• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODUL PENINGKATAN KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR INKLUSIF.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODUL PENINGKATAN KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR INKLUSIF."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODUL PENINGKATAN

KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN

DI SEKOLAH DASAR INKLUSIF

TESIS

Diajukan sebagai prasyarat untuk memperoleh gelar Magister (S2) Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

Oleh

Lia Amelia

Nim 1004999

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

DISAHKAN DAN DISETUJUI OLEH :

Pembimbing

Dr. Didi Tarsidi, M.Pd NIP. 195106011979031003

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus Sekolah Pascasarjana UPI Bandung

(3)

HALAMAN PERNYATAAN

De ga i i saya e yataka bahwa tesis de ga judul Desai Modul Pe ge ba ga

Program Kinerja Guru dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar I klusif seluruh isi ya adalah be ar -benar karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain, terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Desember 2012 Yang Membuat Pernyataan,

Lia Amelia

(4)

PENGEMBANGAN MODUL PENINGKATAN KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR INKLUSIF

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah tersusunnya modul yang memberikan manfaat khususnya kepada guru kelas inklusif sebagai bahan untuk menambah wawasan dan keterampilan dalam pembelajaran. Untuk dapat menyusun modul dilakukan penelitian. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah guru-guru di Sebuah SD Inklusif di Kota Bandung.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja guru dalam pembelajaran di kelas inklusif masih perlu pengembangan lebih lanjut. Pengembangan yang dilakukan adalah dalam penyusunan rencana pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik berkebutuhan khusus. Selain itu, pengembangan dilakukan juga terhadap keterampilan guru dalam pengelolaan kelas dan penggunaan metode pembelajaran yang sesuai di kelas inklusif. Hal lain yang perlu pengembangan yaitu kemampuan guru kelas dalam melakukan penilaian dalam pembelajaran di kelas inklusif. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka guru kelas inklusif perlu berupaya menambah wawasan/pengayaan dan keterampilannya.

Modul tersusun dalam tiga bagian. Ketiga modul berisi tujuan dan materi yang mengupas tentang kinerja guru dalam pembelajaran. Pada setiap modul diakhiri dengan uji kompetensi yang berupa latihan-latihan yang dapat dilakukan oleh guru kelas inklusif baik secara mandiri ataupun kelompok antar guru.

(5)

THE DEVELOPMENT OF A MODULE FOR THE IMPROVEMENT OF TEACHERS’

PERFORMANCE IN THE TEACHING LEARNING IN INCLUSIVE ELEMENTARY SCHOOLS

ABSTRACT

The aim of the research was to compile a module that could give advantages, ultimately for teachers of inclusive classes, through materials that would help broaden their horizon and improve their skills in teaching learning. The research employed descriptive method with qualitative approach. Data were obtained using observation, interview, and documentary study. The sources of the data for the research were teachers of an inclusive elementary school in Bandung City.

The results of the research demonstrate that teachers’ performance in the teaching

learning of an inclusive classroom still needed further development. The development already conducted was in the form of compiling lesson plans appropriate for students with special

needs. In addition, teachers’ skills in class management and the use of teaching learning

method appropriate for an inclusive classroom have been developed. Another aspect requiring development was the ability of classroom teachers in conducting assessment in the teaching learning in an inclusive classroom. By taking into account these considerations, teachers of inclusive classrooms need to make an effort of enriching/broadening their horizon and skills.

The module consists of three parts. The three parts contain objectives and

content-materials discussing teachers’ performance in teaching learning. Each module is

accompanied with competence tests in the forms of exercises teachers of inclusive classrooms can do either individually or in groups.

It is expected that through the results of the research, schools and teachers can gain more benefits from the module the researcher has compiled as a medium to broaden inclusive

(6)

DAFTAR ISI

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ……….. 6

C. Tujuan Penelitian ……….. 6

D. Manfaat Penelitian ……… 7

E. Definisi Konsep ……… 8

F. Metode Penelitian ………. 9

BAB II KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN A. Kinerja Guru ……… 10

2. Hambatan yang dialami guru dalam melaksanakan Pembelajaran di kelas inklusif ………. 75

3. Keperluan guru dalam proses pembelajaran di kelas inklusif Agar pembelajaran berjalan efektif ………. 80

(7)

5. Upaya yang telah dilakukan oleh guru untuk meningkatkan

Kinerjanya dalam pembelajaran di kelas inklusif ………. 94 6. Rumusan Pengembangan Modul Peningkatan Kinerja Guru

Dalam Pembelajaran ………….. ……… 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….

A. Kesimpulan ……… 103 B. Saran ……… 104

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

 MODUL

 KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara tanpa kecuali. Pendidikan

telah menjadi bagian kehidupan yang diamanatkan secara nasional maupun

internasional. Dalam konteks praktis pendidikan terjadi pada lembaga-lembaga formal

dan informal baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat. Dalam

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 diamanatkan bahwa setiap warganegara

mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Dengan demikian

anak-anak berkebutuhan khusus (yang selanjutnya disingkat ABK) seperti tunanetra,

tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras dan anak-anak berkesulitan belajar

lainnya juga memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan.

Pengakuan atas hak pendidikan bagi setiap warga negara juga diperkuat dalam

berbagai deklarasi internasional. Pada tahun 1948. Deklarasi Universal Hak Asasi

Manusia menegaskan bahwa : ”Setiap orang mempunyai hak atas pendidikan”.

Deklarasi tersebut diperkuat lagi dalam Convention on The Rights of The Child yang

diselenggarakan oleh PBB (1989) Konvensi PBB tentang Hak Anak 1989 tersebut

lebih jauh menyatakan bahwa pendidikan dasar seyogyanya “wajib dan bebas biaya

bagi semua” (pasal 28)

Selama beberapa dasawarsa setelah ditetapkannya Deklarasi Universal,

banyak upaya dilakukan untuk menciptakan pendidikan yang universal. Namun,

dengan cepat terlihat adanya jurang pemisah antara idealisme dan realitas. Pada tahun

1980-an pertumbuhan pendidikan universal tidak hanya melambat, tetapi di banyak

(9)

secara otomatis. Deklarasi Dunia Jomtien tentang pendidikan untuk semua di

Thailand tahun 1990 mencoba untuk menjawab beberapa tantangan ini. Secara

ringkas Jomtien menyatakan kembali bahwa pendidikan merupakan hak mendasar

bagi semua orang.

Deklarasi Jomtien ini diperkuat lagi dalam The Salamanca Statement and

Framework for Action on Special Needs Education tahun 1994 yang secara lebih

tegas menuntut agar pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus bersifat inklusif,

sehingga sistem pendidikan yang memisahkan individu dan komunitasnya merupakan

pelanggaran hak asasi manusia.

Kecenderungan dunia dalam memberikan perhatian terhadap hak-hak anak

khususnya di bidang pendidikan terus bergulir. Dalam The World Education Forum

(2000) di Dakar, ditegaskan kembali perlunya memberikan perhatian terhadap anak

berkebutuhan khusus melalui pendidikan inklusif, yaitu pendidikan yang melayani

semua anak sesuai dengan kebutuhannya termasuk anak yang memerlukan pendidikan

khusus.

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah agar semua anak, termasuk ABK

memperoleh akses ke sekolah adalah menjadikan sekolah umum sebagai sekolah

inklusif, yaitu sekolah yang mengijinkan peserta didik yang memiliki kebutuhan

khusus untuk dapat belajar di kelas bersama-sama dengan siswa lain yang tidak

berkebutuhan khusus, dengan pemberian layanan khusus sehingga ABK memiliki

kesempatan yang sama dengan anak lain untuk mengikuti seluruh kegiatan

pembelajaran di sekolah tersebut. Fokus pada pembangunan sekolah yang dapat

memenuhi kebutuhan setiap orang seperti ini seringkali disebut sebagai sebuah

(10)

Dalam dunia pendidikan, telah kita pahami bahwa guru merupakan pekerjaan

yang amat mulia. Guru berhadapan dengan anak-anak manusia yang akan

menentukan masa depan bangsa. Peran guru yang strategis, menuntut kerja guru yang

profesional, dan mampu mengembangkan ragam potensi yang terpendam dalam diri

anak didik. Sedemikian besar peran guru dalam melakukan perubahan terhadap

peradaban lewat anak didik yang akan menuntut kemajuan masa depan. Memang guru

bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Faktor

lain seperti keadaan siswa, sarana dan prasarana, dan faktor lingkungan. Tetapi faktor

yang paling esensial dalam keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh kepiawaian

guru dalam proses pembelajaran. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Prinsip pendidikan yang disesuaikan dalam sekolah inklusif menyebabkan

adanya tuntutan yang besar terhadap guru reguler maupun pendidikan khusus. Ini

menuntut pergeseran besar dari tradisi “mengajarkan materi yang sama kepada semua

siswa di kelas”, menjadi mengajar setiap anak sesuai dengan kebutuhan

individualnya, tetapi dalam seting kelas. Siswa mempunyai bermacam-macam minat,

bidang dan tingkat penguasaan, komunikasi dan strategi belajar, kecemasan dan

kekhawatiran. Siswa-siswa tertentu memiliki kebutuhan khusus akan bantuan karena

alasan yang berbeda-beda. Mungkin karena tidak dapat tidur, lapar, takut atau trauma

emosional yang mendalam. Di daerah-daerah yang dilanda perang, kelaparan dan

bencana alam, beberapa dari kondisi ini biasanya sama-sama dialami oleh anak-anak

maupun orang dewasa. Mungkin juga terdapat berbagai hambatan belajar dan

(11)

membaca, kecacatan sensori-motor atau fisik, gangguan perkembangan atau gabungan

beberapa kecacatan yang dikombinasikan dengan sebab-sebab lain. Di setiap kelas

sudah barang tentu diperlukan tingkat fleksibilitas yang tinggi untuk mengadaptasikan

lingkungan belajar dengan tingkat penguasaan, kemungkinan dan hambatan belajar

semua anak. Guru reguler dan guru pendidikan kebutuhan khusus mempunyai tugas

bersama untuk mengadaptasikan lingkungan belajar dengan kebutuhan dan

kemampuan setiap siswa di kelas. Jadi, kelas reguler akan menjadi tempat bertemunya

pendidikan reguler dan pendidikan kebutuhan khusus.

Pemerintah mengambil kebijakan menerbitkan UU No. 14 tahun 2005 tentang

guru dan dosen, yang pada intinya meningkatkan kualitas guru dan dosen. Semua ini

merupakan wujud nyata keseriusan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan

di Indonesia.

Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah tersebut perlu didukung dan

ditindaklanjuti oleh semua pihak yang terkait. Pemerintah daerah dan satuan

pendidikan mempunyai komitnen yang kuat memajukan pendidikan antara lain

dengan cara membina tenaga pendidik lebih intensif dan terus menerus. Sehingga

guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya lebih berdampak nyata dalam kegiatan

belajar mengajar di kelas. Guru didorong untuk memiliki komitmen yang dapat

dibanggakan oleh lingkungannya, jangan sampai malah menjadi biang dari

problematika di tempat ia bertugas. Jadilah guru sebagai lentera yang dapat

menerangi dirinya dan lingkungannya.

Kualitas pendidikan suatu bangsa berkaitan erat dengan mutu pengelola dan

mutu guru yang menyelenggarakan pendidikan di sekolah, tidak terkecuali sekolah

yang menyelenggarakan pendidikan inklusif atau yang selanjutnya disebut sebagai

(12)

di kota Bandung yang selanjutnya disebut SD X, dalam perjalanannya sebagai

sekolah inklusif tidak terlepas dari hambatan dan kekurangmampuannya dalam

memberikan layanan pendidikan terhadap peserta didik yang ada di kelas inklusif.

Keberagaman peserta didik yang ada di kelas inklusif cukup membuat guru

merasa kebingungan dan kewalahan menghadapi nya. Peserta didik yang tidak mau

diam, selalu bergerak ke sana ke mari mengitari ruang kelas dan sesekali mengganggu

temannya dengan mengambil alat tulis yang sedang digunakan, ditambah lagi dengan

peserta didik yang selalu teriak-teriak di dalam kelas, tentu saja situasi seperti ini akan

membuat guru kebingungan dan kewalahan menanganinya. Menghadapi situasi

tersebut sudah barang tentu memerlukan kepiawaian guru untuk dapat menciptakan

suasana pembelajaran yang kondusif untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran

sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Masalah kualitas guru yang rendah selalu mendapat perhatian dari pemerintah.

Berbagai upaya dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru secara maksimal

untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif serta proses transformasi

pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki guru tersebut kepada siswa. Berhasilnya

pembelajaran pada siswa sangat bergantung pada pertanggungjawaban guru dalam

melaksanakan tugasnya. Lahirnya undang-undang nomor 14 tentang Guru dan Dosen

tersebut yang mewajibkan guru harus memiliki kualifikasi akademik strata satu atau

diploma IV. Selanjutnya diikuti dengan Sertifikasi tenaga pendidik yang diiringi

dengan tunjangan sertifikasi., pada kenyatannya masih banyak guru yang belum

memenuhi kualifikasi akademiknya dibandingkan dengan yang telah memenuhi

kualifikasi akademik.

Dengan mempertimbangkan kenyataan tersebut, maka peneliti mengadakan

(13)

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Pendidikan inklusif, dalam penelitian ini dipersempit menjadi sekolah inklusif,

sangat diperlukan agar setiap anak mendapatkan akses yang sama untuk memperoleh

hak atas pendidikan. Sementara itu, kepiawaian guru dalam mengelola kelas sangat

menentukan keberhasilan penyelenggaraan sekolah inklusif. Dengan memperhatikan

latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini peneliti merumuskan permasalahan

utama yang akan dikaji yaitu : “Bagaimana pengembangan modul peningkatan

kinerja guru dalam pembelajaran di sekolah dasar inklusif ?”

Secara khusus, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan

dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kinerja guru dalam pembelajaran di sekolah dasar inklusif ?

2. Apa saja hambatan/kesulitan yang dialami guru dalam melaksanakan

pembelajaran di kelas inklusif ?

3. Apa saja yang diperlukan guru dalam proses pembelajaran di kelas inklusif agar

pembelajaran berjalan efektif?

4. Upaya apa yang telah dilakukan pihak sekolah dalam meningkatkan kinerja guru

dalam pembelajaran di kelas inklusif ?

5. Upaya apa yang telah dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kinerjanya dalam

pembelajaran di kelas inklusif ?

6. Bagaimanakah rumusan desain modul pengembangan program kinerja guru dalam

pembelajaran di sekolah dasar inklusif ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk merumuskan modul peningkatan

(14)

Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan data-data pendukung yang

dapat diperoleh dengan :

1. Mengetahui gambaran tentang kinerja guru dalam pembelajaran di sekolah dasar

inklusif.

2. Mengetahui tentang apa saja yang menjadi hambatan/kesulitan yang dialami guru

dalam pembelajaran di kelas inklusif.

3. Mengetahui tentang apa saja yang diperlukan guru dalam proses pembelajaran di

kelas inklusif agar pembelajaran berjalan efektif.

4. Mengetahui tentang upaya apa yang telah dilakukan pihak sekolah ) dalam

meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran di kelas inklusif.

5. Mengetahui tentang upaya apa yang telah dilakukan oleh guru untuk

meningkatkan kinerjanya dalam pembelajaran di kelas inklusif.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat berupa masukan

kepada berbagai pihak yang terkait sebagai salah satu peningkatan kinerja guru dalam

pembelajaran di kelas inklusif. Juga dapat memberikan manfaat khususnya kepada

guru kelas inklusif sebagai bahan bacaan berupa modul yang dapat menambah

pengayaan dan keterampilan dalam hal kinerja guru dalam pembelajaran, sehingga

dapat memberikan salah satu solusi untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang

efektif dan efisien supaya dalam memberikan layanan pendidikan terhadap peserta

(15)

E. Definisi Konsep

Dalam definisi konsep, beberapa konsep didefinisikan secara sederhana sebagai

berikut :

1. Pendidikan Inklusif

Pendidikan Inklusif adalah paradigma baru untuk menuju perubahan yang

lebih baik dalam sistem layanan pendidikan. Pendidikan inklusif lebih luas

daripada pendidikan formal, semua anak dapat belajar sesuai dengan

kebutuhan anak dengan tidak diskriminatif. Hal tersebut sesuai dengan

definisi pendidikan inklusif yang dirumuskan dalam Seminar Agra yang

mendefinisikan pendidikan inklusif lebih luas daripada pendidikan formal,

mengakui bahwa semua anak dapat belajar sesuai dengan kebutuhan anak,

mengakui dan menghargai berbagai perbedaan pada diri anak, merupakan

proses yang dinamis, dan merupakan bagian dari strategi yang lebih luas untuk

mempromosikan masyarakat yang inklusif.

2. Sekolah inklusif

Sekolah inklusif dapat didefinisikan sebagai sekolah biasa (regular)

yang tidak diskriminatif terhadap semua anak untuk menjadi peserta didik di

sekolah tersebut, dan dalam memberikan pembelajarannya, peserta didik yang

berkebutuhan khusus maupun yang tidak berkebutuhan khusus diberikan hak

yang sama untuk mendapatkan layanan pendidikan di kelas dan sekolah yang

sama dengan penyediaan sumber-sumber yang memadai sesuai dengan

kebutuhan.

3. Modul Peningkatan Kinerja Guru dalam Pembelajaran

Modul peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran didefinisikan

(16)

khusus kepada guru kelas inklusif tentang perencanaan pembelajaran,

pelaksanaan pembelajaran dan penilaian dalam pembelajaran di kelas inklusif.

Modul yang disusun membahas tentang kinerja guru dalam hal :

1. Perencanaan pembelajaran yang menyangkut penyusunan program

pembelajaran, meliputi : (a) penyusunan program semester, (b)

penyusunan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan (c)

penyusunan Program Pembelajaran Individual (PPI).

2. Pelaksanaan pembelajaran, yang meliputi : (a) keterampilan membuka

pelajaran, (b) keterampilan menutup pelajaran, (c) keterampilan

menjelaskan, (d) keterampilan bertanya, (e) keterampilan memberi

penguatan, (f) keterampilan menggunakan media pembelajaran, (g)

keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, (h) keterampilan

mengelola kelas, (i) keterampilan mengadakan variasi, (j) keterampilan

mengajar perorangan dan kelompok kecil, dan

3. Penilaian yang meliputi : (a) prinsip penilaian, (b) jenis penilaian, (c)

pelaksanaannya, (d) pengelolaan dan pelaporan hasil penilaian.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap guru-guru di sebuah Sekolah Dasar Inklusif

di Kota Bandung (yang selanjutnya disebut “SD X”. penelitian ini menggunakan

metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dengan teknik

observasi, wawancara dan studi dokumentasi dengan alat pedoman observasi,

pedoman wawancara dan pedoman dokumentasi. Untuk lebih jelasnya mengenai

(17)
(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian

Permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah kinerja guru

dalam pembelajaran. Untuk dapat mengungkap permasalahan tersebut maka peneliti

membutuhkan data-data yang menunjang dengan melakukan penelitian. Permasalahan

yang akan diungkap merupakan kondisi objektif yang meliputi kinerja guru dalam

pembelajaran (merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan sistem

penilaian) di kelas inklusif. Data yang diperlukan adalah :

1. Data tentang kinerja guru dalam pembelajaran yang meliputi perencanaan,

pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian.

2. Data tentang hambatan yang dialami guru dalam pembelajaran di kelas inklusif.

3. Data tentang apa saja yang menjadi kebutuhan guru dalam proses pembelajaran

agar berjalan efektif.

4. Data tentang upaya yang dilakukan pihak sekolah / guru dalam meningkatkan

kinerja guru dalam pembelajaran.

Data-data tersebut berguna dalam mencapai tujuan dari penelitian ini yaitu

sebagai acuan dalam penyusunan draft pengembangan panduan peningkatan kinerja

guru dalam pembelajaran.

Dengan memperhatikan permasalahan dan data yang diperlukan, maka metode

yang digunakan adalah metode deskriptif yang berusaha untuk menggambarkan

keadaan pada saat ini. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Surachmad

(1992:76): “(a) penelitian deskriptif menuturkan secara sistematis tentang data atau

(19)

deskriptif lebih menekankan pada observasi dan suasana ilmiah (natural selling), ia

mencari teori (hypothesis generating) dan bukan mengajukan (hypothesis testing)”.

Permasalahan dan data penelitian yang diperoleh berupa kata-kata dan tidak

berupa angka. Maka pendekatan peneltian dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Untuk memahami tentang pendekatan penelitian kualitatif berikut, batasan

yang dikemukakan oleh para ahli:

Moleong (2004:6) mengemukakan tentang penelitian kualitatif adalah:

“Penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa”.

Pandangan lain tentang penelitian kualitatif oleh Malik (2011) adalah:

“Penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian”.

Pendekatan kualitatif diharapkan dapat memecahkan permasalahan. Hal

tersebut karena data yang diperoleh tidak berupa angka-angka melainkan kata-kata

atau kalimat. Hal ini sesuai dengan pengertian pendekatan kualitataif.

Dengan memperhatikan pendapat para ahli tersebut, maka metode penelitian

yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitataif. Adapun

alasannya, seperti merujuk pada pendapat para ahli tersebut deskriptif karena memang

data yang diperlukan merupakan data yang menggambarkan keadaan pada saat ini,

yaitu tentang kinerja guru pada saat ini. Dan data yang diperoleh juga tidak berupa

angka melainkan berbentuk kata-kata ataupun gambar. Dengan demikian jelas

(20)

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di SDN Tunas Harapan yang terletak di Jalan

Cijerah Kota Bandung (selanjutnya disebut SD X) ,yang merupakan sekolah yang

sudah lama meenyelenggarakan pendidikan inklusif dengan jumlah peserta didik

berkebutuhan khusus yang cukup banyak. Sehingga sekolah ini dikenal di kalangan

masyarakat sebagai sekolah inklusif.

Dengan mempunyai tenaga pendidik (guru) yang cukup banyak, dengan

kualifikasi pendidikan yang berbeda mulai dari tingkat sekolah menengah sampai

pada tingkat sarjana (S-1) dan di antaranya ada juga yang tingkat pendidikannya S-2,

yang sebagian besar gurunya memiliki backround pendidikan bukan dari pendidikan

khusus.

Selain didukung dengan sumber daya manusia yang cukup memadai, SDN

Tunas Harapan Kota Bandung juga ditunjang oleh sumber daya lainnya seperti sarana

dan prasarana yang cukup memadai sebagai penunjang kelancaran kegiatan

pembelajaran di sekolah tersebut.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka yang menjadi subjek atau dalam

penelitian ini disebut sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah guru-guru di SD

X, yang terdiri dari guru kelas, guru mata pelajaran dan guru pembimbing khusus

(GPK). Atas pertimbangan jumlah guru dan waktu penelitian maka sumber data

ditentukan terhadap 5 guru kelas, 3 guru mata pelajaran, dan 2 guru pembimbing

(21)

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian berkaitan dengan alat-alat atau

instrumen untuk memperoleh data di lapangan. Instrumen yang paling utama dalam

penelitian ini sebenarnya adalah peneliti itu sendiri. Metode penelitian kualitatif

sering disebut metode penelitian naturalistik (Sugiyono, 2011). Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Nasution (dalam Sugiyono, 2012) bahwa dalam penelitian

naturalistik tidak ada pilihan lain daripada menjadikan peneliti itu sendiri sebagai

instrumen penelitian utamanya. Ini mengandung arti karena penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif maka instrumen atau alat pengumpul data yang

utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.

Dengan demikian, alat-alat atau instrumen yang dipaparkan di bawah ini

sebenarnya merupakan instrumen pelengkap atau hanya bersifat pedoman keputusan

penggunaan instrumen-instrumen pelengkap ini didasarkan pada metode penelitian

yang digunakan dan jenis data yang diperlukan.

Data hasil penelitian ini berbentuk kata-kata, sesuai pendapat Lofland

(Malik:2011) bahwa: “sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata,

dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”.

Selanjutnya penggunaan teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif

Rahardjo (2011:2) berpendapat bahwa: “pendekatan penelitian kualitatif, lazimnya

data dikumpulkan dengan beberapa teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu: 1)

wawancara, 2) observasi, 3) dokumentasi, dan 4) diskusi terfokus ”.

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, maka peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data: wawancara, observasi, dan dokumentasi. Berkenaan dengan

penelitian yang dilakukan ini, terdapat tiga teknik pengumpulan data yang digunakan,

(22)

1. Wawancara

Wawancara adalah melakukan tanya jawab kepada subyek penelitian .

Wawancara ini bertujuan untuk menggali data dan informasi dari subyek

penelitian sesuai dengan permasalahan yang diajukan terdahulu.

Menurut Susan Stainback yang dikutip Sugiyono (2012) mengemukakan

bahwa wawancara „... provide the researcher a means to gain a deeper

understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon than

can be gained through observation alone.’ Jadi dengan wawancara, maka

peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan (subyek

penelitian) dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana

hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Sejalan pendapat di atas Rahardjo (2011:2) memberikan batasan teknik

wawancara sebagai berikut:

“Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian. Dengan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini, wawancara bisa saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian atau, merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya.”

Wawancara dilakukan dalam suasana yang alami, kekeluargaan dan dalam

waktu yang fleksibel. Dengan wawancara peneliti dapat mengungkapkan

perspektif emik, yaitu pandangan, gagasan dan pikiran dari subyek penelitian.

Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dicatat dan dapat disalin menjadi

(23)

Hasil dari penelitian yang diperoleh dengan teknik wawancara adalah

diperolehnya data mengenai kinerja guru, hambatan yang dialami guru,

kebutuhan guru agar pembelajaran berjalan efektif ,dan upaya yang telah

dilakukan pihak sekolah / guru untuk meningkatkan kinerja guru dalam

pembelajaran.

2. Observasi

Selain wawancara peneliti melakukan observasi, observasi hakikatnya

merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera untuk memperoleh

informasi yang diperlukan dalam menjawab pertanyaan penelitian. Hasil

observasi ini berupa aktivitas, kejadian, kondisi atau suasana kondisi objektif

proses Kegiatan Belajar Mengajar di kelas inklusif. Menurut nasution

(Sugiyono,2012) menyatakan bahwa, “observasi adalah dasar semua ilmu

pengetahuan.” Sementara itu Marshall (Sugiyono, 2012) menyatakan bahwa

through observation, the researcher learn about behavior and the meaning

attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku,

dan makna dari perilaku tersebut.

Observasi dilakukan sebagai teknik pengumpulan data utama guna

memperoleh kejelasan dan kekayaan informasi yang bersifat faktual dan

observeble. Menurut Guba dan Lincoln (Sugiyono, 2012), dalam penelitian

kualitatif secara metodologis penggunaan observasi dapat mengoptimalkan

peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan

sebagainya.

Hasil dari penelitian dengan teknik obeservasi ini adalah diperolehnya

data mengenai kinerja guru, khususnya dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu

(24)

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan

dengan perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru serta dokumen-dokumen

yang berkaitan dengan pertayaan penelitian. Sugiyono (2012 :329) “ Dokumen

merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk

tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.”

Hasil studi dokumentasi dalam penelitian ini diperolehnya beberapa

dokumen yang diperlukan sebagai data penunjang untuk menjawab pertanyaan

penelitian, adapun dokumen yang diperlukan sebagai berikut:

a. Dokumen kurikulum

b. Program tahunan guru kelas inklusif

c. Program semester guru kelas inklusif.

d. Silabus

e. Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP)

f. Catatan Pelaksanaan Pembelajaran Harian

g. Dokumen evaluasi pembelajaran.

Setelah menentukan teknik pengumpulan data sebagaimana telah

dijelaskan di atas maka berikutnya adalah pengembangan instrumen penelitian.

Pengembangan instrumen ini diawali dengan membuat kisi-kisi instrumen

penelitian. Selanjutnya berdasarkan kisi-kisi ini peneliti menyusun butir-butir

pernyataan untuk dijadikan pedoman observasi, dan menyusun butir pertanyaan

untuk dijadikan pedoman wawancara. Untuk lebih jelasnya kisi-kisi instrumen

penelitian terlampir.

Kisi-kisi tersebut dikembangkan untuk menyusun pedoman wawancara,

(25)

Tabel 3.1 Pedoman Observasi

NO PERTANYAAN PENELITIAN ITEM

1 Bagaimana kinerja guru dalam pembelajaran di kelas inklusif

1. Bagaimana cara guru kelas inklusif dalam melaksanakan pembelajaran yang meliputi keterampilan dasar :

 Keterampilan bertanya

 Keterampilan memberi penguatan

 Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

 Keterampilan

menggunakan media pembelajaran

 Keterampilan pengelolaan kelas

 Keterampilan mengadakan variasi

 Keterampilan

(26)

Tabel 3.2

1. Bagaimana kinerja guru dalam pembelajaran di kelas inklusif

1. Bagaimana cara anda merumuskan tujuan pembelajaran ?

2. Bagaimana anda dalam memilih bahan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran ?

3. Bagaimana anda dalam memilih dan mengembangkan strategi pembelajaran ? 4. Bagaimana anda dalam memilih dan

mengembangkan media pembelajaran yang sesuai ?

5. Bagaimana anda dalam memilih dan memanfaatkan sumber belajar ?

6. Bagaimanakah anda dalam menciptakan suasana pembelajaran yang tepat ?

7. Bagaimanakah anda dalam mengatur ruangan kelas inklusif ?

8. Bagaimanakah anda dalam mengelola interaksi pembelajaran di kelas inklusif ?

9. Bagaimanakah anda dalam melakukan penilaian dalam pembelajaran di kelas inklusif ?

2. Apa saja hambatan yang dialami guru dalam melaksanakan

pembelajaran di kelas inklusif ?

10.Adakah hambatan yang anda alami dalam merencanakan pembelajaran di kelas inklusif ? 11.Adakah hambatan yang dialami anda dalam

melaksanakan pembelajaran di kelas inklusif ? 12.Adakah hambatan yang dialami anda dalam

(27)

3. Apa saja yang diperlukan guru dalam proses pembelajaran di kelas inklusif agar pembelajaran berjalan efektif?

13.Hal-hal apa saja yang anda perlukan dalam merencanakan pembelajaran di kelas inklusif ? 14.Hal-hal apa saja yang diperlukan anda dalam

melaksanakan pembelajaran di kelas inklusif ? 15.Hal-hal apa saja yang diperlukan anda dalam

melakukan penilaian dalam pembelajaran di kelas inklusif ?

4.. Upaya apa yang telah dilakukan pihak sekolah dalam meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran di kelas inklusif ?

16.Upaya apa saja yang telah dilakukan anda dalam meningkatkan kemampuan anda dalam

merencanakan pembelajaran di kelas inklusif ? 17.Upaya apa yang telah anda lakukan dalam

meningkatkan kemampuan melaksanakan pembelajaran di kelas inklusif ?

18.Upaya apa yang telah dilakukan anda dalam meningkatkan kemampuan melakukan penilaian pembelajaran di kelas inklusif ?

5. Upaya apa yang telah dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kinerjanya dalam pembelajaran di kelas inklusif ?

(28)

Tabel 3.3

Pedoman Studi Dokumentasi

NO PERTANYAAN PENELITIAN ITEM

1 Bagaimana kinerja guru dalam pembelajaran di kelas inklusif

Prosedur penelitian adalah langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam

melakukan penelitian agar tujuan penelitian tercapai. Adapun prosedur penelitian

dilakukan secara bertahap, melalui prosedur sebagai berikut

(29)

1. Tahap Studi Kondisi Objektif Kinerja Guru dalam Pembelajaran

Dalam kegiatan ini peneliti menghimpun data melalui teknik observasi,

wawancara dan studi dokumen dengan tujuan untuk memperoleh informasi /

data mengenai kondisi objektif yang meliputi : kinerja guru dalam

pembelajaran, hambatan yang dialami guru kelas inklusif dalam pembelajaran,

kebutuhan guru dalam pembelajaran agar berjalan efektif, dan upaya yang

telah dilakukan oleh pihak sekolah/guru dalam meningkatkan kinerja guru

kelas inklusif dalam pembelajaran. Data yang diperoleh dari tahap studi

dokumentasi ini sebagai acuan dalam penyusunan draft pengembangan modul

peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran.

2. Tahap Merumuskan Draft Pengembangan Modul Peningkatan Kinerja

Guru dalam Pembelajaran

Pada tahap ini peneliti menghimpun data hasil wawancara, observasi,

dan studi dokumentasi yang diperoleh dari tahap kondisi objektif di atas.

Kemudian data tersebut dianalisis untuk dijadikan bahan rumusan draft

pengembangan modul peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran. Pada

tahapan ini peneliti menganalisis data lapangan dan mencari beberapa sumber

penunjang untuk kemudian disusun draft pengembangan modul peningkatan

kinerja guru dalam pembelajaran. Dalam tahapan ini dihasilkan draft

pengembangan modul peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran yang

disusun dalam bentuk modul.

3. Tahap Validasi

Pada tahap ini peneliti melakukan validasi terhadap draft

(30)

muka dan berdiskusi dengan maksud untuk mendapatkan masukan dan

tanggapan dari validator terhadap draft. Dari hasil masukan dan tanggapan

tersebut peneliti merevisi draft agar tersusunnya suatu modul peningkatan

kinerja guru dalam pembelajaran sebagai hasil akhir. Validasi dilakukan oleh

seorang guru dari SD X, dan pakar pendidikan (Dosen UPI). Prosedur

(31)

Gambar 3.1

Melakukan tatap muka dan berdiskusi sehingga diperoleh masukan sebagai revisi terhadap draft.

HASIL AKHIR

(32)

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan tidak akan memberi makna yang berarti

apabila tidak dilanjutkan dengan analisis data. Dalam penelitian kualitatif,

pelaksanaan analisis data dilakukan sepanjang penelitian itu dan secara terus menerus

mulai tahap pengumpulan data sampai akhir.

Pelaksanaan analisis data dalam penelitian ini ditempuh dengan melakukan

kegaiatan-kegiatan :

1. Reduksi Data

Sebagai langkah awal dalam menganalisis data adalah melakukan reduksi

data dengan tujuan untuk memudahkan pemahaman terhadap data yang telah

terkumpul. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting dan membuang yang tidak perlu. Dengan

mereduksi data memberikan gambaran yang lebih jelas tentang aspek-aspek

permasalahan yang direduksi yaitu kinerja guru dalam pembelajaran di kelas

inklusif, faktor-faktor yang menghambat dalam kinerja guru kelas dalam

pembelajaran, kebutuhan guru kelas inklusif dalam pembelajaran agar berjalan

efektif, dan upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kinerja guru dalam

pembelajaran.

2. Penyajian Data

Langkah berikutnya adalah menyajikan data secara jelas dan singkat.

Dalam hal ini, data hasil kegiatan reduksi kemudian disajikan dalam bentuk uraian

singkat/teks yang bersifat naratif berdasarkan pada aspek-aspek yang diteliti.

Yang selanjutnya data tersebut dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan draft

(33)

3. Menarik Kesimpulan/Verifikasi

Langkah terakhir yang ditempuh peneliti dalam menganalisis data adalah

melakukan pengambilan kesimpulan dan verifikasi kesimpulan yang dimaksudkan

dalam tahap ini adalah memaknai terhadap data yang telah terkumpul.

Kesimpulan disusun dalam bentuk pernyataan singkat dan mudah dipahami

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kinerja guru dalam

pembelajaran di sekolah dasar inklusif, maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai

berikut :

1. Kinerja guru dalam pembelajaran yang meliputi kegiatan merencanakan

pembelajaran yaitu dalam penyusunan program pembelajaran masih kurang

sistematis dan efektif. Beberapa langkah dalam penyusunan program belum dapat

dilakukan oleh guru kelas. demikian juga dalam pelaksanaan pembelajaran yang

menuntut guru kelas terampil dalam memberikan layanan pendidikan inklusif,

ternyata masih perlu adanya pengembangan yang dapat meningkatkan

kemampuan keterampilan guru dalam mengajar terutama dalam keterampilan

mengelola kelas inklusif, keterampilan menggunakan media pembelajaran, dan

keterampilan mengadakan variasi metode.

2. Berkenaan dengan hambatan/kesulitan yang dialami dalam kinerja guru di kelas

inklusif adalah kurangnya pemahaman guru kelas terhadap konsep anak

berkebutuhan khusus dengan kata lain guru kelas inklusif kurang paham dengan

peserta didik berkebutuhan khusus, hal tersebut dikarenakan latar belakang

pendidikan guru kelas yang bukan dari pendidikan khusus. Dengan demikian

dibutuhkan adanya pengembangan kinerja guru kelas inklusif agar dapat lebih

paham tentang peserta didik berkebutuhan khusus dan cara layanan pendidikan

(35)

3. Diperlukan kesiapan fisik dan mental guru kelas inklusif dengan menambah

pengayaan / wawasan tentang peserta didik berkebutuhan khusus dan latihan

dalam pengembangan keterampilan proses pembelajaran agar pembelajaran di

kelas inklusif berjalan efektif.

4. Upaya yang telah dilakukan oleh pihak sekolah dalam meningkatkan kinerja guru

dalam pembelajaran di kelas inklusif adalah memberikan ijin kepada guru untuk

mengikuti seminar/workshop /pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak

PPPPTKdanPLB atau pun yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau

swasta lainnya.

5. Upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kinerjanya dalam pembelajaran

di kelas inklusif adalah melakukan sharing antar guru baik secara pribadi ataupun

kelompok.

6. Pada akhirnya mengacu dari hasil penelitian ini adalah tersusunnya modul

peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran di sekolah dasar inklusif.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti

menyampaikan saran sebagai berikut :

1. Saran untuk Kepala Sekolah

a. Dalam upaya meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran di kelas inklusif

diperlukan upaya yang lebih optimal melalui berbagai kegiatan yang terkait

langsung dengan profesionalisme guru.

b. Pengembangan kinerja guru dalam pembelajaran melalui sharing/komunikasi

antar guru dapat dilakukan melalui optimalisasi kegiatan yang selama ini

(36)

karir guru, seminar, lokakarya, pertemuan ilmiah, rapat kordinasi atau dengan

kegiatan lain yang bersifat formal kedinasan maupun non formal serta selalu

melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang diikuti.

c. Meningkatkan hubungan kebersamaan, kekeluargaan yang transparan dan

komunikatif melalui pemberian penghargaan secara moril maupun materil.

a. Saran untuk Guru Kelas

Untuk lebih meningkatkan wawasan keprofesian guru dalam tugas

kesehariannya, gunakan modul ini untuk menambah informasi/wawasan yang

efektif dalam memberikan layanan pendidikan inklusif.

b. Pergunakan modul ini sebagai salah satu acuan yang dapat memberikan solusi

dalam memberikan layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan peserta

didik.

c. Gunakan modul ini sebagai media yang dapat meningkatkan keterampilan

guru kelas dalam melaksanakan pembelajaran di kelas inklusif.

d. Gunakan modul ini sebagai tambahan pengayaan keterampilan guru dalam

merencanakan, melaksanakan dan melakukan penilaian dalam pembelajaran di

(37)
(38)

DAFTAR PUSTAKA

Amuda, Heryanto. (2009). Pedoman Resource Center. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Bidang Pendidikan Luar Biasa.

Asul Wiyanto & Mustakim. (2012). Panduan Karya Tulis Guru, Yogyakarta : Pustaka Grhatama.

Banun, Sri. (2008). Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru, Bandung : Alfabeta.

Dekawati, Ipong. (2011). Manajemen Pengembangan Guru Profesional. (suatu Tinjauan Teoritik dan Empirik), Bandung : Rizqi Press.

Delphie, Bandi. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting Pendidikan Inklusi, Bandung : Aditama.

Djam’an Satori, Aan Komariah. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta.

Elli Srimelinda, Asep Karyana, Acep Tuswara, (2011). Pedoman Administrasi Sekolah. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Bidang Pendidikan Luar Biasa.

Hatimah, Ihat. (2003). Strategi dan Metode Pembelajaran, Bandung : Andira.

Kustawan, Dedi. (2006). Penilaian Berdasarkan kurikulum Pendidikan Khusus 2004. Disampaikan pada Pelatihan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Makalah.

Moleong, Lexy. (2005). Metodologi Penelitian kualitatif . Edisi Revisi, Bandung : Rosdakarya.

Semiawan, Conny. (2009). Penerapan Pembelajaran Pada Anak, Jakarta : Indeks.

Sue Stubbs. (2002). Where There Are Few Resources (dialihbahasakan oleh Susi Septaviana R.) Pendidikan Inklusif Ketika hanya ada sedikit sumber. The Atlas Alliance.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandubng : Alfabeta.

Surakhmad, Winarno. (1980). Pengantar Penelitian Ilmiah dasar metode teknik, Bandung : Tarsito.

Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar mengajar di Sekolah, Jakarta : Rineka Cipta.

Syaefudin, U. (2011). Pengembangan Profesi Guru, Bandung : Alfabeta

Usman, U. (2011). Menjadi Guru Profesional. (edisi kedua), Bandung : Remaja Rosdakarya.

(39)

Yamin, martinis. (2010). Kiat Membelajarkan Siswa, Jakarta : Gaung Persada.

Yuniarsih, Tjutju & Suwatno . (2008). Manajemen Sumber daya Manusia. (Teori, Aplikasi dan Isu Penelitian), Bandung : Alfabeto.

_______, (2006). Perangkat untuk Mengembangkan Lingkungan Inklusif Ramah terhadap Pembelajaran, Indonesia, IDPN, Arbeiter-Samarinda-Bund.

_______, (2010). Analisis Materi Pembelajaran SDLB.Analisis dan Pembuatan Standar Kompetensi dan kompetensi Dasar SDLB A,B,C,C1,D1, dan Autis yang disertai ketunagrahitaan. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Bidang Pendidikan Luar Biasa.

________, (2010). Pedoman Penyusunan RPP Pendidikan Khusus Bidang PLB Disdik Jawa Barat. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Bidang Pendidikan Luar Biasa.

________, (2011). Buku Informasi PLB Informasi Grand Desain Pendidikan Inklusif. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Gambar

Tabel 3.1 Pedoman Observasi
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara
Tabel 3.3 Pedoman Studi Dokumentasi
Gambar 3.1 PROSEDUR PENELITIAN

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan nilai kadar ekstrak kulit dan batang dengan beberapa tumbuhan lain diduga karena setiap tanaman memiliki nilai kadar yang berbeda tergantung pada

WAN menggunakan sarana fasilitas transmisi seperti telepon, kabel bawah laut ataupun satelit.. Jika dilihat dari fungsinya, sebenarnya WAN tidak jauh berbeda dengan LAN. WAN

Berkaitan dengan pelayanan kesehatan tradisional, menurut Bapak Qamaludin Achmad, sejauh ini belum ada pengaduan dari masyarakat yang merasa dirugikan oleh pelaku usaha

Analisis faktor digunakan untuk mengelompokkan lebih dari satu variabel yang memiliki kemiripan tertentu untuk dijadikan satu faktor, sehingga dimungkinkan beberapa

Yang bersangkutan telah mengadakan wawancara dengan kami pada tanggal 03 Februari 2013 dalam rangka penulisan tesis dengan judul: “PERANAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN

Bagi pihak pesakit atau masyarakat Islam yang merujuk kepada pengubatan alternatif Islam dalam mendapatkan khidmat rawatan, amat wajar mempunyai thaqafah yang betul dan tepat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah spermatozoa setelah dilakukan pemberian Monosodium Glutamate dengan beberapa tingkat dosis pada tikus jantan

Langkah-langkah dalam penekanan biji kemiri sangat penting untuk diperhatikan dalam rangka menghasilkan minyak yang maksimal, karena itu perlakuan awal pada biji kemiri