UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
PADA MATERI ALJABAR DI KELAS VIII SMP KARYA BUNDA MEDAN TAHUN AJARAN 2014/2015
Oleh : Desy Ratna Sari NIM 4103311015
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
RIWAYAT HIDUP
Desy Ratna Sari dilahirkan di Asam Jawa, pada tanggal 19 Agustus 1991.
Ayah bernama Wasruddin dan ibu bernama Erna Wati dan merupakan anak
pertama dari empat bersaudara. Pada tahun 1998, penulis masuk SD Swasta
Widya Dharma dan lulus tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan
sekolah di SMP Swasta Widya Dharma dan lulus tahun 2007. Pada tahun 2007,
penulis melanjutkan sekolah di SMA Panca Budi Medan dan lulus pada tahun
2010. Pada tahun 2010, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Medan. Kegiatan intrakurikuler di Universitas Negeri Medan
yang pernah diikuti yaitu sebagai panitia pada Kontes Literasi Matematika (KLM)
dan Seminar LokaKarya Nasional Pendidikan Matematika dengan tema “ Melalui
Seminar dan Lokakarya Matematika Kita Tingkatkan Mutu Pembelajaran
iii
UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
PADA MATERI ALJABAR DI KELAS VIII SMP KARYA BUNDA MEDAN TAHUN AJARAN 2014/2015
DESY RATNA SARI (NIM 4103311015)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa dan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran di kelas VIII SMP Karya Bunda Medan melalui penerapan pembelajaran kontekstual pada materi aljabar. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-A SMP Karya Bunda Medan tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 26 orang. Objek dari penelitian ini adalah meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa melalui penerapan pembelajaran kontekstual pada materi aljabar. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.
Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah lembar observasi dan tes pemahaman konsep. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dan di akhir setiap siklus diberikan tes pemahaman konsep. Sebelum diberikan, tes terlebih dahulu divalidkan ke validator.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman konsep matematika siswa melalui penerapan pembelajaran kontekstual pada materi aljabar sudah mengalami peningkatan dan kegiatan pembelajarannya efektif. Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan hasil observasi untuk guru pada siklus I sebesar 2,41 meningkat pada siklus II menjadi 3,03. Selanjutnya, pelaksanaan pembelajaran berdasarkan observasi untuk siswa pada siklus I sebesar 2,28 meningkat pada siklus II yaitu 3,06. Berdasarkan hasil tes pemahaman konsep yang diberikan kepada siswa pada siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 75,1 dan meningkat pada siklus II menjadi 82,5. Ketuntasan belajar yang dicapai yaitu dari 17 orang siswa (65,38%) pada siklus I meningkat menjadi 23 orang siswa (88,46%) pada siklus II dan tingkat ketuntasan klasikal yang diperoleh pada siklus II yakni 88,46% sudah mencukupi syarat ketuntasan klasikal yaitu ≥ 85% siswa yang mencapai tes kemampuan pemahaman konsep 75. Selain itu waktu pembelajaran saat penelitian berlangsung tidak melebihi waktu pembelajaran seperti biasa.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya yang memberikan kesehatan, kesempatan dan kemudahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Skripsi ini berjudul “Upaya Meningkatkan pemahaman Konsep Matematika Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kontekstual Pada Materi Aljabar Di Kelas VIII SMP Karya Bunda Medan Tahun Ajaran 2014/2015”, disusun untuk melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.
v
tidak memungkinkan penulis untuk menyebutkan satu persatu, terima kasih atas segala arahan bantuan dan kerjasama yang diberikan kepada penulis.
Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada Ayahanda Wasruddin dan Ibunda Erna Wati sebagai orang tua penulis yang telah banyak memberi kasih sayang, semangat, nasehat, doa dan materi sehingga perkuliahan dan penyusunan skripsi ini dapat terlaksana dengan baik. Semoga Allah memberikan kebaikan dunia dan akhirat kepada Ayahanda dan Ibunda, amin. Terimakasih juga untuk adinda Devri Syahputra, Triana Devina dan Khairi Afif Fawazy yang telah memberikan doa, semangat dan motivasi selama proses penyusunan skripsi ini berlangsung.
Penulis juga mengucapkan terima kasih khususnya kepada Deni Heriyansyah yang selalu bersama dan memberikan do’a serta motivasi maupun dorongan untuk mengerjakan skripsi ini hingga selesai. Tak lupa penulis ucapkan juga terima kasih untuk sahabat Aisyah Hutasuhut, Meida Hasda Hasibuan, Cindy Novalia Silitonga, Runny Tri Sulistyowati, Utari Mustika, Andreas Sembiring, Dedi Aprinaldi, Sholahuddin Al’Ayyubi Dalimunthe, adik kami Nurul Indah Pratiwi dan teman-teman seperjuangan di kelas Ekstensi A 2010 pendidikan matematika yang tiada henti memberikan motivasi dan doa yang tulus serta sahabat-sahabat lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan, November 2014 Penulis
vi
2.1.5 Pentingnya Pemahaman Konsep dalam Pembelajaran
Matematika 23
2.2 Hakikat Pembelajaran Kontekstual 24
2.2.1 Pengertian Pembelajaran Kontekstual 24 2.2.2 Sistem Model Pembelajaran Kontekstual 26
2.2.3 Tujuan pembelajaran Kontekstual 27
2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan CTL
dan Komponen-komponennya 28
2.2.5 Penerapan Pembelajaran Kontekstual 34 2.2.6 Kelebihan dan kelemahan Pembelajaran Kontekstual 35
2.3 Operasi Hitung Aljabar 36
vii
2.3.4 Operasi Pembagian Bentuk Aljabar 42
2.3.5 Operasi Perpangkatan Bentuk Aljabar 45
2.4 Kerangka Konseptual 48
2.5 Hipotesis Tindakan 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 51
3.1.1 Lokasi Penelitian 51
3.1.2 Waktu Penelitian 51
3.2. Subjek dan Objek Penelitian 51
3.2.1 SubjekPenelitian 51
3.6 Teknik Analisis Data 62
3.6.1 Reduksi data 62
3.6.2 Paparan Data 63
3.7 Indikator Keberhasilan 65
3.8 Penyimpulan Data 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 67
4.1.1 Hasil Penelitian Siklus I 67
4.1.1.1 Tahap Perencanaan Tindakan 67
4.1.1.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan 71
4.1.1.3 Observasi 73
4.1.1.4 Analisis Data Hasil Siklus I 73 4.1.1.4.1 Hasil Tes Pemahaman Konsep 73
4.1.1.4.2 Hasil Observasi 75
4.1.1.5 Refleksi 77
4.1.1.6 Penyimpulan Data 78
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus II 79
4.1.2.1 Tahap Perencanaan Tindakan 79
4.1.2.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan 80
4.1.2.3 Observasi 82
4.1.2.4 Analisis Data Hasil Siklus II 82 4.1.2.4.1 Hasil Tes Pemahaman Konsep 82
4.1.2.4.2 Hasil Observasi 84
4.1.2.5 Refleksi 86
4.1.2.6 Penyimpulan Data 86
4.2 Kelemahan-kelemahan penelitian 87
viii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 94
5.2 Saran 94
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.1 Kesalahan siswa menjelaskan unsur-unsur aljabar 4 Gambar 1.2 Kesalahan siswa menjelaskan suku-suku sejenis
dan tak sejenis 5
Gambar 1.3 Kesalahan siswa menghitung soal pada operasi
penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar 5 Gambar 1.4 Kesalahan siswa menghitung soal pada operasi perkalian
aljabar bentuk aljabar 6
Gambar 1.5 Kesalahan siswa menyederhanakan soal pada operasi
pembagian aljabar 6
Gambar 1.6 Kesalahan siswa menyederhanakan soal pada operasi
perpangkatan aljabar 7
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Pedoman Untuk Melihat Aktivitas Guru dan Siswa 60 Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Pemahaman Konsep I 61 Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Pemahaman Konsep II 61 Tabel 3.4 Rubrik Pensekoran Tes Pemahaman Konsep
Matematika Siswa 61
Tabel 4.1 Deskripsi Ketuntasan Tes Kemampuan Awal Siswa
dengan Kriteria Ketuntasan Belajar 67 Tabel 4.2 Deskripsi Menyatakan Ulang Konsep dengan
Kriteria Ketuntasan Belajar 68 Tabel 4.3 Deskripsi Memberikan Contoh dan Non Contoh
dengan Kriteria Ketuntasan Belajar 68 Tabel 4.4 Deskripsi Menyelesaikan Operasi Penjumlahan Bentuk
Aljabar dengan Kriteria Ketuntasan Belajar 68 Tabel 4.5 Deskripsi Menyelesaikan Operasi Pengurangan Bentuk
Aljabar dengan Kriteria Ketuntasan Belajar 69 Tabel 4.6 Deskripsi Menyelesaikan Operasi Perkalian Bentuk
Aljabar dengan Kriteria Ketuntasan Belajar 69 Tabel 4.7 Menyelesaikan Operasi Pembagian Bentuk Aljabar
dengan Kriteria Ketuntasan Belajar 70 Tabel 4.8 Deskripsi Menyelesaikan Operasi Perpangkatan Bentuk
Aljabar dengan Kriteria Ketuntasan Belajar 70 Tabel 4.9 Deskripsi Menyatakan Ulang Konsep dengan Kriteria
Ketuntasan Belajar Siklus I 74 Tabel 4.10 Deskripsi Memberikan Contoh dan Non Contoh
dengan Kriteria Ketuntasan Belajar Siklus I 74 Tabel 4.11 Kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan
memilih prosedur tertentu dengan Kriteria Ketuntasan
Belajar Siklus I 75
Tabel 4.12 Deskripsi Ketuntasan Pemahaman Konsep Siswa
dengan Kriteria Ketuntasan Belajar Siklus I 75 Tabel 4.13 Deskripsi Hasil Observasi Guru dalam Melaksanakan
Pembelajaran pada Siklus I 76 Tabel 4.14 Deskripsi Hasil Observasi Siswa dalam Melaksanakan
Pembelajaran pada Siklus I 76 Tabel 4.15 Deskripsi Menyatakan Ulang Konsep dengan
Kriteria KetuntasanBelajar Siklus II 83 Tabel 4.16 Deskripsi Memberikan Contoh dan Non Contoh
dengan Kriteria Ketuntasan Belajar Siklus II 83 Tabel 4.17 Kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan
memilih prosedur tertentu dengan Kriteria Ketuntasan
Belajar Siklus II 84
Tabel 4.18 Deskripsi Ketuntasan Pemahaman Konsep Siswa
xi
Tabel 4.19 Deskripsi Hasil Observasi Guru dalam Melaksanakan
Pembelajaran pada Siklus II 85 Tabel 4.20 Deskripsi Hasil Observasi Siswa dalam
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. RPP Siklus I 98
Lampiran 2. RPP Siklus II 120
Lampiran 3. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 141 Lampiran 4. Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 153 Lampiran 5. Kisi-kisi Tes Diagnostik 163
Lampiran 6. Tes Diagnostik 164
Lampiran 7. Alternatif Jawaban Tes Diagnostik 165 Lampiran 8. Pedoman Penskoran Tes Diagnostik 167 Lampiran 9. Lembar Validasi Soal Tes Diagnostik 171 Lampiran 10. Hasil Tes Diagnostik 174 Lampiran 11. Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal 175
Lampiran 12. Tes Kemampuan Awal 176
xiii
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
Diagram 4.1 Hasil Observasi Guru 88
Diagram 4.2 Hasil Observasi Siswa 89
Diagram 4.3 Nilai Rata-rata Tes Pemahaman Konsep Siswa 90
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
menyebutkan, bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan
dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan
pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan
masa depan (Trianto, 2009: 1).
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang
adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga
yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan
yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi
kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut semakin penting ketika
seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena yang
bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk
menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun
yang akan datang (Trianto, 2009: 1-2).
Pendidikan yang diberikan di sekolah dasar, sekolah lanjutan maupun di
sekolah menengah meliputi beberapa mata pelajaran, salah satunya adalah mata
2
pengetahuan yang selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, dan juga
menopang cabang pengetahuan yang lain, sehingga matematika sering dikatakan
sebagai queen and service of science (ratu dan pelayan ilmu pengetahuan).
Matematika berkembang seiring dengan peradaban manusia. Sejarah ilmu
pengetahuan menempatkan matematika pada bagian puncak hierarki ilmu
pengetahuan. Peletakan demikian ini menimbulkan mitos bahwa matematika
adalah penentu tingkat intelektualitas seseorang (Masykur, 2008: 66).
Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berfikir.
Karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari
maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK sehingga matematika perlu
dibekalkan kepada setiap peserta didik sejak SD, bahkan sejak TK. Namun
matematika yang ada pada hakekatnya merupakan suatu ilmu yang cara
bernalarnya deduktif formal dan abstrak, harus diberikan kepada anak-anak sejak
SD yang cara berfikirnya masih pada tahap operasi konkret. Oleh karena itu kita
perlu berhati-hati dalam menanamkan konsep-konsep matematika tersebut. Di
satu pihak siswa SD berfikirnya masih sangat terbatas, artinya berfikirnya dengan
dikaitkannya dengan benda-benda konkret, di pihak lain matematika itu
obyek-obyek penelaahannya abstrak, artinya hanya ada dalam pemikiran manusia
sehingga matematika itu hanyalah suatu hasil karya dari kerja otak manusia.
Sebagai guru matematika terlebih lagi di SD perlu disadarkan bahwa matematika
itu mempunyai sifat-sifat seperti disebutkan di atas, walaupun dalam
menyampaikan bahan-bahan matematika harus berorientasi kepada kepentingan
siswa (Hudojo, 2005: 37).
Banyak orang yang mempertukarkan antara matematika dengan
aritmatika atau berhitung. Padahal, matematika memiliki cakupan yang lebih luas
daripada aritmatika. Aritmatika hanya merupakan bagian dari matematika. Dari
berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang
studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan
belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar (Abdurrahman, 2009:
3
Menurut Johnson dan Myklebust (1967: 244), matematika adalah bahasa
simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan
kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk
mempermudah berfikir. Menurut Paling (1982: 1), ide manusia tentang
matematika berbeda-beda, tergantung pada pengalaman dan pengetahuan
masing-masing. Ada yang mengatakan bahwa matematika hanya perhitungan yang
mencakup tambah, kurang, kali dan bagi. Tetapi ada pula yang melibatkan
topik-topik seperti aljabar, geometri dan trigonometri. Banyak pula yang beranggapan
bahwa matematika mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan berfikir logis.
Cockroft (1982: 1-5) mengemukakan bahwa :
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segi kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan yang sesuai, (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Belajar matematika tidak sama dengan belajar sejarah, metode menghafal
tidak cukup karena matematika bukanlah ilmu hafalan. Jika ingin berhasil
mengerjakan soal-soal matematika maka harus banyak berlatih dan memahami
rumus-rumusnya. Salah satu materi matematika yang dianggap sulit oleh siswa
khusunya siswa SMP Karya Bunda adalah aljabar. Berdasarkan hasil wawancara
peneliti terhadap salah satu guru matematika SMP Karya Bunda Medan yaitu Ibu
Afrina Mustafa mengenai materi aljabar yaitu dalam prakteknya di sekolah,
keaktifan siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan pada proses pembelajaran
masih kurang, misalnya siswa tidak berani untuk mengerjakan soal di depan kelas
dan siswa jarang mengajukan pertanyaan. Kebanyakan siswa cenderung hanya
sekedar menghapal konsep yang ada, meniru langkah-langkah penyelesaian yang
diberikan oleh guru dan tak jarang ada siswa yang mencontek jawaban temannya.
Ketika mereka ditanya apakah mereka mengerti dengan konsep yang dimaksud,
maka jawaban mereka adalah tidak, mereka mengakui bahwa hanya hapal saja.
4
sesuatu belum menjamin bahwa dengan demikian orang sudah belajar dalam arti
yang sebenarnya. Sebab untuk mengetahui sesuatu tidak cukup hanya dengan
menghafal saja.
Menurut Sanjaya (2009) pemahaman konsep matematika adalah
kemampuan siswa untuk mengenal, memahami, menerangkan atau menjelaskan
serta menggunakan konsep, prosedur dan ide matematika berdasarkan
pembentukan pengetahuan sendiri bukan sekedar menghapal. Dari hasil observasi
awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 5 Maret 2014 berupa tes diagnostik
yang berkaitan dengan pemahaman konsep pada materi aljabar khususnya operasi
hitung aljabar kepada 31 siswa kelas VIII-A SMP Karya Bunda Medan, terdapat
beberapa kesalahan yang dilakukan oleh siswa untuk setiap nomor soal.
Kesalahan yang dilakukan meliputi kesalahan yang berkaitan dengan pemahaman
konsep pada materi aljabar, diantaranya :
Gambar 1.1 Kesalahan siswa menjelaskan unsur-unsur aljabar
Berdasarkan Gambar 1.1 siswa tidak dapat menjelaskan yang mana
merupakan variabel, koefisien dan konstanta. Mereka hanya menghapal konsep
yang diberikan oleh guru saja, sehingga apabila diberikan soal yang berbeda maka
mereka tidak dapat menyelesaikannya dengan benar. Sebanyak 77,42% siswa
tidak dapat menyatakan ulang konsep unsur-unsur aljabar. Kesalahan lainnya
5
Gambar 1.2 Kesalahan siswa menjelaskan suku-suku sejenis dan tak sejenis
Berdasarkan Gambar 1.2 siswa tidak dapat menjelaskan yang mana
merupakan suku sejenis dan suku tak sejenis, mereka hanya menghapal konsep
yang diberikan oleh guru, sehingga apabila diberikan soal yang berbeda mereka
tidak dapat menjelaskannya dengan benar. Sebanyak 80,65% siswa tidak dapat
menjelaskan suku sejenis dan suku tak sejenis.
Gambar 1.3 Kesalahan siswa menghitung soal pada operasi penjumlahan
dan pengurangan bentuk aljabar
Berdasarkan Gambar 1.3 siswa tidak dapat menyelesaikan operasi
hitung aljabar. Siswa kurang memahami bahwa operasi penjumlahan dan
pengurangan bentuk aljabar hanya dapat digunakan pada suku-suku yang sejenis.
6
tersebut. Hal ini dikarenakan siswa tidak memahami konsep suku sejenis dan suku
tak sejenis. Kesalahan lainnya dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 1.4 Kesalahan siswa menghitung soal pada operasi perkalian
aljabar bentuk aljabar
Berdasarkan Gambar 1.4 siswa tidak dapat menyelesaikan operasi
perkalian aljabar. Sebanyak 74,19% siswa salah mengalikan bentuk aljabar
tersebut. Siswa tidak mengerti konsep perkalian aljabar. Sehingga mereka
bingung bagaimana menyelesaikan soal perkalian apabila diberikan bentuk soal
yang berbeda.
Gambar 1.5 Kesalahan siswa menyederhanakan soal pada operasi
pembagian aljabar
Berdasarkan Gambar 1.5 siswa tidak dapat menyelesaikan operasi
7
aljabar tersebut. Mereka hanya mengikuti langkah-langkah penyelesaian yang
diberikan oleh guru. Begitu juga dengan Gambar 1.6 di bawah ini. Sebanyak
90,32% siswa salah menyelesaikan operasi perpangkatan aljabar.
Gambar 1.6 Kesalahan siswa menyederhanakan soal pada operasi
perpangkatan aljabar
Dari lembar jawaban kesalahan siswa di atas, diperoleh pemahaman
siswa kelas VIII-A SMP Karya Bunda tentang konsep aljabar masih sangat
rendah, banyak siswa yang kesulitan untuk menyederhanakan operasi aljabar
dikarenakan siswa bingung dalam membedakan antara variabel, konstanta dan
koefisien. Selain itu siswa juga bingung dalam membedakan antara suku sejenis
dan suku tak sejenis. Selain itu kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
hanya dengan meniru langkah-langkah penyelesaian yang diberikan guru. Hal ini
dapat dilihat dari hasil tes diagnostik yang diberikan oleh peneliti diperoleh 8
orang (25,81%) dari 31 siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar (nilainya ≥
75) sedangkan 23 siswa lainnya (74,19%) belum tuntas. Sedangkan rata-rata yang
didapat secara keseluruhan sebesar 46,2.
Selain itu, rendahnya pemahaman konsep siswa diakibatkan karena
dalam proses pembelajaran matematika terlalu berkonsentrasi pada soal yang
bersifat prosedural dan mekanistik daripada pengertian. Dalam kegiatan
pembelajaran guru biasanya menjelaskan konsep secara informatif, memberikan
contoh soal dan memberikan soal-soal latihan. Guru matematika pada umumnya
juga mengajar dengan metode ceramah dan ekspositori. Pada kondisi seperti itu,
8
tidak ada. Sebagian besar siswa tampak mengerti dengan baik setiap penjelasan
atau informasi dari guru, siswa jarang mengajukan pertanyaan pada guru sehingga
guru aktif sendiri menjelaskan apa yang telah disiapkannya. Siswa hanya
menerima saja apa yang telah disiapkan oleh guru. Hal ini tentu berakibat
informasi yang didapat kurang begitu melekat dan membekas pada diri siswa.
Ansari (2008: 3) mengungkapkan bahwa hal yang seperti ini akan
mengakibatkan dua konsekwensi : “(1) siswa kurang aktif dan pola pembelajaran
ini kurang menanamkan pemahaman konsep sehingga kurang mengundang sikap
kritis. (2) jika siswa diberi soal yang berbeda dengan soal latihan, mereka
kebingungan karena tidak tahu harus memulai darimana mereka bekerja”.
Sebab kesulitan belajar siswa tidak selamanya disebabkan oleh faktor
intelegensi, akan tetapi bisa disebabkan karena penggunaan metode belajar yang
tidak sesuai. Pemilihan metode tidak boleh asal pilih, sesuaikan metode mana
yang cocok untuk setiap materi. Hudojo (1988: 3) mendukung pentingnya
pemahaman konsep dengan pernyataan bahwa :
Dalam proses belajar matematika, prinsip belajar harus terlebih dahulu dipilih, sehingga waktu mempelajari matematika dapat berlangsung dengan lancar, misalnya mempelajari konsep B yang mendasarkan pada konsep A, seseorang perlu memahami lebih dahulu konsep A. Tanpa memahami konsep A, tidak mungkin orang itu memahami konsep B. Ini berarti mempelajari matematika haruslah bertahap dan berurutan serta, mendasarkan pada pengalaman belajar yang lalu.
Berdasarkan pernyataan inilah maka peneliti menyimpulkan bahwa
pemahaman konsep akan suatu materi dalam matematika haruslah ditempatkan
pada prioritas yang utama. Berdasarkan fenomena di atas kemudian muncul
pertanyaan, metode, pendekatan atau strategi seperti apa yang melibatkan aktivitas
siswa secara optimal dan membuat pembelajaran matematika menjadi lebih
bermakna dan menyenangkan sehingga siswa dapat memahami suatu konsep
matematika. Salah satu bentuk pembelajaran alternatif yang dirancang sedemikian
rupa sehingga mencerminkan keterlibatan siswa secara aktif melalui strategi
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual atau contextual teaching and
9
Pendekatan kontekstual adalah suatu pendekatan yang memungkinkan
terjadinya proses belajar dan di dalamnya siswa dimungkinkan menerapkan
pemahaman serta kemampuan akademik siswa, baik secara sendiri-sendiri
maupun berkelompok. Selain itu pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau
contextual teaching and learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang
membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan
memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara dan tenaga
kerja. Pembelajaran kontekstual bukan merupakan konsep baru. Penerapan
pembelajaran di kelas-kelas Amerika pertama-tama diusulkan oleh Jhon Dewey.
Pada tahun 1916, Dewey mengusulkan suatu kurikulum dan metodologi
pengajaran yang dikaitkan dengan minat dan pengalaman siswa (Trianto, 2009:
104).
Perkembangan pemahaman yang diperoleh selama mengadakan telaah
pustaka menjadi semakin jelas bahwa CTL merupakan suatu perpaduan dari
banyak praktik yang baik dan beberapa pendekatan reformasi pendidikan yang
dimaksudkan untuk memperkaya relevansi dan penggunaan fungsional
pendidikan untuk semua siswa (Trianto, 2009: 105).
Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual,
yakni : konstruktivisme(constructivism), inkuiri (inquiry), bertanya (questioning),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi
(reflection)dan penilaian sebenarnya(authentic assesment).
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “upaya meningkatkan pemahaman konsep
matematika siswa melalui penerapan pembelajaran kontekstual pada materi
10
1.2 Identifikasi Masalah
1) Peserta didik beranggapan bahwa matematika merupakan bidang studi
yang paling sulit karena memiliki obyek kajian yang abstrak dan bahasa
yang simbolis.
2) Penyampaian materi matematika di sekolah yang dilakukan guru masih di
dominasi metode ceramah dan ekspositori.
3) Peserta didik hanya mampu menghapal konsep yang diberikan, meniru
langkah-langkah penyelesaian seperti yang diberikan oleh guru dan tak
jarang terdapat siswa yang mencontek dengan temannya.
4) Keaktifan siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan dalam proses
pembelajaran masih kurang
5) Peserta didik masih banyak melakukan kesalahan yang berkaitan dengan
pemahaman konsep pada operasi hitung aljabar.
6) Pembelajaran kontekstual belum diterapkan dalam membelajarkan materi
operasi hitung aljabar.
1.3 Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan peneliti dan luasnya cakupan identifikasi masalah
dan agar penelitian menjadi lebih efektif, jelas dan terarah maka masalah yang
teridentifikasi pada penelitian ini yaitu pada rendahnya pemahaman konsep
matematika siswa terhadap operasi hitung aljabar serta upaya yang dilakukan
untuk meningkatkannya.
1.4 Rumusan Masalah
1) Bagaimana peningkatan pemahaman konsep matematika siswa melalui
penerapan pembelajaran kontekstual pada materi aljabar di kelas VIII SMP
Karya Bunda Medan tahun ajaran 2014/2015 ?
2) Bagaimana efektivitas pembelajaran ketika diterapkan pembelajaran
kontekstual pada materi aljabar di kelas VIII SMP Karya Bunda Medan
11
1.5 Tujuan Penelitian
1) Untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa melalui
penerapan pembelajaran kontekstual pada materi aljabar di kelas VIII SMP
Karya Bunda Medan tahun ajaran 2014/2015.
2) Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran ketika diterapkan
pembelajaran kontekstual pada materi aljabar di kelas VIII SMP Karya
Bunda Medan tahun ajaran 2014/2015.
1.6 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, memperoleh pengalaman langsung dengan adanya kebebasan
dalam belajar secara aktif.
b. Bagi guru, sebagai bahan masukan bahwa pembelajaran kontekstual
dapat digunakan sebagai alternatif dalam upaya meningkatkan
pemahaman konsep matematika siswa serta sebagai bahan pertimbangan
untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
c. Bagi peneliti, sebagai bahan pembanding bagi mahasiswa atau peneliti
lainnya yang ingin meneliti topik atau permasalahan yang sama tentang
pemahaman konsep siswa pada materi aljabar.
d. Bagi pihak sekolah, sebagai bahan masukan kepada pengelola sekolah
dalam pembinaan dan peningkatan mutu pendidikan.
2. Manfaat Teoritis
Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan kepada pembaca maupun guru dalam upaya meningkatkan
12
1.7 Defenisi Operasional
1. Pendekatan kontekstual adalah suatu pendekatan yang memungkinkan
terjadinya proses belajar dan di dalamnya siswa dimungkinkan
menerapkan pemahaman serta kemampuan akademik siswa, baik secara
sendiri-sendiri maupun berkelompok. Selain itu pengajaran dan
pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL)
merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata
pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat
hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga, warga negara dan tenaga kerja dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni :
konstruktivisme (constructivism), inkuiri (inquiry), bertanya (questioning),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi
(reflection)dan penilaian sebenarnya(authentic assesment).
2. Pemahaman konsep matematika adalah kemampuan siswa untuk
mengenal, memahami, menerangkan atau menjelaskan serta menerapkan
konsep, prosedur dan ide matematika berdasarkan pembentukan
94
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab IV dan penemuan selama
pelaksanaan pembelajaran melalui model pembelajaran kontekstual, diperoleh
beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan dalam rumusan masalah. Kesimpulan tersebut adalah :
1. Pemahaman konsep matematika siswa melalui penerapan pembelajaran
kontekstual pada materi aljabar di kelas VIII SMP Karya Bunda Medan
tahun ajaran 2014/2015 meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes
pemahaman konsep yang telah diberikan pada siklus I mengalami
peningkatan pada siklus II. Rata-rata skor tes pemahaman konsep dan
persentase ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan dari
siklus I ke siklus II.
2. Kegiatan pembelajaran ketika diterapkan pembelajaran kontekstual pada
materi aljabar di kelas VIII SMP Karya Bunda Medan tahun ajaran
2014/2015 efektif. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan belajar yang
diperoleh siswa telah mencapai ketuntasan individual dan ketuntasan
klasikal, lembar observasi guru dan siswa yang telah diberikan
mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II dan waktu pembelajaran
saat penelitian berlangsung tidak melebihi waktu pembelajaran seperti
biasa.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut :
1. Bagi siswa, agar dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep
dimana pembelajaran harus berfokus pada siswa atau student centered.
Dengan demikian apabila aktivitas ini terjadi seperti yang diharapkan
95
2. Kepada guru matematika kelas VIII-A SMP Karya Bunda Medan
diharapkan menerapkan pembelajaran kontekstual dengan memberikan
motivasi dan memperbanyak memberi pertanyaan-pertanyaan yang
menuntun siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan dan
berikan selalu tugas atau pekerjaan rumah (PR) yang soal-soalnya sesuai
dengan kemampuan siswa yang akan dicapai agar siswa semakin
mengerti dan pemahaman konsep matematika siswa dapat meningkat.
3. Bagi sekolah, agar mendukung terhadap perkembangan inovasi
pembelajaran yang telah dilakukan guru guna perbaikan pembelajaran
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dalam meningkatkan
96
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M, (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Ajrina, S, (2011), Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL),
http://www.sheilajrina.wordpress.com/2011/11/19/pembelajaran-kontekstual-contextual-teaching-and-learning-ctl/, (diakses 5 Maret 2012).
Anderson dan Krathwol, (2009), http://www.idonbiu.com/2009/05perbedaan-perbedaan-kontekstualdan.html, (diakses 20 Maret 2014).
Ansari, (2009),Komunikasi Matematik, Penerbit Pena, Jakarta.
Apriyanto, Y, (2013), http://www.ilmu matematika.blogspot.com/2013/05/-indikator-pemahaman-konsep-matematika.html , (diakses 17 juli 2014).
Arikunto, S, dkk, (2009), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Artauly, S, (2011), Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Melalui Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung di SMP Katolik Tri Sakti II Medan Tahun
Ajaran 2011/2012,Skripsi, FMIPA, UNIMED, Medan (Tidak diterbitkan).
Dafril, A, 2011, Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Peningkatan Pemahaman Matematika Siswa, Prosiding PGRI hal 795-796, Palembang.
Depdiknas, (2003), Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi SMP, Depdiknas, Jakarta.
Depdiknas, (2001), Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi SMP, Depdiknas, Jakarta.
FMIPA Unimed, (2010), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan FMIPA Medan, Unimed, Medan.
Gafur, (2003), Pembelajaran Kontekstual, http://www.sekolahku.info.com. (diakses 22 maret 2014).
Hazar, S, (2012), Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Dengan
Menerapkan Pembelajaran Kontekstual Pada Pokok Bahasan Geometri di
Kelas VIII MTs Negeri Binjai Tahun Ajaran 2011/201, FMIPA, UNIMED,
MEDAN (Tidak diterbitkan).
97
Jauhari, M, (2011), Implementasi PAIKEM dari BEHAVIORISTIK sampai KONSTRUKTIVISTIK Sebuah Pengembangan Pembelajaran Berbasis
CTL (Contextual Teaching and Learning), Penerbit Prestasi Pustakaraya,
Jakarta.
Johnson, E, B, (2007), Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan
Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Penerbit Mizan
Learning Center, Bandung.
Masykur, M, dkk, (2008), Mathematical Intelligence : Cara Cerdas Melatih Otak
dan Menanggulangi Kesulitan Belajar, Penerbit Ar-Ruzz Media,
Jogjakarta.
Muhli, A, (2011), (https://wicaksono.blogspot.com/2011/08/02/efektivitas-pembelajaran/), (diakses 10 November 2014)
Mulyani, R, (2008), Implementasi Pendekatan Diskursus dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Skripsi, FMIPA, UPI, Bandung (Tidak diterbitkan).
Muslich, M, (2009), Melaksanakan Penelitian Kelas Itu Mudah, Bumi Aksara, Jakarta.
Purwanto, (2011), EVALUASI HASIL BELAJAR, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Sagala, S, (2009),Konsep dan Makna Pembelajaran, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Sanjaya, W, (2009),Penelitian Tindakan Kelas,Penerbit Kencana, Jakarta.
Sa’ud, U, S, (2009),Inovasi Pendidikan, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Schoenfeld, A, H, (1992), Learning to Think Mathematically: Problem Solving, Metacognition and Sense of Mathematics, Dalam Handbook of Reasearch
on Mathematics Teaching and Learning (pp. 334- 370), D. A. Grouws
(Ed), Macmillan, New York.
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Sudjana, (2011),Metode Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung.
Sugiyono, (2010),Statistika Untuk Penelitian, Penerbit Alfabeta, Bandung.