Karel Yulius Jimmy Tuerah, 2014
PROFIL KONSEP DIRI PESERTA DIDIK PENONTON
DRAMA SERI KOREA DAN IMPLIKASINYA BAGI
BIMBINGAN DAN KONSELING
(Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas X SMAK 2 BPK Penabur Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh
Karel Yulius Jimmy Tuerah
0809041
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
KAREL YULIUS JIMMY TUERAH 0809041
PROFIL KONSEP DIRI PESERTA DIDIK PENONTON DRAMA SERI KOREA DAN IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas X SMAK 2 BPK Penabur Bandung
Tahun Ajaran 2013/2014)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : PEMBIMBING I
Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M. Pd. NIP. 19520620 198002 1 001
PEMBIMBING II
Dra. S.A. Lily Nurillah, M. Pd. NIP. 19580114 198603 2 002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Karel Yulius Jimmy Tuerah, 2014
PROFIL KONSEP DIRI PESERTA DIDIK
PESERTA DIDIK PENONTON DRAMA SERI
KOREA DAN IMPLIKASINYA BAGI
BIMBINGAN DAN KONSELING
Oleh
Karel Yulius Jimmy Tuerah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Karel Yulius Jimmy Tuerah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
Karel Yulius Jimmy Tuerah (2013). Profil Konsep Diri Peserta Didik Penonton Drama Seri Korea dan Implikasinya Bagi Bimbingan dan Konseling (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas X SMAK 2 BPK Penabur Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)
Konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya dan merupakan hal yang vital dalam perkembangan kepribadian individu. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai konsep diri peserta didik penonton drama seri Korea pada kategori tinggi kelas X di SMAK 2 BPK Penabur Bandung dan implikasinya bagi bimbingan dan konseling. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif. Alat pengumpul data yang digunakan berupa angket intensitas menonton drama seri Korea dan konsep diri. Hasil penelitian: (1) konsep diri peserta didik kelas X di SMAK 2 BPK Penabur Bandung penonton drama seri korea pada kategori tinggi termasuk dalam kategori positif (2) implikasi bimbingan dan konseling yang dibuat adalah rancangan program bimbingan dan konseling pribadi untuk membantu peserta didik penonton drama seri Korea pada kategori tinggi dalam mengembangkan konsep diri yang positif. Penelitian ini juga memberikan saran kepada sekolah berupa penerapan disiplin sekolah, guru bimbingan dan konseling berupa program bimbingan dan konseling pribadi dan peneliti selanjutnya berupa uji efektivitas dan penyempurnaan instrumen.
Kata kunci: konsep diri, drama seri Korea, program bimbingan dan konseling pribadi
ABSTRACT: Self-concept is an image owned by someone about himself and is vital in the development of the individual personality.This study aims to get overview of self-concept of learners in class X of SMAK 2 BPK Penabur Bandung and its implication towards guidance and counseling. The research employs a quantitative approach with the descriptive research method. Data collection tool used is in the form of questionnaires regarding the intensity of watching Korean drama series and self-concept. The results of this research are: (1) self-concept of the learners in class X of SMAK 2 BPK Penabur Bandung constitutes high level of Korean drama series viewer that belong to postive category (2) implication towards guidance and counseling conducted is design of personal guidance and counseling program in helping the learners who are in the high level of watching Korean drama series develop their self-concept to be positive. This research presents recommendations for school, namely about school discipline implementation, teacher of guidance and counseling in case of personal guidance and counseling program and for the further research is the efectivity and refinement of the instruments.
Karel Yulius Jimmy Tuerah, 2014
DAFTAR ISI
ABSTAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR BAGAN ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GRAFIK ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 11
BAB II PENGEMBANGAN KONSEP DIRI REMAJA PENONTON DRAMA SERI KOREA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI A. Remaja... 12
B. Konsep Diri ... 14
C. Perilaku Menonton Drama Seri Korea ... 26
D. Bimbingan Pribadi ... 31
E. Bimbingan Pribadi untuk Mengembangkan Konsep Diri Peserta Didik Penonton Drama Seri Korea ... 36
F. Penelitan Terdahulu ... 40
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian ... 43
B. Metode Penelitian... 44
D. Proses Pengembangan Instrumen ... 48
E. Teknik Pengumpulan Data ... 52
F. Analisis Data ... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data ... 59
B. Pembahasan Hasil Temuan ... 72
C. Keterbatasan Penelitian ... 93
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 95
B. Rekomendasi ... 96
DAFTAR PUSTAKA ... xi
Karel Yulius Jimmy Tuerah, 2014
DAFTAR BAGAN
Bagan
3.1. Alur Penelitian Profil Konsep Diri Peserta Didik Penonton
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1. Hasil Judgement Instrumen Intensitas Menonton Drama Seri Korea .. 48
3.2. Hasil Judgement Instrumen Konsep Diri ... 48
3.3. Hasil Uji Validitas Instrumen Intensitas Menonton Drama Seri Korea ... 49
3.4. Hasil Uji Validitas Instrumen Konsep Diri ... 50
3.5. Kriteria Reliabilitas Instrumen ... 51
3.6. Reliabilitas Instrumen Intensitas Menonton Drama Seri Korea ... 51
3.7. Reliabilitas Instrumen Konsep Diri ... 51
3.8. Kisi-Kisi Instrumen Skala Tingkat Intensitas Menonton Drama Seri Korea (Sebelum Uji Coba) ... 53
3.9. Kisi-Kisi Instrumen Skala Tingkat Konsep Diri (Sebelum Uji Coba) 53
3.10. Skoring Angket Intensitas Menonton Drama Seri Korea ... 55
3.11. Skoring Angket Konsep Diri ... 55
3.12. Interpretasi Kategori Intensitas Menonton Drama Seri Korea ... 57
3.13. Interpretasi Kategori Konsep Diri ... 58
4.1 Intensitas Menonton Drama Seri Korea Peserta Didik Kelas X di SMAK 2 BPK Penabur Bandung ... 59
4.2 Kebutuhan Layanan Bimbingan dan Konseling Pribadi untuk Membantu Peserta Didik Kelas X SMAK 2 BPK Penabur Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 dalam Mengembangkan Konsep Diri Positif ... 79
4.3 Rancangan Operasional Layanan Bimbingan dan Konseling Pribadi untuk Mengembangkan Konsep Diri Positif Peserta Didik dan Mengurangi Intensitas Menonton Drama Seri Korea Kelas X SMAK 2 BPK Penabur Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ... 83
4.4 Pengembangan Tema Layanan Bimbingan dan Konseling Pribadi untuk Mengembangkan Konsep Diri Peserta Didik dan Mengurangi intensitas Menonton Drama Seri Korea Peserta Didik Kelas X SMAK 2 BPK Penabur Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ... 86
4.5 Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling Pribadi untuk Mengurangi Intensitas Menonton Drama Seri Korea dan mengembangkan Konsep Diri Positif Peserta Didik SMAK 2 BPK PENABUR Kelas X Tahun Ajaran 2013/2014 ... 91
Karel Yulius Jimmy Tuerah, 2014
DAFTAR GRAFIK
Grafik
4.1 Tingkat Persentase Ketercapaian Skor Intensitas Menonton Drama Seri Korea Pada Kategori Tinggi Peserta Didik Kelas X di SMAK 2
BPK Penabur Bandung Berdasarkan Masing-Masing Aspek ... 60
4.2 Gambaran Umum Indikator Aspek Salience ... 61
4.3 Gambaran Umum Indikator Aspek Mood Modification ... 62
4.4 Gambaran Umum Indikator Aspek Conflict ... 63
4.5 Gambaran Umum Indikator Aspek Tolerance ... 64
4.6 Gambaran Umum Indikator Aspek Withdrawal Symptoms ... 65
4.7 Gambaran Umum Indikator Aspek Relapse... 66
4.8 Media yang Digunakan Peserta didik untuk Menonton Drama Seri Korea ... 66
4.9 Gambaran Konsep Diri Peserta Didik Penonton Drama Seri Korea Pada Kategori Tinggi di SMAK 2 BPK Penabur Bandung ... 67
4.10 Gambaran Konsep Diri Peserta Didik Kelas X di SMAK 2 BPK Penabur Bandung Berdasarkan Aspek ... 68
4.11 Gambaran Konsep Diri Peserta Didik Berdasarkan Aspek Perceptual pada Setiap Indikator ... 70
4.12 Gambaran Konsep Diri Peserta Didik Berdasarkan Aspek Conceptual pada Setiap Indikator………. 71
4.13 Gambaran Konsep Diri Peserta Didik Berdasarkan Aspek Attitudinal pada Setiap Indikator……… 72
4.14 Gambaran Konsep Diri Peserta didik yang Mengalami Intensitas Menonton Drama Seri Korea Pada Kategori Tinggi di SMAK 2 BPK Penabur Bandung………. 73
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A SURAT IJIN PENELITIAN
Surat Keterangan Pengangkatan Dosen Pembimbing Surat Ijin Penelitian
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran B INSTRUMEN PENELITIAN
Kisi-kisi Sebelum Uji Coba Kisi-kisi Setelah Uji Coba
Angket Intensitas Menonton Drama Seri Korea Angket Konsep Diri
Lampiran C HASIL PERHITUNGAN STATISTIK Data Mentah
Hasil Uji Validitas Instrumen Hasil Uji Realibilitas Instrumen Lampiran D HASIL VALIDASI PROGRAM
Validasi Program oleh Dosen Ahli
Karel Yulius Jimmy Tuerah, 2014
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan hal yang penting bagi setiap individu karena melalui pendidikan individu memperoleh informasi maupun pengetahuan untuk dapat mengembangkan potensi diri dan memperbaiki kualitas hidupnya. Selain penting bagi individu, pendidikan juga merupakan aset yang tidak ternilai bagi masyarakat karena kemajuan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh perkembangan pendidikan. Suatu bangsa akan dapat berkembang menjadi bangsa yang besar apabila ditunjang dengan kualitas sumber daya manusia yang mumpuni.
Mohammad Noor Syam dalam Hasbullah (2008: 96) mengemukakan bahwa “hubungan masyarakat dengan pendidikan sangat bersifat korelatif, masyarakat maju karena pendidikan dan pendidikan yang maju hanya akan ditemukan dalam masyarakat yang maju pula”. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan merupakan salah satu unsur yang penting dalam membangun masyarakat, kebudayaan dan perkembangan bangsa seperti yang telah dituangkan dalam Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Th 2003 Bab 2 Pasal 3 mengenai tujuan pendidikan nasional, yaitu sebagai berikut:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian peserta didik baik dalam cara berpikir, bersikap, maupun cara berperilaku.
Setiap manusia dalam rentang kehidupannya pada dasarnya akan melewati fase perkembangan mulai dari fase bayi, kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dilihat dari proses dan fase perkembangannya, peserta didik sebagian besar berada pada usia remaja yang memiliki karakteristik, kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Jika dilihat dari umurnya, peserta didik jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) rata-rata berusia 15 sampai 18 tahun atau berada pada tahap remaja madya, seperti yang diungkapkan Kanopka (Yusuf, 2009: 9) bahwa masa remaja terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu: (a) remaja awal: 12-15 tahun; (b) remaja madya: 15-18 Tahun; dan (c) remaja Akhir: 19-22 tahun.
Masa ini ditandai dengan berbagai perubahan (masa transisi) menuju ke arah tercapainya kematangan dalam berbagai aspek seperti biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Santrock 2003: 26). Hal ini menyebabkan individu sering mengalami permasalahan dan sering menimbulkan perilaku salah suai seperti rendah diri, sikap pesimis, dan penilaian negatif terhadap diri sendiri dan orang lain yang pada akhirnya berdampak tidak baik bagi perkembangan diri individu dan juga dalam interaksi atau hubungan dengan orang lain dikarenakan dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan, dimana mereka berusaha mencari identitas dirinya untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
3
Karel Yulius Jimmy Tuerah, 2014
Apabila seseorang mempunyai konsep diri yang positif, maka akan terbentuk suatu keyakinan terhadap dirinya sendiri yang positif yang nantinya akan mempengaruhi sikap dan perbuatannya (perilaku individu berbanding lurus dengan cara individu memandang dirinya), sebagai contoh, jika seseorang memandang dirinya adalah anak yang cerdas dalam berkomunikasi, maka biasanya tingkah laku yang ditunjukkannya akan berhubungan dengan keyakinannya itu, seperti tidak merasa canggung ketika harus berbicara di depan umum.
Dalam konteks pendidikan, konsep diri dianggap sebagai suatu unsur yang penting, karena di dalam pendidikan itu sendiri memiliki tujuan yang luas. Tujuan tersebut terdiri dari pengembangan fisik, sosial dan emosional sehingga konsep diri dipandang sebagai suatu hal yang vital dalam perkembangan non-kognitif, hal ini karena konsep diri merupakan salah satu aspek yang dapat membawa individu tersebut merasa percaya diri, merasa diterima dan termotivasi. Selain itu, konsep diri positif individu seperti pemahaman tentang segala potensi, kelemahan dan kelebihan yang dimiliki akan membantu individu tersebut dalam menghadapi berbagai tantangan yang akan dihadapinya selama hidup.
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari dalam diri seperti keadaan fisik maupun luar diri individu seperti pengaruh media massa Yusuf (2008:9). Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam kehidupan sehari-hari selain membutuhkan informasi, manusia juga membutuhkan hiburan terutama pada usia remaja. Peranan hiburan melalui media massa juga membawa dampak yang sangat signifikan, antara lain dapat mengubah pola pikir, menentukan perasaan dan perilaku masyarakat melalui citra yang ditampilkan.
Saat ini media penyampaian hiburan massa sangatlah beragam, mulai dari media cetak sampai pada media elektronik. Namun media elektronik seperti televisi merupakan jenis media hiburan yang yang paling banyak menjangkau para remaja karena banyak dari mereka yang menjadikan televisi sebagai sumber informasi utama mereka. Seperti yang diungkapkan santrock (2012:445) bahwa zaman sekarang remaja dikelilingi oleh media dan rata-rata remaja usia delapan sampai 18 tahun menghabiskan enam jam 30 menit sehari bersama media. Walaupun sudah tersedia banyak teknologi baru, sebagian besar waktu yang dihabiskan remaja adalah dengan menonton televisi (lebih dari tiga jam sehari). Hal ini sangatlah masuk akal karena media elektronik mampu menyampaikan pesan lebih menarik, terutama televisi yang menampilkan audio dan visual secara bersamaan. Televisi menjadi media pilihan utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia, yang rata-rata menghabiskan waktu empat jam 30 menit setiap harinya untuk menonton televisi, dan program televisi paling diminati oleh 96% rumah tangga kelas menengah di Indonesia, yang menonton televisi setiap harinya, adalah olahraga, disusul dengan seri drama dan jenis-jenis program hiburan lainnya (Hasil survei Nielsen Indonesia kuartal ketiga 2011di sembilan kota besar Indonesia dengan responden berusia 10 tahun ke atas)
5
Karel Yulius Jimmy Tuerah, 2014
Televisi mampu menyampaikan informasi kepada manusia dengan merebut 94% dari seluruh saluran penyampaian pesan-pesan dan informasi kepada manusia dan setidaknya pemirsa televisi mampu mengingat 50% materi yang hanya ditayangkan satu kali oleh televisi. Lebih jauh lagi, pemirsa televisi masih mampu mengingat 85% tayangan televisi yang mereka saksikan setelah tiga jam kemudian dan bahkan masih tersisa 65% ingatan akan tayangan setelah tiga hari kemudian.
Taufik Ismail (Hafidatul 2010) menuturkan bahwa usia remaja mempunyai kecenderungan untuk meniru dengan cepat perilaku apa yang dilihatnya, karena cara belajar remaja yang pertama adalah meniru apa yang sering dilihat. Apa yang dilihat dan dialami seorang remaja dapat membentuk konsep diri seorang remaja karena pada masa inilah konsep diri sedang berkembang yang ditandai dengan kecenderungan remaja dalam mencoba berbagai hal yang dianggapnya baru dan menarik.
Televisi memiliki kecenderungan untuk mengatur pikiran dan menggambarkan realitas yang terjadi di dunia. Prof.Dr.R Mar‟at (Effendy, 2011: 41) mengatakan bahwa acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan penontonnya sehingga membuat mereka terhipnotis dan terhanyut dalam pertunjukan televisi sama seperti yang dikatakan oleh Joseph A. Devito (1997: 515) bahwa:
media massa mempunyai fungsi menghibur, meyakinkan, mengukuhkan, mengubah, menggerakkan, menawarkan etika atau sistem nilai tertentu, menginformasikan, menganugrahkan status, membius, menciptakan rasa kebersatuan…
mengatakan bahwa televisi memainkan peranan penting dalam transmisi sikap, persepsi dan kepercayaan.
Keberadaan televisi yang seakan-akan menghipnotis penontonnya, terutama kalangan remaja tentulah memberikan dampak besar dalam pembentukan konsep diri. Seperti yang diungkapkan oleh George Gerbner dan Larry Gross (1976) melalui teori kultivasi yang menyatakan bahwa semakin banyak seseorang menghabiskan waktu untuk menonton televisi, semakin kuat kecenderungan orang tersebut menyamakan realitas televisi dengan realitas sosial, dengan kata lain bahwa penonton mempersepsikan apa yang disajikan oleh siaran televisi sebagai kenyataan sebenarnya. Hal ini lebih cenderung terjadi pada penonton dalam kategori heavy viewer (penonton berat). Jika hal ini berlangsung terus menerus, dikhawatirkan
remaja yang tergolong heavy viewer (penonton berat) dapat mengalami kesulitan membedakan realitas.
7
Karel Yulius Jimmy Tuerah, 2014
tersebut hingga usai. Selain waktu, banyak juga dari mereka yang rela merogoh kocek dalam-dalam demi membeli kepingan DVD drama seri Korea.
Fenomena yang ditemui oleh peneliti didukung oleh beberapa penelitian terdahulu, seperti penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Hafidatul (2010: 76-82) dalam mengkaji pengaruh antara kebiasaan menonton sinetron dengan konsep diri siswa di SMA Negeri 6 Bandung kelas X Tahun Ajaran 2009/2010, bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan menonton sinetron remaja dengan konsep diri siswa yang dibuktikan dengan hasil koefisien korelasi sebesar 0,566 berada pada kriteria hubungan yang cukup kuat yang artinya antara kebiasaan menonton sinetron remaja dengan konsep diri siswa memiliki derajat hubungan yang cukup kuat. Koefisien korelasi tersebut bernilai positif, artinya kebiasaan menonton sinetron remaja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri siswa. Sinetron yang ditayangkan televisi dapat memberi dampak psikologis bagi para penontonnya, begitu juga sinetron yang dapat berdampak negatif. Sinetron yang memperlihatkan adegan percintaan atau pacaran akan cenderung mengajarkan remaja untuk berpacaran, berpenampilan seksi, serta pola hidup serba senang dan mudah. Dan yang meresahkan adalah adegan dalam sinetron yang remaja saksikan sering kali ditiru dalam perilaku mereka sehari-hari.
9
Karel Yulius Jimmy Tuerah, 2014
berpakaian menunjukkan bahwa terpaan budaya asing semakin mengikis rasa cinta terhadap budaya sendiri.
Penelitian Yunaeni (2012) menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan negatif antara kebiasaan menonton sinetron dengan kebiasaan belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil koefisien korelasi sebesar -0,673 berada pada kriteria hubungan yang kuat. Dengan demikian koefisien korelasi tersebut bernilai negatif, artinya kebiasaan menonton sinetron memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan dengan kebiasaan belajar siswa.
Bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari pendidikan yang berfungsi untuk membantu peserta didik dalam mencapai perkembangan yang optimal bagi perkembangan peserta didik termasuk dalam hal bimbingan dan konseling pribadi. Bimbingan pribadi diarahkan untuk membantu pembentukan konsep diri yang positif dan realistis dan juga mengembangkan kemampuan individu yang ajeg sehingga dapat mengembangkan potensinya dan menangani masalah dirinya sendiri. Maka dari itu, konselor sekolah mempunyai peranan yang lebih besar untuk memfasilitasi individu dalam proses pembentukan konsep diri positif peserta didik. Barret (Nelson 1972: 52) mengungapkan, melalui bimbingan, peserta didik diharapkan diberikan informasi-informasi baru mengenai dirinya, baik itu kemampuan/kelebihannya maupun berupa ketidakmampuan peserta didik sehingga dapat membantu peserta didik dalam memperkuat dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya dan merubah pandangan tehadap dirinya ke arah yang lebih positif.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penelitian ini mengangkat judul “Profil Konsep Diri Peserta Didik Penonton Drama Seri Korea dan Implikasinya Bagi Bimbingan dan Konseling”
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana profil konsep diri peserta didik penonton drama seri Korea pada kategori tinggi kelas X di SMAK 2 BPK Penabur Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ?
2. Bagaimana implikasi profil konsep diri peserta didik penonton drama seri Korea bagi bimbingan dan konseling di kelas X di SMAK 2 BPK Penabur Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan arah pelaksanaan penelitian yang akan menguraikan apa yang akan dicapai sesuai kebutuhan peneliti dan pihak lain yang berhubungan dengan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Memperoleh gambaran mengenai konsep diri peserta didik penonton drama seri Korea pada kategori tinggi kelas X di SMAK 2 BPK Penabur Bandung Tahun Ajaran 2013/2014
2. Memperoleh gambaran implikasi profil konsep diri peserta didik penonton drama seri Korea bagi bimbingan dan konseling kelas X di SMAK 2 BPK Penabur Bandung Tahun Ajaran 2013/2014
D. Manfaat Penelitian
11
Karel Yulius Jimmy Tuerah, 2014
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran dan informasi mengenai dampak menonton drama seri Korea terhadap konsep diri
2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Sebagai bahan masukan agar kelak dapat memberikan bantuan dalam memfasilitasi pengembangan konsep diri peserta didik yang positif yang memiliki kebiasaan menonton drama seri korea atau masalah dengan karakteristik serupa sehingga dapat berkembang lebih optimal
3. Bagi Orang Tua
Sebagai bahan referensi orang tua dalam mendampingi anak dalam mengelola waktu yang berkaitan dengan perilaku/kebiasaan menonton drama seri Korea
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian yang berhubungan dengan konsep diri remaja dan perilaku menonton
E. Struktur Organisasi Skripsi
Bab I: Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.
Bab II: Tinjauan Teoritis yang berisi tentang pengembangan konsep diri remaja penonton drama seri korea
Bab III: Metode Penelitian yang meliputi lokasi dan subjek populasi/sampel, metode penelitian, definisi operasional variabel, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data
Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan, meliputi analisis data dan pembahasan hasil temuan
Karel Yulius Jimmy Tuerah, 2014
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam melakukan sebuah penelitian, seorang peneliti terlebih dahulu harus menentukan metode atau teknik yang akan digunakan dalam penelitian, sehingga alur penelitan menjadi lebih efektif. Dalam bab ini akan membahas hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian yang akan digunakan peneliti dalam mengkaji permasalahan yang terkait, bab ini akan membahas hal sebagai berikut:
A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian
Lokasi tempat penelitian diadakan adalah SMAK 2 BPK Penabur Bandung. SMAK 2 BPK Penabur dipilih karena berdasarkan studi pendahuluan dengan cara wawancara tidak terstruktur, diketahui bahwa banyak peserta didik yang memiliki intensitas menonton tinggi drama seri Korea.
Arikunto (2010: 173) mengemukakan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Riduwan (2011: 54) kemudian menjelaskan bahwa populasi merupakan suatu objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 70 orang dari kelas X SMAK 2 BPK Penabur Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto 2010: 174). Pengumpulan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik nonprobability sampling yaitu purposive sampling/sampel bertujuan. Teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel subyek dengan pertimbangan tertentu (sugiyono, 2009:96). Dalam teknik ini subjek dianggap menjadi yang paling tahu tentang apa yang diharapkan oleh penulis. Suharsimi Arikunto (2010: 183) menjelaskan sampel bertujuan atau Purposive Sample sebagai berikut:
karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan
Adapun pemilihan sampel yang dilakukan didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:
1. Berdasarkan studi pendahuluan, peserta didik SMA (usia 15-18 tahun) memiliki ketertarikan tinggi pada drama seri Korea
2. Peserta didik yang berada pada masa remaja (rentang usia 15-18 tahun) berada pada tahap perkembangan remaja yang masih kebingungan terhadap status dirinya dan masih potensial dalam mengembangkan konsep diri (Pujijogyanti 1993), sehingga usia ini dinilai rentan terhadap pengaruh terpaan media massa
Untuk memperoleh peserta didik yang yang memiliki intensitas menonton tinggi drama seri Korea, dilakukan penyaringan berupa pengakuan sampel yang menjawab pertanyaan dalam angket yang berhubungan dengan karakteristik-karakteristik sampel penelitian, kemudian peneliti menyaring hasilnya (sampel penelitian). Sampel pada penelitian ini berjumlah 11 peserta didik.Penelitian ini mengunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono 2011:7). Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data mengenai konsep diri peserta didik yang memiliki intensitas menonton tinggi drama seri Korea.
B. Metode Penelitian
45
Karel Yulius Jimmy Tuerah, 2014
SMAK 2 BPK Penabur Bandung yang menjadi data awal dalam pengembangan layanan bimbingan dan konseling pribadi yang secara hipotetik dapat mengembangkan konsep diri positif yang dimiliki oleh peserta didik. Lebih lengkap, tahapan pelaksanaan penelitian diilustrasikan dalam bagan berikut ini:
ALUR/TAHAP 1 (IDENTIFIKASI) 1. Studi Pendahuluan
2. Kajian Konseptual (Studi Literatur) a. Bimbingan dan Konseling b. Konsep Diri
3. Penyusunan Instrumen untuk mengungkap konsep diri peserta didik penonton drama seri Korea
4. Karakteristik dan kebutuhan terhadap pengembangan konsep diri positif peserta didik SMA penonton drama seri Korea
ALUR/TAHAP 2
(PENGEMBANGAN PROGRAM LAYANAN) Draft layanan bimbingan dan konseling pribadi
untuk mengembangkan konsep
diri peserta didik SMA penonton drama seri Korea
ALUR/TAHAP 3
(PENYEMPURNAAN PROGRAM LAYANAN)
Program Layanan Hipotetik (Layanan bimbingan dan konseling pribadi untuk mengembangkan konsep diri peserta didik SMA penonton drama
seri Korea)
Bagan 3.1
C. Definisi Operasional Variabel
1. Konsep Diri
Dalam penelitian ini, variabel yang akan dibahas oleh peneliti adalah konsep diri peserta didik penonton drama seri Korea di kelas X di SMAK 2 BPK Penabur. Konsep diri dalam penelitian ini adalah pandangan seseorang mengenai dirinya sendiri meliputi aspek fisik, psikis/psikologis dan sosial. Konsep diri seseorang merupakan dirinya sendiri dari sudut pandangnya sendiri, dan pengalaman-pengalaman yang individu terima dari lingkungan sekitarnya (individu selalu mempersepsikan setiap kejadian yang dialaminya dan kemudian meresponnya).
Lebih lanjut lagi Hurlock (1976: 22) menjelaskan terdapat tiga komponen konsep diri atau gambaran individu tentang dirinya, yaitu:
a. The Perceptual Component/Komponen Persepsi: Sering disebut sebagai Psysical Self Concept (konsep diri fisik) karena merujuk pada persepsi
individu tentang penampilan fisiknya, baik persepsi individu mengenai dirinya maupun impresi yang ia berikan pada orang lain. Tercakup di dalamnya hal-hal yang berhubungan dengan daya tarik (Attractiveness), keseuaian jenis kelamin (sex appropriateness) dan persepsi tentang kesan orang lain terhadap penampilannya.
b. The Conceptual Component/Komponen Konseptual: Sering disebut dengan Psychological Self Concept (Konsep diri psikis) yaitu gambaran mengenai karakteristik dirinya yang memiliki perbedaan/ciri khas (distinctive characteristic), kemampuan dan ketidakmampuan, latar belakang dan asal-usulnya, serta masa depannya. Komponen ini biasa tersusun dalam kualitas penyesuaian hidup seperti kejujuran (honesty), kepercayaan diri (self confidence), kemandirian (indefendence), keberanian (courage)
47
Karel Yulius Jimmy Tuerah, 2014
dirinya sekarang dan masa depannya, sikapnya terhadap keberhargaan, kebanggaan dan keterhinaannya/rasa malu.
2.Perilaku Menonton Drama Seri Korea
Perilaku peserta didik yang memiliki intensitas menonton tinggi drama seri Korea yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat keterikatan, kesenangan, dan ketergantungan peserta didik kelas X SMAK 2 BPK Penabur Bandung dalam aktivitas menonton drama seri Korea. Peneliti menggunakan aspek-aspek kecanduan internet dan komputer yang dikemukakan oleh Griffiths (2000) dan disesuaikan dengan penelitian ini, yaitu:
a. Salience, yakni dominasi aktivitas menonton drama seri Korea dalam pikiran (cognitive salience) dan tingkah laku (behavioral salience) peserta didik
b. Mood Modification, yaitu peserta didik mendapatkan kesenangan dari aktivitas menonton drama seri Korea
c. Conflict, yaitu pertentangan yang muncul mengenai tingkat kegemaran dalam menonton drama seri Korea yang berlebihan yang mucul baik dari dirinya sendiri (intrapersonal) maupun dari orang lain (interpersonal)
d. Tolerance, yaitu aktivitas menonton drama seri Korea yang mengalami peningkatann secara progresif selama rentang periode untuk mendapatkan efek kepuasan
e. Withdrawal Symtoms, yaitu menarik diri atau menghentikan aktivitas menonton drama seri Korea. Dengan menghentikan aktivitas menonton drama seri Korea, muncul perasaan tidak menyenangkan
D. Proses Pengembangan Instrumen
1. Uji Kelayakan Instrumen
Uji kelayakan instrumen bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk, dan konten. Penimbangan dilakukan oleh tiga dosen ahli/dosen dari jurusan Psikologi Bimbingan dan Konseling, dengan memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M menyatakan bahwa item tersebut bisa digunakan, dan item yang diberi nilai TM menyatakan dua kemungkinan yaitu item tersebut tidak bisa digunakan atau diperlukannya revisi pada item tersebut. Hasil uji kelayakan disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Hasil Judgement Instrumen Intensitas Menonton Drama Seri Korea
Kesimpulan No. Item Jumlah
Memadai 5,6,7,8,9,10,12,13,14,15,16,17,18,21,26,27,28,29
,30,31,34,35,36,37,38,41,42,43,44,45 29 Revisi 1,2,3,4,11,19,20,22,23,24,25,32,33,36,39,40 16
Buang - 0
Tabel 3.2
Hasil Judgement Instrumen Konsep Diri
Kesimpulan No. Item Jumlah
Memadai
1,2,3,5,6,9,10,15,16,17,18,19,20,22,24,25,26,27, 28,29,32,33,34,35,37,38,39,41,42,43,44,45,46,47 ,48,49,50,51,52,54,56,58,59,60,62,63,64,65,66,6 7,70,71,73,76,77,78,79,80,81,82
60
Revisi 4,7,8,11,12,13,14,21,23,30,31,36,40,53,55,57,61,
68,69,72,74,75 22
49
Karel Yulius Jimmy Tuerah, 2014
2. Uji Keterbacaan
Uji keterbacaan dilakukan kepada subjek usia remaja yaitu kepada tiga orang peserta didik SMA Bintang Mulia untuk mengukur sejauh mana keterbacaan instrumen dengan tujuan untuk mengetahui kata-kata yang kurang dipahami, sehingga kalimat dalam pernyataan dapat disederhanakan tanpa mengubah maksud dari pernyataan tersebut. Setelah uji keterbacaan maka untuk pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh usia remaja dan kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya. 3. Uji Validitas
Validitas item dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan pernyataan dari alat penelitian dalam menjalankan fungsinya. Pengujian validitas alat pengumpul data menggunakan metode Korelasi Rank Sprearman. Koefisien Rank Sprearman digunakan untuk menunjukkan keeratan hubungan yang terjadi antara dua variabel atau menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan berskala ukur ordinal.
Hasil perhitungan menggunakan bantuan SPSS for Windows V.20 terhadap 45 item pernyataan untuk instrumen menonton drama seri Korea diperoleh 44 pernyataan valid dan 1 pernyataan tidak valid. Hasil uji validitas dalam instrumen menonton drama seri Korea dilihat pada tabel berikut
Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas Instrumen Intensitas Menonton Drama Seri Korea
Keterangan No. Item Jumlah
Valid
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19, 20,21,22,23,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34 35,36,37,38,39,40,41,42,43,44,45
44
Hasil perhitungan terhadap 82 item pernyataan untuk instrumen konsep diri diperoleh 69 pernyataan valid dan 13 pernyataan tidak valid. Hasil uji validitas dalam instrumen konsep diri dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Instrumen Konsep Diri
Keterangan Item ∑
Tidak Valid 7,9,22,29,31,44,45,49,51,58,75,81 12
4. Uji Reliabilitas
Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan, bila instrumen pengumpulan data digunakan untuk mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau relatif sama. Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS for Windows V.20 metode Cronbach’s Alpha. Kriteria untuk mengetahui tingkat reliabilitas insrumen maka digunakan klasifikasi kriteria dalam Tabel berikut. Pengujian reliabilitas alat pengumpul data menggunakan rumus Koefisien Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut.
51
Karel Yulius Jimmy Tuerah, 2014
Tabel 3.5
Kriteria Reliabilitas Instrumen
Interval Koefisien Kriteria Keterandalan
0,80 – 1,000 Sangat tinggi
0,60 – 0,799 Tinggi
0,40 – 0,599 Cukup
0,20 – 0,399 Rendah
0,00 – 0,199 Sangat rendah
Sugiyono (2008: 257)
Berdasarkan perhitungan uji reliabilitas yang dilakukan terhadap instrumen Menonton Drama Seri Korea dan Konsep Diri, didapatkan koefisien reliabilitas masing-masing sebesar 0.938 dan 0.922 Secara lebih rinci hasil perhitungan reliabilitas konsep diri dapat dilihat dalam tabel berikut ini
Tabel 3.6
Reliabilitas Instrumen Intensitas Menonton Drama Seri Korea
Tabel 3.7
Reliabilitas Instrumen Konsep Diri
Diketahui rata-rata koefisien reliabilitas instrumen menonton drama seri Korea dan koefisien reliabilitas instrumen konsep diri memiliki nilai Alpha Cronbach diatas 0.7, sehingga dapat dikategorikan reliabel artinya instrumen mampu menghasilkan skor-skor pada setiap item yang relatif konsisten sehingga layak untuk digunakan sebagai alat penelitian.dan dapat diterima untuk dianalisis secara lebih lanjut
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.938 44
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
E. Teknik Pengumpulan Data
Langkah-langkah dalam melakukan pengumpulan data antara lain: 1. Studi Awal
Peneliti melakukan penelitian terlebih dahulu melalui wawancara tidak terstruktur kepada narasumber sehingga diperoleh informasi mengenai keadaan lapangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini mengenai peserta didik yang memiliki intensitas menonton tinggi drama seri Korea di SMAK 2 BPK Penabur.
2. Penyusunan/Pengembangan Instrumen
Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yang mengungkap tentang konsep diri peserta didik penonton drama seri Korea. Teknik pengumpulan data menggunakan angket adalah cara pengumpulan dengan menggunakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2010: 194). Angket yang digunakan adalah angket berstruktur dengan bentuk jawaban tertutup. Responden hanya perlu menjawab dengan alternatif yang telah disediakan. Data yang diperoleh dalam penelitian berupa angka-angka yang diolah dengan pemberian bobot skor pada tiap item pernyataan instrumen penelitian.
3. Kisi-kisi Instrumen
53
Karel Yulius Jimmy Tuerah, 2014
Tabel 3.8
Kisi-Kisi Instrumen Intensitas Menonton Drama Seri Korea (Sebelum Uji Coba)
1) (Cognitive salience) Intensitas subjek membayangkan aktivitas menonton drama seri Korea
1, 2, 3 3
2) Intensitas subjek membayangkan aktivitas menonton drama seri Korea dalam mimpinya
4, 5 2
3) (Behavioral salience) Dominasi perilaku menonton drama seri Korea dalam aktivitas subjek sehari-hari
6, 7 2
4) Subjek berupaya meluangkan waktu untuk bisa menonton drama seri Korea
8,
9,10 3
5) Jika dihadapkan pada dua pilihan yaitu menonton drama seri Korea atau aktivitas lain maka subjek akan memilih aktivitas menonton drama seri Korea
11,
12, 13 3
6) Subjek menunda aktivitas lain jika sedang menonton drama seri Korea
14, 15 2
Mood Modifica
tion
7) Merasa bersemangat pada saat menonton drama seri Korea
16,
17, 18 3
8) Merasakan perasaan senang pada saat menonton drama seri Korea
19 1
9) Merasa semakin bersemangat ketika menerima tantangan dalam menonton drama seri Korea
21, 22 2
Conflict
10) External conflict - Respon dari keluarga mengenai aktivitas menonton drama seri Korea yang menghabiskan banyak waktu dan uang
22, 23 2
11) Respon dari orang tua mengenai aktivitas menonton drama seri Korea yang berlebihan
24, 25 2
12) Respon dari teman-teman mengenai waktu luang untuk aktivitas bersama
26,
27, 28 3
13) Interaksi dengan teman-teman mulai berkurang 29, 30 2 14) Internal conflict - Perasaan kebingungan pada saat harus
memilih antara menonton drama seri Korea atau melakukan aktivitas lain
Tolerance
15) Subjek merasakan kebutuhan untuk meningkatkan durasi menonton drama seri Korea
33, 34 2
16) Subjek melakukan peningkatan durasi waktu yang
dihabiskan pada awal menonton drama seri Korea dengan kondisi sekarang
35,
36, 37 3
Withdrawal
17) Muncul perasaan gelisah jika tidak menonton drama seri Korea
38, 39 2
18) Muncul perasaan cemas jika tidak menonton drama seri Korea
40 1
Relapse
19) Muncul perasaan ingin menonton drama seri Korea lagi setelah mencoba menghentikan kebiasaan ini
41,
42, 43 3
20) Melakukan kembali kegiatan menonton drama seri Korea setelah sebelumnya berhasil untuk menghentikan kegiatan tersebut
1) Persepsi individu tentang penampilan fisiknya (Daya tarik/Attractiveness
2) Keseuaian Jenis Kelamin (Sex Appropriateness) 17, 18, 19 - 3 3) Kesan yang diperoleh dari orang lain dan
dipersepsi kembali oleh diri
(kecerdasan, bakat, motivasi, minat, cita-cita, sikap, prestasi akademik dan non-akademik,
5) Karakteristik Diri yang Khas 48, 50, 51,
52, 53
7) Sikap Terhadap Keberadaan Dirinya Sekarang Dan Masa Depan
8) Sikapnya Terhadap Keberhargaan, Kebanggaan dan Keterhinaannya/Rasa Malu
73, 75, 76, 77, 81
55
Karel Yulius Jimmy Tuerah, 2014
F. Analisis Data
1. Penyekoran Data
Setelah diketahui item-item pernyataan yang layak dan memenuhi syarat untuk digunakan sebagai data penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan penyekoran. Angket yang telah disusun oleh peneliti berjumlah dua angket berupa kuesioner yang mempunyai tiga alternatif jawaban Sering, Jarang, dan Tidak Pernah untuk angket menonton drama seri Korea dan lima alternatif jawaban yaitu Sangat Sesuai, Sesuai, ragu-ragu, Tidak Sesuai dan Sangat Tidak Sesuai untuk angket Konsep Diri dengan cara pengisian checklist (√). Tiap pilihan alternatif jawaban/respon dalam angket mengandung arti dan nilai skor seperti tertera pada tabel berikut:
Tabel 3.10
Skoring Angket Intensitas Menonton Drama Seri Korea
Semakin tinggi alternatif jawaban peserta didik, maka semakin tinggi kecenderungan peserta didik menonton drama seri Korea dan semakin rendah alternatif jawaban peserta didik, maka semakin rendah kecenderungan peserta didik menonton drama seri Korea. Begitu pula dengan instrumen konsep diri, semakin tinggi alternatif jawaban peserta didik, maka semakin positif konsep diri yang dimiliki dan semakin rendah alternatif jawaban peserta didik, maka semakin negatif konsep diri yang dimiliki.
2. Pengelompokan Data
Pengelompokan data dilakukan untuk melihat gambaran umum karakteristik sumber data penelitian. Kategorisasi jenjang dilakukan untuk mengelompokkan intensitas menonton drama seri Korea ke dalam 3 kategori, yaitu tinggi (T), sedang (S) dan rendah (R) sedangkan konsep diri ke dalam kategori positif (+) dan negatif (-). Untuk menentukan panjang kelas, terlebih dahulu perlu diketahui rentang (R) antara skor terbesar dengan skor terkecil, berikut rumus yang digunakan:
(Furqon 2004: 24)
Setelah diketahui nilai rentang (R), maka panjang kelas (p), dapat diketahui dengan rumus:
(Furqon, 2004: 25) Pada instrumen yang mengungkap intensitas menonton drama seri Korea peserta didik, diketahui bahwa skor terbesar ideal adalah 135 dan skor terkecil ideal adalah 45, sehingga dapat diketahui bahwa rentang yaitu 90. Setelah menghitung skor rentang dapat diketahui panjang kelas yaitu 30
57
Karel Yulius Jimmy Tuerah, 2014
dengan banyak kelas sebanyak 3. Berikut interpretasi rentang kriteria menonton drama seri Korea.
Tabel 3.12
Interpretasi Kategori Intensitas Menonton Drama Seri Korea
Rentang Kategori Interpretasi
107 – 135 Tinggi
Peserta didik memiliki intensitas menonton drama seri Korea yang
tinggi hampir semua indikator, yaitu
salience, mood modification,
conflict, tolerance, withdrawal dan
relapse
76 – 106 Sedang
Peserta didik memiliki intensitas menonton drama seri Korea yang
tinggi di sebagian/beberapa indikator,
yaitu salience, mood modification, conflict, tolerance, withdrawal dan
relapse
45 – 75 Rendah
Peserta didik tidak memiliki intensitas menonton drama seri Korea yang
tinggi di hampir semua indikator, yaitu
salience, mood modification, conflict,
tolerance, withdrawal dan relapse
Tabel 3.13
Interpretasi KategoriKonsep Diri
Rentang Kategori Interpretasi
247 - 410 Konsep Diri Positif
Peserta didik sudah paham akan dirinya, telah mencapai konsep diri yang realistis yaitu memiliki pengetahuan, penilaian dan pengharap tentang diri secara positif baik mengenai fisik, psikis, dan sikap
82 – 246 Konsep Diri Negatif
Peserta didik belum paham akan dirinya, belum mencapai konsep diri yang realistis memiliki pengetahuan, penilaian dan pengaharap yang baik tentang diri dalam hal fisik, psikis, dan sikap
Setelah dilakukan kategorisasi, kenudian dilakukan perhitungan pencapaian aspek dan indikator konsep diri dengan mengguakan rumus
(Sugiyono, 2012: 246)
Keterangan:
Skor total : jumlah skor yang diperoleh
Karel Yulius Jimmy Tuerah, 2014
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai profil konsep diri peserta didik penonton drama seri Korea dan implikasinya bagi layanan bimbingan dan konseling, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Profil konsep diri peserta didik kelas X di SMAK 2 BPK Penabur Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 penonton drama seri Korea pada kategori tinggi menunjukkan bahwa 2 dari 11 peserta didik atau sekitar 18.2% memiliki konsep diri negatif dan sisanya sebanyak 9 peserta didik atau 81.8% memiliki konsep diri positif. Hal ini dapat diartikan bahwa peserta didik masih cukup baik dalam memandang dirinya sendiri, meskipun beberapa diantaranya menunjukkan bahwa peserta didik yang memiliki intensitas menonton tinggi drama seri Korea memiliki konsep diri negatif atau tidak baik dalam menilai dirinya sendiri.
B. Saran
Beberapa rekomendasi yang diajukan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan ditujukan kepada pihak-pihak, yaitu (1) kepala sekolah (2) guru bimbingan dan konseling dan (3) peneliti selanjutnya
1. Pihak Sekolah
Berdasarkan hasil penelitian, secara umum peserta didik penonton drama seri Korea pada kategori tinggi memiliki konsep diri positif, namun sebagai langkah mempertahankan sekaligus mengembangkan konsep diri positif tersebut, kepala sekolah sebagai pemegang kebijakan di lingkungan sekolah diharapkan dapat memfasilitasi peserta didik dalam pengembangan konsep diri positif peserta dengan cara menciptakan lingkungan sekolah yang aman bagi perkembangan konsep diri peserta didik dan disiplin di sekolah dalam rangka membantu mengurangi dampak dari media massa. Selain itu memfasilitasi dengan cara kerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti guru, orang tua, personel sekolah, bidang profesional lainnya
2. Guru Bimbingan dan Konseling
Berdasarkan hasil penelitian mengenai peserta didik penonton drama seri Korea pada kategori tinggi dan konsep diri peserta didik yang berada pada kategori positif, maka penting bagi guru bimbingan dan konseling untuk memberikan layanan yang tepat, seperti layanan yang bersifat penyembuhan melalui kemampuan mengelola diri dari intensitas menonton drama seri Korea yang tinggi agar efek yang ditimbulkan dari aktivitas menonton drama seri Korea tidak meningkat terus menerus dan pengembangan kemampuan untuk mempertahankan konsep diri positif dengan cara:
97
Karel Yulius Jimmy Tuerah, 2014
konsep diri seperti dibalik kata “berlebihan”, TEKAD (TOP Secret) dan Keep Fighting!!
b. Proaktif dalam membangun relasi dengan professional bidang lainnya yang bersangkutan dan terlebih orang tua guna mensosialisasikan program bimbingan dan mendapatkan informasi serta memantau perkembangan peserta didik menyangkut aktivitas menonton drama seri Korea yang berlebihan dan efek yang ditimbulkan sehingga himpunan data lebih lengkap dan intervensi yang diberikan tepat
3. Peneliti Selanjutnya
a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian pada jenjang lainnya seperti peserta didik SMP atau bahkan kepada Mahasiswa sehingga dapat dilihat, apakah terdapat perbedaan hasil penelitian jika dilihat dari jenjang umur, pola pikir dan tugas perkembangan yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
ABKIN. (2007). Rambu-rambu Penyelengaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: ABKIN
AGB Nielsen Media Research. (2011, Maret). Memahami Kebiasaan Konsumsi Media Perempuan. [online: 16 september 2013]
Agustiani, H. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Refika Aditama
Ali, M. (2011). Memahami Riset Perilaku Dan Sosial. Bandung: CV.Pustaka Cendikia Utama
Ardianto, E., Komala, L dan Karlinah, S. (2009). Komunikasi Massa. Bandung: Sembiosa Rekatama Media
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Atkinson, R.L. (2006). Pengantar Psikologi (11th ed). Jakarta: Interaksara
Azzet, A. (2011). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Burns,R.B. (1993). Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku. Jakarta: Arcan
Calhoun, J.F dan Acocella, J.R. (1990). Psychology or Adjustment and Human Relationship (3rd Edition). McGraw-Hill Publishing
Choate, L. (2007). “Counseling Adolescent Girls for Body Image Resilience: Strategies for School Counselors”. Proffesional School Counseling. (317), 317-324). Louisiana State University, Baton Rouge: ASCA
Cooper, A. 2000. “Seks maya: THE DARK SIDE OF THE FORCE”. A Special Issue of The Jurnal Sexual Addiction & Compulsivity. Philadelphia: G.H. Buchanan
Derrick, J.L. (2013). “Energized by Television: Familiar Fictional Worlds Restore Self-Control”. Journal of Social and Personal Relationships. 4, (3), 299-307.
Karel Yulius Jimmy Tuerah, 2014
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Desmita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya ... (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Devito, J. (1997). Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Proffesional Book
Effendy, O. (1989). Kamus komunikasi. Bandung: CV Mandar Maju
... (2011). Ilmu Komunikasi – Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Faulina, R. (2010). Sinetron dan perilaku Pacaran Remaja: Studi tentang Hubungan Antara Pola Menonton Sinetron Remaja dan Perilkau Berpacaran Remaja di Surabaya. Skripsi UNAIR. Surabaya
Firmanto, A. (2012). Hubungan Antara Daya Tarik Film Drama Korea Dengan Minat Menonton Mahasiswi UNISBA. Skripsi FIKOM UNISBA. Bandung
Fitts, W.H. (1971). The Self Concept and Self Actualization (1st Edition). Los Angeles: Western Physichologist Services
Furqon. (2004).Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Gerungan, W.A. (2009). Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama
Ghufron, N dan Risnawita, R. (2010). Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: AR Ruzz Media
Griffiths, M. (2000). “Does Internet and Computer 'Addiction' Exist? : Some Case Study Evidence”. Cyber Psychology & Behavior. 3, (2), 211-218.
Hafidatul, I. (2010). Pengaruh Kebiasaan Menonton Sinetron Remaja Terhadap Konsep Diri Siswa dan Implikasinya Bagi Bimbingan dan Konseling. Skripsi PPB UPI. Bandung: Tidah Diterbitkan.
Hariyono. (2008). Hubungan Antara Menonton Sinetron Percintaan di Televisi Dengan Perilaku Siswa SMA Negeri 8 Medan. Skripsi FISIP USU. Medan
Hasbullah. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada
Hovart, A.T. (1989). Coping with addiction. [Online]. Tersedia: http://www.cts.com/babtsmrt/coping/html. (16 september 2013)
Hurlock, E.B. 1976. Personality Development. New York: McGraw-Hill ……. (1986). Personality Development. USA: McGraw Hill, inc.
... (a.b. Istiwidayanti Soedjarwo). (2004). Psikologi Perkembangan (Suatu Perkembangan Sepanjang Hayat). Jakarta: Erlangga
Kurdi, M.M. (2007). Program Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan Konsep Diri Akademik Siswa SMA. Skripsi. PPB FIP UPI. Bandung: tidak diterbitkan
Lewis, B. (2004). Character Building untuk Remaja. Batam: Karisma Publishing Group
Martiana, M. (2007). Hubungan Antara Durasi Menonton Tv dan Sikap Terhadap Seksualitas Remaja. Skripsi FPSI UI. Depok
Mappiare, A. (2006). Kamus Istilah Konseling & Terapi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
McQuail, D (a.b Putri Iva Izzafi). (2011). Teori Komunikasi Massa Mcquail-edisi 6. Jakarta: Salemba Humanika
Morrisan. (2008). Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio Dan Televisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Nelson, R.C. (1972). Guidance and Counseling. USA: Holt, Reinhart and Winston, Inc.
Permendiknas No. 20 tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan
Pudjijogyanti, C.R. 1993. Konsep Diri Dalam Pendidikan. Jakarta: Arcan
Rakhmat, J. (2012). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta
Rusmana, N. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok (Metode, Teknik, dan Aplikasi). Bandung: RIZQI PRESS
Salahudin, A. (2010). Bimbingan dan Konseling. Bandung: CV Pustaka Setia
Karel Yulius Jimmy Tuerah, 2014
Santrock, J.W. (2002). Life Span Development-Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga
... (2003). Adolescense-Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga ... (2007). Remaja, jilid 2, edisi kesebelas. Jakarta: Erlangga ... (2012). Remaja, jilid 1, edisi ketigabelas. Jakarta: Erlangga.
Schultz, D. (1981). Theories of Personality. California: Brooks/Cole Publishing Company
Sudarwan, D, (1995). Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Bandung: ALFABETA
……. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Bandung: ALFABETA
……. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Bandung: ALFABETA
……. (2012).Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA
Suherman, U dan Sudrajat, D. (1998). Evaluasi dan Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Bandung: PPB FIP UPI
Suherman, U. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production
Sukardi. (1995). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Sukmadinata, N.S. (2007). Bimbingan dan Konseling dalam Praktek (Mengembangkan Potensi dan Kepribadian Siswa). Bandung: Maestro
Surya, M (1977). Kesehatan Mental Cetakan Kedua. Bandung: BP FIP UPI
Suryanah, A. (2010). Pengaruh Menonton Tayangan Drama Seri Korea di Indosiar Terhadap Perilaku Imitasi di Kalangan Remaja Pangkalan Jati, Depok. Skripsi FISIP UPNVJ. Jakarta
Susriani, A. (1999). Studi Perbandingan Mengenai Konsep Diri Dan Orientasi Masa Depan Pada Remaja Tuna Netra Yang Tinggal Di Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna Bandung Dengan Yang Tinggal Pada Orangtua. Skripsi FPSI UNISBA. Bandung
Tomer, J.F. (2001). “Addictions are not rational: a socio-economic model of addictive behavior”. Journal of Socio-Economics. 33, (244), 243-261.
Triyono, A. (2010). Pendidikan Literasi Media pada Guru TK Gugus Kasunanan sebagai Upaya Menanggulangi Dampak Negatif Televisi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Wahyudi, J.B. (1992). Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum
Winkel, W.S. (1997). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia
Yee, N. (2002). Understanding MMORPG Addiction.[Online]. Tersedia: http://www.nickyee.com/hub/addiction/home/html (16 september 2013)
Yunaeni, Y. (2012). Pengaruh Kebiasaan Menonton Sinetron Terhadap Kebiasaan Belajar Siswa. Skripsi. PPB FIP UPI. Bandung: tidak diterbitkan
Yusuf, S. (2002). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
... (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
... (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
... dan Juntika Nurihsan. (2007). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
... (2008). Teori Kepribadian. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia ... (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi