DAFTAR ISI
halaman
Absrtak ... i
Kata Pengantar ... ii
Ucapan Terima Kasih ... iii
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... xi
Daftar Grafik ... xii
Daftar Bagan ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 8
C.Tujuan Penelitian ... 10
D.Manfaat Penelitian ... 11
E. Metode Penelitian ... 12
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 13
BAB II KOMITMEN BELAJAR KONSEP DASAR DAN PENGEMBANGANNYA G. A. Konsep Dasar Belajar ... 14
1. Definisi Belajar ... 14
2. Teori-teori Belajar ... 15
B. Konsep Komitmen Belajar ... 19
1. Definisi Komitmen Belajar ... 19
2. Pengembangan Komitmen Belajar ... 20
3. Aspek-aspek Komitmen Belajar ... 23
4. Faktor Ekologi Perkembangan yang Mempengaruhi Perkembangan Komitmen Belajar ... 27
1. Pengertian Remaja ... 29
2. Karakteristik Perkembangan Peserta Didik Sekolah Menengah Atas ... 29
D.Pengukuran Komitmen Belajar ... 31
E. Kerangka Pemikiran ... 33
F. Asumsi Penelitian ... 34
G.Penelitian Terdahulu... 35
BAB III METODE PENELITIAN H. A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 38
B. Metode Penelitian ... 39
C.Definisi Operasional ... 41
D.Instrumen Penelitian ... 43
E. Teknik Pengumpulan Data ... 50
F. Analisis Data ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 53
1. Gambaran Umum Komitmen BelajarPeserta Didik Kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013... 2. Tingkat Persentase Ketercapaian Komitmen BelajarPeserta Didik Kelas X SMA PGRI 1 Bandung 2012-2013... 53 58 B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65
C.Rancangan Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan Komitmen Belajar... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN J. A. Kesimpulan ... 86
B. Saran ... 87
DAFTAR TABEL
Nama Tabel Halaman
3.1 Populasi Penelitian ... 38
3.2 Kisi-kisi Angket Pengungkap Keterampilan Komitmen Belajar(Setelah Judgment) ... 44
3.3 Ketentuan Pemberian Skor Instrumen Komitmen Belajar... 46
3.4 Hasil Penimbangan Angket Pengungkap Komitmen Belajar... 47
3.5 Hasil Uji Validitas Komitmen Belajar Peserta Didik ... 49
3.7 Konversi Skor T ... 52
3.8 Kualifikasi Skor Komitmen Belajar ... 52
4.1 Rekapitulasi Kategorisasi Komitmen Belajar Peserta Didik Kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 ... 54
4.2 Rekapitulasi Kategorisasi Aspek-aspek Komitmen BelajarPeserta Didik Kelas X SMA PGRI 1 Bandung ... 55
4.3 Rekapitulasi Kategorisasi Indikator-indikator Komitmen BelajarPeserta Didik Kelas X SMA PGRI 1 Bandung ... 57
4.4 Tingkat Persentase Ketercapaian Skor Peraspek Komitmen Belajar Peserta Didik di SMA PGRI 1 Bandung ... 59
4.6 Gambaran Indikator Aspek Kemampuan untuk Mengetahui... 60
4.7 Gambaran Indikator Aspek Keterampilan Mengelola Emosi... 62
4.8 Gambaran Indikator Aspek Kemampuan Mengidentifikasi Orang Lain... 63
4.9 Gambaran Indikator Aspek Proyeksi Diri ke Masa Depan... 64
4.10 Prioritas Pengembangan Materi Layanan ... 74
DAFTAR GRAFIK
Nama Grafik Halaman
4.1 Gambaran Komitmen Belajar Peserta Didik Kelas X SMA PGRI 1 Bandung
Tahun Ajaran 2012-2013 ... 54
4.2 Gambaran Komitmen Belajar Peraspek Peserta Didik Kelas X SMA PGRI 1
Bandung ... 80
4.3 Gambaran Komitmen Belajar Perindikator Peserta Didik Kelas X SMA PGRI
1 Bandung ... 83
4.4 Tingkat Ketercapaian Skor Komitmen BelajarPeserta Didik Berdasarkan
Masing-masing Aspek di SMA PGRI 1 Bandung ... 59
4.5 Gambaran Tingkat Ketercapaian Skor Indikator Aspek Keinginan untuk
Mengetahui... ... 60
4.6 Gambaran Tingkat Ketercapaian Skor Indikator Aspek Memiliki Dorongan
untuk Mencapai Prestasi Unggul... 61
4.7 Gambaran Tingkat Ketercapaian Skor Indikator Aspek Keterampilan
Mengelola Emosi... 62
4.8 Gambaran Tingkat Ketercapaian Skor Indikator Aspek Kemampuan
Mengidentifikasi Orang Lain... 63
4.9 Gambaran Tingkat Ketercapaian Skor Indikator Aspek Proyeksi Diri Ke Masa
DAFTAR BAGAN
Nama Gambar Halaman
1.1 Komponen Utama PBM ... 2
2.1 Kerangka Pemikira ... 33
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan nasional masih dihadapkan dengan masalah yang cukup kompleks
meskipun telah adanya keberhasilan pembangunan sarana pendidikan. Permasalahan
yang dimaksud termasuk dalam rencana strategis departemen pendidikan nasional
Tahun 2005-2009, yaitu meliputi: 1) masih rendahnya pemerataan dan akses
pendidikan, 2) masih rendahnya mutu, relevansi dan daya saing pendidikan, serta 3)
masih lemahnya tatakelola, akuntabilitas, serta pencitraan publik pendidikan
(Departemen Pendidikan Nasional 2007).
Pendidikan dengan kata lain merupakan sebuah proses yang diselenggarakan
secara sadar untuk memfasilitasi individu agar bisa mengenali dan menemukan
potensi dan keunikan yang dimilikinya,Pulaski Community Partners Coalition (2003:
1) menyatakan:
One of the keys to a successful adulthood is getting a good education. It’s something every parent wants for her or his child. But getting that good education requiresfrom both students and parentsa strong commitment to learning.
Salah satu kunci keberhasilan seseorang dalam meraih kedewasaan adalah
dengan pendidikan yang baik, akan tetapi untuk mendapatkan pendidikan yang baik
memiliki satu syarat mutlak bagi orang tua dan peserta didik, yaitu komitmen yang
kuat untuk belajar.
Satu aspek untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu adalah komitmen
yang kuat untuk belajar. Morrison(2001: 23) menyatakan, “belajar adalah sebuah
proses, yang mengalir dari kebutuhan untuk masuk akal dari pengalaman,
mengurangi tidak diketahui dan tidak pasti dimensi kehidupan dan membangun
2
Berikut bagan sistematik mengenai komponen utama PBM yang dikemukakan
oleh Syamsudin (2007: 165):
Bagan 1.1
Komponen Utama PBM
Bagan 1.1
Komponen Utama PBM
Pada bagan proses kegiatan belajar mengajar menurut Syamsudin (2007: 165)
di atas menjelaskan terdapat beberapa komponen yang terlibat dalam kegiatan belajar
mengajar yaitu: (1) kapasitas (IQ); (2) bakat khusus; (3) motivasi; (4) minat; (5)
kematangan kesiapan; (6) sikap kebiasaan, dll. Komitmen merupakan salah satu
faktor penunjang pada komponen kematangan kesiapan yang akan menunjang proses
kegiatan belajar mengajar.
Metode,
teknik, media program tugas Bahan
sumber Guru dan
lain-lain Kapasitas (IQ)
Bakat khusus instrumental input (sarana)
Motivasi Perilaku:
Minat Raw input expected output Kognitif
Peserta didik (hasil belajar yang
Kematangan diharapkan) Afektif
Sikap/kebiasaan Environmental input (lingkungan) Psikomotor
Dan lain-lain Fisik dan lain-lain
3
Layanan bimbingan dan konseling sebagai bagian integral layanan pendidikan
di sekolah, mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sama dalam membina
perkembangan peserta didik. Sebagai layanan yang profesional maka layanan
bimbingan dan konseling saat ini harus memperhatikan kebutuhan peserta didik.
William J. Kolarik (Nurihsan, 2005: 55) mengungkapkan „kualitas mutu layanan
bimbingan akan mendapatkan pengakuan jika layanan bimbingan dan konseling mampu memenuhi apa yang diharapkan oleh para konseli.‟
Salah satu komponen yang harus ada dalam proses pelaksanaan pendidikan
adalah komponen layanan pembinaan dan pengembangan peserta didik yang
merupakan area kerja Bimbingan dan Konseling.
Tujuan utama dari layanan Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah adalah
untuk membantu agar peserta didik dapat : (1) merencanakan kegiatan penyelesaian
studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang; (2)
mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin;
(3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta
lingkungan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam
studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan
kerja (ABKIN, 2007:17).
Secara khusus bimbingan dan konseling memiliki tujuan untuk membantu
konseli agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek
pribadi-sosial, belajar (akademik) dan karir.Komitmen belajar merupakan salah satu
keterampilan belajar yang perlu dimiliki peserta didik.Dan pada bimbingan dan
konseling hal tersebut termasuk ke dalam bimbingan belajar.
Komitmen dalam konteks pendidikan dan belajar harus merupakan bentuk
kesadaran dari dalam diri individu. Espeland&Verdick (2005: 1) memaparkan:
4
Komitmen adalah suatu janji terhadap diri dan atau orang lain. Komitmen
belajar adalah sebuah janji untuk melakukan yang terbaik di sekolah, mempelajari hal
yang baru, mengerjakan tugas, adanya perhatian kepada para gurudan membaca
bukan hanya karena merasa harus, akan tetapi karena membutuhkannya.
Masa remaja merupakan suatau periode dimana terjadi perubahan-perubahan
yang signifikan dalam diri individu dimana masa remaja merupakan masa transisi
dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa
dewasa.
Sebagaimana dikembangkan oleh Marcia (1993: 102)masa remaja dapat dibedakan menjadi tiga masa yaitu “masa remaja awal (usia 12 sampai 15 tahun), masa remaja pertengahan (usia 16 sampai dengan 18 tahun) dan masa remaja akhir (usia 18 sampai dengan 22 tahun).” Pembagian ini dapat berdasarkan usia perkiraan yang biasanya menandai kehadiran remaja pada institusi-intitusi pendidikan, yaitu
SMP, SMA dan bangku perkuliahan.
Erikson (Yusuf, 2004: 71) menyatakan bahwa „Pada masa remaja identitas merupakan vocal point atau inti dari pengalaman individu pada masa remaja,
keberhasilan individu mendapatkan identitas akan mempengaruhi tahap perkembangan berikutnya.‟ Identitas yang dimaksud seperti dipaparkan oleh Marcia (Kartini, 2004: 1) sebagai berikut: “identity as a set of statuses that are defined by the
extent to which an individual has explored option for his or her life and has shown
evidence of having made a commitment to an occupation and ideologi.”
Identitas adalah sekumpulan status yang didefinisikan dari tingkat eksplorasi
yang dilakukan oleh individu tentang aspek-aspek kehidupan yang ditunjukan dengan
komitmen terhadap pilihan karir dan ideologi (prinsip hidup). Dengan kata lain,
remaja yang telah memiliki kejelasan identitas adalah remaja yang telah mampu
menilai kemampuan serta minatnya, mampu melihat peluang yang dapat mereka raih
5
Dreyer (Imaddudin, 2008: 8)‘identity formation in adolescent can be
encoraged and promoted by surrounding them with educational environment that
stimulate exploration and commitment.’ Pembentukan identitas pada masa remaja
dapat dibantu dengan memberikan dorongan melalui lingkungan pendidikan yang
dapat memberikan stimulasi dalam proses eksplorasi diri dan pembentukan
komitmen.
Salah satu fenomena umum yang menunjukan indikasi pentingnya layanan
bimbingan bagi peserta didik adalah fenomena bunuh diri dan percobaan bunuh diri,
tindakan kekerasan dan depresi yang disebabkan oleh gagal dalam ujian nasional
(UN).Seperti ditulisPikiran Rakyat (online) “terjadi banyak kasus percobaan bunuh
diri dan kasus depresi peserta didik yang gagal ujian nasional.Menurut Komnas
Perlindungan Anak mencatat sedikitnya 100 anak menderita trauma psikis akibat
gagal ujian nasional pada tahun 2006.”
Seto Mulyadi (Imaddudin, 2008: 4) menguraikan penyebab banyaknya kasus
percobaan bunuh diri, tindakan kekerasan dan depresi paska gagal ujian nasional
dikarenakan peserta didik tidak memiliki kesiapan mental dalam menghadapi
berbagai kemungkinan yang akan dihadapai oleh para peserta didik. Terkait dengan
masalah ketidaksiapan mental peserta didik dalam menghadapi perubahan dan ujian
memiliki hubungan dengan komitmen peserta didik dalam belajar. Marcia (1993:
206–211) memaparkan “dalam perkembangan komitmen individu terdapat beberapa
indikator, diantaranya: aspek kemampuan mengelola emosi (emosional tone) dan
kemampuan bertahan dalam menghadapi goncangan (resistance to being swayed).”
Dengan kata lain siswa yang memiliki komitmen dalam belajar akan mampu
menghadapi berbagai kemungkinan yang akan dihadapi dan mampu mengelola
perasaan dan emosi, sehingga siswa memiliki pertimbangan pemikiran yang lebih
6
Fenomena umum yang dipaparkan di atas menggambarkan kondisi nyata
peserta didik yang jika ditinjau dari perspektif perkembangan belum optimal,
sehingga untuk membantu peserta didik mampu mengoptimalkan potensi diri
dibutuhkan upaya layanan bimbingan dalam proses yang akan dilalui dalam fase ini.
Berdasarkan data yang ada dan menjadi permasalahan di SMA PGRI 1
Bandung yaitu hasil Ujian Nasional yang mengkhawatirkan (pada tahun 2008/2009
kelulusan IPA 100% dan IPS 95,54% sedangkan pada tahun 2009/2010 kelulusan
IPA 100% dan IPS 61,11% dan pada tahun 2010/2011 kelulusan IPA 100% dan IPS
100%), meningkatnya ketidak hadiran peserta didik di sekolah/bolos pada tahun
2010/2011 kelas X-1 (59,11%), kelas X-2 (58,81%), kelas X-3 (89,6%), kelas X-4
(86%), kelas X-5 (86%), XI IPS 1 (74%), XI IPS 2 (62,5), XI IPS 3 (77%) dan XI
IPA (88%), keterlambatan, rata-rata nilai akademik baik peserta didik X, XI dan XII
di bawah KKM, keadaan keluarga yang tidak harmonis, dan tingkat perekonomian
keluarga menengah kebawah.
Berdasarkan pemaparan tersebut mengindikasikan komitmen belajar peserta
didik di SMA PGRI 1 Bandung belum optimal.Hal tersebut senada dengan Pulaski
Community Partners Coalition, (2003: 1) yang menyatakan bahwa “komitmen
belajar akan sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, teman sebaya, dan
lingkungan sekolah.” Lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah yang didalamnya
terdapat teman sebaya merupakan bagian dari ekologi perkembangan.
Permasalahan yang muncul menyangkut komitmen bagi peserta didikkelas X
di SMA dapat terlihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Imaddudin (2008: 78)
tentang profil komitmen belajar peserta didik SMA menunjukkan: a) adanya
keberagaman tingkat komitmen belajar peserta didik, dan b) secara umum baru
sebagian peserta didik (52.66 %) yang mencapai tingkat komitmen belajar tinggi,
44.66 % baru mencapai tingkat perkembangan komitmen sedang; c) dari seluruh
sampel penelitian yang dapat mencapai tingkat komitmen belajar yang optimal atau
sangat tinggi baru mencapai 1.33 % dan 0.66 % yang masih belum optimal atau
7
Penelitian Lestari (2006:65) menyatakan “aspek-aspek kedisiplinan yang
tergolong tinggi tingkat pelanggarannya adalah aspek sopan santun (93%), kehadiran
(87%), kegiatan belajar (83%), dan keterampilan (71%), sedangkan sisanya tergolong
kedalam kategori sedang yaitu menjaga sarana prasarana (60%) dan dari data aspek
upacara (68%), dengan kata lain tingkat kedisiplinan sangat rendah.”
Aspek kegiatan belajar termasuk peringkat tertinggi ke tiga dalam
pelanggaran yang sering dilakukan peserta didik di sekolah yaitu 83%. Tentu saja,
semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangan, dan disinilah arti
pentingnya komitmen belajar pada diri peserta didik. Data yang dipaparkan di atas
menunjukkan rendahnya mutu pendidikan nasional yang disebabkan oleh rendahnya
komitmen belajar peserta didik. Artinya, jika peserta didik yang memiliki komitmen
belajar tinggi cenderung akan melakukan proses pembelajaran yang berkualitas
dengan hasil yang optimal.
Molly Lee (Handayani, 2007: 1) menyatakan:
Komitmen belajar sangat menentukan proses dan hasil belajar, artinya anak yang komitmen belajarnya tinggi cenderung melakukan proses pembelajaran yang berkualitas dan pembelajaran yang berkualitas memungkinkan tercapainya hasil belajar yang optimal.
Oleh karena itu, lingkungan pendidikan harus mampu menstimulasi peserta
didik untuk bisa mengembangkan potensi diri dan menumbuhkan komitmen belajar
sehingga peserta didik dapat mencapai tugas perkembangan secara optimal dan
meraih prestasi yang bagus.
Mencermati pentingya komitmen belajarmaka penelitian difokuskan pada
upaya untuk mengembangkan komitmen dalam belajar peserta didik SMA. Dari
paparan di atas, maka perlu dilakukan penelitian secara empiris mengenai Profil
Komitmen Belajar Peserta Didik dan Implikasinya Bagi Layanan Dasar
8
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Masa remaja merupakan suatau tahap dimana terjadi perubahan-perubahan
yang signifikan dalam diri individu dimana masa remaja merupakan masa transisi
dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa
dewasa. Menurut Dreyer (Imaddudin, 2008: 8)‘identity formation in adolescent can
be encoraged and promoted by surrounding them with educational environment that
stimulate exploration and commitment.’ Pembentukan identitas masa remaja dapat
dibantu dengan memberikan dorongan melalui lingkungan pendidikan yang dapat
memberikan stimulasi dalam proses eksplorasi diri dan pembentukan komitmen.
Komitmen dapat diartikan sebagai sikap yang stabil terhadap satu tujuan yang
akan dicapai dan diwujudkan dengan aktivitas yang mendukung. Konsep ini senada
dengan pendapat Marcia (1993: 181) yang menyatakan bahwa “komitmen merujuk
pada investasi yang stabil terhadap satu tujuan, nilai dan kepercayaan yang
dibuktikan dengan aktivitas yang mendukung.”
Selanjutnya Marcia (1993:164) mengemukakan:
Keberadaan komitmen pada diri individu ditandai dengan adanya keteguhan dalam menetukan keputusan, dan senantiasa keputusan itu dipegang kuat, sehingga individu cenderung mempunyai prinsip hidup yang tidak mudah berubah, kecuali dengan pertimbangan yang sangat matang.
Komitmen dalam perkembangan remaja berhubungan dengan proses pencarian
serta pencapaian identitas remaja. Marcia (Archer, 1994: 17) menyatakan „pencapaian
status identitas idealnya ditempuh remaja dengan cara penetapan komitmen setelah
melalui eksplorasi terhadap berbagai alternatif yang ada dan komitmen merupakan kulminasi dari proses eksplorasi.‟
Dengan demikian, remaja yang telah memiliki kejelasan identitas adalah
remaja yang telah matang menentukan peluang yang dapat mereka raih serta serta
9
Selanjutnya Marcia (1993: 206–211) menyatakan:
Tingkat komitmen remaja ditunjukkan oleh sejauh mana keteguhan dalam pendirian remaja itu terhadap domain topik identitas sebagaimana direfleksikan oleh keluasan dan kedalaman aktivitas aspek: (1) knowledgeability, (2) activity directed toward implementing the chosen identity element, (3) emotional tone, (4) identification with significant other, (5) projecting one’s personal future, dan (6) resistance to being swayed.
Remaja harus memiliki komitmen terhadap penetapan tujuan dalam hidup
yang akan memberikan arahan serta kejelasan bentuk upaya dalam usaha mencapai
tujuan hidupnya.
Bandura (2006: 10) mengungkapkan:
Komitmen penting dimiliki oleh remaja “Adolescents need to commit themselves to goals that give them purpose and a sense of accomplishment. Without personal commitment to something worth doing, they are unmotivated, bored, or cynical. They become dependent on extrinsic sources of stimulation.
Tanpa ada komitmen para remaja akan kurang termotivasi, bosan dan merasa
pesimis terhadap apa yang akan mereka kerjakan. Bahkan sangat mungkin remaja
akan bergantung pada sumber stimulasi eksternal.
Pada proses kegiatan belajar mengajar Syamsudin (2007: 165) menjelaskan
terdapat beberapa komponen yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar yaitu: (1)
kapasitas (IQ); (2) bakat khusus; (3) motivasi; (4) minat; (5) kematangan kesiapan;
(6) sikap kebiasaan, dll. Komitmen merupakan salah satu faktor penunjang pada
komponen kematangan kesiapan yang akan menunjang proses kegiatan belajar
mengajar.
Bagi remaja, komitmen diperlukan dalam proses belajar. Komitmen belajar
merupakan sikap yang stabil terhadap satu tujuan belajar yang akan dicapai
diwujudkan dengan aktivitas belajar yang optimal. Selain itu komitmen belajar
merupakan salah satu aspek penting dalam proses belajar, karena dengan adanya
komitmen dalam proses belajar akan muncul motivasi berprestasi,kepercayaan
10
Berdasarkan pemaparan latar belakang dan identifikasi masalah, diperoleh sebuah
pertanyaan umum sebagai arahan perumusan masalah dalam penelitian, yaitu:seperti
apa gambaran umum komitmen belajar dan bagaimana implikasinya bagi layanan
bimbingan dan konseling ?
Dari pertanyaan umum ini, diturunkan menjadi dua pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimana profil komitmen belajar pererta didikkelas X di SMA PGRI 1
Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ?
2. Bagaimana rancanganlayanan dasar bimbingan dan konseling untuk
mengembangkan komitmen belajar peserta didik kelas X di SMA PGRI 1
Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil komitmen belajar peserta
didik dan implikasinya bagi bimbingan dan konseling di SMA PGRI 1 Bandung
Tahun Ajaran 2012/2013.
Untuk lebih spesifiknya tujuan dari penilitian ini adalah mengungkap dan
menganalisis data tentang:
1. Mendapatkan profil komitmen belajar pererta didikkelas X di SMA PGRI 1
Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.
2. Memperolehrancangan layanan dasar bimbingan dan konseling untuk
mengembangkan komitmen belajar peserta didik kelas X di SMA PGRI 1
11
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ditinjau dari manfaat teoritis dan praktis adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis peneliti diharapkan memberikan gambaran dan menambah
wawasan dalam bimbingan dan konseling khususnya terhadap komitmen belajar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pererta didik, pererta didik dapat menumbuhkan dan
mengembangkan komitmen dalam belajar.
b. Bagi pihak sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan dalam penyelenggara bimbingan dan konseling di sekolah untuk
lebih memperhatikan komitmen belajar pererta didik dan hasil penelitian
ini dapat digunakan sebagai bahan masukan positif bagi sekolah,
khususnya dalam mengembangkan komitmen belajar peserta didik.
c. Bagi guru bimbingan dan konseling di sekolah, profil komitmen belajar
ini diharapkan dapat memberikan layanan yang berkualitas untuk
membantu pererta didik dalam meningkatkan komitmen belajar sehingga
pencapaian hasil belajar yang optimal dapat tercapai.
d. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan
mengenai permasalahan tentang komitmen belajar yang signifikan untuk
dikaji pada peneliti selanjutnya.
E. Metode Penelitian
1. Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan yang
memungkinkan dilakukannya pencatatan dan analisis data hasil penelitian secara
eksak dengan menggunakan perhitungan statistik mengenai salah satu strategi
12
memudahkan proses analisis dan penafsirannya dengan menggunakan
perhitungan-perhitungan statistik.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif. Metode deskriptif
digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada
yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian.
2. Populasi
Penelitian profil komitmen belajar dilakukan padaKelas X Sekolah Menengah
Atas PGRI 1 Bandung tahun ajaran 2012/2013.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan instrumen, instrumen yang
digunakan yaitu dalam bentuk angket. Untuk mengetahui tingkat komitmen
belajarpeserta didik, peneliti mengkonstruksi instrumennya sendiri sesuai dengan
kebutuhan.
4. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah untuk distribusi
frekuensi peneliti membakukan ke skor Z yang selanjutnya mengkonversikan ke skor
T dan untuk profil peneliti menggunakan teknik pengolahan data menggunakan
statistik sederhana berupa persentase.
F. Struktur Penulisan
Laporan penelitian ini akan berbentuk skripsi yang dijabarkan menjadi lima
bab, yaitu:
Bab I Pendahuluan, yaitu meliputi latar belakang penelitian, identifikasi dan
perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian,
dan sistematika penulisan.
Bab II Kajian Teori, yang meliputi konsep belajar, konsep komitmen belajardan
13
Bab III Metode penelitian, meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian,
metode dan teknik penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian,
proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data serta analisis
data.
Bab IV Pelaksanaan dan hasil-hasil penelitian, meliputi pengolahan atau analisis
data dan pembahasan hasil penelitian.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA PGRI 1 Bandung, yang bertempat di Jl.
Sukagalih no.80 Bandung. Pemilihan lokasi penelitian didasari yakni belum
tersedianya layanan bimbingan dan konseling yang secara khusus difokuskan
untuk mengembangkan komitmen belajar peserta didik di SMA PGRI 1 Bandung.
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMA PGRI 1
Bandung tahun ajaran 2012-2013. Adapun populasi dalam penelitian ini ialah
seluruh peserta didik kelas X yang berjumlah 154 orang, dengan rincian sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
No Kelas Jumlah Peserta Didik
1 X-1 38
2 X-2 40
3 X-3 40
4 X-1 37
Jumlah
Total 154
Alasan pemilihan populasi terhadap kelas X dikarenakan peserta didik kelas
X secara umum masih berada dalam masa peralihan perilaku dari SMP ke SMA
peserta didik kelas X berada pada rentang usia 15-16 tahun dalam lingkup
psikologi perkembangan individu pada saat ini memasuki masa remaja tengah,
pengembangan komitmen belajar idealnya dikembangkan sejak awal sebagai
bentuk kesiapan belajar dan komitmen belajar sangat menentukan proses dan hasil
38
memasuki jenjang sekolah menengah atas di asumsikan dapat membantu peserta
didik mencapai tujuan belajar dengan lebih efektif.
Berdasarkan kerangka pikir tersebut peserta didik kelas X dianggap dapat
mewakili profil umum bidang akademik mengenai komitmen belajarnya.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
penelitian deskriptif. Setyosari (2010: 33) mendefinisikan penelitian deskriptif adalah “penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan
variabel-variabel yang bisa dijelaskan dengan angka maupun kata-kata”
Metode deskriptif dalam penelitian yang dilakukan digunakan untuk
mendeskripsikan atau menjelaskan kondisi obejktif mengenai komitmen belajar
peserta didik kelas X SMA PGRI 1 Bandung tahun ajaran 2012-2013. Pada
akhirnya deskripsi yang diperoleh dari pengambilan data lapangan mengenai
komitmen belajar peserta didik merupakan dasar bagi pengembangan layanan
dasar bimbingan belajar dalam rangka sebagai upaya untuk meningkatkan
komitmen belajar peserta didik ke arah yang lebih positif, sehingga tujuan akhir
dari penelitian adalah tersusunnya rumusan layanan dasar bimbingan dan
konseling untuk mengembangkan komitmen belajar peserta didik kelas X SMA
PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.
Berdasarkan tujuan dari penelitian yang dilakukan, maka pelaksanaan
penelitian dilakukan hingga tersusunnya layanan dasar serta revisi layanan dasar
tersebut, tanpa diujicobakan kepada peserta didik, secara lebih rinci berikut alur
39
TAHAP 1
Kajian Teoretis
1. Konsep Dasar Belajar 2. Komitmen Belajar 3. Kosep Dasar Remaja
Bagan 3.1
Alur penelitian untuk mengembangkankan komitmen belajar
Tahap pertama, penelitian dimulai dengan melakukan kajian secara teoritris
mengenai permasalahan yang diteliti, baik itu mengenai konsep dasar belajar,
konsep dasar komitmen belajar dan konsep dasar remaja.
Tahap kedua, kegiatan penelitian difokuskan untuk mengkaji profil komitmen
belajar peserta didik kelas X di SMA PGRI 1 bnadung Tahun Ajaran 2012-2013.
Kajian empiris dilakukan dengan mengidentifikasi gambaran komitmen belajar
dengan melakukan penyebaran instrumen berupa angket komitmen belajar pada
peserta didik.
Tahap ketiga adalah pengembangan layanan dasar untuk mengembangkan
komitmen belajar peserta didik. Pengembangan layanan dasar dilakukan TAHAP 2
Kajian Empiris
Komitmen belajar Peserta Didik Kelas X SMA PGRI 1
Bandung
TAHAP 3
Pengembangan Rancangan Layanan dasar untuk Mengembangkan Komitmen Belajar Peserta Didik
40
berdasarkan kajian mengenai profil komitmen belajar peserta didik kelas X di
SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.
C.Definisi Operasional
Secara etimologis istilah komitmen berasal dari bahasa Inggris to commite
(verb) -- commitment (noun) yang merujuk pada pengertian earnestness,
seriousness, sincerity, yakni kesungguhan seseorang dalam melakukan sesuatu
(Espeland&Verdick, 2005: 1). Kesungguhan tersebut merupakan wujud kesetiaan
dalam melakukan sesuatu. Istilah komitmen dalam The American Heritage
Dictionary of the English Language (Imaddudin, 2008: 28) diartikan sebagai “ the
state of being bound emotionally or intellectually to a course of action or to
another person or person”. Keadaan yang mengikat individu secara emosional
atau intelektual untuk melakukan suatu tindakan. Dalam Thesaurus, komitmen
merupakan “the trait of sincere and steadfast fixity of purpose”. Ciri kesungguhan
dan ketetapan untuk mencapai tujuan.
Komitmen menurut Goleman (Imaddudin, 2008: 63) adalah „ikrar
melakukan sesuatu aktivitas yang bermanfaat dengan sungguh-sungguh, tekun, dan bertanggung jawab.‟
New Webster‟s New World Dictionary (Imaddudin, 2008: 63) mengulas
beberapa makna dari komitmen, antara lain : a pledge to do something; dedication
to a long-term action; engagement; involvement.
Berdasarkan definisi di atas komitmen menyiratkan beberapa komponen
yang tercakup dalam pengertian yaitu: 1) niat dan kesunguhan (keterikatan secara
intelektual dan emosional) dalam melakukan aktifitas, 2) tanggung jawab, 3)
dedikasi, 4) perjanjian dan 5) keterlibatan.
Hal diatas senada dengan Marcia et al. (1993: 206–211) bahwa komitmen
adalah keteguhan pada satu tujuan, nilai dan kepercayaan yang ditunjukan dengan
aktivitas yang mendukung. Tingkat komitmen individu dapat ditunjukkan oleh
41
directed toward implementing the chosen identity element, (3) emotional tone, (4) identification with significant other, (5) projecting one’s personal future, dan (6) resistance to being swayed.
Espeland&Verdick (2005: 1) memaparkan bahwa “ a commitment is a
promise you make to your self or someone else. A commitment to learning is a
promise to do your best in school, learn new things, do your homework, care
about teachers, and read – not just when you have to, but because you want to.”
Komitmen adalah janji terhadap diri dan atau orang lain. Komitmen belajar
adalah sebuah janji untuk melakukan dan menunjukan hal terbaik di sekolah,
mempelajari hal yang baru, mengerjakan tugas, menunjukan kepedulian dan
perhatian kepada para guru, dan membaca bukan hanya karena merasa harus, akan
tetapi karena merasa butuh dan menyukainya.
Devinisi operasional variabel komitmen belajar dalam penelitian adalah
respon peserta didik yang menunjukan Knowledgeability, Need for Achievment,
Emotions Abillity, Identification With Significant Other, Projecting One’s
Personal Future, yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Knowledgeability, kemampuan untuk mengetahui potensi diri dan informasi
sumber belajar yang dipergunakan untuk kepentingan belajar.
2. Need for Achievment, memiliki aktivitas yang terarah pada tujuan yang
realistik dan usaha untuk merealisasikan pencapaian prestasi.
3. Emotions Abillity, kemampuan menghadapi stres dan kemampuan
mengendalikan amarah dengan tepat dalam proses pembelajaran
4. Identification With Significant Other, memiliki keterampilan mengidentifikasi
orang lain yang dianggap sukses dalam belajar dan dapat mengidentifikasikan
diri terhadap prilaku orang lain yang dianggap sukses dalam belajar.
5. Projecting One’s Personal Future, memiliki rencana masa depan dalam
42
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu angket
atau kuesioner. Angket atau kuisioner pengungkap komitmen belajar peserta didik
dirancang berjumlah 52 item pernyataan dan disebarkan pada seluruh peserta
didik kelas X.
1. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen Penelitian
a. Pengembangan Kisi-kisi Angket Komitmen Belajar Peserta Didik
Angket atau kuisioner komitmen belajar peserta didik dikembangkan
berdasarkan definisi operasional variabel. Angket berisi pernyataan mengenai
aspek-aspek komitmen belajar merujuk pada konsep yang dikembangkan oleh
Marcia et.al . (1993: 206–211) Tingkat komitmen individu dapat ditunjukkan
oleh sejauh mana keluasan dan kedalaman aspek: (1) knowledgeability, (2)
activity directed toward implementing the chosen identity element, (3) emotional tone, (4) identification with significant other, (5) projecting one’s personal future, dan (6) resistance to being swayed. Berikut disajikan dalam tabel
kisi-kisi angket pengungkap komitmen belajar peserta didik.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Angket Pengungkap Komitmen Belajar Peserta Didik
No
ASPEK INDIKATOR JML
ITEM PERNYATAAN (+) (-) 1. Knowledgeability (kemampuan mengaktualiasasi kan sejumlah informasi yang terkait dengan diri, sumber belajar lain yang dapat menunjang pencapaian tujuan atau pilihan yang telah ditetapkan)
a. Kampuan untuk mengetahui informasi sumber belajar yang dapat menunjang pencapaian prestasi.
4 1 ,2 3, 4
b. Kemampuan mengetahui potensi diri dalam belajar
43
No
ASPEK INDIKATOR JML
ITEM
PERNYATAAN
(+) (-)
2. Need for
Achievment (suatu dorongan dalam ciri seseorang untuk melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji) c. d.
e. Memiliki aktivitas yang
terarah pada pencapaian tujuan yang realistik dalam belajar
4 10, 11 12, 13
f. g.
h. Usaha untuk merealisasikan
pencapaian prestasi. 4
14, 15,
16 17
3. Emotions Abillity
(berbagai perasaan (suasana hati) dalam kaitannya dengan penetapan keputusan sampai pada tahap implementasi kepetusan tersebut) i. j.
k. Memiliki kemampuan menghadapi stres l.
4 18, 19 20,21
m.
n. Kemampuan mengendalikan amarah dengan tepat dalam
proses pembelajaran 3 22 23 , 24
4. Identification
With Significant Other (kemampuan peserta didik mengidentifikasi orang yang dianggap penting atau tokoh panutan dan mengetahui sejauh mana tokoh tersebut mempengaruhi dirinya secara signifikan)
o. Kemampuan mengidentifikasi orang-orang yang dianggap sukses dalam belajar
4 25,26 27, 28
p. q. r.
s. Mengidentifikasikan diri terhadap orang-orang yang dianggap sukses dalam belajar
44
No
ASPEK INDIKATOR JML
ITEM
PERNYATAAN
(+) (-)
5. Projecting One’s
Personal Future (kemampuan peserta didik memproyeksikan/ merencanakan masa depan, dan merancang berbagai aktivitas dalam jangka waktu tertentu dengan tetap konsisten dengan tujuan yang telah ditetapkan)
t.
u. Memiliki rencana masa depan
dalam pendidikan 6 32,33,34 35,36,37
v. Konsisten dengan pencapaian
tujuan pembelajaran 3 38,39,40
2. Pedoman Penyekoran (scoring)
a. Instrumen Komitmen Belajar Peserta Didik
Instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat, item pernyataan
komitmen belajar peserta didik dalam bentuk pilihan. Skala pengukuran yang
digunakan menggunakan skala sikap Likert.
Penggunaan skala Likert biasanya digunakan untuk pernyataan dan jumlah
besar di mana skala nilai psycological continuum tidak diketahui, maka di dalam
memberi respons, subjek diizinkan memberi jawaban dalam lima kategori: a)
Sangat Setuju, b) Setuju, c) Bingung, d) Tidak Setuju, dan e) Sangat Tidak Setuju.
di dalam mengkontrukskian skala sikap Azwar (2011: 144) menyatakan
45
Angka 0 atau angka 1 semua dapat dipilih sebagai titik awal asalkan semua
pernyataan dalam Skala Sikap yang bersangkutan diperlakukan sama sehingga
peneliti memiliki sebaran (range) nilai skala pada kontinum yang sama.
Prosedur penskalaan dengan metode rating yang dijumlahkan didasari oleh
dua asumsi, yaitu:
a. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai
termasuk pernyataan yang favorable atau pernyataan yang tidak
favorable.
b. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus
diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi dari pada jawaban yang diberikan
oleh responden yang mempunyai sikap negatif
(Azwar, 2011: 139)
Jawaban favorable adalah respon setuju terhadap pernyataan yang
favorable dan respon yang tidak setuju terhadap pernyataan yang tidak-favorabel.
Jawaban tidak favorable adalah respon setuju terhadap pernyataan yang tidak
favorabel. Azwar (2011: 141) menyatakan tujuan penentuan skala dengan deviasi normal adalah “untuk memberikan bobot yang tertinggi bagi kategori jawaban yang paling favorable dan memberikan bobot rendah bagi kategori jawaban yang
tidak favorable.”
Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam
kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar
atribut yang diukur. Adapun kriteria penyekoran untuk mendapatkan skor angket
komitmen belajar peserta didik dapat dilihat pada tabel 3.3
Tabel 3.3
Ketentuan Pemberian Skor Instrumen Pengungkap Komitmen belajar
Pernyataan Skor
S S S B T S S T S
Positif 5 4 3 2 1
46
3. Uji Coba Alat Pengumpul Data
a. Uji Kelayakan Instrumen
Instrumen komitmen belajar peserta didik yang telah disusun terlebih dahulu
dilakukan uji kelayakan instrumen (judgement). Penimbangan dilakukan oleh
dosen ahli yaitu dosen dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.
Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari
segi bahasa, konstruk, dan konten, yakni kesesuaian item pernyataan yang telah
disusun dengan landasan teoritis dan ketepatan bahasa yang digunakan, dilihat
dari sudut bahasa baku dan subjek yang memberikan respon.
Instrumen ditimbang oleh tiga orang dosen jurusan PPB FIP UPI yaitu 1) Dr.
H. Mubiar Agustin, M.Pd, 2) Dra. SA. Lily Nurlillah, M.Pd, 3) Drs. Sudaryat
Nurdin Akhmad dan 4) Yusi Riksa Yustiana, M.Pd
Table 3.4
Hasil Penimbangan Angket Pengungkap Komitmen Belajar
Hasil Penimbangan Pakar Nomor Item Jumlah
Dipakai 7, 8, 9, 11, 12, 16, 17, 18,
20, 22, 23, 24, 25, 26, 29,
30, 31, 32, 33, 34, 35, 36,
37, 38, 39, 40, 41, 42, 43,
44, 45, 46, 47, 48, 49, 50,
51, 52
38
Direvisi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 10, 13, 14,
15, 19, 21, 27, 28
14
Dibuang - -
47
b. Uji Keterbacaan
Sebelum instrument komitmen belajar peserta didik diuji secara empiris,
instrument terlebih dahulu diuji keterbacaan kepada sampel setara yaitu 9 orang
peserta didik kelas X SMA untuk mengukur keterbacaan instrumen. Uji
keterbacaan dilakukan agar dapat memperbaiki redaksi kata yang sulit dipahami
oleh subjek penelitian. Setelaj uji keterbacaan pernyataan-pernyataan yang tidak
dipahami kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan, sehingga dapat dimengerti
oleh peserta didik kelas X SMA PGRI 1 Bandung.
c. Uji Validitas dan Reliabilitas
1) Uji Validitas
Pengujian validitas yang dilakukan dalam penelitian melibatkan seluruh item
yang terdapat dalam angket pengungkap komitmen belajar peserta didik.
Sugiyono (2010: 267) mengungkapkan “uji validitas alat pengumpulan data
dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian
dapat digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur”. Semakin tinggi nilai
validasi maka menunjukan semakin valid instrumen yang akan digunakan.
Pengujian validitas yang dilakukan dalam penelitian adalah dengan
mengkorelasikan skor butir dengan skor total. Pengolahan data dalam penelitian
dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Validitas item
dilakukan dengan menggunakan prosedur pengujian Spearmen Brown.
Adapun data yang digunakan untuk mengukur validitas item, merupakan data
hasil penyebaran instrumen. Dengan kata lain, penyebaran instrumen
dilaksanakan sekaligus untuk menguji validitas item (built-in).
Berdasarkan hasil pengolahan data, hasil uji validitas menunjukan dari 52
butir item pernyataan dari angket komitmen belajar peserta didik, terdapat 12 butir
item yang dinyatakan tidak valid. Koefisien korelasi yang digunakan dalam
48
jika minimalnya koefisien korelasi 0.30”. Oleh karena itu dalam penelitian ini suatu item dikatakan valid jika koefisien korelasinya minimal 0. Hasil item-item
[image:30.595.107.517.218.453.2]pernyataan validasi disajikan pada table 3.5
Table 3.5
Hasil Uji Validitas Komitmen Belajar Peserta Didik
Kesimpulan Item Jumlah
Jumlah Awal 52
Dipakai 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 15, 16,
17, 18, 19, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 30,
31, 32, 33, 34, 36, 37, 38, 40, 41, 42,
43, 44, 45, 46, 47, 48, 49
40
Dibuang 3, 11, 14, 20, 24, 28, 29, 35, 39, 50, 51,
52
12
2) Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen menunjukkan sejauh mana instrumen yang digunakan
tersebut dapat dipercaya atau derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh
oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda.
Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah metode Alpha. Untuk
mengetahui tingkat reliabilitas instrumen dalam penelitian dengan taraf
signifikansi 5% diolah dengan metode statistika memanfaatkan program komputer
49
Sebagai tolak ukur, digunakan klasifikasi rentang koefisien reliabilitas
sebagai berikut:
0,00 – 0,199 derajat keterandalan sangat rendah
0,20 – 0,399 derajat keterandalan rendah
0,40 – 0,599 derajat keterandalan cukup
0,60 – 0,799 derajat keterandalan tinggi
0,80 – 1,00 derajat keterandalan sangat tinggi
(Sugiyono, 2011: 257)
Berdasarkan hasil pengujian reabilitas memperlihatkan dari 40 butir item,
menunjukan koefisien reabilitas (konsistensi interval) instrument komitmen
belajar sebesar 0,938. Artinya, tingkat korelasi dan derajat instrument komitmen
belajar berada pada kategori sangat tinggi hal ini menunjukkan bahwa instrumen
yang dibuat tidak perlu direvisi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu data mengenai komitmen belajar
peserta didik Kelas X SMA PGRI 1 Bandung. Angket yang digunakan adalah
angket terstruktur dengan bentuk jawaban tertutup. Responden hanya perlu
menjawab pernyataan dengan cara memilih alternatif respon yang telah disediakan
dengan alternatif jawaban SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), B (Bingung), TS (Tidak
Sesuai) dan STS (Sangat Tidak Sesuai).
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan penyebaran alat
pengumpul data berupa angket untuk mengumpulkan data mengenai gambaran
komitmen belajar peserta didik kelas X SMA PGRI 1 Bandung. Pengumpulan
data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan kelengkapan instrumen dan petunjuk pengerjaan instrumen.
2. Mengecek kesiapan peserta didik.
3. Membacakan petunjuk dan mempersilahkan peserta didik untuk mengisi angket
50
4. Mengumpulkan kembali angket yang telah selesai diisi serta mengecek
kelengkapan identitas dan kelengkapan jawaban para peserta didik.
F. Analisis data
1. Verifikasi Data
Verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi data yang dianggap layak untuk
diolah. Tahapan verifikasi data yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai
berikut.
a. Melakukan pengecekan jumlah instrumen yang telah terkumpul.
b. Melakukan tabulasi data yaitu perekapan data yang diperoleh dari peserta didik
dengan melakukan penyekoran sesuai dengan tahapan penyekoran yang telah
ditetapkan.
c. Setelah tabulasi data maka dilanjutkan dengan melakukan perhitungan statistik
sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.
2. Penetapan penyekoran Instrumen
Perhitungan skor komitmen belajar peserta didik adalah dengan
menjumlahkan seluruh skor dari tiap-tiap pertanyaan sehingga didapatkan skor
total komitmen belajar. Data yang telah terkumpul dari responden selanjutnya
dibagi ke dalam lima kategori komitmen belajar dengan menggunakan katagori
tinggi sekali, tinggi, sedang, rendah dan rendah sekali yang diperoleh melalui
konversi skor mentah menjadi skor T dengan menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Menghitung skor total masing-masing responden.
2) Mengkonversi skor responden menjadi skor baku, dengan rumus:
Keterangan : � = skor responden yang hendak diubah menjadi skor T
� = rata-rata skor kelompok
51
3) Mengkonversi skor baku menjadi skor matang, dengan rumus:
Keterangan : Skor T = Skor T atau skor matang yang dicari
50 = konstanta nilai tengah sebagai rata-rata
10 = konstanta standar deviasi (Azwar, 2011: 156)
4) Mengelompokan data menjadi lima kategori dengan pedoman sebagai
[image:33.595.116.510.141.608.2]berikut
Tabel 3.7 Konversi Skor T
Skala Skor T Kategori Skor
x ≥ μ + 1.5 ơ Tinggi Sekali
μ –1.5 ơ < x < μ + 1.5 ơ Tinggi
μ –1.5 ơ < x < μ + 0.5 ơ Sedang
μ - 0.5 ơ < x < μ + 0.5 ơ Rendah
x ≤ μ –0.5 ơ Rendah Sekali
(Azwar, 2011: 108)
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, pengelompokan data untuk gambaran
komitmen belajar sebagai berikut.
Tabel 3.8
Kualifikasi Skor Komitmen Belajar Peserta Didik
No. Skala Skor T Kategori Komitmen
Belajar
1. ≥ 66 Tinggi Sekali
2. 56 – 65 Tinggi
3. 46 – 55 Sedang
4. 36 – 45 Rendah
5. ≤ 35 Rendah Sekali
5) Menghitung tingkat komitmen belajar peserta didik dengan menggunakan
rumus:
Keterangan : rata-rata skor = rata-rata skor yang diperoleh
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkanhasilpenelitiandanpembahasanyang
berhubungandengangambarankomitmenbelajardalamrancanganlayanandasarbimbi
ngandankonselinguntukmengembangkankomitmenbelajarpesertadidikkelas X
SMA PGRI 1 Bandung, makadapatdisimpulkansebagaiberikut:
1. Secaraumumtingkatkomitmenbelajarpesertadidikkelas X SMA PGRI 1
Bandungberadapadakategoritinggidalamkomitmenbelajar yang
artinyapesertadidikkelas X SMA PGRI 1 Bandung
cukupmemilikiKemampuan untuk
menggalipotensidiridaninformasisumberbelajar yang
dipergunakanuntukkepentinganbelajar, memilikiaktivitas yang
terarahpadatujuan yang
realistikdanusahauntukmerealisasikanpencapaianprestasi,
kemampuanmenghadapistresdankemampuanmengendalikanamarahdengantepa
tdalam proses pembelajaran, memiliki keterampilan mengidentifikasi orang
lain yang dianggap
suksesdalambelajardandapatmengidentifikasikandiriterhadapprilaku orang lain
yang dianggapsuksesdalambelajar, memilikirencana masa depan
dalampendidikansertakonsistendenganpencapaiantujuanpembelajaran.Namun
meskipundemikianmasihterdapatkeberagamantingkatketercapaianhalinidiseba
bkanpesertadidikbelumseluruhnyamencapaitingkatkomitmenbelajar yang
optimal padasetiapaspekdanindikatornya.
2. Hasilakhirpenelitianiniyaitutersusunnyalayanandasarbimbingandankonselingu
ntukmengembangkankomitmenbelajarpesertadidikkelas X SMA PGRI 1
Bandung. Secaraumumtingkatketercapaiankomitmenbelajarpesertadidikkelas
X di SMA PGRI 1 Bandung termasukkategoritinggi,
88
didik yang belum optimal,
selainitujugauntukmempertahankandanmengembangkankomitmenbelajarpeser
tadidik.
B. Rekomendasi
Berdasarkanhasilpenelitian yang telahdilakukan,
berikutinibeberaparekomendasi yang diharapkandapatmemberikanmasukan yang
bermanfaat.
1. Bagi Guru BimbingandanKonseling
Hasilpenelitianmenunjukkanbahwatingkatkomitmenbelajarsecaraumumter
masukkedalamkategoritinggi.Namundalamsetiapaspekdanindikatorterdapattingkat
perkembangan yang berbeda,
artinyapesertadidikbelumseluruhnyadapatmencapaikomitmenbelajar yang optimal
padasetiapaspekdanindikatornya.
ProfilperilakukomitmenbelajarapesertadidikSekolahMenengahAtas yang
dihasilkanpenelitianinimerupakansalahsatugambaranperkembanganpesertadidikda
lam proses pembelajaran
Bagipelaksanalayanan BK SMA PGRI 1 Bandung,
Profiltersebutdapatdimanfaatkansebagaisalahsatutimbangandalamoptimalisasilaya
nanbimbingandankonseling di SMA PGRI 1 Bandung.
Padapenelitianini, disampaikanrekomendasikepadapihakpelaksanalayanan
BK SMA PGRI 1 Bandung
beruparumusanlayanandasarbimbingandankonselinguntukmengembangkankomit
menbelajarpesertadidiksekolahmenengahatas.Masihdiperlukan basis empiris,
suprastrukturdaninfrastruktur yang
memadaiuntukmendukungditerapkannyarumusanlayanandasartersebut.Untukitu,
pihak BK SMA PGRI 1 Bandung disarankan agar
menempuhtigalangkahsebagaiberikutini.
a. PelaksananLayanan BK SMA PGRI 1 Bandung
memverifikasisecaramenyeluruhprofilkomitmenbelajarpesertadidik yang
89
b. PelaksananLayanan BK SMA PGRI 1 Bandung
Bandungmelakukanpengukurantingkatkomitmenbelajarpadasetiapjenjangseba
gaianalisiskebutuhanpenunjang.
2. BagiPenelitiSelanjutnya
Keterbatasan proses
danhasilpenelitianinitidakdapatdipisahkandariketerbatasanpenyusunskripsidalam
mengelolakegiatanpenelitian. Olehkarenaitu,
kepadapenelitiselanjutnyadirekomendasikanuntuk :
a. Membandingkangambaranumumtingkatkomitmenbelajarpesertadidiksekol
ahmenengahataspadasetiapjenjangkelas, jeniskelaminsertatingkatprestasi,
sehinggagambaran yang dihasilkancenderungdinamisdanmenyeluruh.
b. Menggunakanpendekatandanmetodepenelitian yang lebihberagam.
Sejauhini, cukupsulitmenemukanhasil-hasilpenelitian yang
khususmengenaikomitmenbelajarpadasetiapjenjangpendidikan (SD, SMP,
DAFTAR PUSTAKA
ABKIN. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaran Bimbingan dan. Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung.
Archer, S.L. (editor),. (1994). Interventions for Adolescent Identity Development. London: Sage.
Azwar, S. 2011. PenyusunanSkalaPsikologi. Yogyakarta: PustakaBelajar.
Azwar, S.2011. SikapManusia (TeoridanPengukurannya). Yogyakarta: PustakaBelajar.
Bandura. (2006). Self-efficacy beliefs of adolescents [online]. Tersediadi : books.google.com. (12062012).
Connecticut School Counselor Association(2000).Connecticut Comprehensive School Counseling Program.Connecticut : CSCA incorporation with CACES and CSDE
Dahar,R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
DepartemenPendidikanNasional (2007).
PenataanPendidikanProfesionalKonselordanLayananBimbingandanKonse lingdalamJalurPendidikan Formal.Bandung :JurusanPsikologiPendidikan FIP UPI Bandung Bekerjasamadengan PB. ABKIN.
Deswita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Dimyati&Mudjiono.(2002). BelajardanPembelajaran. Jakarta: PT RinekaCipta.
Djamarah, B.S. (2002). PsikologiBelajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Espeland,P&Verdick, E. (2005). Loving to Learn The Commitment to Learning Assets, The Adding Assets Series for Kids. Minneapolis : Free Spirit Publisher.
Handayani, L. (2007). Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Komitmen Belajar Siswa. Skripsi : PPB FIP UPI.
Jumhana, N. (2004). HubunganPolaInteraksiDosenPembimbingDalam Proses
BimbinganAkademikDenganKemandirian Dan
KomitmenBelajarMahasiswa Tuna Netra.Tesispada Program Pascasarjana UPI Bandung :tidakditerbitkan.
Kartini, T. (2004). “Hubungan Pola Interaksi Guru BP dengan Remaja dalam Layanan Bimbingan Karir dan Kemandirian Remaja dengan Eksplorasi
dan Komitmen Identitas Vokasional Remaja Akhir” Laporan
penelitian.[online]Tersedia di : www.ditplb.go.id(15052012).
KBBI [online] tersedia di: http://kbbi.web.id /[20062012].
Lestari, M.
(2006).KontribusiDisiplinterhadapKedisiplinanSiswadi.Sekolah.Skripsi PPB FIP UPI Bandung: Tidakditerbitkan.
Mangkunegra.A.P (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : Rosda
Marcia, J.E. et al. (1993), Ego Identity, A Handbook for Psychososial Research, New York: Springer-Verlag.
Morrison, T (2001). Actionable Learning; A Handbook for Capacity Building Through Case Base Learning. Asian Development Bank. Tokyo.
Mu'tadin, Z. (2008). Prilaku Agresi. [Online]. Tersedia: http//:www.e-psikologi.com. [15102012].
Nugraha, A. (2009). Efektivitas Permainan Simulasi Untuk Mengembangkan Komitmen Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas. Skripsi: PPB FIP UPI.
Nurihasan.J. (2005).Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung :Refika Aditama.
Pikiran Rakyat (edisi Minggu, 24 Juni 2007). Naik, Siswa Gagal UN. [Online] Tersedia di : www.pikiranrakyat.com (21042012).
Pulaski Community Partners Coalition (2003).Nurture in young people a
commitment to learning.[online] Tersediadi :www.aboutpcpc.org.
(15042012).
Purwanto,N. (1990). Psikologi Pendidikan, Bandung: CV Remaja Karya.
Santrock,J.W. 2003. AdolescecePerkembanganRemaja. Jakarta:Erlangga.
Saripah, I. (2006). Program
BimbinganUntukMengembangkanPerilakuPrososialAnak. Tesispada
Program PascaSarjana BK UPI. Bandung: Tidakditerbitkan.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta.
Sugiyono. (2010). MetodePenelitianKuantitatifdanKualitatifdan R & D. Bandung: Alfabeta
Sukmadinata, N.S. (2003). Landasan Psikologis Proses Pendidikan. Bandung : ROSDA.
Surya, M. (1996).PsikologiPembelajaran dan Pengajaran.Bandung : Publikasi Jurusan PPB-FIP UPI Bandung.
Setyosari, P. (2010). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.
Syamsudin, A.M. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung : RemajaRosdakarya.
Syamsudin, A.M. (2003). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda. Karya.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Th 200.[Online].Tersedia di Http//:www.hukumonline.com.[20112012].
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI.
Willis, S. (2005). Remaja dan Permasalahannya. Rosda: Bandung.
Yusuf, S. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung : Rosda.