No. Daftar: 248/S/PPB/2015
PROFIL SELF DISCLOSURE PESERTA DIDIK DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL
(Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 LembangTahun Ajaran 2014/2015)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
oleh
Abdullah Abdul Rahman NIM 1000860
DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROFIL SELF DISCLOSURE PESERTA DIDIK DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL
(Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2014/2015)
Oleh
Abdullah Abdul Rahman
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Abdullah Abdul Rahman 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABDULLAH ABDUL RAHMAN
PROFIL SELF DISCLOSURE PESERTA DIDIK DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL
(Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 LembangTahun Ajaran 2014/2015)
disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I
Dr. Nandang Rusmana, M.Pd. NIP 19600501 198603 1 004
Pembimbing II
Dr. Ipah Saripah, M.Pd. NIP 19771014 200112 2 002
Mengetahui,
Ketua Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Abdullah Abdul Rahman, 1000860. (2015). Profil Self Disclosure Peserta didik dan Implikasinya Terhadap Bimbingan Pribadi Sosial (Studi Deskriptif terhadap Peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2014/2015).
Penelitian dilatarbelakangi oleh pentingnya self disclosure pada remaja terutama bagi peserta didik SMP. Self disclosure merupakan salah satu keterampilan komunikasi interpersonal dan kompetensi interpersonal yang sangat berguna dalam berinteraksi sosial dan menjalin hubungan interpersonal. Penelitian bertujuan memperoleh gambaran umum
self disclosure peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang dan mendeskripsikan
perbedaan self disclosure peserta didik berdasarkan jenis kelamin. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling). Sampel penelitian adalah peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 182 peserta didik dari 384 peserta didik. Temuan penelitian menunjukkan secara umum
self disclosure peserta didik berada pada kategori tinggi dan terdapat perbedaan self disclosure antara peserta didik laki-laki dan perempuan dengan kecenderungan berada
pada kategori tinggi. Temuan penelitian dijadikan dasar untuk menyusun rancangan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan self disclosure peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang.
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
Abdullah Abdul Rahman, 1000860. (2015). Students’ Self Disclosure Profile and Its Implication for Personal and Social Guidance (A Descriptive Study of Eighth Graders of SMP Negeri 1 Lembang in 2014/2015 Academic Year)
The background of this research is the importance of self-disclosure for adolescents, especially junior high school students. Self-disclosure is one of the interpersonal communication skills and interpersonal competence which is very useful in social interaction and interpersonal relationships. The research aims to obtain an overview of SMP Negeri 1 Lembang eighth graders’ self-disclosure and describe students’ self-disclosure differences in terms of sex. The approach used in this research is quantitative approach with descriptive methods. The sampling technique used is random sampling. The samples are 182 students out of 384 who are the eight graders of SMP Negeri 1 Lembang in 2014/2015 academic year. The results show that in general, students’ self-disclosure is at high category and there are self-self-disclosure differences between male and female learners which tend to be in the high category. The implication is to arrange the guidance services to improve SMP Negeri 1 Lembang eighth graders’ self-disclosure.
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI 1.1 Latar Belakang Penelitian... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian... 7
1.3 Tujuan Penelitian... 8
1.4 Manfaat Penelitian... 8
1.5 Struktur Organisasi Skripsi... 9
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Self Disclosure... 10
2.2 Perkembangan Remaja Sebagai Peserta Didik SMP... 26
2.3 Bimbingan Pribadi Sosial…………... 32
2.4 Penelitian Sebelumnya yang Relevan... 41
2.5 Posisi Penelitian... 41
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ………... 43
3.2 Partisipan………... 43
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 44
3.4 Definisi Operasional Variabel ... 44
3.5 Insrumen Penelitian ... 45
3.6 Analisis Data... 53
3.7 Prosedur Penelitian ... 57
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Temuan Penelitian ... 59
4.2 Pembahasan Temuan Penelitian ... 66
4.3 Rancangan Layanan Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Self Disclosure Peserta Didik... 82
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5.1 Simpulan... 94 3.1 Kisi-kisi Instrumen Self Disclosure Peserta Didik (Sebelum Uji Kelayakan Instrumen)... 47
3.2 Hasil Judgement Instrumen Self Disclosure……... 48
3.3 Tabel Kisi-kisi Instrumen Self Disclosure Peserta Didik Peserta Didik (Setelah Uji Kelayakan Instrumen)... 49
3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Self Disclosure Peserta Didik... 51
3.5 Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen……..……… 52
3.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Self Disclosure Peserta Didik... 52
3.7 Kisi-kisi Instrumen Self Disclosure Peserta Didik (Setelah Uji Coba Instrumen)... 52
3.8 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban... 53
3.9 Pengkategorian Self Disclosure Peserta Didik... 54
3.10 Interpretasi Skor Kategori Self Disclosure Peserta Didik... 55
4.1 Gambaran Umum Self Disclosure Peserta Disik Kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2014/2015... 59
4.2 Gambaran Umum Self Disclosure Peserta Disik Kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2014/2015 Berdasarkan Jenis Kelamin ………... 62
4.3 Uji Perbandingan Self Disclosure Berdasarkan Jenis Kelamin……….……. 65
4.4 Gambaran Umum Self Disclosure Peserta Disik Kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2014/2015... 87
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GRAFIK
Grafik Hal
4.1 Gambaran Pencapaian Aspek Self Disclosure Peserta Disik Kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2014/2015 ………. 60 4.2 Gambaran Pencapaian Indikator Self Disclosure Peserta Disik Kelas
VIII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2014/2015……….. 61 4.3 Gambaran Self Disclosure Peserta Didik Laki-laki Kelas VIII SMP
Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2014/ 2015………. 63
4.4 Gambaran Self Disclosure Peserta Didik Perempuan Kelas VIII
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Administrasi Penenlitian Lampiran 2 Instrumen Penelitian Lampiran 3 Hasil Pengolahan Data
Lampiran 4 RPLBK (Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Kelompok)
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berhubungan dan
membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Manusia sebagai makhluk sosial
dalam bertingkah laku selalu berhubungan dengan lingkungan tempat dimana
manusia berada (Walgito, 2007, hlm. 53). Hubungan antara manusia akan terjalin
secara harmonis dan akrab dengan lingkungan sosialnya, apabila manusia mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Masa remaja disebut sebagai masa social hunger (kehausan sosial) yang
ditandai adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok
sebayanya (peer group). Menurut Santrock (2007b, hlm. 55) masa remaja
memiliki kecenderungan yang kuat untuk disukai dan diterima teman sebaya atau
kelompok. Remaja akan merasa senang apabila diterima oleh teman sebaya dan
sebaliknya akan merasa tertekan dan cemas apabila dikeluarkan dan diremehkan
oleh teman sebayanya. Santrock (2007b, hlm. 56) berpendapat hubungan yang
baik di antara teman sebaya dibutuhkan bagi perkembangan sosial yang normal di
masa remaja. Hubungan yang positif dengan teman sebaya berkaitan dengan
penyesuaian sosial yang positif. Kebutuhan akan berhubungan dengan teman
sebaya disebabkan remaja telah memasuki lingkungan pergaulan yang lebih luas
dan pengaruh teman sebaya di lingkungan sekolah.
Remaja merasa senang untuk menghabiskan waktu dengan teman
sepermainan dan meningkatnya minat remaja terhadap hubungan interpersonal
(Condry dalam Santrock, 2007b, hlm. 56). Remaja akan lebih tertarik untuk
menceritakan permasalahannya kepada teman atau menghabiskan waktu bersama
dengan teman dari pada dengan orang tuanya. Santrock (2007b, hlm. 72)
menjelaskan hubungan pertemanan merupakan tempat bagi remaja untuk bertukar
perasaan, pikiran, pengalaman, minat dan juga harapan selain dengan orang
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Rawlins dan Holl (dalam Bauminger, 2008. hlm. 411) menyatakan selama masa
remaja interaksi sosial dan komuniasi dengan orang tua dan teman merupakan
tempat bagi remaja mendapatkan informasi serta pengambilan keputusan. Remaja
membutuhkan lingkungan sosial untuk mengembangkan identitasnya,
meningkatkan keterampilan sosial, dan belajar untuk berbagi dan bertukar
informasi dengan individu lain.
Sullivan (dalam Santrock, 2007b, hlm. 72) menjelaskan pada masa awal
remaja terjadi peningkatan dalam pengaruh psikologis dan keakraban dengan
teman. Hubungan dengan teman sebaya pada remaja bukan hanya sekedar untuk
bermain bersama, tetapi lebih kepada hubungan yang melibatkan emosi. Remaja
akan mulai menceritakan permasalahannya kepada teman serta mulai
mendengarkan teman bercerita tentang masalah pribadinya. Buhrmester dkk
(1988a, hlm. 991) menjelaskan remaja harus mampu menjaga suatu hubungan
serta mengelola hubungan, karena melalui kemampuan membina hubungan akrab
yang baik remaja dapat terhindar dari stress dan perasaan kesepian.
Menurut Buhrmester dkk (1988a, hlm. 991) kemampuan membangun dan
memelihara hubungan interpersonal yang akrab disebut sebagai kompetensi
interpersonal. Lebih lanjut, Buhrmester dkk (1988a, hlm. 991) menjelaskan
kompetensi interpersonal memiliki lima dimensi yaitu, berinisiatif
m e m b i n a h u b u n g a n (initiating relationships), keterbukaan
diri (self disclosure), bersikap asertif atas tindakan orang lain (asserting
displeasure with others' actions), memberikan dukungan emosional (providing
emotional support), serta mengelola dan mengatasi konflik yang timbul dalam
hubungan interpersonal (managing interpersonal conflicts). Remaja yang
memiliki kemampuan rendah dalam membina hubungan akrab, akan mengalami
isolasi sosial sehingga mengalami kesulitan untuk melakukan hubungan
interpersonal dengan teman sebaya.
Buhrmester & Prager (1995b, hlm. 10) menyebutkan self disclosure
memiliki peran yang lebih besar pada pengembangan hubungan interpersonal.
3
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
disclosure remaja akan lebih dapat mengembangkan hubungan interpersonal
dengan teman sebaya. Kurangnya hubungan akrab selama masa remaja dapat
menjadi sumber stres yang mungkin kurang dalam menerima dukungan sosial dan
bantuan dari teman.
Menurut Sullivan (dalam Berndt dan Hanna, 1995, hlm. 57) self disclosure
merupakan faktor penting dari hubungan interpersonal pada remaja. Self
disclosure kepada teman sebaya memiliki efek positif terhadap kepribadian
remaja. Percakapan dengan teman membantu remaja mendapatkan pemahaman
diri yang lebih baik. Sullivan berpendapat hubungan pertemanan yang akrab dan
sering melibatkan self disclosure memiliki efek positif pada perkembangan sosial
remaja.
Self disclosure dapat meningkatkan komunikasi interpersonal,
menyelesaikan konflik, dan memperkuat hubungan interpersonal (Reece, 2014,
hlm. 167). Pendapat lain menyatakan, hubungan interpersonal tidak dapat
mencapai keakraban tanpa adanya self disclosure (Beebe, 2009, hlm. 55). Tanpa
self disclosure, remaja hanya membentuk dan menjalin hubungan yang dangkal
dengan teman. Disimpulkan self disclosure dapat memberikan efek positif
terhadap kefektifan komunikasi interpersonal dan pengembangan hubungan
interpersonal, melalui self disclosure remaja akan mudah membentuk serta
menjalin hubungan yang akrab dengan teman.
Self disclosure diartikan sebagai tindakan individu dalam memberikan
informasi yang bersifat pribadi terhadap orang lain. Informasi yang bersifat
pribadi mencakup aspek atau topik pembicaraan mengenai sikap dan opini, selera
atau minat, sekolah, kepribadian, keuangan, dan fisik (Jourard, 1971a, hlm. 8).
Altman dan Taylor (dalam Ifdil, 2013, hlm. 112) mendefinisikan self disclosure
merupakan kemampuan individu untuk mengungkapkan informasi diri (termasuk
pikiran, perasaan, dan pengalaman), kepada orang lain yang bertujuan untuk
mencapai hubungan yang lebih akrab.
Setiawati (2012, hlm. 12) menjelaskan self disclosure merupakan faktor
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Paluckaitė (2012, hlm. 921) self disclosure merupakan aspek penting dari interaksi sosial. Kemampuan remaja dalam melakukan self disclosure menajdi
kontribusi penting dalam mencapai kesuksesan akademik dan keberhasilan dalam
berinteraksi, baik dengan orang lain maupun interaksi dengan lingkungan
sosialnya. Senada dengan ragam tugas kompetensi yang perlu dimiliki peserta
didik remaja pada sekolah lanjutan tingkat pertama (ASCA) yaitu peserta didik
menunjukkan beberapa kemampuan untuk melangsungkan interaksi dengan orang
lain secara efektif (Rusmana, 2009, hlm.130).
Self disclosure merupakan aspek penting dalam komunikasi interpersonal
(Chow, Ruhl, & Buhrmester dalam Ifdil, 2013, hlm. 115). William Kay (dalam
Yusuf, 2002, hlm. 72) mengemukakan salah satu tugas perkembangan remaja
ialah mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan bergaul dengan
teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok.
Selanjutnya, Johnson (dalam Supratiknya, 1995, hlm. 11) menyebutkan salah satu
bentuk keterampilan berkomunikasi yaitu self disclosure. Disimpulkan, self
disclosure sangatlah penting dimiliki oleh remaja, melalui self disclosure akan
membantu remaja dalam berkomunikasi dengan orang lain untuk memasuki
kelompok-kelompok, memulai hubungan pertemanan, memasuki pergaulan yang
lebih luas, serta akan memudahkan bagi remaja dalam membangun hubungan
yang akrab dengan teman.
Hasil penelitian Rivenbark (dalam Hurlock, 1980, hlm. 215) mengenai pola
self disclosure diantara remaja, menunjukkan adanya peningkatan skor rata-rata
self disclosure pada remaja pada kelas VIII hingga kelas XII. Rivenbark juga
menyebutkan self disclosure kepada teman menjadi nilai penting yang digunakan
untuk memilih teman selama masa remaja. Penelitian senada dilakukan Sullivan
(dalam Santrock, 2007b, hlm. 71) mengenai perubahan perkembangan dalam
percakapan terbuka, hasil penelitian Sullivan menunjukkan percakapan terbuka
dengan teman dekat atau sahabat meningkat dramatis pada remaja sementara
terjadi penurunan dramatis percakapan terbuka dengan orangtua, percakapan
5
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kelas XII. Disimpulkan, remaja lebih banyak menceritakan perasaan dan
pengalaman-pengalaman yang bersifat pribadi kepada teman dibandingkan
dengan saat berada pada masa kanak-kanak, remaja juga lebih memilih dan
mengandalkan teman daripada orangtua dalam memenuhi kebutuhan
kebersamaan, nilai diri dan keakraban.
Hasil penelitian Jourard & Lasakow (dalam Derlega, 1987b, hlm. 81),
menunjukkan laki-laki kurang dapat mengungkapkan tentang diri mereka sendiri
daripada perempuan. Jourard (dalam Derlega, 1987b, hlm. 81) menjelaskan
laki-laki membutuhkan peran sebagai laki-laki-laki-laki yang tangguh, obyektif, bekerja keras,
mencapai keberhasilan, tidak mudah terharu, dan tidak ekspresif dalam emosional.
Penenlitian serupa yang dilakukan Seamon (2003, hlm. 154) menampilkan
perbedaan jenis kelamin dalam self disclosure, laki-laki dalam melakukan
self-disclosure lebih dangkal sementara perempuan self self-disclosure lebih bermakna.
Seamon (2003, hlm. 154) menyebutkan laki-laki kurang dapat membagikan
informasi mengenai dirinya daripada perempuan yang dengan mudah
membagikan informasi kepada orang lain sehingga memunculkan hubungan yang
lebih akrab. Artinya, self disclosure dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin
antara laki-laki dan perempuan.
P e n e l i t i a n J o u r a r d ( d a l a m G a i n a u ,
2 0 0 9 , h l m . 1 5 ) m e n j e l a s k a n i n d i v i d u
y a n g m e m i l i k i k e m a m p u a n self disclosure
l e b i h m a m p u m e n y e s u a i k a n d i r i (adaptive),
l e b i h k o m p e t e n , l e b i h p e r c a y a p a d a d i r i
s e n d i r i , b e r s i k a p extrovert, l e b i h o b y e k t i f,
d a p a t d i a n d a l k a n , l e b i h m a m p u
b e r s i k a p p o s i t i f , t e r b u k a , p e r c a y a
k e p a d a o r a n g l a i n , d a n d a p a t
m e n g u n g k a p k a n t u j u a n - t u j u a n
h i d u p n y a u n t u k m a s a d e p a n n y a . S ebaliknya
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diri, kurang mampu menyesuaikan diri, timbul perasaan takut, bersikap tertutup,
cemas, dan merasa rendah diri. Buhrmester (dalam Santrock, 2007b, hlm. 70)
menjelaskan remaja yang memiliki ikatan pertemanan yang dangkal atau tidak
memiliki teman sama sekali, cenderung lebih merasa kesepian, depresi, dan
memiliki harga diri yang rendah, dibandingkan dengan remaja yang memiliki
teman yang akrab. Hubungan pertemanan yang akrab pada remaja sangat
dipengaruhi oleh self disclosure.
Penelitian yang menunjukkan rendahnya kemampuan self disclosure peserta
didik dilakukan penelitian oleh Saputri, (2012), menunjukkan peserta didik yang
memiliki self disclosure pada kategori sedang sebesar 61,8%, pada kategori
rendah sebesar 14,5%, dan pada kategori tinggi sebesar 23,6%. Selanjutnya,
penelitian Nurhayati (2012), menunjukkan self disclosure peserta didik berada
pada kategori tinggi sebesar 20,31%, peserta didik yang pada kategori sedang
sebesar 67,18%, dan self disclosure peserta didik berada pada kategori rendah
sebesar 12,5%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa
masih terdapat peserta didik yang belum memiliki dan masih rendah dalam self
disclosure.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan melalui observasi dan
wawancara di SMP Negeri 1 Lembang, terdapat perilaku peserta didik yang masih
enggan menceritakan masalah yang sedang dihadapinya kepada teman ataupun
kepada Guru BK. Masalah yang sering dihadapi oleh peserta didik seperti,
masalah yang menyangkut tentang diri sendiri, teman sebaya, maupun masalah
dengan orang tua. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada beberapa
peserta didik, mereka mengaku jarang berbagi perasaan dan menceritakan hal-hal
yang bersifat pribadi kepada teman, karena mereka merasa takut masalah yang
telah diceritakan akan diketahui oleh orang lain, selain itu terdapat peserta didik
yang merasa kesepian dan tidak memiliki sahabat atau teman dekat yang sangat
penting bagi peserta didik dalam menjalin hubungan yang akrab. Perilaku lain
yang menunjukkan rendahnya self disclosure yang dimiliki peserta didik, seperti
7
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
peserta didik dengan teman-temannya. Selanjutnya, terdapat juga perilaku peserta
didik yang tidak suka menerima pendapat, kritik dan saran dari orang lain.
Berkaitan dengan fenomena self disclosure, pemberian layanan bimbingan
dan konseling untuk mengembangkan self disclosure perlu diberikan kepada
peserta didik (remaja). Depdiknas (2008, hlm. 197) menjelaskan tujuan pemberian
pelayanan bimbingan dan konseling yaitu agar peserta didik dapat
mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki seoptimal mungkin,
menyesuaikan diri dengan lingkungan, mengatasi hambatan dan kesulitan yang
dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat
serta lingkungan kerja.
Self disclosure merupakan bagian dari keterampilan komunikasi
interpersonal dan kompetensi interpsersonal yang dalam layanan bimbingan dan
konseling berada pada bidang layanan pribadi-sosial. Bimbingan pribadi-sosial
merupakan upaya yang dilakukan dalam memberikan bantuan kepada individu
untuk mengembangkan dirinya melalui pemahaman dan pengembangan seluruh
potensi diri serta kompetensi-kompetensi pribadi-sosial yang dimiliki, sehingga
individu memperoleh keselarasan dalam menjalani hidup baik dalam dimensi
intrapersonal maupun interpersonal. Menurut Depdiknas (2008, hlm. 198) tujuan
bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial yaitu:
memiliki komitmen yang kuat kepada Tuhan YME, memiliki sikap toleransi terhadap umat baragama lain, memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, memiliki sifat positif dan respek terhadap orang lain, memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat, bersikap respek terhadap orang lain, memiliki rasa tanggung jawab, memiliki kemampuan berinteraksi sosial dalam bentuk hubungan persahabatan, memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik, dan memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif
Berdasarkan pentingnya self disclosure bagi peserta didik, dirasakan perlu
adanya penelitian empiris yang mampu memberikan gambaran umum tentang self
disclosure dan upaya bimbingan dan konseling yang bersifat pengembangan.
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Self disclosure d i a r t i k a n s e b a g a i s u a t u
k e m a m p u a n i n d i v i d u d a l a m
m e n g u n g k a p k a n i n f o r m a s i d i r i n y a
s e c a r a v e r b a l k e p a d a o r a n g l a i n y a n g
b e r s i f a t p e r s o n a l , t e m a s u k p e r a s a a n ,
p i k i r a n , d a n p e n g a l a m a n - p e n g a l a m a n
y a n g t e r j a d i p a d a d i r i n y a ( D e r l e g a ,
d a l a m J a y a n t i 2 0 1 0 , h l m . 2 ) .
Self disclosure s a n g a t l a h p e r l u d a n p e n t i n g
d i m i l i k i o l e h r e m a j a , k a r e n a p a d a m a s a
r e m a j a m e r u p a k a n m a s a d i m a n a m e r e k a
b e l a j a r m e m b e r i , m e n e r i m a d a n
m e m b i n a k o m u n i k a s i y a n g b a i k s e r t a
m e n j a l i n h u b u n g a n y a n g a k r a b d e n g a n
t e m a n . K e m a m p u a n self disclosure y a n g
d i m i l i k i r e m a j a , a k a n m e m b a n t u d a l a m
m e n c a p a i k e s u k s e s a n a k a d e m i k d a n
p e n y e s u a i a n d i r i d i s e k o l a h . A p a b i l a
r e m a j a t i d a k m e m i l i k i k e m a m p u a n self
disclosure, m a k a a k a n m e n g a l a m i k e s u l i t a n
d a l a m b e r k o m u n i k a s i d e n g a n o r a n g
l a i n s e p e r t i t e m a n , g u r u m a u p u n
i n d i v i d u l a i n n y a s e r t a a k a n s u l i t b a g i
r e m a j a u n t u k m e n j a l i n h u b u n g a n a k r a b
d e n g a n t e m a n s e b a y a .
B e r d a s a r k a n i d e n t i f i k a s i m a s a l a h
m e n g e n a i self disclosure, m a s a l a h d a l a m
p e n e l i t i a n d i f o k u s k a n u n t u k m e n g e t a h u i
9
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
K e l a s V I I I d i S M P N e g e r i 1 L e m b a n g
T a h u n a j a r a n 2 0 1 4 / 2 0 1 5 . S e c a r a l e b i h
r i n c i p e r t a n y a a n p e n e l i t i a n a d a l a h
s e b a g a i b e r i k u t .
1 ) B a g a i m a n a g a m b a r a n u m u m self disclosure
p e s e r t a d i d i k K e l a s V I I I d i S M P
N e g e r i 1 L e m b a n g T a h u n a j a r a n
2 0 1 4 / 2 0 1 5 ?
2 ) Apakah terdapat perbedaan self disclosure antara peserta didik laki-laki
dan perempuan K e l a s V I I I d i S M P N e g e r i 1
L e m b a n g T a h u n a j a r a n 2 0 1 4 / 2 0 1 5?
3 ) B a g a i m a n a i m p l i k a s i b i m b i n g a n
p r i b a d i s o s i a l u n t u k m e n i n g k a t k a n self
disclosure p e s e r t a d i S M P N e g e r i 1
L e m b a n g K e l a s V I I I T a h u n a j a r a n
2 0 1 4 / 2 0 1 5 ?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yakni memperoleh gambaran empirik mengenai self
disclosure peserta didik d i S M P N e g e r i 1 L e m b a n g
K e l a s V I I I T a h u n a j a r a n 2 0 1 4 / 2 0 1 5.
Secara khusus penelitian bertujuan:
1 ) m e m p e r o l e h g a m b a r a n u m u m s elf
disclosure P e s e r t a D i d i k d i S M P N e g e r i 1
L e m b a n g K e l a s V I I I t a h u n a j a r a n
2 0 1 4 / 2 0 1 5 ;
2 ) m e n d e s k r i p s i k a n perbedaan self disclosure antara
peserta didik laki-laki dan perempuan K e l a s V I I I d i S M P
N e g e r i 1 L e m b a n g T a h u n a j a r a n
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3 ) m e m p e r o l e h r a n c a n g a n l a y a n a n
b i m b i n g a n p r i b a d i s o s i a l u n t u k
m e n i n g k a t k a n self disclosure p e s e r t a d i S M P
N e g e r i 1 L e m b a n g K e l a s V I I I T a h u n
a j a r a n 2 0 1 4 / 2 0 1 5 .
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1Manfaat Teoritis
Secara teoretis penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan
bimbingan dan konseling, khususnya dalam pengembangan hubungan
interpersonal dan keterampilan komunikasi interpersonal yaitu self disclosure.
1.4.2Manfaat Praktis
1) Bagi Guru BK
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dalam
penyusuanan layanan bimbingan dan konseling pribadi-sosial serta
pertimbangan bahan ajar dalam meningkatkan self disclosure peserta didik.
2) Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan informasi, referensi serta bahan
pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang lebih mendalam
mengenai self disclosure.
1.5 Struktur Organisasi Skripsi
Penelitian ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut. Bab I
Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah yang berisikan fenomena
yang terjadi dan permasalahan, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, serta struktur organisasi skripsi. Bab II Kajian Pustaka terdiri
dari pembahasan mengenai teori-teori seperti konsep self disclosure, konsep self
disclosure berdasarkan jenis kelamin, remaja sebagai peserta didik SMP, konsep
bimbingan dan konseling pribadi sosial, dan penelitian terdahulu. Bab III
Metodologi Penelitian yang meliputi pendekatan dan metode penelitian, tempat
11
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penelitian, langkah-langkah penelitian, serta teknik analisis data yang digunakan.
Bab IV Temuan Penelitian dan Pembahasan yang terdiri dari pemaparan deskripsi
temuan penelitian dan pembahasan serta rancangan implikasi bimbingan pribadi
sosial. Bab V Penutup yang terdiri dari simpulan, implikasi dan rekomendasi
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.
Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang bertujuan untuk
meneliti populasi atau sampel tertentu, mengumpulkan data menggunakan
instrumen penelitian, menganalisis data bersifat kuantitatif/statistik, serta untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Pendekatan kuantitatif dalam penelitian
guna mengetahui gambaran self disclosure peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1
Lembang.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.
Metode penelitian deskrptif dipilih dengan tujuan untuk mendeskripsikan,
menganalisis, dan mengambil generalisasi mengenai self disclosure peserta didik,
yang selanjutnya berdasarkan hasil temuan tersebut dijadikan dasar untuk
menyusun implikasi bagi bimbingan pribadi sosial.
3.2 Partisipan
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Lembang yang beralamat di Jalan
Raya No. 357 Lembang. Alasan Peneliti memilih lokasi penelitian didasarkan atas
fenomena self disclosure peserta didik yang masih memerlukan pengembangan
dan perhatian. Seperti terdapat perilaku peserta didik yang belum dapat terbuka
dalam komunikasi dengan teman ataupun guru, selain itu terdapat peserta didik
belum memiliki teman dekat atau sahabat yang dapat dijadikan teman untuk
bertukar pendapat, perasaan dan pikiran. Selain itu juga, di SMP Negeri 1
Lembang belum tersedia layanan dan bimbingan konseling yang secara khusus
difokuskan untuk meningkatkan self disclosure yang berguna bagi keterampilan
44
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Partisipan yang terlibat dalam penelitian merupakan peserta didik Kelas
VIII SMP Negeri 1 Lembang. Dasar pertimbangan pemilihan partisipan adalah
sebagai berikut.
1) Berdasarkan penelitian Rivenbark (1971, hlm. 39) self disclosure tinggi
kepada teman dimulai saat berada di kelas VIII.
2) Peserta didik kelas VIII memiliki usia rata-rata 13 sampai 14 tahun, merujuk
pendapat Buhrmester (dalam Santrock, 2007b, hlm. 72) menyebutkan
intimasi/ hubungan akrab dengan teman dijumpai pada rentang usia 13
sampai 16 tahun.
3) Terjadinya perubahan dan pertukaran anggota kelas pada masing-masing
kelas VIII. Dilihat dari perubahan tersebut, peserta didik kelas VIII sangat
memerlukan keterampilan self disclosure yang bermanfaat bagi mereka dalam
membuka hubungan dan komunikasi baru terhadap teman/ anggota kelas
yang mungkin baru mereka kenal.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013, hlm. 117).
Populasi penelitian adalah peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang.
Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik random sampling, yaitu
teknik pengmabilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap
anggota populasi untuk dipilih menjadi sanggota sampel penelitian. Pengambilan
penentuan jumlah sampel penelitian berpedoman kepada pendapat Sugiyono
(2013, hlm. 128) yang menyebutkan jika jumlah populasi 380 dengan taraf
kesalahan sebesar 5% atau tingkat keyakinan 95%, maka jumlah sampel penelitian
berjumlah 182 orang.
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Variabel penelitian yang akan diteliti dan menjadi fokus perhatian yaitu
self disclosure. Konsep self disclosure (keterbukaan diri) pertama kali
dikembangkan oleh Sideny Marshal Jourard pada tahun 1964 merupakan seorang
ahli dalam pskilogi humanistik. Jourard (1971b, hlm. 2) mendefinisikan self
disclosure sebagai tindakan dalam memberikan informasi mengenai diri sendiri
kepada orang lain sehingga orang lain mengetahui apa yang dipikirkan, dirasakan
dan diinginkan. Menurut Derlega (2006, hlm. 411) self disclosure merupakan
komunikasi verbal sebagai bentuk interaksi antara dua individu atau lebih dimana
bermaksud untuk sengaja membagikan dan meceritakan informasi pribadi kepada
orang lain. DeVito (2014, hlm. 50) menjelaskan self disclosure sebagai suatu jenis
komunikasi dimana informasi tentang diri seperti pikiran, perasaan, pendapat
pribadi yang biasanya disembunyikan dikomunikasikan kepada orang lain.
Self disclosure merupakan keterampilan komunikasi peserta didik kelas VIII
SMP Negeri 1 Lembang dalam membagikan informasi yang bersifat pribadi
kepada teman tentang sikap dan opini (attitude and opinions), selera dan minat
(taste), sekolah (school), keuangan (money), kepribadian (personality), dan fisik
(body). Informasi pribadi merupakan topik pembicaraan/ konten percakapan yang
dilakukan peserta didik kepada teman dengan indikator-indikator yang
dikemukakan oleh Jourard (1971a). Secara lebih rinci dijabarkan sebagai berikut.
1) Sikap dan opini (Attitude and Opinions), mencakup informasi sikap dan
pendapat mengenai keagamaan, pergaulan remaja, dan keadaan keluarga.
2) Selera dan minat (Taste and Interests), mencakup informasi tentang selera
dalam berpakaian, makanan, buku bacaan, acara TV dan minat yang disukai.
3) Sekolah (School), mencakup informasi keadaan lingkungan sekolah, evaluasi
kemampuan belajar, dan rencana masa depan.
4) Keuangan (Money), mencakup informasi tentang sumber keuangan,
pengeluaran yang dibutuhkan, dan cara mengatur keuangan.
5) Kepribadian (Personality), merupakan informasi tentang hal-hal yang
46
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bangga, kegagalan, kesalahan, hal memalukan), dan hubungan dengan lawan
jenis.
6) Fisik (Body), mencakup informasi tentang pertumbuhan fisik dan kondisi
kesehatan fisik.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah angket atau kuesioner.
Angket atau kuesioner digunakan sebagai alat pengumpul data untuk mencapai
tujuan penelitian. Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap tingkat self disclosure
peserta didik dikembangkan berdasarkan definisi operasional variabel self
disclosure serta hasil adaptasi dan modifikasi dari Jourard Self Disclosure
Quesioner (JSDQ) yang disusun oleh Sidney M. Jourard (1971) dan disesuaikan
dengan kebutuhan penelitian.
3.5.1 Jenis Instrumen
Jenis instrumen atau angket yang digunakan dalam penelitian adalah angket
tertutup, yaitu responden diberikan pernyataan mengenai self disclosure yang
disertai alternatif jawaban. Selanjutnya responden hanya perlu menjawab,
alternatif pilihan jawaban yang telah disediakan. Proses pengumpulan data
dilakukan dengan menyebarkan angket self disclosure kepada peserta didik kelas
VIII SMP Negeri 1 Lembang. Semua item pernyataan pada angket self disclosure
merupakan item dengan pernyataan positif (favorable).
3.5.2 Pengembangan Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Kisi-kisi instrumen penelitian untuk mengungkap tingkat self disclosure
peserta didik dikembangkan berdasarkan definisi operasional variabel yaitu aspek
self disclosure. Aspek-aspek self disclosure terdiri dari sikap dan opini (attitude
and opinions), selera dan minat (taste and interests), sekolah (school), keuangan
(money), kepribadian (personality), dan fisik (body). Kisi-kisi intrumen penelitian
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Self Disclosure Peserta Didik (Sebelum Uji Kelayakan Instrumen)
3 Sekolah (School) Peserta didik mengungkapkan keadaan lingkungan sekolah,
21, 22, 23, 24, 25, 26,
48
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.5.3 Uji Kelayakan Instrumen
Instrumen self disclosure peserta didik yang telah disusun terlebih dahulu
dilakukan uji kelayakan intrumen. Penimbangan butir penyataan dilakukan
dengan meminta pendapat ahli dengan tujuan instrumen yang disusun memiliki
kelayakan dan kesesuaian item pernyataan dengan landasan teoritis, ketepatan
bahasa yang digunakan, dan isi. Penimbangan instrumen self disclosure dilakukan
oleh empat dosen ahli yaitu dosen jurusan psikologi pendidikan dan bimbingan.
Hasil penimbangan oleh dosen ahli disajikan dalam tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2
Hasil Judgement Instrumen Self Disclosure
Kesimpulan No. Item Jumlah
Memadai 1, 5, 6, 10, 13, 19, 27, 28, 35, 37, 39, 42, 43, 44, 17 evaluasi kemampuan belajar,
rencana masa depan.
27, 28, 29, 30, 31, 32 4 Keuangan (Money) Peserta didik mengungkapkan
mengenai sumber keuangan,
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
49, 55
Diperbaiki 2, 4, 8, 11, 12, 15, 16, 17, 20, 21, 22, 23, 24, 26,
29, 30, 31, 32, 36, 38, 40, 41, 45, 46, 47, 48, 50,
51, 52, 53, 54, 56, 57, 58, 59, 60, 61
38
Dibuang 3, 7, 9, 14, 18, 25, 33, 34, 62, 63, 64, 11
Penimbangan instrumen yang telah dilakukan oleh dosen ahli menunjukkan
17 item pernyataan sudah memadai, 38 item pernyataan masih harus diperbaiki
dari segi isi dan bahasa, dan 11 item pernyataan harus dibuang atau tidak
digunakan. Secara keseluruhan, jumlah item pernyataan yang digunakan yaitu
berjumlah 54 item. Kisi-kisi instrumen self disclosure setelah dilakukan uji
kelayakan mengalami perubahan yang ditampilkan dalam tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Self Disclosure Peserta Didik (Setelah Uji Kelayakan Instrumen)
No Aspek Indikator No Item (+) Total
1 Sikap dan Opini (Attitude and Opinions)
Peserta didik mengungkapkan mengenai hal-hal keagamaan.
1, 2 2
Peserta didik mengungkapkan pergaulan remaja.
3, 4 2
Peserta didik mengungkapkan mengenai keadaan keluarga.
5, 6, 7, 8, 9, 10, 11
7
50
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.5.4 Uji Keterbacaan
Uji keterbacaan bertujuan untuk mengetahui dan mengukur sejauh mana
item-item pernyataan dalam instrumen dapat dipahami dan dimengerti oleh
responden penelitian. Uji keterbacaan dilakukan kepada lima orang peserta didik
sampel setara. Setalah uji keterbacaan item-item pernyataan yang kurang dapat
dipahami oleh responden kemudian diperbaiki yang disesuaikan dengan
kebutuhan sehingga dapat dipahami oleh peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 1
Lembang tahun ajaran 2014/ 2015.
3 Sekolah (School) Peserta didik mengungkapkan keadaan lingkungan sekolah,
4 Keuangan (Money) Peserta didik mengungkapkan mengenai kesulitan keuangan,
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.5.5 Uji Validitas Butir Item
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan
mampu mengukur apa yang diinginkan. Sugiyono (2013, hlm. 348) menjelaskan
uji validias data dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan
dalam penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Semakin tinggi nilai validitas, menunjukkan semakin valid instrumen yang akan
digunakan.
Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for
windows menggunakan Pearson Product Moment dengan rumus sebagai berikut.
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
(Siegel, 1994, hlm. 245)
Keterangan:
rs = koefisien korelasi Pearson
x = skor per item
y = skor total
Berdasarkan hasil uji validitas, menunjukkan bahwa instrumen self
disclosure yang terdiri dari 54 item pernyataan, terdapat 45 item valid dan 9 item
tidak valid.
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Instrumen Self Disclosure Peserta Didik
Kesimpulan Item Jumlah
Jumlah Awal 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17, 18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35, 36,37,38,39,40,41,42,43,44,45,46,47,48,49,50,51,52,53,
54
52
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Item Valid 1,2,3,4,7,9,10,11,12,13,14,15,16,17,
Menurut Arikunto (2013, hlm. 221) uji reliabilitas instrumen bertujuan
untuk menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan
instrumen tersebut dapat dipercaya. Reliabilitas instrumen menunjukkan pada satu
pengertian instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data karena instrumen tersebut sudah baik.
Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah metode Alpha
menggunakan program SPSS 16.0 for windows. Rumus yang digunakan dengan
metode Alpha adalah sebagai berikut:
(Arikunto, 2013, hlm. 239)
Keterangan :
r11 = nilai reliabilitas instrumen
Σsi = jumlah varians skor tiap-tiap item St = varians total
k = jumlah item
Selanjutnya kriteria untuk mengetahui tingkat reliabilitas, digunakan kriteria sebagai berikut.
Tabel 3.5
Kriteria Reliabilitas Instrumen
0.00 – 0.199 Derajat keterandalan sangat rendah 0.20 – 0.399 Derajat keterandalan rendah
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
0.40 – 0.599 Derajat keterandalan sedang 0.60 – 0.799 Derajat keterandalan tinggi 0.80 – 1.00 Derajat keterandalan sangat tinggi
Hasil pengolahan uji reliabilitas instrumen self disclosure dapat dilihat
pada tabel 3.6 sebagai berikut.
Tabel 3.6
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Self Disclosure Peserta Didik
Cronbach's
Alpha N of Items
,940 45
Hasil pengujian pengolahan reliabilitas instrumen, menunjukkan koefisien
reliabilitas instremen self disclosure peserta didik sebesar 0,940, artinya tingkat
korelasi atau derajat keterandalannya sangat tinggi. Instrumen self disclosure yang
digunakan sudah baik dan dapat dipercaya untuk dijadikan alat pengumpul data.
Tabel 3.7
Kisi-kisi Instrumen Self Disclosure Peserta Didik (Setelah Uji Coba Instrumen)
3 Sekolah (School) Peserta didik mengungkapkan keadaan lingkungan sekolah,
16, 17, 18, 19, 20, 21,
54
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.6 Analisis Data
3.6.1 Pedoman Penyekoran Data Hasil Penelitian
Instrumen untuk mengungkap self disclosure peserta didik menggunakan
skala likert yang menyediakan empat alternatif jawaban. Data yang ditetapkan
kemudian diberi skor sesuai dengan ketentuan. Alternatif pilihan jawaban
dijelaskan pada tabel 3.8 berikut.
Tabel 3.8
Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban Pilihan Jawaban Bobot Nilai Skor
Sangat Sesuai (SS) 4
Sesuai (S) 3
Tidak Sesuai (TS) 2
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1
evaluasi kemampuan belajar, dan rencana masa depan.
22, 23, 24
4 Keuangan (Money) Peserta didik mengungkapkan mengenai kondisi keuangan
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada alat ukur, setiap instrumen diasumsikan memiliki nilai 1-4. Bobotnya
sebagai berikut.
a. Untuk pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS) memiliki skor 4.
b. Untuk pilihan jawaban Sesuai (S) memiliki skor 3.
c. Untuk pilihan jawaban Tidak Sesuai (TS) memiliki skor 2.
d. Untuk pilihan jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS) memiliki Skor 1.
3.6.2 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan untuk mengukur gambaran umum keterampilan
self disclosure peserta didik yang selanjutnya disusun implikasi bagi bimbingan
pribadi sosial.
Tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:
1. Menentukan pengkategorian dengan menjumlahkan skor dari 45 item
pernyataan, selanjutnya ditentukan panjang setiap kelas dengan rumus berikut.
(Furqon, 2009, 24-25)
Keterangan:
R = panjang kelas
Xmaks = skor maksimum
Xı = skor minimum
bk = banyak kelas
2. Selanjutnya mengelompokkan data menjadi dua kategori, yaitu: Rendah (Low
Disclosure) dan Tinggi (High Disclosure). Menggunakan pedoman sebagai
berikut.
Tabel 3.9
Pengkategorian Self Disclosure Peserta Didik
Rentang Skor Kategori
56
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
83 – 118 Tinggi
Interpretasi dari setiap kategori keterampilan self disclosure adalah sebagai
berikut.
Tabel 3.10
Interpretasi Skor Kategori Self Disclosure Peserta Didik Kategori Self Disclosure Rentang Skor Interpretasi
Rendah 45 – 82
Peserta didik yang memiliki self disclosure pada kategori rendah ditandai dengan belum dapat mengungkapkan informasi pribadi kepada teman secara mendalam, informasi yang diungkapkan masih sangat umum seperti informasi diri mengenai sikap dan opini, selera dan minat, sekolah, keuangan, kepribadian dan fisik, komunikasi yang terjadi bersifat tidak pribadi
(impersonal), dan belum
terjalinnya hubungan yang akrab dengan teman.
Tinggi 83 - 118
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.7 Uji Perbedaan Self Disclosure antara Peserta Didik Laki-laki dan Peserta Didik Perempuan
Guna mengetahui terdapat atau tidaknya perbedaan self disclosure antara
peserta didik laki-laki dan peserta didik perempuan, dilakukan pengujian
menggunakan uji beda dua rata-rata dengan menggunakan uji statistik parametrik.
Statistik parametrik digunakan karena telah memenuhi asumsi uji statistik
parametrik yaitu data self disclosure peserta didik laki-laki dan data self disclosure
peserta didik perempuan berdistribusi normal. Maka dari itu uji beda dua rata-rata
menggunakan uji Independent sample t-test pada software SPSS 16.0. Uji statistik
tersebut bertujuan untuk mengetahui terdapat atau tidaknya perbedaan self
disclosure antara peserta peserta didik laki-laki dan peserta didik perempuan.
Langkah-langkah perhitungan adalah sebagai berikut.
1) Mengajukan hipotesis.
a. H0 : µpeserta didik laki-laki = µpeserta didik perempuan
Tidak terdapat perbedaan self disclosure antara peserta didik laki-laki dan
peserta didik perempuan.
b. H1: µpeserta didik laki-laki ≠ µpeserta didik perempuan
Terdapat perbedaan rata self disclosure antara peserta didik laki-laki dan
peserta didik perempuan.
2) Menentukan dasar dalam pengambilan keputusan.
Untuk menentukan hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, ditentukan
dasar pengambilan keputusan dengan membaca pada tabel lajur equal
variance assumed dan melihat sig.2 tailed pada uji independent sample t-test.
Dengan kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut.
a. H0 diterima jika sig. > (0,05)
b. H1 diterima jika sig < (0,05)
(Pidekso dalam Irmayanti,2011, hlm. 93)
3) Melakukan uji beda dua rata-rata untuk mengetaui perbedaan self disclosure
58
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penelitian menggunakan uji independent sample t-test dengan rumus sebagai
berikut.
(Sugiyono, 2006, hlm. 135)
Keterangan:
=rata-rata kelompok 1
= rata-rata kelompok 2 t = nilai t hitung
= jumlah sampel kelompok 1
= jumlah sampel kelompok 2
= varian kelompok 1
= varian kelompok 2
Uji beda dua rata-rata pada penelitian dilakukan dengan menggunkan Uji
independent sample t-test pada software SPSS 16.0.
3.8 Prosedur Penelitian
3.8.1 Langkah-langkah penelitian
Langkah-langkah penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan,
pelaksanaan dan pelaporan. Secara lebih rinci dijelaskan sebagai berikut.
1) Tahap Persiapan
a) Menyusun proposal penelitian yang diseminarkan di depan dosen mata
kuliah metode riset. Setelah diseminarkan, proposal direvisi menjadi
proposal yang disahkan oleh Dewan Skripsi dan Ketua Jurusan Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan.
b) Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing pada tingkat
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c) Mengajukan permohonan izin penelitian dari Universitas untuk
disampaikan SMP Negeri 1 Lembang Kab. Bandung Barat.
2) Tahap Pelaksanaan
a) Melakukan studi pendahuluan ke SMP Negeri 1 Lembang, untuk
mengungkap fenomena keterampilan self disclosure peserta didik.
b) Melakukan penyesuaian instrumen yang digunakan yang selanjutnya
ditimbang dosen ahli untuk Judgment Instrumen penelitian.
c) Melaksanakan pengumpulan data melalui penyebaran instrumen
penelitian kepada peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang
Tahun Ajaran 2014/2015.
d) Melakukan pengolahan data, mendeskripsikan dan penganalisisan data
yang telah terkumpul yang selanjutnya mendeskripsikan temuan
penelitian dengan menarik kesimpulan dan membuat rekomendasi.
e) Menyusun implikasi penelitian bagi bimbingan pribadi sosial berupa
layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkankan self disclosure
peserta didik.
3) Tahap Pelaporan
a) Hasil akhir penelitian disusun menjadi laporan akhir penelitian.
b) Penelitian diujikan pada saat ujian sarjana.
c) Selanjutnya hasil dari ujian sarjana dijadikan masukan bagi
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Simpulan
Berdasarkan temuan penelitian dapat dirumuskan kesimpulan sebagai
berikut.
1) Temuan penelitian menunjukkan self disclosure peserta didik Kelas VIII SMP
Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2014/ 2015 secara umum berada pada
kategori tinggi, artinya peserta didik sudah terbuka dan mengungkapkan
informasi pribadi kepada teman secara mendalam, mengungkapkan informasi
diri mengenai sikap dan opini, selera dan minat, sekolah, keuangan,
kepribadian, dan fisik, serta hubungan yang terjalin dengan teman sudah
sangat akrab, namun masih memerlukan bimbingan. Tingkat pencapaian
aspek/ topik self disclosure peserta didik berada pada kategori tinggi, yaitu
topik mengenai sekolah, topik kepribadian, topik sikap dan opini, topik selera
dan minat, dan topik fisik, topik seputar keuangan berada pada kategori
rendah.
2) Terdapat perbedaan self disclosure antara peserta didik laki-laki dan peserta
didik perempuan kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang tahun ajaran 2014/2015,
peserta didik perempuan lebih terbuka dan mengungkapkan informasi pribadi
kepada teman serta hubungan yang dijalin sudah akrab. Jenis kelamin
berpengaruh terhadap proses self disclosure peserta didik kelas VIII kepada
teman. Terdapat perbedaan topik pembicaraan antara peserta didik laki-laki
dan perempuan, peserta didik laki-laki lebih terbuka mengenai topik seputar
sekolah, topik selera dan minat, topik fisik, dan topik sikap dan opini,
sedangkan topik kepribadian dan topik keuangan belum terbuka dan
mengungkapkannya kepada teman. Peserta didik perempuan lebih terbuka
dan mengungkapkan informasi pribadi seputar topik sekolah, topik
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hanya topik pembicaraan keuangan belum terbuka dan mengungkapkannya
kepada teman.
3) Hasil akhir penelitian yakni memperoleh rancangan layanan bimbingan
kelompok untuk meningkatkan self disclosure peserta didik Kelas VIII SMP
Negeri 1 Lembang tahun ajaran 2014/2015. Penyusunan implikasi didasarkan
atas gambaran umum self disclosure pada peserta didik.
5.2 Keterbatasan Penelitian
1) Instrumen penelitian mengunakan angket untuk mengungkap self disclosure
peserta didik yang memiliki kekhawatiran yaitu pengisian yang tidak jujur
dan kurang cermat.
2) Faktor-faktor yang diungkap pada penelitian hanya terbatas pada perbedaan
jenis kelamin. Faktor lain seperti kepribadian, usia, budaya, status ekonomi
keluarga serta posisi anak dalam keluarga belum diungkap.
3) Implikasi penelitian hanya berupa rancangan layanan, dan belum
diujicobakan sehingga belum dapat diketahui keefektifannya.
5.3 Rekomendasi
5.3.1 Bagi Konselor di Sekolah
Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai salah satu optimalisasi layanan
bimbingan dan konseling pribadi-sosial di SMP Negeri 1 Lembang. Sebagai
upaya meningkatkan self disclosure peseta didik di sekolah, Konselor diharapkan
dapat menjadikan rancangan layanan sebagai bahan rujukan untuk meningkatkan
self disclosure peserta didik yang telah dirancang oleh peneliti.
5.3.2 Bagi Peneliti Selanjutnya
1) Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian dan
membandingkannya dengan mengambil subjek penelitian pada setiap jenjang
96
Abdullah Abdul Rahman, 2015
Profil self disclosure peserta didik dan implikasinya terhadap bimbingan pribadi sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Mengembangkan penelitian dengan melihat perbedaan self disclosure
berdasarkan latar belakang suku dan budaya, usia, urutan kelahiran, status
sosial ekonomi, dan prestasi akademik.
3) Mengembangkan penelitian dengan melihat self disclosure pada kelompok
persahabatan peserta didik, karena self disclosure sangat berkaitan erat
dengan intimasi di dalam persahabatan.
4) Peneliti selanjutnya dapat meneliti self disclosure dengan target self