• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN KAMPUNG CIREUNDEU SEBAGAI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIMAHI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGELOLAAN KAMPUNG CIREUNDEU SEBAGAI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIMAHI."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Nomor: 2026/UN.40.2.5.1/PL/2014

PENGELOLAAN KAMPUNG CIREUNDEU

SEBAGAI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIMAHI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pariwisata Program Studi Manajemen Resort & Leisure

Oleh:

FARIZ FARDANI NURBAIHAQI 1000495

PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT DAN LEISURE

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Pengelolaan Kampung Cireundeu Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kota Cimahi

Oleh:

Fariz Fardani Nurbaihaqi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pariwisata pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Fariz Fardani Nurbaihaqi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

FARIZ FARDANI NURBAIHAQI 1000495

PENGELOLAAN KAMPUNG CIREUNDEU

SEBAGAI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIMAHI

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Darsiharjo, M. S. NIP. 19620921 198603 1 005

Pembimbing II

Rosita, SS., MA. NIP. 19781019 200604 2 001

Mengetahui: Ketua Program Studi

(4)

SKRIPSI INI TELAH DIUJIKAN PADA:

Hari, Tanggal : Jum’at, 28 Februari 2014 Waktu : 09.00-10.30

Tempat : Ruang Laboratorium Program Studi Manajemen Resort & Leisure

Panitia ujian sidang terdiri dari:

Ketua : Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M. Si. NIP. 19700814 199402 1 001 Sekretaris : Fitri Rahmafitria, SP., M. Si.

NIP. 19741018 200812 2 001 Anggota : Dr. Elly Malihah, M. Si.

NIP. 19660425 199203 2 002

Penguji Prof. Dr. Wanjat Kastolani, M. Pd.

NIP. 19620612 198703 1 002

Erry Sukriah, SE., M.S.E.

NIP. 19791215 200812 2 002

(5)

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Fariz Fardani Nurbaihaqi (1000495). Pengelolaan Kampung Cireundeu sebagai

Daya Tarik Wisata Budaya di Kota Cimahi. Skripsi. Program Studi Manajemen

Resort & Leisure, FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung (2014).

Penelitian ini menggambarkan mengenai keadaan secara umum Kampung Adat Cireundeu di Kota Cimahi, mulai dari tradisi, daya tarik, fasilitas, atraksi, budaya, dan pengelolaannya. Dewasa ini, Kampung Adat Cireundeu belum dikelola secara baik, hal tersebut terlihat dari belum adanya informasi atraksi wisata yang dapat dinikmati wisatawan dan kurangnya tingkat kunjungan wisatawan karena lama kunjungan wisatawan di Kampung Adat Cireundeu yang relatif singkat. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan yang saat ini berlangsung dari beberapa narasumber yaitu Sekretaris Kelurahan Leuwigajah, aparatur Kelurahan Leuwigajah, Ketua RW 10, pengelola Kampung Adat Cireundeu, dan masyarakat Kampung Cireundeu. Serta, upaya-upaya pengelolaan yang dianalisis berdasarkan enam unsur pengelolaan menurut George R. Terry, yaitu: (1) Men and women, (2) Materials, (3) Machines, (4) Methods, (5) Money, dan (6) Markets. Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode wawancara dengan dasar pedoman wawancara yang telah ditentukan. Selain itu, peneliti juga terlibat langsung dengan beberapa aktivitas dan upacara adat masyarakat adat Cireundeu untuk memperluas pemahaman dan kebutuhan data skripsi. Data dianalisis menggunakan model interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Hasil dari penelitian ini adalah memberi masukan mengenai pengelolaan yang tepat untuk diterapkan di Kampung Adat Cireundeu dan upaya-upaya yang dapat dilakukan pengelola untuk Kampung Adat Cireundeu.

(6)

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Fariz Fardani Nurbaihaqi (1000495).The Management of KampungCirendeu as Cultural Tourism Fascination in Cimahi. Skripsi at Resort and Leisure Management Department, FPIPS, Indonesia University of Education. Bandung (2014).

This research describe the general condition of Kampung Adat Cirendeu in Cimahi, such as tradition, fascination, facility, attraction, culture, and its management. Nowadays, Kampung Adat Cirendeu’s management is running not really good, it seems from the lack of information on tourism attraction which could be enjoyed by tourists. Further more, the visitation intensity of tourists is low, it depend on their visitation schedule which usually short. The other purpose of this research to knowing its management that the data collected from several informants, they are Secretary of Kelurahan Leuwigajah, agency of Kelurahan

Leuwigajah, Head of RW 10, the organizer of Kampung Adat Cirendeu, and people

of Kampung Cirendeu. In addition, a means of management are analized based on six elements according to George. R. Terry which is consists of: 1) Men and women, 2) Materials, 3) Machines, 4) Methods, 5) Money, and 6) Markets. The data collection of this research by using particular basic orientation of interviewing method. This research has direct interaction with several activities and traditional ceremony of Cirendeu people to enlarge the understanding and the requirement of research data. The data analysis using interactive model that developed by Miles and Huberman. The result of this research will give suggestion about the appropriate way of management to be applied in Kampung Adat Cirendeu and a means which could be followed up by Kampung Adat Cireundeu.

(7)

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

A. Definisi Kepariwisataan, Pariwisata, dan Wisata ... 10

B. Daya Tarik Wisata ... 10

C. Definisi Pengelolaan ... 12

D. Pengelolaan Pariwisata ... 15

E. Pengelolaan Pariwisata Daerah ... 16

F. Pengelolaan Kampung Budaya... 18

G. Kampung Adat ... 20

C. Instrumen yang Digunakan ... 29

D. Teknik Penentuan Subyek ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

(8)

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G. Prosedur Penelitian ... 32

H. Pengujian Keabsahan Data ... 34

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 37

1. Gambaran UmumKampung Cireundeu ... 37

a. Sejarah Kampung Cireundeu ... 45

b. Lokasi Kampung Cireundeu ... 47

2. Hasil Observasi dan Display Data ... 49

a. Hasil Observasi ... 49

b. Display Data ... 50

3. Profil Subjek ... 50

4. Pengelolaan Kampung Cireundeu ... 51

5. Daya Tarik Kampung Cireundeu ... 54

a. Peringatan Tahun Baru Sunda 1 Sura ... 54

b. Tradisi ... 59

B. Pembahasan ... C. Upaya-Upaya Perbaikan Pengelolaan Kampung Cireundeu 61 72 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 100

B. Rekomendasi ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 109

(9)

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR BAGAN

(10)

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Lokasi Kampung Cireundeu .………... Gambar 3.2 Komponen Analisis Data……….………... Gambar 4.1 Papan Selamat Datang dan Saung ..……… Gambar 4.2 Peta Kawasan Desa Wisata Cireundeu ...………

Gambar 4.3 Gapura ..………..

Gambar 4.4 Papan Petunjuk……….…..………

Gambar 4.5 Bale Saresehan………...………

Gambar 4.6 Papan Sapta Pesona.……….………..… Gambar 4.7 Makam Abu Omah Asmanah…...…..……… Gambar 4.8 Prinsip Masyarakat Adat………..…...……… Gambar 4.9 Peta Lokasi Kampung Cireundeu.….…...……….... Gambar 4.10 Kampung Cireundeu.………….…..………... Gambar 4.11 Upacara Adat 1 Sura ...………...…..………... Gambar 4.12 Pakaian Adat ...………...…..………... Gambar 4.13 Gugunungan ...………..………... Gambar 4.14 Prosesi Salaman ....…………..…..………...………... Gambar 4.15 Unsur-Unsur Pembangunan Berkelanjutan.………...

(11)

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi Pertanyaan………...

Lampiran 2 Hasil Wawancara...……….…

109 117

(12)

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia atau dapat disebut juga nusantara merupakan negara kepulauan yang terbesar dan memiliki pulau terbanyak di dunia, yang terdiri dari 13.487 pulau serta 6.000 pulau yang diantaranya tidak berpenghuni (Bobby Andalan, http://nasional.news.viva.co.id). Indonesia memiliki 34 provinsi yang terdiri dari 403 kabupaten dan 98 kota yang dibagi-bagi lagi menjadi kelurahan, desa, gampong, kampung, nagari, pekon, atau istilah-istilah lain yang diakomodasi pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Bahkan data terakhir, jumlah kabupaten telah bertambah menjadi 412 kabupaten (tidak termasuk 1 kabupaten administratif di Provinsi DKI Jakarta), sementara kota bertambah menjadi 93 kota (tidak termasuk 5 kota administratif di Provinsi DKI Jakarta) (http://otda.kemendagri.go.id). Khusus Provinsi Jawa Barat, ada 27 kota dan kabupaten.

Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia memiliki beragam suku, bahasa, budaya, adat istiadat, dan agama yang berbeda-beda. Perbedaan ini tidak menjadi penghalang bagi masyarakatnya untuk terus maju dan bangkit dalam era global sekarang, sehingga ada istilah “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. Hal tersebut merupakan dorongan bagi masyarakat Indonesia untuk bangkit bersama dalam memperbaiki sektor ekonomi, sosial, pendidikan, olahraga, dan kesehatan. Salah satu yang menjadi fokus utama agar Indonesia bisa terus menjaga eksistensi namanya dimata dunia adalah sektor pariwisata.

(13)

2

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pelatihan sumber daya manusia untuk terus berinovasi dalam promosi dan semakin kreatif dalam pemasaran, hingga peningkatan kualitas keamanan dan kenyamanan transportasi, akomodasi, dan infrastruktur sebagai pendukungnya.

Perkembangan pariwisata di Indonesia seperti yang dijelaskan diatas tidak lain dipengaruhi oleh keberagaman suku, budaya, adat istiadat, dan beragam jenis wisata yang bisa dikunjungi. Jenis wisata yang ada di Indonesia diantaranya adalah Wisata Alam, Wisata Budaya, Wisata Pendidikan, Wisata Pertanian, Wisata Perbandingan, Wisata Keagamaan, Wisata Bahari, dan Wisata Minat Khusus.

Salah satu wisata yang saat ini diminati oleh wisatawan adalah wisata budaya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwodarminto, 2002) Wisata Budaya memiliki arti “bepergian bersama-sama dengan tujuan mengenali hasil kebudayaan setempat.” Beberapa contoh wisata budaya meliputi upacara adat, seni pertunjukan adat, ritual-ritual, peninggalan nenek moyang, dan lain sebagainya. Salah satu alasan yang menjadi motivasi seseorang untuk memilih berwisata budaya adalah untuk mempelajari budaya maupun keunikan dari kelompok tertentu yang menjadi pengalaman tersendiri dan berbeda dengan jenis wisata-wisata lainnya.

(14)

3

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kepariwisataan di dunia. Selain itu sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Kebijakan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata, dimana pada instruksi tersebut Gubernur, Bupati, dan Walikota diinstruksikan untuk mengembangkan informasi peluang investasi di bidang kebudayaan dan pariwisata. Termasuk juga Menteri Kebudayaan dan Pariwisata diinstruksikan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kelestarian peninggalan budaya dan daya tarik wisata.

Sayangnya, instruksi presiden untuk memajukan wisata budaya tersebut masih kurang berjalan sebagaimana mestinya. Ada daerah yang sangat respek dan memperhatikan kepada objek wisata budaya di daerahnya, namun ditemui pula kesenjangan dalam perhatian pemerintah daerah kepada objek-objek wisata budaya di daerahnya. Dilihat dari beberapa objek wisata budaya, ada yang sudah terkenal masyarakat umum dan ada juga yang belum dikenal. Sehingga hal tersebut akan berdampak kepada kunjungan wisatawan dan kesejahteraan masyarakat di objek wisata budaya tersebut. Salah satu kota yang mempunyai wisata budaya di daerahnya adalah Kota Cimahi.

Kota Cimahi adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini terletak di antara Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Cimahi dahulu bagian dari Kabupaten Bandung, yang kemudian ditetapkan sebagai kota administratif pada tanggal 29 Januari1976. Pada tanggal 21 Juni2001, Cimahi ditetapkan sebagai kota otonom sesuai dengan surat keputusan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1975 tentang Pembentukan Kota Administratif. Kota Cimahi mempunyai luas wilayah keseluruhannya mencapai 4.025,73 ha, terdiri atas 3 kecamatan, yang dibagi lagi atas 15 kelurahan. Kota Cimahi memiliki lima daya tarik wisata yaitu Rumah Sakit Dustira, Makam Mbah Tumpang, Gereja Santo Ignatius, Stasiun Kereta Api Cimahi, dan Kampung Adat Cireundeu (http://www.cimahi-kota.go.id).

(15)

4

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jawa Barat 2005-2013 bahwa Kota Cimahi termasuk ke dalam kawasan wisata pendidikan dan belanja. Walikota Cimahi pada saat itu adalah Ir. H.M. Itoc Tochija, MM (sekarang Hj. Atty Suharti Tochija, S.E.) berencana membangun dan menjadikan Kampung Adat Cireundeu sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Kota Cimahi.

Disamping itu, Kampung Adat Cireundeu termasuk kedalam rencana strategis (Renstra) Kota Cimahi tahun 2007-2012 mengenai pengembangan potensi pariwisata menjadi industri kepariwisataan yang berbasis ekonomi. Sebagai salah satu strategi pembangunan masyarakat kota berkelanjutan dan percepatan peningkatan ekonomi Kota Cimahi, serta berdasarkan revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Cimahi tahun 2010-2030 mengenai kriteria kawasan strategis wisata alam dan wisata buatan, serta surat keputusan Walikota Cimahi Nomor 501/kep 208/BPMPPKB/2010 tentang Desa Mandiri Pangan.

(16)

5

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masyarakat adat sunda wiwitan juga masih kuat memegang teguh kepercayaan dan tradisi leluhur atau karuhunnya dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari.

Pada saat ini Kampung Adat Cireundeu bisa terkenal dan menjadi salah satu daya tarik wisata karena keberadaan masyarakat adat Sunda Wiwitan. Mereka memiliki budaya yang sudah ada sejak dahulu, mulai dari ritual tahun baru kalender sunda, memiliki pakaian tradisional, mempunyai kesenian tradisional sendiri, hingga membuat pertunjukan seni untuk menarik wisatawan. Selain itu ada juga masyarakat biasa atau masyarakat dibawah pemerintahan yang tidak berpegang teguh pada adat Sunda Wiwitan. Hal inilah yang menarik untuk dibahas, bagaimana toleransi masyarakat yang bisa saling berbaur satu samalain dan masyarakat adat Sunda Wiwitan bisa mensejahterakan masyarakat Kampung Cireundeu dengan budayanya yang sudah ada dari dulu.

Kampung Adat Cireundeu dengan masyarakat adat sunda wiwitan atau sering dikenal dengan penganut kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan potensi yang prospektif untuk dikelola sebagai daya tarik wisata budaya, sehingga dapat memberikan keuntungan secara material dan non-material bagi pemerintah Kota Cimahi. Keuntungan material adalah suatu keuntungan yang berbentuk nilai ekonomi dan finansial yang berkaitan dengan aktivitas yang terjadi di Kampung Cireundeu.Sedangkan nilai non-material berupa keuntungan yang berbentuk abstrak atau nilai-nilai sosial yang ditimbulkan dari aktifitas yang terjadi di suatu kawasan dan memberikan dukungan terhadap perkembangan Kampung Cireundeu menjadi daya tarik wisata budaya.

(17)

6

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

maksimal dikarenakan saat ini pengelola di Kampung Adat Cireundeu masih membutuhkan metode yang tepat dalam mengelola Kampung Adat Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya. Disamping itu, pihak pengelola sekarang perlu terus dimotivasi untuk menyempurnakan pengelolaan Kampung Adat Cireundeu yang didasarkan kepada standar pengelolaan wisata budaya dan berintikan sumber daya manusia, pengelolaan keuangan, metode pengelolaan yang didukung teknologi informasi, promosi dan pengeloaan yang berdasarkan community based

tourism atau pembangunan pariwisata berbasis masyarakat lokal.

Mengutipan dari Budi Kresna (2006: 9), bahwa kampung adat adalah suatu lembaga tradisional yang mewadahi kegiatan sosial, budaya, dan keagamaan masyarakat, yang telah menjadi tradisi kemasyarakatan secara mantap sebagai warisan dari budaya bangsa dan merupakan satu kesatuan. Berdasarkan pernyataan Budi Kresna tersebut, masyarakat adat sunda wiwitan dengan tradisi yang dimiliki dapat dikatakan kawasan tersebut merupakan kampung adat. Dilihat dari sudut pariwisata, potensi, tradisi dan budaya yang dimiliki Kampung Adat Cireundeu dapat dijadikan wisata budaya yang potensial. Sehingga potensi, tradisi, dan budaya yang terdapat di Kampung Adat Cireundeu dapat terjaga dan terlestarikan.

(18)

7

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pelestarian budaya yang terdapat di Kampung Adat Cireundeu. Hal tersebut juaga terlihat dari masyarakat Kampung Adat Cireundeu yang acuh tak acuh kepada wisatawan yang datang, tidak ada penyambutan di pintu masuk Kampung Adat Cireundeu, dan tidak adanya pemandu untuk mencari informasi dan juga mengantar keliling Kampung Adat Cireundeu. Hal tersebut apabila tidak segera dirubah dan diberikan arahan yang tepat, maka akan berdampak kepada kemajuan dan keberadaan Kampung Adat Cireundeu. Perlu disadari, apabila Kampung Adat Cireundeu dengan masyarakat adat sunda wiwitannya tidak menjaga budaya dan tradisi dari leluhur, maka Kampung Adat Cireundeu tidak memiliki daya tarik untuk menarik wisatawan datang ke Kampung Adat Cireundeu dan Kota Cimahi tidak memiliki daya tarik wisata budaya yang potensial karena Kampung Adat Cireundeu telah sama dengan kampung-kampung lainnya yang berada di perkotaan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka saya tertarik untuk mengangkat judul penelitian, yaitu: “Pengelolaan Kampung Cireundeu sebagai Daya Tarik Wisata Budaya di Kota Cimahi.”

B. Rumusan Masalah

Hal utama yang menjadi fokus (rumusan masalah) dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengelolaan Kampung Cireundeu sebagai Daya Tarik Wisata Budaya di Kota Cimahi”.

Berdasarkan fokus tersebut, selanjutnya peneliti merinci rumusan masalah kedalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pengelolaan yang dilakukan masyarakat adat Sunda Wiwitan untuk mengelola Kampung Adat Cireundeu saat ini?

2. Daya tarik apa saja yang dimiliki Kampung Adat Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya?

(19)

8

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah diatas yaitu sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi pengelolaan yang dilakukan masyarakat adat Sunda Wiwitan untuk mengelola Kampung Adat Cireundeu saat ini.

2. Mendeskripsikan daya tarik yang dimiliki Kampung Adat Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya.

(20)

9

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D.Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Akademis

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumbangan literatur bagi kalangan akademis dan umumnya bagi masyarakat luas.

2. Manfaat Praktis

2.1Bagi pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam merancang Kampung

Adat Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya.

2.2Bagi lembaga prodi Manajemen Resort dan Leisure, sebagai bahan

memperkaya kajian kepariwisataan.

2.3Bagi stakeholder, sebagai bahan pertimbangan untuk membantu memasarkan

dan menarik wisatawan untuk berkunjung ke Kampung Adat Cireundeu. 2.4Bagi pengelola Kampung Cirendeu, diharapkan bisa menjadi bahan masukan

dalam mengelola Kampung Adat Cireundeu.

2.5Bagi masyarakat, diharapkan bisa menjadi bahan masukan agar masyarakat

Kampung Cireundeu dapat semakin berkembang secara mandiri.

2.6Bagi penulis, diharapkan dapat menjadi sarana dan hasil nyata pengaplikasian

ilmu yang telah diperoleh selama kuliah.

2.7Bagi pembaca, diharapkan bisa menjadi pengayaan informasi dan ilmu

pengetahuan.

E.Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penjelasan atau makna dari judul penelitian “Pengelolaan Kampung Cireundeu sebagai Daya Tarik Wisata Budaya di Kota Cimahi”. Berikut adalah uraian penjelasannya:

(21)

10

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

suatu kawasan harus memperhatikan enam unsur, yaitu: (1) Men and women, (2)

Materials, (3) Machines, (4) Methods, (5) Money, dan (6) Markets.

Kampung Adat adalah suatu lembaga tradisional yang mewadahi kegiatan sosial, budaya dan keagamaan masyarakat, yang telah menjadi tradisi kemasya-rakatan secara mantap sebagai warisan dari budaya bangsa dan merupakan satu kesatuan. Kampung adat memiliki masyarakat adat, keunikan, budaya, dan tradisi yang harus diperhatikan agar tidak punah terbawa jaman modernisasi.

Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, ke-indahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan. Daya tarik wisata harus bisa menarik wisatawan agar termotivasi untuk berkunjung dan harus memberikan kenyamanan bagi wisatawan agar dapat berlama-lama dikawasan wisata.

Wisata Budaya adalah aktivitas perjalanan temporal yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dari tempat dimana dia atau mereka tinggal ke suatu tempat lain dengan tujuan untuk menyaksikan atau menikmati situs purbakala, tempat bersejarah, museum, upacara adat tradisional, upacara keagamaan, pertunjukan kesenian, festival, dan lain sebagainya. Wisata budaya merupakan wisata yang sangat menarik saat ini karena memiliki hubungan interaksi antar manusia, lingkungan dan tradisi.

F.Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini mengacu kepada sistematika penulisan yang ter-cantum dalam Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia. Sistematika yang digunakan penulis adalah:

1. BAB 1. Pada bab ini berisi Pendahuluan, terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, sistematika penulisan.

(22)

11

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan 5. BAB V. Simpulan dan Rekomendasi 6. Daftar Pustaka

(23)

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab tiga ini membahas hal-hal yang berhubungan dengan metode dan teknik penelitian, yang berupa: persiapan pengumpulan data, prosedur pengumpulan data, dan prosedur pengolahan data.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode ini merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Dengan metode deskriptif, peneliti memungkinkan untuk melakukan hubungan antar variabel sehingga menimbulkan suatu kesimpulan yang teoritis. Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat (Best, 1982:119).

Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkap-kan data yang ada, serta menguraimengungkap-kan dan menginterprestasimengungkap-kan segala sesuatu apa adanya, dan menghubungkan permasalahan yang ada sehingga bisa merumuskan cara pemecahannya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bogdan dan Biklen (dalam Suprayogo dan Tobroni, 2001: 122) bahwa penelitian kualitatif yaitu sebagai berikut:

a. Riset kualitatif mempunyai latar belakang alami karena merupakan alat penting yaitu sumber data yang berlangsung dari perisetnya.

b. Riset kualitatif bersifat deskriptif.

c. Periset kualitatif lebih memperhatikan proses (dari suatu fenomena sosial) ketimbang hasil atau produk semata.

(24)

27

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. “Makna“ (bagaimana subjek yang diteliti memberi makna hidupnya

dan perkumpulannya) merupakan soal esensi untuk rancangan kualitatif.

Penelitian kualitatif lebih menekankan pada diri peneliti sebagai alat. Peneliti harus mampu mengungkap gejala sosial di lapangan dengan mengarahkan segenap fungsi inderawinya. Dengan demikian peneliti harus dapat diterima oleh responden dan lingkungannya agar mampu mengungkap data yang tersembunyi melalui bahasa tutur, bahasa tubuh, perilaku, maupun ungkapan.

Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian lain. Untuk mengetahui perbedaan tersebut, ada 14 ciri perbedaan penelitian kualitatif yaitu:

a. Dalam penelitian kualitatif, data dikumpulkan dalam kondisi yang asli atau alamiah (natural setting).

b. Peneliti sebagai alat penelitian, artinya peneliti sebagai alat utama mengumpul data yaitu dengan metode pengumpulan data berdasarkan pengamatan dan wawancara.

c. Dalam penelitian kualitatif diusahakan pengumpulan data secara deskriptif yang kemudian ditulis dalam laporan. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka.

d. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil, artinya dalam pengumpulan data sering memperhatikan hasil dan akibat dari berbagai variabel yang sering mempengaruhi.

(25)

28

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

f. Dalam penelitian kualitatif digunakan metode triangulasi yang dilakukan secara ekstensif, baik triangulasi metode maupun triangulasi sumber data.

g. Mementingkan rincian konseptual. Peneliti mengumpulkan dan men-catat data yang sangat rinci mengenai hal-hal yang dianggap berkaitan dengan masalah yang diteliti.

h. Subjek yang diteliti berkedudukan sama dengan peneliti, jadi tidak sebagai objek atau yang lebih rendah kedudukannya.

i. Mengutamakan perspektif emik, artinya mementingkan pandangan responden, yakni bagaimana memandang dan menafsirkan dunia dan segi pendiriannya.

j. Verifikasi. Penerapan metode ini diantara lain melalui kasus yang bertentangan atau negatif.

k. Pengambilan sampel secara purposif. Metode kualitatif menggunakan sampel yang sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian.

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Kampung Cireundeu, Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi

Kota Cimahi terletak diantara 107°30’30’’– 107°34’30’’ Bujur Timur dan

6°50’00’’ – 6°56’00’’ Lintang Selatan. Luas wilayah Kota Cimahi yang sebesar

40,2 km2 menurut UU No. 9 Tahun 2001 dengan batas-batas administratif Kota Cimahi sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Parongpong, Kecamatan Cisarua, dan Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat

(26)

29

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sebelah Selatan : Kecamatan Marga Asih, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat dan Bandung Kulon, Kota Bandung.

Sebelah Barat : Kecamatan Padalarang, Kecamatan Batujajar, dan Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat.

Gambar 3.1

Peta Lokasi Kampung Cireundeu (sumber: google maps)

B.Subjek Penelitian

Beberapa subyek yang akan dijadikan sebagai narasumber pada penelitian ini adalah: (a) Bapak Widia (aispangampi/ketua RT) Kampung Cireundeu (satu orang), (b) Sekretaris Kelurahan Leuwigajah (satu orang), (c) masyarakat Kampung Cireundeu (dua orang), (d) Bapak Ridwan (Ketua RW 10).

Sehingga dalam penelitian ini akan dilakukan wawancara kepada subjek penelitian sebanyak lima orang.

C.Instrumen yang digunakan

(27)

30

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selain menggunakan diri sendiri sebagai instrumen utama dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan alat bantu lain berupa:

a. Pedoman wawancara dan studi dokumentasi. b. Alat tulis, alat perekam atau tape recorder.

D.Teknik Penentuan Subyek

Dalam penelitian ini, ada dua teknik untuk menentukan subyek yang akan dijadikan narasumber, yaitu:

a. Purposive, yaitu mencari subyek pangkal dan subyek kunci terkait

penelitian. Jadi, yang menjadi subyek pangkal dalam penelitian ini adalah kepala dinas pariwisata Kota Cimahi. Sedangkan, subyek kunci adalah Pak Widia yang menjadi ais pangampi atau ketua RT di Kampung Cireundeu.

b. Snow Ball, yaitu teknik penentuan subyek, sehingga jumlah subyek

penelitian semakin banyak, ibarat bola salju bila menggelinding makin lama makin besar. Dari yang subyek kunci pertama yaitu kepala dinas pariwisata Kota Cimahi dan seterusnya merekomendasikan subyek lain yang terkait penelitian yaitu kepala Kelurahan Leuwigajah dan sampai kepada masyarakat Kampung Cireundeu.

E.Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan penelitian ini, maka penelitian akan menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Wawancara, teknik pengumpulan data dengan mengadakan Tanya

jawab kepada pihak pengelola Kampung Cireundeu.

b. Studi literatur, teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan

(28)

31

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Studi dokumentasi, teknik pengumpulan data dengan cara mengamati

beberapa dokumentasi Kampung Cireundeu, seperti peta wilayah, foto-foto, serta sumber lain yang relevan dengan permasalahan yang dibahas atau diteliti.

d. Studi E-Literatur, mengumpulkan data dari berbagai sumber di internet

mengenai penelitian ini.

F.Teknik Analisis Data

Setelah data-data terkumpul, teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif yang merupakan gambaran dari data yang disusun sistematis, aktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada. Pada prinsipnya metode analisis deskriptif kualitatif lebih cenderung kepada kata-kata dari pada deretan angka-angka. Data yang muncul dalam analisis ini lebih banyak berupa deskripsi atau gambaran-gambaran yang jelas dan objektif mengenai kondisi Kampung Cireundeu.

Analisis data bersumber dari wawancara yang akan dilakukan penulis kepada subyek penelitian dan juga sumber-sumber yang sudah ada untuk mendukung menganalisis data-data yang ada. Hasilnya merupakan perpaduan antara data-data yang penulis dapatkan dan juga data-data yang sudah dimiliki, baik itu dari data-data yang dimiliki masyarakat Kampung Cireundeu maupun data-data dari pemerintahan. Penelitian ini dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas analisis data yaitu reduction data, display data, dan conclusion

drawing/verification (Miles & Huberman, 1992).

(29)

32

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.2

Komponen analisis data (Model Interaktif) (Miles & Huberman, 1992)

Dalam penelitian ini hal-hal yang yang akan dianalisis adalah faktor-faktor yang harus dilakukan pengelola terhadap nilai budaya agar tidak lenyap dan peningkatan masyarakat agar dapat lebih sejahtera dan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat Kampung Adat Cireundeu berdasarkan teori pengelolaan George R. Terry, yang terdiri dari:

(1) Men and women, menganalisis bagaimana latar belakang pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang pariwisata.

(2) Materials, menganalisis adalah lahan dan bahan baku yang dimiliki Kampung Adat Cireundeu.

(3) Machines, menganalisis ketersediaan sistem informatika dan komuni-kasi yang dimiliki Kampung Adat Cireundeu dalam menunjang masyara-kat untuk mengelola Kampung Adat Cireundeu.

(4) Methods, menganalisis prosedur kerja yang berjalan saat ini apakah sudah efektif dan efisien dalam mengelola Kampung Adat Cireundeu. (5) Money, menganalisis sumber dana yang diperoleh Kampung Adat Cireundeu.

(6) Markets, menganalisis pemasaran yang telah dilakukan pengelola dalam memasarkan produk yang terdapat di Kampung Adat Cireundeu.

G. Prosedur Penelitian

Dalam menyusun penelitian ini peneliti membagi menjadi tiga tahapan yaitu:

1. Tahap Persiapan

(30)

33

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Mengumpulkan data-data observasi lapangan, yaitu data observasi keadaan lingkungan Kampung Cireundeu maupun keadaan masyarakat Kampung Cireundeu.

b. Mengumpulkan berbagai litelatur yang berkaitan dengan Kampung Cireundeu dan masalah yang akan diteliti.

c. Mempersiapkan panduan wawancara dan peralatan yang mem-bantu dalam proses pelaksanaan wawancara, seperti alat perekam dan alat tulis.

d. Menghubungi subjek penelitian untuk menentukan waktu wawancara.

e. Membaca buku-buku tata cara wawancara yang baik dan benar.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Menghubungi subjek untuk pemberitahuan awal dan membuat janji waktu untuk wawancara serta tempat dilakukannya wawancara. b. Melakukan wawancara dengan subjek sesuai dengan waktu dan

tempat yang telah disepakati dengan merekam pembicaraan selama wawancara berlangsung.

c. Membuat catatan observasi yang dilakukan subjek selama wawan-cara. Hasil observasi adalah gambaran subjek pada saat di-wawancara dan situasi di-wawancara, proses pembuatan rasi, kegiatan upacara 1 Sura, kegiatan kesenian lainnya.

3. Tahap Pengolahan Data

(31)

34

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

adalah reduksi data, tahap kedua display data, dan tahap ketiga adalah verifikasi data.

3.1 Reduksi Data

Tahap pertama yang dilakukan untuk mengkaji informasi dari subjek adalah mereduksi data. Menurut Sugiyono (2011), mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Sehingga data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data. Sedangkan menurut Moleong (2008), reduksi data adalah usaha untuk mengindentifikasi bagian terkecil dari data yang memiliki makna apabila dikaitkan dengan fokus atau masalah penelitian di Kampung Cireundeu.

Sebelum melakukan reduksi data, peneliti menetapkan terlebih dahulu indikator-indikator yang akan dijadikan bahan untuk melakukan analisis. Dalam menetapkan indikator, peneliti mene-tapkan berdasarkan daftar pertanyaan wawancara dan informasi yang didapat di lapangan pada saat melakukan proses wawancara. Reduksi data ini dilakukan dengan memberikan tanda berupa garis-garis pada pertanyaan-pertanyaan yang dianggap cocok untuk dimasukkan kedalam setiap indikator yang telah ditentukan sebelumnya. Hal inilah yang peneliti lakukan untuk mereduksi data yang diperoleh melalui hasil wawancara.

3.2 Display Data

(32)

se-35

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

belumnya yang akan dijadikan bahan untuk melakukan analisis. Selanjutnya display data ini akan disajikan dalam sebuah tabel.

3.2 Verifikasi Data

Tahap ketiga yang dilakukan dalam menganalisis data adalah verifikasi (penarikan kesimpulan). Seringkali pertanyaan-per-tanyaan yang muncul dalam satu indikator, muncul kembali dalam indikator berikutnya. Dari pertanyaan-pertanyaan yang saling berhubungan satu sama lain antar-indikator, maka dapat diambil kesimpulan umum dari pertanyaan responden yang akan dijadikan dasar bagi proses analisis selanjutnya.

H. Pengujian Keabsahan Data

Ada beberapa hasil penelitian kualitatif yang diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Oleh karena itu, agar hasil penelitian kualitatif dapat diterima atau dipercayai, peneliti melakukan beberapa cara untuk menentukan keabsahan data menurut Lincoln dan Guba (dalam Burhan Bungin, 2008) yaitu:

1. Kredibilitas

Beberapa kriteria dalam menilai hasil penelitian kualitatif adalah lama penelitian, observasi yang detail, triangulasi, peer debriefing, mem-bandingkan dengan hasil penelitian lain, dan member check.

Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu:

(33)

36

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

subjek penelitian ini untuk membangun kepercayaan para subjek penelitian terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri. b. Pengamatan (observasi) yang terus menerus, untuk menemukan

ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan per-soalan atau isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

c. Triangulasi, pemeriksaaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.

d. Peer debriefing (membicarakan dengan orang lain) yaitu mengekspos

hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan ketua RW 10 Kampung Cireundeu.

e. Mengadakan member check yaitu peneliti menguji kemungkinan dugaan-dugaan yang berbeda dan mengembangkan pengujian-pengujian untuk mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya pada data, serta dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang data.

2. Transferabilitas, yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada

situasi yang lain. Hasil penelitian kualitatif memiliki standar trans-ferabilitas yang tinggi bilamana para pembaca laporan penelitian ini memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan rumusan masalah penelitian.

3. Depandability, yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan

peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interprestasi untuk menarik kesimpulan.

4. Konfirmabilitas, yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan

(34)

37

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(35)

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai daya tarik budaya dan pengelolaan yang terdapat di Kampung Adat Cireundeu, dapat disimpulkan bahwa:

1. Saat ini pengelolaan di Kampung Adat Cireundeu belum sesuai dengan standar yang disarankan dan belum efektif dalam mengelola Kampung Adat Cireundeu sebagai daya tarik wisata di Kota Cimahi. Dewasa ini, pengelola Kampung Adat Cireundeu berjumlah tiga orang sesepuh yaitu Mbah Widya, Mbah Emen dan MbahAsep. Mbah Emen merupakan sesepuh atau orang yang paling dituakan di Kampung Adat Cireundeu, Mbah Widya merupakan aispangampi atau sekretaris dari masyarakat Adat Sunda Wiwitan di Kampung Adat Cireundeu, dan Mbah Asep merupakan paniten atau bagian humas dari masyarakat Adat Sunda Wiwitan. Selain itu, pengelola dibantu oleh beberapa orang yang diantaranya yaitu: Dalam kebudayaan tanggung jawab Kang Yana dan dalam bidang pengurusan masyarakat adat ada bagian-bagian yang bertanggungjawab dalam suatu bidang, seperti bidang ketahanan pangang untuk mengetahui proses pembuatan singkong menjadi beras singkong ditanggungjawabkan kepada Kang Jajat. Bidang kesenian dan sejarah Kampung Cireundeu merupakan tanggungjawab Mbah Emen sendiri.

(36)

101

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

meliputi lahan pertanian seluas 30 ha, perumahan penduduk seluas 8 ha. Kampung Adat Cireundeu memiliki satu Bale untuk tempat pertunjukan yang juga terdapat satu panggung hiburan. Selain itu, Kampung Adat Cireundeu memiliki tempat pengolahan singkong yang diolah menjadi beras singkong yang menjadi bahan pokok makanan sehari-hari sejak jaman dahulu. Kepercayaan yang dianut oleh masyarakat adat di Kampung Cireundeu adalah Sunda Wiwitan atau dengan kata lain kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Masyarakat Sunda Wiwitan memiliki tradisi yang menjadi daya tarik wisata yaitu tradisi makan beras singkong dan tradisi peringatan Tahun Baru Sunda 1 Sura.

3. Upaya-upaya yang harus dilakukan untuk perbaikan pengelolaan di Kampung Adat Cireundeu adalah mengenai sumber daya manusia, pemanfaatan lahan sebagai bahan baku untuk produk wisata, ketersediannya teknologi informasi dan teknologi untuk menunjang kinerja pengelola, tersedianya dan jelasnya prosedur maupun metode kerja yang bertujuan untuk menjalankan pengelolaan yang efektif dan efisien, mengkaji ulang untuk perolehan sumber keuangan untuk peningkatan fasilitas, sarana, dan prasarana agar dapat berkembang dan menjadi daya tarik wisata yang baik, serta membuat pemasaran yang baik agar dikenal oleh masyarakat umum.

(37)

102

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kapasitas masyarakat sebagai nilai anutan di dalam pelaksanaan pengelolaan Kampung Adat Cireundeu. 3) Pendekatan pembangunan berkelanjutan, pendekat-an ypendekat-ang saling berkaitpendekat-an pendekat-antara sosial, ekonomi, dpendekat-an lingkungpendekat-an. Pendekatpendekat-an ini diharapkan bisa memelihara sumber daya yang ada di Kampung adat Cireundeu sehingga dapat terjaga secara jangka panjang. Hal tersebut dilakukan agar pengelola Kampung Adat Cireundeu diharapkan dapat menjadikan Kampung Adat Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya.

B. Rekomendasi

Berikut ini adalah hal-hal yang direkomendasikan bagi pihak-pihak tertentu berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, diantaranya:

a. Subjek Penelitian

Bagi subjek penelitian diharapkan untuk mempertahankan komitmen menjadikan Kampung Adat Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di Kota Cimahi. Selain itu, subjek diharapkan untuk berperan aktif dalam mendukung pengelola Kampung Adat dengan memberikan opini, saran dan juga pengalaman terhadap pengelolaan yang tepat bagi Kampung Adat Cireundeu agar bisa diterima dengan seluruh masyarakat Cireundeu.

b. Masyarakat Cireundeu

(38)

103

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

banyaknya wisatawan yang dating akan membantu mereka dari segi ekonomi, social maupun eksistensi Kampung Adat Cireundeu.

c. Peneliti

Untuk peneliti selanjutnya yang ingin mengetahui dan mendalami Kampung Adat Cireundeu, ada baiknya untuk menggali lebih dalam hal-hal yang kurang dari penelitian yang telah dilakukan.Selain itu, peneliti selanjutnya dapat berfokus kepada pengembangan dan perencanaan Kampung Adat Cireundeu, baik fasilitas, atraksi, strategi, maupun kawasan Kampung Cireundeu.

d. Pengelola

Bagi pengelola saat ini diharapkan menjaga konsistensinya untuk menjaga budaya yang telah dipelihara sejak dahulu dan terus berbenah dalam menjadikan Kampung Adat Cireundeu sebagai daya tarik wisata di Kota Cimahi hal itu dapat dilakukan dengan memberikan pengarahan kepada masyarakat agar sadar terhadap pariwisata, memberikan pelatihan kepada masyarakat agar lebih siap menghadapi banyaknya wisatawan dan yang terpenting adalah menjaga tradisi makan beras singkong karena tradisi tersebut merupakan yang utama.

(39)

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Perundang-undangan

Instruksi PresidenRepublik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Kebijakan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata.

Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 48 Tahun 2006 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) ProvinsiJawa Barat 2005-2013.

Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1990 Tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan.

Rencana strategis (Renstra) Kota Cimahi tahun 2007-2012.

Rencana Tata RuangWilayah (RTRW) Kota Cimahi tahun 2010-2030.

Surat Keputusan Walikota Cimahi Nomor 501/kep 208/BPMPPKB/2010 tentang Desa Mandiri Pangan.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisata-an.

Undang-undang Nomor 9 Tahun 2001 tentang Batas-batasAdministratif Kota Cimahi.

Sumber Buku

Afriza, Lia. (2011). Hand out Marketing Mix. Bandung: Prodi MRL UPI.

Best, John W. (1982). “Research in Education”, dalam Sanapiah Faisal dan Mulyadi Guntur Warseso (Peny.). Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional. Hlm.119.

Bungin, M. Burhan. (2008). Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi,

(40)

105

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dahuri, Rokhim. (2001). Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan

Secara Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Pramita.

Damanik, Janianton dan FransTeguh (2013). Manajemen Destinasi Pariwisata. Yogyakarta: Kepel Press.

Firth, Raymon. (1951). Elements of Social Organization. London: Watts and Co. Harsoyo. (1977). Manajemen Kinerja. Jakarta: Persada.

Hasil Observasi Lapangan Kelas A. (2012). “Pengembangan Fasilitas Perkebunan Teh Sukawana sebagai Kawasan Agrowisata di Kabupaten

Bandung Barat”. Bandung: Prodi MRL UPI.

Hasil Observasi Lapangan Kelas B. (2011). “Pengelolaan Kawasan Wisata Panenjoan Desa Pasirbiru, Kecamatan Rancakalong, Kabupaten

Sumedang”. Bandung: Prodi MRL UPI.

Inskeep, Edward. (1991). Tourism Planning An Integrated and Sustainable

Development Approach. New York: Van Nostrand Reinhold.

Ismayanti. (2010). Pengantar Pariwisata. Jakarta: PT. GramediaWidiasarana Indonesia.

Kiyosaki, Robert T. and Sharon L Lechter. (2001). The Cash flow Quadrant,

Panduan Ayah Kaya Menuju Kebebasan Finansial. (Terjemahan dari The

Cashflow Quadrant, 1999). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Koentjaraningrat. (1974). Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kresna, Budi, SH. (2006). Penerapan Sanksi Terhadap Pelanggaran Awig-Awig

Desa Adat Oleh Krama Desa Di Desa Adat Mengwi Kecamatan Mengwi

Kabupaten Badung Propinsi Bali. Semarang: Universitas Diponegoro

(UNDIP).

Maryani. (1997). Kiprah Geografi Dalam Kepariwisataan. Bandung: Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS IKIP Bandung.

(41)

106

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Moleong, Lexy J. (2008). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Munasinghe M. (1994). The Economics Approach to Sustainable Development dalam

Making Development Sustainable : From Concept to Action, Environmentally

Sustainable Development Occasional. Paper Series No.2. The World Bank:

Washington. DC

Notoadmodjo, Soekidjo. (2003). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Nuryanti, Wiendu. (1993). Concept, Perspective and Challenges, makalah bagian dari Laporan Konferensi Internasional mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hlm.2-3.

Pitana, I Gede. (1994). Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan Bali. Denpasar : Offset BP

Poerwadarminta, W.J.S. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Pramaputra, (2008). Buku Pedoman Pelestarian & Pengembangan Desa Budaya

Jawa Barat. Bandung: Balai Pengelolaan Kepurbakalaan, Sejarah, dan Nilai

Tradisional. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat.

Ritchie dan Zins. (1978). Tourism in Contemporary Society, An Introductory Text. Chapter 19: Social and Cultural Impacts. Page 221.

Sastrayuda, Gumelar S. (2006). Jurnal Manajemen Resort, vol.2. Bandung: Prodi MRL UPI.

Sastrayuda, Gumelar. (2006). Strategi Pengelolaan dan Pengembangan Resort

and Leisure. Bandung: Prodi MRL UPI.

(42)

107

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suprayogo, I. & Tobroni. (2001). Metodologi penelitian Sosial-Agama. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Terry, George R. (1982). Principle of Management. New York: Dow Jones- Irwin.

UNDP and WTO. (1981). Tourism Development Plan for Nusa Tenggara,

Indonesia. Madrid: World Tourism Organization. Hlm. 69

United Nations. (2001). Managing Sustainable Tourism Development. ESCAP Tourism Review No. 22. New York: United Nations.

Wardoyo. (1980). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Williams, Allan M. & Gareth Shaw. (1997). The rise and fall of British Coastal

resorts: Cultural and Econo mic perspective. London: Mansell.

Wahab, Salah. (1997). Balancing culture haritage conservation and sustainable

development through tourism. Yogyakarta: UGM Press.

Yoeti, Oka A. (1985). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Penerbit Angkasa. Yoeti, Oka A. (1996). Pariwisata Berbasis Budaya, Masalah dan Solusinya.

Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Sumber Internet

Anoname. “Kampung Cireundeu” [Online] Tersedia di http://kampungadat-cireundeu.wordpress.com. Diakses pada tanggal 9 September 2013.

Anoname. “PengertianPengelolaan”. [Online] Tersedia di http://id.shvoong

.com/writing-and-speaking/presenting/2108155-pengertian-pengelolaan /#ixzz2R4tMmSXp, 28Januari 2011. Diakses tanggal 21 April 2013.

Anoname. “Tri Tangtu dan Filosofi Adat”. [Online] Tersedia di

(43)

108

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Anoname. “Tritangtu Falsafah Sunda” [Online] Tersedia di

http://dakwahislam-dankebathinan.-blogspot.com/2011/09/tritangtu-falsafah-sunda.html. Diakses tanggal 5 Maret 2014.

Bobby Andalan. (2013). “Indonesia mendaftarkan pulau ke PBB”.[Online] Tersedia di http://nasional.news.viva.co.id/news/read/260537-indonesia-daftarkan-13-487-pulau-ke-pbb. Diakses tanggal 21 April 2013.

Finoechiaro. (1964:8), “Pengertian Bahasa Menurut Beberapa Ahli”. [Online]

Tersedia di http://buburdelima.com/2012/pengertian-bahasa-menurut-para-ahli.html. Diakses tanggal 24 April 2013.

Google maps

Liga S. (2011). “Makalah organisasi kepariwisataan”. [Online] Tersedia di

http://dmoindonesia.com/makalah_Liga_S.html. Diakses pada tanggal 6 September 2013.

Santoso, Jainur. (2013). “Pengembangan Pariwisata”. [Online] Tersedia di

http://www.putussibau.com/pariwisata/166-pp.html. Diakses pada tanggal 23 April 2013.

Tedi Kustandi. (2012). “Unsur-unsur Kebudayaan (Koentjaraningrat)”.[Online] Tersedia di http://tedikustandi.wordpress.com/2012/03/31-/unsur-unsur-kebudayaan-koentjaraningrat/. Diakses pada tanggal 23 April 2013.

Website resmi Kementrian Dalam Negeri (2014). [Online] Tersedia di http://otda.kemendagri.go.id/index.php/duta-otda/data-prokabkota. Diakses tanggal 19 Januari 2014.

Website resmi Pemerintah Kota Cimahi. (2013). [Online] Tersedia di http://www.cimahikota.go.id/. Diakses tanggal 19 April 2013.

Wikipedia. (2013). “Kota Cimahi”.[Online] Tersedia di http://id.wikipedia.-org/ wiki/Kota_Cimahi. Diakses tanggal 19 April 2013.

(44)

109

Fariz Fardani Nurbaihaqi, 2014

Pengelolaan kampung Cireundeu sebagai daya tarik wisata budaya di kota Cimahi Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Data Monografi RW 10 Kelurahan Leuwigajah Tahun 2013

Data Seksi Budaya dan Pariwisata Kota Cimahi. (2013). Gambaran Umum

Kampung Cireundeu. Cimahi: Diskopindagtan.

Suranti, Ratna. (2005). Workshop Wisata Budaya Bagi Kelompok Masyarakat

Gambar

Gambar 3.2  Komponen analisis data (Model Interaktif)

Referensi

Dokumen terkait

Paket ini akan memudahkan wisatawan yang datang untuk berwisata di Kampung Cireundeu, karena semua aktivitas wisatawan telah disusun sedemikian rupa mulai dari

judul pengabdian kepada masyarakat ini yakni tentang pembinaan perpustakaan desa di Kampung Cireundeu Kelurahan Leuwi- gajah, Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi,

Penelitian dilakukan dengan metode eksperimentatif, dimana penulis mengolah material kulit singkong sisa produksi yang tidak termanfaatkan di Kawasan Kampung Adat Cireundeu

Kelokalan Kampung Koanara meliputi hal fisik, yaitu; pola kampung tradisional dimana kanga sebagai pusat kampung sehingga semua bangunan berorientasi padanya,

Revitalisasi merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Kelompok Sadar Wisata Kelurahan Sudiroprajan dalam meningkatkan pariwisata di Kampung Pecinan. Tujuan dari penelitian ini

Kelokalan Kampung Koanara meliputi hal fisik, yaitu; pola kampung tradisional dimana kanga sebagai pusat kampung sehingga semua bangunan berorientasi padanya,

Dalam Skripsi ini saya membahas mengenai Analisis Pengembangan Destinasi Pariwisata Kampung Kapitan Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya di Kota Palembang.Adapun penelitian ini yaitu

Salah satu Daerah Tujuan Wisata DTW yang terletak di Kota Palembang, destinasi tersebut adalah wisata budaya Kampung Kapitan sebagai daya tarik untuk dikembangakan sebagai tujuan wisata