang bersifat formal kedinasan maupun non formal serta selalu
melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang diikuti.
c. Meningkatkan hubungan kebersamaan, kekeluargaan yang transparan dan
komunikatif melalui pemberian penghargaan secara moril maupun materil.
a. Saran untuk Guru Kelas
Untuk lebih meningkatkan wawasan keprofesian guru dalam tugas
kesehariannya, gunakan modul ini untuk menambah informasi/wawasan yang
efektif dalam memberikan layanan pendidikan inklusif.
b. Pergunakan modul ini sebagai salah satu acuan yang dapat memberikan solusi
dalam memberikan layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan peserta
didik.
c. Gunakan modul ini sebagai media yang dapat meningkatkan keterampilan
guru kelas dalam melaksanakan pembelajaran di kelas inklusif.
d. Gunakan modul ini sebagai tambahan pengayaan keterampilan guru dalam
merencanakan, melaksanakan dan melakukan penilaian dalam pembelajaran di
DAFTAR PUSTAKA
Amuda, Heryanto. (2009). Pedoman Resource Center. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Bidang Pendidikan Luar Biasa.
Asul Wiyanto & Mustakim. (2012). Panduan Karya Tulis Guru, Yogyakarta : Pustaka Grhatama.
Banun, Sri. (2008). Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru, Bandung : Alfabeta.
Dekawati, Ipong. (2011). Manajemen Pengembangan Guru Profesional. (suatu Tinjauan Teoritik dan Empirik), Bandung : Rizqi Press.
Delphie, Bandi. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting Pendidikan Inklusi, Bandung : Aditama.
Djam’an Satori, Aan Komariah. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta.
Elli Srimelinda, Asep Karyana, Acep Tuswara, (2011). Pedoman Administrasi Sekolah. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Bidang Pendidikan Luar Biasa.
Hatimah, Ihat. (2003). Strategi dan Metode Pembelajaran, Bandung : Andira.
Kustawan, Dedi. (2006). Penilaian Berdasarkan kurikulum Pendidikan Khusus 2004. Disampaikan pada Pelatihan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Makalah.
Moleong, Lexy. (2005). Metodologi Penelitian kualitatif . Edisi Revisi, Bandung : Rosdakarya.
Semiawan, Conny. (2009). Penerapan Pembelajaran Pada Anak, Jakarta : Indeks.
Sue Stubbs. (2002). Where There Are Few Resources (dialihbahasakan oleh Susi Septaviana R.) Pendidikan Inklusif Ketika hanya ada sedikit sumber. The Atlas Alliance.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandubng : Alfabeta.
Surakhmad, Winarno. (1980). Pengantar Penelitian Ilmiah dasar metode teknik, Bandung : Tarsito.
Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar mengajar di Sekolah, Jakarta : Rineka Cipta.
Syaefudin, U. (2011). Pengembangan Profesi Guru, Bandung : Alfabeta
Usman, U. (2011). Menjadi Guru Profesional. (edisi kedua), Bandung : Remaja Rosdakarya.
Yamin, martinis. (2010). Kiat Membelajarkan Siswa, Jakarta : Gaung Persada.
Yuniarsih, Tjutju & Suwatno . (2008). Manajemen Sumber daya Manusia. (Teori, Aplikasi dan Isu Penelitian), Bandung : Alfabeto.
_______, (2006). Perangkat untuk Mengembangkan Lingkungan Inklusif Ramah terhadap Pembelajaran, Indonesia, IDPN, Arbeiter-Samarinda-Bund.
_______, (2010). Analisis Materi Pembelajaran SDLB.Analisis dan Pembuatan Standar Kompetensi dan kompetensi Dasar SDLB A,B,C,C1,D1, dan Autis yang disertai ketunagrahitaan. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Bidang Pendidikan Luar Biasa.
________, (2010). Pedoman Penyusunan RPP Pendidikan Khusus Bidang PLB Disdik Jawa Barat. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Bidang Pendidikan Luar Biasa.
________, (2011). Buku Informasi PLB Informasi Grand Desain Pendidikan Inklusif. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.