STUDI TENTANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN KETERAMPILAN MODISTE BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH
(Studi Deskriptif Pelatihan Keterampilan Modiste di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cimahi)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Oleh:
YUSI DESIYANTI 0907046
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
LEMBAR PENGESAHAN YUSI DESIYANTI
0907046
STUDI TENTANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN KETERAMPILAN MODISTE BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH (Studi Deskriptif Pelatihan Keterampilan Modiste di Balai Pemberdayaan
Sosial Bina Remaja Cimahi)
Disetujui dan disahkan pembimbing Pembimbing 1
Dr. H. Uyu Wahyudin, M.Pd NIP. 19600926 198503 1 003
Pembimbing 2
Nike Kamarubiani, M.Pd NIP. 19750702 200801 2 006
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
STUDI TENTANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN KETERAMPILAN MODISTE BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH
(Studi Deskriptif Pelatihan Keterampilan Modiste di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cimahi)
Oleh
Yusi Desiyanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Yusi Desiyanti 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Maret 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
ABSTRAK
Yusi Desiyanti (0907046) Studi Tentang Penyelenggaraan Pelatihan Keterampilan Modiste Bagi Remaja Putus Sekolah
(Studi Deskriptif Pelatihan Keterampilan Modiste di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cimahi)
Penelitian ini membahas mengenai penyelenggaraan pelatihan keterampilan Modiste di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cimahi bagi remaja putus sekolah, dilihat dari aspek perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta faktor pendukung dan penghambat dari pelatihan keterampian modiste tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk memaparkan gambaran umum mengenai perencanaan pelatihan keterampilan modiste, (2) untuk memaparkan gambaran umum mengenai pelaksanaan pelatihan keterampilan modiste, (3) untuk memaparkan gambaran umum mengenai evaluasi pelatihan keterampilan modiste, dan (4) untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dari program pelatihan keterampilan yang dilaksanakan di BPSBR Cimahi.
Dalam membahas mengenai permasalahan yang telah dipaparkan, penulis merujuk pada kajian pustaka yang relevan, yaitu mengenai konsep pendidikan luar sekolah, konsep pelatihan, konsep pelaksanaan program, konsep keterampilan modiste, konsep pemberdayaan dan konsep remaja putus sekolah. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini sebanyak lima orang yang terdiri dari satu orang pengelola, satu orang instruktur, dan tiga orang peserta pelatihan. Teknik pengumpulan data yang disunakan adalah wawancara, observasi, studi dokumentasi dan triangulasi. Penelitian dilakukan di BPSBR Cimahi dan dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2013.
Hasil penelitian diperoleh data mengenai: (1) perencanaan pelatihan keterampilan modiste yang dilakukan di BPSBR diawali dengan sosialisasi dan melakukan identifikasi kebutuhan, (2) pelaksanaannya berupa bimbingan fisik, metal, sosial dan keterampilan, (3)evaluasi yang dilaksanakan yaitu berupa tes tertulis dan praktek, dan (4) faktor pendukung dan penghambatnya terletak pada jalinan kerjasama dan latar belakang pendidikan peserta. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa penyelenggaraan pelatihan keterampilan modiste yang diselenggarakan di BPSBR Cimahi sudah memuat komponen-komponen yang terdapat dalam penyelenggaraan program yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, serta memperhatikan faktor pendukung dan penghambat dari penyelenggaraan pelatihan keterampilan sebagai bahan pertimbangan bagi penyelenggaraan pelatihan keterampilan selanjutnya.
ABSTRACT
Yusi Desiyanti (0907046) The Study Of The Skills Training Couturier For Teenager Dropouts (Study Descriptive Skills Training Couturier at Balai
Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cimahi )
Research discussed the implementation of this research skills training couturier in Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cimahi for teenagers dropping out of school, seen from the aspect of planning, implementation, evaluation and factor supporting and inhibitors of skill training. The purpose of this research is: (1) to present in the abstract planning skills training couturier, (2) to present in the abstract training implementation skill couturier, (3) to present in the abstract evaluation skills training couturier, and (4) to know by factors in support and inhibitors of program skills training held in BPSBR Cimahi.
In discussing about the problems that have been presented, the author refers to the literature review are relevant, namely regarding the concept of non-formal education, the concept of training, the concept of the program management and the concept of skill couturier, the concept of empowerment and the concept of teenagers dropouts of school. The method used in this research is descriptive qualitative approach. Subjects in this study were five people consisting of one manager, one instructor and three trainee. Data collection techniques used were interviews, observation, documentation studies and triangulation. The study was conducted in BPSBR Cimahi and held in August to December 2013.
Research results obtained of data on: (1) of planning skills training couturier conducted in BPSBR was preceded by a socialization and make identification needs, (2) implementation guidance psychics, metal social and skill, (3) evaluation should be conducted in the form of a written test and practice, and (4) factors in support and inhibiting situated upon interlacing cooperation and education background participants. Based on the research that has been done, researchers can draw the conclusion that the couturier skills training events held in BPSBR Cimahi already contains the components contained in the administration of the program including planning, implementation and evaluation in order to achieve a predetermined goal, and considering the factors supporting and inhibitor of skills training event for consideration for further skills training event.
DAFTAR ISI
Hal LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN... i
KATA PENGANTAR... ii
UCAPAN TERIMA KASIH... iii
ABSTRAK... v
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Penelitian... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah... 5
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Manfaat Penelitia... 7
E. Struktur Organisasi Skripsi... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 9
A. Konsep Pendidikan Nonformal... 9
1. Pengertian Pendidikan Nonformal... 9
2. Karakteristik Pendidikan Nonformal... 10
3. Tujuan Pendidikan Nonformal... 11
B. Konsep Pelatihan... 12
1. Pengertian Pelatihan...12
2. Tujuan Pelatihan... 13
3. Manfaat Pelatihan... 15
4. Prinsip-Prinsip Pelatihan... 16
5. Manajemen Pelatihan... 17
C. Konsep Pelaksanaan Program... 21
1. Perencanaan... 21
2. Pelaksanaan... 22
3. Evaluasi... 23
D. Keterampilan Modiste ... 25
1. Pengertian Keterampilan... 25
2. Modiste... 26
E. Konsep Pemberdayaan... 27
1. Pengertian Pemberdayaan ... 27
2. Tujuan Peberdayaan... 28
3. Tahap-Tahap Pemberdayaan... 29
F. Konsep Remaja Putus Sekolah... 30
1. Pengertian Remaja... 30
2. Ciri-Ciri Remaja...31
3. Remaja Putus Sekolah...32
4. Faktor Penyebab Remaja Putus Sekolah... 33
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 35
1. Lokasi penelitian... 35
2. Subjek Penelitian... 35
B. Desain Penelitian... 36
1. Tahap Pralapangan... 36
2. Tahap Pekerjaan Lapangan... 37
3. Tahap Analisis Data... 37
4. Tahap Pelaporan... 37
C. Metode Penelitian... 38
D. Definisi Operasional... 39
E. Instrumen Penelitian... 39
F. Pengembangan Instrumen... 40
1. Penyusunan Kisi-Kisi Penelitian...40
3. Penyusunan Pedoman Observasi ... 40
G. Teknik Pengumpulan Data... 41
1. Wawancara... 41
2. Observasi... 42
3. Studi Dokumentasi... 42
4. Triangulasi... 43
H. Analisis Data... 43
1. Data Reduction (Reduksi Data)... 44
2. Data Display (Penyajian Data)... 44
3. Conclusion Drawing/ Verification... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 46
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 46
1. Sejarah Singkat BPSBR Cimahi... 46
2. Visi da Misi... 46
3. Tugas Pokok dan Fungsi... 47
4. Program... 47
5. Jenis Program... 47
6. Struktur Organisasi... 48
7. Sarana dan Prasarana... 48
8. Profil Pelatihan Keterampilan Modiste... 49
B. Deskripsi Hasil Penelitian... 52
1. Identitas Subjek Penelitian... 52
2. Hasil Penelitian... 53
C. Pembahasan Hasil Penelitian... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 65
A. Kesimpulan... 65
B. Saran... 67
DAFTAR PUSTAKA... 69 LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pesatnya perkembangan pembangunan di Indonesia terutama di bidang ilmu
dan teknologi dewasa ini memberikan banyak pengaruh bagi kehidupan manusia.
Pengaruh yang dapat dirasakan oleh manusia yaitu berkembang dan
meningkatnya kebutuhan-kebutuhan manusia, terutama kebutuhan akan
pendidikan karena pendidikan berguna untuk manusia agar mereka dapat
menguasai dan mengendalikan teknologi yang sedang berkembang.
Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, kebutuhan manusia yang
semakin kompleks, bahkan sampai kebutuhan pendidikan dari berbagai ilmu,
pendidikan merupakan salah satu modal dasar bagi manusia untuk dapat
memenuhi kebutuhannya. Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2003 pasal 1
ayat 1 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa “Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”
Pendidikan merupakan investasi jangka panjang bagi keluarga maupun
negara yang sangat bermakna bagi kelangsungan dan kemajuan suatu keluarga
dan negara. Pendidikan akan menjadi salah satu penentu keberhasilan anggota
keluarga. Keluarga yang pendidikannya maju dan sukses, akan maju dan sukses
pula. Kesuksesan hidup suatu keluarga akan menjadi modal dasar untuk kemajuan
suatu negara. Oleh karena itu, pendidikan secara formal diberikan kepada manusia
sejak masih ank-anak yaitu usia enam atau tujuh tahun dan tidak pernah dibatasi
sampai kapan seseorang harus berhenti dalam menempuh pendidikan.
Setiap orang tua menginginkan anak-anaknya cerdas, berwawasan luas dan
bertingkah laku baik, berkata sopan dan kelak suatu hari anak-anak mereka
2
kondisi ekonomi. Oleh karena itu, di setiap benak para orang tua, mereka
bercita-cita menyekolahkan anak-anak mereka supaya berpikir lebih baik, bertingkah laku
sesuai dengan agama serta yang paling utama sekolah dapat mengantarkan
anak-anak mereka ke pintu gerbang kesuksesan sesuai dengan profesinya. Setelah
keluarga, lingkungan kedua bagi anak adalah sekolah.
Pada perspektif lain, kondisi ekonomi masyarakat tentu saja berbeda, tidak
semua keluarga memiliki kemampuan ekonomi yang memadai dan mampu
memenuhi segala kebutuhan anggota keluarga. Salah satu pengaruh yang
ditimbulkan oleh kondisi ekonomi seperti ini adalah orang tua tidak sanggup
menyekolahkan anaknya pada jenjang yang lebih tinggi walaupun mereka mampu
membiayainya di tingkat sekolah dasar. Jelas bahwa kondisi ekonomi keluarga
merupakan faktor pendukung yang paling besar kelanjutan pendidikan anak-anak.,
sebab pendidikan juga membutuhkan dana besar.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), angka Putus Sekolah anak
berumur 7-17 tahun adalah sebesar 2,91 persen pada tahun 2011. Angka putus
sekolah pada kelompok umur 7-12 tahun sebesar 0,67 persen, pada kelompok
umur 13-15 tahun angka putus sekolah mencapai 2,21 persen dan pada kelompok
umur 16-17 tahun angka putus sekolah mencapai 2,32 persen. Hampir separuh
(49,51 persen) anak berumur 7-17 tahun yang putus sekolah disebabkan oleh tidak
adanya biaya, 9,2 persen karena bekerja, 3,05 persen karena menikah atau
mengurus rumahtangga, dan sisanya karena alasan lainnya. Selain itu, masih ada
sekitar 1 persen anak berusia 16-17 tahun yang tidak mempunyai kemampuan
baca tulis (Profil Anak Indonesia: 2012)
Dalam Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 9 ayat 1 menyebutkan bahwa “Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya
3
Remaja putus sekolah merupakan fenomena di masyarakat yang
menunjukkan tergangguya fungsi sosial mereka dimana mereka seharusnya
berada pada situasi sekolah atau lingkungan bermain yang di dalamnya terdapat
interaksi bagi perkembangan anak tersebut dan bagi peningkatan keterampilan
anak tersebut.
Putus sekolah bukan merupakan persoalan baru dalam sejarah pendidikan.
Persoalan ini telah berakar dan sulit untuk di pecahkan, sebab ketika
membicarakan solusi maka tidak ada pilihan lain kecuali memperbaiki kondisi
ekonomi keluarga. Ketika membicarakan peningkatan ekonomi keluarga terkait
bagaimana meningkatkan sumber daya manusianya. Sementara semua solusi yang
diinginkan tidak akan lepas dari kondisi ekonomi nasional secara menyeluruh,
sehingga kebijakan pemerintah berperan penting dalam mengatasi segala
permasalahan termasuk perbaikan kondisi masyarakat. Remaja putus sekolah
perlu mendapat perhatian penting dari semua masyarakat dan pemerintah. Para
remaja tersebut perlu dibekali pendidikan keterampilan, karena pada dasarnya
pendidikan berguna dalam menyiapkan generasi penerus bangsa ini agar sukses di
masa yang akan datang.
Dari pernyataan tersebut, untuk menanggulangi masalah remaja putus sekolah
dapat dilakukan melalui pendidikan nonformal. Dalam Undang-Udang No. 20 tahun 2003 menjelaskan bahwa “Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.”
Menurut Coombs (1973) dalam Sudjana (2004 : 22) mengungkapkan bahwa:
Pendidikan nonformal ialah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, diluar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertetu di dalam mencapai tujuan belajarnya.
Pendidikan nonformal mempunyai peranan yang sangat penting dalam
membantu masyarakat sebagai upaya memecahkan masalah yang merupakan
dampak dari remaja yang putus sekolah. Salah satu peranan pendidikan nonformal
4
kesempatan belajar bagi anak-anak atau orang dewasa, yang karena berbagai
alasan tidak memperoleh kesempatan untuk memasuki pendidikan formal.
(Sudjana, 2004:79).
Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan nonformal sebagai pengganti
pendidikan formal bertujuan untuk memeberikan berbagai pengetahuan dan
kemampuan dasar, salah satunya yaitu mengenai pelatihan keterampilan. Ada
berbagai macam pelatihan keterampilan yang menjadi kebijakan pemerintah
sebagai upaya dalam memberdayakan remaja putus sekolah.
Keterampilan modiste merupakan salah satu ketrampilan yang cukup banyak
peminatnya terutama bagi kalangan remaja, karena keterampilan modiste (tata
busana) memiliki daya tarik tersendiri. Selain itu juga dengan dimilikinya
ketrampilan modiste ternyata mampu menopang kehidupan karena banyak orang
yang memerlukan busana dan tenaga ahli dalam bidang modiste untuk memenuhi
kebutuhan sandangnya.. Banyak ditemukan di masyarakat, mereka yang memiliki
ketrampilan modiste mampu memberikan nafkah hidup baik bagi dirinya sendiri
maupun untuk keluarganya.
Dinas Sosial merupakan instansi pemerintah yang berwenng untuk
menangani permasaahan remaja putus sekolah. Dinas Sosial memiliki beberapa
Unit Pelaksana Taknis Dinas (UPTD) yang dikhususkan untuk memberikan
keterampilan remaja putus sekolah serta mampu mengelola dana bantuan,
melakukan perencanaan terhadap kebutuhan, serta mengimplementasikan program
pelatihan bagi remaja putus sekolah dengan melibatkan remaja tersebut dalam
proses pelatihan keterampilan. Salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas Provinsi
Jawa Barat yang dimaksud yaitu Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja
(BPSBR).
Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Cimahi merupakan salah
satu Unit Pelaksana Teknis Dinas yang memberikan pelayanan bagi remaja putus
sekolah berupa beberapa program pelatihan keterampilan. Pelatihan keterampilan
yang dilaksanakan di BPSBR yaitu pelatihan keterampilan modiste, pelatihan
keterampilan montir motor, keterampilan elektronika, pelatihan keterampilan tata
5
Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Cimahi memiliki tugas
pokok melaksanakan sebagian fungsi dinas di bidang pemberdayaan sosial
remaja, meliputi remaja putus sekolah dan/atau tidak mampu melanjutkan
sekolah. Sasaran klien dari BPSBR Cibabat Cimahi yaitu remaja terlantar putus
sekolah dengan ketentuan telah berusia 15 sampai 21 tahun, tamat pendidikan
SD/SMP atau drop out SMP/SLTA, tidak mampu melanjutkan pendidikan dan
belum pernah menikah dengan sasaran lokasi klien BPSBR berasal dari
Kabupaten/ Kota sewilayah Provinsi Jawa Barat.
Salah satu kegiatan pelatihan keterampilan yang dilakukan yaitu melalui
pelatihan keterampilan modiste (tata busana). Keterampilan modiste sangat perlu
untuk diberikan di kalangan kaum muda terutama remaja. Dimulai dengan
pengetahuan yang mendasar, lanjut hingga tingkat komplek. Alasan diberikan
ketrampilan modiste ini di kalangan remaja, diharapkan hal tersebut akan
memberikan life skill bagi mereka untuk persiapan menghadapi masa depan yang
penuh dengan tantangan dan sulitnya memasuki dunia kerja.
Dengan adanya program pelatihan keterampilan yang diberikan diharapkan
dapat membentuk sikap dan perilaku remaja putus sekolah sesuai dengan nilai dan
norma yang ada dimasyarakat serta menyiapkan masa depan mereka agar mereka
bisa lebih mandiri serta merubah kehidupan remaja putus sekolah yang dapat
membawa mereka ke arah yang lebih baik melalui keterampilan yang mereka
miliki.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja merupakan salah satu Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) memberikan pelayanan bagi remaja putus
sekolah dari seluruh daerah yang berada di provinsi Jawa Barat melalui
berbagai jenis pelatihan keterampilan.
2. Banyaknya jumlah remaja yang putus sekolah yang tidak memiliki
pengalaman dan kurang memiliki kemampuan mengakibatkan mereka
6
3. Remaja putus sekolah dihadapkan dengan berbagai tantangan yang
mengakibatkan mereka harus bersaing dengan orang-orang yang lebih handal.
4. Banyak tempat kerja yang tidak mau menerima remaja putus sekolah yang
tidak memiliki kemampuan dan pengalaman untuk bekerja di tempatnya.
5. Latar belakang pendidikan yang yang dimiliki oleh peserta pelatihan yang
bervariasi, namun sebagian besar dari peserta pelatihan memiliki latar
belakang pendidikan yang rendah menjadikan mereka sulit menerima materi
yang diberikan secara cepat.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
Penyelenggaraan Pelatihan Keterampilan Modiste Bagi Remaja Putus Sekolah di
Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Cimahi.”
Berdasarkan rumusan di atas, maka peneliti menyusun pertanyaan penelitian
sebagai fokus dalam melakukan penelitian, sebagai berikut :
1. Bagaimana perencanaan pelatihan keterampilan modiste yang dilakukan di
Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Cimahi ?
2. Bagaimana pelaksanaan pelatihan keterampilan modiste yang dilakukan di
Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Cimahi?
3. Bagaimana evaluasi pelatihan keterampilan modiste yang dilakukan di Balai
Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Cimahi?
4. Apa saja faktor pendukung dan penghambat program pelatihan keterampilan
modiste yang dilakukan di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR)
Cimahi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memaparkan gambaran umum mengenai perencanaan
pelatihan keterampilan modiste bagi remaja putus sekolah di Balai
Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Cimahi.
2. Untuk mengetahui dan memaparkan gambaran umum mengenai pelaksanaan
pelatihan keterampilan modiste bagi remaja putus sekolah yang dilakukan di
7
3. Untuk menegetahui dan memaparkan gambaran umum mengenai evaluasi
pelatihan keterampilan modiste bagi remaja putus sekolah yang dilakukan di
Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Cimahi.
4. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dari program pelatihan
keterampilan modiste yang dilaksanakan Balai Pemberdayaan Sosial Bina
Remaja (BPSBR) Cimahi.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman tentang
bagaimana pemberian pelatihan keterampilan modiste bagi remaja putus
sekolah, serta sebagai bahan pengembangan ilmu Pendidikan Luar Sekolah.
2. Manfaat Praktis
a. Diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan, rujukan dan analisis
khususnya bagi penyelenggara pelatihan keterampilan modiste yaitu Balai
Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Cimahi dan umumnya bagi
penyelenggara pelatihan keterampilan yang sama.
b. Sebagai bahan dan referensi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian
lanjutan atau melakukan penelitian sejenis.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Adapun struktur organisasi dari skripsi ini ialah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN, berisi uraian mengenai Latar Belakang Penelitian,Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Manfaat Penelitian dan Struktur Organisasi Skripsi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, berisi Konsep Pendidikan Nonformal, Konsep
Pelatihan, Konsep Keterampilan Modiste, Konsep Pembedayaan dan
Konsep Remaja Putus Sekolah.
BAB III METODE PENELITIAN, berisi lokasi dan subjek penelitian, desain
penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian,
8
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, berisi tentang
gambaran umum lokasi penelitian, hasil penelitian yang telah dilakukan
dan pembahasan dari penelitian tersebut.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, berisi mengenai kesimpulan dan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian.
Lokasi penelitian tersebut merupakan tempat penelitian yang diharapkan bisa
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitian ini.
Adapun lokasi penelitian ini bertempat di Balai Pemberdayaan Sosial Bina
Remaja (BPSBR) yang berada di Jalan Jend. H. Amir Machmud No. 331 Cibabat
Cimahi.
2. Subjek Penelitan
Subjek penelitian merupakan individu yang dijadikan sampel dalam
penelitian. Subjek penelitian terdiri dari orang, benda atau tempat yang sifatnya
akan diteliti. Arikunto (2006: 145) menjelaskan bahwa subjek penelitian
merupakan subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Subjek penelitian
merupakan sumber informasi yang digali untuk mengungkap fakta-fakta di
lapangan. Subjek penelitian dimaksudkan untuk memperkuat serta memberikan
informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
Dalam penelitian kualitatif, tidak menggunakan populasi, karena penelitian
kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan
hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke
tempat lain pada situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam
penelitian kualitatif bukan dimanakan rasponden, tetapi sebagai narasumber atau
partisipan, informan, teman dan guru dalam penelian (Sugiyono, 2011: 216).
Subjek dalam penelitian ini ditentukan secara puposive sample, artinya subjek
penelitian sebagai sumber data dipilih dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu
tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan
36
2011: 218). Subjek dalam penelitian ini adalah pihak yang terlibat dalam pelatihan
keterampilan modiste di BPSBR Cimahi.
Adapun peneliti menentukan subjek penelitian pada penelitin ini yaitu
sebanyak lima orang yang terdiri dari satu orang penyelenggara/pengelola
pelatihan keterampilan modiste, satu orang instruktur/tutor dan tiga orang peserta
pelatihan keterampilan modiste. Informan utama dalam penelitian ini adalah
pengelola pelatihan keterampilan modiste dan informan triangulasinya adalah
instruktur dan peserta pelatihan kketerampilan modiste.
Subjek penelitian ditentukan dengan mempertinbangkan kriteria tertentu.
Untuk pengelola kriterianya yaitu sudah berpengalaman selama bertahun-tahun
dalam mengelola pelatihan keterampilan, dapat memberikan informasi yang
akurat dengan data yang dibutuhkan peneliti dalam penelitian yang dilakukan.
Sedangkan kriteria untuk peserta pelatihan keterampilan modiste yaitu peserta
yang aktif dalam proses pembelajaran, serta dapat memberikan data dan informasi
yang dibutuhkan oleh peneliti.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan secara
berurutan dalam melakukan penelitian mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan
sampai tahap pelaporan penelitian. Tahapan-tahapan yang dilakukan oleh peneliti
untuk menjawab pertanyaan penelitian seperti yang dijelaskan oleh Moleong
(2013: 127) yaitu:
1. Tahap Pralapangan
Tahap pralapangan merupakan tahap pertama yang dilakukan oleh peneliti.
Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan semua hal yang dibutuhkan dalam
penelitian mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai proses pelaporan
penelitian. Tahap pralapangan yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan
peneitian ini yaitu: memilih lokasi penelitian, melakukan studi pendahuluan untuk
mengetahui masalah yang akan diteliti, menyusun rancangan penelitian berupa
proposal penelitian, mengurus perizinan untuk melakukan penelitian dengan
pihak-pihak terkait, memperoleh informasi secara mendalam tentang keadaan
37
perlengkapan penelitian yaitu kisi-kisi penelitian, pedoman wawancara dan
pedoman observasi
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahap pekerjaan lapangan, peneliti melakukan penelitian dilapangan
dengan tujuan untuk memperoleh data dan informasi yang sedalam-dalamnya
dengan mnggunakan instrumen penelitian yang telah dibuat oleh peneliti berupa
pedoman wawancara dan observasi yang telah disusun, sehingga penggalian
informasi yang dilakukan akan lebih terarah.
3. Tahap Analisis Data
Tahap analisis data merupakan langkah untuk mencari jawaban dalam
mencari jawaban tentang permasalahan penelitian. Pada tahap analisis data,
peneliti menganalisis informasi dan hasil data yang ada dilapangan. Model
analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif
4. Tahap Pelaporan
Tahap pelaporan merupakan tahap akhir dalam melakukan penelitian.
Laporan merupakan uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan
penelitian. Pada tahap pelaporan ini, peneliti menyajikan laporan melalui
pengolahan data yang telah diperoleh melalui wawancara, observasi, studi
dokumentasi, dan studi kepustakaan secara keseluruhan dari hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh peneliti. Selanjutnya peneliti membuat kesimpulan mengenai
hasil penelitian yang telah dilaksanakan.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2011: 2). Dalam hal ini,
metode penelitian merupakan suatu cara yang dilakukan secara sistematis untuk
memperoleh data-data atau informasi yang dibutuhkan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian
deskriptif. Menurut Arief dalam blog Macam-Macam Metode Penelitian (2013)
mengungkapkan bahwa metode penelitian deskriptif merupakan suatu metode
yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, akurat dan
38
http://pustakaarief.blogspot.com/2013_06_01_archive.html. Diakses tanggal 20/02/2014) [Online].
Menurut Arikunto (2000: 309), metode deskriptif merupakan sebuah metode
penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status
suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat
penelitian dilakukan. Dalam penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk
menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya mengambarkan apa adanya tentang suatu
variabel, gejala atau keadaan. Peneliti menggunakan metode tersebut karena
metode tersebut pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu
menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang
diteliti secara tepat.
Metode penelitian deskriptif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui dam memaparkan tentang penyelenggaraan pelatihan keterampilan
modiste di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Cimahi. Pada
penulisannya pun lebih mengarah pada pengumpulan dan penyusunan data
mengenai perencanaan pelatihan keterampilan modiste, pelaksanaan keterampilan
modiste, evaluasi pelatihan keterampilan modiste, serta faktor pendukung dan
penghambatnya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Sugiyono (2011: 9) menyatakan bahwa:
Pendekatan kualitataif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara tiangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Pendekatan kualitatif digunakan untuk melibatkan peneliti langsung dalam
kehidupan nyata subjek yang diteliti yaitu terlibat langsung dilapangan dengan
mengumpulkan data dan informasi yang sesuai dengan fokus masalah yang diteliti
yaitu mengenai penyelenggaraan pelatihan keterampilan modiste di BPSBR
Cimahi dengan mengungkapkan mengenai perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
39
D. Definisi Operasional
1. Pelatihan adalah suatu program pembelajaran yang pada umumnya dilakukan
oleh lembaga pendidikan yang khusus untuk menumbuhkan dan
meningkatkan kemampuan dasar, pengetahuan, dan keterampilan individu
sesuai dengan misi lembaga penyelenggara dan hasil analisis pakar (Suparna,
2005: 3). Pelatihan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pelatihan
keterampilan modiste yang dilaksanakan di Balai Pemberdayaan Sosial Bina
Remaja (BPSBR) Cimahi.
2. Keterampilan adalah kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan
kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi
lebih bermakna sehngga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan
tersebut. (Tn.2013). (Diakses tanggal 14/11/2013) [Online]. Keterampilan
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan modiste yang
dilaksanakan bagi remaja putus sekolah di BPSBR Cimahi.
3. Modiste adalah suatu usaha jahit-menjahit pakaian wanita dan anak-anak
yang melayani pekerjaan berdasarkan perorangan, mode dan bahan yang akan
digunakan berasal dari konsumen itu sendiri. Tetapi seringkali konsumen
meminta sran dari pimpinan modiste mengenai mode yang akan dipilhnya
sesuai dengan tubuh konsumen serta bahan yang tersedia (Enny Zuhni K :
2006). Modiste yang dimaksud dalam penelitian ini adalah salah satu
kegiatan pelatihan keterampilan yang diadakan di BPSBR Cimahi.
4. Remaja putus sekolah adalah seseorang yang berusia dibawah 20 tahun tidak
mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, dengan kata lain
meninggalkan sekolah sebelum menyelesaikan keseluruhan masa belajar yang
telah ditetapkan. Remaja putus sekolah dalam penelitian ini yaitu peserta
pelatihan keterampilan modiste di BPSBR Cimahi.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu dalam melakukan penelitian.
Menurut Nasution dalam Sugiyono (2011: 223) menjelaskan bahwa:
40
prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumya. segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain da hanya peneiti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian kualitatif
instrumen utamanya adalah peneliti itu sendiri, namun selanjutnya fokus
penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen
penelitian sederhana yang diharapkan dapat melengkapi data dan informasi serta
membandingkannya dengan data atau informasi yang telah ditemukan melalui
wawancara dan observasi (Sugiyono, 2011: 223).
F. Pengembangan Instrumen
Pengembangan instrumen yang dilakuan oleh peneliti dalam penelitian ini
yaitu:
1. Penyusunan Kisi-Kisi Penelitian
Penyusunan kisi-kisi penelitian dilakukan oleh peneliti dalam menentukan
aspek yang akan diteliti sesuai dengan pertanyaan penelitian. penyusunan kisi-kisi
dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam menyusun pedoman wawancara
dan pedoman observasi. Kemudian peneliti menentukan indikator dari aspek yang
akan diteliti.
2. Penyusunan Pedoman Wawancara
Penyusunan pedoman wawancara merupakan hal yang penting sebelum
melakukan pengumpulan data dengan menggunakan wawancara. Pedoman
wawancara merupakan pedoman berupa pertanyaan-pertanyaan yang akan
ditanyakan kepada responden untuk memperoleh data dan informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian. Pertanyaan pada pedoman wawancara mengacu
pada indikator dalam kisi-kisi penelitian.
3. Penyusunan Pedoman Observasi
Penyusunan pedoman observasi dibuat untuk mendapatkan data yang tidak
bisa didapatkan melalui wawancara melainkan dengan pengamatan secara
41
G. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam melakukan
penelitian. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data
(Sugiyono 2011: 224). Pengumpulan data juga harus ditangani secara serius agar
diperoleh hasil yang sesuai dengan kegunaan.
Pada penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen penelitian utama
yang melakukan pengamatan langsung dalam memperoleh data yang dibutuhkan.
Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penelitia
adalah wawancara, observasi, studi dokumentasi dan triangulasi. Melalui teknik
pengumpulan data tersebut, diharapkan data dan informasi yang dibutuhkan
dapat diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data
tersebut yaitu:
1. Wawancara
Wawancara menurut Esterberg dalam Sugiyono (2011: 231) adalah
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden lebih
mendalam (Sugiyono, 2011: 231)
Pada penelitian ini, peneliti bermaksud melaksanakan wawancara kepada
pengelola pelatihan keterampilan modiste, instruktur keterampilan modiste, dan
peserta pelatihan keterampilan modiste di BPSBR Cimahi untuk memperoleh data
mengenai pelaksanaan pelatihan keterampilan modiste, untuk memperoleh
gambaran mengenai penilaian yang dilakukan, hasil pelatihan keterampilan
modiste, dan faktor pendukung dan penghambat dari program pelatihan
keterampilan modiste yang dilaksanakan. Jenis wawancara yang dilakukan oleh
peneliti adalah wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara yang hanya memuat
42
terstruktur ini, peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
disusun secara lengkap dan sistematis dalam mengumpulkan datanya.
2. Observasi
Menurut Nasution dalam Sugiyono (2011: 226) observasi adalah dasar semua
ilmu pengetahuan, para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta
mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
Marshall dalam Sugiyono (2011: 226) menambahkan bawa ”through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna
dari perilaku tersebut.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi yang bertujuan
untuk mendapatkan data mengenai keadaan lokasi pelatihan keterampilan modiste
yaitu BPSBR Cimahi, mengetahui gambaran pelaksanaan pelatihan keterampilan
modiste di BPSBR Cimahi yang meliputi kondisi , sarana prasarana dan objek lain
yang mendukung dalam proses pembelajaran.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi
dan wawancara dalam penelitian kialitatif (Sugiyono 2011: 240). Studi
dokumentasi berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan
lain-lain. Melalui studi dokumentasi, peneliti mencari data megenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
agenda dan lain sebagainya. Dibandingkan teknik lain, teknik studi dokumentasi
ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya
masih tetap, belum berubah. Dalam teknik ini yang diamati bukan benda hidup
tetapi benda mati (Arikunto 2010: 274). Studi dokumentasi merupakan pelengkap
dari penggunaan metode wawancara dan observasi pada penelitian kualitatif. Pada
penelitian ini peneliti menggunakan metode dokumentasi yang bertujuan untuk
memperoleh data mengenai profil lembaga, data peserta pelatihan keterampilan
43
4. Triangulasi
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabugkan dari berbagai teknk pengumpulan data dan sumber data yang telah
ada. Apabila peneliti melakukan pengumpulan data menggunakan triangulasi,
maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data,
yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan
berbagai sumber data (Sugiyono 2011: 241).
Tiangulasi teknik berarti peneliti menggunkan teknik pengumpulan data yang
berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti
menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi
untuk sumber data yang sama secara sermpak. Triangulasi sumber berarti, untuk
mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama
(Sugiyono 2011: 241).
Dalam pengujian kredibilitas, triangulasi diartikan sebagai pengecekan data
dari berbagai cara dan berbagai waktu. dalam penelitian ini, triangulasi dilakukan
untuk menguji keabsahan data dengan sumber lain yang bertujuan untuk
membandingkan data hasil wawancara dengan hasil pengamatan mengenai
pelatihan keterampilan modiste sebagai progam pemberdayaan remaja putus
sekolah. Dalam penelitian ini, informan triangulasi adalah instruktur dan peserta
pelatihan keterampilan modiste.
H. Analisis Data
Sugiyono (2011: 244) mengatakan bahwa analisis data adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, atatan
lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam uni-unit, melakukan sintesa, menyususn kedalam
pola, memilih man yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupu orang lain.
Pada penelitian ini, analisis data dilakukan dengan menggunakan
44
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, maka perlu dicatat
secara rinci dan teliti. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya
(Sugiyono 2011: 247). Dengan demikian data yang telah direduksi dapat
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data.
Penyajian data merupakan upaya untuk menyajikan data dan informasi untuk
melihat gambaran dari keseluruhan data atau bagian tertentu dari penelitian.
Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungna antar kategori, flowchart dan sejenisnya (Sugiyono
2011: 249).
Selanjutnya Mile and Huberman dalam Sugiyono (2011: 249) menyatakan
”the most frequent form of display data for qualitative researchdata in the past has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data
daam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Dengan menyajikan dat, maka akan memudahkan peneliti untuk memahami
apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami.
3. Conclusion Drawing/ Verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman
dalam Sugiyono (2011: 252) adalah penarikan kesimpulan dan vervikasi.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data. Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian kualitatif
mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi
mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan
rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan
45
Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini, peneliti mengungkapkan
ringkasan hasil penelitian yang dianggap penting sehingga dapat menjawab
rumusan masalah yang bersifat sementara kemudian kesimpulan yang ada
diverifikasi selama penelitian berlangsung. Setelah itu kemudian dilakukan
peninjauan ulang terhadap data yang telah diperoleh dari hasil lapangan dengan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah peneliti lakukan
mengenai Pelatihan Keterampilan Modiste Sebagai Program Pemberdayaan
Remaja Putus Sekolah di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Ramaja (BPSBR)
Cimahi dapat disimpulkan bahwa:
1. Perencanaan Pelatihan Keterampilan Modiste Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Cimahi.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kegiatan perencanaan pelatihan
keterampilan modiste di BPSBR Cimahi dimulai dengan sosialisasi seputar
BPSBR serta kegiatan pelatihan yang dilaksanakan di BPSBR. Kegiatan
sosialisasi dilakukan langsung oleh pihak balai ke daerah tujuan dan
melaksanakan identifikasi kebutuhan kepada calon peserta pelatihan keterampilan
modiste. Proses perekrutan dan penerimaan peserta dilakukan melalui
pemeriksaan kelengkapan persyaratan peserta serta seleksi yang dilakukan untuk
mengetahui kemampuan/ potensi awal peserta dengan tujuan untuk menempatkan
peserta pada kelas keterampilan yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan para
peserta. Tujuan diadakannya pelatihan keterampilan modiste di BPSBR Cimahi
yaitu untuk menciptakan lapangan kerja agar para peserta pelatihan yang sebagian
besar adalah remaja putus sekolah bisa hidup mandiri.
2. Pelaksanaan Pelatihan Keterampilan Modiste Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Cimahi.
Pelaksanaan pelatihan keterampilan modiste diawali dengan kegiatan orientasi
bagi peserta peatihan. Kegiatan orientasi ini bertujuan agar peserta pelatihan dapat
mempersiapkan diri secara lebih baik sebelum kegiatan pelatihan dimulai
sehingga mereka siap untuk mengikuti pelatihan sampai selesai, serta untuk
mengenal secara garis besar program yang dilaksanakan di Balai Pemberdayaan
Bina Remaja Cimahi. Pemberian materi kepada peserta pelatihan dilakukan
66
modiste di BPSBR Cimahi terdiri dari bimbingan fisik dan kesenian, bimbingan
mental, bimbingan sosial serta bimbingan keterampilan. Pelaksanaan pelatihan
keterampilan modiste yang daadakan di BPSBR sudah cukup baik karena BPSBR
tidak hanya menekankan pada aspek keterampilan saja, namun pembekalan
mental, spiritual dan sosial juga diberika kepada peserta pelatihan.
Proses pembelajaran dalam bimbingan keterampilan menggunakan bahan ajar
diktat. Tugas instruktur adalah menyampaikan secara garis besar materi yang
terdapat dalam diktat sehingga peserta pelatihan dituntut untuk belajar secara
mandiri, serta membimbing peserta yang mengalami kesulitan dalam memahami
materi yang telah disampaikan maupun metari yang ada dalam diktat. Setelah
proses pembelajaran selesai, tahap akhir dari pelatihan keterampilan modiste di
BPSBR yaitu para peserta diwajibkan mengikuti praktek kerja lapangan di
perusahaan atau tempat usaha yang telah dipersiapkan oleh pihak BPSBR.
3. Evaluasi Pelatihan Keterampilan Modiste Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Cimahi.
Evaluasi yang dilaksanakan pada pelatihan keterampilan modiste di BPSBR
Cimahi dilakukan melalui ujian berupa tes tertulis dan praktek. Ujian tersebut
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana para peserta dapat memahami materi
yang telah disampaikan selama kegiatan pelatihan keterampilan modiste
dilaksanakan, serta memberikan penilaian yang dilihat dari keaktifan peserta,
pemahaman materi yang diberikan serta keseriusan peserta dalam mengikuti
kegiatan praktek kerja lapangan. Setelah pelatihan keterampilan selesai
dilaksanakan, semua peserta mendapatkan sertifikat dan daftar nilai serta bantuan
berupa alat-alat untuk menjahit sehingga para peserta dapat membuka usaha
sendiri di daerah asalnya.
Pihak BPSBR melakukan pengontrolan setelah pelatihan keterampilan modiste
selesai dan semu peserta kembali ke daerah masing-masing. Kegiatan
pengontrolan tersebut dilakukan beberapa bulan setelah mereka kembali ke daerah
asal. Kegiatan pengontrolan dilakukan untuk membimbing para alumni peserta
67
4. Faktor Pendukung dan Faktor penghambat Dari Program Pelatihan Keterampilan Modiste di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Cimahi
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung dari
pelatihan keterampilan modiste ini yaitu adanya kerjasama antara pihak BPSBR
dengan pihak luar terutama dengan instansi pemerintah dan tempat usaha yang
dapat dijadikan tempat praktek kerja lapangan bagi para peserta pelatihan dalam
mengaplikasikan materi yang telah disampaiakan selama kegiatan pelatihan.
Selaian itu, BPSBR memiliki instruktur yang sudah berpengalaman dan
memahami banyak tentang modiste sehingga proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik. Sedangkan faktor penghambat dari pelatihan keterampilan modiste
yaitu terbatasnya sarana dan prasarana dari segi peralatan sebagai penunjang
kegiatan pelatihan keterampilan modiste mengakibatkan para peserta harus
bergantian dalam penggunaan peralatan tersebut, serta tidak adanya orang dari
luar yang bisa dapat dijadikan sebagai model dalam pembuatan pakaian. Selain
itu, latar belakang pendidikan peserta pelatihan yang berbeda-beda sehingga
mereka kurang termotivasi untuk mengikuti pelatihan keterampilan modiste dan
hadil yang didapatnya pun menjadi tidak maksimal.
B.Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai
Pelatihan Keterampilan Modiste sebagai Program Pemberdayaan Remaja Putus
Sekolah, pada kesempatan ini peneliti mengemukakan beberapa saran
(rekomendasi) diantaranya yaitu:
1. Bagi Penyelenggara/ Pengelola
Dalam pelaksanaan pelatihan keterampilan modiste, pihak pengelola harus
lebih memperhatikan sarana dan prasarana sebagai penunjang pelatihan
keterampilan modiste agar pelatihan tersebut dapat berjalan dengan baik. Dalam
memberikan penilaian terhadap peserta pelatihan, pihak BPSBR harus memiliki
standar yang jelas untuk memudahkan para peserta mengetahui nilai mereka
masing-masing secara lebih objektif. Selain itu, kegiatan pengontrolan yang
68
tidak hanya dilakukan satu kali tetapi beberapa kali sampai mereka benar-benar
melakukan usaha dengan baik sehingga hasil yang didapatkan menjadi semakin
meningkat dan berkembang.
2. Bagi Instruktur
Latar belakang pendidikan yang berbeda-beda dan rendah yang mengakibatkan
peserta menjadi kurang termotivasi untuk mengikuti pelatihan sehingga hasil
pelatihan yang didapatkan oleh peserta menjadi kurang maksimal. Saran bagi
instruktur dalam mengatasi hal tersebut yaitu agar instruktur dapat menjadi
motivator bagi peserta yang masih kurang termotivasi untuk mengikuti pelatihan
supaya pelatihan yang mereka dapatkan menjadi maksimal dan tidak sia-sia.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini membahas mengenai Pelatihan Keterampilan Modiste sebagai
Program Pemberdayaan Remaja Putus Sekolah, peneliti menghimbau kepada
peneliti lain yang tertarik dengan kajian yang sama agar lebih memfokuskan
masalah yang akan dibahas, karena sebetulnya masih banyak fokus masalah yang
dapat dibahas selain yang dibahas oleh peneliti karena peneliti menyadari bahwa
penelitian yang dilakukan ini masih jauh dari kesempurnaan dan memiliki banyak
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Chamsyah Bactiar. (2003). Dimensi Religi dalam Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial. Departemen Sosial.
Cordoso, A. Gomes. (1995). Manajemen Sumber Daya Manusia .Yogyakarta: Andi Offset.
Diana. (1991). Perencanaan Sosial Negara Berkembang. Yogyakarta: Gajah Mada Unversity Press.
Gardner, James, E. (2002). Memahami Gejolak Masa Remaja. Jakarta: Mitra Utama.
Gunarsa, Singgih D. (1989). Psikologis Perkembangan Anak Ramaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo.
Hamalik, Oemar. (2005). Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan, Pendekatan
Terpadu: Pengembangan SDM. Jakarta: Bumi Aksara.
Handoko, T. Hani. (1997). Manajemen Edisi 2. Yogyakarta: BPFF.
Hardini, Isriani dan Dewi Puspitasari. (2012). Strategi Pembeajaran Terpadu
(Teori, Konsep dan Implementasi). Yogyakarta: Familia.
Kamil, Mustofa. (2010). Model Pendidikan dan pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung: Alfabeta.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. (2012). Profil
Anak Indonesia 2012. Jakarta: CV. Miftahur Rizky.
Makmur. M.Si, Drs. Syarrif. (2008). Pemberdayaan Sumber Daya Manusiadan
Efektifitas Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Notoadmojo, S. (2003). Pengembangan Sumber Daya Mnusia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
O’Donnell, Mr. Dan. (2006). Perlindungan Anak Sebuah Panduan Bagi Anggota
70
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2012). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1991 Tentang Pendidikan Nonformal..
Sekanto , Soerjono. (2001). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Soebroto, Prof. Soetandyo Wignyo. MPA. (2005). Dakwah Pemberdayaan
Masyarakat. Yogyakarta: PT. LKS Pelangi Aksara.
Sudjana, Djuju. (2004). Pendidikan Nonformal, Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat, Teori Pendukung, Asas. Bandung: Falah
production.
____________(2007). Sistem dan Manajemen Pelatihan (Teori dan Aplikasi). Bandung:Falah Production.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
_________(2013). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suharto, Edi, Ph. D. (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT. Refika Aditama.
Suparna, B. (2005). Manajemen Pelatihan. Malang: Elang Mas.
Syafe’i, Agus Ahmad. (2001). Manajemen Pemberdayaan Masyarakat Islam.
Bandung: Gerbang Masyarakat Baru.
Tim Penyusun. (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
____________(2006). Intervensi Psikososial(Intervensi Pekerja Sosial Profesional. Jakarta: Departemen Sosial Direktorat Kesejahteraan Anak,
Keluarga dan Lanjut Usia.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak.
Wirawan. S, Sarlito. (2007). Psikologi Remaja. Jakarta: Grafindo.
71
Internet:
Effendi, S. Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. [Online]. Tersedia: http://google-sofyaneffendi.blogspot.com/p/pelatihan-dan-pengembangan-sumber-daya.html [08 Nopember 2013].
Fauzan. (2009). Pemberdayaan Masyarakat. [Online]. Tersedia:
http://anshorfazafauzan.blogspot.com/2009/06/pemberdayaan-masyarakat.html. [08 Januari 2014].
Halim Malik 2011. Pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia. http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2011/05/26/pelatihan-dan-pengembangan-sumber-daya-manusia-366366.html.
Haryanto. (2010). Pengertian Remaja Menurut Para Ahli. [Online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/ [05 Januari 2014].
___________(2013). Pengertian Keterampilan. [Online].
Tersedia:http://guruketerampilan.blogspot.com/2013/05/pengertian-keterampilan.html. [14 Nopember 2013].
Ahmad Fani, F. (2012). Konsep Pelatihan. [Online]. Tersedia: http://faisalahmadfani.blogspot.com/2012/12/konsep-pelatihan.html. [20 Februari 2014].