PENERAPAN ANGKLUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU KELAS IV DI SD NEGERI 25 TANJUNG ENIM
SUMATERA SELATAN TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Seni
`
Oleh
Fensy Sella
NIM 1201062
JURUSAN PENDIDIKAN SENI SEKOLAH PASCASARJANA
PENERAPAN ANGKLUNG SEBAGAI MEDIA
PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU
KELAS IV DI SDN 25 TANJUNG ENIM
SUMATERA SELATAN
Oleh
Fensy Sella
S.Pd UPI, 2011
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Fensy Sella 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
E. Manfaat/SignifikanPenelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
A.Hipotesis Penelitian ... 9
B. Konsep dan Teori Pembelajaran Seni ... 9
C. Istilah Pembelajaran, Model, Pendekatan, danMetode ... 16
D.PembelajaranTematik Terpadu ... 20
E. AsasPembelajaran Tematik ... 34
F. pembelajaran melalui Media permainan/games………...35
G.Permainan Tradisional Sebagai Media Pembelejaran Bagi Siswa Sekolah dasar………..39
H.Pengajaran Musik Berdasarkan Pengalaman Musik………46
I. Angklung ... 50
J. Penelitian Terdahulu ... 54
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
L. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah ... 60
BAB III METODE PENELITIAN ... 66
A. Lokasi Penelitian ... 66
B. Desain Penelitian ... 67
C. Metode Penelitian ... 68
D. Definisi Operasional ... 70
E. Instrumen Penelitian ... 71
F. PengembanganInstrumen Penelitian... 74
G. Teknik Pengumpulan Data ... 75
H. Teknik Analisis Data ... 77
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 78
A. Desain Konsep Pembelajaran Tematik Terpadu ... 78
B. Langkah-langkah dan Strategi Pembelajaran Tematik Terpadu Menggunakan Angklung ... 91
C. Implikasi Penerapan Angklung sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu di SDN 25 Tanjung Enim-Sumatera Selatan ... 102
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 105
A. Simpulan ... 105
B. Saran ... 106
DAFTAR PUSTAKA ... 108
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 66
Tabel 3.2Kisi-kisi Hubungan Variabel, Sumber data, Metode, dan Instrumen Penelitian ... 75
Tabel 3.3Kisi-kisi Pedoman Observasi Siswa ... 76
Tabel 3.4Kisi-kisi Pedoman Penilaian Memainkan Angklung ... 76
Tabel 4.1 Langkah-langkah Pembelajaran.………91
Tabel 4.2 Analisis Instruksional PTT Kelas IV SD Tema "Indahnya Kebersamaan"………..…93
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1Integrated Curriculum ... 32
Gambar 2.2Integrated Curriculum ... 32
Gambar 2.3 Integrated Curriculum ... 33
Gambar2.4Partitur lagu Boneka Abdi versi Sunda……….……….47
Gambar 2.5 Pembelajaran Terpadu Menggunakan Angklung ... 54
Gambar2.5Pendekatan Induktif VS Pendekatan Deduktif ... 57
Gambar4.1Kegiatan Pembelajaran Angklung ... 81
Gambar 4.2Partitur Lagu "Boneka Abdi Versi Sunda" ... 82
Gambar 4.3 Partitur Lagu Boneka Abdi versi Bahasa Indonesia………...83
Gambar 4.3Kegiatan Kelompok dalam Permainan "Boneka Abdi" Menggunakan Bahasa Sumatera Selatan ... 85
Gambar 4.5 Kegiatan Mengekspresikan Seni Musik Menggunakan Angklung 88
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 3.1 Desain Eksperimen Penelitian ... 67
Bagan 3.1Langkah-langkah Penelitian ... 69
Bagan 4.1Hubungan Seni Budaya dengan Mata Pelajaran Lain ... 63
Bagan 4.2Tahapan dari RPP ... 88
Bagan 4.3Langkah-langkah Perencanaan Pembelajaran Tematik Terpadu ... 92
Bagan 4.4Model Pembelajaran Tematik Terpadu Melalui Angklung ... 96
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Sintak Pembelajaran Tematik Terpadu Melalui Angklung ... 111
Lampiran 2 RPP 1 ... 115
Lampiran 3 Kuisioner 1 ... 119
Lampiran 4 Kuisioner 2 ... 120
Lampiran 5Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik ... 122
Lampiran 6Lembar Kerja Peserta Didik ... 124
Lampiran 7Lembar Wawancara Peserta Didik... 101
Lampiran 8Lembar Penilaian Unjuk Kerja Peserta Didik ... 102
Lampiran 9RPP 2 ... 128
Lampiran 10 Kuisioner 1 ... 132
Lampiran 11 Kuisioner 2 ... 133
Lampiran 12LembarObservasiAktivitasPesertaDidik ... 110
Lampiran 13LembarKerjaPesertaDidik ... 134
Lampiran 14LembarWawancaraPesertaDidik... 137
Lampiran 15LembarPenilaianUnjukKerjaPesertaDidik ... 138
Lampiran 16RPP 3 ... 140
Lampiran 17 Kuisioner 1 ... 144
Lampiran 18 Kuisioner 2 ... 145
Lampiran 19LembarObservasiAktivitasPesertaDidik ... 146
Lampiran 20LembarKerjaPesertaDidik ... 148
Lampiran 21LembarWawancaraPesertaDidik... 149
Lampiran 22LembarPenilaianUnjukKerjaPesertaDidik ... 150
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Penelitianiniberjudul “PenerapanAngklungSebagai Media
PembelajaranTematikTerpadukelas IV di SD Negeri 25 TanjungEnim Sumatera Selatan.Fokuspermasalahan yang dikajiadalahbagaimanadesainkonsep, langkah-langkah, danimplikasipenerapantematikterpadu di SD Negeri 25 TanjungEnim Sumatera Selatan?.Untukmembedahkonseppembelajaranini, digunakan model
WebbeddalamMajid (2014). Metodepenelitian yang
digunakanadalaheksperimensemu (kuasieksperimen)
melaluiparadigmakuantitatifdengan model one shot case study.Hal inidimaksudkanuntukmemberikanperlakuanterhadapsiswakelas IV SD. Penelitianinidikumpulkanmelaluiteknikangket, observasi,
wawancaradandokumentasi. Data
tersebutdiolahdandivalidasisertadilakukanreabilitas instrument penelitian. Hasiltemuan yang diperolehdaripenelitianiniadalahmenghasilkandesainkonsep, langkah-langkahpenerapanPembelajaranTematikTerpadusertaimplikasinya yang memperoleh model pembelajaran yang efektif, apresiatif, kreatif, danefisien, sehinggahasilpenelitianinidiharapkanberkontribusiterhadappendidikan, kurikulum, metodologipembelajaran, danpemerhatipendidikan.
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
1
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Berdasarkan paparan Majid (2014, hlm. 51-53), dampak globalisasi bersifat
multidimensional. Dampak ini juga terasa dalam bidang pendidikan pada semua
jenjang dan jenis pendidikan. Secara spesifik, globalisasi mendorong terjadinya
perubahan peran institusi pembelajaran tradisional tidak dapat dipertahankan lagi
dan perlu diubah menjadi institusi pencipta pengetahuan. Sementara itu,
perencanaan yang dibuat secara acak (by accident) harus diubah menjadi
perencanaan strategis (by design). Ditinjau dari sudut tantangan, pendekatan
komparatif harus diubah menjadi pendekatan kompetitif.
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai
suatu rancangan pendidikan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil
pendidikan. Ada tiga sifat penting pendidikan yang harus diperhatikan pada waktu
akan mengembangkan kurikulum. Pertama, pendidikan mengandung nilai dan
memberikan pertimbangan nilai. Hal ini diartikan bahwa pendidikan diarahkan
pada pengembangan pribadi anak agar sesuai dengan nilai-nilai yang ada dan
diharapkan masyarakat. Proses pendidikannya harus bersifat membina dan
mengembangkan nilai. Kedua, pendidikan diarahkan pada kehidupan dalam
masyarakat. Hal ini diartikan bahwa pendidikan menyiapkan anak untuk
kehidupan dalam masyarakat. Anak perlu mengenal dan memahami apa yang ada
dalam masyarakat, memiliki kecakapan-kecakapan untuk dapat berpartisipasi
dalam masyarakat. Ketiga, pelaksanaan pendidikan dipengaruhi dan didukung
oleh lingkungan masyarakat tempat pendidikan itu berlangsung.
Pengembangan kurikulum yang inovatif seyogianya mengikuti alur proses
inovatif yang bercirikan interaktif atau non-linear, iteratif atau berulang secara
spiral/helix yang juga dikenal sebagai feed-back loops, penyaringan dan
2
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
jangka panjang vs jangka pendek, efektifitas vs efisiensi dan kekenduran vs
kecepatan.
Salah satu bentuk pengembangan kurikulum yang akhir-akhir ini
memperoleh perhatian secara sungguh-sungguh adalah pengintegrasian kurikulum
yang hasilnya disebut sebagai kurikulum terpadu (integrated curriculum).
Kurikulum terpadu pada dasarnya mengintegrasikan sejumlah disiplin (mata
pelajaran) melalui keterkaitan di antara tujuan, isi, keterampilan, dan sikap.
Menurut mereka, berbeda dari kurikulum yang berpusat pada disiplin ilmu
(subject-centered curriculum), tujuan utama kurikulum terpadu adalah
memadukan sejumlah elemen kurikulum dan pembelajaran di antara berbagai
disiplin.
Tumbuh kembangnya minat dan kebutuhan atas kurikulum terpadu dipicu
oleh sejumlah hal berikut:
1. kurikulum sekolah selalu ketinggalan dengan pertumbuhkembangan
pengetahuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang. Kemajuan pengetahuan
itu tidak serta merta dapat diadopsi dalam kurikulum. Akibatnya, apa yang
sedang dan telah dipelajari siswa kerap basi dan usang karena telah tertinggal
jauh oleh perkembangan yang terjadi
2. Merancang dan melaksanakan pembelajaran di sekolah dibentengi oleh satuan
waktu yang disebut menit. Karena waktunya sudah habis, kegiatan belajar yang
sedang berlangsung terpaksa harus diputus dan segera berpindah pada
pelajaran yang baru. Para siswa belajar dengan terpenggal-penggal dan
terputus-putus tanpa memedulikan ketuntasan dan keutuhan.
3. Kegiatan pembelajaran yang dialami anak menjadi membosankan dan tidak
berguna, ketika mereka tidak mengerti mempelajari Matematika, Sejarah, IPS,
IPA, dan sebagainfya. Pembelajaran hanya dilakukan demi pelajaran itu
sendiri, atau sekadar menghadapi tes dan ujian.
3
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Implementasi kurikulum pada hakikatnya dapat dipahami dan akan terlihat
jelas dan nyata dalam proses belajar itu sendiri sehingga secara langsung dapat
pula dikatakan proses belajar mengajar yang sedang dijalani itulah yang menjadi
implementasi kurikulum. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri 25
Tanjung Enim Sumatera Selatan, peneliti memadukan sejumlah topik dari mata
pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu.
Pelaksanaannya yaitu menentukan tema terlebih dahulu, mengintegrasikan tema
tersebut dengan kurikulum 2013, lalu mendesain rencana pembelajaran termasuk
pengorganisasian sumber belajar, bahan ajar, media belajar, dan kegiatan di luar
sekolah atau ekstrakulikuler di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan.
Pemilihan tema ini dapat datang dari staf pengajar yaitu guru kelas atau guru
bidang studi dan siswa. Biasanya guru yang memilih tema dasarnya dan dengan
musyawarah siswa memilih unit tema. Pemilihan tema dasar yang dilakukan oleh
guru dengan mengaju pada tema dan materi-materi pada pokok bahasan pada
setiap mata pelajaran yang terdapat pada kurikulum. Tema dapat juga dipilih
berdasarkan pertimbangan lain, yaitu tema yang dipilih merupakan consensus
antar siswa, misal dari buku-buku bacaan, pengalaman, minat, isu-isu, yang
sedang beredar di masyarakat dengan mengingat ketersediaan sarana dan sumber
belajar yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Tema dapat muncul dari
siswa, kemudian guru yang mengorganisir atau guru melontarkan tema dasar,
kemudian siswa mengembangkan unit temanya. Curah pendapat pada
pembelajaran juga bermanfaat untuk memunculkan tema dasar kemudian
dikembangkan menjadi unit tema. Setelah tema dasar dan unit tema dipilih maka
akan terbentuk jaring-jaring.
Pada pembelajaran ini, peneliti menggunakan angklung untuk memberikan
pengalaman kepada siswa yang lebih kongkret, memotivasi, serta mempertinggi
daya serap dan daya ingat siswa dalam belajar. Media yang akan digunakan
penulis yaitu angklung. Angklung merupakan salah satu kekayaan budaya
4
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
milik dunia. Atas rintisan Daeng Soetigna, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan RI melalui SK. Mendikbud No. 082/1968 pada 23 Agustus 1968
menetapkan angklung sebagai media pendidikan. Keputusan menteri ini
dikeluarkan atas dasar pemikiran bahwa terkandung sifat-sifat baik dalam
permainan angklung seperti kerjasama, disiplin, keterampilan, tanggung jawab,
dan olah rasa musikalitas. Namun sayangnya keberadaan angklung dalam dunia
pendidikan formal di Indonesia belumlah optimal.
Studi lapangan terkait proses pembelajaran angklung di sekolah dilaporkan
oleh Karlina (2009), Yuyus dan Oom (2010), serta Widyarahman (2011)
menjelaskan bahwa pembelajaran angklung di tingkat sekolah dasar dilaksanakan
dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Menurut Milyartini dan Sukmayadi (2013,
hlm. 3) menjelaskan bahwa proses belajar yang dikembangkan cenderung pada
upaya memainkan lagu atau karya yang sudah ada dengan penekanan pada
keterampilan motorik dan pengetahuan musik. Potensi angklung sebagai media
pendidikan belum digunakan secara optimal. Sebaliknya, studi terkait
pemanfaatan angklung dalam pendidikan luar biasa dan inklusi yang dilakukan
oleh Nurhaeni (2011), Belgis (2011), dan Anjelia (2012) menunjukkan bahwa
penggunaan angklung sebagai media pembelajaran mampu membantu siswa
tunagrahita ringan, dan siswa autis dalam mengembangkan kemampuan interaksi
sosial.
Menurut penulis, konsep matematika yang dapat dikenalkan angklung yaitu
mengenal konsep pecahan senilai dan melakukan hitung pecahan menggunakan
angklung tersebut. Siswa juga dapat mengidentifikasi nilai not dalam bentuk
angka melalui permainan angklung dibunyikan. Pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, penulis memanfaatkan angklung dengan memainkan lagu
Garuda Pancasila. Kemudian siswa disuruh mengingat pancasila sebagai dasar
negara Indonesia yang pada akhirnya akan dijelaskan tentang hak dan kewajiban
sebagai warga negara Indonesia dalam lingkungan sehari-hari, di rumah, maupun
5
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
angklung dengan lagu daerah Jawa Barat yang kemudian akan diartikan kembali
ke bahasa Sumatera Selatan. Dengan demikian, siswa bisa mengenal berbagai
bahasa di Indonesia. Begitu pula pada mata pelajaran Seni Budaya, siswa tidak
hanya bisa mempelajari musiknya saja, tetapi siswa juga bisa mempelajari gerak
dan tari pada permainan angklung. Hal ini bisa mengajarkan siswa bagaimana
cara mengagumi ciri khas keindahan karya seni dan karya berbagai daerah sebagai
anugrah Tuhan.
Dalam penelitian ini, penulis memilih angklung sebagai media kreasi untuk
pengait mata pelajaran sekolah dasar dalam pengajaran tematik terpadu. Peneliti
memilih beberapa mata pelajaran yang sangat cocok untuk dikaitkan melalui
media angklung. Diantaranya adalah mata pelajaran Seni Budaya, Bahasa
Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Matematika. Melalui angklung atau
media abstrak atau konkret yang disediakan oleh peneliti, maka murid secara tidak
langsung dapat mengungkapkan pendapat dan berdiskusi tentang media atau
instrument angklung yang berasal dari daerah luar Sumatera Selatan. Selain itu
melalui media seni tersebut, murid bisa berkomunikasi serta memanfaatkan media
tersebut sebgai alat transformasi budaya (Bahasa Indonesia). Keanekaragaman
budaya tersebut juga mengajarkan peserta untuk bisa saling menghargai,
berprilaku, bekerja sama sesuai dengan tema yang telah dipilih peneliti yaitu
Indahnya Kebersamaan (PKN).
Pada pembelajaran ini, peneliti menjembatani setiap mata pelajaran melalui lagu „Boneka Abdi sebagai penghubung mata pelajaran yang telah dipilih peneliti. Selain dapat memainkan angklung dengan teknik yang benar, peneliti juga
mengajarkan peserta didi tentang unsur-unsur musikal yang ada pada lagu yang
dimainkan (Seni Budaya). Peserta didik juga dapat menghitung unsur musik yang
ada dalam lagu, dapat berpikir kritis dengan mendeskripsikan lagu tersebut dan
menginterpretasikan fenomena yang ada pada lagu „Boneka Abdi” (Matematika).
Pengajaran ini tidak hanya berpacu dengan kurikulum atau petunjuk yang sudah
6
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
angklung yang merupakan alat musik yang berasal dari daerah diluar sumatera.
Penulis juga akan membahas tentang bagaimana respon atau pandangan guru-guru
atau pihak sekolah mengenai model pembelajaran tematik terpadu, apakah hasil
belajar dengan model ini bisa bertahan lama? Dan apakah angklung memiliki
pengaruh besar terhadap pembelajaran tematik terpadu tersebut?
Berdasarkan latar belakang pemikiran di tas, maka langkah yang ditempuh
untuk mencapai tujuan tersebut dengan melakukan penelitian melalui metode kuantitatif dengan judul “Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kleas IV di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan. Dari
hasul penelitian yang penulis dapat menemukan adanya kontribusi antara
penerapan pembelajarn tematik terpadu dengan pendidikan, kurikulum serta
pemerhati pendidikan.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah yang ditemui yaitu:
1. kurikulum sekolah selalu ketinggalan dengan pertumbuhkembangan
pengetahuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang. Kemajuadjn
pengetahuan itu tidak serta merta dapat diadopsi dalam kurikulum. Akibatnya,
apa yang sedang dan telah dipelajari siswa kerap basi dan usang karena telah
tertinggal jauh oleh perkembangan yang terjadi.
2. Kegiatan pembelajaran di sekolah seringkali membosankan karena mata
pelajaran masih terpisah dan dibentengi dengan batasan waktu sehingga siswa
belajar dengan terpenggal-penggal dan terputus-putus tanpa memedulikan
ketuntasan dan keutuhan.
3. Siswa Kelas IV SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan belum memliki
banyak pengalaman belajar dengan menggunakan media dan di sekolah belum
7
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mendengarkan uraian guru tanpa adanya pembelajaran pengamatan dan praktek
langsung.
C.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, yang menjadi fokus penelitian ini
adalah bagaimana penerapan pembelajaran tematik terpadu untuk siswa kelas 4 di
SD Negeri 25 dengan menggunakan angklung dengan pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana desain konsep pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan
angklung untuk siswa kelas 4 di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera
Selatan?
2. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran tematik terpadu untuk siswa kelas 4
di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan?
3. Apa implikasi penerapan pembelajaran tematik terpadu untuk siswa kelas 4 di
SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan dengan menggunakan
angklung?
D.TUJUAN PENELITIAN
Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas desain
konsep penerapan angklung sebagai media pembelajaran tematik terpadu untuk
siswa kelas IV di SDN 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan. Sehingga dapat
menemukan metodologi pembelajaran seni secara inovatif, kreatif, efektif, dan
efisien.
Secara operasional, penelitian ini bertujuan untuk menguji coba desain konsep,
menerapkan langkah-langkah pembelajaran serta implikasinya terhadap
pembelajarn tematik terpadu di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan.
8
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau
masukan kepada guru mata pelajaran seni budaya, institusi pendidikan, dan
masyarakat. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Manfaat bagi peneliti
Hasil penelitian ini akan menambah wawasan dan pengetahuan dalam
menerapkan pembelajaran tematik terpadu menggunakan angklung.
2. Guru Bidang Studi
Bagi guru mata pelajaran, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu
model pembelajaran di sekolah yaitu Pembelajaran Tematik Terpadu, sehingga
dapat menerapkan model pembelajaran ini dalam setiap mata pelajaran yang
dikembangkan di SD Negeri 25 khususnya untuk siswa kelas IV.
3. Bagi Siswa
Siswa akan mendapatkan pembelajaran temtaik terpadu yang lebih bermakna
dan berkualitas.
4. Manfaat bagi institusi SDN 25 Tanjung Enim
Bagi institusi pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan dan
bahan masukan dalam rangka perbaikan penyelenggaraan kurikulum sekolah di
SD Negeri 25 Tanjung Enim.
5. Manfaat bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengetahuan bagi masyarakat
berupa informasi mengenai penerapan Pembelajaran Tematik Terpadu
menggunakan media di SD Negeri 25 Tanjung Enim, yang diharapkan juga
dapat mengenalkan dan membantu proses pembelajaran tematik terpadu di
9
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
66
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
yang terletak di Jalan Trikora II Kelurahan Keban Agung Tanjung Enim
Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan yang merupakan salah satu institusi
yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk satuan kurikulum SD.
b. Waktu Penelitian
Pelaksanaan eksperimen dilaksanakan mulai dari bulan Maret 2014 sampai
dengan April 2014. Pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel: 3.1
Jadwal pelaksanaan penelitian
No. Hari, Tanggal Kegiatan Kelompok Sub pokok bahasan
1. Sabtu, 22 Maret
2014
Pretest Eksperimen Pembelajaran terpadu
2. Senin, 24 Maret
2014
Treatment Eksperimen Pembelajaran terpadu
3. Selasa, 25 Maret
2014
Treatment Eksperimen Pembelajaran terpadu
2. Populasi dan Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2006, hlm. 130) populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian. Nurul Zuriah (2007, hlm. 116) mengemukakan bahwa populasi
merupakan seluruh data yang menjadi perhatian peneliti. Jadi, populasi penelitian
67
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dari data yang dipermasalahkan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas
IV SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan yang berjumlah 50 siswa dan
dibagi dalam dua kelas yaitu IV A dan IV B. Mengingat hal ini maka peneliti
menggunakan kedua kelas tersebut sebagai subjek penelitian dimana kelas IV A
dengan jumlah siswa 24 anak terpilih menjadi kelompok eksperimen, dan kelas IV
B dengan jumlah siswa 24 anak akan dipilih menjadi kelompok kontrol.
Selanjutnya peneliti akan mempelajari karakteristik dari kedua kelompok tersebut
dan kemudian akan ditarik kesimpulannya.
A. Desain Penelitian
Skema desain penelitian digambarkan dengan diagram dan tahapan kegiatan
68
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Menurut Sugiyono (2007, hlm. 13) data penelitian pada pendekatan
kuantitatif berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Alasan
peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif karena peneliti bermaksud untuk
menghilangkan subjektifitas dalam penelitian. Selain itu, penelitian ini
menggunakan sampel untuk memberikan penjelasan yang lebih tepat terhadap
fakta yang dihadapi serta meneliti dan memahami perilaku pserta didik dimana
penelitian berlangsung.
B.Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen
one-shot case study. One-shot case study adalah penelitian dimana terdapat suatu
kelompok yang diberikan suatu perlakuan dan selanjutnya dilakukan observasi
untuk mendapatkan hasil. (Sugiyono, 2012, hlm. 74). Desain ini juga dilakukan
dengan cara memberikan perlakuan yang kemudian di observasi untuk dilihat
dampak atau pengaruhnya.
Paradigma dalam penelitian eksperimen model ini dapat digambarkan
seperti berikut:
Keterangan:
X = treatment yang diberikan (variabel independen)
O = Observasi (variabel independen)
Paradigma diatas dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok
diberi treatment/perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya. (Treatment
adalah sebagai variabel independen, dan hasil adalah sebagai variabel dependen).
69
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Bagan 3.1
Rancangan Penelitian One-shot Case Study
Adapun langkah-langkah penelitian tampak dalam gambar berikut.
Bagan 3.2
Bagan: 3.2
langkah-langkah penelitian
a. Tahapan Pertama, Pre Experiment Measurenment
Sebelum melaksanakan tindakan, siswa kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol diberikan pretest, yaitu mengungkapkan pengenalan
mereka terhadap alat musik angklung dengan menyebutkan atau
menggambarkan hal-hal yang mereka ketahui tentang angklung. Pretest ini
perlu dilakukan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa tersebut
dipengaruhi karena kemampuan awal siswa yang berbeda-beda.
b. Tahap Kedua, Treatment
Setelah kelompok tersebut diberikan pretest dan telah dianggap sepadan,
maka tahap selanjutnya yaitu melakukan treatment. Treatment dikelas
70
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
eksperimen menggunakan media angklung yang sebenarnya. Dalam
penelitian ini, perlakuan dilakukan sebanyak 4 kali yaitu 2 kali pada
kelompok eksperimen dan 2 kali pada kelompok kontrol. Masing-masing
perlakuan dilaksanakan dalam waktu 90 menit.
c. Tahap Ketiga, Post Experiment Measurenment
Langkah ketiga sekaligus langkah terakhir yaitu memberikan soal posttest
pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Hasilnya berupa
data kemampuan akhir siswa yang digunakan untuk mengetahui pengaruh
yang ditimbulkan akibat dari pemberian perlakuan.
C.Definisi Operasional
Model pembelajaran ialah suatu desain yang menggambarkan proses rincian
dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan peserta didik/mahasiswa
berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada peserta didik.
Reigeluth dan Carr-Chellman (2009) dalam Yaumi(2013) menjelaskan bahwa
istilah pembelajaran dapat dipahami melalui dua kata, yakni pembelajaran yang
merujuk pada instruction dan yang berlandaskan construction. Instruction
berimplikasi pada pembelajaran yang dilakukan untuk peserta didik (pasif),
sedangkan construction berimplikasi pada pembelajaran yang dilakukan oleh
peserta didik (aktif). Dalam pandangan kaum konstruktivis, bahwa orang hanya
dapat belajar dengan mengkonstruksi pengetahuan, di mana belajar membutuhkan
manipulasi aktif tentang materi yang dipelajari, bukan secara pasif. Perhatian
pendidik adalah bagaimana membantu dan memfasilitasi peserta didik dalam
belajar, yang berarti mengidentifikasi cara-cara efektif untuk membantu peserta
didik mengkonstruksi pengetahuan mereka.
Berkenaan dengan pembelajaran musik secara psikologis, Seashore (1967,
hlm.150) menyebutkanbahwa pembelajaran merupakan sebuah tindakan yang seharusnya dilakukan oleh peserta didik, sebagaimana tertulis pada kutipan berikut bahwa
71
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
to assist in creating favorable conditions by motivation, supply of materials, and general guidance.
Pandangan Seashore (1967) diatas menegaskan bahwa pembelajaran tidak
dapat dilakukan oleh guru untuk peserta didik. Peranan guru dalam hal ini adalah
untuk membantu dalam menciptakan kondisi pembelajaran yang baik dan
menyenangkan dengan memberikan motivasi, menyediakan materi dan bahan
ajar, dan bimbingan umum. Berpijak pada pendapat tersebut, maka pembelajaran
seni musik yang baik adalah pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik, di
lakukan secara aktif oleh peserta didik, dan dengan maksud untuk meraih
kompetensi musikal peserta didik.
a. Pembelajaran Tematik Terpadu
Konsep pembelajaran tematik merupakan pengembangan dari pemikiran
dua orang tokoh pendidikan yakni Jacob tahun 1997 dengan konsep pembelajaran
interdisipliner dan Fogarty pada tahun 1991 dengan konsep pembelajaran
terpadu. Pembelajaran tematik terpadu merupakan suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam
intramata pelajaran maupun antar-mata pelajaran (Majid, 2014, hlm. 85). Dengan
adanya pemaduan itu peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan
keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran jadi bermakna bagi peserta didik.
2. Angklung Sebagai Media Pembelajaran
Angklung adalah sebuah alat musik tradisional yang terbuat dari bambu,
yaitu dua ruas bambu atau lebih dengan ukuran yang berbeda disusun pada bambu
yang lain sebagai penyangga. Angklung merupakan alat musik yang berasal dari
Jawa Barat. Penulis memilih angklung sebagai media kreasi untuk pengait mata
pelajaran sekolah dasar dalam pengajaran tematik terpadu. Pengajaran ini tidak
hanya berpacu dengan kurikulum atau petunjuk yang sudah ada di sekolah.
Penulis juga bisa melihat respon atau pandangan siswa terhadap angklung yang
merupakan alat musik yang berasal dari daerah diluar sumatera.
72
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keberhasilan penelitian banyak ditentukan oleh instrumen yang digunakan,
sebab data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian diperoleh
melalui instrumen penelitian.
Pernyataan tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Sudjana dan
Ibrahim (2007: 96) bahwa instrument adalah alat pengumpul data yang harus
betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data
empiris sebagaimana adanya. Hal ini senada juga diungkapkan oleh Arifin (2011,
hlm. 225) bahwa instrumen penelitian merupakan komponen kunci dalam suatu
penelitian. Mutu instrument akan menentukan mutu data yang digunakan dalam
penelitian, sedangkan data merupakan dasar kebenaran empirik dari penemuan
atau kesimpulan penelitian.
Adapun instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini yang
berfungsi sebagai alat pengumpul data adalah angket dan studi dokumentasi.
1. Angket (Kuisioner)
Angket yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan menggunakan
sperangkat daftar pertanyaan yang telah disusun dan kemudian disebarkan kepada
responden untuk memperoleh data yang diperlukan. Kuisioner adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto,
2006, hlm.151). Sudjana dan Ibrahim (2007, hlm. 102), menjelaskan bahwa:
Wawancara dan kuisioner sebagai alat pengumpul data digunakan untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan pendapat, aspirasi, harapan, persepsi, keinginan, kmeyakinan, dan lain-lain dari individu/responden. Caranya, melalui pertanyaan-pertanyaan yang sengaja diajukan kepada individu dan jawaban yang diberikan dilakukan secara lisan, maka cara ini disebut wawancara. Bila pertanyaan yang diajukan dan jawaban yang diberikan secara tertulis, disebut kuisioner. Baik wawancara maupun kuisioner sama-sama perlu dipersiapkan sejumlah pertanyaan yang dibuat peneliti.
Arikunto dalam Ramanda (2010, hlm. 63) menyebutkan beberapa
keuntungan teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket, antara lain:
73
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Dapat dibagikan secera serentak kepada banyak responden
c. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing dan
menurut waktu senggang responden
d. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur, dan tidak malu-malu
menjawab
e. Dapat dibuat standar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan
yang benarbenar sama
f. Waktu yang diperlukan relatif singkat dalam menghimpun data
g. Pengumpulan data akan lebih efisien ditinjau dari segi biaya, tenaga, dan
memudahkan dalam pengelolaannya.
2. Studi Dokumentasi
Menurut Sukmadinata (2007, hlm. 221), studi dokumenter (documentary
study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun
elektronik.
Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan studi dokumenter
untuk menghimpun data-data yang berhubungan dengan variabel penelitian.
Dalam hal ini, studi dokumentasi digunakan untuk melengkapi beberapa data yang
dirasakan perlu oleh peneliti dan tidak dapat didapatkan oleh instrumen penelitian
yang sebelumnya telah dipilih.
3. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan pihak yang diwawancarai (interview) yang memberikan jawaban
atas pertanyaan tersebut ( Moleong, 2002, hlm. 135).
Wawancara harus dilakukan dengan efektif, artinya dalam waktu yang
74
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
jelas, terarah, suasana harus tetap rileks agar data yang diperoleh data yang
obyektif dan dapat dipercaya (Arikunto, 1998, hlm. 129). Wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini adalah interview bebas terpimpin yaitu
pewawancara membawa pedoman yang merupakan garis besar tentang hal yang
akan diteliti. Wawancara dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
mengungkapkan bagaimana pembelajaran di SDN 25 Tanjung Enim sebelumnya
tanpa menggunakan kurikulum 2013.
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam teknik wawancara adalah :
a. Menentukan lokasi.
b. Menentukan informan yang akan dijadikan sebagai sumber informasi.
c. Menentukan waktu upacara
d. Membuat daftar pertanyaan wawancara, yang memuat hal-hal yang perlu
ditanyakan kepada sumber/informan.
4. Studi Literatur
Studi ini dilakukan untuk mempelajari dari berbagai sumber kepustakaan
yang ada, buku-buku maupun media bacaan lainnya yang berguna dan membantu
dalam mencari sumber informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
objek yang diteliti.
Sumber-sumber yang dijadikan sebagai literatur pada penelitian yang
penulis lakukan, adalah sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan yang
akan dibahas dalam tujuan penelitian.
E.Pengembangan Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas Instumen
Menurut Suharsimi Arikunto (2006, hlm. 219) validitas adalah keadaan
yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur
apa yang akan diukur. Sedangkan menurut Sugiyono (2007, hlm. 173) valid
75
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diukur. Pada uji validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan validitas
konstrak (construct validity) sebagai pengukur tingkat validitasnya. Menurut
Sugiyono (2007, hlm. 177), mengemukakan bahwa untuk menguji validitas
konstrak, dapat menggunakan pendapat dari ahli.
2. Uji Reabilitas Instrumen
Menurut Suharsimi Arikunto (2006, hlm. 178) reliabilitas menunjuk pada
satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen
yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data-data yang
dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan
kenyataannya, maka berapa kali pun diambil, hasilnya tetap akan sama.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik reliabilitas internal yaitu
dengan rumus Alpha. Menurut Suharsimi Arikunto (2006, hlm. 196),
mengemukakan bahwa rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas
instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal dalam bentuk
uraian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Sebelum peneliti membuat instrumen penelitian, terlebih dahulu yang perlu
disusun kisi-kisi umum yaitu sebuah label yang menunjukkan kaitan antara
variabel yang diteliti dengan sumber data yang akan diambil, metode, dan
instrumen yang akan digunakan (Suharsimi Arikunto, 2006, hlm. 151).
Tabel: 3.2.
Kisi-kisi Hubungan Variabel, Sumber Data, Metode, dan Instrumen Penelitian
No. Variabel Penelitian Sumber Data Metode Instrumen
76
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu menggunakan angkung siswa
2. Hasil belajar Daftar nilai Tes Soal tes
Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai metode dan instrumen
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Observasi
Berdasarkan instrumen pengamatan yang digunakan, maka peneliti
melakukan observasi langsung dengan menggunakan observasi tidak tersruktur,
(Sugiyono, 2007: 205) yakni observasi yang tidak menggunakan instrumen yang
telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan. Adapun rambu-rambu
pengamatan dalam pelaksanaan observasi dapat dilihat dalam tabel yang berisi
kisi-kisi pedoman observasi.
No. Indikator Skor Keterangan
1. Perhatian 1,2,3,4 4 : sangat baik
3 : baik
2 : cukup baik
1 : kurang baik 2. Kesenangan
3. Interaksi dengan guru
4. Keaktifan
Tabel: 3.3
kisi-kisi pedoman observasi siswa
2. Tes
Menurut Sukardi (2007: 138) tes merupakan prosedur sistematik dimana
individual yang di tes direpresentasikan dengan suatu set stimuli jawaban mereka
yang dapat menunjukkan ke dalam angka. Dalam tes telah direncanakan sesuai
dengan pilihan hati dan pikiran subjek guna menggambarkan respon yang
77
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang menggambarkan tingkah laku dari subjek tersebut. Tes merupakan
pengumpul informasiberupa serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelas. Adapun instrumen yang digunakan oleh
peneliti adalah tes memainkan angklung. Tugas ini diberikan saat pre-test dan
post test yang bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan awal dan kemampuan
akhir siswa setelah diberi perlakuan. Berikut adalah penilaian apresiasi
memainkan angklung siswa kelas IV SDN 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan.
No Aspek yang Dinilai Skor
1. Teknik Memegang Angklung 25
2. Ketepatan ritme 25
3. Kekompakan bermain 25
4. Ekspresi 25
Jumlah skor 100
Tabel: 3.4
Kisi-kisi pedoman penilaian memainkan angklung
G.Teknik Analisis Data
Seperti yang dinyatakan oleh Sugiyono (2007 : 207) bahwa, analisis data
adalah kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,
mentabulasi data berdasarkan variabel dan jenis responden, menyajikan data tiap
variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah
diajukan. Data dalam penelitian ini diperoleh data dari mulai observasi langsung
pada obyek penelitian untuk mengungkapkan sejauh mana peningkatan
pemahaman siswa. Observasi langsung dilaksanakan pada kondisi awal
pembelajaran di dalam kelas dan pada saat diberikan perlakuan.
Tujuan analisis dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data
kepastian apakah terjadi pengaruh Penggunaan pengunaan angklung pada
Pembelajaran Tematik Terpadu untuk kelas IV SD Negeri 25 Tanjung Enim.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
78
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dicapai oleh peserta didik. Seperti yang dinyatakan oleh Sugiyono (2007 : 207),
bahwa statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskriptifkan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi.
Dalam penelitian ini, setelah data dari nilai tes awal (pre-test) dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol telah terkumpul, maka langkah awal adalah data
hasil belajar kedua kelas ditabulasikan pada tabel. Kemudian langkah selanjutnya
adalah membandingkan nilai rata-rata (mean) yang dimiliki oleh kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Menurut Tulus Winarsunu (2006 : 29) mean adalah angka yang
diperoleh dengan membagi jumlah nilai (X) dengan jumlah individu atau jumlah
responden (N). Sedangkan menurut Sugiyono (2007:42) mean merupakan teknik
106
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Mengkaitkan hasil penelitian terhadap penerapan angklung sebagai media
pembelajaran tematik terpadu di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
melalui tema dengan rumusan masalah penelitian, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa Angklung dapat berperan sebagai media pembelajaran
dalam mengembangkan karakter peserta didik. Optimalisasi potensi angklung
sebagai media pendidikan dapat ditingkatkan melalui pembelajaran tematik
terpadu, mengingat beberapa keunikan dan keuntungan yang diperoleh memalui
pembelajaran terpadu. Pemanfaatan angklung sebagai media dalam pembelajaran
tematik terpadu dapat juga menjadi wahan pembentukan manusia Indonesia yang
berbudaya serta berkarakter.
Secara spesifik, simpulan yang diperoleh dari temuan penelitian ini adalah:
1. Desain konsep yang merupakan titik tolak bagi pembelajaran dan
penerapan Pembelajaran Tematik Terpadu. Untuk penerapan desain
konsep Pembelajaran Tematik Terpadu diawali dengan penentuan tema.
Tema merupakan alat atau wadah untuk mengemukakan berbagai konsep
kepada peserta didik secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan
dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh,
memperkaya perbendaharaan bahasa peserta didik dan membuat
pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema tersebut dimaksudkan
agar peserta didik mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan
jelas.
2. Langkah-langkah pembelajaran Tematik Terpadu adalah menghasilkan
pembelajaran yang efektif, kreatif, apresiatif dan efisien. Model
pembelajaran yang digunakan diadaptasi dari model webbed. Model
107
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema
tertentu. Tema yang ditetapkan dapat dipilih antara guru dengan siswa atau
sesama guru. Setelah tema disepakati maka dilanjutkan dengan pemilihan
sub-sub tema dengan memperhatikan kaitannya dengan antar mata
pelajaran. Dari sub-sub tema ini direncanakan aktivitas belajar yang harus
dilakukan siswa. Keuntungan dari model pembelajaran terpadu ini bagi
siswa adalah diperolehnya pandangan hubungan yang utuh tentang
kegiatan dari ilmu yang berbeda-beda.
3. Implikasi dari penerapan Angklung sebagai media pembelajaran tematik
terpadu adalah pembelajaran tematik memiliki peluang untuk
pengembangan kreativitas akademik. Hal ini disebabkan oleh model yang
menekankan pada pengembangan kemampuan analitik terhadap
konsep-konsep yang dipadukan, karena dapat mengembangkan kemampuan
asosiasi, serta kemampuan eksploratif dan elaboratif.
Selain itu, model pembelajaran tematik dapat mempermudah dan
memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami
keterkaitan atau hubungan antara konsep, pengetahuan, nilai atau tindakan yang
terdapat dalam beberapa indikator dan kompetensi dasar. Dengan menggunakan
model pembelajaran Tematik, secara psikologis, peserta didik digiring berpikir
secara luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan konseptual
yang disajikan guru. Selanjutnya, peserta didik akan terbiasa berpikir terarah,
teratur, utuh, menyeluruh, sistemik, dan analitik. Dengan demikian, pembelajaran
model ini menuntun kemampuan belajar peserta didik lebih baik, baik dalam
aspek intelegensi maupun kreativitas. Pembelajaran tematik perlu dilakukan
dengan variasi metode yang tidak membosankan. Aktivitas pembelajaran haus
lebih banyak berpusat kepada peserta didik agar dapat mengembangkan berbagai
potensi yang dimilikinya.
108
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Akhir dari penelitian adalah merekomendasikan hasil penelitian dengan
tujuan meningkatkan dan mengembangkan pembelajaran tematik terpadu di dalam
kelas. Dengan dasar tersebut, penulis merekomendasikan bahwa penerapan
pembelajaran tematik terpadu menggunakan media akan menghasilkan
pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.
Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal, ada beberapa
hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru sebelum menentukan konsep
pembelajaran dengan pembelajaran tematik terpadu ini yaitu:
1. Mengkaji terlebih dahulu kurikulum yang dikembangkan oleh sekolah yang
dapat dilakukan guru melalui pengkajian standar isi dan standar kelulusan yang
kemudian dikaitkan dengan visi dan misi sekolah.
2. Memahami kondisi sekolah termasuk sarana dan prasarana yang dimiliki
sekolah. Dalam hal ini guru dapat melihat berbagai macam sarana dan
prasarana yang dapat mendukung atau digunakan dalam proses pembelajaran
dengan sebuah tema.
3. Melihat sumber daya dan kemampuan yang dimiliki guru serta siswa. Hal ini
bisa guru lakukan dengan melihat jumlah serta latar belakang guru seni yang
ada di sekolah.
4. Pemahaman guru dalam pembelajaran melalui tema serta cara
mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran. Untuk memberikan
pemahaman guru tentang penentuan tema, maka dapat dilakukan melalui
seminar atau workshop tentang pembelajaran tematik terpadu pada
musyawarah guru mata pelajaran/MGMP sekolah atau kota.
Akhir dari bahasan untuk menjadikan hasil penelitian ini lebih bermanfaat,
maka peneliti mengajukan beberapa saran diantaranya:
1. Konsep pembelajaran tematik terpadu sebaiknya diimplementasikan oleh
109
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. MGMP Seni Budaya dan Keterampilan dapat mengadakan workshop atau
seminar untuk menyusun pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan dengan
pembelajaran tematik terpadu.
3. Penelitian lanjutan diarahkan kepada dampak pembelajaran tematik terpadu
terhadap keberhasilan pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Penelitian lanjutan juga dapat dilakukan untuk mengkaji pembelajaran tematik
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A. C. (2008). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.
Aqib, Z. (2013). Model-model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Yrama Widya
Arsyad Azhar. ( 2007). Media pembelajaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Ayu Sutarto. (2007). Permainan Anak-anak tradisional terpinggirkan, Padang: Tempo Interaktif
Dahar, Ratna W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Departemen Pendidikan Nasional (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
Depdiknas. (2006). Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar. Jakarta: Puskur Balitbang
Jamalus. (1988). Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Kutha, Prof. Dr. Nyoman (2008). Teori, metode dan teknik penelitian dari strukturalisme. Jakarta: Pustaka Pelajar
Majid, Abdul. (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyadi, S. (2004). Bermain dan kreativitas (Upaya Mengembangkan kreativitas anak melalui Kegiatan Bermain). Jakarta: Papas Sinar Sinanti.
Shunk, Dale. (2012). Learning Theories An Educational Perspective. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Siregar, Syofian. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana
Siskandar. (2003). Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta: Depdiknas
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Supraptiningsih, dkk. (2010). Tematik. Jakarta: Kemendiknas
Fensy Sella, 2014
Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan