• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PERBANDINGAN CERITA PANTUN CIUNG WANARA DENGAN NOVEL CIUNG WANARA KARYA AJIP ROSIDI SERTA PEMANFAATANNYA UNTUK MENYUSUN BAHANAJARTEKS SASTRA DI SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN PERBANDINGAN CERITA PANTUN CIUNG WANARA DENGAN NOVEL CIUNG WANARA KARYA AJIP ROSIDI SERTA PEMANFAATANNYA UNTUK MENYUSUN BAHANAJARTEKS SASTRA DI SMA."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Diajukan Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan,Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Konsentrasi Pendidikan Bahasa Indonesia

oleh

FERINA MELIASANTI NIM 1101597

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

Bahan Ajar Teks Sastra di SMA

Oleh Ferina Meliasanti S.S. UPI Bandung, 2007

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Fakultas Sekolah Pascasarjana

© Ferina Meliasanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR DIAGRAM ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar BelakangPenelitian... 1

B.Fokus Penelitian ... 9

C.Perumusan Masalah Penelitian ... 9

D.Tujuan Penelitian ... 10

E.Manfaat Penelitian ... 11

F.Definisi Operasional ... 12

H. Struktur Organisasi Tesis ... 13

BAB II KAJIAN TEORETIS ... 15

A.Konsep Sastra Bandingan ... 15

B. Teori Sastra ... 21

1.Teori Strukturalisme Claude Levi-Strauss ... 21

2.Teori Mitos Herman Northrop Fyre ... 30

C.Hakikat Cerita Pantun... 36

D.Hakikat Novel ... 41

(5)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.Pengertian Bahan Ajar ... 50

2.Jenis Bahan Ajar ... 52

3. Bahan Ajar Modul ... 54

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 66

A.Paradigma Penelitian ... 66

B.Pendekatan Penelitian ... 68

C. Metode Penelitian ... 70

D. Instrumen Penelitian ... 72

E. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ... 93

F. Alur Penelitian ... 96

BAB IV KAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN ... 97

A. Pengantar ... 97

B. Analisis Struktur Faktual dan Struktur Mitos dalam Cerita Pantun Ciung Wanara Versi C.M. Pleyte dan Novel Ciung WanaraKarya Ajip Rosidi ... 98

1. Struktur Faktual Cerita Pantun Ciung WanaraVersiC.M. Pleyte ... 98

2.Struktur Mitos Cerita Pantun Ciung Wanara Versi C.M. Pleyte... 139

3.Struktur Faktual Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi ... 167

4.Struktur Mitos Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi... 198

C.Analisis Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Versi C.M. Pleyte dengan Novel Ciung WanaraKarya Ajip Rosidi ... 215

1.Perbandingan Struktur Faktual ... 215

2. Perbandingan Struktur Mitos ... 268

D. Hasil Analisis Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Versi C.M. Pleytedengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi ... 283

1.Hasil Perbandingan Struktur Faktual ... 283

(6)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V PENYUSUNAN BAHAN AJAR MODUL PEMBELAJARAN

TEKS SASTRA DI SMA ... 292

A. Pengantar ... 292

B. Penyusunan Bahan Ajar Modul Pembelajaran Teks Sastra Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMA ... 292

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 301

A. Simpulan ... 301

1. Struktur Faktual Cerita Pantun Ciung Wanaraversi C.M. Pleyte ... 301

2. Struktur Mitos Cerita Pantun Ciung Wanaraversi C.M. Pleyte ... 305

3. Struktur Faktual Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi ... 308

4. Struktur Mitos Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi ... 311

5. Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi. ... 312

6. Bahan Ajar Modul Pembelajaran Teks Sastra di SMA ... 317

B. Saran ... 319

DAFTAR PUSTAKA ... 320

BIOGRAFI PENULIS ... 327

(7)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

KAJIAN PERBANDINGAN CERITA PANTUN CIUNG WANARA DENGAN NOVEL CIUNG WANARA KARYA AJIP ROSIDI SERTA PEMANFAATANNYA UNTUK MENYUSUN BAHAN AJAR

TEKS SASTRA DI SMA Ferina Meliasanti

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui dan mendeskripsikan struktur faktual dan mitos dalam cerita pantun Ciung Wanara versi C.M. Pleyte, (2) mengetahui dan mendeskripsikanstruktur faktual dan mitos dalam novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi, (3) mendeskripsikan hasil perbandingan secara struktur faktual dan mitos antara cerita pantun Ciung Wanara versi C.M. Pleyte dengan novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi, dan (4) menyusun bahan ajar teks sastra di SMA dengan menggunakan teks transformasi cerita pantun Ciung Wanaradan novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi.Objek penelitian ini adalah ceritapantun Ciung Wanara versi C.M. Pleyte dan novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi. Melalui paradigma penelitian kualitatif, penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif analisis komparatif dan pendekatanobjektif(struktural)yang didasarkanpada objekkaryasastraitusendiri. Teknik pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan.Berkaitan dengan langkah kerja praktik sastra bandingan, maka teks cerita pantun dan novel dianalisis memanfaatkan beberapa teori sastra: (1) struktur faktual menurut Robert Stanton menggunakan analisisteoristrukturalnaratifmenurut Roland Barthes, (2) teori struktur mitos menurut Claude Levi-Strauss, dan (2) teori peran mitos menurut Herman Northrop Frye.Berdasarkan hasil analisis perbandingan struktur faktual didapatkan deskripsi perbedaan dan persamaan dari dua sumber data sehingga

dapatdisimpulkan, bahwanovel

CiungWanaramerupakankaryatransformasidariceritapantunCiungWanara,

(8)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran teks sastra sesuai Kurikulum 2013 di SMA kelas XII pada semester genap.

Kata kunci: Sastra Bandingan, Ciung Wanara, Novel, Bahan Ajar. ABSTRACT

A COMPARATIVE STUDY OF CERITAPANTUN CIUNG WANARA WITH A NOVEL CIUNG WANARA WRITTEN BY AJIP ROSIDI FOR THE PURPOSEOF COMPOSING A TEACHING MATERIAL FOR LITERARY

TEXTAT SENIOR HIGH SCHOOL

Ferina Meliasanti

Indonesian Language Education

School of Postgraduate, Indonesian University of Education

(9)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

as a teaching material for literary textthat became a module for learning literary text, especially at class XII of senior high school in the second semester based on Curriculum 2013.

(10)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kesusastraan daerah merupakanwarisankekayaan yang bernilai tinggi dan berkontribusi penting bagi perkembangan kesusastraan nasional. Karya-karya sastra dalam kesusastraan daerah, khususnya karya sastra klasik, mengandung akar-akar estetika dan falsafah bangsa yang berperan dalam pembinaan bangsa Indonesia. Kesusastraan daerah selayaknya dapat dibaca dan dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia, tidak hanya oleh komunitas suku bangsa tertentu yang menggunakan bahasa daerah tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya penerjemahan dan penulisan kembali karya-karya sastra klasik daerah ke dalam bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia. Penerjemahan dan penulisan kembali karya-karya sastra daerah, berupa karya sastra klasik,dapat memberikan keragaman khazanah kesusastraan Indonesia dan menjadi sebuah langkah revitalisasi tradisi dan kebudayaan Indonesia. Selain itu, karya-karya sastra klasik daerah juga dapat menjadigudang sumber-sumber ide dan imajinasi bagi proses kreatif pengarang, yang tidak pernah habis.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ajip Rosidi (1983: 128-129), bahwa penulisan kembali karya-karya sastra klasik daerah harus terus dianjurkan dan dilakukan, supaya generasi yang lebih kemudian daripada kita benar-benar mengenal kekayaan sastera bangsanya secara lebih baik. Selain itu, penulisan kembali karya-karya sastera klasik dan penggunaan ungkapan-ungkapan yang biasa ada dalam bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia, niscaya akan memperkaya bahasa dan sastera Indonesia. Salah satu karya sastra klasik yang telahditerjemahkan dan dituliskan kembali dari bahasa daerah ke dalam bahasa

(11)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indonesiaadalah cerita tentang legenda kepahlawanan tokoh Ciung Wanara dari bentuk cerita pantun (berbahasa Sunda) ke bentuk novel (berbahasa Indonesia). Cerita pantun Ciung Wanara merupakan karya sastra klasik berbahasa Sunda yang dituliskan kembali ke dalam bahasa Indonesia oleh Ajip Rosidi ke dalam bentuk novel dengan judul yang sama yaitu Ciung Wanara. Cerita pantun Ciung Wanara adalah salah satu cerita pantun Sunda yang paling terkenal, selain Lutung

Kasarung, Mundinglaya Di Kusuma, Si Kabayan, Sulanjana, Nyi Sumur

Bandung,dan Sangkuriang.

Perlu diketahui, bahwa Ajip Rosidi merupakan salah satu sastrawan Indonesia yang memiliki ketertarikan yang sangat besar terhadap kesusastraan Sunda. Ajip meyakini, bahwa karya-karya lama dalam bahasa Sunda banyak yang bermutu tinggi dan ia memiliki keinginan terhadap karya-karya klasik berbahasa Sunda dapat dinikmati dan dimiliki oleh seluruh bangsa Indonesia. Ajip Rosidi termasuk ke dalam sastrawan Angkatan 66, yang dikemukakan oleh H.B. Jassin melalui artikelnya yang berjudul “Angkatan 66; Bangkit Satu Generasi”, dimuat dalam majalah sastra Horison, Agustus 1966 (Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia, 2004: 27). Ajip Rosidi pun termasuk salah satu sastrawan yang lengkap, yaitu ia berkarya dalam bentuk novel, cerpen, puisi, esai, dan drama, yang ditulisnya, baik berbahasa Sunda maupun bahasa Indonesia. Kecintaannya yang besar terhadap kesusastraan daerah membuat Ajipbersama budayawan Sunda lainnya mendirikan Yayasan Kebudayaan Rancage, yaitu yayasan yang bergerak guna memberikan Hadiah setiap tahun untuk karya sastra terbaik dalam bahasa Sunda, bahasa Jawa, bahasa Bali, dan bahasa Lampung, serta orang-orang yang dianggap berjasa dalam pengembangan bahasa dan sastera daerah.

(12)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kekhawatiran dan kesadaran dalam dirinya untuk menjaga dan mempertahankan keberadaan khazanah sastra tradisional sebagai bentuk kecintaannya akan karya warisan nenek moyang sebagai manifestasi seni, budaya, dan nilai-nilai tradisional yang berharga. Ajip tidak saja menerjemahkan dan menuliskan karya-karya sastra Sunda klasik ke dalam bahasa Indonesia, seperti Lutung Kasarung (1958) yang ditulis kembali dengan judul Purba Sari Ayu Wangi (1962), Mundinglaya di Kusumah (1961), Ciung Wanara (1961), dan Sangkuriang

Kesiangan (1961), melainkan ia pun menuliskan kembali karya-karya sastra Jawa

klasik, seperti cerita panji Candra Kirana(1962) dan Roro Mendut (1961), serta menerjemahkan karya sastra Sunda modern ke dalam bahasa Indonesia.

Salah satu karya sastra Sunda klasik yang telah dituliskan kembali oleh Ajip Rosidi, yang menarik untuk diteliti adalah Ciung Wanara. Cerita Ciung Wanara yang dimaksud adalah novel Ciung Wanara (2007) yang berupa saduran bebas ke dalam bentuk prosa berbahasa Indonesia yang ditulis oleh Ajip Rosidi berdasarkan cerita Ciung Wanara edisi teks C.M. Pleyte (1910).Kedua cerita tersebut menarik untuk dikajikarena sepengetahuan penulis belum ada penelitian yang komprehensif hingga saat ini tentangbagaimana pengaruh dan gejala kesejarahan penciptaan sastra antara novel Ciung Wanara (2007) dengan karya sastra klasik Sunda yang menjadi karya acuannya, yaitu cerita pantun Ciung Wanara (1910) edisi teks C.M. Pleyte.Sebagaimana diketahui, bahwa awal mula

cerita Ciung Wanara berasal dari bentuk lisan (sastra lisan),yang kemudian memiliki banyak versi cerita Ciung Wanara lainnya dalam bentuk teks, diantaranya cerita Ciung Wanara yang pernah dipublikasikan berikut ini:(1) De

“Lotgevallen van Tjioeng Wanara naderhand Vorst Pakoean Padjadjaran” dalam

Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en

wetensahappen (1910), jilid LVIII, yang ditransliterasikan oleh C.M. Pleyte, (2)

sebagai cerita bersambung dalam: Volksalmenak Soenda tahun 1922-1924, (3) Tjioeng Wanara(1938), saduran ringkas dalam bentuk prosa bahasa Sunda oleh

(13)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Batavia, (4) termuat sebagai catatan dalam History of Java (1817) Volume II oleh Thomas Stamford Raffles berupa saduran ringkas dalam bentuk prosa bahasa Inggris, (5) Carita Ciung Wanara (1978) yang dipantunkan oleh jurupantun Ki Subarma dari Ciwidey-Bandung, yang kemudian ditransliterasikan oleh Ajip Rosidi, (6) Wawacan Sajarah Galuh (1981) jilid II suntingan naskah oleh Edi S. Ekadjati, (7) Babad Banten dalam Tinjauan Kritis tentang Sajarah Banten (1983), sebuah disertasi yang ditulis oleh Hoesein Djajadiningrat,(8) Babat Tanah Jawi(1941), berbentuk prosa berbahasa Jawa,dan (9) Ciung Wanara (2007) oleh

Ajip Rosidi berupa saduran bebas dalam bentuk prosa bahasa Indonesia berdasarkan edisi C.M. Pleyte yang diperbandingkan dengan versi-versi lainnya serta diolah secara rasional; diterbitkan penerbit Nuansa, Bandung, yang sebelumnya diterbitkan oleh penerbit Tiara, Bandung tahun 1961; cetakan II oleh P.T. Gunung Agung, Jakarta tahun 1968.

Selain yang telah disebutkan di atas, masih banyak lagi versi cerita Ciung Wanara dalam bentuk edisi teks berupa manuskrip, dan tembang. Dengan banyaknya versi cerita Ciung Wanara yang telah disebutkan sebelumnya, maka hal tersebut membuktikan, bahwa cerita Ciung Wanara memang termasuk karya sastra klasik Sunda yang paling terkenal dan banyak digubah karena kemenarikan dan keunikan isi ceritanya. Meski, pada bagian pengantar novel Ciung Wanara (2007) karya Ajip Rosidi disebutkan, bahwa menurutnya cerita pantun yang paling baik dan paling indah adalah Lutung Kasarung, namun tidak menutup kemungkinan bagi sebagian pihak cerita pantun Ciung Wanara juga menarik untuk diapresiasi.

(14)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wanara (1978) yang dipantunkan oleh jurupantun Ki Subarma dari

Ciwidey-Bandung dengan cerita Ciung Wanara pada “De Lotgevallen van Tjioeng Wanara naderhand Vorst Pakoean Padjadjaran” dalam Verhandelingen van het

Bataviaasch Genootschap van Kunsten en wetensahappen (1910), jilid LVIII,

yang ditransliterasikan oleh C.M. Pleyte.

Selain itu, terdapat pula penelitian tentang perbandingan cerita Ciung Wanara yang dilakukan oleh Titik Pudjiastuti (2009)dengan judul makalah “Cerita Ciung Wanara dalam Perbandingan”. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Titik Pudjiastuti tersebut dapat dikatakan tidak valid dan tidak komprehensif, karena salah satu sumber data yang digunakan dalam penelitiannya bukanlah sumber data yang asli. Dalam makalah penelitiannya, Titik Pudjiastuti menjelaskan perbandingan tiga teks cerita Ciung Wanara dengan menggunakantiga sumber data, yaitu Ciung Wanara versi C.M. Pleyte, cerita Ciung Wanara versi Sajarah Banten, dan cerita Ciung Wanara versi Kiai Djaka Mangoe (Pudjiastuti, 2009: 2).

Tujuan penelitian Titik Pudjiastuti terhadap ketiga teks tertulis Ciung Wanara tersebut tidak meneliti proses transformasinya, melainkan meninjau teks tertulis Ciung Wanara dengan melakukan perbandingan. Namun, salah satu sumber data yang digunakan Titik tidak valid, yaitu sumber data yang diklaim Titik Pudjiastuti sebagai cerita Ciung Wanara versi C.M. Pleyte (1910), sesungguhnya cerita pantun Ciung Wanara versi Ki Subarma (1973). Titik (2009:1) menyatakan, bahwa “menurut Ayip Rosidi, cerita Ciung Wanara versi Pleyte dan versi Ki Subarma memiliki banyak persamaan, tetapi karena Pleyte tidak menyebutkan

sumber ceritanya, maka Ayip Rosidi tidak dapat menafsirkan persamaan itu

sebagai hasil dari usaha melestarikan budaya leluhur”. Padahal Ajip Rosidi

(1973: i) dalam pengantar cerita pantun Ciung Wanara versi Ki Subarma menyebutkan secara jelas, bahwa “tentu saja kalau saya menyebutkan adanya persamaan yang besar antara dua buah cerita folklor haruslah pula ditafsirkan

secara relatif, karena antara keduanya terdapat juga cukup banyak perbedaan.

(15)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

adalah Dewi Pangrenyep; sedangkan dalam cerita Ciung Wanara versi teks Ki

Subarma adalah sebaliknya; Dewi Pangrenyep adalah permaisuri yang pertama.

Begitu juga ada terdapat beberapa perbedaan kecil di antara nama kesepuluh

orang patih negara Galih Pakuan yang dirajai oleh Sang Permana Di Kusumah”.

Oleh karena itu, sebagai sebuah penelitian ilmiah, maka penelitian Titik Pudjiastuti dengan makalah “Cerita Ciung Wanara dalam Perbandingan” dapat dinyatakan tidak ilmiah dan tidak valid, karena kedua tokoh cerita Naganing Roem dan Dewi Pangrenyep merupakan tokoh utama dalam cerita Ciung Wanara dari kedua versi cerita Ciung Wanara tersebut sehingga jika kedua tokoh ditempatkan dalam posisi yang terbalik, maka hal tersebut akan mengubah keseluruhan alur cerita dan sudut pandang penceritaan dalam cerita Ciung Wanara.

(16)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penerbit Nuansa, Bandung, pada tahun 2007. Dalam pengantar novel Ciung Wanara yang ditulis Ajip Rosidi, Ajip tidak menyebutkan sumber teks cerita

pantun versi yang mana ia gunakan sebagai referensi/ acuan untuk menulis novel tersebut sehingga untuk mengetahui pengaruh dan gejala kesejarahan penciptaan karya dari cerita pantun Ciung Wanara versi C.M. Pleyte, maka perlu dilakukan kajian perbandingan untuk melihat persamaan dan perbedaan dari kedua teks tersebut.

Namun, ada masalah lain yang menarik untuk dikaji lebih dalam, yaitu apakah novel Ciung Wanara yang ditulis oleh Ajip Rosidi merupakan saduran bebas berdasarkan cerita Ciung Wanara versi C.M. Pleyte, ataukah suatu bentuk perubahan yang lain? Misalkan, dalam praktik sastra bandingan dinamakan pengaruhyang memiliki istilah seperti adaptasi, saduran, terjemahan, dan

transformasi. Maka, untuk mengetahui seperti apa dan bagaimana bentuk

perubahan itu, diperlukan analisis secara struktural berdasarkan fakta-fakta cerita dari kedua cerita Ciung Wanara tersebut.

Pada awal pengantar cerita pantunCiung Wanara, Pleyte (1910: vi) menjelaskan, bahwa Ciung Wanara adalah seorang pahlawan awal abad pertengahan, sekitar awal abad ke-16 dan setelah memasuki era atau masa kemudian dinyatakan dalam beberapa tulisan, bahwa Ciung Wanara serta kakaknya Aria Banga hanya sebagai makhluk mitos, yang telah membenarkan kesimpulanterhadap keduanya sejak lama. Kesimpulan tulisan yang dimaksud dalam pernyataan Pleytetersebut merujuk pada cerita Ciung Wanara dalam naskah Sunda Kuno, yaituCarita Parahiyangan, yang ditulis sekitar tahun 1500. Dalam Carita Parahiyangantersebut disebutkan sosok tokoh Ciung Wanara,yang tiada

lain adalah bernama Sang Manarah. Dalam Carita Parahiyangan dinyatakan: Sang Manarah, putera Rahiyang Tamperan, dua bersaudara dengan Rahiyang Banga. Sang Manarah membalas dendam, Rahiyang Tamperan dipenjara oleh

(17)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rahiyang Banga menangis, lalu membawa nasi ke penjara besi, ketahuan oleh

Sang Manarah. Lalu berkelahi dengan Rahiyang Banga. Kenalah muka Rahiyang

Banga oleh Manarah” (Pleyte, 1910: vi; Atja, 1968: 18; Sumardjo, 2003: 110). Sumardjo juga menyebutkan, bahwaCarita Parahiyangan(1500) juga telah bersifat mitos. Oleh karena itu, Pleyte memberikan pernyataan, bahwa bahwa Ciung Wanara serta kakaknya Aria Banga hanya sebagai makhluk mitos, berdasarkan rujukan dari naskah Sunda Kuno, yaitu Carita Parahiyangan. Sebagaimana diketahui, bahwa setelah peristiwa sejarah berdirinya kekuasaan Kerajaan Galuh di Ciamis yang terjadi pada akhir abad ke-7 hingga masuk awal abad ke-8 Masehi, lalu selanjutnya lebih dari 500 tahun kemudian, lahirlah sebuah cerita pantun Ciung Wanara berdasarkan peristiwa sejarah tersebut.

Dengan demikian, analisis dari segi mitos terhadap kedua cerita Ciung Wanara, yaitu cerita pantun Ciung Wanara versi C.M. Pleyte dan novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi perlu dilakukan dalam penelitian ini untuk mengetahui dan memeroleh deskripsi bagaimana struktur mitos dari kedua cerita Ciung Wanara tersebut, serta peran kedua mitos cerita Ciung Wanara tersebut dalam perkembanganbudaya manusia.

Oleh karena itu, untuk mengetahui perubahan yang dapat dilihat dari masing-masing cerita Ciung Wanara tersebut, yaitu novel Ciung Wanara yang ditulis oleh Ajip Rosidi berdasarkan cerita pantunCiung Wanara versi C.M. Pleyte, baik secara struktur faktual maupun mitosnya, perlu dilakukan penelitian perbandingan dengan mengetahui persamaan dan perbedaan di antara keduanya. Hal itulahyang menjadi latar belakang penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul “Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara dengan Novel Ciung Wanara Karya

Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya untuk Menyusun BahanAjar Teks Sastra di

SMA”.

(18)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi sepengetahuan penulis belum pernah diteliti oleh orang lain sebelumnya. Kedua, penelitian perbandingan antara cerita pantun Ciung Wanara versi C.M. Pleyte dengan novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi mengambil dua sudut pandang analisis penelitian, yaitu analisis struktur faktual cerita dan mitos dalam ruang lingkuppraktik sastra bandingan. Analisis struktur faktual diperlukan untuk menyokong proses analisis dua sumber data penelitian, yaitu cerita pantun Ciung Wanara versi C.M. Pleyte dan novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi, yang dipandang dari segi struktur mitos untuk

mengetahui peran mitos dalam perkembangan budaya manusia dalam karya-karya sastra tersebut. Ketiga, hasil kajian perbandingan cerita pantun Ciung Wanaraversi C.M. Pleyte dengan novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi dapat

dimanfaatkan untuk menyusun bahan ajar teks sastra yang sesuai dengan Kurikulum 2013 di SMA guna memperkenalkan dan melestarikan cerita pantun dan novel sebagai sumber penciptaan dan kreativitas dalam memproduksi karya-karya sastra modern sehinggagenerasi muda dapat mengetahui manfaat dan nilaikeberadaan karya-karya sastra daerah guna pengembangan sastra Indonesia modern.

B. Fokus Penelitian

(19)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perbandingan analisis struktur faktual dan struktur mitos dihubungkan dengan teori mitos Herman Northrop Frye tentang peran mitos dalam perkembangan budaya manusia, dan (4) menyusun bahan ajar teks sastra SMA sesuai Kurikulum 2013 berdasarkan hasil kajian perbandingan cerita pantun Ciung Wanara dan novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi.

C. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian dan fokus penelitian di atas, maka penulis perlu merumuskan masalah penelitiannya guna mengetahui hal-hal yang hendak diteliti dari objek penelitian, yaitu dua teks cerita Ciung Wanara dalam subgenre cerita pantun dan novel. Melalui perumusan masalah penelitian diharapkan terindikasikan, bahwa perlu adanya pengkajian lebih dalam mengenai kajian perbandingan cerita pantun Ciung Wanaraversi C.M. Pleyte dan novelCiung Wanarakarya Ajip Rosidi. Perumusan masalah penelitiannya adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah struktur faktualdan mitosdalam cerita pantun Ciung Wanaraversi C.M. Pleyte?

2. Bagaimanakahstruktur faktual dan mitosdalam novel Ciung Wanarakarya Ajip Rosidi?

3. Bagaimanakah perbandingansecara struktur faktual dan mitosantara cerita pantun Ciung Wanaraversi C.M. Pleyte dengan novel Ciung Wanarakarya Ajip Rosidi?

(20)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian berdasarkan perumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui dan mendeskripsikan struktur faktual dan mitos dalam cerita pantun Ciung Wanara versi C.M. Pleyte.

2. Mengetahui dan mendeskripsikan struktur faktual dan mitosdalam novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi.

3. Mengetahui dan mendeskripsikanhasil perbandingan secara struktur faktual dan mitos antara cerita pantun Ciung Wanara versi C.M. Pleyte dengan novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi.

4. Menyusun bahan ajar modul pembelajaran teks sastra di SMA sebagai pemanfaatan cerita pantun Ciung Wanaraversi C.M. Pleyte dannovel Ciung Wanarakarya Ajip Rosidi.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin didapatkan melalui penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian yang berbasis praktik sastra bandingan,menjembatani penelitian karya-karya sastra klasik daerah dengan karya-karya sastra modern untuk pengembangan kesusastraan Indonesia modern dan dapat dijadikan referensi dalam memproduksi atau membuat karya-karya sastra modern lainnya yang didasarkan pada karya-karya sastra klasik daerah sehingga menambah khazanah kesusastraan Indonesia.

(21)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Memberikan hasil kajian ilmiah tentang analisisperbandinganantara karya sastra klasik berbahasa daerah dengan karya sastra modern, baik yang dilakukan secara sinkronis maupun diakronis sebagai sumber pengembangan ilmu sastra Indonesia modern.

3. Manfaat Metodologik

Memberikan penjelasan tentang deskriptifanalisis komparatif sebagai salah satu metode yang dapat menjembatani keberadaan karya-karyasastra lama atau klasik dengan karya-karya sastra modern sehingga diharapkan perkembangan strategi baru dalam metode penelitian sastra Indonesia modern.

F. Definisi Operasional

1. Kajian perbandingan merupakan studi yang memanfaatkan praktik sastra bandingan dengan membandingkan dua karya sastra dan tidak terfokus pada penggunaan teori tertentu saja, melainkan memanfaatkan teori apa pun dalam praktik penelitiannya. Kajian perbandingan dalam penelitian ini berlandaskan azas banding-membandingkanuntuk menemukan persamaan dan perbedaan dari dua sumber datayang diteliti.

2. Cerita pantun merupakan genre karya sastra klasik berbahasa Sunda tentang cerita legendaris yang berisi episode-episode kisah raja-raja pada zaman Sunda kuno, secara keseluruhan berbentuk prosa, dan diujarkan oleh jurupantun dalam ritual tertentu.

(22)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Cerita Ciung Wanara merupakan salah satu cerita legenda tokoh kepahlawanan yang berasal dari cerita pantun Sunda yang terkenaldan dianggap sebagai sasakala yang menyebabkan penduduk Pulau Jawaterbagi dua, disebelah Barat orang Sunda dan yang disebelah Timur orang Jawa sebagai akibat pertarungan yang sama kuat antara dua saudara, yaitu Ciung Wanara dan Hariang Banga.

5. Mitos merupakan cerita yang memberikan pedoman tertentu dan menanamkan kepercayaan kepada individu atau masyarakat tertentu di lingkungan komunitasnya.

6. Bahan Ajar Teks Sastra merupakan bahan atau materi yang didapatkan dari hasil kajian perbandingan cerita pantun Ciung Wanara dan novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidiyang digunakanuntuk membantu siswa

dan guru dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajarberbasis teks karya sastra.

G. Struktur Organisasi Tesis

Struktur organisasi tesis ini dari tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Berikut ini susunan yang terdapat pada masing-masing bagian dalam struktur organisasi tesis.

1. Bagian Awal terdiri atas informasi tentang halaman judul, halaman pengesahan, lembar pernyataan tentang keaslian tesis, kata pengantar, ucapan terima kasih, abstrak, daftar isi, daftar diagram, daftar tabel, dan daftar lampiran.

2. Bagian Isi terdiri atas enam bab yang terdiri atas Bab I Pendahuluan, Bab II Kajian Teoretis, Bab III Metodologi Penelitian, Bab IV Kajian Data dan Pembahasan, Bab V Penyusunan Bahan Ajar Modul Pembelajaran Teks Sastra di SMA, dan Bab VI Simpulan dan Saran.

(23)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan struktur organisasi tesis.

4. Pada bagian Bab II Kajian teoritis dipaparkan tentang konsep sastra bandingan, teori sastra yang mencakup teori strukturalisme Claude Levi-Strauss dan teori mitos Herman Northrop Frye, hakikat cerita pantun, hakikat novel, dan kajian pustaka tentang bahan ajar modul.

5. Pada bagian Bab III Metodologi Penelitian dipaparkan tentang paradigma penelitian, pendekatan penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data penelitian, dan alur penelitian secara keseluruhan.

6. Pada bagian Bab IV Kajian Data dan Pembahasan dipaparkan tentang (1) analisis struktur faktual dan mitos cerita pantun Ciung Wanara versi C.M. Pleyte, (2) analisis struktur faktual dan mitos novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi, kemudian (3) membandingkan kedua analisis faktual dan mitos antara cerita pantun Ciung Wanara versi C.M. Pleyte dengan novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi untuk menemukan persamaan dan

perbedaannya, dan (4) pembahasan hasil perbandingan antara cerita pantun Ciung Wanara versi C.M. Pleyte dengan novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi yang dihubungkan dengan peran mitos dalam perkembangan budaya manusia.

7. Pada bagian Bab VPenyusunan Bahan Ajar Modul Pembelajaran Teks Sastra di SMA dipaparkan tentang penyusunan dan penelaahan bahan ajar modul pembelajaran teks sastra tingkat SMA menggunakan teks transformasi cerita pantun Ciung Wanaraversi C.M. Pleyte dan novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi yang disesuaikan dengan Kurikulum

2013, pada mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMA kelas XII semester genap.

(24)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hasil perbandingan antara cerita pantun Ciung Wanara versi C.M. Pleyte dengan novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi, yang kemudian dihubungkan dengan peran mitos dalam perkembangan budaya manusia, dan (2) saran.

(25)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Paradigma Penelitian

Dalam penelitian sastra, paradigma penelitian menjadi dasar landasan bagi peneliti untuk memahami seluruh masalah penelitian sebelum memasuki pendekatan, metode, teknik, teori, dan langkah penelitian selanjutnya. Dijelaskan oleh Ratna (2004: 21), bahwa paradigma merupakan seperangkat keyakinan mendasar, pandangan dunia yang berfungsi menuntun tindakan-tindakan manusia yang disepakati bersama, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun penelitian ilmiah. Menurut Harmon (Moleong, 2012: 49), paradigma merupakan cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus tentang realitas. Berdasarkan pengertian-pengertian paradigma penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa paradigma penelitian merupakan akar bagi peneliti untuk mengkondisikan kerangka berpikirnya dalam melakukan penelitian terhadap masalah penelitiannya. Kerangka berpikir tersebut kemudian akan menuntun peneliti menuju konsep teori apa yang akan digunakan, pendekatan, metode, teknik, dan langkah-langkah analisis penelitian selanjutnya sehingga berkesinambungan.

(26)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Paradigma penelitian atas kajian perbandingan cerita pantun Ciung Wanara versi C.M. Pleyte dengan novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi adalah bahwa karya sastra tidak lahir dari kekosongan budaya. Karya sastra lahir dari unsur budaya yang menjadi sumber bagi proses kreatif pengarang. Sebagaimana diketahui, pengarang dalam mencipta karangan tentu dipengaruhi oleh alam sekitar, termasuk di dalamnya unsur-unsur budaya. Unsur budaya yang dimaksud dalam paradigma penelitian ini adalah mitos dan peristiwa sejarah, serta karya sastra itu sendiri. Mitos dalam pengertian modern merupakan struktur karya itu sendiri. Karya sastra jelas bukan mitos, tetapi sebagai bentuk estetis karya sastra adalah manifestasi mitos itu sendiri. Karya sastra yang ditulis berdasarkan unsur budaya tersebut dimediatori oleh si pencerita (sastra lisan) dan si pengarang (teks sastra) sebagai suatu proses kreatif menghasilkan karya sastra baru dari karya sastra dan atau mitos yang menjadi acuannya. Proses kreatif adalah energi karya sastra, di mana di dalamnya berbagai unsur budaya dievokasi secara optimal. Selain itu, peristiwa sejarah pun merupakan sebagai bagian unsur budaya yang memiliki peran penting dalam menghasilkan suatu karya sastra.

Sebagaimana diketahui, cerita pantun Ciung Wanara lahir 500 tahun kemudian setelah peristiwa sejarah yang terjadi pada akhir abad ke-7 hingga masuk awal abad ke-8 Masehi, yaitu ketika berdirinya kekuasaan Kerajaan Galuh di Ciamis (Sumardjo, 2003: 108-110). Setelah itu, peristiwa sejarah tersebut menjelma menjadi cerita pantun Ciung Wanara versi C.M. Pleyte yang diterbitkan tahun

1910. Selanjutnya, cerita “Ciung Wanara” dalam cerita pantun Ciung Wanara

versi C.M. Pleyte itu kemudian disadur/ diproduksi kembali sebagai sumber penciptaan (proses kreatif) suatu karya sastra modern berupa novel, berjudul Ciung Wanara oleh Ajip Rosidi, yang selesai ditulis pada tahun 1959. Dalam hal ini terlihat, bahwa cerita pantun Ciung Wanara versi C.M. Pleyte tahun 1910 sebagai suatu karya sastra nusantara atau daerah lahir dari unsur budaya berupa peristiwa sejarah dan mitos yang diinterpretasikan kembali ke dalam fiksi. Yang mana dalam cerita pantun Ciung Wanara versi C.M. Pleyte tersebut dapat

(27)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diketahui pula fenomena kehidupan masyarakat Sunda kuno sekitar awal abad ke-8 saat itu yang melahirkan “mitos” seorang pahlawan di tanah Jawa, yaitu Ciung Wanara. Begitu pula novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi yang lahir dari unsur-unsur budaya (peristiwa sejarah, mitos, dan karya sastra klasik) menjadi sumber penciptaan kreatif bagi mediator, yaitu pengarang, dalam hal ini Ajip Rosidi, menjadi karya sastra modern berupa novel berdasarkan paradigma sang pengarang berdasarkan pada unsur-unsur budaya yang ditangkapnya, baik mitos, peristiwa sejarah, maupun karya sastra yang menjadi acuannya, yang kemudian diinterpretasikan ke dalam karya tulisan si pengarang tersebut.

Oleh karena itu, baik cerita pantun Ciung Wanara versi C.M. Pleyte maupun novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi sangat menarik dan penting untuk dikaji dari kedua sisi karya sastra tersebut, yaitu bagaimana mitos cerita Ciung Wanara memengaruhi kedua karya sastra tersebut dalam kaitannya dengan struktur faktual yang terdapat dalam karya sastra itu sendiri. Bahkan dalamtataran ruang lingkup perkembangan budaya manusia, mitos memiliki perannya tersendiri. Selain itu, kajian perbandingan yang memanfaatkan praktik sastra bandingan terhadap kedua karya sastra tersebut, kitadapat mengetahui bagaimana afinitas (mengacu pada keterkaitan unsur-unsur intrinsik karya sastra), unsur tradisi (kesejarahan penciptaan karya sastra) dan pengaruh dari suatu karya sastra terhadap karya sastra lainnya, dalam istilah adaptasi, saduran, terjemahan, dan transformasi. Melalui analisis perbandingan terhadap kedua karya sastra, yaitu cerita pantun Ciung Wanara versi C.M. Pleyte dan novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi, kita juga dapat mengetahui bagaimana suatu karya sastra diproduksi dan mengungkapkan karakter kehidupan sosial budaya dalam paradigma masyarakat Sunda kuno dan paradigma masyarakat modern.

(28)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sebelum menentukan teori dan metode dalam menganalisis karya sastra, diperlukan pendekatan terhadap karya sastra sebagai objek penelitian yang akan dianalisis. Pendekatan ini berfungsi sebagai cara-cara mendekati objek penelitian. Dijelaskan oleh Ratna (2004: 54-55), bahwa pada dasarnya pendekatan dilaksanakan untuk mengimplikasikan cara-cara memahami hakikat keilmuan tertentu, serta dalam pendekatan terkandung manfaat penelitian secara teoretis dan praktis, baik terhadap peneliti maupun masyarakat, dan kemungkinan apakah penelitian dapat dilakukan sehubungan dengan dana, waktu, dan aplikasi berikutnya. Melalui proses pendekatan terlebih dahulu, peneliti dapat diarahkan kepada penelusuran data-data sekunder sehingga peneliti dapat memprediksi literatur yang harus dimiliki.

Penelitian ini menggunakan pendekatan objektif (struktural). Pendekatan objektif dipilih oleh peneliti karena pendekatan objektif atau strukturalberdasarkan objek karya sastra itu sendiri. Ratna (2004: 72-73) menjelaskan, bahwa pendekatan objektif memusatkan perhatian semata-mata pada unsur-unsur, yang dikenal dengan analisis intrinsik guna mempertimbangkan keterjalinan antarunsur di satu pihak, dan unsur-unsur dengan totalitas di pihak lain. Pendekatan objektif merupakan pendekatan terpenting karena memiliki kaitan yang paling erat dengan teori sastra modern, khususnya teori-teori yang menggunakan konsep dasar struktur. Dalam hal ini, melalui teori strukturalisme, pendekatan objektif dapat memberikan hasil-hasil yang baru sekaligus maksimal dalam rangka memahami karya sastra.

(29)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Oleh karena itu, melalui pendekatan objektif atau diistilahkan sebagai pendekatan struktural diharapkan dapat mengantarkan peneliti pada penemuan-penemuan baru dari struktur-struktur karya sastra yang diteliti sehingga menjadi sumbangan terhadap perkembangan strukturalisme di Indonesia, serta perkembangan metode dalam pengkajian sastra modern.

C. Metode Penelitian

Secara luas metode dianggap sebagai cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya, yang berfungsi untuk menyederhanakan masalah sehingga lebih mudah dipahami (Ratna, 2004: 34). Sebagaimana pula yang diungkapkan Sugiyono (2010: 2), bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Dalam penelitian yang melibatkan karya sastra, maka metode penelitian tersebut harus bertujuan dan berguna dalam menganalisis karya sastra yang akan diteliti. Oleh karena itu, metode penelitian yang digunakan adalahmetode deskriptif analisis komparatif. Pemilihan metode deskriptif analisis komparatif

(30)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dapat merupakan metode gabungan yang lain, misalnya deskriptif komparatif, metode dengan cara menguraikan dan membandingkan.

Penggunaan metode penelitian deskriptif analisis komparatif dalam penelitian ini bertujuan untuk menemukan struktur karya sastra itu yang diteliti, berupa penyajian ceritanya melalui analisis struktur faktual berupa analisis alur, tokoh, dan latar, serta kemudian dilanjutkan dengan analisis mitos berupa struktur mitosdalam karya sastra klasik cerita pantun Ciung Wanara versi C.M. Pleyte dan karya sastra modern, yaitu novel Ciung Wanara karya Ajip rosidi. Hasil analisis struktur faktual dan mitos tersebut kemudian diperbandingkan guna memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya mengenai persamaan dan perbedaan kedua karya sastra yang diteliti berdasarkan praktik sastra bandingan.

Berdasarkan metode penelitian deskriptif analisis komparatif, maka secara garis besar langkah-langkah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Membaca saksama dua sumber data penelitian, yaitu cerita pantun Ciung Wanara versi C.M. Pleyte dan novel Ciung Wanara karya Ajip

Rosidi untuk mendapatkan deskripsi unsur-unsur struktur faktual dan mitos.

2. Menganalisis struktur faktual meliputi alur, penokohan, dan latar terhadap dua sumber data penelitian, yaitu cerita pantun Ciung Wanara versi C.M. Pleyte dan novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi.

3. Menganalisis analisis struktur mitos terhadap dua sumber data penelitian, yaitu cerita pantun Ciung Wanara versi C.M. Pleyte dan novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi.

4. Membuat tabulasi data berdasarkan hasil analisis struktur faktual dan mitos dari dua sumber data penelitian.

(31)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Membandingkan struktur faktual dan mitos antara dua sumber data penelitian untuk menemukan persamaan dan perbedaannya.

7. Menyimpulkan hasil analisis perbandingan dari dua sumber data penelitianuntuk kemudian dihubungkan dengan pengaruh dalam praktik sastra bandingan dan peran mitos dalam perkembangan budaya manusia.

8. Menyusun laporan penelitian.

D. Instrumen Penelitian

1.Instrumen Analisis Struktur Faktual a. Teori Landasan

Menurut Stanton (2012: 22-71), salah satu ihwal membaca fiksi dalam mengulas terma dari unsur-unsur yang membangun struktur karya prosa fiksi, yaitu fakta-fakta cerita. Fakta-fakta cerita meliputi alur, karakter (tokoh), dan latar. Fakta-fakta cerita berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Fakta-fakta cerita tersebut dinamakan juga sebagai “struktur faktual” atau

“tingkatan faktual” cerita.Alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita, yang terbatas pada peristiwa-peristiwa yang terhubung secara kasual saja, sedangkantokoh tidak dapat dilepaskan dari istilah karakter sehingga

(32)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memanfaatkan teori struktural yang dikemukakan oleh Barthes tentang hubungan sintagmatik dan hubungan paradigmatik. Menurut Barthes(1975: 244-260), unsur-unsur dalam karya naratif dapat dilihat dalam hubungan sintagmatik (kontiguitas) yang berkaitan dengan alur dan pengaluran, sedangkan unsur-unsur yang dapat dilihat dalam hubungan paradigmatik (integratif) dapat berkaitan dengan keterangan tokoh, dan latar yang ada dalam cerita.

b. Langkah-Langkah Analisis

Langkah-langkah analisis struktur faktual dalam mengkaji cerita pantun Ciung Wanara versi C.M. Pleyte dan novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi adalah

sebagai berikut.

1) membaca keseluruhan cerita,

2) mengidentifikasi alur sebab akibat dan alur secara kronologis (pengaluran) 3) menyusun bagan alur sebab akibat berdasarkan peristiwa-peristiwa yang

disusun dan diberi penomoran untuk membedakan setiap peristiwa berdasarkan alur sebab akibat dari setiap karya sastra yang diteliti.

4) mengidentifikasi tokoh dan latar, yaitu latar ruang dan latar waktu dalam cerita.

c. Bentuk Instrumen Struktur Faktual

Pedoman analisis struktur faktual cerita pantun Ciung Wanara versi C.M. Pleyte dan novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1

Pedoman Analisis Struktur Faktual Cerita Pantun dan Novel Ciung Wanara Aspek yang Dianalisis Deskripsi

Unsur-unsur sintagmatik (alur dan pengaluran)

(33)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menjadi penyebab pertama kali cerita bergulir dan berdampak akibat terhadap suatu peristiwa lainnya, dan seterusnya, serta penjelasan alur berdasarkan urutan waktu dalam cerita.

Unsur-unsur paradigmatik (tokoh dan latar)

a. Tokoh

Mengidentifikasi identitas tokoh dalam cerita pantun dan novel berdasarkan nama, gambaran fisik, penokohan/ karakter, dan kedudukan tokoh dalam cerita.

b. Latar Ruang/ Tempat

Latar ruang berhubungan dengan identitas tempat berupa nama tempat, gambaran fisik, dan kaitannya dengan peristiwa tertentu dalam cerita.

c. Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan keterangan waktu kapan peristiwa dalam cerita berlangsung berdasarkan kurun waktu keseluruhan cerita peristiwa dan juga mengacu pada peristiwa-peristiwa tertentu dalam cerita dalam waktu-waktu tertentu pula.

Berdasarkan pedoman analisis struktur faktual di atas, urutan proses analisis yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut.

(34)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Susunan alur sebab-akibat:

(1) Peristiwa ... (pertama kali yang menggerakkan cerita) (2) Peristiwa ...

(3) Peristiwa ... dan seterusnya hingga selesai cerita. Penyusunan bagan alur sebab akibat:

༃༄༅༆ dan seterusnya...

Keterangan:

Tanda “ “ = menyebabkan

Penjelasan mengenai alur sebab akibat

... Penjelasan mengenai alur berdasarkan urutan waktu (kronologis/ tidak kronologis)

... 2) Tokoh dan Penokohan

(Menjelaskan nama tokoh dan bagaimana sifat dan peristiwa yang terjadi pada tokoh utama dan tokoh pendukung penting lainnya dalam cerita)

... c. Latar Ruang dan Latar Waktu

(35)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

...

Penjelasan bentuk instrumen di atas adalah sebagai berikut.

Pemilihan tokoh-tokoh yang dianalisis hanya berpaut pada tokoh utama dan tokoh-tokoh pendukung yang kehadirannya dalam cerita terjalin dan memiliki pengaruh hubungan yang kuat membangun alur cerita dengan tokoh utama, yaitu Ciung Wanara. Sebagaimana halnya dengan latar ruang dan latar waktu dalam kedua cerita tersebut, hanya diuraikan yang kaitannya dengan tokoh utama dan beberapa tokoh pendukung lainnya.

2. Instrumen Analisis Struktur Mitos a. Teori Landasan

1) Menurut Levi-Strauss (1967: 206), bahwa (1) jika ada makna yang ingin ditemukan dalam sebuah mitologi, caranya tidak berada di dalam unsur-unsuryang terisolasi yang masuk ke dalam komposisi mitos, melainkan hanya dengan cara bagaimana elemen-elemen dalam mitologi tersebut bergabung, (2) meskipun mitos berasal dari kategori yang sama seperti halnya bahasa, berwujud atau ada, namun bahwa faktanya mitos hanya sebagai bagian saja dari bahasa. Bahasa dalam mitos memamerkan bangunan-bangunan yang khusus, (3) bangunan-bangunan yang khusus tersebut hanya dapat ditemukan dengan melebihi level linguistik yang asli, bahwa mitos menampilkan sesuatu yang lebih kompleks.... Mitos, seperti halnya bahasa, disusun dari unit-unit konstituen yang menyusun sebuah kesatuan mitos dapat diistilahkan sebagai gross constituent units.

(36)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dapat diperas atau disederhanakan lagi menjadi oposisi berpasangan (binary opposition).

3) Menurut Ratna (2004: 134-135), oposisi biner (binary opposition) didasarkan atas kenyataan bahwa manusia secara kodrati memiliki kecenderungan berpikir dikotomis, seperti lelaki perempuan, bumi langit, alam kebudayaan, dan sebagainya. Mitos, sebagai contoh dasar cara-cara berpikir. Pada gilirannya, organisasi masyarakat (yang mendapatkan pesan-pesan kultural melalui mitos) mengikuti oposisi biner tersebut.

4) Menurut Mujianto, Zaim Elmubarok & Sunahrowi (2010: 60-61), bahwa berusaha mengungkapkan mitos dengan menganalisis unsur terkecil dari bahasa mitos, yaitu mytheme atau ceriteme. Miteme adalah unsur-unsur dalam konstruksi wacana mitis (mythical discourse), yang juga merupakan satuan-satuan kosokbali (oppositional), relatif dan negatif.

b. Langkah-Langkah Analisis

Berdasarkan langkah-langkah analisis struktur mitos menurut Claude Levi-Strauss dan langkah-langkah yang diadaptasi oleh Heddy Shri Ahimsa-Putra, penulis mengambil langkah strategis berdasarkan kedua ahli karena objek atau sumber data penelitian yang berbeda dan variatif, yaitu dalam analisis yang dilakukan Levi-Strauss, ia membagi cerita dalam bentuk adegan, sedangkan langkah analisis yang dilakukan Ahimsa-Putra adalah membagi cerita dalam bentuk episode. Dalam hal ini, penulis mengambil langkah strategis dengan membagi cerita dalam beberapa episode berdasarkan langkah Ahimsa-Putra, karena cerita yang panjang, kemudian dilanjutkan dengan analisis berdasarkan kerangka kerja analisis struktur mitos Levi-Strauss. Berikut langkah analisis struktural yang digunakan oleh penulis, yaitu:

1) membaca keseluruhan cerita,

(37)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) membagi cerita menjadi beberapa episode berdasarkan ikhtisar yang telah ditulis, mengingat panjangnya cerita,

4) menentukan ceriteme yang terdapat dalam episode-episode cerita tersebut, 5) menyusun hubungan relasi antarunsur yang beroposisi biner dalam bentuk sumbu sintagmatis dan paradigmatis dalam sebuah tabel yang berisikan ceriteme-ceriteme, dan,

6) menarik kesimpulan logika cerita mitos berdasarkan tabel yang membentuk sumbu sintagmatis dan paradigmatis.

c. Bentuk Instrumen

Berikut ini bentuk tabel instrumen analisis struktur mitos Levi-Strauss:

Tabel 3.2

(38)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Penjelasan bentuk instrumen di atas adalah sebagai berikut.

(39)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahwa ketika menyusun ceriteme dalam dua dimensi: sintagmatis – paradigmatis, secara tidak langsung disusun pula relasi makna yang bersifat oposisi biner. 3. Instrumen Analisis Perbandingan

a. Teori landasan

1) Menurut Remak (Stallknecht, 1990: 13) menjelaskan, bahwa dalam sastra bandingan yang dibandingkan adalah kejadian sejarah, pertalian karya sastra,

persamaan dan perbedaan, tema (ide), genre, style, perangkat evolusi budaya, dan sebagainya. Dengan demikian dapat dipahami, bahwa dasar perbandingan adalah persamaan dan perbedaan, serta pertalian teks karya sastra. Oleh karena itu, hakikat kajian sastra bandingan adalah mencari perbedaandan persamaan, serta mengetahui pertalian teks.

2) Menurut Clement (Damono, 2009: 6-7), bahwa terdapat lima pendekatan yang dapat menuntun kita pada objek kajian sastra bandingan yang akan dilakukan, yaitu (1) tema/ mitos, (2) genre/ bentuk, (3) gerakan/ zaman, (4) hubungan-hubungan antara sastra dan bidang seni dan disiplin ilmu lain, dan (5) pelibatan sastra sebagai bahan bagi perkembangan teori yang terus-menerus bergulir. 3) Menurut Damono (2009: 5-6), bahwa syarat yang mensahkan studi sastra

(40)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) Menurut Hutomo (1993: 11-15), bahwa praktik sastra bandingan berlandaskan diri

pada afinitas, tradisi, dan pengaruh. Afinitas mengacu pada keterkaitan

unsur-unsur intrinsik (unsur-unsur dalaman) karya sastra,misalnya unsur-unsur struktur, gaya, tema,

mood (suasana yang terkandung dalamkarya sastra) dan lain-lain, yang dijadikan

bahan penulisan karya sastra. Tradisi, mengacu kepada unsur yang berkaitan

dengan kesejarahan penciptaan karyasastra.Pengaruh; istilah pengaruh,

sebenarnya, tidak sama dengan menjiplak,plagiat, karena istilah ini sarat dengan

nada negatif. Istilah pengaruh dapatdirunut dari keberadaan sastra yang tidak lahir

dari kekosongan. Dalam hal ini, pengarang dalam mencipta karya sastra dapat

dipengaruhi oleh alam sekitar (masyarakat, kebudayaan, bahasa, dan lain-lain).

Oleh karena itu, pengaruh tersebut tidak bernilai negatif, selama dapat dicernakan

dalam karya sastra sehingga lebih tepat mengistilahkan pengaruh dalam istilah

adaptasi, saduran, terjemahan, dan transformasi.

5) Menurut Frye (1970: 276-338) melihat dialektika konstan peran suatu mitos dalam perkembanganbudaya manusia sebagai “myth of concern” (mitos pengukuhan) versus “myth of freedom (mitos pembebasan). Myth of concern (mitos pengukuhan) merupakan mitologi yang berpusat dalam masyarakat;suatu mitos yang dipercaya oleh masyarakat sebagai suatu

“institusi” yang seutuhnya berlaku atau menyatukan suatu masyarakat. Sedangkan Myth of freedom (mitos pembebasan) lebih bersifat liberal, umumnya merupakan oposisi ilmiah yang mengkritik myth of concerndari sudut pandang individualistis.

b. Langkah-langkah analisis

Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis perbandingan adalah sebagai berikut.

(41)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ciung Wanara yang diteliti untuk menemukan persamaan dan

perbedaannya.

2) Mengidentifikasi dari hasil persamaan dan perbedaan alur, tokoh, serta latar ruang dan latar waktu dari dua karya sastra: cerita pantun Ciung Wanara dan novel Ciung Wanara untuk mengetahuibagaimana afinitas,

tradisi, dan pengaruh dari kedua karya sastra yang diperbandingkan

tersebut.

3) Membandingkan logika cerita mitos dari masing-masing karya sastra, yang telah dianalisis sebelumnya untuk kemudian dihubungkan dengan memperbandingkannya berdasarkan ciri-ciri peran suatu mitos masing-masing karya sastra dalam perkembangan budaya manusia sebagai “myth of concern” (mitos pengukuhan) versus “myth of freedom” (mitos

pembebasan).

c. Bentuk instrumen

Berikut ini pedoman analisis perbandingan cerita pantun Ciung Wanara versi C.M. Pleyte dengan novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi.

Tabel 3.3

Pedoman analisis perbandingan cerita pantun Ciung Wanara versi C.M. Pleyte dengan novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi

Aspek yang

Alur Penjelasan tentang alur sebab akibat dan alur urutan waktu CPCW

Penjelasan tentang alur sebab akibat dan alur urutan waktu NCW

Tokoh Penjelasan tentang identitas tokoh berdasarkan nama

(42)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu tokoh, karakter tokoh yang Latar Ruang Penjelasan tentang nama

tempat yang berkaitan Latar Waktu Penjelasan tentang kapan

kurun waktu yang terjadi

Logika Cerita Mitos Penjelasan simpulan logika cerita mitos berdasarkan Deskripsi Hasil Perbandingan CPCW dengan NCW Peran Mitos Penjelasan tentang peran

(43)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dan struktur mitos

Levi-Strauss

dan struktur mitos Levi-Strauss

Berdasarkan pedoman analisis perbandingan cerita pantun Ciung Wanara versi C.M. Pleyte dengan novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi, maka urutan proses analisis yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut.

Analisis perbandingan struktur faktual, meliputi: 1) Analisis perbandingan alur sebab akibat.

(Membandingkan alur sebab akibat cerita pantun Ciung Wanara dengan novel Ciung Wanarauntuk mengetahui persamaan dan perbedaannya)

...

2) Analisis perbandingan tokoh dan penokohan.

(Membandingkan tokoh dan penokohan cerita pantun Ciung Wanara dengan novel Ciung Wanarauntuk mengetahui persamaan dan perbedaannya) ...

3) Analisis perbandingan latar ruang dan latar waktu.

(Membandingkan latar ruang/ tempat dan latar waktu dalam edisi teks cerita pantun Ciung Wanara dengan novel Ciung Wanarauntuk mengetahui persamaan dan perbedaannya)

...

4) Analisis perbandingan struktur mitos:

(Membandingkan logika cerita mitos dalam edisi teks cerita pantun Ciung Wanara dengan novel Ciung Wanara untuk dihubungkan dengan peran mitos

(44)

Ferina Meliasanti, 2014

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

...

Penjelasan bentuk instrumen di atas adalah sebagai berikut.

Dalam analisis perbandingan, tahap yang dilakukan adalah membandingkan cerita pantun Ciung Wanara dengan novel Ciung Wanara diperbandingkan berdasarkan struktur faktual, yaitu alur, tokoh,serta latar ruang dan latar waktu untuk mengidentifikasi dan mengetahui persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam kedua sumber data penelitian tersebut sehingga dapat diketahui dalam hasil perbandingan seluruhnya tentang afinitas, tradisi, dan pengaruh dari kedua karya sastra yang diperbandingkan tersebut. Dilakukan pula analisis perbandingan struktur mitos Levi-Strauss antara cerita pantun Ciung Wanara dengan novel Ciung Wanara yang kemudian dihubungkan dengan perbandingan peran mitos

kedua sumber data dalam perkembangan budaya manusia.

4. PedomanPenyusunan Bahan Ajar Sastra

Pedoman penyusunan bahan ajar sastra sebagaimana terdapat dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.4

Pedoman Penyusunan Bahan Ajar Sastra

Aspek yang Dianalisis Indikator

Landasan Kurikulum a. Penggunaan standar Kurikulum 2013 berbasis teks.

b. Kesesuaian dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia (Wajib).

Gambar

Tabel 3.1
Pedoman analisis perbandingan cerita pantun Tabel 3.3 Ciung Wanara versi C.M.
tabel sintagmatis –
Tabel 3.4 Pedoman Penyusunan Bahan Ajar Sastra
+2

Referensi

Dokumen terkait

Aspek yang lain adalah tidak teliti dalam mengerjakan latihan dan mengerjakan LKPD, belum berani mengemukakan pendapat dan tampil di depan kelas, tidak

Penyusunan skripsi dengan judul ”pelaksanaan wakaf tanah berdasarkan undang-undang nomor 41 tahun 2004 ( studi kasus dikecamatan teras kabupaten boyolali tahun 2004 )

Demam merupakan gejala utama tifoid. Pada awal sakit, kebanyakan penderita hanya mengalami demam yang samar-samar, suhu tubuh akan naik turun. Penderita akan

“Gambaran Tingkat Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus dalam Mengkonsumsi Obat Antidiabetes Oral di RS dan Klinik Gotong Royong Surabaya” Skripsi Sarjana Strata 1.

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan secara mendalam, ada beberapa tahapan yang dilakukan penulis,

Sedangkan untuk cabang olahraga yang lebih banyak membutuhkan kekuatan seperti gulat, tinju dan sebagainya 6-10 RM, kalau berlatih untuk power 12-15 RM, kalau berlatih

berjumlah 38 orang, yang terdiri dari 35 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Penelitian ini dilaksanakan di ruang latihan beban FPOK Padasuka Cicaheum. Karakteristik

Perbandingan Hasil Latihan Squat dengan Menggunakan Weight Training Metode Pyramid Sistem dan Metode Burnout Sistem terhadap Peningkatan Kekuatan Maksimal Otot