Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No. Skripsi: 305/S/PPB/2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH
DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYLE
(Studi Deskriptif tentang Keterampilan Sosial dan Attachment Style di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2015/2016)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
oleh
ANNISA NURFAUZIA 1104926
DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYLE
(Studi Deskriptif tentang Keterampilan Sosial dan Attachment Style di SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2015/2016)
oleh
Annisa Nurfauzia
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan
©Annisa Nurfauzia 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2015
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ANNISA NURFAUZIA
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYLE
(Studi Deskriptif tentang Keterampilan Sosial dan Attachment Style di SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2015/2016)
disetujui dan disahkan oleh pembimbing
Pembimbing I
Dra. Aas Saomah, M.Si. 19610317 198703 2001
Pembimbing II
Dadang Sudrajat, M.Pd. 19680828 199802 1002
Mengetahui,
Ketua Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Annisa Nurfauzia (2015). Perbedaan Keterampilan Anak Sekolah Dasar Berdasarkan Attachment Style (Studi deskriptif tentang ketrampilan sosial dan attachment style di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2015/2016)
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan perbedaan keterampilan sosial berdasarkan attachment style. Pendekatan penelitian ini menggunakan kuantitatif studi deskriptif. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2015/2016 sebanyak 65 peserta didik. Hasil penelitian menunjukan : (1) mayoritas peserta didik sangat terampil, artinya peserta didik mampu menunjukan perilaku dengan cara-cara yang dapat diterima lingkungan sosialnya dilihat dari aspek peer relation skills, self-management skills, academic skills, compliance skills, dan asertion skills, (2) mayoritas pesrta didik berada pada pola secure attachment, artinya peserta didik merasa percaya terhadap figur lekatnya yakni orang tua yang selalu siap mendampingi, sensitif, responsif, penuh cinta dan kasih sayang ketika anak mencari perlindungan dan kenyamanan, selalu menolong dan membantu dalam mengahadapi berbagai situasi yang mengancam dan menakutkan, (3) tidak ada perbedaan keterampilan sosial berdasarkan dua pola attachment, artinya keterampilan sosial anak pada pola kelekatan aman (secure attachment) dan pola kelekatan tidak aman (insecure attachment) tidak berbeda secara signifikan.
Kata Kunci :
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Annisa Nurfauzia (2015).Differences of Social Skills in Elementary School Children Based on Attachment Style (A descriptive research about social skills and attachment style at sixth grade of Laboratorium Percontohan Elementary School UPI Bandung in Academic Year 2015/2016)
The purpose of this study was describe the differences of social skills based on attachment style.This research is conducted through quantitative method and involved 65 participants as population at sixth grade of Laboratorium Percontohan Elementary School UPI Bandung in Academic Year 2015/2016.The results showed: (1) the majority of participants aresocial skilled, they are able to show the behavior in ways that are acceptable by social environment from the aspects of peer relations skills, self-management skills, academic skills, compliance skills, and asertion skills, (2) the majority of participants were on secure attachment, participants feel confidence to their attach figure that parents who are always ready to assist, sensitive, responsive, full of love and affection when children seek refuge and comfort, always help and assist in facing various situations threatening and intimidating, (3) there was no difference of social skills based on the two patterns of attachment, meaning that the child's social skills in a secure attachment and insecure attachment patterns did not differ significantly.
Keywords :
ANNISA NURFAUZIA, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR... i
UCAPAN TERIMAKASIH... ii
ABSTRAK... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah... 4
1.3 Tujuan Penelitian... 5
1.4 Manfaat Penelitan... 5
1.5 Sistematika Penulisan... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA KETERAMPILAN SOSIAL DAN ATTACHMENT STYLE (POLA KELEKATAN) 2.1 Konsep Dasar Keterampilan Sosial 2.1.1 Pengertian Keterampilan Sosial... 7
2.1.2 Faktor yang Memengaruhi Keterampilan Sosial... 9
ANNISA NURFAUZIA, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.2 Konsep Dasar Attachment Style (Pola Kelekatan)
2.2.1 Pengertian Attachment (Kelekatan)... 15
2.2.2 Perkembangan Attachment... 17
2.2.3 Faktor yang Memengaruhi Attachment... 18
2.2.4 Aspek Attachment... 19
2.2.5 Attachhment Style (Pola Keletakan)... 20
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian... 25
3.2 Pendekatan dan Metode Penelitian... 26
3.3 Definisi Operasional Variabel... 27
3.4 Pengembangan Instrumen Penelitian... 28
3.4.1 Jenis Instrumen Penelitian... 28
3.4.2 Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen... 29
3.4.3 Uji Coba Instrumen... 33
3.4.4 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen... 34
3.5 Teknik Pengumpulan Data... 38
3.6 Teknik Analisis Data... 39
3.7. Prosedur Penelitian... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Keterampilan Sosial Peserta Didik Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2015/2016... 41 4.1.4 Gambaran Umum Attachment Style Peserta Didik Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2015/2016... 47
ANNISA NURFAUZIA, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
4.2.1 Gambaran Umum Keterampilan Sosial... 54
4.2.2 Gambaran Umum Attachment Style... 56
4.2.3 Gambaran Perbedaan Ketrampilan Sosial Berdasarkan
Attachment Style... 59
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan...,... 64
5.2 Rekomendasi... 65
DAFTAR PUSTAKA... 66
LAMPIRAN
ANNISA NURFAUZIA, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Data Peserta Didik Kelas VI di SD Laboratorium Percontohan UPI
Bandung Tahun Ajaran 2015/2016... 25
3.2 Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Sosial (sebelum validasi)... 30
3.3 Kisi-Kisi Instrumen Inventory Parents Peer Attcahment Revised for Children (IPPA-R for Children) (sebelum validasi)... 31
3.4 Kriteria Penyekoran Instrumen Keterampilan Sosial... 31
3.5 Kriteria Penyekoran IPPA-R for Children... 32
3.6 Pengkategorian Attachment Style... 32
3.7 Hasil Uji Kelayakan Item Instrumen Keterampilan Sosial... 34
3.8 Hasil Uji Validitas Item Instrumen Ketrampilan Sosial (setelah validasi)... 36
3.9 Uji Validitas IPPA-R for Children dengan SPSS 21.0 for windows (setelah validasi)... 35
3.10 Interpretasi Reliabilitas... 37
3.11 Uji Reliabilias IPPA-R for Children... 38
4.1 Gambaran Umum Keterampilan Sosial Peserta Didik Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung... 41
4.2 Gambaran Umum Pencapaian Tiap Aspek Keterampilan Sosial Peserta Didik Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung... 43
4.3 Gambaran Umum Pencapaian Tiap Indikator Keterampilan Sosial Peserta Didik Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung... 45
4.4 Gambaran Umum Attachment Style Peserta Didik Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung... 48
4.5 Gambaran Umum Pencapaian Tiap Aspek Attachment Style Peserta Didik Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung... 49
ANNISA NURFAUZIA, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Didik Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung... 51
4.7 Perbedaan Keterampilan Sosial Berdasarkan Attachment Style Peserta
Didik Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung... 51
ANNISA NURFAUZIA, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 4.1 Gambaran Umum Keterampilan Peserta Didik Kelas VI SD
Laboratorium Percontohan UPI Bandung... 42
Gambar 4.2 Gambaran Attachment Style Peserta Didik Kelas VI SD
Laboratorium Percontohan UPI Bandung... 48
Gambar 4.5 Gambaran Perbedaan Keterampilan Sosial Berdasarkan Pola
Secure Attachment Peserta Didik Kelas VI SD Laboratorium
ANNISA NURFAUZIA, 2015
1
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Santrock menyatakan, sebagian dari kemampuan sosial yang berkembang
pada masa kanak-kanak awal, akan berdasarkan pada perkembangan sosial di
masa bayi. Perilaku sosial pada anak akan dibentuk sejak pertama kali pada
lingkungan kelompok sederhana, yaitu keluarga. Setiap kehidupan akan dimulai
di dalam keluarga, interaksi antara orang tua dan anak terjadi di dalam keluarga
dimana terdapat sosialisasi timbal balik (reciprocal socialization), yang diartikan
sebagai proses dua arah; anak-anak bersosialisasi dengan orang tua sama seperti
orang tua bersosialisasi dengan anak-anak (2002, hlm.195). Anak-anak akan
mengabiskan tahun-tahun pertamanya bersama keluargnya. Pada masa inilah,
anak-anak akan mengembangkan keterampilan sosialnya.
Menurut Grusec (dalam Eisenberg, 2006, hlm. 398), keterampilan sosial anak
terutama dipengaruhi oleh proses sosialisasinya dengan orang tua yang mulai
terjalin sejak awal kelahiran. Proses sosialisasi yang berawal sejak bayi ini,
menjadi lebih disadari dan sistematis seiring dengan bertambahnya kemampuan
anak dalam keterampilan motorik dan penggunaan bahasa. Pelukan yang
diberikan oleh orang tua dan pujian yang mereka terima saat memperoleh
kemampuan baru atau larangan saat melakukan sesuatu merupakan beberapa
contoh sosialisasi yang secara sistematis mempengaruhi anak. Nilai, kepercayaan,
keterampilan, sikap dan motif yang disosialisasikan oleh orang tua ini kemudian
diinternalisasikan oleh anak dan menjadi dasar perilakunya dalam kehidupan.
Keterampilan sosial pada anak akan terus berkembang seiring dengan
bertambahnya usia, serta berbagai intervensi dari berbagai faktor yang
memengaruhi keterampilan sosial. Dunn (dalam Csóti, 2009, hlm. 29)
menyatakan bahwa pada masa kanak-kanak akhir, anak akan semakin sering
berinteraksi dengan orang lain diluar keluarganya, salah satunya adalah dengan
teman sebaya. Menurut Hurlock, pada usia 8-11 tahun, anak memiliki kesadaran
2
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
rasa yang kuat tentang siapa mereka serta mengembangkan hubungan
interpersonal, terutama kepada teman sebayanya.
Pada usia 8-11 sesuai dengan periode “usia sekolah” dan perkembangan
utama pada masa ini adalah sosialisasi sehingga disebut dengan usia kelompok,
karena adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan
yang kuat untuk diterima sebagai anggota suatu kelompok dan merasa tidak puas
bila tidak bersama teman-temannya (Hurlock, 2003).
Keterampilan sosial bukanlah kemampuan yang dibawa sejak lahir, akan
tetapi diperoleh melalui proses belajar, salah satunya adalah dari orang tua yang
merupakan figur yang laing dekat dengan anak, Michelson dkk. (dalam Yanti,
2005, hlm. 9). Anak akan belajar mengambangkan keterampilan sosial, baik
dengan proses peniruan terhadap perilaku orang tua, ataupun ketika menerima
penghargaan saat melakukan seusatu yang tepat dan penerimaan hukuman ketika
melakukan sesuatu yang tidak pantas menurut orang tua.
Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anapratiwi. dkk bahwa
anak yang mendapatkan pengasuhan yang konsisten dan responsif, dapat
membantu anak untuk belajar mengenali sifat emosi mereka sendiri, untuk
mengatur perilaku mereka sendiri dan keadaam sosial. Selain itu, anak juga
belajar bagimana berhubungan dengan orang lain dan memahami apa yang
diharapkan dari mereka. Anak akan mengambangkan kemampuan mereka melalui
attachment atau kelekatan mereka terhadap orang tua dengan membentuk internal
working model. Model inilah yang selanjutnya akan menggiring atau menjadi
dasar anak dalam membangun kepercayaan dan interaksi sosial di masa yang akan
datang (2013, hlm, 7).
Menurut Teori Bowlby, (dalam Holmes,1993, hlm.103). Kelekatan diartikan
sebagai relasi antara figur sosial tertentu dengan suatu fenomena tertentu yang
dianggap mencerminkan karakteristik relasi yang unik. Ainsworth (dalam
Holmes, 1993, hlm.105) mengemukakan tiga jenis pola kelekatan yakni pola
kelekatan aman (secure attachment) sebagai pola kelekatan yang positif, dan pola
kelekatan tidak aman (insecure attachment) sebagai gaya kelakatan yang negatif
3
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kelekatan membuat anak jadi lebih matang dalam hubungan sosial. Bowlby
menamakannya goal corrected partnerships, hal ini membuat anak lebih mampu
berhubungan dengan peer dan orang lain. Hasil penelitian dari Heard and Lake
(dalam Holmes, 1993, hlm. 70), menunjukkan bahwa hanya anak-anak yang
mendapat pemenuhan kebutuhan attachment, yang memiliki kemampuan untuk
mengubah figur attachment-nya ke lingkungan sekitarnya. Sehingga di masa
depan, anak akan memiliki kemampuan untuk bergaul, mempercayakan diri
kepada orang lain, dan memiliki hubungan sosial yang sehat.
Penelitian yang dilakukan Van Ijzendoorn dan Kroonenberg pada tahun 1988
mengenai perbedaan attachment di delapan negara, menunjukan bahwa anak-anak
di negara Jepang mayoritas berada pada pola insecure attachment karena orang
tua di Jepang tidak memercayakan anaknya diasuh oleh orang lain. Anak-anak di
negara Jerman mayoritas berada pada pola insecure attachment, karena orang tua
di Jerman menginginkan anak-anaknya mandiri sedini mungkin.
Berdasarkan studi pendahuluan melalui wawancara dan observasi yang
dilakukan di kelas VI-A dan VI-B, SD Laboratorium Percontohan UPI, terdapat
perilaku peserta didik yang menandakan kurangnya keterampilan sosial yang
dimilki oleh kurang lebih 12 orang peserta didik, yakni peserta didik berkelompok
disertai dengan persaingan yang tidak sehat antar kelompok, saling mengejek,
tidak mau berbaur dengan teman yang bukan kelompoknya, penolakan atau
rejected dari teman sebayanya, tidak mau belajar bersama dengan teman sebaya
dari kelas yang berbeda, menunjukan sikap permusuhan serta prestasi belajar yang
kurang stabil.
Akan tetapi, mayoritas orang tua dari peserta didik di kelas VI-A dan VI-B
memberikan perhatian yang lebih atau cukup kepada anak mereka. Waters dan
Cummings (dalam Ervika, 2005, hlm. 12) memaparkan bahwa kehangatan atau
perhatian dari orang tua tidak dapat dikatakan sebagai secure attachment.
Meskipun demikian, kehangatan orang tua dapat meningkatkan probabilitas
terjadinya secure attachment jika dapat meningkatkan rasa percaya diri anak
ketika orang tua menjadi pondasi dasar rasa aman atau secure base.
Maka dari itu, diperlukan penelitian lanjut mengenai perbedaan keterampilan
4
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Karena, keterampilan sosial merupakan pondasi bagi anak untuk mengembangkan
kemampuan sosialisasinya. Keterampilan sosial merupakan suatu bekal bagi
setiap individu untuk memenuhi tugas perkembangannya. Dimensi-dimensi dari
keterampilan sosial tentunya akan berkaitan dengan standar kompetensi
kemandirian bimbingan dan konseling bagi peserta didik untuk jenjang sekolah
dasar sepert yan dikmukakan ABKIN. Salah satunya dalam aspek perkembangan
landasan perilaku etis, peserta didik akan bertindak dengan mengikuti
aturan-aturan di lingkungannya. Peserta didik yang mampu memahami perasaan orang
lain, mampu berinteraksi dengan orang lain dalam suasana persahabatan,
menampilkan perilaku yang sesuai dengan keadaan lingkungan, melibatkan diri
dalam perilaku belajar, dan mengenal norma-norma yang dijunjung tinggi dalam
menjalin persahabatan dengan teman sebaya merupakan beberapa tindakan dalam
standar kompetensi kemandirian yang dimana peserta didik harus mampu
mengasah keterampilan sosialnya untuk mencapai tugas perkembangan yang
optimal.
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Latar belakang permasalahan menunjukan bahwa adanya fenomena
kurangnya keterampilan sosial peserta didik di kelas VI SD Laboratorium
Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2015/2016. Murphy (dalam Rashid,
2010, hlm. 70) menemukan bahwa anak yang tidak mampu mengembangkan
keterampilan sosial, akan mengarah pada isolasi, kesepian, dan frustasi.
Kegagalan dalam mengembangakan keterampilan sosial juga dapat mengarah
pada perasaan-perasaan negatif yaitu meragukan diri sendiri dan rendahnya
penghargaan diri.
1.2.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini, dijabarkan dalam pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
1) Bagaimana gambaran umum keterampilan sosial peserta didik di kelas
VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran
5
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Bagaimana gambaran umum attachment style peserta didik di kelas VI
SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2015/2016?
3) Apakah terdapat perbedaan keterampilan sosial berdasarkan attachment
style pada peserta didik di kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI
Bandung Tahun Ajaran 2015/2016?
1.3 Tujuan
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh fakta empirik
tentang perbedaan keterampilan sosial berdasarkan attachment style peserta didik
di kelas VI. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah memperoleh deskripsi
fakta empirik tentang :
1) Gambaran umum keterampilan sosial di kelas VI Sekolah Dasar
Laboratorium Percontohan UPI.
2) Gambaran umum attachment style peserta didik di kelas VI SD
Laboratorium Percontohan UPI Bandung.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapakan memiliki kegunaan atau manfaat secara teoritis
dan praktis, diantaranya :
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Memberikan sumbangan aspek teoritis bagi perkembangan ilmu
Bimbingan dan Konseling khususnya pada bidang Bimbingan dan Konseling
Anak, yang menyangkut pola kelekatan anak pada orang tua serta keterampilan
sosial peserta didik, sehingga dapat diharapkan dapat memberikan sumbangan
bagi para akademisi dalam pengembangan teori kelekatan dan keterampilan
sosial.
1.4.2 Kegunaan Praktis
1) Bagi Konselor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
konselor untuk mempertimbangan pola kelekatan sebagai salah satu
kajian teori. Karena pola kelekatan tidak hanya terbatas pada orang
tua, tetapi hubungan emosional lainnya yang sekiranya dapat
mempengaruhi perkembangan perserta didik di masa yang akan
6
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Bagi Guru
Guru diharapkan mampu mengarahkan dan membantu
mengembangkan keterampilan sosial peserta didik ke arah
keterampilan yang sehat melalui pembelajaran. Tentunya akan sangat
banyak keterampilan sosial yang harus dimiliki peserta didik agar
kelak dapat diterima oleh lingkungannnya, salah satunya adalah
lingkungan sekolah.
3) Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar
penelitian-penelitian selanjutnya, serta sebagai bahan untuk mengembangkan
penelitian mengenai keterampilan sosial dan attachment style.
1.5 Sistematika Penulisan
Penelitian disusun dengan sistematika sebagai berikut. Bab I pendahuluan
meliputi latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan,
metode dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II kajian pustaka
terdiri dari pembahasan teori-teori yang berhubungan dengan masalah penelitian,
kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. Beberapa teori yang dibahas
diantaranya keterampilan sosial, dan teori kelekatan (attachment theory). Bab III
metode penelitian berisi penjabaran rinci beberapa komponen yaitu lokasi dan
subjek penelitian, desai penelitian, metode penelitian, definisi operasional,
instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data,
serta tahapan analisis data penelitian. Bab IV meliputi pengolahan atau analisis
data penelitian dan pembahasan atau analisis temuan dikaitkan dengan dasar
teoritik yang telah dibahas pada bab kajian pustaka dan temuan sebelumnya. Bab
V merupakan bagian akhir dari laporan penelitian yang terdiri dari kesimpulan
25
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian yaitu peserta didk kelas VI di Sekolah Dasar
Laboratorium Percontohan UPI. Alasan pemilihan lokasi ini yaitu terdapat
peserta didik yang mengalami rejected serta adanya persaingan tidak sehat antar
kelompok yang menandakan kurangnya keterampilan sosial yang dimiliki.
Padahal mayoritas orang tua mereka memberikan perhatian yang cukup, bahkan
lebih.
Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian
ditarik kesimpulannya, Sugiyono (2007, hlm. 55). Populasi penelitian ini adalah
seluruh peserta didik kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran
2015/2016. Jumlah peserta didik kelas VI adalah 65 orang. Seluruh peserta didik
kelas VI diambil untuk menjadi sampel penelitian. Menurut Arikunto (dalam
Indah, 2014, hlm), Sampel merupakan bagian dari populasi dalam penelitian. Jika
responden kurang dari 100 lebih baik diambil seluruhnya, sehingga penelitian ini
merupakan penelitian populasi.
Subjek populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VI SD
Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2015/2016, sebanyak 63 orang
dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 3.1
Data Peserta Didik Kelas VI di SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2015/2016
No. Kelas Jumlah Peserta didk
1. VI A 32
2. VI B 33
26
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Alasan pemilihan subjek terhadap kelas VI antara lain :
1) Masa kanak-kanak akhir (late childhood) adalah masa anak-anak yang
berada pada periode perkembangan antara usia kira kira 6 sampai 11
tahun, merupakan masa sosialisasi.
2) Pada masa ini peserta didik akan terlibat dalam aktivitas sosial, dan dalam
usia berkelompok.
3) Peserta didik akan mengaplikasikan keterampilan sosial dengan
teman-temannya di sekolah dengan aman dan nyaman jika peserta didik memiliki
secure base bagi dirinya.
3.2. Pendekatan dan Metode Penelitian
3.2.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian diakukan dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif
digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu dan pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan
angka-angka secara numerikal yang digunakan dalam mengungkap ketrampilan sosil
dan attachment style peserta didik di kelas VI SD Laboratorium Percontohan
UPI
3.2.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif perbandingan (deskriptif
komparatif). Menurut Arikunto (dalam Putri, 2013, hlm.70), metode deskriptif
merupakan metode yangt digunakan untuk memperoleh jawaban tentang
permasalahan yang terjadi pada masa sekarang secara aktual tanpa
menghiraukan kejadian pada waktu sebelum dan sesudahnya dengan cara
mengolah, menafsirkan dan menyimpulkan data hasil penelitian. Penelitian
deskriptif perbandingan merupakan bentuk penelitian deskripstif yang
membandingkan dua atau lebih dari dua situasi, kejadian, kegiatan yang hampir
sama, Arikunto (2006, hlm.136). Dari hasil perbandingan tersebut dapat
ditentukan unsur-unsur atau faktor-faktor penting yang melatarbelakangi
persamaan atau perbedaan (dalam Putri, 2013, hlm. 45). Pada penelitian ini
yang dibandingkan adalah keterampilan sosial berdasarkan attachment style
27
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.3 Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diukur yaitu variabel
kelekatan dan variabel keterampilan sosial.
3.3.1 Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial dideskripsikan oleh Kain, Downs, dan Black (dalam
Thompson, 2006, hlm. 24) sebagai alat kehidupan yang dibutuhkan oleh setiap
individu agar dapat berhasil di dalam lingkungan sosial, dan jika tidak
memiliki keterampilan sosial maka individu tersebut dapat berperilaku
menyimpang atau bahkan antisosial.
Dalam penelitian ini, keterampilan sosial diartikan sebagai kemampuan
untuk berinteraksi dengan orang lain dengan cara-cara yang dapat diterima oleh
lingkungan dan berhasil dalam lingkungan sosial. Merrel menyatakan bahwa
terdapat lima aspek dalam keterampilan sosial (1997, hlm. 317), diantaranya :
1) Keterampilan yang berhubungan dengan teman sebaya (Peer
Relationship Skills). Keterampilan atau perilaku seorang anak yang
dianggap positif oleh teman sebaya serta memiliki interaksi yang positif
dengan teman sebaya.
2) Keterampilan yang berhubungan dengan diri sendiri (self management
skills). Keterampilan atau perilaku yang merefleksikan seorang anak
untuk dapat mengatur dirinya sendiri dalam lingkungan sosial.
3) Keterampilan yang berhubungan dengan keterampilan
akademik (academic skills). Merupakan perilaku atau keterampilan sosial
yang dapat mendukung prestasi belajar disekolah.
4) Keterampilan yang berhubungan dengan kemampuan anak dalam
memenuhi permintaan orang lain (Compliance skills) Dimensi yang akan
merefleksikan seorang anak atau remaja yang dapat memenuhi
permintaan dari orang lain dengan sesuai.
5) Keterampilan interpersonal (Asertion skills). Merupakan perilaku yang
menyangkut keterampilan yang dipergunakan selama melakukan
interaksi sosial. Perilaku ini disebut juga keterampilan menjalin
28
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.3.2 Attachment Style (Pola Kelekatan)
Ainsworth berpendapat, bahwa kelekatan merupakan ikatan emosional
yang dibentuk seorang individu dan bersifat spesifik, dan didukung oleh
tingkah laku lekat (attachment behaviour) yang dirancang untuk memelihara
hubungan emosional tersebut
.Dalam penelitian ini attachment atau kelekatan diartikan sebagai
hubungan emosional antara anak dengan figur lekatnya da bersama-sama
memlihara hubungan tersebut.
Terdapat dua pola kelekatan menurut Mary Ainsworth (dalam Santrock,
2002, hlm. 197), yaitu :
1) Secure Attachment (Pola Aman).
Pada pola ini, interaksi antara orang tua dan anak terjalin dengan baik.
Anak merasa percaya terhadap figur lekatnya yang selalu siap
mendampingi, sensitif, respinsif, penuh cinta dan kasih sayang ketika anak
mencari perlindungan dan kenyamanan, selalu menolong dan membantu
dalam mengahadapi berbagai situasi yang mengancam dan menakutkan.
2) Insecure Attachment (Pola Tidak Aman).
Pola ini menunjukkan adanya ketidakpastian bahwa orang tuanya akan
selalu ada dan responsif serta sensitif terhadapanya. Anak tidak yakin orang
tua dapat membantu ketika memiliki masalah atau ketika anak
membutuhkan orang tua.Dalam pola ini, orang tua selalu menghindar dari
anak yang mengakibatkan anak melakukan penolakan juga terhadap orang
tuanya. Anak tidak memiliki kepercayaan kepada diri sendiri dan orang lain
karena ketika mencari kasih sayang, tidak mendapatkan respon, bahkan
penolakan dan pengabaian.
3.4 Pengembangan Instrumen Penelitian
3.4.1 Jenis Instrumen Penelitian
Pada penelitian, penulis menggunakan data primer yang diambil dari alat
ukur berupa kuesioner, yang digunakan sebagai alat pengumpul data dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab. Menurut Sugiyono (2007, hlm. 142) kuesioner
29
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diharapkan dari responden. Tipe kuesioner yang digunakan adalah
Self-Administrated Questionnaire, yaitu kuesioner yang diisi sendiri oleh
responden. Terdapat dua alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data
subjek penelitian, yang pertama yaitu alat ukur keterampilan sosial, dan yang
kedua adalah Inventory Parents and Peer Attachment-Revised for Children.
3.4.2 Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen
Penelitian mengenai perbdaan keterampilan sosial berdasarkan attachment
style ini menggunakan data primer yang diambil dari alat ukur berupa angket
yang digunakan sebagai alat pengumpul data sekaligus alat ukur untuk
mencapai tujuan penelitian.
Kisi-kisi instrumen digunakan untuk mengungkap keterampilan sosial,
menggunakan kisi-kisi instrumen yang dorang tuaat oeleh peneliti, yang
mengacu pada aspek peer relationship skills, self-management skills, academic
skills, compliance skills, dan asertion skills yang dikembangkan dari teori
keterampilan sosial Cardarella & Merrell (2003) disajikan dalam tabel 3.2.
Angket Keterampilan sosial ini menggunakan skala force choice yang secara
tegas memberikan pernyataan atau pilihan jawaban yaitu “Ya” atau “Tidak”.
Skala ini digunakan jika ingin mendapatkan jawaban yang jelas terhadap
permasalahan yang dipertanyakan.
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Sosial
ASPEK INDIKATOR No. Item
Keterampilan berhubungan dengan teman sebaya (Peer relationship skills) : Perilaku seorang anak yang dianggap positif oleh teman sebaya serta memiliki interaksi positif skills) : Mampu mengatur diri dalam lingkungan sosial.
Mengatur emosi 14,15,16 Mengikuti aturan 18,19,21
Kerjasama 17,20
Keterampilan kesuksesan akademik (academic skills) : Perilaku yang
Mengerjakan
30
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sedangkan, untuk Attachment, instrumen yang digunakan adalah Inventory
Parents and Peer Attachment-Revised (IPPA-R) for Children. Instrumen ini
dikembangkan oleh Gullone dan Robinson pada tahun 2005. Instrumen ini
merupakan pengembangan dari IPPA (Inventory of Parent and Peer
Attachment) yang disusun oleh Armsden dan Greensberg pada tahun 1987
(2005, hlm. 1). Peneliti melakukan adaptasi terhadap instrumen IPPA-R for
Children versi Parent Attachment. Peneliti menerjemahkan instrumen asli yang
menggunakan bahasa inggris ke dalam bahasa indonesia, dan kemudian
diterjemahkan kembali ke dalam bahasa inggris oleh ahli bahasa. Hal ini
dilakukan untuk mengecek ketepatan hasil terjemahan instrumen asli ke dalam
bahasa indonesia serta sebagai face validity dan construct validity. Kisi-kisi
instrumen IPPA-R for Children dapat dilihat dalam tabel 3.3 mendukung prestasi belajar
permintaan orang lain (Compliance Skills) : Dapat memenuhi
permintaan orang lain dengan selama melakukan interaksi sosial.
Menyapa Teman 40,41,42 Komunikasi 43,44,45,46
Memperkenalkan
diri 47,48,49,50,51
31
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen IPPA-R for Children
Instrumen keterampilan sosial menggunakan skala “Ya” dan “Tidak”
yang setiap itemnya diasumsikan memiliki bobot nilai 1 untuk pilihan jawaban Ya dan bobot nilai 0 untuk setiap pilihan jawaban “Tidak”. Kriteria penyekoran instrumen ini dijabarkan dalam tabel 3.4 sebagai berikut.
Tabel 3.4
Kriteria Penyekoran Instrumen Keterampilan Sosial Peserta Didik
Skor Alternatif Respon
Ya Tidak
1 0
Sedangkan untuk instrumen IPA-R for Children, penilaian item-item
dalam instrumen ini didasarkan pada Likert. Setiap item memiliki kemungkinan jawaban yaitu “tidak pernah” (TP), “jarang” (J), “kadang -kadang” (KD), “sering” (S), “selalu” (SL). Skor pada setiap item berkisar dari 1 sampai dengan 5 diberikan untuk item yang bersifat favorable, sedangkan
32
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk item unfavorable bergerak dari 5 sampai dengan 1. Secara lebih rinci
pada tabel 3.5, teknik skoring untuk masing-masing kemungkinan jawaban
ialah sebagai berikut :
Tabel 3.5
Kriteria Penyekoran IPPA-R for Chlidren
Jawaban Tidak
Pernah Jarang
Kadang-kadang Sering Selalu Item
beberapa syarat (1983, hlm. 16).
Tabel 3.6
Pengakategorian Attachment Style
Attachment Style Trust Communication Alienation
Secure Attachment Tinggi Tinggi Rendah
Sedang Sedang Sedang
Insecure Attachment
Sedang Sedang Tinggi
Rendah Sedang Sedang
Rendah Rendah Tinggi/Sedang Rendah/Sedang Rendah/Sedang Tinggi
Seseorang dikategorikan dalam pola Secure Attachment, jika :
1) Aspek Trust dan Communication ada pada level tinggi atau jika keduanya
sama-sama sedang, sedangkan aspek Alienation rendah atau sedang
Seseorang akan termasuk pada pola InsecureAttachment, jika :
2) Aspek Trust dan Communication sedang, dan aspek Alienation ada pada
level tinggi atau sedang
3) Salah satu diantara Trust atau Communication ada pada level sedang, dan
salah satunya lagi ada pada level rendah. Sedangkan Alienation ada pada
33
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4) Aspek Trust dan Communication sama-sama rendah, akan tetapi aspek
Alienation ada pada level sedang atau tinggi.
5) Salah satu diantara aspek Trust atau Communication ada pada level
sedang, dan salah satunya lagi ada pada level rendah. Sedangkan
Alienation ada pada level tinggi.
3.4.3 Uji Coba Alat Pengumpul Data
3.4.3.1 Uji Kelayakan Instrumen
Sebelum pelaksanaan uji coba instrumen, instrumen keterampilan
sosial peserta didik yang telah disusun ditimbang kelayakannya terlebih
dahulu oleh pakar, dalam hal ini 3 dosen departemen Psikologi Pendidikan
dan Bimbingan FIP UPI, yaitu bpk. Dr. H. Suherman, Ibu Hj. Nani. M.
Sugandhi, M.Pd., dan bpk. Drs. Sudaryat Nurdin Ahmad, M.Pd. Sedangkan
untuk IPPA ditimbang kelayakannya oleh Bapak Dadang Sudrajat, M.Pd.,
Bapak Drs. Memen Durachman, M.Hum., dan Bapak Pupung
Purnawarman, M.S.Ed., PH.D. Kegunaan dari penimbangan kelayakan ini
adalah untuk melihat kesesuaian antara rumusan pertanyaan dan indikator
yang diukur oleh butir pernyatan berdasarkan variabelnya. Selain itu,
penimbangan juga bertujuan untuk menimbang instrumen yang akan
digunakan dari segi bahasa, konstruk, maupun isi.
Merujuk pada hasil penimbangan pertama, kedua, dan ketiga
hampir seluruh item pada instrumen keterampilan sosial peserta didik
termasuk memadai. Hanya 3 item yang harus dibuang dari total 51 item,
yang disajikan dalam tabel berikut. Terdapat juga beberapa saran perbaikan
dari penimbang mengenai redaksi pernyataan yang harus lebih kontekstual
34
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.7
Hasil Uji Kelayakan Item Instrumen Keterampilan Sosial
KESIMPULAN ITEM JUMLAH
Memadai 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 43, 45, 44, 46, 47, 48
48
Tidak Memadai 49, 50, 51 3
3.4.3.2 Uji Keterbacaan Item
Uji keterbacaan dilakukan terhadap lima orang peserta didik kelas
VI yang tidak diikutsertakan dalam sampel penelitian dan memiliki
karakteristik hampir sama dengan sampel penelitian. Uji keterbacaan
bertujuan untuk melihat sejauh mana keterbacaan item atau butir pernyataan
instrumen oleh responden peserta didik kelas VIII sebelum digunakan dalam
penelitian. Hasil uji keterbacaan oleh lima orang peserta didik menunjukkan
bahwa seluruh item daat dipahami dengan baik.
3.4.4 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
3.4.4.1Uji Validitas Instrumen Keterampilan Sosial
Uji validitas berkenaan dengan tingkat ketepatan dari masing-masing
item dalam instrumen. Untuk menguji validitas butir pertanyaan dalam
instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi biserial titik
(point biserial). Korelasi biserial titik merupakan salah satu bentuk korelasi
dari Pearson yang digunakan dalam situasi khusus, yaitu mengkorelasikan
satu ubah prediktor yang bersifat dikhotomis (biner atau binomial) dengan
salah satu kriteia yang berskala interval atau rasio, Furqon (2009, hlm.
107). Pengujian validitas dilakukan dengan batuan pengolahan data statistik
menggunakan program Microsoft Excel 2010.
Adapun langkah uji validitas instrumen adalah dengan menghitung
koefisiwen korelasi skor setiap butir item dengan rumus Korelasi Biserial
35
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(Furqon, 2009, hlm. 108) Keterangan:
rpbis = koefisien korelasi biserial titik
Mp = rata-rata kelompok p (kelompok kesatu)
Mt = rata-rata seluruh subjek
St = simpangan baku untuk seluruh subjek p = proporsi subjek kelompok satu
q = proporsi subjek kelompok dua
Setelah menghitung nilai korelasi setiap item dalam instrumen
pengungkap keterampilan sosial peserta didik yang berjumlah 48 item,
maka dilanjutkan pada langkah membandingkan besar nilai thitung dengan
ttabel dengan kriteria sebagai berikut.
Jika thitung > ttabel maka item tersebut valid, dan
Jika thitung < ttabel maka item tersebut tidak valid.
Untuk menentukan skor thitung (nilai signifikansi), maka digunakan
rumus sebagai berikut.
Keterangan:
t = harga thitung untuk signifikansi
r = koefisien korelasi n = banyaknya sampel
Perhitungan validitas butir item menggunakan bantuan perhitungan
program Microsotf Excel 2010 dan dari 48 butir pertanyaan didapatkan hasil
sebanyak 44 butir item yang valid dan 4 butir item yang tidak valid, yang
36
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.8
Hasil Uji Validitas Item Instrumen Keterampilan Sosial
KESIMPULAN ITEM JUMLAH
Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14,
3.4.4.2 Uji Validitas IPPA-R for Children
Pengujian validitas data menggunaan rumus Spearman Brown. Semakin
tinggi nilai validasi, menunjukan semakin valid instrumen yang akan
digunakan. Pengolahan data dalam penelitian dilakukan dengan bantuan SPSS
21.0 for windows. Validitas item dilakukan dengan menganalisis menggunakan
prosedur pengujian Spearman-Brown.
Berdasarkan pengolahan data, hasil uji validitas menunjukan bahwa
sebanyak 28 butir atau seluruh butir item pernyataan valid karena p < 0,05.
Tabel 3.9
Uji Validitas IPPA-R for Children dengan SPSS 21.0 for windows
Spearman's rho
3.4.4.3 Uji Reliabilitas Instrumen Keterampilan Sosial
Salah satu ciri instrumen yang berkualitas baik adalah reliabel,
yaitu mampu menghasilkan skor yang cermat dengan error pengukuran
kecil. Reliabilitas mengacu kepada keterpercayaan atau konsistensi hasil
37
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji reliabilitas alat ukur atau instrumen dalam penelitian ini
dilakukan dangan menggunakan rumus Kuder-Richardson 21 (K-R21) yang
dinyatakan sebagai berikut.
Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus tersebut, terungkap
bahwa reliabilitas instrumen ketreampilan sebesar 0,851 yang berada pada
kategori Reliabel. Dengan demikian instrumen ini dapat digunakan untuk
mengungkap keterampilan sosial peserta didik.
Adapun tolak ukur menurut Sugiyono (2007), dalam menentukan
koefisien reliabilitasnya dengan menggunakan kriteria interpretasi r yang
dapat dilihat pada tabel 3.10 berikut.
Tabel 3.10
Interpretasi Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas Kriteria Reliabilitas
>0.900 Sangat Reliabel
0.700-0.900 Reliabel
0.400-0.700 Cukup Reliabel
0.200-0.400 Kurang Reliabel
< 0.200 Tidak Reliabel
3.4.4.4 Uji Reliabilitas IPPA-R for Children
Pengujian reliabilitas instrumen IPPA-R for Children
menggunakan split-half method, dengan formula Spearman-Brown. Cara ini
hanya dapat digunakan pada instrumen dengan jumlah item genap.
38
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji Reliabilitas IPPA-R for Children
Setelah mendapatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,538, selanjutnya
dihitung melalui rumus :
Rtt = 2r
1 + r
Rtt = 0,7
Berdasarkan hasil penghitungan dari 28 butir item, menunjukan
koefisien reliabilitas (konsistensi internal) instrumen IPPA-R for Children
sebesar 0,7, artinya tingkat korelasi dan derajat keterandalan instrumen
berada pada kategori reliabel.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam hal ini, ditempuh prosedur sebagai berikut:
1) Menetapkan jumlah peserta didik yang menjadi subjek penelitian
2) Mengecek instrumen penelitian serta menyebarkan kepada speserta didik
yang menjadi anggota subjek penelitian, termasuk menjelaskan petunjuk
pengisian instrumen.
3) Mengumpulkan instrumen hasil kerja peserta didik
4) Melakukan cek ulang untuk memeriksa kelengkapan identitas dan jawaban
peserta didik pada setiap lembar jawaban
5) Menghitung hasil pekerjaan peserta didik pada setiap lembar jawaban dan
memberi skor-skor untuk memperoleh hasil penelitian.
39
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.6.1 Verifikasi Data
Kegunaan verifikasi data adalah untuk memeriksa kelengkapan
instrumen, pra dan pasca disebarkan kepada responden. Pada tahap verifikasi
ini juga dilakukan pengecekan kelengkapan data responden dan kelengkapan
jawaban di tiap soal dalam instrumen. Hasil verifikasi data menunjukkan
bahwa keseluruhan instrumen yang telah diisi responden layak untuk diolah.
3.7 Prosedur Penelitian
3.7.1 Penyusunan Proposal Penenlitian
Sebelum proposal penelitian dibuat, terlebih dahulu ditentukan
permasalahan yang akan diteliti, selanjutnya penulis menyusun proposal
penelitian. Penyusunan proposal penelitian merupakan langkah awal dari
proses penelitian yang akan dilakukan.
Lingkup bahasan proposal penelitian mencakup bahasan tentang; latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
hipotesis, definisi operasional variabel, kerangka teoritis, metode penelitian,
populasi dan sampel penelitian, teknik dan instrumen penelitian, analisis data,
dan prosedur penelitian.
3.7.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan
guna menjawab penelitian yang diajukan.
3.7.3 Permohonan Ijin Penelitian
Perijinan penelitian dilakukan sebagai persiapan untuk mengumpulkan
data. Proses perijinan penelitian dimaksudkan untuk memperlancar
pelaksanaan pengumpulan data. Perijinan penelitian diperoleh dari Departemen
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Direktorat
Akademik Universitas Pendidikan Indonesia, dan Kepala Sekolah serta Guru
BK SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung.
3.7.4 Pelaksanaan Pengumpulan Data
Pengumpulan data berupa penyebaran angket yang dilakukan di kelas
VI-A dan VI-B SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran
2015/2016 dengan langkah-langkah sebagai berikut:
40
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Mengecek siswa yang menjadi sampel dalam penelitian dan
menjelaskan maksud kedatangan peneliti.
3) Menjelaskan petunjuk pengerjaan angket kepada peserta didik,
kemudian mengisinya.
4) Mengumpulkan angket setelah peserta didik selesai mengerjakan.
5) Mengecek ulang dan memeriksa kelengkapan identitas dan jawaban
pada setiap lembar jawaban.
3.7.5 Analisis Data
3.7.5.1 Uji Beda
Untuk mengetahui perbedaan keterampilan sosial berdasarkan
attachment style, maka dilakukan uji Mann-Whitney menggunakan SPSS.
Uji Mann-Whitney adalah uji non-parametris yang digunakan untuk
mengetahui perbedaan median dua kelompok bebas dengan data yang
berskala ordinal, interval atau rasio. Jika P value < 0.05, maka terdapat
64
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian yang di kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI tahun
ajaran 2015/2016, menunjukan bahwa :
1) Gambaran umum keterampilan sosial peserta didik kelas VI SD
Laboratorium Percontohan UPI Bandung sebagian besar berada pada
kategori terampil dalam keterampilan sosial.
2) Gambaran umum attachment syle peserta didik kelas VI SD
Laboratorium Percontohan UPI Bandung sebagian besar berada pada
pola secure attachment atau pola kelekatan aman.
3) Hasil penelitan menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan
keterampilan sosial berdasarkan pola kelekatan aman (secure
attachment) dan pola kelekatan tidak aman (insecure attachment) pada
peserta didik kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung
Tahun Ajaran 2015/2016.
5.2 Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, diberi rekomendasi
kepada pihak sebagai berikut.
5.2.1 Bagi Guru Bimbingan dan Konseling / Konselor
Berdasarkan kondisi perbedaan keterampilan sosial berdasarkan
attachment style yang berada pada kategori sangat terampil, cukup terampil,
dan kurang terampil sesuai pada bab pembahasan, penting bagi konselor
untuk memberikan layanan yang bersifat preventif bagi peserta didik dengan
tujuan membantu melatih keterampilan sosial anak. Guru Bimbingan dan
Konseling hendaknya memberikan pemahaman bagi orang tua, bahwa orang
tua sebagai figur yang paling dekat dengan anak diharapkan memberikan
pengasuhan yang konsisten dan responsif, sehingga anak merasa percaya
terhadap figur lekatnya, dalam hal ini orang tua, yang selalu siap
mendampingi, sensitif, responsif, penuh cinta dan kasih sayang, sehingga
65
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menolong dan membantu dalam mengahadapi berbagai situasi yang
mengancam dan menakutkan bagi anak.
5.2.2 Bagi Guru
Guru sangat diperlukan untuk membantu peserta didik dalam
mengembangkan aspek-aspek di kehidupan, termasuk dalam
mengembangkan keterampilan sosial. Guru haruslah sesnsitif dan responsif
terhadap keadaan anak saat berada di lingkungan sekolah.
5.2.3 Bagi Penelitian Selanjutnya
Mengacu pada hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat
beberapa hal yang dapat dijadikan rekomendasi bagi penelitian selanjutnya.
1) Melakukan penelitian eksperimen dengan metode kualitatif untuk
mendapatkan informasi yang lebih mendalam mengenai
keterampilan sosial dan aspek-aspek didalamnya.
2) Melakukan penelitian mengenai perbedaan keterampilan sosial
berdasarkan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi.
3) Melakukan penelitian dengan jumlah populasi yang besar,
sehingga data yang dihasilkan lebih beragam.
4) Peneliti selanjutnya dapat membuat program atau layanan
berdasarkan data penelitian dari penelitian ini, sebagai tindak
lanjut penelitian.
5) Peneliti selanjunya dapat melakukan penelitian attachment style
secara spesifik untuk setiap pola attachment
6) Membuat tindak lanjut penelitian dengan membuat program atau
66
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
ABKIN. (2007). Rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal. Bandung: Depdiknas.
Anapratiwi, D. dkk. (2013). Hubungan antara pola kelekatan anak pada ibu dengan kemampuan sosialisasi anak usia 4-5 tahun. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Semarang.
Arikunto. (2006). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta: Bumi Aksara.
Armsden, Gay. G and Greenberg, Mark. T. (1983). The inventoryof parent and peer attachment: individual differences and their relationship to psychological well-being in adolescence. Paper at the Annual Meeting of The Western Psychological Association (63rd, San Fransisco, California).
Baron, A. R dan Bryne, D. (2005). Alih bahasa oleh Ratna Djuwita, dkk.
Psikologi sosial. Jakarta: Erlangga.
Csóti, M. (2009). Developing children’s social, emotional, and behavioural skills. New York: Continuum International Publishing Group.
Desmita. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Eisenberg, N. (2006). Handbook of child psychology volume 3 social, emotional, and personality development. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Eliasa. E. (2011). Pentingnya kelekatan orang tua dalam internal working model untuk pembentukan karakter anak. Jurnal Univesitas Negeri Yogyakarta.
Ervika, E. (2005). Kelekatan (attachment) pada anak. Artikel Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Furqon. (2009). Statistik terapan unuk penelitian. Bandung: Alfabeta
Gullone and Robinson. (2005). The inventory of parent and peer atachment-revised (IPPA-R) for children: a psychometric investigation. Clinical Psychology and Psychotherapy. John Wiley & Sons, Ltd.
Helmi, A. (2004). Pola kelekatan, atribusi, respon emosi, dan perilaku marah.
Jurnal Univesitas Gadjah Mada.
Holmes. J. (1993). John Bowlby and attachment theory. London: Routledge
Horst, C. P. (2011). John Bowlby-from psyhoanalysis to ethology: unraveling the roots of attachment theory. West Sussex: John Wiley & Sons, Ltd.
67
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Indah, F. R. (2014). Hubungan antara pola kelekatan dengan motivasi belajar. Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia.
KBBI. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. [Online]. Diakses dari kbbi.web.id (20 Desember 2014).
Malekpour, M. (2007). Effects of attachment on early and later development. The British Journal of Development Disabilities Volume 53.
Merrell, W. K. (2003). Behavioral, social, and emotional assesment of children and adolescents second edition. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.
Nangel, W. D, dkk. (2010). Practitioner’s guide to empirically based measure’s
of social skills. New York: Springer Science+Business Media.
Nurhidayah, S. (2011). Kelekatan (attachment) dan pembentukan karakter. Jurnal Turats Volume 7.
Papalia, D. dkk. (2008). Psikologi perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Putri, E. W. (2013). Perbedaan perilaku konformitas remaja berdasarkan jenis kelamin serta implikasi dalam bimbingan dan konseling. Skripsi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
Rashid, T. (2010). Development of social skills among children at elementary level. Bulletin of Education and Research 2010 Volume 32.
Santrock. W. J. (2002). Alih bahasa oleh Achmad Chusairi, dkk. Perkembangan masa hidup. Jakarta: Erlangga.
Seefeltd. C. (2010). Factors affecting social development. [Online]. Diakses dari
www.education.com/reference/article/factors-affecting-social-development/ (02 Januari 2015).
Sigelman, C. K. (2008). Life-span human development. Wadsworth Publishing.
Sugiyono. (2007). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Thompson, A.R. (2006). Nurturing future generations: promoting resilience in children and adolescents through social, emotional and cognitive skills second edition. New York: Routledge.
68
Annisa Nurfauzia, 2015
PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN ATTACHMENT STYL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu