• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL STRES AKADEMIK PESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING: Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL STRES AKADEMIK PESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING: Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL STRES AKADEMIKPESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA DAN IMPLIKASINYA

TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

(StudiDeskriptifterhadapPeserta DidikKelasX SMA Negeri 6 Bandung TahunAjaran 2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

Rhabi Nabillah 0806887

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Profil Stres Akademik Peserta Didik Berdasarkan Status Sosial Ekonomi Keluarga dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling (Studi Deskripstif terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)” sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 13 April 2013 Yang membuat pernyataan,

(3)

Rhabi Nabillah, 2013

Profil STPES Akademik Berdasarkan Status Sosial Ekonomi Keluarga

RHABI NABILLAH 0806887

PROFIL STRES AKADEMIK PESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA DAN IMPLIKASINYA

TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

(Studi Deskriptif Terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I,

Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, M.Pd NIP. 19520620 198002 1 001

Pembimbing II,

Dra. Yusi Riksa Yustiana, M.Pd NIP. 19661115 199102 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan,

(4)

ABSTRAK

Rhabi Nabillah. 2013. Profil Stres Akademik Peserta Didik Berdasarkan Status Sosial Ekonomi Keluarga dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013).

ABSTRAK: Penelitian bertujuan mengetahui gambaran umum gejala stres akademik peserta didik SMA berdasarkan status sosial ekonomi keluarga. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, metode penelitian menggunakan metode deskriptif. Populasi penelitian adalah peserta didik kelas X SMA Negeri 6 Bandung TA 2012/2013. Hasil penelitian: (1) profil gejala stres akademik peserta didik kelas X termasuk kategori sedang; (2) profil gejala stres akademik peserta didik kelas X berlatar belakang status sosial ekonomi rendah, sedang, maupun tinggi termasuk kategori sedang, namun berdasarkan status sosial ekonomi rendah, gambaran aspek yang berada paling tinggi adalah aspek fisik. Sedangkan berdasarkan status sosial ekonomi keluarga tinggi dan sedang, gambaran aspek yang berada paling tinggi adalah aspek perilaku; dan (3) implikasi bimbingan dan konseling yang dibuat adalah rancangan program bimbingan akademik untuk membantu peserta didik mengelola stres akademik. Rekomendasi penelitian ditunjukkan kepada guru BK dan peneliti selanjutnya.

Kata Kunci: peserta didik SMA, stres akademik, status sosial ekonomi keluarga, program bimbingan akademik

ABSTRACT: The reaserch find to an overview of academic stress symptoms of high school students by socio-economic status families. The research approach using a quantitative approach, using descriptive research method. The study population was a tenth grade student at SMAN 6 Bandung TA 2012/2013. The results: (1) academic stress symptom profiles of students of class X including moderate category, (2) stress symptom profiles of class X students' academic background of socio-economic status of low, medium, high or medium category, but based on low socioeconomic status , an idea which is the highest aspect is the physical aspect. While based on high family socioeconomic status and being, an idea which is the highest aspect is an aspect of behavior, and (3) the implications of the guidance and counseling program created academic guidance is designed to help learners manage academic stress. Research recommendations presented to teachers BK and further research.

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR GRAFIK ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. A. Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 8

C.Tujuan Penelitian ...11

D.Metode Penelitian ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 12

F. Struktur Organisasi Skripsi ...12

BAB II STRES AKADEMIK DAN STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA ... 13

G. A. Kajian Konseptual... 13

1. Bimbingan dan Konseling ... 13

2. Bimbingan Belajar ... 19

3. Stres Akademik ... 20

4. Status Sosial Ekonomi ... 36

H. B. Penelitian Terdahulu ... 45

C. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 47

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 48

B. Metode Penelitian... 49

C. Definisi Operasional Variabel ... 50

D. Instrumen Penelitian ... 53

E. Teknik Pengumpulan Data ... 58

F. Analisis Data ... 59

(6)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 64

I. A. Deskripsi Hasil Penelitian ...64

1. Profil Umum Gejala Stres Akademik Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 64

2. Profil Umum Gejala Stres Akademik Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 Berdasarkan Status Sosial Ekonomi Keluarga ... 92

B.Pembahasan Hasil Penelitian ...106

1. Pembahasan Hasil Penelitian Stres Akademik Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 106

2. Pembahasan Hasil Penelitian Stres Akademik Berdasarkan Status Sosial Ekonomi Keluarga Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 113

C.Implikasi Layanan Bimbingan dan Konseling untuk Membantu Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 Mengelola Stres Akademik ... 121

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... 123

J. A. Kesimpulan ...123

B.Rekomendasi ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 127

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 131

(7)

DAFTAR TABEL

Nama Tabel Halaman 1.1 Data Klasifikasi Status Sosial Ekonomi Peserta Didik Kelas X SMA Negeri

6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 9 3.1 Populasi Penelitian ... 48 3.2 Dasar Klasifikasi Status Sosial Ekonomi ... 51 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Gejala Stres Akademik Peserta Didik (Sebelum

(8)

DAFTAR GAMBAR

Nama Gambar Halaman 2.1 Mekanisme Stres Berdasarkan Penilaian Kognitif (Baron,1995) ... 27 2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 47 3.1 Alur Penelitian untuk Membantu Peserta Didik Kelas X SMA

Negeri 6 Bandung Tahun ajaran 2012/2013 Mengelola Stres

(9)

DAFTAR GRAFIK

Nama Grafik Halaman 4.1 Profil Umum Gejala Stres Akademik Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 6

Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 64

4.2 Profil Aspek-Aspek Gejala Stres Akademik Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 66

4.3 Rekapitulasi Kategorisasi Indikator pada Aspek Fisik ... 69

4.4 Rekapitulasi Kategorisasi Indikator pada Aspek Perilaku ... 73

4.5 Rekapitulasi Kategorisasi Indikator pada Aspek Pikiran ... 76

4.6 Rekapitulasi Kategorisasi Indikator pada Aspek Emosi ... 80

4.7 Persentase Tingkat Gejala Stres Akademik Per-Aspek Peserta Didik Kelas X SMA negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 84

4.8 Persentase Tingkat Gejala Stres Akademik Indikator dalam Aspek Fisik ... 86

4.9 Persentase Tingkat Gejala Stres Akademik Indikator dalam Aspek Perilaku ... 87

4.10 Persentase Tingkat Gejala Stres Akademik Indikator dalam Aspek Pikiran ... 89

4.11 Persentase Tingkat Gejala Stres Akademik Indikator dalam Aspek Fisik ... 90

4.12 Rekapitulasi Profil Umum Gejala Stres Akademik Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 Berdasarkan Status Sosial Ekonomi Keluarga ... 92

4.13 Profil Aspek-Aspek yang Mengukur Gejala Stres Akademik Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 Berdasarkan Status Sosial Ekonomi Keluarga Rendah ... 95

4.14 Profil Aspek-Aspek yang Mengukur Gejala Stres Akademik Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 Berdasarkan Status Sosial Ekonomi Keluarga Sedang ... 98

4.15 Profil Aspek-Aspek yang Mengukur Gejala Stres Akademik Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 Berdasarkan Status Sosial Ekonomi Keluarga Tinggi ... 100

4.16 Persentase Tingkat Gejala Stres Akademik Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 Berdasarkan Status Sosial Ekonomi ... 103

4.17 Persentase Tingkat Gejala Stres Akademik Per-Aspek Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 Berdasarkan Status Sosial Ekonomi Keluarga ... 104

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal Lampiran 1 Data Sekunder Klasifikasi Status Sosial Ekonomi Keluarga

Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran

2012/2013 ... 131

Lampiran 2 Instrumen Gejala Stres Akademik (Sebelum Judgment) ... 142

Lampiran 3 Rekap Hasil Judgment Dosen dan Uji Keterbacaan ... 148

Lampiran 4 Instrumen Gejala Stres Akademik (Setelah Judgment) ... 159

Lampiran 5 Hasil Perhitungan Validasi dan Reliabilitas ... 162

Lampiran 6 Hasil Perhitungan Kategorisasi dan Persentase Tingkat Gejala Profil Umum dan Khusus ... 177

Lampiran 7 Hasil Perhitungan Profil Stres Akademik Berdasarkan Status Sosial Ekonomi Keluarga Peserta Didik ... 199

Lampiran 8 Impikasi Bimbingan dan Konseling dalam Bentuk Rancangan Program Bimbingan Akademik untuk Membantu Peserta Didik Mengelola Stres Akademik ... 227

Lampiran 9 SK Pengangkatan Pembimbing Skripsi ... 289

Lampiran 10 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 291 Lampiran 11 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... Lampiran 12 Jurnal Bimbingan dengan Dosen Pembimbing ...

293 295 Lampiran 13 Penilaian Validasi Rancangan Program Bimbingan Akademik

Berdasarkan Profil Stres Akademik Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... Lampiran 14 Power Point Profil Stres Akademik Berdasarkan Status Sosial

Ekonomi Keluarga Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 6

Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 299

(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap individu di dunia melewati fase-fase perkembangan dalam hidupnya. Salah satu fase perkembangan yang harus dilewati individu adalah masa remaja, Hurlock (Sobur, 2003:134) menyatakan:

Masa remaja (13-18 tahun) merupakan masa peralihan atau transisi dari anak-anak menuju dewasa, pada masa transisi, individu mulai merasakan berbagai perubahan dalam dirinya baik secara fisik, sosial, mental, intelektual, dan juga penuh dengan masalah-masalah.

Peserta didik SMA adalah individu yang berada pada usia remaja, dimana dengan berbagai perubahan yang dialami pada masa transisi tentu akan berpengaruh terhadap proses belajar yang dijalaninya. Yusuf (2009:108) mengemukakan:

Masa remaja merupakan masa stres dalam perjalanan hidup seseorang, yang menjadi sumber stres utama pada masa remaja adalah konflik atau pertentangan antara dominasi, peraturan atau tuntutan orang tua dengan kebutuhan remaja untuk bebas, atau independence dari peraturan tersebut.

Permasalahan yang cukup populer melanda remaja pada tahun 2007 adalah penyakit manifestasi dari stres, diantaranya depresi, kecemasan, pola makan tidak teratur, penyalahgunaan obat sampai penyakit yang berhubungan dengan fisik seperti pusing serta ngilu pada sendi. Sama halnya pada orang dewasa, stres bisa berefek negatif pada tubuh remaja. Perbedaannya ada pada sumbernya dan bagaimana remaja merespon penyakit tersebut (Kompas, 24 Oktober 2007). Fenomena penyakit manifestasi dari stres terus berkembang setiap tahunnya, di Indonesia terdapat banyak kasus yang terjadi akibat ketidakmampuan peserta didik dalam mengelola stres yang berbuntut pada hal-hal tragis seperti tindakan bunuh diri. Pada tahun 2010, salah satu kasus yang terjadi yaitu:

(12)

2

Selanjutnya tahun 2011, peserta didik SMK berinisial RNI (17) nekat lompat dariFlyover Pasar Rebo Jakarta (14/10/2011) untuk mengakhiri hidupnya lantaran frustasi.Pada tahun 2012, Komisi Nasional PerlindunganAnakmelaporkan menerima rata-rata 200 laporan kasus anak stres per bulan sepanjang tahun 2011, meningkat 98 persen dari tahun sebelumnya. Laporan Komisi Nasional PerlindunganAnak tersebut turut mengindikasikan terdapat peningkatan gangguan stres pada anak di Indonesia. Selasa (20/3/2012), Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait mengungkapkan “Jangan remehkan ini, sudah tercatat sebanyak lima anak dibawah 10 tahun berusaha melakukan pencobaan bunuh diri

akibat stres. Dua diantaranya telah

meninggal”.(http://www.psikologizone.com/waspada-jumlah-anak-stres-semakin meningkat/065115812).

Mencuatnya kasus-kasus bunuh diri atau percobaan mengakhiri hidup dikalangan pelajar tentu sangat memprihatinkan. Ruqqoyah Waris Maksood (Setiawati, 2010: 3) menyebutkan, „beberapa kasus bunuh diri pada remaja merupakan reaksi dari stres atau kekecewaan‟. Didukung oleh Seto Mulyadi (Sindo, 28 Januari 2010) menyatakan “seorang pelajar nekat bunuh diri karena stres yang berlebihan bisa karena faktor keluarga, lingkungan, hingga sekolahnya karena guru mungkin membebani pekerjaan rumah yang berlebihan, atau tuntutan

prestasi yang terlalu tinggi”. Sabtu (10/12/11), Wahyudiyanta menuliskan dalam

berika detik Surabaya, “kenekatan Christianus Soa (13) alias Imon yang gantung diri diduga kuat terkait keadaan ekonomi keluarganya. Siswa kelas 6 SD itu sepertinya ikut merasakan kesusahan keluarganya akibat himpitan ekonomi”.

http://news.detik.com/surabaya/read/2011/12/10/140945/1787914/466/siswa-sd-nekat-gantung-diri-diduga-karena-masalah-ekonomi.

(13)

3

Bandung menunjukan, sebanyak 25,48 % peserta didik mengalami stres akademik pada area fisik; 19,78 % peserta didik mengalami stres pada area perilaku; 37,09 % peserta didik mengalami stres pada area pikiran dan 17,65 % peserta didik mengalami stres pada area emosi.

Menurut Nasution (2008: 2) “Stres pada remaja dapat juga disebabkan karena tuntutan dari orang tua dan masyarakat, di rumah biasanya orang tua menuntut anaknya untuk mendapatkan nilai yang bagus di sekolah”. Kebanyakan orang tua menuntut anaknya untuk mempunyai nilai yang bagus di sekolah, tanpa melihat kemampuan anaknya. Menurut Slemon (Nasution, 2008: 2), “… dalam menghadapi pelajaran yang berat di sekolah menimbulkan stres pada remaja, terutama bagi remaja high school, karena remaja pada umumnya mengalami tekanan untuk mendapat nilai yang baik dan dapat masuk ke universitas favorit”. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Walker (2002:2)terhadap 60 orang remaja menghasilkanpenyebab utama ketegangan dan masalah yang ada pada remaja berasal dari hubungan teman sebaya dan keluarga, tekanan dan harapan dari diri sendiri dan orang lain, tekanan di sekolah oleh guru dan pekerjaan rumah, tekanan ekonomi dan tragedi yang ada dalam kehidupan, misalnya: kematian, perceraian dan penyakit yang diderita atau anggota keluarga. Menurut Yusuf (2009: 159):

Berbagai faktor yang mempengaruhi peserta didik mengalami stres akademik adalah berasal dari dalam diri, seperti: kondisi tubuh yang kurang sehat, sakit-sakitan atau sedang ada konflik pribadi yang menyita (mengganggu) pikiran, dan mengalami kegagalan dalam mencapai sesuatu yang diinginkan; muncul dari keluarga, misalnya: ketidakharmonisan hubungan antar anggota, orang tua yang otoriter, masalah keuangan atau bulanan macet apalagi yang hidup jauh dari orang tua, atau anggota keluarga yang sangat dicintai jatuh sakit atau meninggal; dan lingkungan dan masyarakat sekitar,misalnya: suara-suara bising kelas lain ketika sedang ujian, atau hentakan musik yang keras yang memekakan telinga ketika kita sedang beristirahat, dan jalan macet ketika sedang berkendara menuju sekolah.

Salah satu faktor peserta didik mengalami stres akademik adalahfaktor keluarga, khususnyastatus sosial ekonomi keluarga, terutama dalam masalah

keuangan. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Yusuf (2009: 159), “Salah

satu pemicu stres adalah muncul dari keluarga, misalnya masalah

(14)

4

tinggi akan dengan mudah mendapatkan sarana dan prasarana yang dapat mendukung proses belajar untuk mendapatkan prestasi terbaik. Peserta didik yang berasal dari kondisi keluarga dengan status sosial ekonomi rendah akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sekolah, sehingga dapat menjadi beban bagi peserta didik ketika ingin mendapatkan prestasi terbaik. Pada sisi lain, terdapat tuntutan dari orangtua untuk mendapatkan prestasi yang baik agar dapat memperbaiki masa depan keluarga, sehingga pada akhirnya anak mengalami suatu tekanan stres saat berada di sekolah yang akhirnya menjadi stres akademik (Nasution, 2008: 2).

Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana anak dididik dan dibesarkan. Fungsi utama keluarga menurut resolusi PPB (Maryam, 2006:71), yaitu:

Sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh, menyosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera.

Kondisi suatu keluarga dipengaruhi berbagai faktor yang saling berkaitan satu sama lainnya, salah satu faktor adalah status sosial ekonomi. Gilmore

(Fitriani, 2010: 5) mengemukakan „keluarga yang status sosial ekonominya

rendah ditandai dengan kecenderungan kurang otoritas, tidak tahu atau bimbang

dalam mengambil keputusan dan tidak terorganisasi‟. Kondisi diperberat dengan

status sosial ekonomi keluarga yang rendah, sehingga orang tua tidak mampu menyediakan hunian yang memadai, dan fasilitas belajar yang lengkap untuk memenuhi kebutuhan belajar di sekolah. Menurut Gerungan (Fitriani, 2010:5):

Status sosial ekonomi keluarga tentulah mempunyai peranan terhadap perkembangan anak-anak, bahwa dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak didalam keluarganya lebih luas, akan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan berbagai macam kecakapan yang tidak dapat berkembang apabila tidak ada alat-alatnya.

(15)

5

secara materi seperti pembayaran SPP, dan dapat memunculkan perilaku maladaptivelainnya bagi peserta didik dalam kehidupan pribadi sosial, sedangkan

bagi fisik peserta didik dapat terserang berbagai penyakit, bahkan dapat membuat peserta didik untuk melakukan bunuh diri. Menurut Nurdini (2009: 6), perwujudan dari stres akademik:

Peserta didik malas mengerjakan tugas, sering bolos sekolah dengan berbagai alasan dan mencontek atau mencari jalan pintas dalam mengerjakan tugas. Gejala stres akademik lain yang muncul seperti: prestasi menurun, mabal, cemas/gelisah ketika menghadapi ujian dan tugas yang banyak, sulit berkonsentrasi, menangis ketika tidak sanggup mengerjakan tugas/soal, suka berbohong, mencontek, takut menghadapi guru tertentu, dan takut terhadap mata pelajaran tertentu.

(16)

6

Selanjutnya, hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan September 2012di SMA Negeri 6 Bandung kelas X-8berdasarkan status sosial ekonomi, terdapat 13 peserta didik kelas X-8 berstatus sosial ekonomi keluarga tinggi, 12 peserta didik kelas X-8 berstatus sosial ekonomi keluarga sedang, dan 12 peserta didik kelas X-8 berstatus sosial ekonomi rendah, selanjutnya hasil studi pendahuluan mengenai intensitas stres akademik menunjukkan sebanyak 50,1%peserta didikmengaku sering mengalami stres di sekolah, 45,4%peserta didikmengaku kadang-kadang mengalami stres di sekolah, dan 4,5% peserta didik mengaku pernah mengalami stres di sekolah. Jadi, dapat disimpulkan sebagian besar peserta didiksering mengalami stres di sekolah, yaitu sebanyak50,1%. Fakta empirik menunjukan, sebagian besar peserta didiksering mengalami stresdi sekolah, sehingga menjadi fenomena yang memerlukan bantuan.

(17)

7

untuk membantu peserta didik dalam mencapai perkembangan yang sehat di dalam lingkungannya termasuk membantu peserta didik dalam menghadapi atau memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan akademik, salah satunya masalah stres akademik pada peserta didik.

Setiap peserta didik dituntut untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal, sehingga di sekolah Guru BK perlu memberikan bimbingan yang sesuai dengan permasalahan peserta didik. Kartadinata (Yusuf

dan Nurihsan, 2005:7) menjelaskan „bimbingan merupakan upaya yang diberikan untuk membantu individu dalam mengembangkan potensinya secara optimal‟.

Berdasarkan fakta dan gambaran fenomena, ketika peserta didik mengalami stres akademik maka peserta didik tidak dapat mencapai perkembangan yang optimal, sehingga peran dan kedudukan Bimbingan dan Konseling di sekolah penting untuk membantu peserta didik yang mengalami stres akademik dengan cara memberikan kemampuan pada peserta didik untuk mereduksi stres akademik.

Yusuf (2009: 108) berpendapat, „rentang usia yang perlu mendapatkan bimbingan komprehensif mengenai stres adalah rentang usia remaja‟. Layanan bimbingan

yang cocok untuk peserta didik yang mengalami stres akademik adalah bimbingan akademik. Yusuf (2009: 51) mengungkapkan Bimbingan dan Konseling akademik merupakan proses bantuan untuk memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan pemahaman dan keterampilan dalam belajar, dan memecahkan masalah-masalah akademik. Adapun strategi yang dapat digunakan adalah melalui layanan dasar, layanan responsif, perencanaan individual, dan dukungan sistem.

(18)

8

mengkaji lebih mendalam mengenai “Profil Stres Akademik Berdasarkan Status Sosial Ekonomi Keluarga dan Implikasinya terhadap Bimbingan dan Konseling” (Studi Deskriptif terhadap Peserta didik Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013).

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Menurut Desmita (2010: 297), stres akademik merupakan stres yang disebabkan oleh academic stressor. Academic stressor yaitu stres peserta didik yang bersumber dari proses belajar mengajar atau hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar yang meliputi: tekanan untuk naik kelas, lama belajar, mencontek, banyak tugas, mendapat nilai ulangan, birokrasi, mendapatkan beapeserta didik, keputusan menentukan jurusan atau karir serta kecemasan ujian dan manajemen stres.

Stres akademik merupakan permasalahan substantif yang dihadapi peserta didik di dunia pendidikan yang bersumber dari tuntutan sekolah dan dunia pendidikan.Menurut Nasution (2008: 2) “Stres pada remaja dapat juga disebabkan karena tuntutan dari orang tua dan masyarakat, di rumah biasanya orang tua menuntut anaknya untuk mendapatkan nilai yang bagus di sekolah”. Kebanyakan orang tua menuntut anaknya untuk mempunyai nilai yang bagus di sekolah, tanpa melihat kemampuan anaknya.Beban berat yang dialami remaja di sekolah dapat menyebabkan stres akademik.

(19)

9

yang rendah dan tinggi.Suhardi (2009: 6) mengemukakan „status sosial ekonomi keluarga dapat dilihat dari tiga hal yaitu: (1) pendidikan, (2) jabatan atau

pekerjaan, dan (3) kekayaan/pendapatan‟. Pendidikan, jabatan/pekerjaan, dan kekayaan/pendapatan merupakan indikator yang dijadikan kriteria untuk menentukan status sosial ekonomi keluarga. Pendidikan yang tinggi, pekerjaan yang layak, serta pendapatan yang besar merupakan indikator bagi seseorang yang status sosial ekonominya tinggi.

Intervensi Guru BK perlu memperhatikan kebutuhan peserta didik, kebutuhan peserta didik yang berasal dari status sosial ekonomi rendah dan dengan status sosial ekonomi tinggi akan berbeda. Intervensi pada penelitian akan disesuaikan dengan gejala stres akademik tertinggi yang dialami pada masing-masing status sosial ekonomi sebagai kebutuhan peserta didik. Salah satu contoh cara mengelola stres akademik peserta didik dengan latar belakang status sosial ekonomi rendah mungkin terlebih dahulu memperhatikan kebutuhan primer, seperti asupan makanan dan kebutuhan sarana dan prasarana yang diberikan orangtua untuk belajar. Sedangkan peserta didik dengan latar belakang status sosial ekonomi tinggi cara mengelola stres akademik berbeda, biasanya orangtua yang status sosial ekonomi tinggi menginginkan anaknya mempertahankan status sosial ekonomi yang sama dengan mengikutkan anak berbagai les tambahan, masuk ke universitas favorit sehingga kebutuhan yang diperlukan peserta didik dengan status sosial ekonomi tinggi salah satunya dengan memberikan kemampuan membagi waktu belajar (time management).

(20)

10

Keterangan Tidak Mampu), namun ada juga peserta didik dengan latar belakang keluarga berstatus sosial ekonomi rendah yang mendaftar tanpa SKTM. Pernyataan Guru BK didukung oleh data yang diperoleh dari hasil pengisian buku pribadi peserta didik, dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi status sosial ekonomi seseorang maka diperoleh:

Tabel 1.1

Data Klasifikasi Status Sosial Ekonomi Peserta didik SMA Negeri 6 Bandung Kelas XTahun Ajaran 2012/2013

No Klasifikasi Status Sosial Ekonomi Jumlah Peserta didik Persentase

1 Rendah 119Peserta didik 35 %

2 Sedang 122Peserta didik 36,88%

3 Tinggi 99Peserta didik 29,12 %

Jumlah 340Peserta didik 100 %

Program BK di SMA Negeri 6 Bandung belum dilengkapi dengan layanan bantuan terhadap peserta didik yang secara spesifik mengalami stres akademik dengan memperhatikan latar belakang status sosial ekonomi peserta didik, layanan akademik bagi peserta didik masih umum, seperti: layanan pemantapan, program adaptasi akademis, pengayaan, repetition, danpengembangan keterampilan akademis (Program Kerja BK SMA Negeri 6 Bandung 2011/2012: 24).

Berdasarkan identifikasi yang telah dipaparkan rumusan masalah dalam

penelitian dikemas dalam pertanyaan “Bagaimana profil stres akademik peserta didik kelas X SMA Negeri 6 Bandung tahun ajaran 2012/2013 dilihat dari status

sosial ekonomi keluarga?”

Proses untuk menjawab rumusan masalah melalui tahap-tahap pengumpulan data yang berkenaan dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran umum gejala stres akademik peserta didik kelas X

SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013?

2. Bagaimana gambaran stres akademik peserta didik kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 berdasarkan status sosial ekonomi keluarga?

(21)

11

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum diadakannya penelitian adalah mengetahuigambaranumum gejala stres akademik peserta didik kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Tujuan khusus adalah untuk mengungkap data empiris mengenai :

a. Gambarangejala stres akademik peserta didik kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013berdasarkan status sosial ekonomi keluarga.

b. Merumuskan implikasi layanan bimbingan dan konseling untuk membantupeserta didik kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 mengelola stres akademik.

D. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif, karena akan dilakukan pencatatan dan analisis data tentang stres akademik dan status sosial ekonomi keluargadengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistikuntuk mengetahui tingkatan stres akademik yang dialami peserta didik.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif dengan tujuan untuk memberi gambaran stres akademik berdasarkanstatus sosial ekonomi keluarga peserta didikkelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

Populasi pada penelitian yaitu peserta didikkelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Anggota populasi dalam penelitian adalah seluruh peserta didikkelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

Teknik pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik sampling jenuh yaitu “teknik penentuan sampel apabila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel” (Sugiyono, 2008:68). Sehingga seluruh

peserta didik kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 dijadikan sebagai sampel penelitian.

(22)

12

mengungkap profil stres akademikpeserta didik dan data sekunder untuk status sosial ekonomi keluarga dari BK berdasarkan buku Pribadi yang diisi oleh peserta didik dengan mempemperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi status sosial ekonomi keluarga.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan rujukan bagi para praktisi dalam mengetahui peserta didik yang mengalami stres akademik dengan latar belakang keadaan sosial ekonomi keluarga peserta didik yang beragam. Secara spesifik, hasil penelitian dapat bermanfaat bagi:

1. Guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 6 Bandung

Gambaran umum mengenai stres akademik peserta didik Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 serta implikasinya dapat dijadikan bahan rujukan untuk diaplikasikan oleh Guru Bimbingan dan Konseling dalam membantu peserta didik yang mengalami stres akademik.

2. Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian dapat bermanfaat sebagai bahan penelitian yang lebih mendalam mengenai stres akademik peserta didik serta implikasi yang dapat diberikan.

3. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Penelitian akan menjadi salah satu contoh layanan Bimbingan dan Konseling bagi peserta didik SMA yang mengalami stres akademik.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh dan memudahkan dalam penyusunan skripsi, maka perlu disusun struktur organisasi skripsi. Adapun struktur organisasi skripsi sebagai berikut.

(23)

13

Bab II: Kajian Pustaka, yang menguraikan tentang sub bab bimbingan belajar, motivasi belajar, Status sosial ekonomi keluarga, peran bimbingan dan konseling, penelitian terdahulu yang relevan, dan kerangka penelitian.

Bab III: Metode Penelitian. Pada bab III membahas tentang populasi dan sampel penelitian untuk menentukan jumlah responden, variabel penelitian, metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas instrumen serta metode analisis data yang digunakan.

Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang terdiri dari pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian dan pembahasan atau analisis temuan.

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian membutuhkan objek yang akan diteliti sebagai sumber data, objek disesuaikan dengan masalah-masalah yang dikemukakan dalam penelitian. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bandung, yang bertempat di Jl. H.O.S. Tjokroaminoto No. 51 Bandung. Alasan penelitian dilakukan di SMA Negeri 6 Bandung Kelas X karena peserta didik kelas X secara umum masih berada dalam masa transisi dan adaptasi perilaku dari Sekolah Menengah Pertama menuju Sekolah Menengah Atas. Selain itu, berdasarkan hasil studi pendahuluan di kelas X-8 diperoleh sebagian besar peserta didik menyatakan sering mengalami stres di sekolah, yaitu sebesar 50,1% dengan gejala merasa bising dengan lingkungan sekolah yang berada di pinggir jalan raya, kondisi sekolah yang sedang direnovasi, tugas yang dirasa peserta didik terlalu banyak, mencontek, sulit berkonsentrasi, sistem moving class dan guru yang otoriter.

Menurut Sugiyono (2010: 117), “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Teknik pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik sampling jenuh yaitu “teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel” (Sugiyono, 2010: 119).

Populasi dalam penelitian adalah peserta didik kelas X SMA Negeri 6 Bandung tahun ajaran 2012/2013. Adapun subjek penelitian yaitu seluruh peserta didik Kelas X yang berjumlah 340 orang, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No Kelas Jumlah Peserta Didik

1 X-1 33 orang

2 X-2 30 orang

3 X-3 36 orang

4 X-4 36 orang

5 X-5 36 orang

(25)

49

7 X-7 37 orang

8 X-8 34 orang

9 X-9 34 orang

10 X-10 32 orang

Jumlah total 340 orang

Dengan demikian jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian adalah 340 peserta didik kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

B. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif, Sugiyono (2010: 13) menyatakan “disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif. Setyosari (2010: 33) mendefinisikan penelitian deskriptif adalah “penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variabel yang bisa dijelaskan dengan angka maupun kata-kata”. Metode deskriptif dalam penelitian digunakan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan kondisi objektif mengenai gejala stres akademik peserta didik kelas X SMA Negeri 6 Bandung tahun ajaran 2012/2013. Pada akhirnya deskripsi yang diperoleh dari pengambilan data lapangan mengenai gejala stres akademik peserta didik merupakan dasar bagi layanan bimbingan dan konseling dalam rangka membantu peserta didik mengelola stres akademik yang meliputi layanan dasar, layanan responsif, perencanaan individual, dan dukungan sistem. Tujuan akhir dari penelitian adalah tersusunnya rancangan program bimbingan akademik untuk membantu peserta didik kelas X SMA Negeri 6 Bandung tahun ajaran 2012/2013 mengelola stres akademik.

(26)

50

Gambar 3.1

Alur Penelitian untuk Membantu Peserta Didik Mengelola Stres Akademik

TAHAP 1 Kajian Teoretis

1. Bimbingan dan Konseling

2. Stres Akademik

Tahap pertama, penelitian dimulai dengan melakukan kajian secara teoritris mengenai permasalahan yang diteliti mengenai stres akademik.

Tahap kedua, kegiatan penelitian difokuskan untuk mengkaji secara empiris profil gejala stres akademik peserta didik kelas X di SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Kajian empiris dilakukan dengan mengidentifikasi gambaran stres akademik dengan melakukan penyebaran instrumen berupa angket gejala stres akademik peserta didik.

Tahap ketiga adalah pengembangan rancangan prgram bimbingan akademik unutk membantu peserta didik mengelola stres akademik. Pengembangan rancangan program bimbingan akademik berdasarkan kajian mengenai profil stres akademik peserta didik Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

C. Definisi Operasional Variabel

Terdapat dua variabel penelitian, yaitu status sosial ekonomi keluarga dan stres akademik. Kedua variabel tersebut dapat didefinisikan secara operasional sebagai berikut:

TAHAP 2 Kajian Empiris

Gejala Stres Akademik Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 6 Bandung

TAHAP 3

Pengembangan Rancangan Program Bimbingan Akademik untuk Membantu Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013

(27)

51

1. Status Sosial Ekonomi Keluarga

Status sosial diartikan sebagai kedudukan seseorang dalam suatu kelompok dan hubungannya dengan anggota kelompok yang lain dalam kelompok yang sama, kedudukan-kedudukan tersebut dapat diperbandingkan menurut nilai dan kuantitas sehingga terlihat terdapat perbedaan antara kedudukan yang rendah dan tinggi. Suhardi (2009: 6) mengemukakan “status sosial ekonomi keluarga dapat dilihat dari tiga hal utama yaitu: (1) pendidikan, (2) pekerjaan, dan (3) pendapatan”.

Status sosial ekonomi dalam penelitian adalah kedudukan atau posisi peserta didik berkaitan dengan latar belakang pendidikan orang tua, pekerjaan, dan pendapatan orang tua yang diperoleh dari data peserta didik yang tercatat pada Buku Pribadi Peserta Didik. Hasil wawancara dengan Guru BK mengenai klasifikasi status sosial ekonomi keluarga peserta didik, diperoleh proses pengklasifikasian dilakukan berdasarkan:

Tabel 3.2

Dasar Klasifikasi Status Sosial Ekonomi Tingkat Status

Sosial Ekonomi Pendidikan Pekerjaan Penghasilan

Tinggi S1, S2, S3 Aparat Negara,

Rendah SD, SMP, SMA Buruh, Pedagang,

Honorer

Rp. 1.500.000,00 ke bawah

2. Stres Akademik

Stres pada peserta didik perlu didefinisikan secara konseptual dan operasional. Menurut Lazarus dan Folkman (1984: 11), stres adalah “a particular relationship between the person and the environment that is apraised by the

person as taxingor exceeding his or her resources and and angering his or her

(28)

52

Lazarus dan Folkman (1984: 42) mengatakan “kondisi stres terjadi apabila terdapat kesenjangan dan ketidakseimbangan antara tuntutan dan kemampuan”. Tuntutan adalah sesuatu yang jika tidak dipenuhi akan menimbulkan konsekuensi yang tidak menyenangkan. Menurut Matheny dan Carty (2001: 49-51) gejala stres dapat dilihat dari „...stres response is the casecade physiological, cognitive, and emotional changes that are incited by a stresful experience’ yang berarti respon stres adalah suatu reaksi perubahan fisik, pikiran, emosi dan perilaku yang didorong oleh suatu pengalaman (tekanan) stres (Nurmalasari, 2011: 20).

Stres yang terjadi pada situasi di lingkungan sekolah atau pendidikan biasa disebut stres akademik. Berdasarkan gejala stres yang diungkapkan oleh Matheny dan Carty (2001: 49), maka stres akademik merupakan respon yang dialami peserta didik berupa reaksi fisik, perilaku, pikiran maupun emosi yang negatif yang muncul akibat adanya tuntutan sekolah/akademik.

Secara operasional, definisi stres akademik dalam penelitian adalah sebagai derajat tinggi/rendah skor peserta didik terhadap pernyataan yang mengindikasikan reaksi fisik, perilaku, pikiran, dan emosi terhadap tuntutan akademik di sekolah yang dipersepsi negatif oleh peserta didik kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Indikator dari setiap reaksi, yaitu sebagai berikut: (Safaria & Saputra, 2009: 29)

a. Indikator gejala stres akademik yang ditandai dengan reaksi fisik, yaitu denyut jantung meningkat, sakit kepala, sering buang air kecil, memegang/menggenggam benda dengan erat, dan kelelahan fisik.

b. Indikator gejala stres akademik yang ditandai dengan reaksi perilaku, yaitu menggerutu, sulit tidur (insomia), suka menyendiri, berbohong, dan gugup.

c. Indikator gejala stres akademik yang ditandai dengan reaksi pikiran, yaitu merasa kebingungan, sulit berkonsentrasi, kehilangan harapan, berpikir negatif, dan jenuh (merasa tidak menikmati hidup).

(29)

53

D. Instrumen Penelitian

Pada penelitian, terdapat dua data yang dibutuhkan untuk menggambarkan stres akademik peserta didik dengan status sosial ekonomi keluarga, yaitu data primer untuk mengungkap stres akademik peserta didik dan data sekunder

(Lampiran 1) untuk memperoleh gambaran status sosial ekonomi keluarga. Data

primer untuk mengungkap stres akademik peserta didik dilakukan dengan cara menyebar instrumen yang berbentuk kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis untuk dijawab oleh responden (Sugiyono, 2010: 199). Tipe kuesioner yang digunakan adalah Self-Administrated Questionnaire, yaitu kuesioner yang diisi sendiri oleh responden. Instrumen yang digunakan adalah hasil modifikasi Instrumen Gejala Stres Akademik yang dikembangkan oleh Yuli Nurmalasari (2011).

1. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen Stres Akademik Peserta Didik Angket atau kuesioner dalam penelitian dipergunakan untuk memperoleh gambaran tentang stres akademik. Sebelum menyusun butir pernyataan, terlebih dahulu dirumuskan kisi-kisi instrumen. Instrumen dibuat berdasarkan indikator yang memuat gejala stres akademik yang meliputi aspek fisik, perilaku, pikiran, dan emosi. Perumusan kisi-kisi instrumen disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Stres Akademik Peserta Didik (Sebelum Judgment)

Variabel Aspek Indikator Nomor Item

(30)

54

Instrumen Gejala Stres Akademik Peserta Didik (Sebelum Judgment) terlampir di Lampiran 2.

2. Pedoman Penyekoran (Scoring)

Instrumen gejala stres akademik menggunakan skala Sering (S), Kadang-Kadang (KK), dan Tidak Pernah (TP). Pada instrumen, setiap item diasumsikan memiliki nilai 1 - 3 dengan bobot tertentu. Bobotnya sebagai berikut.

a. Untuk pilihan jawaban tidak pernah (TP) memiliki skor 1 pada pernyataan positif dan skor 3 pada pernyataan negatif.

b. Untuk pilihan jawaban kadang-kadang (KK) memiliki skor 2 pada pernyataan positif maupun negatif.

c. Untuk pilihan jawaban sering (S) memiliki skor 3 pada pernyataan positif atau skor 1 pada pernyataan negatif.

Kriteria penyekoran instrumen gejala stres akademik sebagai berikut. Tabel 3.4

Kriteria Penyekoran Instrumen Gejala Stres Akademik (Sebelum Judgment)

Pernyataan Skor Alternatif Respon

S KK TP

Positif (+) 3 2 1

Negatif (-) 1 2 3

3. Uji Coba Alat Pengumpul Data a. Uji Kelayakan Instrumen

(31)

55

bahasa, konstruk, dan redaksi, yakni kesesuaian item pernyataan yang telah disusun dengan landasan teoritis dan ketepatan bahasa yang digunakan, dilihat dari sudut bahasa baku dan subjek yang memberikan respon.

Instrumen ditimbang oleh tiga orang dosen jurusan PPB FIP UPI, yaitu

oleh Dr. Nani M. Sugandhi, M.Pd; Dra. S.A. Lily Nurillah, M.Pd; dan Drs. Sudaryat Nudin Akhmad. Hasil penimbangan dari dosen ahli disimpulkan

sebagai berikut (Hasil judgment dosen terlampir pada Lampiran 3): Tabel 3.5

Hasil Penimbangan Instrumen Gejala Stres Akademik Hasil Penimbangan

Hasil penimbangan menunjukkan terdapat 23 item yang dapat digunakan, 31 item yang perlu direvisi dan 60 item yang harus dibuang karena menurut dua ahli tidak perlu menggunakan pernyataan negatif, dengan kata lain pernyataan yang dimasukan dalam instrumen merupakan pernyataan yang hanya mencirikan gejala stres akademik saja. Sehingga kriteria penyekoran menjadi sebagai berikut.

Tabel 3.6

Kriteria Penyekoran Instrumen Gejala Stres Akademik (Setelah Judgment)

Pernyataan Skor Alternatif Respon

S KK TP

Negatif (-) 3 2 1

Setelah judgment dari dosen ahli, maka jumlah pernyataan yang digunakan untuk uji coba instrumen ialah sebanyak 54 item.

b. Uji Keterbacaan

(32)

56

instrumen. Uji keterbacaan dilakukan agar dapat memperbaiki redaksi kata yang sulit dipahami oleh subjek penelitian. Setelah uji keterbacaan pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh peserta didik Kelas X SMA Negeri 6 Bandung (Instrumen setelah judgment oleh tiga dosen ahli dan setelah uji keterbacaan terlampir pada Lampiran 4)

4. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas

Pengujian validitas alat pengumpul data yang dilakukan dalam penelitian adalah seluruh item yang terdapat dalam instrumen yang mengungkap gejala stres akademik peserta didik. Adapun data yang digunakan untuk mengukur validitas

item, merupakan data hasil penyebaran instrumen. Dengan kata lain, penyebaran instrumen dilaksanakan sekaligus untuk menguji validitas item (built-in).

Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item (Sugiyono, 2010: 187) yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Instrumen gejala stres akademik yang valid berarti instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Azwar (2010: 59) menyatakan bahwa skala-skala yang setiap itemnya diberi skor pada level interval dapat digunakan formula koefisien korelasi Product-Moment Pearson. Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara skor

item dengan skor skala berarti semakin tinggi konsistensi antara item tersebut dengan skala keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya bedanya. Adapun langkah-langkah menghitung validitas item, sebagai berikut.

1) Menghitung koefisien korelasi setiap butir item dengan skor total dengan rumus Pearson Product Moment.

Keterangan :

rXY = Koefisien korelasi

X = Jumlah skor item

(33)

57

n = Jumlah responden

(Sugiyono, 2010: 356) 2) Mencari nilai r tabel untuk α = 0,05 (tingkat kepercayaan 95%) dan r tabel

untuk jumlah responden 340 adalah 0.113.

3) Membuat keputusan dengan membandingkan r hitung dengan r tabel. Kaidah

keputusan suatu instrumen dikatakan valid apabila r hitung > r tabel

sebaliknya apabilar hitung < r tabel dikatakan tidak valid.

Berdasarkan pengolahan data, hasil uji validitas menunjukkan dari 54 butir item pernyataan dalam instrumen gejala stres akademik peserta didik, 54 butir item pernyataan dinyatakan valid. Indeks validitas instrumen bergerak diantara 0.233-0,6 pada r tabel = 0,133 (Hasil penghitungan validitas pada Lampiran 5).

b. Uji Reliabilitas

Menurut Sukardi (2008: 127), reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Menurut Arikunto (2006: 196) untuk uji reliabilitas yang skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai atau berbentuk skala digunakan rumus Alpha. Rumus Alpha tersebut dapat dilihat sebagai berikut.

Keterangan:

r 11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir soal ∑Si = Jumlah varians butir

St = Varians total

(Arikunto, 2006: 195)

Sebagai tolok ukur, digunakan klasifikasi rentang koefisien reliabilitas (Sugiono, 2010: 257) sebagai berikut:

0,00 – 0,199 derajat keterandalan sangat rendah 0,20 – 0,399 derajat keterandalan rendah

(34)

58

Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel 2010, diperoleh hasil perhitungan yang memperlihatkan dari ke-54 butir item, menunjukkan koefisien reliabilitas (konsistensi internal) instrumen gejala stres akademik peserta didik sebesar 0.87. Artinya, tingkat korelasi dan derajat keterandalan instrumen gejala stres akademik berada pada kategori sangat tinggi. (Hasil perhitungan reliabilitas pada Lampiran 5).

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu data status sosial ekonomi keluarga peserta didik (data sekunder yang diperoleh melalu Buku Pribadi Peserta didik) dan data mengenai stres akademik peserta didik Kelas X SMA Negeri 6 Bandung (data primer). Data mengenai stres akademik peserta didik diperoleh dari penyebaran angket, angket yang digunakan adalah angket terstruktur dengan bentuk jawaban tertutup. Responden hanya perlu menjawab pernyataan dengan cara memilih alternatif respon yang telah disediakan dengan alternatif jawaban sering, kadang-kadang, dan tidak pernah.

Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan penyebaran alat pengumpul data berupa angket untuk mengumpulkan data mengenai gambaran stres akademik peserta didik Kelas X SMA Negeri 6 Bandung. Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mempersiapkan kelengkapan instrumen dan petunjuk pengerjaan instrumen.

b. Mengecek kesiapan peserta didik.

c. Membacakan petunjuk dan mempersilahkan peserta didik untuk mengisi angket yang telah dipersiapkan sebelumnya.

(35)

59

F. Analisis Data 1. Verifikasi Data

Verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi data yang dianggap layak untuk diolah. Tahapan verifikasi data yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pengecekan jumlah instrumen yang telah terkumpul. b. Melakukan tabulasi data yaitu perekapan data yang diperoleh dari

peserta didik dengan melakukan penyekoran sesuai dengan tahapan penyekoran yang telah ditetapkan.

c. Setelah tabulasi data maka dilanjutkan dengan melakukan perhitungan statistik sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

2. Pengelompokan dan Penafsiran Data Gejala Stres Akademik

Penskoran atau mengubah data ke dalam bentuk-bentuk kuantitatif dimaksudkan agar memungkinkan dilakukannya analisis dengan menggunakan teknik statistik. Untuk mengetahui gambaran gejala stres akademik peserta didik digunakan kategorisasi jenjang (ordinal), tujuannya adalah untuk menempatkan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan atribut yang diukur (Azwar: 2010: 107). Kategorisasi jenjang pada instrumen gejala stres akademik peserta didik akan mengelompokkan sampel penelitian ke dalam tiga tingkatan, yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Perhitungan kategorisasi jenjang untuk instrumen gejala stres akademik peserta didik berdasarkan Furqon (2008: 24) dilakukan sebagai berikut.

a. Menghitung jumlah item gejala stres akademik = 54 pernyataan.

b. Memberi bobot untuk setiap alternatif jawaban dari butir pernyataan yang dijawab oleh responden, scoring dapat dilihat pada tabel 3.6.

c. Mencari satuan deviasi standar (σ) dengan menggunakan rumus mencari standar deviasi pada Microsoft Excel 2010 (=STDEV), hasil yang diperoleh σ=12.

(36)

60

Setelah diketahui nilai deviasi dan nilai mean teoritis, maka dapat dilakukan penentuan kriteria kompetensi karir dengan menggunakan tabel selang interval kategori seperti pada tabel berikut.

Tabel 3.7

Kategorisasi Gejala Stres Akademik Peserta Didik SMA Negeri 6 Bandung

No. Interval Kategori

1. (µ + 1,0  ) < X Tinggi

2. ( µ - 1,0 ) < X < ( µ + 1,0  ) Sedang

3. X < ( µ - 1,0  ) Rendah

Sumber: (Azwar, S., 2010: 109)

Hasil perhitungan sesuai dengan tabel 3.7 di atas dengan mean teoritis (μ) sebesar 100 dan satuan deviasi standar (σ) sebesar 12, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.8

Hasil Perhitungan Kategorisasi Gejala Stres Akademik Peserta Didik SMA Negeri 6 Bandung

No. Interval Hasil Perhitungan Kategori

1. (100+1,0. 12 ) ≤ X 112 ≤ X Tinggi

2. (100-1,0. 12 ) ≤ X < (100+1,0. 12 ) 89 ≤ X < 112 Sedang

3. X < (100- 1,0. 12 ) X < 89 Rendah

Hasil perhitungan di atas menunjukkan kategorisasi untuk profil gejala stres akademik peserta didik secara umum. Adapun untuk kategorisasi untuk gejala stres akademik secara khusus seperti berdasarkan aspek dan indikator dari tiap gejala stres akademik, dihitung seperti rumus di atas (hasil kategorisasi profil umum dan khusus dapat dilihat pada Lampiran 6).

Setelah perhitungan kategorisasi gejala stres akademik secara umum dan khusus, kemudian kategorisasi disusun berdasarkan status sosial ekonomi keluarga peserta didik kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 (hasil kategorisasi stres akademik berdasarkan status sosial ekonomi keluarga

dapat dilihat pada Lampiran 7).

(37)

61

pengelompokan data berdasarkan kategori dan interpretasinya dapat dilihat pada tabel 3.9, sebagai berikut:

Tabel 3.9

Interpretasi Skor Kategori Gejala Stres Akademik Peserta Didik Kategori Gejala

Stres Akademik Interpretasi

Gejala Stres Akademik Tinggi

(X ≥ 112)

Peserta didik yang tingkat stres akademiknya tinggi, artinya peserta didik mengalami gejala stres akademik pada hampir semua indikator dari aspek gejala stres akademik, yaitu pada area fisik (denyut jantung meningkat, sakit kepala, sering buang air kecil, menggenggam benda dengan erat, dan kelelahan fisik), gejala pada area perilaku (menggerutu, sulit tidur (insomia), suka menyendiri, berbohong, dan gugup), gejala pada area pikiran (merasa kebingungan, sulit berkonsentrasi, kehilangan harapan, berpikir negatif, dan jenuh), dan gejala pada area emosi (takut, mudah marah, tidak merasakan kepuasan, cemas, dan mudah panik) ketika dihadapkan pada tuntutan akademik yang dipersepsi secara negatif.

Gejala Stres Akademik Sedang

(89 - 111)

Peserta didik yang tingkat stres akademiknya sedang, artinya peserta didik mengalami gejala stres akademik pada sebagian indikator dari aspek gejala stres akademik, yaitu pada area fisik (denyut jantung meningkat dan kelelahan fisik), gejala pada area perilaku (menggerutu, sulit tidur (insomia), dan gugup), gejala pada area pikiran (merasa kebingungan, sulit berkonsentrasi, berpikir negatif, dan jenuh), dan gejala pada area emosi (takut, mudah marah, tidak merasakan kepuasan, cemas, dan mudah panik) ketika dihadapkan pada tuntutan akademik yang dipersepsi secara negatif.

Gejala Stres Akademik Rendah

(X< 89)

Peserta didik yang tingkat stres akademiknya rendah, artinya peserta didik tidak pernah mengalami gejala stres akademik pada hampir semua indikator dari aspek gejala stres akademik, yaitu pada area fisik (denyut jantung meningkat, sakit kepala, sering buang air kecil, menggenggam benda dengan erat, dan kelelahan fisik), gejala pada area perilaku (menggerutu, sulit tidur (insomia), suka menyendiri, berbohong, dan gugup), gejala pada area pikiran (merasa kebingungan, sulit berkonsentrasi, kehilangan harapan, berpikir negatif, dan jenuh), dan gejala pada area emosi (takut, mudah marah, tidak merasakan kepuasan, cemas, dan mudah panik) ketika dihadapkan pada tuntutan akademik yang dipersepsi secara negatif.

(38)

62

indikator dalam menentukan indikator yang tinggi dalam gejala stres akademik. Perhitungan tingkat gejala stres akademik setiap indikator dituangkan dalam bentuk persentase dengan pertama-tama ditentukan terlebih dahulu skor ideal/kriterium.

Sugiono (2010: 246) menjelaskan skor ideal adalah skor yang ditetapkan dengan asumsi bahwa setiap responden pada setiap pernyataan memberi jawaban dengan skor tertinggi, kemudian dilakukan cara membagi jumlah skor hasil penelitian dengan skor ideal. Adapun perhitungan persentase gejala stres akademik digunakan rumus sebagai berikut.

Hasil perhitungan sesuai rumus di atas, dijadikan dasar kebutuhan peserta didik akan layanan dasar yang diasumsikan bahwa tingkat gejala stres akademik pada indikator tertinggi adalah prioritas utama untuk dikembangkan (hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 6). Selanjutnya perhitungan tingkat

persentase gejala stres akademik disusun berdasarkan status sosial ekonomi keluarga peserta didik kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 (hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 7).

G. Prosedur dan Tahap Penelitian

Prosedur dalam penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap pelaporan. Penjelasan setiap tahap penelitian Profil Stres Akademik Peserta Didik dilihat dari Status Sosial Ekonomi Keluarga dan Implikasinya terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling (Studi Deskriptif pada peserta didik kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013) sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

a. Pembuatan dan pengesahan proposal penelitian oleh pembimbing I, II dan dewan skripsi jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.

(39)

63

b. Pengajuan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada tingkat fakultas yang sebelumnya telah disahkan oleh ketua jurusan. c. Pengajuan permohonan izin penelitian dari jurusan PPB yang

merekomendasikan ke tingkat fakultas dan BAAK. 2. Tahap Pelaksanaan

a. Pengembangan instrumen penelitian (perumusan definisi operasional, kisi-kisi instrumen, perumusan butir-butir pernyataan, penimbangan instrumen oleh para pakar, uji keterbacaan, uji coba angket, perhitungan validitas dan reliabilitas).

b. Pengumpulan data dalam rangka pengungkapan profil stres akademik peserta didik dengan menyebarkan angket yang telah layak.

c. Pengolahan dan analisis data tentang stres akademik peserta didik kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun 2012/2013 yang menghasilkan profil stres akademik peserta didik dan dijadikan dasar rumusan layanan dasar untuk mengembangkan kemampuan mengelola stres akademik.

d. Analisis profil gejala stres akademik peserta didik dilihat dari status sosial ekonomi keluarga.

3. Tahap Pelaporan

a. Konsultasi draft skripsi pada pembimbing I dan II. b. Revisi draft skripsi setelah melaksanakan konsultasi. c. Finalisasi draft skripsi untuk ujian sidang.

(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan penelitian mengenai stres akademik peserta didik, dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara umum gambaran stres akademik peserta didik kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 sebagian besar pada kategori sedang, baik dilihat berdasarkan gambaran umum, aspek, maupun indikator. Tingkat persentase gejala stres akademik baik berdasarkan secara umum, aspek, maupun indikator berada pada kategori sedang.

2. Secara umum gambaran stres akademik peserta didik kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 berdasarkan status sosial ekonomi keluarga rendah, sedang, maupun tinggi berada pada kategori sedang. Terdapat perbedaan dari segi gambaran aspek-aspek stres akademik tertinggi antara status sosial ekonomi rendah, sedang, maupun tinggi. Berdasarkan status sosial ekonomi rendah, gambaran aspek yang berada paling tinggi adalah aspek fisik dibandingkan aspek lainnya, yaitu perilaku, pikiran, dan emosi. Berdasarkan status sosial ekonomi keluarga tinggi dan sedang, gambaran aspek yang berada paling tinggi adalah aspek perilaku dibandingkan aspek lainnya, yaitu fisik, pikiran, dan emosi. Selanjutnya, tingkat persentase gejala stres akademik peserta didik kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 berdasarkan status sosial ekonomi keluarga secara umum berada pada kategori sedang. Berdasarkan tingkat persentase gejala stres akademik tertinggi pada aspek fisik diperoleh peserta didik dengan latar belakang status sosial ekonomi keluarga sedang, sedangkan tingkat persentase gejala stres akademik pada aspek pikiran, perilaku, dan emosi diperoleh peserta didik dengan latar belakang status sosial ekonomi keluarga rendah.

(41)

124

aspek dan indikator stres akademik peserta didik dijadikan landasan pengembangan program yang diberikan melalui layanan dasar bimbingan, layanan responsif, layanan perencanaan individual dan dukungan sistem yang disesuaikan dengan data hasil analisis kebutuhan peserta didik kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Program bimbingan akademik untuk membantu peserta didik Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 mengelola stres akademik divalidasi oleh Guru BK SMA Negeri 6 Bandung.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, rekomendasi diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Hasil penelitian dapat dimanfaatkan dalam layanan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 6 Bandung. Program yang disusun merupakan program bimbingan akademik yang diharapkan dapat membantu peserta didik mengelola stres akademik, pemberian layanan program bimbingan akademik untuk membantu peserta didik mengelola stres akademik dimulai dengan pemahaman konselor/guru BK mengenai kebutuhan peserta didik (need asessment). Need assesment untuk mengetahui peserta didik yang mengalami stres akademik dapat

(42)

125

ditujukan bagi peserta didik dengan tingkat stres akademik rendah, dan kegiatan dukungan sistem diharapkan dapat dilakukan dengan melakukan koordinasi dengan peserta didik, guru mata pelajaran, wali kelas dan pihak yang terkait dalam mendukung keterlaksanaan program.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa hal yang dapat dilaksanakan oleh peneliti pada variabel stres akademik dan status sosial ekonomi keluarga, yaitu:

a. Mengembangkan penelitian yang menghubungkan dengan variabel selain faktor status sosial ekonomi keluarga sebagai faktor yang mempengaruhi stres akademik, faktor lain yang dimaksud adalah faktor tuntutan akademik, lingkungan sekolah, tuntutan orangtua, hubungan sosial di sekolah (baik dengan guru maupun teman sebaya). b. Melakukan penelitian yang sama mengenai stres akademik

berdasarkan status sosial ekonomi keluarga dapat melakukan penelitian dengan mengklasifikasikannya lebih terperinci berdasarkan faktor-faktor status sosial ekonomi keluarga, seperti mengklasifikasikan stres akademik peserta didik berdasarkan tingkat pendidikan orangtua, mengklasifikasikan stres akademik peserta didik berdasarkan penghasilan orangtua, dan mengklasifikasikan stres akademik peserta didik berdasarkan pekerjaan orangtua.

(43)

127

DAFTAR PUSTAKA

---. (2010). Waspada Bunuh Diri di Kalangan Remaja. [Online]. Tersedia: http://lifestyle.okezone.com/read/2010/01/28/196/298637/waspada-bunuh-diri-di-kalangan-remaja (diakses: 16 Oktober 2011)

---. Identifying Signs of Stres in your Children and Teens. American Psychological Association. [Online]. Tersedia: http://www.apa.org/helpcenter/stres-children.aspx (diakses: 6 Oktober 2011)

Anggraeni, Rani. (2009). Pengaruh Motivasi Belajar dan Status Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Prestasi Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi di Kelas XI IPS SMA Negeri 14 Bandung. Skripsi Jurusan Pendidikan Akuntansi FPEB UPI. (Tidak diterbitkan)

ArikuntoCipta., Suharsimi. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. (2009).PenyusunanSkalaPsikologi. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Chaplin, J.P. (2005). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1998). SK Mentri Pendidikan & Kebudayaan No.025/D/1995. Jakarta: Depdikbud.

Departemen Pendidikan Nasional. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Depdikbud.

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Fitriani, Lina Dewi. (2010). Kontribusi Status Sosial Ekonomi Keluarga dan Penyesuaian Sosial terhadap Prestasi Belajar Siswa. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI. (Tidak diterbitkan)

Furqon. (2008). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Hendy. (2010). Seorang Siswi Bunuh Diri karena tidak Lulus UN. [Online]. Tersedia: http://hendynoize.net/2010/04/28/hot-info-seorang-siswa-bunuh-diri-karena-tidak-lulus-un/ (diakses: 16 Oktober 2011)

(44)

128

Maryam, S. (2006).Peer Group danAktivitasHarian (Belajar) PengaruhnyaTerhadapPrestasiBelajarRemaja.JurnalPendidikandanKebud ayaan. 058, (192), 66-92.

Masruroh. (2005). Pola Pendidikan Keluarga Miskin. SKRIPSI UNNES. [Online]. Tersedia: http://www.docstoc.com/docs/112755193/POLA-PENDIDIKAN-ANAK-PADA-KELUARGA-MISKIN (diakses: 9 April 2013)

Matheny, B & Carty. (2001). Prescription For Stress. USA: New Harbinger Publications.

Nasution, Indri K. (2008). Stres pada Remaja. [Online]. Tersedia:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3637/1/1323168 15(1).pdf (diakses: 6 Oktober 2011)

NN. (2012). Waspada, Jumlah Anak Stres Semakin Meningkat. [Online]. Tersedia: http://www.psikologizone.com/waspada-jumlah-anak-stres-semakin-meningkat/065115812(diakses: 4 September 2012)

Nurakhman, Arif. (2009). Program Bimbingan Untuk Mengelola Stress Siswa. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI. (Tidak diterbitkan)

Nurdini, Khamisah. (2009). Efektivitas Konseling Kognitif Perilaku dalamMereduksi Stress Akademik Siswa SMK. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI. (Tidak diterbitkan).

Nurihsan, A. Juntika (2005). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Aditama.

Nurmalasari, Yuli. (2011). Efektivitas Restrukturisasi Kognitif dalam Menangani Stres Akademik Siswa. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI. (Tidak diterbitkan)

Prayitno dan Amti, E. (2004). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta.

Rohidi, TR. (2000). Ekspresi Seni Orang Miskin. Bandung: Nuansa.

Rohmah, Abdur. (2010). Hubungan Antara Tingkat Stres dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Perilaku Merokok pada Remaja. [Online]. Tersedia:

http://Psikologi.or.id//mycontents/uploads/2010/08/artikel-hubungan-tingkat-stres-dan-perilaku-merokok-remaja.pdf (diakses: 6

Oktober 2011)

(45)

129

Safaria, Triantoro dan Saputra, Nofrans E. (2009). Manajemen Emosi. Jakarta: Bumi Aksara.

Sarafino, Edward P. (1990). Health Psychology:Biopsychological Interaction. New York: John Wiley & Son.

Schunk, D.H dan Meece, J.L. (2005). Self Efficacy Development in Adolesences. Dalam Self Efficacy Beliefs of Adolesences By Information Age Publishing.

Sestia, Noni Lara. (2011).

HubunganAntaraPersepsiTerhadapIklimKelasdenganStresAkademikpada SiswaKelas 1 di KelasInternasional SMP Negeri 1 Medan: SkripsiJurusanPsikologiUniversitas Sumatera Utara (TidakDiterbitkan). [Online].Tersedia:

http://www.repository.usu.ac.id/handle/123456789/2551 (diakses: 16

Oktober 2011)

Setiawati, Tia. (2011). Program Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan Manajemen Stres Siswa Sekolah Menengah Atas. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI. (Tidak diterbitkan)

Slameto. (1991). Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.

Soelaeman, M.I. (1994). PendidikandalamKeluarga.Bandung : CV Alfabeta.

Soetjiningsih.(2010). TumbuhKembangRemajadanPermasalahannya.Jakarta: CV SagungSeto.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suhardi. (2009). Sosiologi 2 untuk SMA/MA Kelas XI Program IPS. Jawa Barat: DEPDIKNAS.

Suherman, Uman. (2009). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rizqi Press.

Suparyanto.(2010). KonsepDasar Status Ekonomi.[Online].Tersedia :http://dr-

Gambar

gambaran stres
Gambaran umum mengenai stres akademik peserta didik Kelas X SMA
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
Gambar 3.1 Alur Penelitian untuk Membantu Peserta Didik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung. Tahun

≤ 126 Pada kategori sangat rendah berarti peserta didik memiliki ketidakpercayaan diri pada semua aspek kepercayaan diri yang meliputi mengetahui dan yakin pada

Personal Future (kemampuan peserta didik memproyeksikan/ merencanakan masa depan, dan merancang berbagai aktivitas dalam jangka waktu tertentu dengan tetap konsisten dengan

Hasil penelitian ini menunjukkan : (1) didapatkan peserta didik termasuk dalam kategori perilaku agresif tinggi dengan persentase pencapaian sebesar 15,6%,

(Studi Deskriptif Terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Pasundan 3 Kota Bandung Tahun Ajaran 2015/2016). DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

(Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas X SMAN 1 Tambun Selatan Tahun Ajaran 2016/2017). Oleh

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dibahas maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang dominan mempengaruhi pelanggaran disiplin siswa di SMA N X Padang adalah

Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling Dari hasil penelitian faktor yang mempengaruhi pelanggaran disiplin siswa di SMA N X Padang yang dipaparkan