Dibawah Paus Pius XII Dengan Rezim Nazi Jerman Tahun 1939 - 1945
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Sejarah
Oleh:
Yophy Diky Wahyudi 0901393
DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Oleh
Yophy Diky Wahyudi
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial
© Yophy Diky Wahyudi 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Dibawah Paus Pius XII Dengan Rezim Nazi Jerman Tahun 1939 - 1945
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. Agus Mulyana, M.Hum NIP. 196608081991031002
Pembimbing II
Drs. R. H. Achmad Iriyadi NIP. 196112191988031002
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Sejarah
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “AGAMA DAN POLITIK: Suatu Tinjauan Tentang Hubungan Vatikan Dibawah Paus Pius XII Dengan Rezim Nazi Jerman Tahun 1939 - 1945”. Latar belakang penulis mengambil permasalahan ini karena dalam kaitannya dengan hubungan antara Jerman dengan Vatikan, terlihat adanya hubungan yang dapat dikatakan tidak baik antara keduanya. Namun hal tersebut menjadi berubah pada masa kepemimpinan Adolf Hitler. Tidak seperti para pendahulunya, seperti pada era Heinrich IV, Heinrich V, Martin Luther, hingga Otto von Bismarck, pada masa kepemimpinan Adolf Hitler justru hubungan antara Jerman dengan Vatikan terlihat menjadi lebih baik. Dengan didasari tujuan tertentu, ada semacam upaya untuk terjalinnya hubungan kerjasama diantara keduabelah pihak. Hubungan tersebut dapat terlihat dengan pembuatan konkordat (perjanjian) yang dibuat oleh pihak Jerman dengan pihak Vatikan. Sehingga muncullah masalah utama yang menjadi dasar dalam penulisan skripsi ini, yakni
“Bagaimana hubungan Paus Pius XII dengan Rezim Nazi Jerman dibawah
kepemimpinan Adolf Hitler pada tahun 1939 - 1945 ?” Maka untuk mengetahui hal tersebut, penulis mencoba untuk menuangkannya kedalam empat rumusan masalah, antara lain (1) bagaimana tinjauan umum mengenai kehidupan agama dan politik di Jerman sebelum masa kepemimpinan Adolf Hitler?, (2) bagaimana pandangan politik Adolf Hitler terhadap agama, khususnya terhadap Gereja Katolik Roma?, (3) apa latar belakang Paus Pius XII mengadakan kerjasama politik dengan rezim Nazi di Jerman?, (4) bagaimana dampak kerjasama politik tersebut bagi kedua belah pihak? Untuk mengurai permasalahan tersebut penulis menelitinya dengan metode historis dan teknik penelitiannya menggunakan studi literatur yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa teori yang mendukung pembahasan skripsi ini yaitu Teori diplomasi dan teori politik luar negeri. Berdasarkan hasil penelitian, didapat beberapa kesimpulan yaitu: pada dasarnya, Vatikan melakukan kerjasama politik dengan rezim Nazi Jerman adalah agar segala hal yang berkaitan dengan Gereja Katolik Roma dapat tertanam kuat di Jerman. Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya konkordat yang dibuat oleh Jerman dibawah Hitler dan Vatikan dibawah Paus Pius XII.
ABSTRACT
The title of this thesis is “Religion and politics : An observation about Vat’s Relation under Paus Pius XII with regime of Nazi German in 1939 – 1945”. The reason why the author takes this object is that there was unusual thing on the relation of German and Vat. However they changed when Adolf Hitler took the authority. Unlike his predecessor, in Heinrich IV era, Heinrich V, Martin Luther, until Otto von Bismarck, In the Adolf Hitler’s authority instead, the relation between German and Vat became better. Based on certain purposes, they tried to cooperate and made good relation. In addition, the treaty made by German and Vat indicated the better relation. Therefore, “the relation between Paus Pius XII and the regime of Nazi German under Adolf Hitler’s authority in 1939 – 1945” is taken as the main subject of this thesis. There are four cases that will be revealed in this thesis to support understanding of readers; (1) The general perspective about religion and politics in German before Adolf Hitler overtook German, (2) Political perspective of Adolf Hitler about religion, in particular the church of Catholic Rome, (3) The motives why Paus Pius Xii had political cooperation with the regime of Nazi in German, (4) The impacts of the political cooperation to both sides. To explain the problem further, the author uses historical method and literature study techniques which are relevant with the problems inspected. Moreover, the author implements some theories supporting the discussion of this thesis, which are diplomacy theory and theory of overseas politics. Based on the research, there are some conclusions that can be taken from this thesis: Essentially, Vat cooperated in order to make everything related to the Church of catholic Rome be strongly established in German. The treaty that was made by Hitler and Paus Pius XII shows that the motives of cooperation ware obvious.
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMAKASIH ... ii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI... v
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan dan Batasan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
1.5 Penjelasan Judul ... 8
1.6 Metode dan Teknik Penelitian ... 9
1.7 Struktur Organisasi Skripsi ... 10
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN LANDASAN TEORI ... 13
2.1 Tinjauan Kepustakaan... 14
2.1.1 Hubungan Agama Dengan Politik ... 14
2.1.2 Kekuasaan Paus ... 17
2.1.3 Jerman Pada Masa Kepemimpinan Adolf Hitler ... 20
2.2 Landasan Teori ... 23
2.2.1 Teori Diplomasi ... 23
2.2.3 Teori Politik Luar Negeri ... 25
2.3 Penelitian Terdahulu ... 26
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
3.1 Persiapan Penelitian ... 31
3.1.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian ... 31
3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ... 32
3.1.3 Mengurus Perizinan ... 34
3.1.4 Bimbingan ... 34
3.2.2.1 Kritik Eksternal ... 38
3.2.2.2 Kritik Internal ... 40
3.2.3 Interpretasi ... 43
3.2.4 Historiografi ... 44
BAB IV AGAMA DAN POLITIK: Suatu Tinjauan Tentang Hubungan Vatikan Dibawah Paus Pius XII Dengan Rezim Nazi Jerman Tahun 1939 – 1945 ... 48
4.1 Tinjauan umum mengenai hubungan agama dengan politik di Jerman sebelum masa kepemimpinan Adolf Hitler ... 49
4.1.1Hubungan agama dengan politik di Jerman pada masa Heinrich IV…. 51
4.1.2Hubungan agama dengan politik di Jerman pada masa Heinrich V….. 52
4.1.3Hubungan agama dengan politik di Jerman pada masa Martin Luther……… 54
4.1.4Hubungan agama dengan politik di Jerman pada masa Otto von Bismarck………... 61
4.2 Pandangan politik Adolf Hitler terhadap agama, khususnya terhadap Gereja Kaolik Roma ... 66
4.2.1 Latar belakang kehidupan Adolf Hitler ... 66
4.2.2 Karir politik Adolf Hitler ... 69
4.2.3 Pandangan Adolf Hitler terhadap agama ... 75
4.2.4 Pandangan Adolf Hitler terhadap Gereja Katolik Roma ... 77
4.3 Latar belakang Paus Pius XII mengadakan kerjasama politik dengan Rezim Nazi di Jerman ... 78
4.3.1 Karir Pacelli (Paus Pius XII) ... 80
4.3.2 Hubungan Jerman dengan Vatikan ... 83
4.3.2.1 Hubungan Politik ... … 83
4.4 Dampak hubungan politik bagi kedua belah pihak, serta bagi masyarakat Katolik Roma ... 98
4.4.1 Dampak bagi Jerman ... 98
5.1 Kesimpulan ... 103 5.2 Saran ... 105
DAFTAR PUSTAKA ... 107 LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Jauh sebelum masa kepemimpinan Adolf Hitler, hubungan antara negara
Jerman dengan Vatikan nampak tidak harmonis. Hal tersebut dapat dilihat pada
masa kekaisaran Heinrich IV tahun 1050-1106. Hubungan yang tidak harmonis
itu terjadi pada masa kepausan Gregorius VII. Disebutkan oleh Marwati Djoened
Poesponegoro (1988, hlm 134) bahwa:
Perselisihan besar terjadi dengan Paus Gregorius VII mengenai Lay Investiture (pengukuhan seorang rohaniawan oleh seorang awam). Paus Gregorius VII mengeluarkan suatu program reformasi yang keras yang tak dapat diterima oleh raja dan rohaniawan Jerman. Diadakan muktamar di Worms (1076) dimana para uskup menghentikan ketaatan pada Paus dan Heinrich IV menuntut abdikasi Gregorius VII.
Hal tersebut kemudian berdampak pada terjadinya ekskomunikasi terhadap
uskup-uskup Jerman dan Heinrich IV. Terjadinya hal tersebut mengakibatkan keadaan
politik menjadi kacau karena warga Jerman menjadi bebas atas loyalitasnya
kepada Heinrich IV, hingga satu pemberontakan yang dilakukan oleh para
pangeran yang bersatu di Saksen terjadi untuk melawan Heinrich itu.
Pergolakan politik terjadi di Jerman, hingga Paus Gregorius datang ke
Jerman untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Merasa tidak puas dengan
hasil yang didapat, pada tahun 1083 Heinrich mengadakan ekspedisi ke Roma dan
mengepung kota Roma itu.
Perselisihan antara Jerman dan Vatikan tersebut terus berlangsung hingga
masa kekaisaran Heinrich V. Ia meneruskan investiture oleh orang awam untuk
melawan campur tangan kepausan di Jerman. Dari perselisihan tersebut Heinrich
V mendapatkan banyak kemenangan. Kemudian ia melakukan ekspedisi ke Roma
kekaisaran dan memaksa Paus untuk mengakui kekuasaan kekaisarannya. Paus
dan Kaisar yang sudah merasa jemu dan bosan oleh perselisihan tersebut berupaya
untuk mengakhiri permasalahan itu. Seperti yang dijelaskan oleh Marwati
Djoened Poesponegoro (1988, hlm 135) bahwa:
Prestise kepausan sangat dirugikan. Paus dan Kaisar sudah jemu akan perselisihan mengenai investiture oleh orang awam. Pada konkodrat Worms (1122). Ditentukan, bahwa kaisar mengukuhkan dengan simbol-simbol temporer sebelum pengukuhan spiritual dilakukan oleh rohaniawan tinggi. Perselisihan selesai, tetapi saingan antara Paus dan Kaisar tetap ada.
Konflik mengenai persoalan agama juga terjadi dan berpusat pada Martin
Luther. Ia adalah seorang pendeta yang pada saat ia berkunjung ke Roma, ia
merasa terkejut dengan apa yang dilihatnya. Seperti dipaparkan oleh Marwati
Djoened Poesponegoro (1982, hlm 21) bahwa:
Pada tahun 1511 ia pergi ke Roma dan ia sangat terkejut melihat kemewahan dan hidup berkelebih-lebihan dari para rohaniawan tinggi. Ia sendiri adalah seorang yang selalu dalam ketakutan dan ia yakin tidak ada suatu tindakan yang dapat menghapuskan hukuman dari kehidupannya dikemudian hari. Dari studi Al-Kitab ia telah mengembangkan doktrin Pembenaran Iman (Rechtfertigung durch den Glauben- Justification of faith).
Martin Luther (1483) juga memandang bahwa penjualan surat
pengampunan dosa yang bertujuan untuk mengumpulkan uang bagi Gereja adalah
suatu tindakan yang tidak dapat dibenarkan. Menurutnya, dosa-dosa yang telah
dibuat oleh manusia tidak dapat terhapus begitu saja dengan membayar sejumlah
uang kepada Gereja untuk membeli surat pengampunan dosa. Hal ini kemudian
dianggap sebagai sejarah dari lahirnya Protestan.
Faktor lain yang juga mempengaruhi tumbuhnya gerakan reformasi
Protestan di Jerman menurut Burns dan Ralp (dalam Firdaus Syam, 2007, hlm.90)
mengemukakan bahwa
Bidang industri baik pabrik maupun perdagangan belum maju seperti di Inggris dan Italia, dan Katolikisme berwatak konservatif masih kuat berpengaruh; kedua, penyembahan terhadap benda dan tokoh keramat masih dianggap sebagai kepercayaan yang masih wajib diyakini, demikian pula penjualan surat pengampunan dosajuga paling banyak dijual melebihi yang terjadi di negara Eropa lainnya; ketiga, rakyat Jerman sebagian besar merupakan kaum tani dan menjadi kelompok sosial yang paling menderita akibat kekuasaan para Katolisisme; keempat, banyak dikalangan kaum tani, bangsawan serta penguasa lokal dikecewakan oleh lembaga kepausan, berkaitan dengan pemilikan tanah dan kekayaannya sering diambil gereja tanpa alas an yang jelas”.
Otto von Bismarck adalah salah seorang Kanselir Jerman yang juga tidak
mempunyai hubungan baik dengan Negara Vatikan, dalam kebijakan politik
dalam negerinya Bismarck memulai sebuah kampanye anti Katolik yang kemudian dikenal dengan istilah Kulturkampf. Kulturkamf ini pada dasarnya merupakan pembaharuan konflik Abad Pertengahan antara negara dan Gereja.
Lebih lanjut, pada tahun 1872 dikeluarkan undang-undang untuk mengeluarkan semua Jesuit asing, sedangkan Jesuit Jerman dilarang mengadakan aktifitas sebagai suatu ordo. Lalu pada tahun 1873 untuk menegakkan “ undang-undang Mei” (meigesetze), semua pendeta yang bekerja kepada pemerintah dipecat, Gereja dilarang terlibat dalam semua hal yang berhubungan dengan pernikahan dan pendidikan, dan topik-topik khotbah dibatasi. Disebutkan oleh
Marwati Djoened Poesponegoro (1982, hlm 70):
Pada tahun 1873, Dr. Adalbert Falk, menteri agama dan Kebudayaan, mengeluarkan undang-undang yang disebut dengan undang-undang Mei, karena pada umumnya dikeluarkan pada bulan Mei, meskipun dalam tahun yang berlainan. Termaktub antara lain: 1) membatasi kekuasaan disiplin Gereja atas anggota-anggotanya, 2) pendidikan dan pelantikan para rohaniwan dibawah pengawasan pemerintah, demikian pula seminari, 3) calon pendeta diharuskan mengikuti pendidikan di universitas Jerman dan menempuh ujian filsafat, sejarah, filologi, bahasa Jerman, 4) untuk membatasi otoritas Gereja, perwakilan sipil diharuskan di wilayah kekaisaran.
gagal untuk diterapkan karena banyaknya penolakan dari adanya undang-undang tersebut, ini menunjukkan adanya hubungan yang tidak baik antara Jerman dengan Vatikan.
Penjelasan sebelumnya menunjukkan tentang adanya hubungan yang dapat dikatakan tidak baik antara negara Jerman dengan Vatikan. Namun hal tersebut
menjadi berubah pada masa kepemimpinan Adolf Hitler. Tidak seperti para pendahulunya, Hitler mampu memperbaiki hubungan antara Jerman dengan segala yang berhubungan dengan Vatikan. Hal tersebut menunjukan tentang adanya suatu upaya dari Adolf Hitler untuk melakukan hubungan kerjasama diantara kedua belah pihak.
Pada tanggal 20 Juli 1933, terjadi perjanjian (konkordat) antara Jerman
dan Tahta Suci (Vatikan). Para Uskup bersumpah untuk setia kepada para
pemerintah Jerman (Nazi) dan negara. Ini menunjukkan betapa sangat erat dan
saling mendukung hubungan antara Gereja Katolik Roma dengan Nazi Jerman itu.
Dalam pembuatan perjanjian, tentu terdapat isi yang telah disepakati oleh kedua
belah pihak. Kemudian yang menjadi persoalan ialah bagaimana perjanjian itu
dibuat? Mengingat yang membuat perjanjian tersebut adalah Pacelli (yang
kemudian menjadi Paus Pius XII) yang menjabat sebagai menteri luar negeri
Vatikan.
Adapun hasil dari adanya perjanjian tersebut diantaranya ialah jutaan orang Katolik di Jerman bergabung dalam partai Nazi karena percaya bahwa partai itu mendapat dukungan total dari Sri Paus sendiri. Sementara itu, Adolf Hitler beranggapan bahwa perjanjian ini sebagai hal yang dapat membantu dalam perjuangan untuk memperbesar kekuasaannya . Mulai saat itulah, semua kritik-kritik dari orang Katolik Jerman terhadap partai Nazi harus disalurkan melalui Vatikan. Sehingga terdapat hipotesa bahwa ada sesuatu dibalik Paus Pius XII.
Pada tahun 1939, saat Hitler berada dalam masa kejayaannya atas Eropa,
Paus Pius XI yang sudah berusia cukup tua merasa khawatir akan kebangkitan
fasisme yang dapat memberikan ancaman. Maka pada saat itu ia mencoba untuk
kurang dari 24 jam, Sri Paus ditemukan telah meninggal dan naskah dari
pidatonya itu menghilang dan tak pernah ditemukan. Sehingga menimbulkan
spekululasi dari beberapa pihak bahwa ada sesuatu dibalik hal tersebut. Kemudian
dijelaskan oleh Cyrus Shahrad (2009:103) bahwa:
tak lama setelah itu, rumor tentang kecurangan mulai beredar. Rumor-rumor ini berdasarkan sebuah pernyataan sensasional didalam buku harian pribadi seorang cardinal Perancis yang terhormat, Eugene Tisserant, yang mencatat bahwa Paus Pius telah diberi Injeksi pada hari kematiannya oleh seorang dokter bernama Dr. Francesco Petacci, kepala dokter Vatikan dan merupakan ayah dari kekasih gelap Mussolini.
Dalam situasi seperti itu, tentu merupakan suatu kewajaran apabila
terdapat satu pihak yang merasakan adanya sesuatu yang tidak wajar telah terjadi.
Mengingat tewasnya Paus Pius XI hanya beberapa jam saja sebelum teks
pidatonya terkait kecaman terhadap Fasisme Jerman dibacakan. Dan pada saat
yang bersamaan, naskah pidatonya tersebut juga hilang dan tak pernah ditemukan.
Artinya, oleh sebagian pihak hal tersebut dianggap sebagai sesuatu yang telah
direncanakan. Karena bila seorang pemegang tahta suci Vatikan angkat bicara
mengenai hal tersebut, jutaan orang penganut paham Katolik diseluruh penjuru
dunia juga akan mempunyai pandangan yang sama terhadap Hitler beserta
kebijakan serta gerakan-gerakannya. Lebih jauh, semakin besar suara untuk
menghentikan pergerakan Hitler, semakin terdesak juga posisinya. Pada
kesempatan lain, Cyrus Shahrad (2009:103) menyebutkan bahwa:
terutama setelah muncul penerusnya, Paus Pius XII, yang memberi dukungan kepada Jerman dibawah Reich ketiga. Hanya sedikit kesangsian bahwa Vatikan berada dibawah kekuasaan dari kekuatan profasis pada awal Perang Dunia Kedua.
Atas tewasnya Paus Pius XI, sebagai penggantinya pada tanggal 12 Maret
1939 Pacelli dinobatkan menjadi Paus Pius XII. Pada masa kepemimpinan
Vatikan dibawah Paus Pius XII, terdapat kontroversi seputar hubungannya dengan
Adolf Hitler.
Dalam buku yang berjudul Hitler’s Pope, John Cornwell memaparkan
temukan dalam arsip Vatikan. Dari apa yang ia temukan tersebut kemudian
Cornwell berasumsi bahwa hal itu mengindikasikan adanya suatu hubungan antara
sang Paus dengan Adolf Hitler. Dan asumsinya tersebut mengarah pada peran
Paus Pius XII terhadap kebangkitan Adolf Hitler pada waktu itu.
Dari apa yang telah dipaparkan diatas, penulis melihat adanya perubahan
suatu hubungan antara Jerman dengan Gereja Katolik Roma (Vatikan). Puncak
perubahan hubungan tersebut ialah pada saat masa kepemimpinan Adolf Hitler
melalui rezim Nazi Jerman. Dan hubungan tersebut nampaknya perlu untuk dikaji
secara lebih dalam. Maka untuk mengetahui hal tersebut, penulis mencoba untuk
menuangkannya kedalam sebuah penelitian dengan judul “AGAMA DAN
POLITIK: Suatu Tinjauan Tentang Hubungan Vatikan Dibawah Paus Pius XII Dengan Rezim Nazi Jerman Tahun 1939 - 1945” yang pada subbab selanjutnya akan dijabarkan kedalam beberapa rumusan masalah.
1.2 Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya,
kemudian dari hal tersebut penulis mencoba untuk membatasi kajian dalam suatu rumusan besar, yaitu “Bagaimana hubungan Paus Pius XII dengan Rezim Nazi Jerman dibawah kepemimpinan Adolf Hitler pada tahun 1939 - 1945 ?”
Sesuai dengan identifikasi masalah yang disebutkan diatas, maka dari
rumusan tersebut penulis mencoba merumuskan pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimana tinjauan umum mengenai kehidupan agama dan politik di
Jerman sebelum masa kepemimpinan Adolf Hitler?
2. Bagaimana pandangan politik Adolf Hitler terhadap agama, khususnya
terhadap Gereja Katolik Roma?
3. Apa latar belakang Paus Pius XII mengadakan kerjasama politik dengan
rezim Nazi di Jerman?
4. Bagaimana dampak kerjasama politik tersebut bagi kedua belah pihak,
1.3 Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Menjelaskan tinjauan umum mengenai kehidupan agama dan politik di
Jerman sebelum masa kepemimpinan Adolf Hitler
2. Menjelaskan pandangan politik Adolf Hitler terhadap agama, khususnya
terhadap Gereja Katolik Roma.
3. Menjelaskan latar belakang Paus Pius XII mengadakan kerjasama politik
dengan rezim Nazi di Jerman.
4. Menjelaskan dampak kerjasama politik tersebut bagi kedua belah pihak,
serta bagi masyarakat katolik Roma.
1.4Manfaat Penelitian
Dari tujuan penelitian diatas diharapkan penelitian ini dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Memperkaya penulisan mengenai sejarah Eropa pada umumnya dan
khususnya tentang Sejarah Vatikan dibawah Paus Pius XII.
2. Memperkaya penulisan mengenai sejarah Jerman pada masa perang dunia
kedua khususnya terkait kebijakan politik Jerman dengan Vatikan.
3. Penulis berharap dengan adanya penulisan ini dapat memaparkan
informasi mengenai pandangan Vatikan dibawah Paus Pius XII dan rezim
Nazi Jerman dibawah Adolf Hitler.
4. Memberikan sumbangsih bagi dunia pendidikan, khususnya di perguruan
tinggi tentang sejarah Eropa, dan pendidikan menengah di SMA kelas XI
1.5 Penjelasan Judul
Judul yang digunakan dalam skripsi ini adalah “Agama Dan Politik: Suatu Tinjauan Tentang Hubungan Vatikan Dibawah Paus Pius XII Dengan Rezim
Nazi Jerman Tahun 1939 – 1945”. Dalam hal ini penulis memiliki alasan
tersendiri mengenai pemilihan judul skripsi, dan judul tersebut dipilih untuk
menggambarkan isi dari karya tulis ini.
Penulis merasa ada semacam perubahan sikap atau pandangan Jerman
terhadap Negara Vatikan, dalam hal ini mengenai Gereja Katolik Roma. Jauh
sebelum Hitler berkuasa di Jerman, para pendahulunya seperti Heinrich ke IV dan
Heinrich V, Martin Luther serta Otto von Bismarck, mereka cenderung selalu
bertentangan dengan Gereja Katolik, termasuk apa yang menjadi kebijakan sri
Paus sebagai pemimpin Vatikan. Sementara pada era Hitler, hal tersebut berubah.
Nampak terlihat perbedaan yang begitu jelas antara apa yang dilakukan Hitler
terhadap Gereja Katolik Roma dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang
sebelum Hitler terhadap Gereja Katolik Roma.
Pada pada tanggal 20 Juli 1933 saat Pacelli (yang kemudian menjadi Paus
Pius XII) masih menjabat sebagai menteri luar negeri, ia bersama dengan Hitler
membuat semacam perjanjian atau sebuah penandatanganan konkordat. Adapun
isi dari perjanjian tersebut nampaknya saling menguntungkan satu sama lain. Hal
tersebut menunjukkan bahwa adanya keinginan dari kedua belah pihak untuk
dapat menjalin hubungan yang lebih baik lagi.
Sebelum Pacelli dinobatkan menjadi Paus Pius ke XII, pada tahun 1939
Paus Pius XI yang merasa kekuatan Nazi Jerman dibawah kepemimpinan Adolf
Hitler akan menjadi sebuah ancaman bagi dunia, maka ia mencoba untuk
menyuarakan pandangannya tersebut melalui sebuah pidato. Namun rencana Paus
Pius XII melakukan pidato tersebut tidak dapat terlaksana karena sebelum
pidatonya dilaksanakan, ia ditemukan telah tewas. Atas tewasnya Paus Pius
tersebut, pada tanggal 12 Maret 1939 Pacelli dinobatkan menjadi Paus Pius XII.
Setelah Pacelli menjadi Sri Paus, pada masa kepausannya ia dianggap memiliki
Tahun 1939 dipilih karena saat itu Pacelli dinobatkan sebagai Paus Pius ke
XII untuk menggantikan posisi Paus Pius XI yang juga bersamaan dengan tahun
dimana Nazi Jerman dibawah kepemimpinan Hitler berada pada masa
kejayaannya. Sedangkan tahun 1945 dipilih karena pada tahun itu merupakan
tahun dimana perang dunia II berakhir dan Nazi Jerman mendapat kekalahan pada
perang dunia ke II tersebut.
1.6 Metode dan Teknik Penelitian
Dalam mengkaji permasalahan dalam penelitian dengan judul Agama Dan
Politik: Suatu Tinjauan Tentang Hubungan Vatikan Dibawah Paus Pius XII
Dengan Rezim Nazi Jerman Tahun 1939 – 1945 ini, peneliti akan menggunakan
suatu metode historis. Metode historis inimerupakan suatu metode yang lazim
dipergunakan dalam penelitian sejarah, di mana dilakukan pengkajian, penjelasan,
dan penganalisaan secara kritis terhadap rekaman (dokumen) serta peninggalan
masa lampau (Sjamsudin, 2001 : 17-19). Adapun langkah-langkah yang akan
penulis gunakan di dalam penelitian ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Ismaun
(2005 : 48-50) adalah sebagai berikut:
1. Heuristik, yaitu pengumpulan sumber-sumber yang relevan dengan
masalah yang akan diangkat oleh penulis. Cara yang dilakukan adalah
mencari dan mengumpulkan sumber, buku-buku, dan artikel-artikel yang
berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Sumber penelitian sejarah
terbagi menjadi tiga sumber, yaitu sumber benda, sumber tertulis, dan
sumber lisan. Topik yang penulis pilih berbentuk studi literatur sehingga
sumber yang digunakan adalah sumber tertulis.
2. Kritik, yaitu memilah dan menyaring keotentikan sumber-sumber yang
telah ditemukan. Pada tahap ini penulis melakukan pengkajian terhadap
sumber-sumber yang didapat untuk mendapatkan kebenaran sumber.
3. Interpretasi, yaitu memaknai atau memberikan penafsiran terhadap
lainnya. Pada tahapan ini penulis mencoba menafsirkan fakta-fakta yang
diperoleh dari hasil penelitian.
4. Historiografi, yaitu tahap akhir dalam penulisan sejarah. Pada tahapan ini
penulis menyajikan hasil temuan pada tiga tahapan sebelumnya dengan
cara menyusun dalam bentuk tulisan dengan gaya bahasa yang sederhana
dan menggunakan tata bahasa yang baik dan benar.
Teknik penelitian yang penulis gunakan di dalam penelitian ini adalah
studi literatur, yaitu teknik pengkajian dan penganalisisan data yang terdapat pada
literatur-literatur yang relevan dengan permasalahan yang sedang dikaji. Hal ini
dimaksudkan agar didapatkan data yang menunjang terhadap penelitian yang
sedang dilakukan.
1.7 Struktur Organisasi Skripsi
Dalam melakukan penulisan pada penelitian ini berdasarkan sistematika
yang ada dan telah ditentukan oleh Universitas Pendidikan Indonesia guna
menyusun karya ilmiah. Adapun sistematika yang digunakan dalam penulisan
karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini terdiri atas kerangka pemikiran, berkaitan dengan latar
belakang masalah mengenai Agama Dan Politik: Suatu Tinjauan Tentang
Hubungan Vatikan Dibawah Paus Pius XII Terhadap Rezim Nazi Jerman Tahun
1939 - 1945. Kemudian disusunlah rumusan masalah dengan menjabarkan
identifikasi masalah kedalam pertanyaan yang meliputi: Bagaimana tinjauan
umum mengenai kehidupan agama dan politik di Jerman sebelum masa
kepemimpinan Adolf Hitler? Bagaimana pandangan politik Adolf Hitler terhadap
agama, khususnya terhadap Gereja Katolik Roma? Apa latar belakang Paus Pius
XII mengadakan kerjasama politik dengan rezim Nazi di Jerman? Bagaimana
dampak kerjasama tersebut bagi kedua belah pihak? Kemudian setelah itu
tinjauan kepustakaan dan landasan teori, metode dan teknik penelitian, serta
struktur organisasi skripsi.
Bab II Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai tinjauan terhadap sumber-sumber
maupun teori-teori yang akan digunakan dalam penelitian ini. Kemudian
sumber-sumber tersebut digunakan sebagai referensi dan acuan penelitian, serta sebagai
bahan untuk mengkajipermasalahan yang diangkat oleh penulis. Selain literatur,
dalam bab ini penulis juga menjelaskan konsep-konsep yang dipakai serta
menggunakan beberapa teori untuk kemudian dijadikan sebagai alat untuk
menganalisis permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini.
Bab III Metodologi Penelitian
Bab ini membahas metode penelitian sejarah dan langkah-langkahnya,
serta teknik penelitian yang digunakan dalam mencari sumber-sumber, cara
pengolahan sumber, serta analisis dan cara penulisannya. Metode yang digunakan
terutama adalah metode historis. Penelitian Historis (Historical Research) adalah
suatu usaha untuk menggali fakta-fakta dan menyusun kesimpulan dari
peristiwa-peristiwa masa lampau. Didukung oleh langkah-langkah penelitian yang mengacu
pada proses metodologi penelitian dalam penelitian sejarah. Adapun rangkaian
kegiatan penelitian yang dilakukan peneliti antara lain: tahap persiapan penelitian,
pelaksanaan penelitian dan langkah terakhir adalah pelaporan hasil dari kegiatan
penelitian.
Bab IV Agama Dan Politik: Suatu Tinjauan Tentang Hubungan Vatikan Dibawah Paus Pius XII Terhadap Rezim Nazi Jerman Tahun 1939 – 1945
Bab ini merupakan isi utama dari penelitian sebagai jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah. Secara garis besar
pada bab ini akan dijelaskan kedalam beberapa subbab antara lain: pertama
sebelum masa kepemimpinan Adolf Hitler, kedua menjelaskan mengenai
pandangan politik Adolf Hitler terhadap agama, khususnya terhadap Gereja
Katolik Roma, ketiga menjelaskan mengenai latar belakang Paus Pius XII
mengadakan kerjasama politik dengan rezim Nazi di Jerman, dan keempat
menjelaskan terkait dampak kerjasama tersebut bagi kedua belah pihak, serta bagi
masyarakat Katolik Roma.
Bab V Kesimpulan
Bab ini merupakan bagian akhir dari penulisan skripsi yang didalamnya
terdapat sebuah kesimpulan sebagai jawaban atas masalah secara keseluruhan
setelah melalui pengkajian pada bab sebelumnya, sehingga dapat diperoleh
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini merupakan bab yang didalamnya terdapat pemaparan dari
langkah-langkah yang ditempuh oleh penulis dalam penyusunan skripsi dengan judul ‘AGAMA DAN POLITIK: Suatu Tinjauan Tentang Hubungan Vatikan Dibawah Paus Pius XII Dengan Rezim Nazi Jerman Tahun 1939 – 1945’. Langkah-langkah
tersebut mulai dari persiapan, pelaksanaan penelitian sampai laporan penelitian.
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara alamiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Seperti telah diuraikan pada bab I, dalam penelitian ini penulis menggunakan
metode penelitian historis dan studi literatur. Metode historis ini merupakan suatu
metode yang lazim dipergunakan dalam penelitian sejarah, dimana dilakukan
pengkajian, penjelasan, penganalisaan secara kritis terhadap rekaman (dokumen)
serta peninggalan masa lampau (Sjamsuddin, 2007 : 17-19).
Widja (1988:19) menyebutkan bahwa sejarah yang terutama berkaitan dengan
kajadian masa lampau dari manusia, tetapi tidak semua kejadian itu bisa diungkapkan
(recoverable), sehingga studi sejarah sebenarnya bisa dianggap bukan sebagai studi
masa lampau itu sendiri, tetapi studi tentang jejak-jejak masa kini dari peristiwa masa
lampau. Secara umum, tujuan penelitian ada tiga macam, yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian, dan pengembangan. Penemuan berarti data yang diperoleh
dari penelitian itu adalah data yang betul-betul baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. Pengembangan berarti meperdalam dan memperluas pengetahuan yang ada. Melalui penelitian, manusia dapat melakukan penelitian tersebut untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.
Metode penelitian historis dan studi literatur ini digunakan untuk memperoleh
dan sumber-sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, sehingga dapat membantu penulis dalam menemukan jawaban dari permasalahan yang dirumuskan. Metode sejarah adalah proses menguji dan mengarahkan secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Sedangkan untuk pendekatannya penulis menggunakan pendekatan multidisipliner.
Sementara itu, untuk mendapatkan sumber-sumber mengenai peristiwa yang
terjadi di masa lampau tersebut, penulis melakukan langkah-langkah penelitian yang tercakup dalam prosedur penelitian dengan menggunakan metode historis. Adapun metode historis tersebut terbagi ke dalam empat langkah penelitian, seperti yang dikemukakan oleh Ismaun (1992:136) bahwa:
1. Heuristik
Heuristic yaitu proses mencari dan mengumpulkan sumber-sumber yang diperlukan dan dianggap relevan oleh penulis untuk bahan penelitian.
2. Kritik
Kritik atau analisis sumber yaitu melakukan penelitian terhadap
sumber-sumber sejarah baik dilihat dari isinya maupun bentuknya. Kritik terhadap sumber dilakukan melalui dua cara yaitu kritik intern dan ekstern.
3. Interpretasi
Interpretasi yaitu memberikan penafsiran terhadap data-data yang diperoleh
selama penelitian 4. Historiografi
Historiografi atau penulisan sejarah yaitu proses penyusunan seluruh hasil
penelitian ke dalam bentuk penulisan baik yang bersifat deskripsi, narasi atau analisis (Sjamsuddin, 1996:157). Proses penyusunan seluruh hasil penelitian
menyelesaikan penulisan skripsi ini, karena data dan fakta yang diperlukan berasal dari masa lampau.
Langkah-langkah tersebut penulis terapkan dalam penelitian ini. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan penulis:
1. Memilih topik yang sesuai. Penulis memilih topik penelitian yang berhasil menarik minat dan layak untuk dipublikasikan. Penulis memilih topik
mengenai hubungan antara Vatikan dibawah Paus Pius XII dengan rezim Nazi dibawah Adolf Hitler. Penulis ingin mengetahui tinjauan umum mengenai hubungan agama dan politik antara Jerman dan Vatikan sebelum tahun 1939-1945, mengingat pada tahun itu terjadi perubahan hubungan diantara kedua belah pihak tersebut.
2. Mengusut semua bukti yang sesuai dengan topik yang dipilih. Penulis mencari semua bukti atau sumber yang dianggap sesuai dengan permasalahan mengenai hubungan antara Vatikan dibawah Paus Pius XII dengan rezim Nazi dibawah Adolf Hitler. Penulis melakukan pencarian semua sumber tertulis, baik buku, jurnal dan artikel yang penulis dapatkan.
3. Membuat catatan penting dan sesuai dengan topik ketika penelitian sedang dilakukan. Penulis mencatat hal-hal yang penting sesuai dengan topik skripsi yang terdapat pada semua sumber.
4. Mengevaluasi semua bukti yang telah terkumpulkan. Penulis memilih bukti yang kuat dan sesuai dari semua sumber yang didapatkan selama penelitian. 5. Menyusun hasil-hasil penelitian ke dalam struktur organisasi skripsi yang
telah dipersiapkan sebelumnya.
6. Menyajikan hasil penelitian tersebut secara menarik dan mudah dimengerti (Sjamsuddin, 2007:89-90).
3.1 Persiapan Penelitian
Tahap ini merupakan salah satu tahapan yang dilakukan oleh penulis dalam melakukan kegiatan penelitian. Kegiatan ini dimulai dengan penentuan metode dan teknik pengumpulan data yang akan digunakan selama penelitian. Metode yang digunakan adalah metode historis, sedangkan teknik penelitiannya menggunakan studi literatur. Penulis mencari sumber-sumber sejarah berupa buku-buku yang
memuat informasi-informasi yang sesuai dengan pokok kajian skripsi. Adapun persiapan yang dilakukan dalam studi literatur ini adalah sebagai berikut.
3.1.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian
Tahap awal yang dilakukan oleh penulis adalah memilih dan menentukan tema penelitian. Tema yang dipilih oleh penulis adalah mengenai hubungan antara Vatikan dibawah Paus Pius XII dengan rezim Nazi dibawah Adolf Hitler. Penulis merasa tertarik dengan tema tersebut karena penulis melihat adanya suatu perubahan hubungan antara negara Jerman dengan Vatikan (Katolik Roma), dimana sebelum pada masa kepemimpinan Hitler hubungan diantara kedua belah pihak nampak berjalan secara tidak harmonis. Saat Hitler berkuasa dan Vatikan ada dibawah Paus Pius XII, terlihat ada semacam hubungan yang cukup erat diantara keduanya. Setelah itu, penulis membaca beberapa sumber literatur yang sesuai dengan penelitian tersebut.
Langkah selanjutnya, penulis mengajukan rencana penelitian kepada Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS UPI. Setelah melakukan seminar pra penelitian pada tanggal 11 Februari 2015, penulis mendapatkan rekomendasi untuk melakukan penelitian dengan tema tersebut dan pada tanggal 20 Februari 2015 penulis secara resmi mendapat SK pengangkatan
3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah salah satu syarat yang harus disusun oleh penulis sebelum melakukan penelitian, dan hal tersebut merupakan kerangka dasar dalam suatu penelitian. Informasi mengenai penyususnan rancangan penelitian ini telah penulis dapatkan ketika mengikuti perkuliahan Seminar Penulisan Karya Ilmiah pada semester tujuh. Rancangan ini dibuat dalam bentuk proposal skripsi. Adapun
rancangan penelitian ini mencakup judul penelitian, latar belakang penelitian, rumusan dan batasan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan, metode dan teknik penelitian, struktur organisasi skripsi dan daftar pustaka. Sementara itu, pengumpulan sumber pun mulai dilakukan bersamaan dengan dibuatnya proposal skripsi setelah melakukan konsultasi dengan Drs. R. H. Achmad Iriyadi .
Sumber-sumber untuk membuat proposal tersebut penulis dapatkan dari sumber-sumber yang berasal dari internet sebagai gambaran awal terhadap permasalahan yang akan diangkat, kemudian melakukan studi literatur melalui buku-buku yang dipinjam dari koleksi Drs. R. H. Achmad Iriyadi serta buku-buku elektronik yang juga didapatkan di internet.
Dari sumber yang telah didapatkan tersebut, penulis melakukan penyususunan proposal penelitian yang terfokus pada hubungan Paus Pius XII dengan Adolf Hitlerpada tahun 1939-1945. Proposal penelitian yang disusun oleh penulis memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Judul
b. Latar Belakang Masalah c. Rumusan Masalah d. Tujuan Penelitian
e. Metode Penelitian
f. Manfaat/Signifikasi Penelitian
h. Struktur Organisasi Skripsi i. Daftar Pustaka
Awalnya judul yang diajukan oleh penulis adalah ‘Antara Agama dan Politik: Suatu Tinjauan Tentang Hubungan Vatikan dibawah Paus Pius XII Terhadap Rezim Nazi Jerman tahun 1939-1945’. Judul tersebut diseminarkan pada tanggal 11 Februari 2015 yang dihadiri oleh ketua TPPS, para dosen Departemen Pendidikan Sejarah dan
calon pembimbing skripsi, serta beberapa orang mahasiswa yang juga akan melakukan seminar proposal penelitian.
Setelah melakukan seminar proposal tersebut, judul penelitian yang tertuang dalam proposal mengalamai penggantian. Adapun judul setelah melakukan seminar tersebut ialah ‘Agama Dan Politik: Suatu Tinjauan Tentang Hubungan Vatikan Dibawah Paus Pius XII Terhadap Rezim Nazi Jerman Tahun 1939 – 1945’.
Dalam seminar yang berlangsung pada tanggal 11 Februari 2015, penulis mempresentasikan rancangan penelitian tersebut di depan TPPS, para dosen Departemen Pendidikan Sejarah dan calon pembimbing skripsi. Calon pembimbing II skripsi tidak dapat menghadiri seminar proposal skripsi penulis dikarenakan ada halangan. Seminar tersebut dihadiri oleh Dr. Agus Mulyana M.Hum sebagai calon pembimbing I, Dr. Nana Supriatna, M.Ed, Moch. Eryck Kamsori, M.Pd, Drs. H Ayi Budi Santosa M,Si, Drs. Syarif Moeis. Dalam seminar tersebut, penulis menerima masukan dari dosen-dosen yang hadir. Hasil dari seminar tersebut, menyatakan bahwa judul tersebut pada dasarnya disetujui namun ada beberapa hal yang kurang tepat dan masih harus diperbaiki, seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Setelah seminar penulis melakukan bimbingan dengan calon dosen pembimbing, dan kedua calon dosen pembimbing skripsi memperbolehkan penulis untuk melanjutkan ke tahap penulisan skripsi. Persetujuan proposal skripsi dinyatakan dengan pengesahan penelitian yang dikeluarkan melalui surat keputusan dari Ketua Departemen
pembimbing II. Pembimbing I yang ditunjuk oleh TPPS adalah Dr. Agus Mulyana M.Hum dan pembimbing II yang ditunjuk adalah Drs. H. Achmad Iriyadi.
3.1.3 Mengurus Perizinan
Pengurusan perizinan ini dilakukan agar dapat memudahkan penulis ketika akan melakukan pencarian sumber-sumber yang diperlukan dalam penelitian ini
terhadap pihak-pihak lain. Selain itu hal tersebut penting dilakukan untuk memperkuat status penulis dalammelakukan penelitian, dengan harapan penulis akan dibantu oleh pihak-pihak tersebut karena mempunyai dasar serta aspek legal.
Proses pembuatan izin tersebut dimulai dari penentuan lembaga atau instansi yang dirasa dapat berkontribusi dalam penyusunan skripsi ini. Selanjutnya penulis mengajukan permohonan surat untuk melakukan penelitian dari mulai tingkat departemen hingga kemudian diserahkan kepada fakultas agar mendapat izin dari Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.
3.1.4 Bimbingan
Bimbingan merupakan kegiatan bimbingan penyusunan skripsi yang dilakukan oleh penulis dengan pembimbing I dan II yang ditunjuk oleh TPPS sesuai dengan Surat Keputusan Nomor 03/TPPS/JPS/PEM/2015. Proses bimbingan ini sangat diperlukan oleh penulis untuk membantu penulis dalam menentukan kegiatan penelitian, fokus penelitian serta proses penelitian skripsi ini. Proses bimbingan ini memfasilitasi penulis untuk berdiskusi dengan pembimbing I dan pembimbing II mengenai permasalahan yang dihadapi selama penelitian ini dilakukan.
Hal ini sangat penting dalam penyusunan skripsi, karena melalui bimbingan
dimulai dari judul, bab I (pendahuluan), bab II (tinjauan kepustakaan), bab III (metodologi penelitian), bab IV (pembahasan), bab V (kesimpulan), dan abstrak.
Jadwal bimbingan bersifat fleksibel, dalam artian tidak terdapat jadwal bimbingan yang betul-betul dibuat pada setiap minggunya, dan setiap pertemuan membahas satu atau dua bab yang diajukan, hasil revisi, maupun konsultasi sumber. Bimbingan satu bab biasanya tidak cukup satu kali pertemuan karena masih ada
kekurangan yang harus ditambah atau diperbaiki penulis. Dengan melakukan bimbingan skripsi secara rutin, maka penulis mengetahui kelemahan dan kekurangan dalam penelitian skripsi ini. Penulis kemudian diarahkan untuk fokus pada kajian dan dosen pembimbing memberikan banyak masukan yang sangat berarti bagi penulis dalam melakukan penulisan skripsi ini.
3.2 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian adalah tahapan penting dari proses penulisan skripsi ini. Dalam tahapan ini, terdapat serangkaian langkah-langkah yang harus dilakukan berdasarkan metode historis, yaitu heuristik atau pengumpulan sumber, kritik atau analisis sumber sejarah, dan interpretasi atau penafsiran sejarah. Adapun ketiga tahapan ini, penulis jabarkan sebagai berikut.
3.2.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik)
Pada tahap ini, penulis berusaha melakukan pencarian, pengumpulan dan pengklasifikasian berbagai sumber yang berhubungan dengan masalah penelitian. Sumber sejarah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber literatur berupa buku-buku, jurnal dan artikel-artikel yang dapat membantu penulis dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dikaji. Menurut Sjamsuddin (1996: 73),
sumber sejarah adalah segala sesuatu yang langsung ataupun tidak langsung memberitahukan kepada kita tentang sesuatu kenyataan kegiatan manusia pada masa
Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis mengenai hubungan Vatikan dibawah Paus Pius XII dengan rezim Nazi Jerman dibawah Adolf Hitler itu sendiri.
Penulis dapat menganalisis beberapa informasi tersebut melalui berbagai sumber dengan menggunakan studi literatur melalui jurnal, buku, artikel yang telah diperoleh baik dari koleksi pribadi ataupun memperoleh di tempat lain, serta hasil pencarian melalui internet.
Untuk mengumpulkan segala informasi yang diperlukan penulis, pada tahap pertama, penulis melakukan pencarian sumber. Pada tahap ini, penulis melakukan pencarian sumber berupa literatur yang diperoleh dari melakukan peminjaman buku terhadap dosen pembimbing, yakni Bapak Drs. R. H. Achmad Iriyadi, serta penulis juga melakukan kunjungan ke beberapa Perpustakaan, diantaranya Perpustaakaan Universitas Pendidikan Indonesia, Perpustakaan Gereja Katedral Santo Petrus Bandung, dan Perpustakaan Universitas Katolik Parahyangan Bandung.
Adapun dari pencarian sumber tersebut, pada peminjaman buku-buku terhadap Bapak Drs. R. H. Achmad Iriyadi penulis mendapatkkan sumber informasi yang dibutuhkan untuk pembahasan tinjauan umum mengenai hubungan agama dengan politik di Jerman sebelum masa kepemimpinan Adolf Hitler, pandangan politik Adolf Hitler terhadap agama, khususnya terhadap Gereja Katolik Roma, sejarah menganai Jerman, serta teori-teori yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini, yakni teori diplomasi dan teori politik luar negeri. Selain itu, penulis juga mendapat informasi mengenai sejarah Vatikan dan hal-hal yang berhubungan dengan Kepausan. Selanjutnya dari perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia penulis mendapatkan informasi mengenai hubungan agama dengan politik. Selain itu dariperpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia itu sendiri penulis mendapat
tambahan informasi mengenai penjelasan beberapa konsep, seperti konsep agama dan politik.
Sama seperti perpustakaan Gereja Katedral Santo Petrus, Bandung, pada kunjungan ke perpustakaan Universitas Katolik Parahyangan penulis juga mendapatkan beberapa buku mengenai teologi, sejarah Vatikan dan Katolik Roma.
Selain melakukan peminjaman buku, penulis juga mendapatkan beberapa buku dari toko buku Toga Mas yang kemudian buku yang telah diperoleh tersebut digunakan dalam pembahasan mengenai latar belakang hubungan kerjasama antara
Vatikan dengan Jerman, dan dampaknya bagi kedua belah pihak.
Dalam proses pengerjaan skripsi ini, terutama dalam bab IV yang mana didalamnya merupakan pembahasan utama skripsi ini, penulis juga melakukan pencarian sumber melalui media internet. Melalui media internet tersebut penulis mendapatkan jurnal, e-book yang berkaitan dengan bahasan penelitian, serta gambar-gambar yang dirasa relevan dengan materi.
3.2.2 Kritik Sumber
Setelah melakukan kegiatan pengumpulan sumber (heuristik), langkah selanjutnya adalah melaksanakan kritik sumber. Tahap kritik sumber merupakan ajang penentuan kelayakan sumber (verifikasi). Pada tahap ini, penulis berusaha mengkritisi sumber seperti buku dan artikel yang didapat. Helius Sjamsuddin (1996:118) menjelaskan bahwa, fungsi kritik sumber bagi sejarawan, erat kaitannya dengan tujuan sejarawan itu dalam mencari kebenaran. Tahap ini penting dilakukan, mengingat tidak semua bisa dijadikan acuan secara serampangan karena bisa menimbulkan kesangsian terhadap hasil akhir penulisan sebuah karya ilmiah.
Ismaun (2005:48) menambahkan bahwa dalam tahap ini timbul kesulitan yang sangat besar dalam penelitian sejarah, karena kebenaran sejarah itu sendiri harus lengkap serta kesulitan menemukan sumber-sumber yang diperlukan dan dapat dipercaya, sehingga agar peneliti mendapatkan sumber-sumber yang dapat dipercaya,
Kritik sumber sejarah terbagi ke dalam dua aspek, yakni aspek internal dan eksternal. Kritik internal digunakan untuk menilai isi dari sumber yang digunakan. Berbeda halnya dengan kritik eksternal yang mengarahkan pengujian pada otensitas dan integritas sumber yang diperoleh.
3.2.2.1 Kritik Eksternal
Kritik eksternal adalah cara melakukan verifikasi atau cara pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah. Aspek-aspek luar tersebut bisa diuji dengan pertanyaan-pertanyaan seperti, kapan sumber itu dibuat?, dimana sumber itu dibuat?, siapa yang membuat?, dari bahan apa sumber itu dibuat? Dan apakah sumber itu dalam bentuk asli atau tidak? Kritik eksternal terhadap sumber tertulis, penulis melakukannya dengan melihat angka tahun penerbitan, terhadap sumber tersebut dibuat, siapa yang membuat, dari bahan apa sumber itu dibuat, dan apakah sumber itu dalam bentuk asli atau tidak. Sumber tertulis yang penulis dapatkan yaitu berupa buku dan beberapa artikel dari internet. Buku-buku yang menjadi bahan tulisan berasal dari 1982 sampai tahun 2012.
Selain itu penulis juga melakukan kritik eksternal dengan cara kritik terhadap penulis sumber. Hal itu dilakukan dengan tujuan mengetahui asal-usul dan latar belakang penulis dari sumber tersebut.
Penulis melakukan kritik eksternal terhadap buku yang berjudul Hitler’s Pope: The Secret History of Pius XII yang dicetak pada tahun 1999. Dalam buku
tersebut terdapat 21 subbab yang menjelaskan tentang latar belakang Paus Pius XII
dan hubungannya dengan Adolf Hitler. Selain ini terdapat pula pandangangannya
terhadap masa kepausan Paus Pius XII. Penulis mendapatkan buku tersebut dari
internet dengan bentuk buku elektronik (dalam format PDF). Cornwell adalah
seorang wartawan Inggris, penulis dan akademisi yang lahir pada tahun 1940.
College. Dia adalah anggota dari Royal Society of Literature dan dianugerahi Doktor Kehormatan Sastra (University of Leicester). Selain itu, berbagai jenis penghargaan telah ia dapatkan, seperti Independent Television Authority-Tablet Award untuk kontribusi ke jurnalisme agama pada tahun 1994, dianugerahi gelar Doktor Kehormatan Sastra (University of Leicester) pada tahun 2011, penghargaan non fiksi pada tahun 1982, dan masih banyak lagi. Dilihat dari latar belakang John Cornwell
tersebut, maka penulis memilih buku Hitler’s Pope: The Secret History of Pius XII sebagai salah satu sumber yang penulis gunakan dalam menyusun skripsi ini karena ia dianggap mempunyai kapasitas untuk memberikan pandangannya terhadap Paus Pius XII berdasarkan bukti-bukti yang ia temukan. Terlebih lagi ia adalah seorang penganut agama Katolik Roma, dengan harapan tidak ada intervensi lain yang menjadi dasar pandangannya terhadap Paus Pius XII itu.
Kritik eksternal yang kedua adalah terhadap buku dengan judul Mein Kamf karya Adolf Hitler. Adolf Hitler dilahirkan pada tanggal 20 April 1889. Hitler pernah menjabat sebagai salah seorang politisi Jerman dan ketua partai Nazi. Ia juga pernah
menjabat sebagai Kanselir Jerman sejak tahun 1933 sampai 1945, dan Hitler menjadi
tokoh utama Jerman Nazi pada waktu itu. Melalui buku yang ia tulis dengan judul
Mein Kamf, ia menjelaskan apa yang menjadi cita-citanya atas bangsa Jerman dimasa
depan. Selain itu, terdapat pula pembahasan terkait pandangannya atas agama,
khususnya Katolik Roma. Ia beranggapan bahwa agama (Katolik) mempunyai andil
cukup besar dalam menjaga kekuatan bangsa Jerman agar dapat tetap bertahan untuk
waktu yang lama.
Penulis beranggapan bahwa dengan adanya buku karaya Adolf Hitler sendiri, menunjukan adanya suatu gagasan yang keluar dari satu tokoh yang dikaji dalam penulisan skripsi ini. Hal tersebut diharapkan mampu menghindarkan gagasan dari
3.2.2.2 Kritik Internal
Kritik internal menurut Ismaun (2005:50) adalah kritik yang bertujuan untuk menilai kredibilitas sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatnya, tanggung jawab dan moralnya, lainnya dinilai dengan membandingkan kesaksian-kesaksian didalam sumber dengan kesaksian-kesaksian-kesaksian-kesaksian dari sumber lain. Untuk menguji kredibilitas sumber (sejarah mana yang dapat dipercaya) diadakan penilaian
intrinstik terhadap sumber dengan mempersoalkan hal-hal tersebut, kemudian dipungutlah fakta-fakta sejarah melalui perumusan data yang didapat, setelah diadakan penelitian terhadap evidensi-evidensi dalam sumber.
Kritik internal yang dilakukan penulis diawali ketika penulis memperoleh sumber. Penulis membaca keseluruhan isi sumber kemudian dibandingkan dengan sumber-sumber lain yang telah dibaca terlebih dahulu oleh penulis. Hasil perbandingan sumber tersebut, maka akan diperoleh kepastian bahwa sumber-sumber tersebut bisa digunakan karena sesuai dengan topik kajian. Berdasarkan hasil dari melakukan kritik internal peneliti menemukan perbedaan pendapat dari berbagai penulis. Hal itu dikarenakan latar belakang setiap penulis itu berbeda. Perbedaan pendapat dari satu sumber dengan sumber lainnya adalah kemungkinan yang bisa diperoleh dari kritik Internal. Kemungkinan lainnya adalah sumber-sumber yang berbeda dan sumber-sumber yang tidak menyebutkan apa-apa (Sjamsuddin, 2007:116).
Dalam hal ini, penulis akan mencoba untuk melakukan kritik internal terhadap buku yang berjudul Tokoh dan Peristiwa Dalam Sejarah Eropa Awal Masehi – 1815 (1988) karya Marwati Djoened Poesponegoro. Melalui buku tersebut, Marwati
Djoened Poesponegoro dirasa telah memberi sumbangsih bagi penulis mengenai
penelitian ini, yakni adanya suatu gambaran tentang bagaimana pada masa Heinrich
IV dan Heinrich V hubungan antara Jerman dengan Vatikan dapat dikatakan tidak
Pada masa Heinrich ke IV sempat terjadi perselisihan dengan Paus Gregorius
VII. Perselisihan tersebut meliputi persoalan seputar Lay Investiture (pengukuhan
seorang rohaniawan oleh seorang awam), dimana Paus Gregorius VII mengeluarkan
suatu program reformasi yang keras yang tak dapat diterima oleh raja dan rohaniawan
Jerman. Dari aturan yang dikeluarkan tersebut, menyebabkan warga Jerman menjadi
bebas atas loyalitasnya kepada Heinrich IV. Hal tersebut berlangsung hingga masa
Heinrich ke V. Ia meneruskan investiture oleh orang awam untuk melawan campur
tangan kepausan di Jerman. Dengan kata lain, terdapat penjelasan tentang hubungan
Vatikan dengan Jerman sebelum era Hitler melalui Rezim Nazi.
Sesuai dengan apa yang digambarkan dalam buku tersebut, penulis
sependapat mengenai hubungan Jerman dengan Vatikan yang memang tidak begitu
baik sebelum masa Hitler.
Begitu pula dengan buku karya Marwati Djoened lainnya yang berjudul
Sejarah Singkat Jerman. Buku ini menjelaskan tentang bagaimana ketidak
harmonisan hubungan antara Jerman dengan Vatikan juga terjadi. Pada tahun 1511
saat Martin Luther pergi ke Roma, ia terkejut melihat kemewahan dan hidup secara
berlebih-lebihan yang dilakukan oleh para rohaniwan tinggi. Ia juga menemukan
adanya penjualan surat pengampunan dosa yang dikeluarkan oleh Gereja. Martin
Luther beranggapan bahwa tidak ada suatu perbuatan dosa yang dapat terhapus
dengan membeli surat pengampunan dosa. Hal tersebut merupakan awal dari lahirnya
gerakan Protestanisme.
Hal tersebut senada dengan pendapat Firdaus Syam melalui bukunya yang
berjudul Pemikiran Politik Barat; Sejarah, Filsafat, Ideologi, Dan Pengaruhnya
Terhadap Dunia Ke- 3. Karena adanya kesamaan pendapat atas suatu peristiwa pada
dua buku yang berbeda, maka penulis merasa tepat untuk menjadikan buku-buku
masing-masing buku tersebut nampak saling melengkapi, sehingga informasi yang diperoleh
menjadi semakin meluas.
Buku selanjutnya adalah buku buku yang berjudul Mein Kamf “Kitab Suci” Kaum Nazi karya Adolf Hitler. Buku tersebut sudah diterbitkan sejak tahun 1925,
kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dan diterbitkan pertama kali oleh
penerbit Narasi pada tahun 2011. Buku ini berisi tentang pandangan Adolf Hitler
terhadap agama, khususnya Katolik Roma. Melalui buku tersebut, Hitler beranggapan
bahwa agama (Katolik) mempunyai andil cukup besar dalam menjaga kekuatan
bangsa Jerman agar dapat tetap bertahan untuk waktu yang lama.
Buku berikutnya adalah buku yang membahas mengenai hubungan Vatikan
dibawah Paus Pius XII dengan Rezim Nazi Jerman dibawah Adolf Hitler. Buku
tersebut berjudul Hitler’s Pope: The Secret History of Pius XII karya John Cornwell.
Dalam buku ini diceritakan Eugenio Pacelli yang merupakan seseorang yang pernah
menjabat sebagai Paus Pius XII dan dianggap sebagai sosok gerejawan yang
kontroversial. Hal tersebut dikarenakan Pacelli menandatangani persetujuan dengan
Adolf Hitler pada tahun 1933 dengan tujuan melindungi kekuasaan Gereja Katolik di
Jerman. Terlebih lagi buku tersebut dibuat berdasarkan penemuan-penemuan
Cornwell ketika ia melakukan penelitian terhadap arsip Vatikan.
Menurut pandangan penulis, informasi yang didapat tersebut bisa dijadikan sebagai sumber penelitian, dimana terdapat hubungan antara Vatikan dibawah Paus Pius ke XII dengan Rezim Nazi Jerman dibawah Adolf Hitler. Dengan ditunjang oleh informasi lain yang juga telah berhasil dikumpulkan oleh penulis, diharpkan mampu melengkapi data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
Kemudian buku terakhir adalah buku yang ditulis oleh Harun Yahya, dengan judul Menyingkap Tabir Fasisme. Buku tersebut terbit pada tahun 2002 dalam Bahasa
Inggris dengan judul aslinya FACISM: The Bloody Ideology of Darwinism,
penerbit Dzikra. Buku tersebut beri penjelasan-penjelasan mengenai ideologi
Darwinisme yang yang ternyata bisa mengancam dunia. Dalam kaitannya dengan era
rezim Nazi, pandangannya atas agama juga dibahas dalam buku tersebut. Menurut
Harun Yahya, bahwa ideologi Nazi dalam menjalankan rezimnya nampak berlawanan
dengan apa yang terdapat dalam ajaran-ajaran agama dan ketuhanan. Bahwa landasan
dari ideologi Nazi ini adalah berasal dari filsafat anti agama dari Nietzsche, dan teori
evolusi Darwin mengenai penyangkalan terhadap fakta penciptaan. Mereka (kaum
Nazi) berupaya untuk memberi kesan menjalankan agama, walaupun mereka juga
berupaya untuk mencegah penyebarannya melalui beraneka cara dan praktik.
3.2.3 Interpretasi
Setelah tahapan heuristik dan kritik telah dilalui oleh penulis, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan penafsiran dan penjelasan fakta-fakta yang diperoleh oleh penulis atau disebut juga interpretasi. Pada tahapan interpretasi penulis mencoba mengumpulkan fakta dan informasi yang diperoleh penulis sebelum menjadi satu-kesatuan yang utuh, penulis berusaha menghilangkan unsur subjektivitas dan berusaha seobjektif mungkin dalam menjelaskan fakta dan informasi.
Gottschalk dalam Ismaun (2005:56) mengatakan bahwa: interpretasi atas penafsiran atas sejarah itu memiliki tiga aspek penting yaitu: pertama, analisis-kritis yaitu menganalisis struktur intern dan pola-pola hubungan antar fakta-fakta. Kedua, historis-substantif yaitu menyajikan suatu uraian prosesual dengan dukungan fakta-fakta yang cukup sebagai lustrasi suatu perkembangan. Sedangkan ketiga adalah sosial budaya yaitu memperhatikan menifestasi insane dalam interaksi dan interelasi sosial-budaya.
Dalam kaitannya dengan penelitian skripsi yang berjudul “AGAMA DAN POLITIK: Suatu Tinjauan Tentang Hubungan Vatikan Dibawah Paus Pius XII
bersadarkan pada fakta-fakta yang ditemukan tersebut. Sehingga penafsiran tersebut dapat dipertanggungjawabkan oleh penulis. Penyusunan skripsi ini bersifat deskriftif- analitik yaitu menggambarkan hubungan Vatikan dibawah Paus Pius XII dengan Rezim Nazi Jerman dibawah Adolf Hitler.
Dapat dikatakan bahwa dari berbagai sumber yang telah dikumpulkan oleh penulis, maka penulis beranggapan terdapat semacam hubungan antara Paus Pius XII
dengan Adolf Hitler. Hal tersebut dapat dilihat dari hubungan Antara Jerman dengan Vatikan yang berubah menjadi baik ketika era rezim Nazi dibawah Adolf Hitler berkuasa, dengan masa kepausan Paus Pius XII.
Sebelumnya, seperti yang telah dijelaskan oleh penulis bahwa hubungan yang tidak begitu baik tersebut terjadi pada era Heinrich ke IV dan Heinrich keV, serta lahirnya gerakan Protestan dengan dibidani oleh Martin Luther.
Lebih lanjut, penjelasan terkait adanya hubungan Antara Vatikan dibawah Paus Pius XII dengan rezim Nazi Jerman dibawah kepemimpinan Adolf Hitler akan penulis paparkan pada bab selanjutnya.
Proses penyusunan skripsi ini dilakukan untuk kebutuhan studi tinggkat sarjana, sehingga penulis melakukan penulisan skripsi ini sesuai dengan pendoman penulisan karya tulis ilmiah yang diterbitkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Berdasarkan petunjuk yang penulis peroleh dari pendoman penyusunan karya tulis ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, maka sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bagian yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, kajian teori dan pembahasan, serta kesimpulan dari permasalahan yang penulis teliti.
3.2.4 Historiografi
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari penelitian yang memaparkan dan melaporkan seluruh hasil penelitian dalam bentuk tertulis setelah melalui tahap
paling utama adalah penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analitis sehingga menghasilkan suatu sintesis dari suatu hasil penelitian dan penemuan dalam suatu penelitian yang utuh yang disebut dengan historiografi. Menurut Abdurrahman (2007:76), historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan dan pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Layaknya laporan penelitian ilmiah, penulisan hasil penelitian sejarah hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas
mengenai proses penelitian dari awal (fase perencanaan) sampai dengan akhir (penarikan kesimpulan).
Sedangkan menurut Sjamsuddin (2007:156), historiografi adalah usaha mensintesiskan seluruh hasil penelitian atau penemuan yang berupa data-data dan fakta-fakta sejarah menjadi suatu penulisan yang utuh, baik itu berupa karya besar ataupun hanya berupa makalah kecil. Hubungan dengan penelitian ini, bahwa tahap historiografi yang dilakukan oleh peneliti merupakan tahap akhir dari tahap penelitian yang yang telah dilaukan sebelumnya dari mulai tahap heuristik, kritik, interpretasi sampai pada historiografi.
Tahap Historiografi ini akan peneliti laporkan dalam sebuah tulisan berbentuk skripsi dan disusun berdasarkan pedoman penulisan karya ilmiah yang berlaku di Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Setelah penulis melakukan heuristik/mengumpulkan data maupun buku sumber, melakukan kritik sumber ekstern maupun intern dan mengolah data-data yang relevan dan sudah dikritik. Maka bagian historiografi, penulis tuangkan pada bagian bab IV dalam skripsi ini.
Gaya penulisan yang penulis tuangkan pada bab IV ini disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan mengemukakan adanya perubahan hubungan antara Jerman dengan Vatikan. Perubahan tersebut terlihat pada
masa kepemimpinan Adolf Hitler, dimana ia mampu menjalin hubungan baik dengan Gereja Katolik Roma. Sebelumnya, pada masa Heinrich ke IV dan V, Otto von
penelitian ini adalah memenuhi kebutuhan studi akademis tingkat sarjana pada Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS UPI.
Berdasarkan ketentuan penulisan karya ilmiah dilingkungan UPI tersebut maka struktur organisasi penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan
Menjelaskan tentang latar belakang masalah yang memuat penjelasan mengapa masalah yang diteliti muncul dan penting diserta mengenai alasan atau ketertarikan peneliti memilih permasalahan itu diangkat ataupun yang selama ini menjadi keresahan bagi peneliti. Pada bab ini juga berisi perumusan dan pembatasan masalah yang disajikan dalam bentuk pertanyaan untuk mempermudahkan peneliti mengkaji dan mengarahkan pembahasan, tujuan penelitian, metode dan teknik penelitian serta struktur organisasi. Adapun yang menjadi uaraian dari bab I ini yakni: Latak Belakang, Rumusan dan Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Penjelasan Judul, Metode dan Teknik Penelitian, dan Struktur Organisasi Skripsi.
Bab II Kajian Pustaka
Mengenai Kajian Pustaka memaparkan berbagai sumber literatur yang peneliti anggap memiliki keterkaitan dan relevan dengan masalah yang dikaji, didukung dengan sumber tertulis seperti buku dan dokumen yang relevan. Dalam kajian pustaka ini, peneliti membandingkan dan menginterpretasikan kedudukan masing-masing penelitian yang dikaji kemudian dihubungkan dengan masalah yang sedang diteliti. Hal ini dimaksudkan agar adanya keterkaitan antara permasalahan di
lapangan dengan buku-buku atau secara teoritis, agar keduanya bisa saling mendukung, dimana dari teori yang dikaji dengan permasalahan yang diteliti bisa
Bab III Metode Penelitian
Mengenai metode penelitian, bab ini berisi mengenai tahap-tahap, langkah-langkah, metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh peneliti meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Semua prosedur dalam penelitian akan dibahas pada bab ini. Prosedur yang dimaksud adalah langkah-langkah peneliti dalam melukukan penelitian ini seperti tahap perencanaan, pengajuan judul penelitian,
persiapan penelitian, proses bimbingan dan tahap pelaksanaan penelitian. Dalam bab ini juga peneliti mengungkapkan dan melaporkan pengalaman selama melaksanakan penelitian.
Bab IV AGAMA DAN POLITIK: Suatu Tinjauan Tentang Hubungan Vatikan Dibawah Paus Pius XII Dengan Rezim Nazi Jerman Tahun 1939 - 1945
Pembahasan merupakan isi utama dari tulisan karya ilmiah ini mengenai permasalahan-permasalahan yang terdapat pada rumusan dan batasan masalah. Selain itu pada dasarnya Bab IV ini merupakan hasil pengolahan dan analisis terhadap fakta-fakta yang telah ditemukan dan diperoleh selama penelitian berlangsung. Dan pada Bab IV ini peneliti akan memaparkan hasil penelitiannya dengan gaya berceritanya sendiri.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Sebagai bab terakhir yakni menjelaskan kesimpulan yang merupakan jawaban dan analisis peneliti terhadap masalah-masalah secara keseluruhan yang merupakan hasil dari penelitian. Hasil akhir ini merupakan pandangan serta interpretasi peneliti
mengenai inti dari bab IV yakni mengenai pembahasan. Selain itu dalam bab V disajikan penafsiran peneliti terhadap hasil analisis dan temuan, hasilnya disajikan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan
Dalam pembahasan secara umum mengenai Hubungan Vatikan Dibawah Paus Pius XII Dengan Rezim Nazi Jerman, penulis menarik suatu kesimpulan
bahwa memang terdapat hubungan yang begitu menarik untuk dibahas antara
Vatikan dengan Jerman tersebut. Bahwa dengan rezim Nazi Jerman dibawah
Adolf Hitler melakukan suatu upaya perubahan hubungan dengan Vatikan secara
umum, dan Katolik Roma secara khusus. Hal tersebut dikatakan sebagai suatu
perubahan, karena jika jika ditinjau berdasarkan sejarah, para pendahulunya bisa
dikatakan tidak piawai dalam mengelola permasalahan yang memang sudah ada
sejak lama.
Dalam kasus ini, sebetulnya pandangan Hitler idak jauh berbeda dengan
apa yang telah dilakukan oleh orang-orang sebelum dia berkuasa, seperti Heinrich
IV, Heinrich V, Martin Luther, hingga Otto von Bismarck. Namun dengan
kemampuannya berdiplomasi, kemampuannya dalam mengkoordinir massa, serta
sikapnya yang memang khas dan berbeda dari para pendahulunya itu, membuat
hubungan tidak harmonis dengan Vatikan bisa tersamarkan menjadi lebih baik.
Dikatakan demikian karena Hitler sendiri tidak memberikan ruang gerak yang
sebebas-bebasnya bagi Katolik Roma yang berada di Jerman. Dalam aturan yang
telah ia buat dengan pihak Vatikan pun, sebisa mungkin diatur agar negara Jerman
tetap mempunyai kendali atas Gereja Katolik Roma.
Berhubungan dengan kesimpulan penelitian, terdapat beberapa hal yang dapat penulis simpulkan dalam bab ini, yang berdasarkan pada rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu;
Pertama, mengenai tinjauan umum mengenai kehidu