• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI TENTANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN KETERAMPILAN MODISTE BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH : Studi Deskriptif Pelatihan Keterampilan Modiste di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cimahi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI TENTANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN KETERAMPILAN MODISTE BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH : Studi Deskriptif Pelatihan Keterampilan Modiste di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cimahi."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI TENTANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN KETERAMPILAN MODISTE BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH

(Studi Deskriptif Pelatihan Keterampilan Modiste di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cimahi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Oleh:

YUSI DESIYANTI 0907046

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014

(2)

LEMBAR PENGESAHAN YUSI DESIYANTI

0907046

STUDI TENTANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN KETERAMPILAN MODISTE BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH (Studi Deskriptif Pelatihan Keterampilan Modiste di Balai Pemberdayaan

Sosial Bina Remaja Cimahi)

Disetujui dan disahkan pembimbing Pembimbing 1

Dr. H. Uyu Wahyudin, M.Pd NIP. 19600926 198503 1 003

Pembimbing 2

Nike Kamarubiani, M.Pd NIP. 19750702 200801 2 006

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(3)

STUDI TENTANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN KETERAMPILAN MODISTE BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH

(Studi Deskriptif Pelatihan Keterampilan Modiste di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cimahi)

Oleh

Yusi Desiyanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Yusi Desiyanti 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(4)

ABSTRAK

Yusi Desiyanti (0907046) Studi Tentang Penyelenggaraan Pelatihan Keterampilan Modiste Bagi Remaja Putus Sekolah

(Studi Deskriptif Pelatihan Keterampilan Modiste di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cimahi)

Penelitian ini membahas mengenai penyelenggaraan pelatihan keterampilan Modiste di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cimahi bagi remaja putus sekolah, dilihat dari aspek perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta faktor pendukung dan penghambat dari pelatihan keterampian modiste tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk memaparkan gambaran umum mengenai perencanaan pelatihan keterampilan modiste, (2) untuk memaparkan gambaran umum mengenai pelaksanaan pelatihan keterampilan modiste, (3) untuk memaparkan gambaran umum mengenai evaluasi pelatihan keterampilan modiste, dan (4) untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dari program pelatihan keterampilan yang dilaksanakan di BPSBR Cimahi.

Dalam membahas mengenai permasalahan yang telah dipaparkan, penulis merujuk pada kajian pustaka yang relevan, yaitu mengenai konsep pendidikan luar sekolah, konsep pelatihan, konsep pelaksanaan program, konsep keterampilan modiste, konsep pemberdayaan dan konsep remaja putus sekolah. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini sebanyak lima orang yang terdiri dari satu orang pengelola, satu orang instruktur, dan tiga orang peserta pelatihan. Teknik pengumpulan data yang disunakan adalah wawancara, observasi, studi dokumentasi dan triangulasi. Penelitian dilakukan di BPSBR Cimahi dan dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2013.

Hasil penelitian diperoleh data mengenai: (1) perencanaan pelatihan keterampilan modiste yang dilakukan di BPSBR diawali dengan sosialisasi dan melakukan identifikasi kebutuhan, (2) pelaksanaannya berupa bimbingan fisik, metal, sosial dan keterampilan, (3)evaluasi yang dilaksanakan yaitu berupa tes tertulis dan praktek, dan (4) faktor pendukung dan penghambatnya terletak pada jalinan kerjasama dan latar belakang pendidikan peserta. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa penyelenggaraan pelatihan keterampilan modiste yang diselenggarakan di BPSBR Cimahi sudah memuat komponen-komponen yang terdapat dalam penyelenggaraan program yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, serta memperhatikan faktor pendukung dan penghambat dari penyelenggaraan pelatihan keterampilan sebagai bahan pertimbangan bagi penyelenggaraan pelatihan keterampilan selanjutnya.

(5)

ABSTRACT

Yusi Desiyanti (0907046) The Study Of The Skills Training Couturier For Teenager Dropouts (Study Descriptive Skills Training Couturier at Balai

Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cimahi )

Research discussed the implementation of this research skills training couturier in Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cimahi for teenagers dropping out of school, seen from the aspect of planning, implementation, evaluation and factor supporting and inhibitors of skill training. The purpose of this research is: (1) to present in the abstract planning skills training couturier, (2) to present in the abstract training implementation skill couturier, (3) to present in the abstract evaluation skills training couturier, and (4) to know by factors in support and inhibitors of program skills training held in BPSBR Cimahi.

In discussing about the problems that have been presented, the author refers to the literature review are relevant, namely regarding the concept of non-formal education, the concept of training, the concept of the program management and the concept of skill couturier, the concept of empowerment and the concept of teenagers dropouts of school. The method used in this research is descriptive qualitative approach. Subjects in this study were five people consisting of one manager, one instructor and three trainee. Data collection techniques used were interviews, observation, documentation studies and triangulation. The study was conducted in BPSBR Cimahi and held in August to December 2013.

Research results obtained of data on: (1) of planning skills training couturier conducted in BPSBR was preceded by a socialization and make identification needs, (2) implementation guidance psychics, metal social and skill, (3) evaluation should be conducted in the form of a written test and practice, and (4) factors in support and inhibiting situated upon interlacing cooperation and education background participants. Based on the research that has been done, researchers can draw the conclusion that the couturier skills training events held in BPSBR Cimahi already contains the components contained in the administration of the program including planning, implementation and evaluation in order to achieve a predetermined goal, and considering the factors supporting and inhibitor of skills training event for consideration for further skills training event.

(6)

DAFTAR ISI

Hal LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

ABSTRAK... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitia... 7

E. Struktur Organisasi Skripsi... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 9

A. Konsep Pendidikan Nonformal... 9

1. Pengertian Pendidikan Nonformal... 9

2. Karakteristik Pendidikan Nonformal... 10

3. Tujuan Pendidikan Nonformal... 11

B. Konsep Pelatihan... 12

1. Pengertian Pelatihan...12

2. Tujuan Pelatihan... 13

3. Manfaat Pelatihan... 15

4. Prinsip-Prinsip Pelatihan... 16

5. Manajemen Pelatihan... 17

(7)

C. Konsep Pelaksanaan Program... 21

1. Perencanaan... 21

2. Pelaksanaan... 22

3. Evaluasi... 23

D. Keterampilan Modiste ... 25

1. Pengertian Keterampilan... 25

2. Modiste... 26

E. Konsep Pemberdayaan... 27

1. Pengertian Pemberdayaan ... 27

2. Tujuan Peberdayaan... 28

3. Tahap-Tahap Pemberdayaan... 29

F. Konsep Remaja Putus Sekolah... 30

1. Pengertian Remaja... 30

2. Ciri-Ciri Remaja...31

3. Remaja Putus Sekolah...32

4. Faktor Penyebab Remaja Putus Sekolah... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 35

1. Lokasi penelitian... 35

2. Subjek Penelitian... 35

B. Desain Penelitian... 36

1. Tahap Pralapangan... 36

2. Tahap Pekerjaan Lapangan... 37

3. Tahap Analisis Data... 37

4. Tahap Pelaporan... 37

C. Metode Penelitian... 38

D. Definisi Operasional... 39

E. Instrumen Penelitian... 39

F. Pengembangan Instrumen... 40

1. Penyusunan Kisi-Kisi Penelitian...40

(8)

3. Penyusunan Pedoman Observasi ... 40

G. Teknik Pengumpulan Data... 41

1. Wawancara... 41

2. Observasi... 42

3. Studi Dokumentasi... 42

4. Triangulasi... 43

H. Analisis Data... 43

1. Data Reduction (Reduksi Data)... 44

2. Data Display (Penyajian Data)... 44

3. Conclusion Drawing/ Verification... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 46

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 46

1. Sejarah Singkat BPSBR Cimahi... 46

2. Visi da Misi... 46

3. Tugas Pokok dan Fungsi... 47

4. Program... 47

5. Jenis Program... 47

6. Struktur Organisasi... 48

7. Sarana dan Prasarana... 48

8. Profil Pelatihan Keterampilan Modiste... 49

B. Deskripsi Hasil Penelitian... 52

1. Identitas Subjek Penelitian... 52

2. Hasil Penelitian... 53

C. Pembahasan Hasil Penelitian... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 65

A. Kesimpulan... 65

B. Saran... 67

DAFTAR PUSTAKA... 69 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pesatnya perkembangan pembangunan di Indonesia terutama di bidang ilmu

dan teknologi dewasa ini memberikan banyak pengaruh bagi kehidupan manusia.

Pengaruh yang dapat dirasakan oleh manusia yaitu berkembang dan

meningkatnya kebutuhan-kebutuhan manusia, terutama kebutuhan akan

pendidikan karena pendidikan berguna untuk manusia agar mereka dapat

menguasai dan mengendalikan teknologi yang sedang berkembang.

Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, kebutuhan manusia yang

semakin kompleks, bahkan sampai kebutuhan pendidikan dari berbagai ilmu,

pendidikan merupakan salah satu modal dasar bagi manusia untuk dapat

memenuhi kebutuhannya. Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2003 pasal 1

ayat 1 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa “Pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

Pendidikan merupakan investasi jangka panjang bagi keluarga maupun

negara yang sangat bermakna bagi kelangsungan dan kemajuan suatu keluarga

dan negara. Pendidikan akan menjadi salah satu penentu keberhasilan anggota

keluarga. Keluarga yang pendidikannya maju dan sukses, akan maju dan sukses

pula. Kesuksesan hidup suatu keluarga akan menjadi modal dasar untuk kemajuan

suatu negara. Oleh karena itu, pendidikan secara formal diberikan kepada manusia

sejak masih ank-anak yaitu usia enam atau tujuh tahun dan tidak pernah dibatasi

sampai kapan seseorang harus berhenti dalam menempuh pendidikan.

Setiap orang tua menginginkan anak-anaknya cerdas, berwawasan luas dan

bertingkah laku baik, berkata sopan dan kelak suatu hari anak-anak mereka

(10)

2

kondisi ekonomi. Oleh karena itu, di setiap benak para orang tua, mereka

bercita-cita menyekolahkan anak-anak mereka supaya berpikir lebih baik, bertingkah laku

sesuai dengan agama serta yang paling utama sekolah dapat mengantarkan

anak-anak mereka ke pintu gerbang kesuksesan sesuai dengan profesinya. Setelah

keluarga, lingkungan kedua bagi anak adalah sekolah.

Pada perspektif lain, kondisi ekonomi masyarakat tentu saja berbeda, tidak

semua keluarga memiliki kemampuan ekonomi yang memadai dan mampu

memenuhi segala kebutuhan anggota keluarga. Salah satu pengaruh yang

ditimbulkan oleh kondisi ekonomi seperti ini adalah orang tua tidak sanggup

menyekolahkan anaknya pada jenjang yang lebih tinggi walaupun mereka mampu

membiayainya di tingkat sekolah dasar. Jelas bahwa kondisi ekonomi keluarga

merupakan faktor pendukung yang paling besar kelanjutan pendidikan anak-anak.,

sebab pendidikan juga membutuhkan dana besar.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), angka Putus Sekolah anak

berumur 7-17 tahun adalah sebesar 2,91 persen pada tahun 2011. Angka putus

sekolah pada kelompok umur 7-12 tahun sebesar 0,67 persen, pada kelompok

umur 13-15 tahun angka putus sekolah mencapai 2,21 persen dan pada kelompok

umur 16-17 tahun angka putus sekolah mencapai 2,32 persen. Hampir separuh

(49,51 persen) anak berumur 7-17 tahun yang putus sekolah disebabkan oleh tidak

adanya biaya, 9,2 persen karena bekerja, 3,05 persen karena menikah atau

mengurus rumahtangga, dan sisanya karena alasan lainnya. Selain itu, masih ada

sekitar 1 persen anak berusia 16-17 tahun yang tidak mempunyai kemampuan

baca tulis (Profil Anak Indonesia: 2012)

Dalam Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 9 ayat 1 menyebutkan bahwa “Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya

(11)

3

Remaja putus sekolah merupakan fenomena di masyarakat yang

menunjukkan tergangguya fungsi sosial mereka dimana mereka seharusnya

berada pada situasi sekolah atau lingkungan bermain yang di dalamnya terdapat

interaksi bagi perkembangan anak tersebut dan bagi peningkatan keterampilan

anak tersebut.

Putus sekolah bukan merupakan persoalan baru dalam sejarah pendidikan.

Persoalan ini telah berakar dan sulit untuk di pecahkan, sebab ketika

membicarakan solusi maka tidak ada pilihan lain kecuali memperbaiki kondisi

ekonomi keluarga. Ketika membicarakan peningkatan ekonomi keluarga terkait

bagaimana meningkatkan sumber daya manusianya. Sementara semua solusi yang

diinginkan tidak akan lepas dari kondisi ekonomi nasional secara menyeluruh,

sehingga kebijakan pemerintah berperan penting dalam mengatasi segala

permasalahan termasuk perbaikan kondisi masyarakat. Remaja putus sekolah

perlu mendapat perhatian penting dari semua masyarakat dan pemerintah. Para

remaja tersebut perlu dibekali pendidikan keterampilan, karena pada dasarnya

pendidikan berguna dalam menyiapkan generasi penerus bangsa ini agar sukses di

masa yang akan datang.

Dari pernyataan tersebut, untuk menanggulangi masalah remaja putus sekolah

dapat dilakukan melalui pendidikan nonformal. Dalam Undang-Udang No. 20 tahun 2003 menjelaskan bahwa “Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.”

Menurut Coombs (1973) dalam Sudjana (2004 : 22) mengungkapkan bahwa:

Pendidikan nonformal ialah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, diluar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertetu di dalam mencapai tujuan belajarnya.

Pendidikan nonformal mempunyai peranan yang sangat penting dalam

membantu masyarakat sebagai upaya memecahkan masalah yang merupakan

dampak dari remaja yang putus sekolah. Salah satu peranan pendidikan nonformal

(12)

4

kesempatan belajar bagi anak-anak atau orang dewasa, yang karena berbagai

alasan tidak memperoleh kesempatan untuk memasuki pendidikan formal.

(Sudjana, 2004:79).

Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan nonformal sebagai pengganti

pendidikan formal bertujuan untuk memeberikan berbagai pengetahuan dan

kemampuan dasar, salah satunya yaitu mengenai pelatihan keterampilan. Ada

berbagai macam pelatihan keterampilan yang menjadi kebijakan pemerintah

sebagai upaya dalam memberdayakan remaja putus sekolah.

Keterampilan modiste merupakan salah satu ketrampilan yang cukup banyak

peminatnya terutama bagi kalangan remaja, karena keterampilan modiste (tata

busana) memiliki daya tarik tersendiri. Selain itu juga dengan dimilikinya

ketrampilan modiste ternyata mampu menopang kehidupan karena banyak orang

yang memerlukan busana dan tenaga ahli dalam bidang modiste untuk memenuhi

kebutuhan sandangnya.. Banyak ditemukan di masyarakat, mereka yang memiliki

ketrampilan modiste mampu memberikan nafkah hidup baik bagi dirinya sendiri

maupun untuk keluarganya.

Dinas Sosial merupakan instansi pemerintah yang berwenng untuk

menangani permasaahan remaja putus sekolah. Dinas Sosial memiliki beberapa

Unit Pelaksana Taknis Dinas (UPTD) yang dikhususkan untuk memberikan

keterampilan remaja putus sekolah serta mampu mengelola dana bantuan,

melakukan perencanaan terhadap kebutuhan, serta mengimplementasikan program

pelatihan bagi remaja putus sekolah dengan melibatkan remaja tersebut dalam

proses pelatihan keterampilan. Salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas Provinsi

Jawa Barat yang dimaksud yaitu Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja

(BPSBR).

Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Cimahi merupakan salah

satu Unit Pelaksana Teknis Dinas yang memberikan pelayanan bagi remaja putus

sekolah berupa beberapa program pelatihan keterampilan. Pelatihan keterampilan

yang dilaksanakan di BPSBR yaitu pelatihan keterampilan modiste, pelatihan

keterampilan montir motor, keterampilan elektronika, pelatihan keterampilan tata

(13)

5

Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Cimahi memiliki tugas

pokok melaksanakan sebagian fungsi dinas di bidang pemberdayaan sosial

remaja, meliputi remaja putus sekolah dan/atau tidak mampu melanjutkan

sekolah. Sasaran klien dari BPSBR Cibabat Cimahi yaitu remaja terlantar putus

sekolah dengan ketentuan telah berusia 15 sampai 21 tahun, tamat pendidikan

SD/SMP atau drop out SMP/SLTA, tidak mampu melanjutkan pendidikan dan

belum pernah menikah dengan sasaran lokasi klien BPSBR berasal dari

Kabupaten/ Kota sewilayah Provinsi Jawa Barat.

Salah satu kegiatan pelatihan keterampilan yang dilakukan yaitu melalui

pelatihan keterampilan modiste (tata busana). Keterampilan modiste sangat perlu

untuk diberikan di kalangan kaum muda terutama remaja. Dimulai dengan

pengetahuan yang mendasar, lanjut hingga tingkat komplek. Alasan diberikan

ketrampilan modiste ini di kalangan remaja, diharapkan hal tersebut akan

memberikan life skill bagi mereka untuk persiapan menghadapi masa depan yang

penuh dengan tantangan dan sulitnya memasuki dunia kerja.

Dengan adanya program pelatihan keterampilan yang diberikan diharapkan

dapat membentuk sikap dan perilaku remaja putus sekolah sesuai dengan nilai dan

norma yang ada dimasyarakat serta menyiapkan masa depan mereka agar mereka

bisa lebih mandiri serta merubah kehidupan remaja putus sekolah yang dapat

membawa mereka ke arah yang lebih baik melalui keterampilan yang mereka

miliki.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja merupakan salah satu Unit

Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) memberikan pelayanan bagi remaja putus

sekolah dari seluruh daerah yang berada di provinsi Jawa Barat melalui

berbagai jenis pelatihan keterampilan.

2. Banyaknya jumlah remaja yang putus sekolah yang tidak memiliki

pengalaman dan kurang memiliki kemampuan mengakibatkan mereka

(14)

6

3. Remaja putus sekolah dihadapkan dengan berbagai tantangan yang

mengakibatkan mereka harus bersaing dengan orang-orang yang lebih handal.

4. Banyak tempat kerja yang tidak mau menerima remaja putus sekolah yang

tidak memiliki kemampuan dan pengalaman untuk bekerja di tempatnya.

5. Latar belakang pendidikan yang yang dimiliki oleh peserta pelatihan yang

bervariasi, namun sebagian besar dari peserta pelatihan memiliki latar

belakang pendidikan yang rendah menjadikan mereka sulit menerima materi

yang diberikan secara cepat.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana

Penyelenggaraan Pelatihan Keterampilan Modiste Bagi Remaja Putus Sekolah di

Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Cimahi.”

Berdasarkan rumusan di atas, maka peneliti menyusun pertanyaan penelitian

sebagai fokus dalam melakukan penelitian, sebagai berikut :

1. Bagaimana perencanaan pelatihan keterampilan modiste yang dilakukan di

Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Cimahi ?

2. Bagaimana pelaksanaan pelatihan keterampilan modiste yang dilakukan di

Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Cimahi?

3. Bagaimana evaluasi pelatihan keterampilan modiste yang dilakukan di Balai

Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Cimahi?

4. Apa saja faktor pendukung dan penghambat program pelatihan keterampilan

modiste yang dilakukan di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR)

Cimahi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan memaparkan gambaran umum mengenai perencanaan

pelatihan keterampilan modiste bagi remaja putus sekolah di Balai

Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Cimahi.

2. Untuk mengetahui dan memaparkan gambaran umum mengenai pelaksanaan

pelatihan keterampilan modiste bagi remaja putus sekolah yang dilakukan di

(15)

7

3. Untuk menegetahui dan memaparkan gambaran umum mengenai evaluasi

pelatihan keterampilan modiste bagi remaja putus sekolah yang dilakukan di

Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Cimahi.

4. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dari program pelatihan

keterampilan modiste yang dilaksanakan Balai Pemberdayaan Sosial Bina

Remaja (BPSBR) Cimahi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman tentang

bagaimana pemberian pelatihan keterampilan modiste bagi remaja putus

sekolah, serta sebagai bahan pengembangan ilmu Pendidikan Luar Sekolah.

2. Manfaat Praktis

a. Diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan, rujukan dan analisis

khususnya bagi penyelenggara pelatihan keterampilan modiste yaitu Balai

Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Cimahi dan umumnya bagi

penyelenggara pelatihan keterampilan yang sama.

b. Sebagai bahan dan referensi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian

lanjutan atau melakukan penelitian sejenis.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Adapun struktur organisasi dari skripsi ini ialah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, berisi uraian mengenai Latar Belakang Penelitian,Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian,

Manfaat Penelitian dan Struktur Organisasi Skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, berisi Konsep Pendidikan Nonformal, Konsep

Pelatihan, Konsep Keterampilan Modiste, Konsep Pembedayaan dan

Konsep Remaja Putus Sekolah.

BAB III METODE PENELITIAN, berisi lokasi dan subjek penelitian, desain

penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian,

(16)

8

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, berisi tentang

gambaran umum lokasi penelitian, hasil penelitian yang telah dilakukan

dan pembahasan dari penelitian tersebut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, berisi mengenai kesimpulan dan

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian.

Lokasi penelitian tersebut merupakan tempat penelitian yang diharapkan bisa

memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitian ini.

Adapun lokasi penelitian ini bertempat di Balai Pemberdayaan Sosial Bina

Remaja (BPSBR) yang berada di Jalan Jend. H. Amir Machmud No. 331 Cibabat

Cimahi.

2. Subjek Penelitan

Subjek penelitian merupakan individu yang dijadikan sampel dalam

penelitian. Subjek penelitian terdiri dari orang, benda atau tempat yang sifatnya

akan diteliti. Arikunto (2006: 145) menjelaskan bahwa subjek penelitian

merupakan subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Subjek penelitian

merupakan sumber informasi yang digali untuk mengungkap fakta-fakta di

lapangan. Subjek penelitian dimaksudkan untuk memperkuat serta memberikan

informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

Dalam penelitian kualitatif, tidak menggunakan populasi, karena penelitian

kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan

hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke

tempat lain pada situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam

penelitian kualitatif bukan dimanakan rasponden, tetapi sebagai narasumber atau

partisipan, informan, teman dan guru dalam penelian (Sugiyono, 2011: 216).

Subjek dalam penelitian ini ditentukan secara puposive sample, artinya subjek

penelitian sebagai sumber data dipilih dengan pertimbangan tertentu.

Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu

tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan

(18)

36

2011: 218). Subjek dalam penelitian ini adalah pihak yang terlibat dalam pelatihan

keterampilan modiste di BPSBR Cimahi.

Adapun peneliti menentukan subjek penelitian pada penelitin ini yaitu

sebanyak lima orang yang terdiri dari satu orang penyelenggara/pengelola

pelatihan keterampilan modiste, satu orang instruktur/tutor dan tiga orang peserta

pelatihan keterampilan modiste. Informan utama dalam penelitian ini adalah

pengelola pelatihan keterampilan modiste dan informan triangulasinya adalah

instruktur dan peserta pelatihan kketerampilan modiste.

Subjek penelitian ditentukan dengan mempertinbangkan kriteria tertentu.

Untuk pengelola kriterianya yaitu sudah berpengalaman selama bertahun-tahun

dalam mengelola pelatihan keterampilan, dapat memberikan informasi yang

akurat dengan data yang dibutuhkan peneliti dalam penelitian yang dilakukan.

Sedangkan kriteria untuk peserta pelatihan keterampilan modiste yaitu peserta

yang aktif dalam proses pembelajaran, serta dapat memberikan data dan informasi

yang dibutuhkan oleh peneliti.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan secara

berurutan dalam melakukan penelitian mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan

sampai tahap pelaporan penelitian. Tahapan-tahapan yang dilakukan oleh peneliti

untuk menjawab pertanyaan penelitian seperti yang dijelaskan oleh Moleong

(2013: 127) yaitu:

1. Tahap Pralapangan

Tahap pralapangan merupakan tahap pertama yang dilakukan oleh peneliti.

Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan semua hal yang dibutuhkan dalam

penelitian mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai proses pelaporan

penelitian. Tahap pralapangan yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan

peneitian ini yaitu: memilih lokasi penelitian, melakukan studi pendahuluan untuk

mengetahui masalah yang akan diteliti, menyusun rancangan penelitian berupa

proposal penelitian, mengurus perizinan untuk melakukan penelitian dengan

pihak-pihak terkait, memperoleh informasi secara mendalam tentang keadaan

(19)

37

perlengkapan penelitian yaitu kisi-kisi penelitian, pedoman wawancara dan

pedoman observasi

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahap pekerjaan lapangan, peneliti melakukan penelitian dilapangan

dengan tujuan untuk memperoleh data dan informasi yang sedalam-dalamnya

dengan mnggunakan instrumen penelitian yang telah dibuat oleh peneliti berupa

pedoman wawancara dan observasi yang telah disusun, sehingga penggalian

informasi yang dilakukan akan lebih terarah.

3. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data merupakan langkah untuk mencari jawaban dalam

mencari jawaban tentang permasalahan penelitian. Pada tahap analisis data,

peneliti menganalisis informasi dan hasil data yang ada dilapangan. Model

analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif

4. Tahap Pelaporan

Tahap pelaporan merupakan tahap akhir dalam melakukan penelitian.

Laporan merupakan uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan

penelitian. Pada tahap pelaporan ini, peneliti menyajikan laporan melalui

pengolahan data yang telah diperoleh melalui wawancara, observasi, studi

dokumentasi, dan studi kepustakaan secara keseluruhan dari hasil penelitian yang

telah dilakukan oleh peneliti. Selanjutnya peneliti membuat kesimpulan mengenai

hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan

data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2011: 2). Dalam hal ini,

metode penelitian merupakan suatu cara yang dilakukan secara sistematis untuk

memperoleh data-data atau informasi yang dibutuhkan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian

deskriptif. Menurut Arief dalam blog Macam-Macam Metode Penelitian (2013)

mengungkapkan bahwa metode penelitian deskriptif merupakan suatu metode

yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, akurat dan

(20)

38

http://pustakaarief.blogspot.com/2013_06_01_archive.html. Diakses tanggal 20/02/2014) [Online].

Menurut Arikunto (2000: 309), metode deskriptif merupakan sebuah metode

penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status

suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat

penelitian dilakukan. Dalam penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk

menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya mengambarkan apa adanya tentang suatu

variabel, gejala atau keadaan. Peneliti menggunakan metode tersebut karena

metode tersebut pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu

menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang

diteliti secara tepat.

Metode penelitian deskriptif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui dam memaparkan tentang penyelenggaraan pelatihan keterampilan

modiste di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Cimahi. Pada

penulisannya pun lebih mengarah pada pengumpulan dan penyusunan data

mengenai perencanaan pelatihan keterampilan modiste, pelaksanaan keterampilan

modiste, evaluasi pelatihan keterampilan modiste, serta faktor pendukung dan

penghambatnya.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Sugiyono (2011: 9) menyatakan bahwa:

Pendekatan kualitataif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara tiangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Pendekatan kualitatif digunakan untuk melibatkan peneliti langsung dalam

kehidupan nyata subjek yang diteliti yaitu terlibat langsung dilapangan dengan

mengumpulkan data dan informasi yang sesuai dengan fokus masalah yang diteliti

yaitu mengenai penyelenggaraan pelatihan keterampilan modiste di BPSBR

Cimahi dengan mengungkapkan mengenai perencanaan, pelaksanaan, evaluasi

(21)

39

D. Definisi Operasional

1. Pelatihan adalah suatu program pembelajaran yang pada umumnya dilakukan

oleh lembaga pendidikan yang khusus untuk menumbuhkan dan

meningkatkan kemampuan dasar, pengetahuan, dan keterampilan individu

sesuai dengan misi lembaga penyelenggara dan hasil analisis pakar (Suparna,

2005: 3). Pelatihan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pelatihan

keterampilan modiste yang dilaksanakan di Balai Pemberdayaan Sosial Bina

Remaja (BPSBR) Cimahi.

2. Keterampilan adalah kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan

kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi

lebih bermakna sehngga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan

tersebut. (Tn.2013). (Diakses tanggal 14/11/2013) [Online]. Keterampilan

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan modiste yang

dilaksanakan bagi remaja putus sekolah di BPSBR Cimahi.

3. Modiste adalah suatu usaha jahit-menjahit pakaian wanita dan anak-anak

yang melayani pekerjaan berdasarkan perorangan, mode dan bahan yang akan

digunakan berasal dari konsumen itu sendiri. Tetapi seringkali konsumen

meminta sran dari pimpinan modiste mengenai mode yang akan dipilhnya

sesuai dengan tubuh konsumen serta bahan yang tersedia (Enny Zuhni K :

2006). Modiste yang dimaksud dalam penelitian ini adalah salah satu

kegiatan pelatihan keterampilan yang diadakan di BPSBR Cimahi.

4. Remaja putus sekolah adalah seseorang yang berusia dibawah 20 tahun tidak

mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, dengan kata lain

meninggalkan sekolah sebelum menyelesaikan keseluruhan masa belajar yang

telah ditetapkan. Remaja putus sekolah dalam penelitian ini yaitu peserta

pelatihan keterampilan modiste di BPSBR Cimahi.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu dalam melakukan penelitian.

Menurut Nasution dalam Sugiyono (2011: 223) menjelaskan bahwa:

(22)

40

prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumya. segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain da hanya peneiti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian kualitatif

instrumen utamanya adalah peneliti itu sendiri, namun selanjutnya fokus

penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen

penelitian sederhana yang diharapkan dapat melengkapi data dan informasi serta

membandingkannya dengan data atau informasi yang telah ditemukan melalui

wawancara dan observasi (Sugiyono, 2011: 223).

F. Pengembangan Instrumen

Pengembangan instrumen yang dilakuan oleh peneliti dalam penelitian ini

yaitu:

1. Penyusunan Kisi-Kisi Penelitian

Penyusunan kisi-kisi penelitian dilakukan oleh peneliti dalam menentukan

aspek yang akan diteliti sesuai dengan pertanyaan penelitian. penyusunan kisi-kisi

dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam menyusun pedoman wawancara

dan pedoman observasi. Kemudian peneliti menentukan indikator dari aspek yang

akan diteliti.

2. Penyusunan Pedoman Wawancara

Penyusunan pedoman wawancara merupakan hal yang penting sebelum

melakukan pengumpulan data dengan menggunakan wawancara. Pedoman

wawancara merupakan pedoman berupa pertanyaan-pertanyaan yang akan

ditanyakan kepada responden untuk memperoleh data dan informasi yang

dibutuhkan dalam penelitian. Pertanyaan pada pedoman wawancara mengacu

pada indikator dalam kisi-kisi penelitian.

3. Penyusunan Pedoman Observasi

Penyusunan pedoman observasi dibuat untuk mendapatkan data yang tidak

bisa didapatkan melalui wawancara melainkan dengan pengamatan secara

(23)

41

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam melakukan

penelitian. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data

(Sugiyono 2011: 224). Pengumpulan data juga harus ditangani secara serius agar

diperoleh hasil yang sesuai dengan kegunaan.

Pada penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen penelitian utama

yang melakukan pengamatan langsung dalam memperoleh data yang dibutuhkan.

Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penelitia

adalah wawancara, observasi, studi dokumentasi dan triangulasi. Melalui teknik

pengumpulan data tersebut, diharapkan data dan informasi yang dibutuhkan

dapat diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data

tersebut yaitu:

1. Wawancara

Wawancara menurut Esterberg dalam Sugiyono (2011: 231) adalah

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,

sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden lebih

mendalam (Sugiyono, 2011: 231)

Pada penelitian ini, peneliti bermaksud melaksanakan wawancara kepada

pengelola pelatihan keterampilan modiste, instruktur keterampilan modiste, dan

peserta pelatihan keterampilan modiste di BPSBR Cimahi untuk memperoleh data

mengenai pelaksanaan pelatihan keterampilan modiste, untuk memperoleh

gambaran mengenai penilaian yang dilakukan, hasil pelatihan keterampilan

modiste, dan faktor pendukung dan penghambat dari program pelatihan

keterampilan modiste yang dilaksanakan. Jenis wawancara yang dilakukan oleh

peneliti adalah wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara yang hanya memuat

(24)

42

terstruktur ini, peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah

disusun secara lengkap dan sistematis dalam mengumpulkan datanya.

2. Observasi

Menurut Nasution dalam Sugiyono (2011: 226) observasi adalah dasar semua

ilmu pengetahuan, para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta

mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.

Marshall dalam Sugiyono (2011: 226) menambahkan bawa ”through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna

dari perilaku tersebut.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi yang bertujuan

untuk mendapatkan data mengenai keadaan lokasi pelatihan keterampilan modiste

yaitu BPSBR Cimahi, mengetahui gambaran pelaksanaan pelatihan keterampilan

modiste di BPSBR Cimahi yang meliputi kondisi , sarana prasarana dan objek lain

yang mendukung dalam proses pembelajaran.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi

dan wawancara dalam penelitian kialitatif (Sugiyono 2011: 240). Studi

dokumentasi berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan

lain-lain. Melalui studi dokumentasi, peneliti mencari data megenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

agenda dan lain sebagainya. Dibandingkan teknik lain, teknik studi dokumentasi

ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya

masih tetap, belum berubah. Dalam teknik ini yang diamati bukan benda hidup

tetapi benda mati (Arikunto 2010: 274). Studi dokumentasi merupakan pelengkap

dari penggunaan metode wawancara dan observasi pada penelitian kualitatif. Pada

penelitian ini peneliti menggunakan metode dokumentasi yang bertujuan untuk

memperoleh data mengenai profil lembaga, data peserta pelatihan keterampilan

(25)

43

4. Triangulasi

Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabugkan dari berbagai teknk pengumpulan data dan sumber data yang telah

ada. Apabila peneliti melakukan pengumpulan data menggunakan triangulasi,

maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data,

yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan

berbagai sumber data (Sugiyono 2011: 241).

Tiangulasi teknik berarti peneliti menggunkan teknik pengumpulan data yang

berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti

menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi

untuk sumber data yang sama secara sermpak. Triangulasi sumber berarti, untuk

mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama

(Sugiyono 2011: 241).

Dalam pengujian kredibilitas, triangulasi diartikan sebagai pengecekan data

dari berbagai cara dan berbagai waktu. dalam penelitian ini, triangulasi dilakukan

untuk menguji keabsahan data dengan sumber lain yang bertujuan untuk

membandingkan data hasil wawancara dengan hasil pengamatan mengenai

pelatihan keterampilan modiste sebagai progam pemberdayaan remaja putus

sekolah. Dalam penelitian ini, informan triangulasi adalah instruktur dan peserta

pelatihan keterampilan modiste.

H. Analisis Data

Sugiyono (2011: 244) mengatakan bahwa analisis data adalah proses mencari

dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, atatan

lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam

kategori, menjabarkan ke dalam uni-unit, melakukan sintesa, menyususn kedalam

pola, memilih man yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupu orang lain.

Pada penelitian ini, analisis data dilakukan dengan menggunakan

(26)

44

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, maka perlu dicatat

secara rinci dan teliti. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya

(Sugiyono 2011: 247). Dengan demikian data yang telah direduksi dapat

memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data.

Penyajian data merupakan upaya untuk menyajikan data dan informasi untuk

melihat gambaran dari keseluruhan data atau bagian tertentu dari penelitian.

Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungna antar kategori, flowchart dan sejenisnya (Sugiyono

2011: 249).

Selanjutnya Mile and Huberman dalam Sugiyono (2011: 249) menyatakan

the most frequent form of display data for qualitative researchdata in the past has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data

daam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Dengan menyajikan dat, maka akan memudahkan peneliti untuk memahami

apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

dipahami.

3. Conclusion Drawing/ Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman

dalam Sugiyono (2011: 252) adalah penarikan kesimpulan dan vervikasi.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara, dan akan

berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data. Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian kualitatif

mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi

mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan

rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan

(27)

45

Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini, peneliti mengungkapkan

ringkasan hasil penelitian yang dianggap penting sehingga dapat menjawab

rumusan masalah yang bersifat sementara kemudian kesimpulan yang ada

diverifikasi selama penelitian berlangsung. Setelah itu kemudian dilakukan

peninjauan ulang terhadap data yang telah diperoleh dari hasil lapangan dengan

(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah peneliti lakukan

mengenai Pelatihan Keterampilan Modiste Sebagai Program Pemberdayaan

Remaja Putus Sekolah di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Ramaja (BPSBR)

Cimahi dapat disimpulkan bahwa:

1. Perencanaan Pelatihan Keterampilan Modiste Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Cimahi.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kegiatan perencanaan pelatihan

keterampilan modiste di BPSBR Cimahi dimulai dengan sosialisasi seputar

BPSBR serta kegiatan pelatihan yang dilaksanakan di BPSBR. Kegiatan

sosialisasi dilakukan langsung oleh pihak balai ke daerah tujuan dan

melaksanakan identifikasi kebutuhan kepada calon peserta pelatihan keterampilan

modiste. Proses perekrutan dan penerimaan peserta dilakukan melalui

pemeriksaan kelengkapan persyaratan peserta serta seleksi yang dilakukan untuk

mengetahui kemampuan/ potensi awal peserta dengan tujuan untuk menempatkan

peserta pada kelas keterampilan yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan para

peserta. Tujuan diadakannya pelatihan keterampilan modiste di BPSBR Cimahi

yaitu untuk menciptakan lapangan kerja agar para peserta pelatihan yang sebagian

besar adalah remaja putus sekolah bisa hidup mandiri.

2. Pelaksanaan Pelatihan Keterampilan Modiste Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Cimahi.

Pelaksanaan pelatihan keterampilan modiste diawali dengan kegiatan orientasi

bagi peserta peatihan. Kegiatan orientasi ini bertujuan agar peserta pelatihan dapat

mempersiapkan diri secara lebih baik sebelum kegiatan pelatihan dimulai

sehingga mereka siap untuk mengikuti pelatihan sampai selesai, serta untuk

mengenal secara garis besar program yang dilaksanakan di Balai Pemberdayaan

Bina Remaja Cimahi. Pemberian materi kepada peserta pelatihan dilakukan

(29)

66

modiste di BPSBR Cimahi terdiri dari bimbingan fisik dan kesenian, bimbingan

mental, bimbingan sosial serta bimbingan keterampilan. Pelaksanaan pelatihan

keterampilan modiste yang daadakan di BPSBR sudah cukup baik karena BPSBR

tidak hanya menekankan pada aspek keterampilan saja, namun pembekalan

mental, spiritual dan sosial juga diberika kepada peserta pelatihan.

Proses pembelajaran dalam bimbingan keterampilan menggunakan bahan ajar

diktat. Tugas instruktur adalah menyampaikan secara garis besar materi yang

terdapat dalam diktat sehingga peserta pelatihan dituntut untuk belajar secara

mandiri, serta membimbing peserta yang mengalami kesulitan dalam memahami

materi yang telah disampaikan maupun metari yang ada dalam diktat. Setelah

proses pembelajaran selesai, tahap akhir dari pelatihan keterampilan modiste di

BPSBR yaitu para peserta diwajibkan mengikuti praktek kerja lapangan di

perusahaan atau tempat usaha yang telah dipersiapkan oleh pihak BPSBR.

3. Evaluasi Pelatihan Keterampilan Modiste Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Cimahi.

Evaluasi yang dilaksanakan pada pelatihan keterampilan modiste di BPSBR

Cimahi dilakukan melalui ujian berupa tes tertulis dan praktek. Ujian tersebut

bertujuan untuk mengetahui sejauh mana para peserta dapat memahami materi

yang telah disampaikan selama kegiatan pelatihan keterampilan modiste

dilaksanakan, serta memberikan penilaian yang dilihat dari keaktifan peserta,

pemahaman materi yang diberikan serta keseriusan peserta dalam mengikuti

kegiatan praktek kerja lapangan. Setelah pelatihan keterampilan selesai

dilaksanakan, semua peserta mendapatkan sertifikat dan daftar nilai serta bantuan

berupa alat-alat untuk menjahit sehingga para peserta dapat membuka usaha

sendiri di daerah asalnya.

Pihak BPSBR melakukan pengontrolan setelah pelatihan keterampilan modiste

selesai dan semu peserta kembali ke daerah masing-masing. Kegiatan

pengontrolan tersebut dilakukan beberapa bulan setelah mereka kembali ke daerah

asal. Kegiatan pengontrolan dilakukan untuk membimbing para alumni peserta

(30)

67

4. Faktor Pendukung dan Faktor penghambat Dari Program Pelatihan Keterampilan Modiste di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Cimahi

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung dari

pelatihan keterampilan modiste ini yaitu adanya kerjasama antara pihak BPSBR

dengan pihak luar terutama dengan instansi pemerintah dan tempat usaha yang

dapat dijadikan tempat praktek kerja lapangan bagi para peserta pelatihan dalam

mengaplikasikan materi yang telah disampaiakan selama kegiatan pelatihan.

Selaian itu, BPSBR memiliki instruktur yang sudah berpengalaman dan

memahami banyak tentang modiste sehingga proses pembelajaran dapat berjalan

dengan baik. Sedangkan faktor penghambat dari pelatihan keterampilan modiste

yaitu terbatasnya sarana dan prasarana dari segi peralatan sebagai penunjang

kegiatan pelatihan keterampilan modiste mengakibatkan para peserta harus

bergantian dalam penggunaan peralatan tersebut, serta tidak adanya orang dari

luar yang bisa dapat dijadikan sebagai model dalam pembuatan pakaian. Selain

itu, latar belakang pendidikan peserta pelatihan yang berbeda-beda sehingga

mereka kurang termotivasi untuk mengikuti pelatihan keterampilan modiste dan

hadil yang didapatnya pun menjadi tidak maksimal.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai

Pelatihan Keterampilan Modiste sebagai Program Pemberdayaan Remaja Putus

Sekolah, pada kesempatan ini peneliti mengemukakan beberapa saran

(rekomendasi) diantaranya yaitu:

1. Bagi Penyelenggara/ Pengelola

Dalam pelaksanaan pelatihan keterampilan modiste, pihak pengelola harus

lebih memperhatikan sarana dan prasarana sebagai penunjang pelatihan

keterampilan modiste agar pelatihan tersebut dapat berjalan dengan baik. Dalam

memberikan penilaian terhadap peserta pelatihan, pihak BPSBR harus memiliki

standar yang jelas untuk memudahkan para peserta mengetahui nilai mereka

masing-masing secara lebih objektif. Selain itu, kegiatan pengontrolan yang

(31)

68

tidak hanya dilakukan satu kali tetapi beberapa kali sampai mereka benar-benar

melakukan usaha dengan baik sehingga hasil yang didapatkan menjadi semakin

meningkat dan berkembang.

2. Bagi Instruktur

Latar belakang pendidikan yang berbeda-beda dan rendah yang mengakibatkan

peserta menjadi kurang termotivasi untuk mengikuti pelatihan sehingga hasil

pelatihan yang didapatkan oleh peserta menjadi kurang maksimal. Saran bagi

instruktur dalam mengatasi hal tersebut yaitu agar instruktur dapat menjadi

motivator bagi peserta yang masih kurang termotivasi untuk mengikuti pelatihan

supaya pelatihan yang mereka dapatkan menjadi maksimal dan tidak sia-sia.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini membahas mengenai Pelatihan Keterampilan Modiste sebagai

Program Pemberdayaan Remaja Putus Sekolah, peneliti menghimbau kepada

peneliti lain yang tertarik dengan kajian yang sama agar lebih memfokuskan

masalah yang akan dibahas, karena sebetulnya masih banyak fokus masalah yang

dapat dibahas selain yang dibahas oleh peneliti karena peneliti menyadari bahwa

penelitian yang dilakukan ini masih jauh dari kesempurnaan dan memiliki banyak

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Chamsyah Bactiar. (2003). Dimensi Religi dalam Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial. Departemen Sosial.

Cordoso, A. Gomes. (1995). Manajemen Sumber Daya Manusia .Yogyakarta: Andi Offset.

Diana. (1991). Perencanaan Sosial Negara Berkembang. Yogyakarta: Gajah Mada Unversity Press.

Gardner, James, E. (2002). Memahami Gejolak Masa Remaja. Jakarta: Mitra Utama.

Gunarsa, Singgih D. (1989). Psikologis Perkembangan Anak Ramaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo.

Hamalik, Oemar. (2005). Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan, Pendekatan

Terpadu: Pengembangan SDM. Jakarta: Bumi Aksara.

Handoko, T. Hani. (1997). Manajemen Edisi 2. Yogyakarta: BPFF.

Hardini, Isriani dan Dewi Puspitasari. (2012). Strategi Pembeajaran Terpadu

(Teori, Konsep dan Implementasi). Yogyakarta: Familia.

Kamil, Mustofa. (2010). Model Pendidikan dan pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung: Alfabeta.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. (2012). Profil

Anak Indonesia 2012. Jakarta: CV. Miftahur Rizky.

Makmur. M.Si, Drs. Syarrif. (2008). Pemberdayaan Sumber Daya Manusiadan

Efektifitas Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Notoadmojo, S. (2003). Pengembangan Sumber Daya Mnusia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

O’Donnell, Mr. Dan. (2006). Perlindungan Anak Sebuah Panduan Bagi Anggota

(33)

70

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2012). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1991 Tentang Pendidikan Nonformal..

Sekanto , Soerjono. (2001). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Soebroto, Prof. Soetandyo Wignyo. MPA. (2005). Dakwah Pemberdayaan

Masyarakat. Yogyakarta: PT. LKS Pelangi Aksara.

Sudjana, Djuju. (2004). Pendidikan Nonformal, Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat, Teori Pendukung, Asas. Bandung: Falah

production.

____________(2007). Sistem dan Manajemen Pelatihan (Teori dan Aplikasi). Bandung:Falah Production.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

_________(2013). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suharto, Edi, Ph. D. (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT. Refika Aditama.

Suparna, B. (2005). Manajemen Pelatihan. Malang: Elang Mas.

Syafe’i, Agus Ahmad. (2001). Manajemen Pemberdayaan Masyarakat Islam.

Bandung: Gerbang Masyarakat Baru.

Tim Penyusun. (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

____________(2006). Intervensi Psikososial(Intervensi Pekerja Sosial Profesional. Jakarta: Departemen Sosial Direktorat Kesejahteraan Anak,

Keluarga dan Lanjut Usia.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak.

Wirawan. S, Sarlito. (2007). Psikologi Remaja. Jakarta: Grafindo.

(34)

71

Internet:

Effendi, S. Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. [Online]. Tersedia: http://google-sofyaneffendi.blogspot.com/p/pelatihan-dan-pengembangan-sumber-daya.html [08 Nopember 2013].

Fauzan. (2009). Pemberdayaan Masyarakat. [Online]. Tersedia:

http://anshorfazafauzan.blogspot.com/2009/06/pemberdayaan-masyarakat.html. [08 Januari 2014].

Halim Malik 2011. Pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia. http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2011/05/26/pelatihan-dan-pengembangan-sumber-daya-manusia-366366.html.

Haryanto. (2010). Pengertian Remaja Menurut Para Ahli. [Online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/ [05 Januari 2014].

___________(2013). Pengertian Keterampilan. [Online].

Tersedia:http://guruketerampilan.blogspot.com/2013/05/pengertian-keterampilan.html. [14 Nopember 2013].

Ahmad Fani, F. (2012). Konsep Pelatihan. [Online]. Tersedia: http://faisalahmadfani.blogspot.com/2012/12/konsep-pelatihan.html. [20 Februari 2014].

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian kelas yang dilakukan pada kelas V SD 2 Kandangmas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri berbantuan media gambar fotografi

Dalam perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan dan penulis ada perbedaan hal ini disebabkan karena biaya depresiasi, biaya listrik dan telpon, biaya asuransi dan biaya reparasi

Dalam menganalisis kinerja Reksa Dana, penulis melakukan pengukuran dengan menggunakan metode time-weighted rate of return, dengan menggunakan formula pendekatan dietz, hasil

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa peningkatan hara nitrogen pada akhir penelitian pembibitan berpengaruh nyata terhadap peningkatan Petiole Cross Section (PCS),

• Integrated Centres of Excellence: Neuroscience, Cardiology, Cancer, Orthopedic, Urology, Fertility. • Hub and Spoke strategy and extensive coverage of specialised services

Malaysian palm oil futures continued to fall on Thursday evening in its second consecutive session, tracking weakness on China's Dalian Commodity Exchange and on estimates of rising

Dan diantara prinsip-prinsip Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah bahwa dalam berdalil selalu mengikuti apa-apa yang datang dari Kitab Allah dan atau Sunnah Rasulullah Shallallahu

Hendro Gunawan, MA