• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS NARASI DAN BERPIKIR KREATIF : Studi Kuasieksperimen pada Siswa Kelas X SMA Santo Aloysius 2 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS NARASI DAN BERPIKIR KREATIF : Studi Kuasieksperimen pada Siswa Kelas X SMA Santo Aloysius 2 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS NARASI DAN BERPIKIR KREATIF (Studi Kuasieksperimen pada Siswa Kelas X SMA

Santo Aloysius 2 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 )

TESIS

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

oleh

Emasta Evayanti Simanjuntak NIM 1302748

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

LEMBAR HAK CIPTA

Penerapan Model Pembelajaran Treffinger untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Narasi dan Berpikir Kreatif ( Studi Kuasieksperimen pada Siswa Kelas X SMA Santo Aloysius 2 Bandung

Tahun Ajaran 2014/2015)

Oleh

Emasta Evayanti Simanjuntak UPI Bandung, 2015

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

© Emasta Evayanti Simanjuntak, 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Penerapan Model Pembelajaran Treffinger untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Narasi dan Berpikir Kreatif ( Studi Kuasieksperimen pada Siswa Kelas X SMA Santo Aloysius 2 Bandung

Tahun Ajaran 2014/2015)

Oleh

Emasta Evayanti Simanjuntak 1302748

Disetujui dan disahkan oleh Pembimbing,

Dr. Andoyo Sastromiharjo, M.Pd. NIP 196109101986031004

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

(4)
(5)

ABSTRAK

Emasta Evayanti Simanjuntak (1302748). Penerapan Model Pembelajaran Treffinger untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Narasi dan Berpikir Kreatif (Studi Kuasieksperimen pada Siswa Kelas X SMA Santo Aloysius 2 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015).

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kemampuan siswa dalam keterampilan menulis, khususnya keterampilan menulis teks narasi. Alasan lain yang mendasari penelitian ini adalah bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa masih rendah. Kondisi tersebut disebabkan oleh kurangnya perhatian terhadap kemampuan menulis teks narasi dan berpikir kreatif di sekolah. Berlandaskan alasan tersebut, diterapkan satu model pembelajaran dan diujicobakan di SMA Santo Aloysius 2 Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran treffinger dalam pembelajaran menulis teks narasi dan berpikir kreatif siswa. Jenis penelitian ini merupakan kuasieksperimen dengan desain penelitian pretest-postest control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Santo Aloysius 2 Bandung dengan mengambil dua kelas sebagai sampel secara teknik purposive sampling dari lima kelas yang tersedia. Kelas eksperimen memperoleh pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran treffinger dan kelas kontrol dengan menerapkan model pembelajaran terlangsung (ceramah).

Data utama penelitian ini berupa hasil tulisan teks narasi pada tes awal dan akhir, sedangkan data pendukung berupa temuan pada proses pembelajaran dan respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran treffinger. Pengumpulan data tersebut dilakukan melalui teknik tes, teknik observasi, dan angket. Untuk melihat perbedaan kemampuan menulis teks narasi dan berpikir kreatif antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, pengujian dilakukan dengan menggunakan uji-t dengan taraf signifikansi 0,05 setelah uji persyaratan terpenuhi. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan microsoft excel 2010 dan program SPSS versi 22.

Profil pembelajaran di sekolah diperoleh lewat dokumentasi, kondisi siswa, dan proses belajar mengajar. Sementara itu, penerapan model pembelajaran treffinger dilakukan sebanyak tiga kali perlakuan sesuai dengan sintak pembelajaran. Dari hasil evaluasi yang dilakukan, diketahui bahwa model pembelajaran treffinger dinilai efektif karena siswa mampu menulis teks narasi sesuai dengan kaidah dan struktur teks narasi. Dalam aspek berpikir kreatif, siswa mampu menuangkan gagasan dan imajinasinya dengan orisinal, elaboratif, lancar, fleksibilitas. Selain itu, secara statistik menunjukkan adanya peningkatan rata-rata yang siginifikan antara kemampuan awal dan akhir menulis teks narasi siswa, yaitu 63,70 menjadi 79,55 dengan rata-rata peningkatan 15,85 dan peningkatan N-Gain sebesar 0,41 dalam kategori sedang. Juga, kemampuan berpikir kreatif siswa juga mengalami peningkatan antara kemampuan awal dengan kemampuan akhir, yaitu 59,88 menjadi 76,85 dengan rata-rata peningkatan 16,98 dan peningkatan N-Gain sebesar 0,42 dalam kategori sedang.

(6)

ABSTRACT

Emasta Evayanti Simanjuntak (1302748). Application of Treffinger Learning Model to Enhance the Narrative Text Writing and Creative Thinking (Quasi Experiment Studies towards Class X of St. Aloysius 2 Senior High School Bandung Academic Year 2014/2015).

This research is motivated by the lack of the students’ writing skills, particularly in writing the narrative text. Another reason is the creative thinking ability of the students is still low. It happened because teachers don’t pay much attention to the ability of writing narrative text and creative thinking. Therefore this research is applied and tested in the St. Aloysius 2 Senior High School Bandung. This study aims to determine the effectiveness of the treffinger learning model in learning to write narrative text and creative thinking of students. This type of research is quasi experiment with pretest-posttest control group design. The population in this study are all the class X students and two out of five classes as the sample using purposive sampling. The experimental classes learned using the treffinger and the control classes using the current learning model applied at school (lecturing).

The main data of this study is the result of writing narrative text at the beginning and end of the test, while the supporting data are the findings on students' learning process and responses to the treffinger learning model. The data collection is done through technical tests, observation, and questionnaires to see the difference in the ability to write narrative text and creative thinking among the students in experimental and control class, the testing is done by using t-test with a 0.05 significance level after the test requirements are met. The results of the study are analyzed using Microsoft Excel 2010 and SPSS version 22.

Learning profiles obtained through documentation, students condition, and learning process. The treffinger performed using three times treatment in accordance with the learning syntax. From the results of the evaluation carried out, it is found that the treffinger learning model considered effective because students are able to write the narrative text in accordance with the rules and structure of the narrative text. In the aspect of creative thinking, students could express their ideas and imagination originally, elaborately, smoothly, flexibly. In addition, statistically students’ writing abilities improve significantly between the beginning and the end of, namely 63,70 into 79,55 with an average increase of 15,85 and an increase in N-Gain is 0,41 in the medium category. The students’ creative thinking abilities also increase between the initial capability with the final ability which is 59,88 into 76,85 with an average increase of 16,98 and an increase in N-Gain is 0,42 in the medium category.

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN i

ABSTRAK ii

KATA PENGANTAR iv

UCAPAN TERIMA KASIH v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

BAB I PENDAHULUAN 1

A.Latar Belakang Masalah Penelitian 1

B.Rumusan Masalah Penelitian 6

C.Tujuan 7

D.Manfaat 8

E. Metode dan Teknik Penelitian 8

F. Struktur Organisasi Penulisan 9

BAB II IHWAL MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER,

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS NARASI, DAN

BERPIKIR KREATIF 11

A. Ihwal Model Pembelajaran Treffinger 11

1. Sejarah Model Pembelajaran Treffinger 11

2. Model Pembelajaran Treffinger 12

3. Tahapan Belajar Kreatif Model Pembelajaran Treffinger 15

4. Manfaat Penggunaan Model Pembelajaran Treffinger 20

B.Pembelajaran Menulis Teks Narasi 21

1. Pembelajaran Menulis 21

a. Ciri-ciri Sebuah Tulisan 22

b. Keterampilan Dasar dalam Menulis 23

(8)

2. Teks Narasi 25

a. Definisi Teks Narasi 25

b. Karakteristik Teks Narasi 26

c. Petunjuk Menulis Teks Narasi 27

d. Jenis Teks Narasi 28

e. Unsur-unsur Teks Narasi 30

f. Struktur Teks Narasi 34

C.Kreativitas 40

1. Definisi Kreativitas 40

2. Bentuk-bentuk Kreativitas 42

3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kreativitas 42

4. Meningkatkan Kreativitas Siswa 45

5. Ciri-ciri Kepribadian Kreatif 47

6. Berpikir Kreatif 48

7. Karakteristik Berpikir Kreatif 49

8. Manfaat Kreativitas 48

D.Hubungan Menulis Teks Narasi dengan Kreativitas 51

E. Model Pembelajaran Treffinger dalam Pembelajaran Menulis

Teks Narasi dan Berpikir Kreatif 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode, Desain, dan Prosedur Penelitian 54

1. Metode dan Desain Penelitian 54

2. Prosedur Penelitian 55

B.Lokasi Penelitian 57

C.Populasi dan Sampel 57

1. Populasi Penelitian 57

2. Sampel Penelitian 57

D.Anggapan Dasar 58

E. Definisi Operasional 58

F. Hipotesis Penelitian 59

(9)

H.Instrumen Penelitian 61

1. Ancangan Model 61

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 65

3. Pedoman tes unjuk kerja 71

4. Pedoman Lembar Observasi 74

5. Pedoman Angket/Kuisioner Sikap Kepuasan Siswa 75

I. Teknik Pengolahan Data 77

1. Analisis Skor Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Narasi

dan Berpikir Kreatif 78

2. Analisis Observasi Pembelajaran 80

3. Analisis Persentase Angket Sikap Kepuasan Siswa 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 82

A. Deskripsi Profil Pembelajaran Menulis Teks Narasi dan

Berpikir Kreatif di SMA St. Aloysius 2 Bandung 82

1. Dokumen 72

2. Prosedur Belajar-Mengajar (PBM) 73

3. Kondisi Siswa 73

B. Penerapan Model Pembelajaran Treffinger dalam Menulis

Teks Narasi dan Berpikir Kreatif 75

1. Pelaksanaan Pembelajaran Perlakuan Pertama 76

2. Pelaksanaan Pembelajaran Perlakuan Kedua 79

3. Pelaksanaan Pembelajaran Perlakuan Ketiga 82

C. Hasil Menulis Teks Narasi dan Berpikir Kreatif 102

1. Uji Antarpenimbang Hasil Pretes dan Postest Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol Kemampuan Menulis

Teks Narasi dan Berpikir Kreatif 94

2. Hasil Menulis Teks Narasi 96

a. Kemampuan Awal /Pretest Menulis Teks Narasi 97

b. Kemampuan Akhir/ Posttest menulis Teks Narasi 130

3. Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif 159

(10)

b. Kemampuan Akhir/ Posttest Berpikir Kreatif 171

4. Peningkatan (N-Gain) Hasil Kemampuan Menulis Teks Narasi

Dan Berpikir Kreatif 203

a. Peningkatan (N-Gain) Hasil Kemampuan

Menulis Teks Narasi 203

b. Peningkatan (N-Gain) Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif 207

D. Uji Persyaratan dan Uji Hipotesis 211

E. Pembahasan 225

1. Hasil Kemampuan Menulis Teks Eksposisi 225

2. Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif 228

3. Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran 232

4. Sikap Kepuasan Siswa dalam Penerapan Model Pembelajaran

Treffinger dalam Pembelajaran Menulis Teks Narasi

dan Berpikir Kreatif 233

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 236

A. Simpulan 236

B. Saran 237

DAFTAR PUSTAKA 239

LAMPIRAN-LAMPIRAN 242

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang diajarkan

mulai dari tingkat sekolah dasar (SD) sampai dengan perguruan tinggi (PT). Hal

ini tentu tidak terlepas dari fungsi utama bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi

negara Indonesia yang dituangkan dalam Pasal 36 Undang-Undang Dasar Negara

Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945. Bahkan, kedudukan bahasa Indonesia

juga diperjelas lagi lewat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun

2009 Pasal 25 ayat 3 bahwa bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa

pengantar dalam pendidikan nasional. Jelaslah, bahwa bahasa Indonesia menjadi

bahasa yang harus terus dipelajari.

Pembelajaran bahasa Indonesia memuat empat aspek keterampilan

berbahasa yang harus dimiliki siswa. Keempat aspek yang dimaksud, yaitu

keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Penguasaan keempat

keterampilan berbahasa menjadi sarana utama dari pembelajaran bahasa

Indonesia.

Keterampilan menulis sebagai salah satu kemampuan berbahasa sangat

penting untuk dikuasai. Tarigan (2008, hlm. 22) mengatakan bahwa menulis

sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir. Juga

dapat menolong kita berpikir secara kritis. Juga dapat memudahkan kita

merasakan hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita,

memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi

pengalaman. Jadi, keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan

berbahasa yang dibutuhkah untuk meningkatkan literasi pembelajar mulai dari

pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi.

Keterampilan menulis memang sudah dilaksanakan di sekolah. Namun,

beberapa penelitian memperlihatkan bukti bahwa masih banyak masyarakat di

Indonesia yang mengalami kesulitan mengutarakan gagasannya dalam tulisan.

Salah satu penyebabnya adalah masalah pembelajaran menulis yang belum

(12)

rendahnya kemampuan menulis menimpa hampir seluruh jenjang pendidikan di

Indonesia. Kualitas kompetensi menulis seperti tidak beranjak membaik, bahkan

kecenderungan semakin menurun. Kondisi ini didukung oleh simpulan penelitian

yang diungkapkan oleh Winarti (2013, hlm. 96) bahwa penguasaan menulis siswa

SMA di Bandung masih belum baik. Dari data yang berhasil dikumpulkan,

diketahui bahwa siswa SMA di Bandung sudah dapat menjabarkan isi karangan,

tetapi terbatas, menyusun dan mengorganisasi karangan kurang teratur, kurang

rapi, dan kurang menguasai atau kesulitan dalam menyusun kalimat sederhana

sehingga makna kalimat menjadi kabur atau kurang jelas. Bahkan, siswa SMA di

Bandung kurang menguasi kaidah penulisan kata dan ejaan secara baik.

Berbagai kenyataan di atas tampaknya disebabkan oleh proses

pembelajaran menulis selama ini masih kurang menekankan esensi

pembelajarannya. Seperti pendapat Ruganda (2009, hlm. 159) yang mengatakan

bahwa pembelajaran menulis sekarang ini masih dilakukan dengan pola-pola

tradisional, yaitu guru menerangkan teori tentang menulis lalu menugasi siswa

untuk menulis atau mengarang sesuai dengan teori. Hal tersebut tentu akan

menjemukan siswa. Padalah, Nurgiyantoro (2013, hlm. 277) mengatakan bahwa

pembelajaran bahasa haruslah ditekankan pada capaian kompetensi berbahasa,

kompetensi komunikatif, dan bukan kompetensi linguistik.

Pendapat senada diungkapkan Alwasilah (2013, hlm. 47) bahwa ada

sejumlah kesalahan dalam sistem pendidikan nasional, khususnya dalam

pembelajaran menulis, yaitu (1) siswa lebih diajari tata bahasa atau teori menulis

dan sedikit sekali berlatih menulis, (2) guru atau dosen sendiri tidak bisa menulis

sehingga ia tidak memiliki pengalaman eksistensial dalam menulis, (3) siswa

tidak memiliki keberanian untuk menulis karena takut berbuat salah dan

ditertawakan orang, (4) para (maha)siswa melakukan dosa-dosa kecil sewaktu

mengarang, (5) guru dan dosen cenderung menilai hasil akhir karangan sehingga

fokus lebih kepada kualitas dan ketepatan gramatika, (6) bagi kebanyakan orang,

menulis dianggap sebagai kegiatan menyendiri dan hanya dibaca oleh guru atau

dosen saja, dan (7) siswa tidak mengetahui benar-salahnya tulisan mereka karena

(13)

Lebih khusus lagi fenomena pembelajaran menulis yang dikemukakan

Alwasilah (2013, hlm. 137) bahwa pada umumnya yang dinilai guru adalah

karangan atau produk akhir yang ditulis pembelajar di kelas selama 1—2 jam

pelajaran. Artinya, pembelajaran menulis selama ini menyiratkan pemberian

beban menulis kepada siswa untuk menghasilkan karya tulisan tanpa mengetahui

proses sulitnya mereka menghasilkan tulisan. Dengan kata lain, guru kurang

membekali siswa akan pengetahuan dasar menulis. Padahal untuk menulis,

Tarigan (2008, hlm. 4) mengungkapkan bahwa seseorang harus terampil

memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis

tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang

banyak dan teratur.

Sejalan dengan itu, kreativitas dan wawasan yang dimiliki penulis ikut

berpengaruh terhadap hasil tulisan. Semi (2007, hlm. 6) menyatakan bahwa

menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam

lambang-lambang tulisan. Sesuai dengan pendapat tersebut, Mulyana (2005, hlm.

51) juga mengatakan bahwa tulisan merupakan media yang sangat efektif dan

efisien untuk menyampaikan berbagai gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan, atau

apa pun yang mewakili kreativitas manusia.

Keterampilan menulis menuntut siswa untuk mampu berpikir kreatif

sehingga teks yang dihasilkan tidak akan menjenuhkan dan nilai keorisinalannya

pun terjamin. Seperti yang diungkapkan oleh Thahar (2008, hlm. 7) bahwa kreasi

manusia yang berasal dari kerja kreatifnya harus baru dan belum ada sebelumnya.

Tidak jauh dari pandangan Torrance (dalam Filsaime, hlm. 20) bahwa berpikir

kreatif sebagai sebuah proses yang melibatkan unsur-unsur orisinalitas,

kelancaran, fleksibilitas, dan elaborasi. Sama seperti pendapat yang diungkapkan

Razik (dalam Filsaime, hlm. 8) bahwa berpikir kreatif melibatkan kemampuan

untuk memproduksi ide-ide orisinal, merasakan hubungan-hubungan baru dan

tidak dicurigai, atau membangun sebuah rangkaian unik dan baik di antara

faktor-faktor yang nampaknya tidak saling berkaitan. Karena kreativitas lahir dari minat

yang besar, diiringi dengan kemauan berlatih yang terus-menerus, dan tidak cepat

merasa puas, siswa perlu diarahkan secara terus-menerus dan berkesinambungan

(14)

Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dalam ihwal menulis

siswa, gurulah yang paling memiliki peranan besar. Hal tersebut sesuai dengan

pandapat yang dikemukakan Runco (2007, hlm. 189—190) bahwa teachers can

support creative talents in various way and can encourage creativity. Artinya, ada

banyak cara yang dapat dilakukan seorang guru untuk mampu mengembangkan

kemampuan berpikir kreatif siswa. Hal senada juga diungkapkan Alwasilah

(2013, hlm. 217) bahwa perlu ada keberanian untuk mendobrak kejumudan

berkarya tulis dalam tataran pendekatan, metode, dan kebijakan. Berdasarkan

pendapat itu, salah satu caranya adalah dengan menerapkan model pembelajaran

yang mampu menggugah para pelajar dalam mengembangkan kemampuan

berpikir kreatifnya. Dari sekian banyaknya model pembelajaran, model yang

ditawarkan adalah model pembelajaran treffinger.

Model pembelajaran treffinger merupakan salah satu model pembelajaran

yang menangani masalah kreativitas secara langsung. Dengan melibatkan, baik

keterampilan kognitif maupun afektif pada setiap tingkat dari model ini,

Treffinger menunjukkan hubungan dan ketergantungan antara keduanya dalam

mendorong belajar kreatif.

Model pembelajaran treffinger dapat membantu siswa untuk berpikir

kreatif dalam memecahkan masalah, membantu siswa dalam menguasai

konsep-konsep materi yang diajarkan, serta memberikan kepada siswa untuk

menunjukkan potensi-potensi kemampuan yang dimilikinya termasuk kemampuan

kreativitas dan kemampuan pemecahan masalah. Dengan kreativitas yang

dimiliki, siswa mampu menggali potensi dalam berdaya cipta, menemukan

gagasan serta menemukan pemecahan masalah yang dihadapinya dengan

melibatkan proses berpikir.

Model pembelajaran treffinger dalam peranannya mendorong belajar

kreatif yang dapat mengembangkan kreativitas siswa, melibatkan kemampuan

afektif dan kognitif yang digambarkan melalui tiga tingkatan berpikir yang

meliputi tingkat I adalah basic tools, yaitu pengembangan fungsi-fungsi divergen,

tingkat II adalah practice with proces, yaitu berpikir secara kompleks dan

perasaan majemuk, serta tingkat III adalah working with real problem, yaitu

(15)

treffinger ini sangat cocok untuk mengembangkan kemampuang berpikir kreatif

siswa dalam menulis teks narasi. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki siswa

dalam Kurikulum 2006 bahasa Indonesia kelas X SMA adalah siswa mampu

memproduksi teks narasi.

Teks narasi adalah bentuk wacana cerita yang di dalamnya terdapat urutan

peristiwa atau kejadian yang disusun berdasarkan kejadian nyata atau imajinasi.

Sejalan dengan itu, Thahar (2008, hlm. 8) mengungkapkan bahwa semua karya

tulis, baik fiksi maupun nonfiksi, diciptakan secara kreatif. Artinya, karya tulis itu

ditampilkan kepada pembaca dengan unsur-unsur kebaruan yang tentu saja

menarik, terutama dalam ide dan cara pengungkapannya. Tidak jauh berbeda

dengan pendapat Thahar tersebut, Grainger, dkk. (2005, hlm. 12) mengungkapkan

bahwa creative process of writing involves us in making choice about stance,

content, structur and language, and creating combinations and connections between ideas and images. Sementara itu, Alwasilah (2013, hlm. 180) mengungkapkan bahwa kreativitas melibatkan pimikiran dan tindakan imajinatif

yang mencakup penyerapan inderawi (sensing), penghayatan batin (feeling),

kemampuan berimajinasi (imaging), serta pencarian dan pemaparan kebenaran.

Dengan demikian, kreativitas atau kemampuan berpikir kreatif adalah bagian yang

tidak terpisahkan dalam penciptaan karya tulis, terutama teks narasi. Dengan

kemampuan berimajinasi atau mengombinasikan ide faktual dan imajinasi, akan

tercipta teks narasi yang kreatif.

Sekaitan dengan kemampuan berpikir kreatif, penelitian-penelitian

terdahulu menunjukkan bahwa selama ini kemampuan berpikir kreatif siswa

masih mendapat perhatian. Seperti halnya penelitian yang telah dilakukan oleh

Butarbutar dengan judul tesis “Pengaruh Model Pembelajaran Treffinger terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif dalam Mata Pelajaran Ekonomi pada Siswa Kelas X

SMA 3 Bina Bakti dan SMAN 1 Parongpong Bandung Tahun Pembelajaran

2013/2014”. Dari hasil penelitian itu, simpulan yang diperoleh bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa yang memperoleh teknik pembelajaran treffinger lebih baik

dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

Sementara itu, Tampubolon juga pernah meneliti kemampuan menulis teks siswa

(16)

Pembelajaran Menulis Teks Anekdot pada Siswa Kelas X SMAN 1 Lembang

Tahun Pelajaran 2014/2015”. Penelitian itu juga memberi simpulan bahwa model treffinger berbasis kreativitas efektif meningkatkan kemampuan menulis teks

anekdot siswa.

Berdasarkan hal itu, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut persoalan

keterampilan menulis teks narasi dan kaitannya dengan kreativitas atau berpikir

kreatif siswa. Ketidaktepatan penggunaan model pembelajaran oleh guru dapat

mengakibatkan siswa gagal mencapai nilai ketuntasan dalam materi pelajaran

tertentu. Guru yang hanya menyampaikan materi pelajaran secara verbal, yaitu

bertutur secara lisan (ceramah), dengan gaya komunikasi satu arah atau linear

(face-to-face communication) akan membuat siswa cenderung pasif. Effendy

(2003, hlm. 39) mengatakan bahwa komunikasi linear atau tatap muka, baik

komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) maupun komunikasi

kelompok (group communication)—meskipun memungkinkan terjadinya dialog—tetapi adakalanya berlangsung linear. Dengan pembelajaran seperti itu,

mental siswa akan tertekan secara tidak langsung sebab siswa dituntut agar

langsung mampu memahami apa yang disampaikan guru melalui bahasa lisan.

Akibatnya, siswa merasa jenuh dan kurang tertarik terhadap mata pelajaran bahasa

Indonesia sehingga siswa tidak mampu mencapai syarat ketuntasan yang telah

ditetapkan. Padahal, Uno (2008, hlm. vi) mengungkapkan bahwa upaya

memperbaiki proses pembelajaran diperlukan berbagai model pembelajaran yang

sesuai dengan kondisi pembelajaran tersebut.

Masalah-masalah tersebut harus dapat diatasi agar kemampuan siswa

dalam menulis teks narasi tidak berada di bawah nilai ketuntasan, tetapi di atas

nilai ketuntasan. Oleh karena itu, penelitian ini akan diarahkan melalui judul

“Penerapan Model Pembelajaran Treffinger untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Narasi dan Berpikir Kreatif (Studi Kuasieksperimen pada Siswa

Kelas X SMA St. Aloysius 2 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah penelitian di atas, rumusan masalah dalam

(17)

1) Bagaimana profil kemampuan menulis teks narasi dan berpikir kreatif siswa

kelas X SMA St. Aloysius 2 Bandung?

2) Bagaimana penerapan model pembelajaran treffinger dalam meningkatkan

kemampuan menulis teks narasi dan berpikir kreatif siswa kelas X SMA St.

Aloysius 2 Bandung?

3) Apakah terdapat perbedaan kemampuan menulis teks narasi antara siswa yang

memperoleh pembelajaran model pembelajaran treffinger dengan siswa yang

memperoleh pembelajaran terlangsung pada siswa kelas X SMA St. Aloysius

2 Bandung?

4) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang

memperoleh pembelajaran model pembelajaran treffinger dengan siswa yang

memperoleh pembelajaran terlangsung pada siswa kelas X SMA St. Aloysius

2 Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan model

pembelajaran treffinger untuk meningkatkan kemampuan menulis teks narasi dan

berpikir kreatif. Selain tujuan umum tersebut, sesuai rumusan masalah di atas,

tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1) profil kemampuan menulis teks narasi dan berpikir kreatif pada siswa kelas X

SMA St. Aloysius 2 Bandung;

2) penerapan model pembelajaran treffinger untuk meningkatkan kemampuan

menulis teks narasi dan berpikir kreatif siswa kelas X SMA St. Aloysius 2

Bandung;

3) perbedaan kemampuan menulis teks narasi antara siswa yang memperoleh

pembelajaran model pembelajaran treffinger dengan siswa yang memperoleh

pembelajaran terlangsung pada siswa kelas X SMA St. Aloysius 2 Bandung;

4) perbedaan kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang memperoleh

pembelajaran model pembelajaran treffinger dengan siswa yang memperoleh

(18)

D. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat. Adapun

manfaat-manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah berikut.

1. bagi peneliti, penelitian ini akan mendapatkan pengetahuan tentang teori dan

penerapan model treffinger dalam pembelajaran menulis teks narasi dan

berpikir kreatif;

2. bagi guru, penelitian ini diharapkan sebagai salah satu rujukan/sumber

keilmuan pembelajaran yang berkaitan tentang menulis teks narasi dan

berpikir kreatif dengan menggunakan model treffinger;

3. bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa

dalam menulis teks narasi dan berpikir kreatif siswa.

E. Metode dan Teknik Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

eksperimen. Metode eksperimen akan digunakan untuk menyelidiki sebab-akibat

dari adanya pemberian perlakuan (treatment) terhadap kelompok eksperimen.

Penelitian kelompok eksperimen adalah kelompok siswa yang menggunakan

model pembelajaran treffinger terhadap pembelajaran menulis teks narasi dan

berpikir kreatif, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok siswa yang

menggunakan teknik langsung (ceramah).

Sementara itu, teknik penelitian yang digunakan adalah teknik tes dan

teknik uji coba. Teknik tes ditujukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

pembelajaran menulis teks narasi yang dilakukan melalui pemberian pretest dan

postest. Teknik uji-coba ditujukan untuk mengetahui hasil pembelajaran menulis

teks narasi dengan menggunakan model pembelajaran treffinger di kelas

eksperimen, sedangkan di kelas kontrol digunakan model langsung (ceramah).

F. Struktur Organisasi Penulisan

Adapun struktur organisasi penulisan tesis ini terdiri atas lima bab, yaitu

bab pendahuluan, bab kajian pustaka, dan bab metodologi penelitian, bab hasil

penelitian dan pembahasan, dan bab simpulan dan saran. Setiap bab memiliki

(19)

alasan-alasan pemilihan judul dan dasar pemikiran permasalahan, identifikasi:

berisi penetapan beberapa sumber penyebab masalah, rumusan masalah: berisi

pertanyaan permasalahan yang akan dijawab, tujuan: berisi penjelasan urgensinya

sebuah penelitian, metode penelitian: berkaitan dengan metode apa yang

digunakan untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan, dan manfaat penelitian:

berkaitan dengan kegunaan yang akan didapatkan dari sebuah penelitian dan

sejauh mana kebermanfaatannya dalam dunia pendidikan.

Bab kedua memuat penjelasan teori yang berkaitan dengan variabel yang

akan diteliti. Misalnya, ihwal model pembelajaran treffinger seperti pengertian

model pembelajaran treffinger, tahap-tahap pembelajaran treffinger, manfaat dan

kegunaan penggunaan model treffinger, penjelasan teori tentang berpikir kreatif,

juga penjelasan tentang teks narasi.

Bab ketiga meliputi penjelasan mengenai metodologi penelitian yang

membahas metode yang digunakan, desain, prosedur penelitian, populasi dan

sampel, definisi operasional, teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan

data.

Bab keempat meliputi penjelasan hasil dan pembahasan. Dalam bab ini,

lebih rinci dijelaskan tentang hasil penelitian yang telah diperoleh. Analisis hasil

penelitian yang dimaksud berkaitan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini terdiri atas deskripsi profil

kemampuan menulis teks narasi siswa di SMA St. Aloysius 2 Bandung,

khususnya kelas X, perencanaan model pembelajaran dalam meningkatkan

kemampuan menulis teks narasi dan berpikir kreatif pada siswa kelas X SMA St.

Aloysius 2 Bandung, penerapan model pembelajaran treffinger dalam

meningkatkan kemampuan menulis teks narasi dan berpikir kreatif pada kelas

eksperimen dan teknik langsung (ceramah) pada kelas kontrol, dan pemaparan

hasil peningkatan kemampuan siswa dalam menulis teks narasi dan berpikir

kreatif dengan model pembelajaran treffinger di kelas eksperimen dari hasil

pretest dan postest. Selain itu, hasil pembelajaran dengan menggunakan teknik

langsung (ceramah) juga akan dijelaskan baik dari hasil pretest maupun hasil dari

(20)

Sementara itu, bab kelima berisi tentang simpulan dan saran dari penelitian

ini. Dalam bab ini, lebih khusus diuraikan simpulan penelitian dari seluruh proses

pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam penelitian ini. Kemudian di akhir

simpulan penelitian ini, peneliti juga memberi saran yang dapat dipertimbangkan

untuk pembelajaran yang berkaitan tentang menulis teks narasi dan berpikir

(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini, akan diuraikan secara khusus tentang metodologi

penelitian, uraian metodologi penelitian yang dimaksud meliputi metode, desain,

dan prosedur penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, anggapan dasar,

dan definisi operasional, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan

teknik pengolahan data.

A.Metode, Desain, dan Prosedur Penelitian

Motode, desain, dan prosedur penelitian yang menjadi landasan

pelaksanaan penelitian diuraikan berikut ini.

1. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen. Alasan pemilihan metode tersebut karena metode eksperimen akan

digunakan untuk menyelidiki sebab-akibat dari adanya pemberian perlakuan

(treatment) terhadap kelompok eksperimen. Penelitian kelompok eksperimen

adalah kelompok siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran

treffinger, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok siswa yang diajarkan

dengan menggunakan model pembelajaran terlangsung (ceramah).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuasiekperimen dengan bentuk pretest-postest control group design. Ciri yang

tampak pada desain ini, yaitu sampel yang digunakan untuk kelompok eksperimen

maupun kelompok kontrol diambil secara random dari populasi. Dengan kata lain,

dilakukan pemilihan dua kelompok secara random.

Sejalan dengan itu, Sugiono (2013, hlm. 82) menjelaskan bahwa

probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang

yang sama bagi setiap unsur anggota atau populasi untuk dipilih menjadi anggota

sampel. Salah satu jenis probability sampling yang dimaksud adalah simple

random sampling. Dikatakan sederhana karena pengambilan anggota sampel dari

(22)

populasi itu. Cara demikian dilakukan karena anggota populasi dianggap

homogen.

Dari dua kelompok yang telah dipilih tersebut, langkah berikutnya adalah

pemberian pretest untuk mengetahui bagaimana kemampuan awal kelompok.

Selanjutnya, perlakuan akan diberikan pada kedua kelompok yang menjadi subjek

penelitian lalu kedua kelompok akan diberikan postest.

Adapun diagram desain penelitian ini yang menggunakan pretest-postest

control group desain digambarkan seperti berikut.

Treatment Group O1e X O2e

Control Group O1k C O2k

Keterangan:

O1e : pretest pada kelas eksperimen

O2e : postest pada kelas eksperimen

O1k : pretest pada kelas kontrol

O2k : postestpada kelas kontrol

X : perlakuan ekperimen (model pembelajaran treffinger)

C : perlakuan kontrol (teknik terlangsung)

(Adaptasi dari pendapat Fraenkel dan Wallen, 2007, hlm. 274)

2. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap. Pertama,

tahap persiapan, yaitu peneliti melakukan analisis kebutuhan. Maksudnya,

peneliti melakukan studi awal tentang hal yang akan diteliti. Studi awal tersebut

dilakukan melalui dua cara, seperti penjajakan teori-teori yang berkaitan tentang

teori model pembelajaran treffinger, teks narasi, berpikir kreatif, dan juga mencari

jurnal yang terkait serta membandingkan hasil penelitian terdahulu kemudian

melihat langsung permasalahan di lapangan dengan kesesuaian antara teori-teori

yang didapatkan dengan fakta di lapangan. Cara kerja seperti itu dilakukan

dengan dua cara, yaitu dengan cara pendokumentasian dan observasi. Setelah

(23)

penawaran model pembelajaran treffinger terhadap kesulitan menulis teks narasi

dan berpikir kreatif.

Tahap kedua, tahap pelaksanan. Pada tahap ini terlebih dahulu dilakukan

pemilihan sampel dengan memilih dua kelas sampel sebagai kelas eksperimen dan

kelas kontrol dengan pertimbangan tertentu. Setelah itu, diberi pretest pada kedua

kelompok tersebut. Lalu, melaksanakan pembelajaran yang menggunakan model

pembelajaran treffinger pada kelas eksperimen selama tiga kali pertemuan lalu

diakhir pembelajaran diberikan postest dan melaksanakan pembelajaran dengan

teknik terlangsung di kelas kontrol dan diberikan postest di akhir pembelajaran.

Langkah berikutnya tahap ketiga, tahap akhir. Pada tahap ini dilakukan

pengolahan data dan menganalisis hasil pretest dan postest dengan rumus statistik

yang sesuai untuk menguji ketepatan hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya.

Kemudian menyusun simpulan dari hasil penelitian melalui bentuk laporan akhir

penelitian. Langkah-langkah penelitian itu akan tampak pada gambar berikut ini.

Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian Pretest

TAHAPAN PENELITIAN

1.Tahap Persiapan 2.Tahap Pelaksanaan 3.Tahap Akhir

Analisis Kebutuhan

Studi Awal

Pemilihan Sampel

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pengolahan Data

Analisis Data

Teori Jurnal

Fakta lapangan

Perlakuan dengan Model Treffinger

Perlakuan dengan Teknik terlangsung

Postest

Pretest Postest

(24)

B.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA St. Aloysius 2 Bandung yang

beralamat di Jalan Batu Nunggal Indah II/30 Bandung.

C.Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel yang menjadi subjek penelitian ini dipaparkan berikut

ini.

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA St. Aloysius 2

Bandung dengan jumlah 5 kelas yang terdiri atas dua pembagian kelas, yaitu

kelompok IPA sebanyak 3 kelas dan kelompok IPS sebanyak 2 kelas. Berdasarkan

data sekolah, jumlah keseluruhan siswa kelas X sebanyak 94 orang. Adapun

rincian populasi siswa penelitian tampak pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1

Jumlah Siswa Kelas X SMA St. Aloysius 2 Bandung Tahun 2014/2015

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

XA IPA 8 10 18

XB IPA 9 10 19

XC IPA 9 9 18

XD IPS 11 8 19

XE IPS 10 10 20

Jumlah 49 45 94

Sumber: Data SMA St. Aloysius 2 Bandung

2. Sampel Penelitian

Peneliti menentukan sampel secara “sampling purposive”. Penentuan

sampel dengan cara ini dilakukan secara disengaja karena beberapa pertimbangan

tertentu, seperti izin yang diberikan oleh sekolah kepada peneliti yang

menetapkan bahwa untuk kelas eksperimen dengan menerapkan model

pembelajaran treffinger dalam pembelajaran menulis teks narasi dan berpikir

(25)

dengan teknik terlangsung (ceramah), yaitu kelas XC. Hal itu senada dengan pendapat Sugiono (2012, hlm.126).

D.Anggapan Dasar

Anggapan dasar merupakan landasan teori dalam penyusunan hasil

penelitian. Anggapan dasar merupakan sebuah titik tolak pemikiran yang

kebenarannya diterima oleh peneliti. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam

penelitian ini penulis mempunyai anggapan dasar berikut.

1. Kemampuan menulis teks narasi merupakan salah satu kompetensi yang harus

dikuasai dalam pembelajaran Kurikulum 2006 kelas X. Kemampuan menulis

teks narasi harus dikuasai sebagai pembentukan bekal dalam menulis kreatif.

2. Pembelajaran menulis teks narasi merupakan keterampilan menulis yang

kreatif dan produktif sehingga memerlukan latihan yang kontinu dan intensif.

Artinya, kemampuan berpikir kreatif merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari pembelajaran menulis teks narasi. Oleh karena itu,

kemampuan berpikir kreatif harus ditingkatkan dan dibiasakan dalam

pembelajaran sehingga kreativitas siswa dapat diterapkan dalam kehidupan

pembelajar.

3. Model pembelajaran treffinger merupakan model pembelajaran yang berupaya

mendorong siswa berpikir kreatif. Penerapan model pembelajaran treffinger

menjadi alternatif untuk mengetahui kemampuan menulis teks narasi dan

kemampuan berpikir kreatif siswa.

E.Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian

dapat didefinisikan sebagai berikut.

1. Model pembelajaran treffinger merupakan model pembelajaran yang

menangani masalah kreativitas secara langsung dan memberikan saran-saran

praktis bagaimana mencapai keterpaduan. Model ini terdiri dari tiga tingkat

teknik kreatif atau tahap dalam penerapannya. Setiap tingkat melibatkan

keterampilan kognitif dan afektif yang menunjukkan hubungan dan

(26)

2. Teks narasi merupakan bentuk wacana cerita yang di dalamnya terdapat

urutan peristiwa atau kejadian yang dialami tokoh dengan latar dan konflik

serta disusun berdasarkan kejadian nyata atau imajinasi. Kemampuan menulis

teks narasi merupakan usaha mengekspresikan ide dan gagasan dalam bentuk

wacana cerita.

3. Berpikir kreatif merupakan proses melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa

gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk karya baru maupun

kombinasi dari hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda

dengan apa yang telah ada. Kemampuan berpikir kreatif adalah kecakapan

yang dimiliki oleh siswa dalam melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa

gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk karya baru maupun

kombinasi dari hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda

dengan apa yang telah ada.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap permasalahan

penelitian. Hal ini senada dengan pendapat Arikunto (2006, hlm. 71) yang

mengatakan bahwa hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap

permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Adapun

hipotesis kerja penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

1. Ha: terdapat perbedaan kemampuan menulis teks narasi antara hasil belajar

siswa kelas X SMA St. Aloysius 2 Bandung yang diberi perlakuan

model pembelajaran treffinger dengan penguatan berpikir kreatif

dengan hasil belajar siswa kelas X SMA St. Aloysius 2 Bandung yang

tidak diberi perlakuan model pembelajaran treffinger.

Ho: tidak terdapat perbedaan kemampuan menulis teks narasi antara hasil

belajar siswa kelas X SMA St. Aloysius 2 Bandung yang diberi

perlakuan model pembelajaran treffinger dengan penguatan berpikir

kreatif dengan hasil belajar siswa kelas X SMA St. Aloysius 2

Bandung yang tidak diberi perlakuan model pembelajaran treffinger.

2. Ha: terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif antara hasil belajar

(27)

model pembelajaran treffinger dengan penguatan berpikir kreatif

dengan hasil belajar siswa kelas X SMA St. Aloysius 2 Bandung yang

tidak diberi perlakuan model pembelajaran treffinger.

Ho: tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif antara hasil

belajar siswa kelas X SMA St. Aloysius 2 Bandung yang diberi

perlakuan model pembelajaran treffinger dengan penguatan berpikir

kreatif dengan hasil belajar siswa kelas X SMA St. Aloysius 2

Bandung yang tidak diberi perlakuan model pembelajaran treffinger.

G.Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, ada

beberapa teknik yang digunakan seperti berikut ini.

1. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data awal yang

dibutuhkan. Dari hasil dokumentasi yang diperoleh, data tersebut akan menjadi

gambaran awal bagaimana proses pembelajaran menulis teks narasi yang telah

berlangsung selama ini di SMA St. Aloysius 2 Bandung, khususnya pada siswa

kelas X.

2. Observasi

Obeservasi ditujukan untuk melihat secara langsung proses pembelajaran

menulis teks narasi sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran

treffinger.

3. Tes Unjuk Kerja

Teknik ini akan ditujukan untuk memperoleh data pembelajaran menulis

teks narasi siswa dalam bentuk produk tulisan teks narasi. Pemberian unjuk kerja

ini akan diberikan soal yang sama di kelas ekperimen dan di kelas kontrol pada

pretest dan postest.

H.Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang dijadikan sebagai bahan menganalisis data dalam

penelitian ini memuat beberapa instrumen. Instrumen yang dimaksud meliputi

(28)

pedoman angket/kuisioner sikap kepuasan siswa terhadap penerapan teknik

pembelajaran.

1. Ancangan Model

Ancangan model merupakan landasan bagi penyusunan instrumen

perlakuan. Beberapa hal akan diuraikan dalam rancangan model ini seperti

rasional, tujuan, prinsip dasar, sintaks, serta evaluasi dari model pembelajaran

yang digunakan yakni model pembelajaran treffinger dalam pembelajaran menulis

teks narasi.

a. Rasional

Sejatinya banyak model pembelajaran yang dapat digunakan seorang guru

untuk memberi pemahaman tentang materi pelajaran yang akan diajarkan kepada

siswa. Salah satu jenis model yang dimaksud adalah model pembelajaran

treffinger. Model pembelajaran treffinger merupakan model pembelajaran yang

dapat membantu siswa untuk berpikir kreatif dalam memecahkan masalah,

membantu siswa dalam menguasai konsep-konsep materi yang diajarkan, serta

memberikan kepada siswa untuk menunjukkan potensi-potensi kemampuan yang

dimilikinya termasuk kemampuan kreativitas dan kemampuan pemecahan

masalah. Dengan kreativitas yang dimiliki, siswa mampu menggali potensi dalam

berdaya cipta, menemukan gagasan serta menemukan pemecahan masalah yang

dihadapinya dengan melibatkan proses berpikir.

Sejalan dengan itu, menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan

gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Kreativitas dan wawasan yang

dimiliki penulis ikut berpengaruh terhadap hasil tulisan. Tulisan merupakan media

yang sangat efektif dan efisien untuk menyampaikan berbagai gagasan, wawasan,

ilmu pengetahuan, atau apa pun yang mewakili kreativitas manusia. Keterampilan

menulis menuntut siswa untuk mampu berpikir kreatif sehingga teks yang

dihasilkan tidak akan menjenuhkan dan nilai keorisinalannya pun terjamin.

Berdasarkan hal itu, model pembelajaran treffinger sendiri diasumsikan

mampu membantu siswa untuk menuliskan sebuah teks narasi dengan alasan:

1) memberi kesempatan untuk membuka dirinya, merasa bebas, dan aman untuk

mengungkapkan pikiran dan perasaannya;

(29)

3) mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, yaitu menggunakan analogi dan

metafor (kiasan) untuk membantu siswa menganalisis masalah dan

mengembangkan berbagai sudut tinjau;

4) mengembangkan kemampuan untuk mendefinisikan masalah, mengumpulkan

data, menganalisis data, membangun hipotesis, dan percobaan untuk

memecahkan suatu permasalahan;

5) membantu menuangkan ide dalam bentuk teks narasi.

b. Tujuan

Tujuan umum dari penggunaan model pembelajaran treffinger adalah untuk

membuat siswa belajar membangun dan mengembangkan ide atau gagasan dan

fantasi atau imajinasi yang masih tersimpan di dalam otak yang kemudian akan

dituangkan lewat tulisan teks narasi yang mengandung tulisan kreatif.

Adapun secara khusus, “Penerapan Model Pembelajaran Treffinger dalam Pembelajaran Menulis Teks Narasi dan Berpikir Kreatif" adalah agar siswa

mampu:

1) bekerja sama membangun kebebasan mengungkapkan ide atau gagasan dan

fantasi atau imajinasi;

2) menggali ide atau gagasan dan fantasi atau imajinasi cemerlang tentang suatu

persoalan dan peristiwa tertentu;

3) menganalisis gagasan dan fantasi yang dikemukakan secara runtut dan jelas;

4) menyusun teks narasi sebagaimana yang dimaksud pada tujuan khusus 1), 2),

dan 3).

c. Prinsip Dasar Model Pembelajaran Treffinger

Model pembelajaran treffinger merupakan salah satu dari sedikit model

yang menangani masalah kreativitas secara langsung. Model pembelajaran

treffinger dapat membantu siswa untuk berpikir kreatif dalam memecahkan

masalah, membantu siswa dalam menguasai konsep-konsep materi yang

diajarkan, serta memberikan kepada siswa untuk menunjukkan potensi-potensi

kemampuan yang dimilikinya termasuk kemampuan kreativitas dan kemampuan

(30)

potensi dalam berdaya cipta, menemukan gagasan serta menemukan pemecahan

masalah yang dihadapinya dengan melibatkan proses berpikir.

Model pembelajaran treffinger dalam peranannya mendorong belajar

kreatif yang dapat mengembangkan kreativitas siswa, melibatkan kemampuan

afektif dan kognitif yang digambarkan melalui tiga tingkatan berpikir yang

meliputi tingkat I adalah basic tools, yaitu pengembangan fungsi-fungsi divergen,

tingkat II adalah practice with proces, yaitu berpikir secara kompleks dan

perasaan majemuk, serta tingkat III adalah working with real problem, yaitu

keterlibatan dalam tantangan nyata. Selanjutnya, prinsip dasar dari model

pembelajaran treffinger, yaitu

1) menumbuhkan iklim atau suasana kreatif di dalam kelas yang memungkinkan

siswa membuka dirinya dan merasa bebas serta aman untuk mengungkapkan

pikiran dan perasaannya;

2) memberikan kebebasan menyampaikan gagasan sebanyak mungkin tanpa ada

kritik atau sanggahan;

3) meningkatkan kelenturan pemikiran, yaitu kemampuan untuk mengubah

perspektif atau sudut tinjau;

4) mengembangkan teknik berpikir kreatif dengan menggunakan analogi dan

metafor (kiasan) untuk membantu pemikiran menganalisis masalah dan

mengembangkan berbagai sudut tinjau;

5) mengembangkan hasil pikiran-pikiran kreatif dalam sebuah skenario

(menciptakan/ futuristics);

d. Sintaks

Sintaks atau rangkaian langkah-langkah dalam “Penerapan Model

Pembelajaran Treffinger dalam Pembelajaran Menulis Teks Narasi dan Berpikir Kreatif”. Berikut uraian sintaksnya.

Teknik Kreatif Tingkat I

1. Melakukan pemanasan (warming up) untuk menumbuhkan iklim atau suasana

kreatif di dalam kelas dengan mengajukan pertanyaan terbuka yang

menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa.

(31)

3. Melakukan sumbang saran (brainstorming) dalam bentuk diskusi untuk

menganalisis masalah yang disajikan.

Teknik Kreatif Tingkat II

1. Melakukan teknik sinektik (analogi dan metafor) dengan mendaftarkan

gagasan dan imajinasi dari beberapa gambar peristiwa yang tersaji dalam

kelompok.

2. Melakukan tinjau ulang gagasan dalam diskusi kelompok.

3. Memberikan pandangan masa depan (teknik futuristik) dan selanjutnya

menulis teks narasi berdasarkan gagasan-gagasan yang ditemukan melalui

teknik analogi dalam kelompok.

Teknik Kreatif Tingkat III

1. Mendaftarkan fakta-fakta yang diketahui mengenai masalah yang ingin

dipecahkan, yaitu mengembangkan satu tema menjadi karangan narasi yang

kreatif dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan: siapa, apa, mengapa,

bagaimana, dan pertanyaan-pertanyaan lain.

2. Merumuskan masalah dengan mengajukan pertanyaan, “Dengan cara apa saya mengatasinya?” dan menetapkan jawaban dengan melakukan teknik sumbang saran dan analogi pada diri sendiri.

3. Menemukan gagasan yang imajinatif sebanyak mungkin delangan melakukan

teknik brainstorming dan analogi.

4. Melakukan tinjau ulang gagasan atau evaluasi.

5. Melakukan tahap pelaksanaan, yaitu mengembangkan sebuah teks narasi

kreatif.

Berdasarkan sintaks model pembelajaran treffinger di atas, penerapan

dalam pembelajaran menulis teks narasi akan terlihat dalam langkah-langkah

pembelajaran model treffinger. Langkah-langkah itu akan terlihat pada saat proses

pembelajaran berlangsung yang telah direncanakan di dalam RPP pembelajaran

menulis teks narasi dan berpikir kreatif.

e. Dampak Instruksional

Dampak instruksional yang diperoleh dari penerapan model pembelajaran

(32)

1) belajar menumbuhkan iklim atau suasana kreatif di dalam kelas;

2) meningkatkan pemikiran dan sikap kreatif dengan sikap belajar yang berbeda,

lebih bebas, terbuka, dan tertantang untuk berperan secara aktif dengan

memberanikan diri dan senang memberikan gagasan sebanyak mungkin;

3) belajar demokratis dengan melakukan teknik sumbang saran (brainstorming);

4) belajar mengembangkan pemikiran kreatifnya dengan melakukan teknik

analogi dan metafor;

5) menghasilkan gagasan-gagasan atau imajinasi yang kreatif;

6) mengembangkan ide atau gagasan lewat sebuah tulisan.

f. Evaluasi

Evaluasi merupakan sebuah proses yang harus dilakukan untuk

mengetahui sekaligus mengukur apakah tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya

sudah tercapai atau belum. Oleh karena itu, evaluasi disusun berdasarkan tujuan

yang telah dirumuskan sebelumnya. Adapun evaluasi dari penerapan model

pembelajaran treffinger dalam pembelajaran menulis teks narasi dan berpikir

kreatif ini berupa pengukuran terhadap hal-hal berikut:

1) bekerja sama membangun kebebasan mengungkapkan ide atau gagasan dan

fantasi atau imajinasi;

2) menggali ide atau gagasan dan fantasi atau imajinasi cemerlang tentang suatu

persoalan dan peristiwa tertentu;

3) menganalisis gagasan dan fantasi yang dikemukakan secara runtut dan jelas;

4) menyusun teks narasi sebagaimana yang dimaksud pada tujuan khusus 1), 2),

dan 3).

Evaluasi akhir yang digunakan adalah berupa tes tertulis dengan bentuk tes uraian

yang mengandung komposisi teks narasi.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Berdasarkan sintaks model pembelajaran treffinger, langkah-langkah itu

akan terlihat pada saat proses pembelajaran berlangsung yang telah direncanakan

(33)
[image:33.595.115.514.108.760.2]

Tabel 3.2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Pertemuan I

Kegiatan Proses Belajar Mengajar Alokasi Waktu Sintaks

Tingkat I

(Basic Tools)

a. Melakukan

pemanasan

(warming up)

1) Siswa melakukan rileksasi pikiran

dengan mendengarkan lagu yang

mereka sukai dan selanjutnya siswa

memejamkan mata.

2) Siswa menyimak sugesti guru bahwa

saat ini mereka berada di tempat yang

sama sekali tidak ada peraturan yang

mengikat.

3) Siswa menonton tayangan video/film.

4) Siswa menyimak pertanyaan yang

disampaikan guru tentang

peristiwa/masalah dalam video/film,

misalnya apa kesan yang mereka

rasakan setelah menonton film, apa

pendapat mereka tentang karakter tokoh,

pesan apa yang mereka dapat setelah

menonton film, dsb.

5) Siswa menjawab dan mengutarakan

pendapatnya. (Elaborasi)

15’

b. Memberikan

masalah

6) Siswa, secara pribadi, menganalisis teks

yang merupakan teks narasi berdasarkan

beberapa teks yang dibagikan oleh guru.

(Fleksibilitas)

7) Siswa, secara berkelompok,

mendiskusikan hasil analisis pribadinya

dengan teman sekelompoknya.

15’

(34)

sumbang saran

(brainstorming)

menetapkan suatu teks yang merupakan

teks narasi berdasarkan analisis

kelompoknya. (Kelancaran)

9) Setiap kelompok, secara bergantian,

mempresentasikan hasil diskusinya dan

kelompok lain memberikan tanggapan.

10)Untuk menambah pemahaman, siswa

menerima contoh teks narasi yang lain

dari guru dan memilih satu teks narasi

yang terbaik berdasarkan hasil analisis

kelompok. (Fleksibilitas)

11)Secara bergantian, setiap kelompok

menyampaikan hasil diskusi.

12)Secara acak, beberapa siswa

memberikan tanggapan. (Kelancaran)

13)Seluruh siswa dan guru bersama-sama

menyimpulkan hal-hal yang

berhubungan dengan teks narasi, baik

definisinya, karakteristiknya, jenis, dan

unsur-unsurnya.

Pertemuan II

Melakukan pemanasan

(warming up)

1) Siswa melakukan rileksasi pikiran

dengan mendengarkan lagu yang

mereka sukai dan selanjutnya siswa

memejamkan mata.

2) Siswa menyimak sugesti dari guru

bahwa saat ini mereka berada di tempat

yang sama sekali tidak ada peraturan

yang mengikat.

3) Siswa menonton video peristiwa

bencana.

4) Secara acak, beberapa siswa

(35)

mengungkapkan tanggapannya tentang

video peristiwa tersebut.

5) Siswa mendengarkan penegasan dari

guru dan hubungannya dengan materi

teks narasi yang telah dipelajari

sebelumnya untuk merangsang kembali

ingatan mereka.

(Practice with process)

a. Melakukan analogi

dan metafor

(kiasan)

(synectics)

6) Setiap kelompok menerima satu gambar

peristiwa dan mengamatinya.

(Elaborasi)

7) Siswa berdiskusi dengan menggunakan

analogi.

Analogi fantasi: Siswa membayangkan

situasi/peristiwa dalam gambar dan

masing-masing siswa mengungkapkan

fantasinya mengenai gambar yang telah

dibagikan.

Analogi langsung: Siswa

mengungkapkan pendapat-pendapatnya

ketika situasi/peristiwa dalam gambar

sejajar dalam situasi kehidupan

nyatanya.

Analogi pribadi: Siswa

mengungkapkan pendapat-pendapatnya

jika siswa menempatkan dirinya atau

berperan dalam peristiwa/situasi dalam

gambar. (Kelancaran)

8) Masing-masing kelompok meninjau

setiap pendapat-pendapat yang

diungkapkan oleh anggota kelompok.

[image:35.595.116.517.83.737.2]
(36)

(Fleksibilitas)

b. Melakukan teknik

futuristik

(fururistics)

9) Masing-masing kelompok

mengembangkan sebuah tulisan narasi

dari daftar pendapat-pendapat yang telah

disusun dan dievaluasi dengan

memperhatikan lima aspek teks narasi,

seperti isi, struktur, kosakata, kalimat,

dan mekanik. (Orisinalitas)

10)Masing-masing kelompok membacakan

hasil tulisan dan kelompok yang lainnya

memberi tanggapan atau komentar.

11)Guru memberikan pandangan masa

depan tentang manfaat menulis,

khusunya menulis teks narasi bagi masa

depan mereka.

45’

Pertemuan III

Melakukan pemanasan

(warming up)

1) Siswa melakukan rileksasi pikiran

dengan mendengarkan lagu yang

mereka sukai dan selanjutnya siswa

memejamkan mata.

2) Siswa menyimak sugesti guru bahwa

saat ini mereka berada di tempat yang

sama sekali tidak ada peraturan yang

mengikat.

3) Siswa menonton film pendek.

4) Secara acak, beberapa siswa

memberikan tanggapan dan kesannya

terhadapa film yang telah ditonton.

5) Siswa mendengarkan penegasan dari

guru dan hubungannya dengan materi

teks narasi untuk merangsang kembali

ingatan mereka.

(37)

(Working with real

problems)

a. Memberikan

masalah

b. Menggunakan

analogi dan metafor

(kiasan)

(synectics)

6) Siswa ditantang dengan masalah nyata,

yaitu mengembangkan satu teks narasi.

7) Siswa mendaftarkan fakta-fakta yang

diketahui mengenai masalah yang ingin

dipecahkan dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan: siapa, apa,

mengapa, bagaimana, dan

pertanyaan-pertanyaan lain.

8) Siswa merumuskan masalah dengan mengajukan pertanyaan, “Dengan cara apa saya mengatasinya?” dan

menetapkan jawaban dengan melakukan

teknik sumbang saran dan analogi pada

diri sendiri. (Elaborasi)

9) Siswa mengemukakan gagasan dan

imajinasinya dengan melakukan teknik

analogi.

Analogi fantasi: Siswa membayangkan

situasi/peristiwa sesuai dengan tema dan

mengungkapkan fantasinya mengenai

tema tersebut.

Analogi langsung: Siswa

mengungkapkan pendapat-pendapatnya

ketika situasi/peristiwa dalam tema

sejajar dalam situasi kehidupan

nyatanya.

Analogi pribadi: Siswa

mengungkapkan pendapat-pendapatnya

jika siswa menempatkan dirinya dalam

10’

(38)

peran masalah dalam peristiwa/situasi

yang sesuai dengan tema. (Kelancaran)

10)Selanjutnya, siswa menemukan solusi

dengan meninjau setiap

pendapat-pendapat yang telah didaftar.

c. Menulis teks narasi 11)Masing-masing siswa melakukan

tindakan untuk mengembangkan sebuah

teks narasi dari daftar

pendapat-pendapat yang telah diseleksi.

(Orisinalitas)

12)Beberapa siswa membacakan hasil

tulisan.

13)Siswa yang lainnya memberi tanggapan.

50’

2. Pedoman Tes Unjuk Kerja

Tes diperuntukkan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran menulis

teks narasi. Dalam hal ini, pengukuran itu dimaksudkan untuk mengetahui

berhasil tidaknya penerapan model pembelajaran yang ditawarkan terhadap

variabel terikat dalam penelitian ini. Berikut pedoman tes unjuk kerja untuk

[image:38.595.115.516.80.357.2]

menulis teks narasi yang telah divalidasi oleh beberapa ahli.

Tabel 3.3 Pedoman Penilaian Teks Narasi

Aspek

yang

Dinilai

Komponen Aspek yang Dinilai B o b o t S k o r Indikator Skor maksi mal Isi Teks Narasi

1. Mengisahkan cerita atau kisah

menimbulkan daya khayal

(menggugah imajinasi)

2. Menyampaikan makna

(amanat tersirat)

3. Ide cerita berkembang sesuai 5

4

Jika tulisan memuat

keempat komponen yang

dinilai

20

3 Jika tulisan hanya memuat tiga komponen yang dinilai

(39)

Aspek

yang

Dinilai

Komponen Aspek yang Dinilai B o b o t S k o r Indikator Skor maksi mal

dengan tema cerita

4. Menimbulkan daya tarik

(melibatkan simpati dan

antipati pembaca)

dua yang dinilai

1

Jika tulisan hanya memuat

satu komponen yang dinilai

Unsur

Teks

Narasi

1. Mengandung tema yang

relevan dengan judul

2. Mengandung urutan peristiwa/

kejadian/ jalan cerita

3. Mengandung

tokoh (fisiologis, psikologis,

sosiologis)

4. Mengandung latar (tempat,

waktu, suasana)

4

4 Jika tulisan memuat kelima komponen yang dinilai

16 3

Jika tulisan hanya memuat

empat komponen yang

dinilai

2

Jika tulisasn hanya memuat

tiga komponen yang dinilai

1 Jika tulisan hanya memuat dua yang dinilai

Bahasa

Kosakata

1. Menguasai pilihan kata yang

tepat

2. Menguasai ungkapan yang

tepat

3. Menguasai pembentukan kata

4. Menguasai penggunaan gaya

bahasa

2 4

Jika tulisan memuat

keempat komponen yang

dinilai

8 3 Jika tulisan hanya memuat

tiga komponen yang dinilai

2 Jika tulisan hanya memuat dua komponen yang dinilai

1 Jika tulisan hanya memuat satu komponen yang dinilai

Kalimat

1. Menguasai konstruk kalimat

kompleks 3 4

Jika tulisan memuat

(40)

Aspek

yang

Dinilai

Komponen Aspek yang Dinilai B o b o t S k o r Indikator Skor maksi mal

2. Menguasai kalimat efektif

3. Menguasai penggunaan

pronomina dan preposisi

4. Menggunakan makna kalimat

yang tidak ambigu

dinilai

3 Jika tulisan hanya memuat tiga komponen yang dinilai

2 Jika tulisan hanya memuat dua komponen yang dinilai

1

Jika tulisan hanya memuat

satu komponen yang dinilai

Mekanik 1. Menggunakan tanda baca

yang tepat

2. Menggunakan penulisan huruf

kapital yang benar

3. Menata penulisan paragraf

yang benar

4. Memiliki tulisan tangan yang

jelas dan terbaca

2 4

Jika tulisan memuat

keempat komponen yang

dinilai

8 3 Jika tulisan hanya memuat

tiga komponen yang dinilai

2 Jika tulisan hanya memuat dua komponen yang dinilai

1 Jika tulisan hanya memuat satu komponen yang dinilai

Skor 64

� � = �

Diadaptasi dari teori Jacobs (dalam Nurgiyantoro, 2013, hlm. 439—440) dan

(41)
[image:41.595.77.555.130.729.2]

Tabel 3.4

Aspek Penilaian Kreativitas (Berpikir Kreatif)

Aspek yang Dinilai

Kriteria Berpikir Kreatif dalam Menulis Teks

Narasi Indikator S k o r Skor maksi mum Orisinalitas (Keunikan)

Unik Baik dari segi bentuk dan isi,

teks dikembangkan dengan ide

imajinatif (gagasan tidak

biasa).

3

3 Kurang unik Teks dikembangkan dengan

ide imajinatif (gagasan tidak

biasa), tetapi hanya pada salah

satu aspek saja (misalnya,

hanya segi bentuk atau segi

isi).

2

Tidak unik Teks dikembangkan dengan

ide yang biasa-biasa saja

(bersifat faktual).

1

Elaborasi (Kerincian)

Rinci Mendeskripsikan semua unsur

teks narasi dengan

menguraikan minimal tiga segi

(misalnya, unsur penokohan

digambarkan dari aspek fisik,

tingkah laku, dan dialog)

3

3 Kurang rinci Mendeskripsikan semua unsur

teks narasi dengan

menguraikan dua segi

(misalnya, unsur penokohan

digambarkan dari aspek fisik

dan tingkah laku)

(42)

Aspek yang Dinilai

Kriteria Berpikir Kreatif dalam Menulis Teks

Narasi

Indikator

S k o r

Skor maksi mum Tidak rinci Mendeskripsikan semua unsur

teks narasi dengan

menguraikan satu segi

(misalnya, unsur penokohan

digambarkan dari aspek

tingkah laku)

1

Kelancaran Lancar Mengemukakan gagasan pada semua bagian teks narasi

(orientasi, komplikasi, dan

resolusi), terjalin

kohesi-koherensi, dan jumlah kata

dalam karangan lebih dari 200

kata.

3

3 Kurang lancar Mengemukakan gagasan pada

semua bagian teks narasi

(orientasi, komplikasi, dan

resolusi), jumlah kata dalam

karangan lebih dari 200 kata,

tetapi hanya terjalin koherensi

atau kohesi saja.

2

Tidak lancar Mengemukakan gagasan pada

semua bagian teks narasi

(orientasi, komplikasi, dan

resolusi, tetapi jumlah kata

dalam

Gambar

Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian
Tabel 3.1 SMA St. Aloysius 2 Bandung
Tabel 3.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
gambar.  (Kelancaran)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk men- gukur keberhasilan sasaran Pencegahan yang Terintegrasi terdiri atas tiga indikator, dengan capaian kinerja

Pada siswa tunanetra di slbn a citeureup kota cimahi.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR

ANALISIS KELENGKAPAN PENGISIAN BERKAS REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RSU HAJI MEDAN TAHUN 2016?. IDENTITAS INFORMAN

produktifitas kerja guru adalah dengan melakukan supervisi, baik yang dilakukan oleh5. kepala sekolah maupun

Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Produktifitas Kerja Guru PAI di MTs Se KKM 1 Ciparay Kabupaten Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia |

The role of reading identities and reading abilities in students’ discussions about texts and comprehension strategies.. Main idea identification: instructional explanation

Sangat jelas dalam format kompetisi yang baru ini, peranan komputer dan teknologi informasi, yang digabungkan dengan komponen lain seperti proses, prosedur,

caring perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien di Rumah. Sakit Jiwa