• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL INTERAKSI SOSIAL PESERTA DIDIK BROKEN HOME DAN IMPLIKASINYA TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING: Studi Deskriptif Terhadap Peserta Didik Kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 7 Baleendah Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL INTERAKSI SOSIAL PESERTA DIDIK BROKEN HOME DAN IMPLIKASINYA TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING: Studi Deskriptif Terhadap Peserta Didik Kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 7 Baleendah Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2012/2013."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PROFIL INTERAKSI SOSIAL PESERTA DIDIK BROKEN HOME DAN IMPLIKASINYA TERHADAP LAYANAN

BIMBINGAN DAN KONSELING

(Studi Deskriptif Terhadap Peserta Didik Kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 7 Baleendah Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

Wulan Saripah 0809677

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hak Cipta

Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home dan Implikasinya

Terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling

(Studi Deskriptif Terhadap Peserta Didik Kelas X

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung

Tahun Ajaran 2012/2013)

Oleh Wulan Saripah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Wulan Saripah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

(4)

i

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Wulan Saripah. (2013). Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung Tahun Ajaran 2012/2013).

Interaksi sosial peserta didik yang berasal dari keluarga broken home cenderung menampilkan perilaku menarik diri atau sebaliknya, menjadi pembangkang dan dapat menimbulkan kasus kekerasan kepada orang lain. Penelitian bertujuan untuk menghasilkan layanan bimbingan dan konseling berdasarkan profil interaksi sosial peserta didik broken home. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, metode penelitian menggunakan metode deskriptif. Instrumen yang digunakan adalah angket interaksi sosial. Populasi dan sampel penelitian adalah peserta didik broken home kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 53 orang. Teknik analisis data untuk mengetahui uji validitas menggunakan rumus Spearman dan uji reliabilitas menggunkan rumus Alpha cronbach dengan bantuan SPSS for Windows versi 16.0. Hasil penelitian: (1) Profil interaksi sosial peserta didik broken home kelas X termasuk kategori sedang; dan (2) implikasi bimbingan dan konseling yang dibuat adalah layanan responsif berdasarkan profil interaksi sosial peserta didik broken home. Rekomendasi penelitian ditunjukkan kepada guru BK dan peneliti selanjutnya.

(5)

ii

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

(6)

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

B.Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 6

C.Tujuan Penelitian ... 8

D.Manfaat Penelitian ... 8

BAB II INTERAKSI SOSIAL PESERTA DIDIK BROKEN HOME... 9

E. A. Konsep Interaksi Sosial... 9

1. Pengertian Interaksi Sosial ... 9

2. Aspek-Aspek/ Dimensi Interaksi Sosial ... 11

3. Faktor-Faktor Interaksi Sosial... ... 14 4. Jenis-Jenis Interaksi Sosial... 5. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial... 6. Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial... 7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial... B. Konsep keluarga broken home...

1. Pengertian Keluarga Broken home... 2. Faktor-Faktor Penyebab Keluarga Broken home... 3. Kondisi Keluarga Broken home... 4. Karakteristik Anak dari Keluarga Broken home... 5. Pengaruh Keluarga Broken Home Terhadap Interaksi Sosial

Remaja... C. Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial...

(7)

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5. Perkembangan Sosial Remaja... 6. Layanan Bimbingan dan Konseling Terhadap Profil Interaksi

Sosial Remaja Broken Home... 33

36

F.D. Penelitian Terdahulu ... 37

E. Kerangka Pemikiran Penelitian Tentang Layanan Bimbingan dan Konseling Berdasarkan Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Lokasi dan Subjek Penelitian/ Sampel Penenlitian ... 39

B. Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian... 40

C. Definisi Operasional Variabel ... 41

D. Instrumen Penelitian ... 44

E. Teknik Pengumpulan Data ... 52

F. Analisis Data ... 52

G. Prosedur dan Tahap Penelitian ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 58

F. A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 1. Profil Umum Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Kelas

X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung Tahun Ajaran

2012/2013 ... G. B. Pembahasan Hasil Penelitian...

1. Pembahasan Hasil Penelitian Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung Tahun Ajaran 2012/2013... 2. Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Kelas X SMK

Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 Pada Setiap Aspek Interaksi Sosial... C.Implikasi Layanan Bimbingan dan Konseling Berdasarkan Profil

Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung Tahun Ajaran

2012/2013...

(8)

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(9)

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Data Ketidakutuhan keluarga Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah

Kab. Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ...7

2.1 Perkembangan Fisik, Psikomotorik, Kognitif dan Bahasa Remaja... 30

2.2 Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja... 34

3.1 Peserta Didik Broken Home Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah... 40

3.2 Kisi-Kisi Instrumen Interaksi Sosial Peserta Didik (Sebelum Judgment)... 45

3.3 Pola Skor Opsi Alternatif Respon Model Summated Ratings (Likert)... 46

3.4 Hasil Penimbangan Instrumen Interaksi Sosial... 48

3.5 Kisi-Kisi Instrumen Interaksi Sosial Peserta Didik (Setelah Judgment) ... 48 3.6

3.7

Hasil Validitas Item Interaksi Sosial... Tingkat Reliabilitas Instrumen...

Kisi-kisi Instrumen Interaksi Sosial Peserta Didik Broken home (Setelah Uji Coba)... Kategorisasi Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung... Interpretasi Skor Kategori Kemampuan Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home... Rekapitulasi Kategorisasi Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung Tahun Ajaran 2012/2012... Gambaran Aspek Role Peserta Didik Broken Home Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung Tahun Ajaran 2012/2012... Gambaran Aspek Purpose Peserta Didik Broken Home Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung Tahun Ajaran 2012/2012... Gambaran Aspek Topography Peserta Didik Broken Home Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung Tahun Ajaran 2012/2012... Gambaran Aspek Innitiation Peserta Didik Broken Home Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung Tahun Ajaran 2012/2012... Gambaran Sub Aspek Acknowledgement Peserta Didik Broken Home Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung Tahun Ajaran 2012/2012... Gambaran Sub Aspek Social Peserta Didik Broken Home Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung Tahun Ajaran 2012/2012... Gambaran Sub Aspek Task Related Interaction Peserta Didik Broken Home Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung Tahun Ajaran 2012/2012... Gambaran Sub Aspek On Task Peserta Didik Broken Home Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung Tahun Ajaran 2012/2012...

(10)

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4.10

4.11

4.12

4.13

4.14

4.15

4.16

4.17

Gambaran Sub Aspek No Active Task Participation Peserta Didik Broken Home Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung Tahun Ajaran 2012/2012... Gambaran Sub Aspek Voluntary Isolation Peserta Didik Broken Home Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung Tahun Ajaran 2012/2012... Gambaran Sub Aspek Aggression To Other Peserta Didik Broken Home Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung Tahun Ajaran 2012/2012... Gambaran Sub Aspek Inappropriate To Self Peserta Didik Broken Home Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung Tahun Ajaran 2012/2012... Gambaran Sub Aspek Mild Inappropriate Peserta Didik Broken Home Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung Tahun Ajaran 2012/2012... Kondisi Umum Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Kebutuhan Peserta Didik Broken Home Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab.

Bandungthaun Ajaran 2012/2013... Rencana Operasional Layanan Responsif Berdasarkan Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung Tahun Ajaran 2012/2013... Format Evaluasi Proses...

68

69

70

71

72

82

(11)

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAGAN

Bagan Halaman

2.1 Kerangka pemikiran penelitian... 39 3.1 Alur Penelitian Untuk Mengetahui Kemampuan Interaksi Sosial

(12)

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

LAMPIRAN A

1. SK Pengangkatan Pembimbing Skripsi... 95 2. Surat Permohona Izin Penelitian Dari Fakultas... 96 3. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Dari SMK Negeri 7

Baleendah Kab. Bandung... 97

Lampiran B

4. Instrumen Interaksi Sosial (Sebelum Judgment)... 5. Instrumen Interaksi Sosial (Setelah Judgment) ...

98 101 6. Instrumen Interaksi Sosial Setelah Uji Coba... 7. Hasil Judgement Instrumen Interaksi Sosial dengan Dosen Ahli...

104 107 8. Hasil Perhitungan Uji Validasi Dengan Menggunakan SPSS 16.0 for

Windows...

9. Rekapitulasi Hasil Penelitian Interaksi Sosial Peserta Didik SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung...

10. Rekapitulasi Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung... 11 Satuan Layanan Kegiatan Bimbingan dan Konseling...

113

116

(13)

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LAMPIRAN C

(14)

1

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bagi seorang anak, keluarga merupakan kelompok sosial pertama dan terutama yang dikenalnya. Pada pendidikan keluarga seorang anak tumbuh dan berkembang. Sumaatmadja (1998:32) menyatakan:

Sebagai lembaga sosial yang dikenal dan menjadi wadah pertama serta utama pembinaan anak menjadi makhluk sosial, keluarga mempunyai fungsi majemuk. Selain keluarga wajib menjamin kesejahteraan materi para anggotanya, juga wajib menjamin kesejahteraan rohaninya. Dalam kasus-kasus tertentu, dalam menciptakan suasana yang adil, terutama jika terjadi konflik antaranggota keluarga, keluarga ini juga menjadi “lembaga peradilan”. Memperhatikan kedudukan, fungsi dan peranan yang demikian, keluarga merupakan lembaga yang sangat bermakna dalam menciptakan serta membina anak menjadi makhluk sosial.

Sebagai pendidik utama bagi seorang anak, orang tua memberikan kontribusi yang sangat besar dalam perkembangan anak, tetapi tidak semua orang tua dapat menjalankan fungsinya sebagai bagian dari keluarga sehingga menjadi keluarga broken home. Fungsi utama keluarga menurut resolusi PPB (Maryam, 2006:71), yaitu:

Sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh, menyosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera.

Definisi keluarga broken home menurut Gerungan (2009:199) adalah:

Tidak adanya ayah atau ibu atau keduanya tidak ada, maka struktur keluarga sudah tidak utuh lagi. Juga apabila ayah atau ibunya jarang pulang ke rumah atau berbulan-bulan meninggalkan rumah karena tugas-tugas atau hal-hal lain, dan hal ini terjadi secara berulang maka struktur keluarga itupun sebenarnya tidak utuh lagi (broken).

(15)

2

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kebebasan untuk menyatakan diri”. Apabila kebutuhan pada anak tidak terpenuhi maka akan menyebabkan perilaku deliquent.

Perilaku deliquent banyak ditemukan pada anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak utuh atau broken home. Yusuf (2007:28) menyatakan:

Anak yang dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang broken home, kurang harmonis, orang tua bersikap keras kepada anak, atau tidak memperhatikan nilai-nilai agama, maka perkembangan kepribadiannya cenderung mengalami distorsi atau mengalami kelainan dalam penyesuaian dirinya (maladjusment).

Permasalahan sosial yang cukup populer dialami remaja yang berasal dari keluarga broken home diantaranya anak cenderung menjadi apatis, menarik diri atau sebaliknya, marah pada lingkungan, menjadi pembangkang, kasus kekerasan, tawuran pelajar, penyalahgunaan obat bahkan sampai muncul pikiran untuk bunuh diri. Berdasarkan hasil penelitian, anak yang tumbuh dalam keluarga broken home (orang tua bercerai) lebih mudah terdorong melakukan tindakan

bunuh diri dibandingkan dengan mereka yang tumbuh di tengah keluarga yang harmonis dan lengkap (Suara Pembaruan, 21 Januari 2011).

Kondisi keluarga broken home menjadi pemicu interaksi yang tidak sehat antara peserta didik dengan teman sebaya yang lain akan membuat peserta didik tidak mampu dalam mengelola tingkah laku sehingga berbuntut pada hal-hal tragis seperti kasus tawuran pelajar dan pembunuhan. Pada tahun 2012, salah satu kasus yang terjadi yaitu:

Kasus pembunuhan yang dilakukan FT, peserta didik SMAN 70 terhadap peserta didik SMAN 6 saat tawuran di Bulungan, Jakarta Selatan. FT adalah anak yang kurang mendapat perhatian orangtuanya. Ketua divisi Sosialisasi KPAI, Asrorun Ni‟am Sholeh menyatakan, FT sudah lama berpisah dari orangtuanya. FT yang tinggal di Jakarta dan orangtuanya tinggal di Bali, kurang perhatian dan kasih sayang dari orangtua diduga memacu tindakan FT untuk berbuat kekerasan (Okezone.com, 2012)

(16)

3

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang mempengaruhi perilaku sosial peserta didik di sekolah. Kehidupan keluarga mempengaruhi perilaku sosial sebesar 14,2% dan sisanya ditentukan oleh faktor lain. Perilaku sosial adalah berbagai aktivitas individu dalam relasi interpersonal.

Penelitian Nugraha (2006:57) pada peserta didik kelas XI SMA Pasundan Bandung diperoleh hasil yang menunjukkan terdapat hubungan antara keluarga broken home dengan kendali diri peserta didik sebesar 26.63%. Kondisi keluarga

broken home yang dirasakan anak turut menentukan kemampuan dalam

mengendalikan diri sebesar 26.63% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Penelitian Wati (2010:73) menyatakan individu yang mengalami keluarga broken home akan terlihat dari karakteristiknya. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, karakteristik individu yang mengalami keluarga broken home sebagai berikut: a) kurang bersosialisasi; b) tidak suka melawan atau sebaliknya sangat pemarah dan memberontak; c) kurang percaya diri; d) kurang mandiri; e) memiliki perasaan bersalah dan cemas yang tinggi; dan f) lebih sering sakit. Penelitian wati menunjukan keluarga broken home dapat mempengaruhi seseorang dalam berinteraksi sosial dengan lingkungan yang menyebabkan kurangnya pergaulan individu.

Penelitian Akbari (2007:68) menyatakan ketidakutuhan keluarga memberikan pengaruh yang negatif terhadap kesehatan kepribadian remaja sebesar 10,3%, kesehatan kepribadian remaja dipengaruhi oleh sebab-sebab lain sebesar 89,7%, misalnya keadaan fisik, intelegensi, teman sebaya dan kebudayaan. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, berbagai dampak dapat timbul akibat ketidakutuhan keluarga atau broken home yang dapat mempengaruhi seorang individu dalam berbagai aspek kehidupan, baik pribadi,

sosial, akademik maupun kesehatan kepribadian. Asfriyati (2003:1) menyatakan:

(17)

4

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

periode-periode kritik yang berarti bahwa bila periode-periode ini tidak dapat dilalui dengan harmonis maka akan timbul gejala-gejala yang menunjukkan misalnya keterlambatan, ketegangan, kesulitan penyesuaian diri kepribadian yang terganggu bahkan menjadi gagal sama sekali dalam tugas sebagai makhluk sosial untuk mengadakan hubungan antar manusia yang memuaskan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang di lingkungannya.

Ketidakutuhan keluarga dapat berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak dan remaja. Gerungan (2009:199) menyatakan:

Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak-anak adalah faktor keutuhan keluarga. Peranan keutuhan keluarga terhadap perkembangan anak dapat ditafsirkan dari beberapa hasil penelitian sebagai berikut. R. Stury (Gerungan, 2009:199) melaporkan pada tahun 1938 bahwa 63% dari anak nakal dalam suatu lembaga pendidikan anak-anak delikuen berasal dari keluarga-keluargayang tidak teratur, tidak utuh atau mengalami tekanan hidup yang terlampau berat. Meril (Gerungan, 2009:199) mendapatkan 50% dari anak delikuen (anak-anak yang menyeleweng) berasal dari keluarga broken home. Menurut hasil penelitian Lembaga Penyelidikan Pendidikan IKIP Bandung tahun 1959 dan 1960 (Gerungan, 2009:199) menyatakan sekurang-kurangnya 50% dari anak nakal di Prayuwana dan Penjara Anak-anak di Tangerang berasal dari keluarga-keluarga yang tidak utuh.

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan masa pencarian jati diri (ego identity). Pada masa pencarian jati diri, remaja membutuhkan figur orang tua sebagai teladan dan contoh dalam kehidupan remaja. Hubungan antara orangtua dan remaja yang baik akan berpengaruh terhadap interaksi sosial yang baik antara remaja dengan teman sebaya dan lingkungannya. Lain halnya dengan remaja yang interaksinya tidak harmonis dengan orangtuanya. Willis (2009:65) menyatakan

Interaksi antara orangtua dengan anak yang tidak harmonis akan berdampak negatif pada perilaku anak dan remaja, seperti tidak betah di rumah, gangguan emosional, bertengkar, murung, menyendiri yang berdampak negatif terhadap pergaulan sosialnya.

(18)

5

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

X TKR III tahun ajaran 2012/2013 yang berinisial A. A merupakan anak yang kedua orangtuanya bercerai. Ayah dan ibunya kemudian menikah lagi, dan masing-masing sudah memiliki anak, membuat A memilih untuk tinggal bersama nenek. A merasa tidak betah di rumah. Di kelas A sangat pendiam. A jarang bergaul dengan yang lain. A lebih memilih duduk di pojok sendiri saat berlangsungnya pelajaran dari pada dengan teman yang lain. A bukan termasuk

anak yang nakal. A tidak pernah mengganggu teman yang lain, tapi juga tidak ikut bergabung dengan teman yang lain. Saat guru sedang menjelaskan materi pelajaran, A terlihat tidak bersemangat untuk memperhatikan.

Fenomena yang dipaparkan menunjukkan terdapat masalah dalam interaksi sosial peserta didik yang berasal dari keluarga broken home. Interaksi sosial penting dalam proses perkembangan sosial karena setiap individu merupakan makhluk sosial dan tidak terlepas dalam kehidupan sosial. Interaksi sosial yang baik dibutuhkan agar remaja tidak terpengaruh oleh perilaku negatif yang timbul akibat hubungan sosialnya dengan individu yang lain.

Permasalah interaksi sosial peserta didik broken home perlu mendapat perhatian dari guru BK. Sebagaimana fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif, dimana fungsi BK bukan hanya sekedar pengembangan tugas-tugas perkembangan secara optimal melainkan pengentasan masalah termasuk masalah pribadi sosial. Layanan yang diarasakn cocok untuk menangani kasus interaksi sosial peserta didik broken home adalah layanan responsif. ABKIN (2007:209) menjelaskan “layanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada konseli yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera”. Fokus pelayanan responsif bergantung kepada masalah atau

kebutuhan konseli yang dalam penelitian adalah interaksi sosial peserta didik broken home. Adapun strategi yang dapat digunakan adalah konseling kelompok.

Berdasarkan paparan, maka dalam penelitian akan dikaji lebih mendalam mengenai “Profil interaksi sosial peserta didik broken home dan implikasinya

(19)

6

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Interaksi sosial merupakan bagian yang penting dalam kelangsungan hidup individu, karena individu merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Menurut Thibaut dan kelley (Ali & Asrori, 2009:87) interaksi sosial adalah „peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain‟.

Turner (1988: 13) mendefinisikan interaksi sosial sebagai “a situation where the behaviors of one actor are consciously reorganized by, and influence

the behaviors of, another actor, and vice versa”. Backstead & Goetz (1990: 5) menyatakan “dimensi utama interaksi sosial adalah role, purpose dan topography”. Dari pengertian dapat disimpulkan interaksi sosial dalam penelitian merupakan perilaku interpersonal yang dilakukan oleh peserta didik broken home dalam menjalin hubungan dengan orang lain yang ditandai dengan role (peran), purpose (tujuan) dan topography (keterlibatan).

Salah satu faktor yang mempengaruhi interaksi sosial adalah keadaan keluarga, karena interaksi sosial dimulai sejak kecil dan dari lingkungan

terdekatnya seperti keluarga dan sanak saudara. Melalui interaksi sosial, peserta didik mulai mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosial. Lingkungan keluarga yang kondusif memfasilitasi pencapaian perkembangan sosial peserta didik secara matang. Peserta didik yang dibesarkan dalam keluarga tidak utuh atau broken home tidak menguntungkan bagi perkembangan sosialnya.

Soelaeman (1994:12) menyatakan ketidakutuhan keluarga ialah:

(20)

7

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Interaksi yang tidak harmonis antara orangtua dan anak menurut Yusuf (2007:125) akan menampilkan perilaku maladjusment, seperti: “(1) bersifat minder; (2) senang mendominasi orang lain; (3) bersifat egois/selfish; (4) senang mengisolasi diri/menyendiri; (5) kurang memiliki perasaan tenggang rasa; dan (6) kurang mempedulikan norma dalam berperilaku”.

Penelitian akan dilakukan di SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung

dengan pertimbangan melihat kondisi objektif sekolah yang baru berdiri pada Tahun 2005 sehingga program Bimbingan dan Konseling belum terlaksana secara utuh. Kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan Wakasek Kesiswaan dan Guru BK di SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung menyebutkan banyak peserta didik yang berasal dari keluarga yang tidak utuh. Pernyataan Guru Bk didukung oleh data yang diperoleh dari hasil pengisian buku pribadi peserta didik sebagai berikut:

Tabel 1.1

Data Ketidakutuhan Keluarga Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung Tahun Ajaran 2012/2013

Kelas Jumlah Ketidakutuhan Keluarga Peserta Didik

Jumlah Peserta

Didik Persentase

X Tav I 2 36 5 %

X Tav II 12 36 33 %

X Tav III 5 37 13 %

X Tav IV 8 35 22 %

X Tkr I 6 39 15 %

X Tkr II 7 38 18 %

X Tkr III 5 38 13 %

X Tkr IV 8 38 21 %

Program BK di SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung belum dilengkapi dengan layanan bantuan terhadap peserta didik yang berasal dari keluarga yang tidak utuh, program BK secara tertulispun belum ada. Hal ini dikarenakan sekolah yang baru dibangun pada Tahun 2005 belum memiliki Guru BK yang lulusan dari BK, pelayanan bimbingan dan konseling dilayani oleh Guru

(21)

8

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi permasalahan dirumuskan sebagai berikut. a. Bagaimana profil interaksi sosial peserta didik broken home kelas X

SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung Tahun Ajaran 2012/2013? b. Seperti apa implikasi layanan bimbingan dan konseling berdasarkan

profil dari interaksi sosial peserta didik broken home kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Bandung Tahun Ajaran 2012/2013?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah menghasilkan layanan dari profil interaksi sosial peserta didik broken home kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Tujuan khusus adalah untuk mendeskripsikan tentang layanan interaksi sosial peserta didik broken home kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

D.Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Guru BK SMK Negeri 7 Baleendah

Profil mengenai interaksi sosial peserta didik broken home kelas X SMK Negeri 7 Baleendah serta implikasinya dapat dijadikan bahan rujukan untuk diaplikasikan oleh Guru BK dalam membantu peserta didik broken home.

2. Manfaat bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat mengujicobakan implikasi bantuan pada responden dengan karakteristik yang sama.

3. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

(22)

39

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Alasan pemilihan lokasi penelitian karena berdasarkan

hasil wawancara dengan Wakasek kesiswaan dan guru Bimbingan dan Konseling di SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung banyak peserta didik yang berasal dari keluarga yang tidak utuh. Selain itu SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung merupakan sekolah yang baru berdiri pada Tahun 2005 sehingga program layanan Bimbingan dan Konseling belum utuh termasuk layanan bimbingan dan konseling yang secara khusus difokuskan untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial peserta didik yang berasal dari keluarga broken home.

Menurut Sugiyono (2010: 117), “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian menggunakan teknik purposive

sampling. Menurut Sugiyono (2010:124) purposive sampling adalah “teknik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu”. Pertimbangan tertentu yang dimaksud dalam penelitian difokuskan pada kasus peserta didik broken home. Pemilihan populasi dan sampel terhadap peserta didik kelas X adalah sebagai berikut.

1. Banyak peserta didik yang berasal dari keluarga tidak utuh pada jenjang kelas X.

2. Peserta didik memasuki lingkungan sekolah baru dan teman-teman baru, sehingga kemampuan berinteraksi sosial penting untuk menjaga keharmonisan

pergaulan di sekolah.

(23)

40

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

orangtuanya meninggal, orangtua sudah bercerai atau tinggal dengan wali, yang berjumlah 53 orang dengan rincian pada tabel 3.1 sebagai berikut.

Tabel 3.1

Peserta Didik Broken Home

Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung

No kelas

Jumlah Peserta Didik Salah satu/ kedua

orangtua meninggal Orangtua bercerai

Tinggal bersama wali

1 X TKR I 1 Orang 2 Orang 3 Orang

2 X TKR II - 2 Orang 5 Orang

3 X TKR III 1 Orang 1 Orang 3 Orang

4 X TKR IV 3 Orang 1 Orang 4 Orang

5 X TAV I 1 Orang - 1 Orang

6 X TAV II 3 Orang 3 Orang 6 Orang

7 X TAV III 1 Orang 1 Orang 3 Orang

8 X TAV IV 4 Orang 1 Orang 3 Orang

Jumlah 14 Orang 11 Orang 28 Orang

Jumlah Total 53 Orang

B. Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui gambaran interaksi sosial peserta didik broken home Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung.

Metode penelitian menggunakan metode deskriptif. Metode dipilih karena bermaksud mendeskripsikan, menganalisis, dan mengambil suatu generalisasi mengenai interaksi sosial peserta didik broken home.

Berdasarkan pendekatan dan metode penelitian, maka dibuat desain

(24)

41

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tahap I : Identifikasi masalah

Bagan 3.1

Alur Penelitian Untuk Mengetahui Profil Interaksi Sosial Peserta didik

Broken Home

Tahap I identifikasi masalah dilakukan dengan melakukan studi pendahuluan dan wawancara kepada guru BK tentang adanya kasus interaksi sosial yang terjadi di sekolah. Tahap II kegiatan penelitian dilakukan dengan mengumpulkan berbagai literatur tentang konsep interaksi sosial dan keluarga broken home.

Tahap III menyusun instrumen penelitian dengan mengacu kepada teori, melakukan penimbangan instrumen kepada tiga pakar, uji validitas kemudian mengolah data hasil penyebaran instrumen. Tahap IV implikasi BK terhadap profil interaksi sosial peserta didik broken home.

C. Definisi Operasional Variabel

Terdapat dua variabel penelitian, yaitu interaksi sosial dan peserta didik broken home. Kedua variabel tersebut dapat didefinisikan secara operasional

sebagai berikut.

1. Interaksi Sosial

Menurut Thibaut dan kelley (Ali & Asrori, 2009:87) „interaksi sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu

Tahap II: Studi pustaka

Tahap IV:

Profil dan Implikasi Layanan Bimbingan dan Konseling terhadap

interaksi sosial peserta didik broken home kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung Tahun

ajaran 2012/2013

Tahap III:

(25)

42

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sama lain‟. Turner (1988: 13) mendefinisikan interaksi sosial sebagai “a situation where the behaviors of one actor are consciously reorganized by, and influence

the behaviors of, another actor, and vice versa”.

Interaksi sosial pada penelitian didefinisikan sebagai perilaku interpersonal yang dilakukan oleh peserta didik dalam menjalin hubungan dengan

orang lain di lingkungan sekolah, yang ditandai dengan role (peran), purpose

(tujuan) dan topography (keterlibatan/ partisipasi). Role (peran) tediri dari initiation (memulai) dan acknowledgement (merespon). Purpose (tujuan)

merupakan tujuan seseorang berinteraksi dengan orang lain yang terdiri dari social (sosial) dan task related interaction (interaksi yang berhubungan dengan

tugas). Topography (keterlibatan/ partisipasi) merupakan kategori perilaku yang memperhatikan apakah individu ikut berpartisipasi atau terlibat dalam interaksi sosial. topography (keterlibatan/ partisipasi) terdiri dari on task (berpartisipasi dalam kegiatan yang sedang berlangsung), no active task participation (tidak berpartisipasi dalam kegiatan yang sedang berlangsung, tetapi juga tidak memperlihatkan perilaku yang tepat), voluntary isolation (menarik diri dari lingkungan), aggresive to other (perilaku kasar terhadap orang lain), inappropriate to self (perilaku menjatuhkan citra diri), mild inappropriate

(perilaku tidak pantas terhadap orang lain).

Indikator dari setiap aspek yaitu sebagai berikut.

a. Indikator perilaku initiation (memulai) ditandai dengan peserta didik mampu memulai terjadinya interaksi seperti menyapa, bertanya, bersalaman, tersenyum, dan kontak mata.

b. Indikator perilaku acknowledgements (merespon) ditandai dengan peserta

didik mampu merespon percakapan seperti menjawab sapaan, tersenyum balik, mau berjabat tangan.

(26)

43

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Indikator task related interaction (interaksi berhubungan dengan tugas) ditandai oleh peserta didik karena memiliki kebutuhan yang berhubungan dengan tugas seperti diskusi tentang mata pelajaran, bertanya tentang tugas. e. Indikator on task (berpartisipasi dalam kegiatan yang sedang berlangsung)

ditandai peserta didik dengan berpartisipasi secara tepat dalam aktivitas yang sedang berlangsung, terlepas dari sifat kegiatan.

f. Indikator no active task participation (tidak berpartisipasi dalam kegiatan yang sedang berlangsung, tetapi juga tidak memperlihatkan perilaku yang tepat) ditandai peserta didik dengan tidak berpartisipasi dalam kegiatan yang sedang berlangsung tetapi juga tidak memperlihatkan perilaku yang tidak tepat. Misalnya ketika dikelas, temannya membaca, dia tidak membaca, tidak memperhatikan guru, tidak menulis.

g. Indikator voluntary isolation (mengasingkan diri) ditandai peserta didik dengan sengaja menghilangkan diri dari kesempatan untuk menerima sapaan dengan berjalan menjauh dari orang lain, memutar kepalanya, berbalik badan, mengasingkan diri dari keramaian.

h. Indikator aggression to other (kekerasan terhadap orang lain) ditunjukkan peserta didik dengan berperilaku yang tidak pantas dan lebih diarahkan kepada orang lain. perilaku agresif yang ditunjukkan peserta didik seperti meludah, memukul, menendang, menjerit.

i. Indikator inappropriate to self (perilaku menjatuhkan citra diri) ditunjukkan oleh peserta didik dengan merusak diri atau menjatuhkan reputasi dirinya seperti bertingkahlaku bodoh, bersikap aneh.

j. Indikator mild inappropriate (perilaku tidak pantas terhadap orang lain)

ditunjukkan peserta didik dengan tidak pantas tetapi intensitasnya lebih rendah dibanding perilaku agresif. Perilaku mild inappropriate ditandai

(27)

44

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Peserta Didik Broken Home

Definisi keluarga broken home menurut Gerungan (2009:199) adalah: Tidak adanya ayah atau ibu atau keduanya tidak ada, maka struktur keluarga sudah tidak utuh lagi. Juga apabila ayah atau ibunya jarang pulang ke rumah atau berbulan-bulan meninggalkan rumah karena tugas-tugas atau hal-hal lain, dan hal ini terjadi secara berulang maka struktur keluarga itupun sebenarnya tidak utuh lagi (broken).

Menurut Soelaeman (1994:12) Ketidakutuhan keluarga ialah:

Keluarga yang karena bercerai atau meninggal salah satu pihak tidak ada, ayah atau ibu, karena kesatuannya atau unitnya pecah. Sekiranya jumlah anggota keluarga itu lengkap, akan tetapi ayah atau ibu tidak atau kurang dihayati kehadiran dan integrasinya dalam keluarga, maka keluarga tersebut dikatakan keluarga semu atau quasi broken home.

Peserta didik broken home dalam penelitian adalah peserta didik yang tinggal bersama wali, orangtua bercerai, atau salah satu atau kedua orangtua sudah meninggal.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat pengumpulan data penelitian, menggunakan data berupa angket atau kuesioner tentang interaksi sosial serta buku catatan pribadi peserta didik untuk mengetahui ketidakutuhan keluarga. Kisi-kisi instrumen untuk

mengungkap tingkat interaksi sosial peserta didik broken home peserta didik dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian. Item-item pernyataan instrumen pengungkap interaksi sosial peserta didik broken home dikembangkan dari komponen atau variabel interaksi sosial peserta didik broken home yang telah ada, lalu dijabarkan melalui sub komponen yang akhirnya berbentuk indikator-indikator.

1. Jenis Instrumen

(28)

45

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menjawab pernyataan dengan cara memilih alternatif respon yang telah disediakan.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan penyebaran angket kepada seluruh peserta didik Broken Home Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung yang menjadi sampel dalam penelitian. Angket yang digunakan menggunakan format rating scale (skala bertingkat) model Likert

dengan lima alternatif jawaban Sangat sesuai (SS), Sesuai (S), Kurang Sesuai (KS), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS) dengan skor berkisar antara 1 sampai dengan 5.

2. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen

Angket atau kuesioner dalam penelitian dipergunakan untuk memperoleh gambaran tentang interaksi sosial peserta didik broken home. Kisi-kisi instrumen ini dikembangkan menjadi tiga aspek interaksi sosial. Ketiga aspek tersebut dijabarkan menjadi sepuluh sub aspek dan masing-masing aspek terdiri dari satu indikator.

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Interaksi Sosial Peserta Didik (Sebelum Judgement)

Aspek /

Dimensi Sub aspek Indikator

Pernyataan

(+) (-)

Role (peran) Initiation (memulai)

(29)

46

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu No active task diri dari interaksi di sekolah yang merusak citra diri

48,49 50,51

Sebelum instrumen interaksi sosial diujikan kepada sampel penelitian, langkah selanjutnya dilakukan uji keterbacaan kepada peserta didik setara yaitu kepada lima orang peserta didik kelas X SMK. Setelah uji keterbacaan, pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami di revisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh peserta didik Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung. Hasilnya, seluruh item pernyataan dapat diberikan kepada peserta

didik.

4. Pedoman Penyekoran (Scoring)

Instrumen interaksi sosial menggunakan skala Likert sebagaimana tertera dalam tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3

Pola Skor Opsi Alternatif Respons Model Summated Ratings (Likert)

Pernyataan Skor Alternatif Respon

SS S KS TS STS

Positif (+) 5 4 3 2 1

(30)

47

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada instrumen atau alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 1 - 5 dengan bobot tertentu, sebagai berikut.

a) Untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS) memiliki skor 5 pada pernyataan positif atau skor 1 pada pernyataan negatif.

b) Untuk pilihan jawaban sesuai (S) memiliki skor 4 pada pernyataan positif atau skor 2 pada pernyataan negatif.

c) Untuk pilihan jawaban kurang sesuai (KS) memiliki skor 3 pada pernyataan positif atau 3 pada pernyataan negatif.

d) Untuk pilihan jawaban tidak sesuai (TS) memiliki skor 2 pada pernyataan positif dan skor 4 pada pernyataan negatif.

e) Untuk pilihan jawaban sangat tidak sesuai (STS) memiliki skor 1 pada pernyataan positif dan skor 5 pada pernyataan negatif.

5. Uji Coba Alat Pengumpul Data

a. Uji Kelayakan Instrumen

Instrumen interaksi sosial peserta didik yang telah disusun terlebih dahulu dilakukan uji kelayakan instrumen (judgement). Penimbangan dilakukan oleh dosen ahli yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk, dan isi, yakni kesesuaian item pernyataan yang telah disusun dengan landasan teoretis dan ketepatan bahasa yang digunakan, dilihat dari sudut bahasa baku dan subjek yang memberikan respon.

Instrumen ditimbang oleh tiga orang dosen jurusan PPB FIP UPI, yaitu oleh Dr. Mubyar Agustin, M.Pd, Nandang Budiman, S.Pd, M.Psi dan Drs. Sudaryat Nurdin Akhmad. Penilaian oleh dosen ahli dilakukan dengan

memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M menyatakan bahwa item tersebut

(31)

48

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.4

Hasil Penimbangan Instrumen Interaksi Sosial

Hasil Penimbangan

Hasil penimbangan menunjukkan terdapat 26 item yang dapat digunakan, 14 item yang perlu direvisi dan 19 item yang harus dibuang.

b. Kisi- kisi setelah judgment

Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu setelah melalui tahap judgement dari ketiga pakar ahli. Adapun kisi-kisi instrumen interaksi sosial

setelah judgement tersedia dalam tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Instrumen Interaksi Sosial Peserta Didik (Setelah Judgement)

Aspek /

Dimensi Sub aspek Indikator

Pernyataan

(+) (-)

Role (peran) Initiation (memulai)

(32)

49

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Topography On task Peserta didik ikut diri dari interaksi di sekolah yang merusak citra diri

33,34 35,36

6. Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Pengujian validitas alat pengumpul data yang dilakukan dalam penelitian adalah seluruh item yang terdapat dalam instrumen yang mengungkap interaksi sosial peserta didik. Adapun data yang digunakan untuk mengukur validitas item, merupakan data hasil penyebaran instrumen. Dengan kata lain, penyebaran instrumen dilaksanakan sekaligus untuk menguji validitas item (built-in).

Pengolahan data dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows Versi 16..0. Validitas item dilakukan dengan menganalisis daya pembeda menggunakan prosedur pengujian Spearman’s rho. Berdasarkan pengolahan data, hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 40 butir item pernyataan dalam angket interaksi sosial peserta didik, hanya terdapat 39 item pernyataan valid.

Item yang dinyatakan valid memiliki daya pembeda yang signifikan pada p > 0.01 dan p < 0.05. ini artinya terdapat 39 butir item pernyataan yang dapat

(33)

50

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.6

Hasil Validitas Item Interaksi Sosial

Signifikansi No.Item Jumlah

Valid

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34,

35, 36, 37,38, 39, 40

39 item

Tidak Valid 11 1 item

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas suatu instrumen penelitian menunjukkan instrumen penelitian dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut dikatakan sebagai instrumen yang baik. Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat dengan ajeg memberikan data sesuai dengan kenyataan. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur.

Sebagai tolok ukur, digunakan klasifikasi rentang koefisien reliabilitas (Sugiono, 2010: 257) sebagai berikut:

0,00 – 0,199 derajat keterandalan sangat rendah 0,20 – 0,399 derajat keterandalan rendah

0,40 – 0,599 derajat keterandalan cukup 0,60 – 0,799 derajat keterandalan tinggi 0,80 – 1,00 derajat keterandalan sangat tinggi

Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan memanfaatkan program SPSS for windows versi 16.0.

(34)

51

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.7

c. Kisi-Kisi Instrumen Setelah Uji Coba

Kisi-kisi instrumen interaksi sosial setelah dilakukan uji coba kepada seluruh peserta didik broken home kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung tersedia dalam tabel 3.8 berikut.

Tabel 3.8

Kisi-Kisi Instrumen Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home (Setelah Uji Coba)

Aspek /

Dimensi Sub aspek Indikator

Pernyataan

(+) (-)

Role (peran) Initiation (memulai)

(35)

52

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu No active task diri dari interaksi di sekolah yang merusak citra diri

33,34 35,36

E.Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian yaitu data ketidakutuhan keluarga peserta didik (yang diperoleh melalui buku pribadi peserta didik) dan data mengenai interaksi sosial peserta didik Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung. Data mengenai interaksi sosial peserta didik diperoleh dari penyebaran angket, angket yang digunakan adalah angket terstruktur dengan bentuk jawaban tertutup. Responden hanya perlu menjawab pernyataan dengan cara memilih alternatif respon yang telah disediakan dengan alternatif jawaban sangat sesuai,

sesuai, kurang sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai.

Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data yaitu sebagai berikut. a. Mempersiapkan kelengkapan instrumen

b. Mengecek kesiapan peserta didik c. Membacakan petunjuk pengerjaan

d. Mengecek kelengkapan identitas peserta didik e. Mempersilahkan peserta didik mengisi angket f. Mengumpulkan kembali angket yang telah diisi

(36)

53

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Verifikasi Data

Verifikasi data memiliki tujuan untuk menyeleksi data yang dianggap layak untuk diolah. Tahapan verifikasi data yang dilakukan sebagai berikut.

a. Melakukan pengecekan jumlah instrumen yang telah terkumpul.

b. Melakukan tabulasi data yaitu perekapan data yang diperoleh dari peserta didik dengan melakukan penyekoran sesuai dengan tahapan penyekoran

yang telah ditetapkan.

c. Melakukan perhitungan statistik.

2. Pengelompokan dan Penafsiran Data Interaksi Sosial

Kategorisasi jenjang pada instrumen interaksi sosial peserta didik akan mengelompokkan sampel penelitian ke dalam lima tingkatan, yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan rendah sekali. Perhitungan kategorisasi jenjang dilakukan sebagai barikut.

a. Menghitung skor maksimal ideal = skor maksimal x jumlah item valid = 5 x 39

= 195

b. menghitung skor minimal = skor minimal x jumlah item valid = 1 x 39

= 39

c. Menghitung rata-rata ideal = ½ x skor maksimal ideal + skor minimal

= ½ x 195 + 39 = 117

d. Menghitung simpangan baku = 1/3 x rata-rata ideal

= 1/3 x 117

= 39

e. Menghitung batas atas = rata-rata ideal +(1,5 x ∑ item valid)

= 117 + (1,5 x 39)

= 117 + 58,5

(37)

54

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

f. Menghitung batas bawah = rata-rata ideal –(1,5 x ∑ item valid)

= 117 – (1,5 x 39)

= 117 – 58,5

= 58, 5 dibulatkan menjadi 59

g. Menghitung batas tengah atas = rata-rata ideal +(0,5 x ∑ item valid)

= 117 + (0,5 x 39)

= 117 + 19,5

= 136,5 dibulatkan menjadi 137

h. Menghitung batas tengah bawah = rata-rata ideal -(0,5 x ∑ item valid)

= 117 - (0,5 x 39)

= 111 – 19,5

= 97,5 dibulatkan menjadi 98

Berdasarkan hasil perhitungan, dapat dilakukan penentuan kategorisasi sebagai berikut.

Tabel 3.9

Kategorisasi Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung

No Interval Kategori

1. 176 Sangat tinggi

2. 138 - 175 Tinggi

3. 99 – 137 Sedang

4. 60 – 98 Rendah

5. 59 Rendah sekali

Hasil perhitungan di atas menunjukkan kategorisasi untuk profil interaksi sosial peserta didik broken home. Adapun kategorisasi untuk profil interaksi sosial secara khusus seperti berdasarkan aspek dan sub aspek dari interaksi sosial, dihitung seperti rumus di atas.

Hasil pengolahan data profil interaksi sosial peserta didik broken home

(38)

55

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.10

Interpretasi Skor Kategori Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home

Kategori Profil interaksi sosial Interpretasi

Profil interaksi sosial sangat tinggi Pada kategori sangat tinggi berarti peserta didik menampilkan interaksi sosial pada setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh perilaku peserta didik di sekolah yang meliputi kemampuan dalam memulai interaksi, mampu merespon percakapan, mampu

berinteraksi dengan tujuan rekreasi atau kesenangan dan berinteraksi dengan tujuan pemenuhan kebutuhan tugas sekolah, serta ikut terlibat dalam kegiatan positif yang sedang

berlangsung di lingkungan sekolah. Profil interaksi sosial tinggi Pada kategori tinggi berarti peserta

didik memiliki interaksi sosial pada hampir setiap aspeknya, yang

ditampilkan oleh perilaku peserta didik di sekolah yang meliputi kemampuan dalam memulai interaksi hampir dalam setiap keadaan, mampu merespon percakapan hampir dalam setiap

pertemuan, mampu berinteraksi dengan tujuan rekreasi atau kesenangan dan berinteraksi dengan tujuan pemenuhan kebutuhan tugas sekolah hampir dalam setiap keadaan, serta ikut terlibat dalam kegiatan positif yang sedang

berlangsung di lingkungan sekolah hampir dalam setiap keadaan. Profil interaksi sosial sedang Pada kategori sedang berarti peserta

(39)

56

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

beberapa keadaan, melakukan interaksi sosial dengan tujuan kesenangan atau rekreasi dan pemenuhan tugas sekolah pada beberapa keadaan dan ikut terlibat dalam kegiatan positif yang

berlangsung di sekolah pada beberapa keadaan.

Profil interaksi sosial rendah Pada kategori rendah berarti peserta didik kurang memiliki interaksi sosial pada setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh perilaku peserta didik di sekolah yang meliputi kurang mampu memulai interaksi dan merespon percakapan, kurang mampu berinteraksi dengan tujuan kesenangan atau rekreasi dan pemenuhan tugas sekolah serta kurang mampu terlibat dalam kegiatan positif yang berlangsung di sekolah.

Profil interaksi sosial rendah sekali Pada kategori sangat rendah berarti peserta didik memiliki interaksi sosial yang sangat rendah pada setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh perilaku peserta didik di sekolah yang meliputi kurangnya kemampuan dalam memulai interaksi dan merespon percakapan, tidak mampu berinteraksi dengan tujuan kesenangan atau rekreasi dan pemenuhan tugas sekolah serta tidak ikut terlibat dalam kegiatan positif yang berlangsung di sekolah .

G.Prosedur dan Tahap Penelitian

Beberapa tahapan dalam pelaksanaan penelitian dirinci sebagai berikut. 1. Penyusunan proposal penelitian.

2. Pengajuan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi.

3. Permohonan perizinan penelitian dari jurusan PPB yang merekomendasikan ke tingkat fakultas dan BAAK dan diserahkan kepada kepala sekolah yang dijadikan tempat penelitian yaitu SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung. 4. Menyusun alat pengumpul data yang terdiri dari instrumen interaksi sosial

(40)

57

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan data ketidakutuhan keluarga yang diperoleh melalui data pribadi yang sudah tersedia di sekolah.

5. Melakukan uji validitas dan reliabilitas. 6. Pengolahan data.

7. Analisis profil interaksi peserta didik yang berasal dari keluarga yang tidak utuh.

(41)

89

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan penelitian mengenai Profil interaksi sosial peserta didik broken home, dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut.

1. Secara umum profil interaksi sosial peserta didik broken home kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 berada pada kategori sedang. Artinya peserta didik menampilkan interaksi sosial di sekolah yang meliputi memulai interaksi dan merespon percakapan pada beberapa keadaan, melakukan interaksi sosial dengan tujuan kesenangan atau rekreasi dan pemenuhan tugas sekolah pada beberapa keadaan dan ikut terlibat dalam kegiatan positif yang berlangsung di sekolah pada beberapa keadaan. Sisanya berada pada kategori tinggi. Artinya peserta didik memiliki interaksi sosial pada hampir setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh perilaku peserta didik di sekolah yang meliputi dalam memulai interaksi hampir dalam setiap keadaan, mampu merespon percakapan hampir dalam setiap pertemuan, mampu berinteraksi dengan tujuan rekreasi atau kesenangan dan berinteraksi dengan tujuan pemenuhan kebutuhan tugas sekolah hampir dalam setiap keadaan, serta ikut terlibat dalam kegiatan positif yang sedang berlangsung di lingkungan sekolah hampir dalam setiap keadaan

2. Implikasi layanan bimbingan dan konseling yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian yaitu layanan responsif berdasarkan kebutuhan peningkatan interaksi sosial peserta didik broken home di sekolah.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, berikut dikemukakan rekomendasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak terkait.

(42)

90

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Guru bimbingan dan konseling dapat melaksanakan layanan bimbingan pribadi-sosial berdasarkan profil interaksi sosial peserta didik broken home di sekolah, serta dapat memberikan layanan responsif kepada peserta didik broken home agar interaksi sosial dapat dipertahankan dan diaplikasikan di lingkungan

sekolah.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

(43)

91

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas dan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Ahmadi, Abu. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta

Ali, M & Asrori. (2009). Psikologi remaja. Jakarta: Bumi Aksara

Akbari, Nurul Mutiani. (2007). Hubungan ketidakutuhan keluarga dengan kesehatan kepribadian remaja. Skripsi Jurusan PPB: Tidak diterbitkan

Argyle, Michael. (2009). Social Interaction. United State of America: The States University of New Jersey

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Asfriyati. (2003). Pengaruh Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Tersedia di: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3699/1/fkm-asfriyati1.pdf (diakses: 27 Juni 2013)

Backstead & Goetz. (1990). EASI 2 Sosial Interaction Scale, v.6. San Francisco State Univ., CA. California Research Inst. Tersedia di: http://www.eric.ed.gov/contentdelivery/servlet/ERICServlet?accno=ED365 049 (diakses: 27 Mei 2013)

Baron, Robert A & Donn Byrne. (2003). Psikologi sosial. Jakarta: Erlangga

Choirun. (2013). Kasus VM – IF Dan Anak-Anak Pembenci Ibunya. [Online]. Tersedia: http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2013/04/20/kasus-vm-if-dan-anak-anak-pembenci-ibunya-552887.html (diakses: 15 Mei 2013)

Choriroh, Chindy Mubichotul. (2012). Sebab dan Akibat Broken Home. [Online]. Tersedia di: http://chindymusbichotul.wordpress.com/2012/10/23/sebab-dan-akibat-broken-home/ [diakses: 01 januari 2013]

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1998). SK Mentri Pendidikan & Kebudayaan No.025/D/1995. Jakarta: Depdikbud.

(44)

92

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya

Gerungan, W.A. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Gerungan, W.A. (2009). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama

J.P. Chaplin. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Kurniawan, Tri. (2012). Pembunuh Alawy Ternyata Anak Broken Home.

[Online]. Tersedia:

http://jakarta.okezone.com/read/2012/09/27/500/695965/redirect (diakses: 13 Maret 2013)

Makmun, Abin Syamsudin. (2002). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Maryam, S. (2006). Peer Group dan Aktivitas Harian (Belajar) Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar Remaja. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 058, (192), 66-92.

Nugraha, Wahyu. (2006). Hubungan keluarga broken home dengan kendali diri anak SMA. Skripsi Jurusan PPB: Tidak diterbitkan

Nurihsan, Ahmad Juntika & Mubiar Agustin. (2011). Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Refika Aditama

Permatasari, Amalia. (2005). Hubungan antara iklim kehidupan dalam keluarga dengan perilaku sosial anak di sekolah. Skripsi Jurusan PPB: Tidak diterbitkan

Peraturan Kementrian Pendidikan Nasoial Nomor 23 Tahun 2006

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1994 Tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera

Permendiknas No. 27 Tahun 2008

Riduwan. (2008). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta

Riyandara, P.N. Gandira. (2010). Konsep Diri Remaja dari Keluarga Broken Home di Kota Bandung. Skripsi Jurusan Psikologi: Tidak Diterbitkan

(45)

93

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Santrock, John W. (2007). Remaja Jilid 2. Jakarta: Erlangga

SK Mendikbud No. 025 Tahun 1995

Soekanto, Soerjono. (1982). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Soelaeman, M.I. (1994). Pendidikan dalam Keluarga. Bandung : CV Alfabeta

Subagja, Indra. (2013). Jangan Serahkan Tumbuh Kembang Anak Di Tangan

Baby Sitter. [Online]. Tersedia:

http://news.detik.com/read/2013/02/23/074958/2177618/10/jangan-serahkan-tumbuh-kembang-anak-di-tangan-baby-sitter (diakses: 15 Mei 2013)

Sugiono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Sukaesih. (2010). Hubungan Antara Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Remaja. Skripsi Jurusan PPB: Tidak Diterbitkan

Sukardi, Dewa Ketut & Desak P.E Nila Kusmawati. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Sunarto & Agung Hartono. (2008). Perkembangan Peserta didik. Jakarta: Rineka Cipta

Sumaatmadja, Nursid. (1998). Manusia Dalam Konteks Lingkungan, Sosial, Budaya Dan Teknologi. Bandung: Alfabeta

Syah, Muhibbin. (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

TN (2011). Perceraian Orang Tua Dorong Anak Bunuh Diri. [Online]. Tersedia: http://www.suarapembaruan.com/home/perceraian-orang-tua-dorong-anak-bunuh-diri/2909 (diakses: 13 Maret 2013)

Turner, Jonathan H. (1988). A Theory Of Social Interaction. United States of America: Leland Stanford Junior University

UU No. 20 Tahun 2003 ayat 1 Tentang Pendidikan

Wati, Vina Senja. (2010). Pendekatan konseling islami bagi keluarga disfungsi. Skripsi Jurusan PPB: Tidak diterbitkan

Willis, Sofyan S. (2009). Konseling keluarga. Bandung: Alfabeta

(46)

94

Wulan Saripah, 2013

Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Yusuf, Syamsu & Juntika Nurihsan. (2009). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya

Yusuf, Syamsu. (2000). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Yusuf, S. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Gambar

Tabel 1.1 Data Ketidakutuhan Keluarga Peserta Didik Kelas X
gambaran tentang interaksi sosial peserta didik broken home. Kisi-kisi instrumen
Tabel 3.3 Pola Skor Opsi Alternatif Respons
Tabel 3.5  Kisi-Kisi Instrumen Interaksi Sosial Peserta Didik
+5

Referensi

Dokumen terkait

Peserta didik yang memiliki self disclosure pada kategori tinggi ditandai dengan sudah dapat mengungkapkan informasi pribadi kepada teman secara mendalam, terbuka

Dikeu Agustinova (2014) Profil Kesulitan Membuat Keputusan Karier Peserta Didik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Implikasinya bagi Pengembangan Program Bimbingan

Hasil penelitian menunjukkan, (1) sebagian besar peserta didik memiliki kecenderungan lokus kendali internal, (2) aspek lokus kendali peserta didik dengan

Profil Komitmen Belajar Peserta Didik dan Implikasinya Bagi Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas X SMA PGRI 1

Perilaku sosial peserta didik Kelas VII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 pada kategori kecenderungan ekspresif berada pada kualifikasi sedang artinya

Selanjutnya, hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan September 2012di SMA Negeri 6 Bandung kelas X-8berdasarkan status sosial ekonomi,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil sikap belajar peserta didik kelas VIII SMP Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2012-2013 secara umum maupun tiap aspeknya berada pada

Hasil penelitian: (1) konsep diri peserta didik kelas X di SMAK 2 BPK Penabur Bandung penonton drama seri korea pada kategori tinggi termasuk dalam kategori