• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KOMITMEN BELAJAR PESERTA DIDIK DAN IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL KOMITMEN BELAJAR PESERTA DIDIK DAN IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

halaman

Absrtak ... i

Kata Pengantar ... ii

Ucapan Terima Kasih ... iii

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... xi

Daftar Grafik ... xii

Daftar Bagan ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 8

C.Tujuan Penelitian ... 10

D.Manfaat Penelitian ... 11

E. Metode Penelitian ... 12

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 13

BAB II KOMITMEN BELAJAR KONSEP DASAR DAN PENGEMBANGANNYA G. A. Konsep Dasar Belajar ... 14

1. Definisi Belajar ... 14

2. Teori-teori Belajar ... 15

B. Konsep Komitmen Belajar ... 19

1. Definisi Komitmen Belajar ... 19

2. Pengembangan Komitmen Belajar ... 20

3. Aspek-aspek Komitmen Belajar ... 23

4. Faktor Ekologi Perkembangan yang Mempengaruhi Perkembangan Komitmen Belajar ... 27

(2)

1. Pengertian Remaja ... 29

2. Karakteristik Perkembangan Peserta Didik Sekolah Menengah Atas ... 29

D.Pengukuran Komitmen Belajar ... 31

E. Kerangka Pemikiran ... 33

F. Asumsi Penelitian ... 34

G.Penelitian Terdahulu... 35

BAB III METODE PENELITIAN H. A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 38

B. Metode Penelitian ... 39

C.Definisi Operasional ... 41

D.Instrumen Penelitian ... 43

E. Teknik Pengumpulan Data ... 50

F. Analisis Data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 53

1. Gambaran Umum Komitmen BelajarPeserta Didik Kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013... 2. Tingkat Persentase Ketercapaian Komitmen BelajarPeserta Didik Kelas X SMA PGRI 1 Bandung 2012-2013... 53 58 B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65

C.Rancangan Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan Komitmen Belajar... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN J. A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87

(3)

DAFTAR TABEL

Nama Tabel Halaman

3.1 Populasi Penelitian ... 38

3.2 Kisi-kisi Angket Pengungkap Keterampilan Komitmen Belajar(Setelah Judgment) ... 44

3.3 Ketentuan Pemberian Skor Instrumen Komitmen Belajar... 46

3.4 Hasil Penimbangan Angket Pengungkap Komitmen Belajar... 47

3.5 Hasil Uji Validitas Komitmen Belajar Peserta Didik ... 49

3.7 Konversi Skor T ... 52

3.8 Kualifikasi Skor Komitmen Belajar ... 52

4.1 Rekapitulasi Kategorisasi Komitmen Belajar Peserta Didik Kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 ... 54

4.2 Rekapitulasi Kategorisasi Aspek-aspek Komitmen BelajarPeserta Didik Kelas X SMA PGRI 1 Bandung ... 55

4.3 Rekapitulasi Kategorisasi Indikator-indikator Komitmen BelajarPeserta Didik Kelas X SMA PGRI 1 Bandung ... 57

4.4 Tingkat Persentase Ketercapaian Skor Peraspek Komitmen Belajar Peserta Didik di SMA PGRI 1 Bandung ... 59

4.6 Gambaran Indikator Aspek Kemampuan untuk Mengetahui... 60

4.7 Gambaran Indikator Aspek Keterampilan Mengelola Emosi... 62

4.8 Gambaran Indikator Aspek Kemampuan Mengidentifikasi Orang Lain... 63

4.9 Gambaran Indikator Aspek Proyeksi Diri ke Masa Depan... 64

4.10 Prioritas Pengembangan Materi Layanan ... 74

(4)

DAFTAR GRAFIK

Nama Grafik Halaman

4.1 Gambaran Komitmen Belajar Peserta Didik Kelas X SMA PGRI 1 Bandung

Tahun Ajaran 2012-2013 ... 54

4.2 Gambaran Komitmen Belajar Peraspek Peserta Didik Kelas X SMA PGRI 1

Bandung ... 80

4.3 Gambaran Komitmen Belajar Perindikator Peserta Didik Kelas X SMA PGRI

1 Bandung ... 83

4.4 Tingkat Ketercapaian Skor Komitmen BelajarPeserta Didik Berdasarkan

Masing-masing Aspek di SMA PGRI 1 Bandung ... 59

4.5 Gambaran Tingkat Ketercapaian Skor Indikator Aspek Keinginan untuk

Mengetahui... ... 60

4.6 Gambaran Tingkat Ketercapaian Skor Indikator Aspek Memiliki Dorongan

untuk Mencapai Prestasi Unggul... 61

4.7 Gambaran Tingkat Ketercapaian Skor Indikator Aspek Keterampilan

Mengelola Emosi... 62

4.8 Gambaran Tingkat Ketercapaian Skor Indikator Aspek Kemampuan

Mengidentifikasi Orang Lain... 63

4.9 Gambaran Tingkat Ketercapaian Skor Indikator Aspek Proyeksi Diri Ke Masa

(5)

DAFTAR BAGAN

Nama Gambar Halaman

1.1 Komponen Utama PBM ... 2

2.1 Kerangka Pemikira ... 33

(6)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional masih dihadapkan dengan masalah yang cukup kompleks

meskipun telah adanya keberhasilan pembangunan sarana pendidikan. Permasalahan

yang dimaksud termasuk dalam rencana strategis departemen pendidikan nasional

Tahun 2005-2009, yaitu meliputi: 1) masih rendahnya pemerataan dan akses

pendidikan, 2) masih rendahnya mutu, relevansi dan daya saing pendidikan, serta 3)

masih lemahnya tatakelola, akuntabilitas, serta pencitraan publik pendidikan

(Departemen Pendidikan Nasional 2007).

Pendidikan dengan kata lain merupakan sebuah proses yang diselenggarakan

secara sadar untuk memfasilitasi individu agar bisa mengenali dan menemukan

potensi dan keunikan yang dimilikinya,Pulaski Community Partners Coalition (2003:

1) menyatakan:

One of the keys to a successful adulthood is getting a good education. It’s something every parent wants for her or his child. But getting that good education requiresfrom both students and parentsa strong commitment to learning.

Salah satu kunci keberhasilan seseorang dalam meraih kedewasaan adalah

dengan pendidikan yang baik, akan tetapi untuk mendapatkan pendidikan yang baik

memiliki satu syarat mutlak bagi orang tua dan peserta didik, yaitu komitmen yang

kuat untuk belajar.

Satu aspek untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu adalah komitmen

yang kuat untuk belajar. Morrison(2001: 23) menyatakan, “belajar adalah sebuah

proses, yang mengalir dari kebutuhan untuk masuk akal dari pengalaman,

mengurangi tidak diketahui dan tidak pasti dimensi kehidupan dan membangun

(7)

2

Berikut bagan sistematik mengenai komponen utama PBM yang dikemukakan

oleh Syamsudin (2007: 165):

Bagan 1.1

Komponen Utama PBM

Bagan 1.1

Komponen Utama PBM

Pada bagan proses kegiatan belajar mengajar menurut Syamsudin (2007: 165)

di atas menjelaskan terdapat beberapa komponen yang terlibat dalam kegiatan belajar

mengajar yaitu: (1) kapasitas (IQ); (2) bakat khusus; (3) motivasi; (4) minat; (5)

kematangan kesiapan; (6) sikap kebiasaan, dll. Komitmen merupakan salah satu

faktor penunjang pada komponen kematangan kesiapan yang akan menunjang proses

kegiatan belajar mengajar.

Metode,

teknik, media program tugas Bahan

sumber Guru dan

lain-lain Kapasitas (IQ)

Bakat khusus instrumental input (sarana)

Motivasi Perilaku:

Minat Raw input expected output Kognitif

Peserta didik (hasil belajar yang

Kematangan diharapkan) Afektif

Sikap/kebiasaan Environmental input (lingkungan) Psikomotor

Dan lain-lain Fisik dan lain-lain

(8)

3

Layanan bimbingan dan konseling sebagai bagian integral layanan pendidikan

di sekolah, mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sama dalam membina

perkembangan peserta didik. Sebagai layanan yang profesional maka layanan

bimbingan dan konseling saat ini harus memperhatikan kebutuhan peserta didik.

William J. Kolarik (Nurihsan, 2005: 55) mengungkapkan „kualitas mutu layanan

bimbingan akan mendapatkan pengakuan jika layanan bimbingan dan konseling mampu memenuhi apa yang diharapkan oleh para konseli.‟

Salah satu komponen yang harus ada dalam proses pelaksanaan pendidikan

adalah komponen layanan pembinaan dan pengembangan peserta didik yang

merupakan area kerja Bimbingan dan Konseling.

Tujuan utama dari layanan Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah adalah

untuk membantu agar peserta didik dapat : (1) merencanakan kegiatan penyelesaian

studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang; (2)

mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin;

(3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta

lingkungan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam

studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan

kerja (ABKIN, 2007:17).

Secara khusus bimbingan dan konseling memiliki tujuan untuk membantu

konseli agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek

pribadi-sosial, belajar (akademik) dan karir.Komitmen belajar merupakan salah satu

keterampilan belajar yang perlu dimiliki peserta didik.Dan pada bimbingan dan

konseling hal tersebut termasuk ke dalam bimbingan belajar.

Komitmen dalam konteks pendidikan dan belajar harus merupakan bentuk

kesadaran dari dalam diri individu. Espeland&Verdick (2005: 1) memaparkan:

(9)

4

Komitmen adalah suatu janji terhadap diri dan atau orang lain. Komitmen

belajar adalah sebuah janji untuk melakukan yang terbaik di sekolah, mempelajari hal

yang baru, mengerjakan tugas, adanya perhatian kepada para gurudan membaca

bukan hanya karena merasa harus, akan tetapi karena membutuhkannya.

Masa remaja merupakan suatau periode dimana terjadi perubahan-perubahan

yang signifikan dalam diri individu dimana masa remaja merupakan masa transisi

dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa

dewasa.

Sebagaimana dikembangkan oleh Marcia (1993: 102)masa remaja dapat dibedakan menjadi tiga masa yaitu “masa remaja awal (usia 12 sampai 15 tahun), masa remaja pertengahan (usia 16 sampai dengan 18 tahun) dan masa remaja akhir (usia 18 sampai dengan 22 tahun).” Pembagian ini dapat berdasarkan usia perkiraan yang biasanya menandai kehadiran remaja pada institusi-intitusi pendidikan, yaitu

SMP, SMA dan bangku perkuliahan.

Erikson (Yusuf, 2004: 71) menyatakan bahwa „Pada masa remaja identitas merupakan vocal point atau inti dari pengalaman individu pada masa remaja,

keberhasilan individu mendapatkan identitas akan mempengaruhi tahap perkembangan berikutnya.‟ Identitas yang dimaksud seperti dipaparkan oleh Marcia (Kartini, 2004: 1) sebagai berikut: “identity as a set of statuses that are defined by the

extent to which an individual has explored option for his or her life and has shown

evidence of having made a commitment to an occupation and ideologi.”

Identitas adalah sekumpulan status yang didefinisikan dari tingkat eksplorasi

yang dilakukan oleh individu tentang aspek-aspek kehidupan yang ditunjukan dengan

komitmen terhadap pilihan karir dan ideologi (prinsip hidup). Dengan kata lain,

remaja yang telah memiliki kejelasan identitas adalah remaja yang telah mampu

menilai kemampuan serta minatnya, mampu melihat peluang yang dapat mereka raih

(10)

5

Dreyer (Imaddudin, 2008: 8)‘identity formation in adolescent can be

encoraged and promoted by surrounding them with educational environment that

stimulate exploration and commitment.’ Pembentukan identitas pada masa remaja

dapat dibantu dengan memberikan dorongan melalui lingkungan pendidikan yang

dapat memberikan stimulasi dalam proses eksplorasi diri dan pembentukan

komitmen.

Salah satu fenomena umum yang menunjukan indikasi pentingnya layanan

bimbingan bagi peserta didik adalah fenomena bunuh diri dan percobaan bunuh diri,

tindakan kekerasan dan depresi yang disebabkan oleh gagal dalam ujian nasional

(UN).Seperti ditulisPikiran Rakyat (online) “terjadi banyak kasus percobaan bunuh

diri dan kasus depresi peserta didik yang gagal ujian nasional.Menurut Komnas

Perlindungan Anak mencatat sedikitnya 100 anak menderita trauma psikis akibat

gagal ujian nasional pada tahun 2006.”

Seto Mulyadi (Imaddudin, 2008: 4) menguraikan penyebab banyaknya kasus

percobaan bunuh diri, tindakan kekerasan dan depresi paska gagal ujian nasional

dikarenakan peserta didik tidak memiliki kesiapan mental dalam menghadapi

berbagai kemungkinan yang akan dihadapai oleh para peserta didik. Terkait dengan

masalah ketidaksiapan mental peserta didik dalam menghadapi perubahan dan ujian

memiliki hubungan dengan komitmen peserta didik dalam belajar. Marcia (1993:

206–211) memaparkan “dalam perkembangan komitmen individu terdapat beberapa

indikator, diantaranya: aspek kemampuan mengelola emosi (emosional tone) dan

kemampuan bertahan dalam menghadapi goncangan (resistance to being swayed).

Dengan kata lain siswa yang memiliki komitmen dalam belajar akan mampu

menghadapi berbagai kemungkinan yang akan dihadapi dan mampu mengelola

perasaan dan emosi, sehingga siswa memiliki pertimbangan pemikiran yang lebih

(11)

6

Fenomena umum yang dipaparkan di atas menggambarkan kondisi nyata

peserta didik yang jika ditinjau dari perspektif perkembangan belum optimal,

sehingga untuk membantu peserta didik mampu mengoptimalkan potensi diri

dibutuhkan upaya layanan bimbingan dalam proses yang akan dilalui dalam fase ini.

Berdasarkan data yang ada dan menjadi permasalahan di SMA PGRI 1

Bandung yaitu hasil Ujian Nasional yang mengkhawatirkan (pada tahun 2008/2009

kelulusan IPA 100% dan IPS 95,54% sedangkan pada tahun 2009/2010 kelulusan

IPA 100% dan IPS 61,11% dan pada tahun 2010/2011 kelulusan IPA 100% dan IPS

100%), meningkatnya ketidak hadiran peserta didik di sekolah/bolos pada tahun

2010/2011 kelas X-1 (59,11%), kelas X-2 (58,81%), kelas X-3 (89,6%), kelas X-4

(86%), kelas X-5 (86%), XI IPS 1 (74%), XI IPS 2 (62,5), XI IPS 3 (77%) dan XI

IPA (88%), keterlambatan, rata-rata nilai akademik baik peserta didik X, XI dan XII

di bawah KKM, keadaan keluarga yang tidak harmonis, dan tingkat perekonomian

keluarga menengah kebawah.

Berdasarkan pemaparan tersebut mengindikasikan komitmen belajar peserta

didik di SMA PGRI 1 Bandung belum optimal.Hal tersebut senada dengan Pulaski

Community Partners Coalition, (2003: 1) yang menyatakan bahwa “komitmen

belajar akan sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, teman sebaya, dan

lingkungan sekolah.” Lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah yang didalamnya

terdapat teman sebaya merupakan bagian dari ekologi perkembangan.

Permasalahan yang muncul menyangkut komitmen bagi peserta didikkelas X

di SMA dapat terlihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Imaddudin (2008: 78)

tentang profil komitmen belajar peserta didik SMA menunjukkan: a) adanya

keberagaman tingkat komitmen belajar peserta didik, dan b) secara umum baru

sebagian peserta didik (52.66 %) yang mencapai tingkat komitmen belajar tinggi,

44.66 % baru mencapai tingkat perkembangan komitmen sedang; c) dari seluruh

sampel penelitian yang dapat mencapai tingkat komitmen belajar yang optimal atau

sangat tinggi baru mencapai 1.33 % dan 0.66 % yang masih belum optimal atau

(12)

7

Penelitian Lestari (2006:65) menyatakan “aspek-aspek kedisiplinan yang

tergolong tinggi tingkat pelanggarannya adalah aspek sopan santun (93%), kehadiran

(87%), kegiatan belajar (83%), dan keterampilan (71%), sedangkan sisanya tergolong

kedalam kategori sedang yaitu menjaga sarana prasarana (60%) dan dari data aspek

upacara (68%), dengan kata lain tingkat kedisiplinan sangat rendah.”

Aspek kegiatan belajar termasuk peringkat tertinggi ke tiga dalam

pelanggaran yang sering dilakukan peserta didik di sekolah yaitu 83%. Tentu saja,

semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangan, dan disinilah arti

pentingnya komitmen belajar pada diri peserta didik. Data yang dipaparkan di atas

menunjukkan rendahnya mutu pendidikan nasional yang disebabkan oleh rendahnya

komitmen belajar peserta didik. Artinya, jika peserta didik yang memiliki komitmen

belajar tinggi cenderung akan melakukan proses pembelajaran yang berkualitas

dengan hasil yang optimal.

Molly Lee (Handayani, 2007: 1) menyatakan:

Komitmen belajar sangat menentukan proses dan hasil belajar, artinya anak yang komitmen belajarnya tinggi cenderung melakukan proses pembelajaran yang berkualitas dan pembelajaran yang berkualitas memungkinkan tercapainya hasil belajar yang optimal.

Oleh karena itu, lingkungan pendidikan harus mampu menstimulasi peserta

didik untuk bisa mengembangkan potensi diri dan menumbuhkan komitmen belajar

sehingga peserta didik dapat mencapai tugas perkembangan secara optimal dan

meraih prestasi yang bagus.

Mencermati pentingya komitmen belajarmaka penelitian difokuskan pada

upaya untuk mengembangkan komitmen dalam belajar peserta didik SMA. Dari

paparan di atas, maka perlu dilakukan penelitian secara empiris mengenai Profil

Komitmen Belajar Peserta Didik dan Implikasinya Bagi Layanan Dasar

(13)

8

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Masa remaja merupakan suatau tahap dimana terjadi perubahan-perubahan

yang signifikan dalam diri individu dimana masa remaja merupakan masa transisi

dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa

dewasa. Menurut Dreyer (Imaddudin, 2008: 8)‘identity formation in adolescent can

be encoraged and promoted by surrounding them with educational environment that

stimulate exploration and commitment.’ Pembentukan identitas masa remaja dapat

dibantu dengan memberikan dorongan melalui lingkungan pendidikan yang dapat

memberikan stimulasi dalam proses eksplorasi diri dan pembentukan komitmen.

Komitmen dapat diartikan sebagai sikap yang stabil terhadap satu tujuan yang

akan dicapai dan diwujudkan dengan aktivitas yang mendukung. Konsep ini senada

dengan pendapat Marcia (1993: 181) yang menyatakan bahwa “komitmen merujuk

pada investasi yang stabil terhadap satu tujuan, nilai dan kepercayaan yang

dibuktikan dengan aktivitas yang mendukung.”

Selanjutnya Marcia (1993:164) mengemukakan:

Keberadaan komitmen pada diri individu ditandai dengan adanya keteguhan dalam menetukan keputusan, dan senantiasa keputusan itu dipegang kuat, sehingga individu cenderung mempunyai prinsip hidup yang tidak mudah berubah, kecuali dengan pertimbangan yang sangat matang.

Komitmen dalam perkembangan remaja berhubungan dengan proses pencarian

serta pencapaian identitas remaja. Marcia (Archer, 1994: 17) menyatakan „pencapaian

status identitas idealnya ditempuh remaja dengan cara penetapan komitmen setelah

melalui eksplorasi terhadap berbagai alternatif yang ada dan komitmen merupakan kulminasi dari proses eksplorasi.‟

Dengan demikian, remaja yang telah memiliki kejelasan identitas adalah

remaja yang telah matang menentukan peluang yang dapat mereka raih serta serta

(14)

9

Selanjutnya Marcia (1993: 206–211) menyatakan:

Tingkat komitmen remaja ditunjukkan oleh sejauh mana keteguhan dalam pendirian remaja itu terhadap domain topik identitas sebagaimana direfleksikan oleh keluasan dan kedalaman aktivitas aspek: (1) knowledgeability, (2) activity directed toward implementing the chosen identity element, (3) emotional tone, (4) identification with significant other, (5) projecting one’s personal future, dan (6) resistance to being swayed.

Remaja harus memiliki komitmen terhadap penetapan tujuan dalam hidup

yang akan memberikan arahan serta kejelasan bentuk upaya dalam usaha mencapai

tujuan hidupnya.

Bandura (2006: 10) mengungkapkan:

Komitmen penting dimiliki oleh remaja “Adolescents need to commit themselves to goals that give them purpose and a sense of accomplishment. Without personal commitment to something worth doing, they are unmotivated, bored, or cynical. They become dependent on extrinsic sources of stimulation.

Tanpa ada komitmen para remaja akan kurang termotivasi, bosan dan merasa

pesimis terhadap apa yang akan mereka kerjakan. Bahkan sangat mungkin remaja

akan bergantung pada sumber stimulasi eksternal.

Pada proses kegiatan belajar mengajar Syamsudin (2007: 165) menjelaskan

terdapat beberapa komponen yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar yaitu: (1)

kapasitas (IQ); (2) bakat khusus; (3) motivasi; (4) minat; (5) kematangan kesiapan;

(6) sikap kebiasaan, dll. Komitmen merupakan salah satu faktor penunjang pada

komponen kematangan kesiapan yang akan menunjang proses kegiatan belajar

mengajar.

Bagi remaja, komitmen diperlukan dalam proses belajar. Komitmen belajar

merupakan sikap yang stabil terhadap satu tujuan belajar yang akan dicapai

diwujudkan dengan aktivitas belajar yang optimal. Selain itu komitmen belajar

merupakan salah satu aspek penting dalam proses belajar, karena dengan adanya

komitmen dalam proses belajar akan muncul motivasi berprestasi,kepercayaan

(15)

10

Berdasarkan pemaparan latar belakang dan identifikasi masalah, diperoleh sebuah

pertanyaan umum sebagai arahan perumusan masalah dalam penelitian, yaitu:seperti

apa gambaran umum komitmen belajar dan bagaimana implikasinya bagi layanan

bimbingan dan konseling ?

Dari pertanyaan umum ini, diturunkan menjadi dua pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimana profil komitmen belajar pererta didikkelas X di SMA PGRI 1

Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ?

2. Bagaimana rancanganlayanan dasar bimbingan dan konseling untuk

mengembangkan komitmen belajar peserta didik kelas X di SMA PGRI 1

Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil komitmen belajar peserta

didik dan implikasinya bagi bimbingan dan konseling di SMA PGRI 1 Bandung

Tahun Ajaran 2012/2013.

Untuk lebih spesifiknya tujuan dari penilitian ini adalah mengungkap dan

menganalisis data tentang:

1. Mendapatkan profil komitmen belajar pererta didikkelas X di SMA PGRI 1

Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

2. Memperolehrancangan layanan dasar bimbingan dan konseling untuk

mengembangkan komitmen belajar peserta didik kelas X di SMA PGRI 1

(16)

11

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ditinjau dari manfaat teoritis dan praktis adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis peneliti diharapkan memberikan gambaran dan menambah

wawasan dalam bimbingan dan konseling khususnya terhadap komitmen belajar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pererta didik, pererta didik dapat menumbuhkan dan

mengembangkan komitmen dalam belajar.

b. Bagi pihak sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan dalam penyelenggara bimbingan dan konseling di sekolah untuk

lebih memperhatikan komitmen belajar pererta didik dan hasil penelitian

ini dapat digunakan sebagai bahan masukan positif bagi sekolah,

khususnya dalam mengembangkan komitmen belajar peserta didik.

c. Bagi guru bimbingan dan konseling di sekolah, profil komitmen belajar

ini diharapkan dapat memberikan layanan yang berkualitas untuk

membantu pererta didik dalam meningkatkan komitmen belajar sehingga

pencapaian hasil belajar yang optimal dapat tercapai.

d. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan

mengenai permasalahan tentang komitmen belajar yang signifikan untuk

dikaji pada peneliti selanjutnya.

E. Metode Penelitian

1. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan yang

memungkinkan dilakukannya pencatatan dan analisis data hasil penelitian secara

eksak dengan menggunakan perhitungan statistik mengenai salah satu strategi

(17)

12

memudahkan proses analisis dan penafsirannya dengan menggunakan

perhitungan-perhitungan statistik.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif. Metode deskriptif

digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada

yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian.

2. Populasi

Penelitian profil komitmen belajar dilakukan padaKelas X Sekolah Menengah

Atas PGRI 1 Bandung tahun ajaran 2012/2013.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan instrumen, instrumen yang

digunakan yaitu dalam bentuk angket. Untuk mengetahui tingkat komitmen

belajarpeserta didik, peneliti mengkonstruksi instrumennya sendiri sesuai dengan

kebutuhan.

4. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah untuk distribusi

frekuensi peneliti membakukan ke skor Z yang selanjutnya mengkonversikan ke skor

T dan untuk profil peneliti menggunakan teknik pengolahan data menggunakan

statistik sederhana berupa persentase.

F. Struktur Penulisan

Laporan penelitian ini akan berbentuk skripsi yang dijabarkan menjadi lima

bab, yaitu:

Bab I Pendahuluan, yaitu meliputi latar belakang penelitian, identifikasi dan

perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian,

dan sistematika penulisan.

Bab II Kajian Teori, yang meliputi konsep belajar, konsep komitmen belajardan

(18)

13

Bab III Metode penelitian, meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian,

metode dan teknik penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian,

proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data serta analisis

data.

Bab IV Pelaksanaan dan hasil-hasil penelitian, meliputi pengolahan atau analisis

data dan pembahasan hasil penelitian.

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA PGRI 1 Bandung, yang bertempat di Jl.

Sukagalih no.80 Bandung. Pemilihan lokasi penelitian didasari yakni belum

tersedianya layanan bimbingan dan konseling yang secara khusus difokuskan

untuk mengembangkan komitmen belajar peserta didik di SMA PGRI 1 Bandung.

Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMA PGRI 1

Bandung tahun ajaran 2012-2013. Adapun populasi dalam penelitian ini ialah

seluruh peserta didik kelas X yang berjumlah 154 orang, dengan rincian sebagai

berikut:

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No Kelas Jumlah Peserta Didik

1 X-1 38

2 X-2 40

3 X-3 40

4 X-1 37

Jumlah

Total 154

Alasan pemilihan populasi terhadap kelas X dikarenakan peserta didik kelas

X secara umum masih berada dalam masa peralihan perilaku dari SMP ke SMA

peserta didik kelas X berada pada rentang usia 15-16 tahun dalam lingkup

psikologi perkembangan individu pada saat ini memasuki masa remaja tengah,

pengembangan komitmen belajar idealnya dikembangkan sejak awal sebagai

bentuk kesiapan belajar dan komitmen belajar sangat menentukan proses dan hasil

(20)

38

memasuki jenjang sekolah menengah atas di asumsikan dapat membantu peserta

didik mencapai tujuan belajar dengan lebih efektif.

Berdasarkan kerangka pikir tersebut peserta didik kelas X dianggap dapat

mewakili profil umum bidang akademik mengenai komitmen belajarnya.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

penelitian deskriptif. Setyosari (2010: 33) mendefinisikan penelitian deskriptif adalah “penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan

variabel-variabel yang bisa dijelaskan dengan angka maupun kata-kata”

Metode deskriptif dalam penelitian yang dilakukan digunakan untuk

mendeskripsikan atau menjelaskan kondisi obejktif mengenai komitmen belajar

peserta didik kelas X SMA PGRI 1 Bandung tahun ajaran 2012-2013. Pada

akhirnya deskripsi yang diperoleh dari pengambilan data lapangan mengenai

komitmen belajar peserta didik merupakan dasar bagi pengembangan layanan

dasar bimbingan belajar dalam rangka sebagai upaya untuk meningkatkan

komitmen belajar peserta didik ke arah yang lebih positif, sehingga tujuan akhir

dari penelitian adalah tersusunnya rumusan layanan dasar bimbingan dan

konseling untuk mengembangkan komitmen belajar peserta didik kelas X SMA

PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.

Berdasarkan tujuan dari penelitian yang dilakukan, maka pelaksanaan

penelitian dilakukan hingga tersusunnya layanan dasar serta revisi layanan dasar

tersebut, tanpa diujicobakan kepada peserta didik, secara lebih rinci berikut alur

(21)

39

TAHAP 1

Kajian Teoretis

1. Konsep Dasar Belajar 2. Komitmen Belajar 3. Kosep Dasar Remaja

Bagan 3.1

Alur penelitian untuk mengembangkankan komitmen belajar

Tahap pertama, penelitian dimulai dengan melakukan kajian secara teoritris

mengenai permasalahan yang diteliti, baik itu mengenai konsep dasar belajar,

konsep dasar komitmen belajar dan konsep dasar remaja.

Tahap kedua, kegiatan penelitian difokuskan untuk mengkaji profil komitmen

belajar peserta didik kelas X di SMA PGRI 1 bnadung Tahun Ajaran 2012-2013.

Kajian empiris dilakukan dengan mengidentifikasi gambaran komitmen belajar

dengan melakukan penyebaran instrumen berupa angket komitmen belajar pada

peserta didik.

Tahap ketiga adalah pengembangan layanan dasar untuk mengembangkan

komitmen belajar peserta didik. Pengembangan layanan dasar dilakukan TAHAP 2

Kajian Empiris

Komitmen belajar Peserta Didik Kelas X SMA PGRI 1

Bandung

TAHAP 3

Pengembangan Rancangan Layanan dasar untuk Mengembangkan Komitmen Belajar Peserta Didik

(22)

40

berdasarkan kajian mengenai profil komitmen belajar peserta didik kelas X di

SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.

C.Definisi Operasional

Secara etimologis istilah komitmen berasal dari bahasa Inggris to commite

(verb) -- commitment (noun) yang merujuk pada pengertian earnestness,

seriousness, sincerity, yakni kesungguhan seseorang dalam melakukan sesuatu

(Espeland&Verdick, 2005: 1). Kesungguhan tersebut merupakan wujud kesetiaan

dalam melakukan sesuatu. Istilah komitmen dalam The American Heritage

Dictionary of the English Language (Imaddudin, 2008: 28) diartikan sebagai “ the

state of being bound emotionally or intellectually to a course of action or to

another person or person”. Keadaan yang mengikat individu secara emosional

atau intelektual untuk melakukan suatu tindakan. Dalam Thesaurus, komitmen

merupakan “the trait of sincere and steadfast fixity of purpose”. Ciri kesungguhan

dan ketetapan untuk mencapai tujuan.

Komitmen menurut Goleman (Imaddudin, 2008: 63) adalah „ikrar

melakukan sesuatu aktivitas yang bermanfaat dengan sungguh-sungguh, tekun, dan bertanggung jawab.‟

New Webster‟s New World Dictionary (Imaddudin, 2008: 63) mengulas

beberapa makna dari komitmen, antara lain : a pledge to do something; dedication

to a long-term action; engagement; involvement.

Berdasarkan definisi di atas komitmen menyiratkan beberapa komponen

yang tercakup dalam pengertian yaitu: 1) niat dan kesunguhan (keterikatan secara

intelektual dan emosional) dalam melakukan aktifitas, 2) tanggung jawab, 3)

dedikasi, 4) perjanjian dan 5) keterlibatan.

Hal diatas senada dengan Marcia et al. (1993: 206–211) bahwa komitmen

adalah keteguhan pada satu tujuan, nilai dan kepercayaan yang ditunjukan dengan

aktivitas yang mendukung. Tingkat komitmen individu dapat ditunjukkan oleh

(23)

41

directed toward implementing the chosen identity element, (3) emotional tone, (4) identification with significant other, (5) projecting one’s personal future, dan (6) resistance to being swayed.

Espeland&Verdick (2005: 1) memaparkan bahwa “ a commitment is a

promise you make to your self or someone else. A commitment to learning is a

promise to do your best in school, learn new things, do your homework, care

about teachers, and read – not just when you have to, but because you want to.

Komitmen adalah janji terhadap diri dan atau orang lain. Komitmen belajar

adalah sebuah janji untuk melakukan dan menunjukan hal terbaik di sekolah,

mempelajari hal yang baru, mengerjakan tugas, menunjukan kepedulian dan

perhatian kepada para guru, dan membaca bukan hanya karena merasa harus, akan

tetapi karena merasa butuh dan menyukainya.

Devinisi operasional variabel komitmen belajar dalam penelitian adalah

respon peserta didik yang menunjukan Knowledgeability, Need for Achievment,

Emotions Abillity, Identification With Significant Other, Projecting One’s

Personal Future, yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Knowledgeability, kemampuan untuk mengetahui potensi diri dan informasi

sumber belajar yang dipergunakan untuk kepentingan belajar.

2. Need for Achievment, memiliki aktivitas yang terarah pada tujuan yang

realistik dan usaha untuk merealisasikan pencapaian prestasi.

3. Emotions Abillity, kemampuan menghadapi stres dan kemampuan

mengendalikan amarah dengan tepat dalam proses pembelajaran

4. Identification With Significant Other, memiliki keterampilan mengidentifikasi

orang lain yang dianggap sukses dalam belajar dan dapat mengidentifikasikan

diri terhadap prilaku orang lain yang dianggap sukses dalam belajar.

5. Projecting One’s Personal Future, memiliki rencana masa depan dalam

(24)

42

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu angket

atau kuesioner. Angket atau kuisioner pengungkap komitmen belajar peserta didik

dirancang berjumlah 52 item pernyataan dan disebarkan pada seluruh peserta

didik kelas X.

1. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen Penelitian

a. Pengembangan Kisi-kisi Angket Komitmen Belajar Peserta Didik

Angket atau kuisioner komitmen belajar peserta didik dikembangkan

berdasarkan definisi operasional variabel. Angket berisi pernyataan mengenai

aspek-aspek komitmen belajar merujuk pada konsep yang dikembangkan oleh

Marcia et.al . (1993: 206–211) Tingkat komitmen individu dapat ditunjukkan

oleh sejauh mana keluasan dan kedalaman aspek: (1) knowledgeability, (2)

activity directed toward implementing the chosen identity element, (3) emotional tone, (4) identification with significant other, (5) projecting one’s personal future, dan (6) resistance to being swayed. Berikut disajikan dalam tabel

kisi-kisi angket pengungkap komitmen belajar peserta didik.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Angket Pengungkap Komitmen Belajar Peserta Didik

No

ASPEK INDIKATOR JML

ITEM PERNYATAAN (+) (-) 1. Knowledgeability (kemampuan mengaktualiasasi kan sejumlah informasi yang terkait dengan diri, sumber belajar lain yang dapat menunjang pencapaian tujuan atau pilihan yang telah ditetapkan)

a. Kampuan untuk mengetahui informasi sumber belajar yang dapat menunjang pencapaian prestasi.

4 1 ,2 3, 4

b. Kemampuan mengetahui potensi diri dalam belajar

(25)

43

No

ASPEK INDIKATOR JML

ITEM

PERNYATAAN

(+) (-)

2. Need for

Achievment (suatu dorongan dalam ciri seseorang untuk melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji) c. d.

e. Memiliki aktivitas yang

terarah pada pencapaian tujuan yang realistik dalam belajar

4 10, 11 12, 13

f. g.

h. Usaha untuk merealisasikan

pencapaian prestasi. 4

14, 15,

16 17

3. Emotions Abillity

(berbagai perasaan (suasana hati) dalam kaitannya dengan penetapan keputusan sampai pada tahap implementasi kepetusan tersebut) i. j.

k. Memiliki kemampuan menghadapi stres l.

4 18, 19 20,21

m.

n. Kemampuan mengendalikan amarah dengan tepat dalam

proses pembelajaran 3 22 23 , 24

4. Identification

With Significant Other (kemampuan peserta didik mengidentifikasi orang yang dianggap penting atau tokoh panutan dan mengetahui sejauh mana tokoh tersebut mempengaruhi dirinya secara signifikan)

o. Kemampuan mengidentifikasi orang-orang yang dianggap sukses dalam belajar

4 25,26 27, 28

p. q. r.

s. Mengidentifikasikan diri terhadap orang-orang yang dianggap sukses dalam belajar

(26)

44

No

ASPEK INDIKATOR JML

ITEM

PERNYATAAN

(+) (-)

5. Projecting One’s

Personal Future (kemampuan peserta didik memproyeksikan/ merencanakan masa depan, dan merancang berbagai aktivitas dalam jangka waktu tertentu dengan tetap konsisten dengan tujuan yang telah ditetapkan)

t.

u. Memiliki rencana masa depan

dalam pendidikan 6 32,33,34 35,36,37

v. Konsisten dengan pencapaian

tujuan pembelajaran 3 38,39,40

2. Pedoman Penyekoran (scoring)

a. Instrumen Komitmen Belajar Peserta Didik

Instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat, item pernyataan

komitmen belajar peserta didik dalam bentuk pilihan. Skala pengukuran yang

digunakan menggunakan skala sikap Likert.

Penggunaan skala Likert biasanya digunakan untuk pernyataan dan jumlah

besar di mana skala nilai psycological continuum tidak diketahui, maka di dalam

memberi respons, subjek diizinkan memberi jawaban dalam lima kategori: a)

Sangat Setuju, b) Setuju, c) Bingung, d) Tidak Setuju, dan e) Sangat Tidak Setuju.

di dalam mengkontrukskian skala sikap Azwar (2011: 144) menyatakan

(27)

45

Angka 0 atau angka 1 semua dapat dipilih sebagai titik awal asalkan semua

pernyataan dalam Skala Sikap yang bersangkutan diperlakukan sama sehingga

peneliti memiliki sebaran (range) nilai skala pada kontinum yang sama.

Prosedur penskalaan dengan metode rating yang dijumlahkan didasari oleh

dua asumsi, yaitu:

a. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai

termasuk pernyataan yang favorable atau pernyataan yang tidak

favorable.

b. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus

diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi dari pada jawaban yang diberikan

oleh responden yang mempunyai sikap negatif

(Azwar, 2011: 139)

Jawaban favorable adalah respon setuju terhadap pernyataan yang

favorable dan respon yang tidak setuju terhadap pernyataan yang tidak-favorabel.

Jawaban tidak favorable adalah respon setuju terhadap pernyataan yang tidak

favorabel. Azwar (2011: 141) menyatakan tujuan penentuan skala dengan deviasi normal adalah “untuk memberikan bobot yang tertinggi bagi kategori jawaban yang paling favorable dan memberikan bobot rendah bagi kategori jawaban yang

tidak favorable.”

Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam

kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar

atribut yang diukur. Adapun kriteria penyekoran untuk mendapatkan skor angket

komitmen belajar peserta didik dapat dilihat pada tabel 3.3

Tabel 3.3

Ketentuan Pemberian Skor Instrumen Pengungkap Komitmen belajar

Pernyataan Skor

S S S B T S S T S

Positif 5 4 3 2 1

(28)

46

3. Uji Coba Alat Pengumpul Data

a. Uji Kelayakan Instrumen

Instrumen komitmen belajar peserta didik yang telah disusun terlebih dahulu

dilakukan uji kelayakan instrumen (judgement). Penimbangan dilakukan oleh

dosen ahli yaitu dosen dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.

Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari

segi bahasa, konstruk, dan konten, yakni kesesuaian item pernyataan yang telah

disusun dengan landasan teoritis dan ketepatan bahasa yang digunakan, dilihat

dari sudut bahasa baku dan subjek yang memberikan respon.

Instrumen ditimbang oleh tiga orang dosen jurusan PPB FIP UPI yaitu 1) Dr.

H. Mubiar Agustin, M.Pd, 2) Dra. SA. Lily Nurlillah, M.Pd, 3) Drs. Sudaryat

Nurdin Akhmad dan 4) Yusi Riksa Yustiana, M.Pd

Table 3.4

Hasil Penimbangan Angket Pengungkap Komitmen Belajar

Hasil Penimbangan Pakar Nomor Item Jumlah

Dipakai 7, 8, 9, 11, 12, 16, 17, 18,

20, 22, 23, 24, 25, 26, 29,

30, 31, 32, 33, 34, 35, 36,

37, 38, 39, 40, 41, 42, 43,

44, 45, 46, 47, 48, 49, 50,

51, 52

38

Direvisi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 10, 13, 14,

15, 19, 21, 27, 28

14

Dibuang - -

(29)

47

b. Uji Keterbacaan

Sebelum instrument komitmen belajar peserta didik diuji secara empiris,

instrument terlebih dahulu diuji keterbacaan kepada sampel setara yaitu 9 orang

peserta didik kelas X SMA untuk mengukur keterbacaan instrumen. Uji

keterbacaan dilakukan agar dapat memperbaiki redaksi kata yang sulit dipahami

oleh subjek penelitian. Setelaj uji keterbacaan pernyataan-pernyataan yang tidak

dipahami kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan, sehingga dapat dimengerti

oleh peserta didik kelas X SMA PGRI 1 Bandung.

c. Uji Validitas dan Reliabilitas

1) Uji Validitas

Pengujian validitas yang dilakukan dalam penelitian melibatkan seluruh item

yang terdapat dalam angket pengungkap komitmen belajar peserta didik.

Sugiyono (2010: 267) mengungkapkan “uji validitas alat pengumpulan data

dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian

dapat digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur”. Semakin tinggi nilai

validasi maka menunjukan semakin valid instrumen yang akan digunakan.

Pengujian validitas yang dilakukan dalam penelitian adalah dengan

mengkorelasikan skor butir dengan skor total. Pengolahan data dalam penelitian

dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Validitas item

dilakukan dengan menggunakan prosedur pengujian Spearmen Brown.

Adapun data yang digunakan untuk mengukur validitas item, merupakan data

hasil penyebaran instrumen. Dengan kata lain, penyebaran instrumen

dilaksanakan sekaligus untuk menguji validitas item (built-in).

Berdasarkan hasil pengolahan data, hasil uji validitas menunjukan dari 52

butir item pernyataan dari angket komitmen belajar peserta didik, terdapat 12 butir

item yang dinyatakan tidak valid. Koefisien korelasi yang digunakan dalam

(30)

48

jika minimalnya koefisien korelasi 0.30”. Oleh karena itu dalam penelitian ini suatu item dikatakan valid jika koefisien korelasinya minimal 0. Hasil item-item

[image:30.595.107.517.218.453.2]

pernyataan validasi disajikan pada table 3.5

Table 3.5

Hasil Uji Validitas Komitmen Belajar Peserta Didik

Kesimpulan Item Jumlah

Jumlah Awal 52

Dipakai 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 15, 16,

17, 18, 19, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 30,

31, 32, 33, 34, 36, 37, 38, 40, 41, 42,

43, 44, 45, 46, 47, 48, 49

40

Dibuang 3, 11, 14, 20, 24, 28, 29, 35, 39, 50, 51,

52

12

2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas instrumen menunjukkan sejauh mana instrumen yang digunakan

tersebut dapat dipercaya atau derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh

oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda.

Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah metode Alpha. Untuk

mengetahui tingkat reliabilitas instrumen dalam penelitian dengan taraf

signifikansi 5% diolah dengan metode statistika memanfaatkan program komputer

(31)

49

Sebagai tolak ukur, digunakan klasifikasi rentang koefisien reliabilitas

sebagai berikut:

0,00 – 0,199 derajat keterandalan sangat rendah

0,20 – 0,399 derajat keterandalan rendah

0,40 – 0,599 derajat keterandalan cukup

0,60 – 0,799 derajat keterandalan tinggi

0,80 – 1,00 derajat keterandalan sangat tinggi

(Sugiyono, 2011: 257)

Berdasarkan hasil pengujian reabilitas memperlihatkan dari 40 butir item,

menunjukan koefisien reabilitas (konsistensi interval) instrument komitmen

belajar sebesar 0,938. Artinya, tingkat korelasi dan derajat instrument komitmen

belajar berada pada kategori sangat tinggi hal ini menunjukkan bahwa instrumen

yang dibuat tidak perlu direvisi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu data mengenai komitmen belajar

peserta didik Kelas X SMA PGRI 1 Bandung. Angket yang digunakan adalah

angket terstruktur dengan bentuk jawaban tertutup. Responden hanya perlu

menjawab pernyataan dengan cara memilih alternatif respon yang telah disediakan

dengan alternatif jawaban SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), B (Bingung), TS (Tidak

Sesuai) dan STS (Sangat Tidak Sesuai).

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan penyebaran alat

pengumpul data berupa angket untuk mengumpulkan data mengenai gambaran

komitmen belajar peserta didik kelas X SMA PGRI 1 Bandung. Pengumpulan

data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mempersiapkan kelengkapan instrumen dan petunjuk pengerjaan instrumen.

2. Mengecek kesiapan peserta didik.

3. Membacakan petunjuk dan mempersilahkan peserta didik untuk mengisi angket

(32)

50

4. Mengumpulkan kembali angket yang telah selesai diisi serta mengecek

kelengkapan identitas dan kelengkapan jawaban para peserta didik.

F. Analisis data

1. Verifikasi Data

Verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi data yang dianggap layak untuk

diolah. Tahapan verifikasi data yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai

berikut.

a. Melakukan pengecekan jumlah instrumen yang telah terkumpul.

b. Melakukan tabulasi data yaitu perekapan data yang diperoleh dari peserta didik

dengan melakukan penyekoran sesuai dengan tahapan penyekoran yang telah

ditetapkan.

c. Setelah tabulasi data maka dilanjutkan dengan melakukan perhitungan statistik

sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

2. Penetapan penyekoran Instrumen

Perhitungan skor komitmen belajar peserta didik adalah dengan

menjumlahkan seluruh skor dari tiap-tiap pertanyaan sehingga didapatkan skor

total komitmen belajar. Data yang telah terkumpul dari responden selanjutnya

dibagi ke dalam lima kategori komitmen belajar dengan menggunakan katagori

tinggi sekali, tinggi, sedang, rendah dan rendah sekali yang diperoleh melalui

konversi skor mentah menjadi skor T dengan menggunakan langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Menghitung skor total masing-masing responden.

2) Mengkonversi skor responden menjadi skor baku, dengan rumus:

Keterangan : � = skor responden yang hendak diubah menjadi skor T

� = rata-rata skor kelompok

(33)

51

3) Mengkonversi skor baku menjadi skor matang, dengan rumus:

Keterangan : Skor T = Skor T atau skor matang yang dicari

50 = konstanta nilai tengah sebagai rata-rata

10 = konstanta standar deviasi (Azwar, 2011: 156)

4) Mengelompokan data menjadi lima kategori dengan pedoman sebagai

[image:33.595.116.510.141.608.2]

berikut

Tabel 3.7 Konversi Skor T

Skala Skor T Kategori Skor

x ≥ μ + 1.5 ơ Tinggi Sekali

μ –1.5 ơ < x < μ + 1.5 ơ Tinggi

μ –1.5 ơ < x < μ + 0.5 ơ Sedang

μ - 0.5 ơ < x < μ + 0.5 ơ Rendah

x ≤ μ –0.5 ơ Rendah Sekali

(Azwar, 2011: 108)

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, pengelompokan data untuk gambaran

komitmen belajar sebagai berikut.

Tabel 3.8

Kualifikasi Skor Komitmen Belajar Peserta Didik

No. Skala Skor T Kategori Komitmen

Belajar

1. ≥ 66 Tinggi Sekali

2. 56 – 65 Tinggi

3. 46 – 55 Sedang

4. 36 – 45 Rendah

5. ≤ 35 Rendah Sekali

5) Menghitung tingkat komitmen belajar peserta didik dengan menggunakan

rumus:

Keterangan : rata-rata skor = rata-rata skor yang diperoleh

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkanhasilpenelitiandanpembahasanyang

berhubungandengangambarankomitmenbelajardalamrancanganlayanandasarbimbi

ngandankonselinguntukmengembangkankomitmenbelajarpesertadidikkelas X

SMA PGRI 1 Bandung, makadapatdisimpulkansebagaiberikut:

1. Secaraumumtingkatkomitmenbelajarpesertadidikkelas X SMA PGRI 1

Bandungberadapadakategoritinggidalamkomitmenbelajar yang

artinyapesertadidikkelas X SMA PGRI 1 Bandung

cukupmemilikiKemampuan untuk

menggalipotensidiridaninformasisumberbelajar yang

dipergunakanuntukkepentinganbelajar, memilikiaktivitas yang

terarahpadatujuan yang

realistikdanusahauntukmerealisasikanpencapaianprestasi,

kemampuanmenghadapistresdankemampuanmengendalikanamarahdengantepa

tdalam proses pembelajaran, memiliki keterampilan mengidentifikasi orang

lain yang dianggap

suksesdalambelajardandapatmengidentifikasikandiriterhadapprilaku orang lain

yang dianggapsuksesdalambelajar, memilikirencana masa depan

dalampendidikansertakonsistendenganpencapaiantujuanpembelajaran.Namun

meskipundemikianmasihterdapatkeberagamantingkatketercapaianhalinidiseba

bkanpesertadidikbelumseluruhnyamencapaitingkatkomitmenbelajar yang

optimal padasetiapaspekdanindikatornya.

2. Hasilakhirpenelitianiniyaitutersusunnyalayanandasarbimbingandankonselingu

ntukmengembangkankomitmenbelajarpesertadidikkelas X SMA PGRI 1

Bandung. Secaraumumtingkatketercapaiankomitmenbelajarpesertadidikkelas

X di SMA PGRI 1 Bandung termasukkategoritinggi,

(35)

88

didik yang belum optimal,

selainitujugauntukmempertahankandanmengembangkankomitmenbelajarpeser

tadidik.

B. Rekomendasi

Berdasarkanhasilpenelitian yang telahdilakukan,

berikutinibeberaparekomendasi yang diharapkandapatmemberikanmasukan yang

bermanfaat.

1. Bagi Guru BimbingandanKonseling

Hasilpenelitianmenunjukkanbahwatingkatkomitmenbelajarsecaraumumter

masukkedalamkategoritinggi.Namundalamsetiapaspekdanindikatorterdapattingkat

perkembangan yang berbeda,

artinyapesertadidikbelumseluruhnyadapatmencapaikomitmenbelajar yang optimal

padasetiapaspekdanindikatornya.

ProfilperilakukomitmenbelajarapesertadidikSekolahMenengahAtas yang

dihasilkanpenelitianinimerupakansalahsatugambaranperkembanganpesertadidikda

lam proses pembelajaran

Bagipelaksanalayanan BK SMA PGRI 1 Bandung,

Profiltersebutdapatdimanfaatkansebagaisalahsatutimbangandalamoptimalisasilaya

nanbimbingandankonseling di SMA PGRI 1 Bandung.

Padapenelitianini, disampaikanrekomendasikepadapihakpelaksanalayanan

BK SMA PGRI 1 Bandung

beruparumusanlayanandasarbimbingandankonselinguntukmengembangkankomit

menbelajarpesertadidiksekolahmenengahatas.Masihdiperlukan basis empiris,

suprastrukturdaninfrastruktur yang

memadaiuntukmendukungditerapkannyarumusanlayanandasartersebut.Untukitu,

pihak BK SMA PGRI 1 Bandung disarankan agar

menempuhtigalangkahsebagaiberikutini.

a. PelaksananLayanan BK SMA PGRI 1 Bandung

memverifikasisecaramenyeluruhprofilkomitmenbelajarpesertadidik yang

(36)

89

b. PelaksananLayanan BK SMA PGRI 1 Bandung

Bandungmelakukanpengukurantingkatkomitmenbelajarpadasetiapjenjangseba

gaianalisiskebutuhanpenunjang.

2. BagiPenelitiSelanjutnya

Keterbatasan proses

danhasilpenelitianinitidakdapatdipisahkandariketerbatasanpenyusunskripsidalam

mengelolakegiatanpenelitian. Olehkarenaitu,

kepadapenelitiselanjutnyadirekomendasikanuntuk :

a. Membandingkangambaranumumtingkatkomitmenbelajarpesertadidiksekol

ahmenengahataspadasetiapjenjangkelas, jeniskelaminsertatingkatprestasi,

sehinggagambaran yang dihasilkancenderungdinamisdanmenyeluruh.

b. Menggunakanpendekatandanmetodepenelitian yang lebihberagam.

Sejauhini, cukupsulitmenemukanhasil-hasilpenelitian yang

khususmengenaikomitmenbelajarpadasetiapjenjangpendidikan (SD, SMP,

(37)

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaran Bimbingan dan. Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung.

Archer, S.L. (editor),. (1994). Interventions for Adolescent Identity Development. London: Sage.

Azwar, S. 2011. PenyusunanSkalaPsikologi. Yogyakarta: PustakaBelajar.

Azwar, S.2011. SikapManusia (TeoridanPengukurannya). Yogyakarta: PustakaBelajar.

Bandura. (2006). Self-efficacy beliefs of adolescents [online]. Tersediadi : books.google.com. (12062012).

Connecticut School Counselor Association(2000).Connecticut Comprehensive School Counseling Program.Connecticut : CSCA incorporation with CACES and CSDE

Dahar,R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

DepartemenPendidikanNasional (2007).

PenataanPendidikanProfesionalKonselordanLayananBimbingandanKonse lingdalamJalurPendidikan Formal.Bandung :JurusanPsikologiPendidikan FIP UPI Bandung Bekerjasamadengan PB. ABKIN.

Deswita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Dimyati&Mudjiono.(2002). BelajardanPembelajaran. Jakarta: PT RinekaCipta.

Djamarah, B.S. (2002). PsikologiBelajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Espeland,P&Verdick, E. (2005). Loving to Learn The Commitment to Learning Assets, The Adding Assets Series for Kids. Minneapolis : Free Spirit Publisher.

Handayani, L. (2007). Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Komitmen Belajar Siswa. Skripsi : PPB FIP UPI.

(38)

Jumhana, N. (2004). HubunganPolaInteraksiDosenPembimbingDalam Proses

BimbinganAkademikDenganKemandirian Dan

KomitmenBelajarMahasiswa Tuna Netra.Tesispada Program Pascasarjana UPI Bandung :tidakditerbitkan.

Kartini, T. (2004). “Hubungan Pola Interaksi Guru BP dengan Remaja dalam Layanan Bimbingan Karir dan Kemandirian Remaja dengan Eksplorasi

dan Komitmen Identitas Vokasional Remaja AkhirLaporan

penelitian.[online]Tersedia di : www.ditplb.go.id(15052012).

KBBI [online] tersedia di: http://kbbi.web.id /[20062012].

Lestari, M.

(2006).KontribusiDisiplinterhadapKedisiplinanSiswadi.Sekolah.Skripsi PPB FIP UPI Bandung: Tidakditerbitkan.

Mangkunegra.A.P (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : Rosda

Marcia, J.E. et al. (1993), Ego Identity, A Handbook for Psychososial Research, New York: Springer-Verlag.

Morrison, T (2001). Actionable Learning; A Handbook for Capacity Building Through Case Base Learning. Asian Development Bank. Tokyo.

Mu'tadin, Z. (2008). Prilaku Agresi. [Online]. Tersedia: http//:www.e-psikologi.com. [15102012].

Nugraha, A. (2009). Efektivitas Permainan Simulasi Untuk Mengembangkan Komitmen Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas. Skripsi: PPB FIP UPI.

Nurihasan.J. (2005).Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung :Refika Aditama.

Pikiran Rakyat (edisi Minggu, 24 Juni 2007). Naik, Siswa Gagal UN. [Online] Tersedia di : www.pikiranrakyat.com (21042012).

Pulaski Community Partners Coalition (2003).Nurture in young people a

commitment to learning.[online] Tersediadi :www.aboutpcpc.org.

(15042012).

Purwanto,N. (1990). Psikologi Pendidikan, Bandung: CV Remaja Karya.

(39)

Santrock,J.W. 2003. AdolescecePerkembanganRemaja. Jakarta:Erlangga.

Saripah, I. (2006). Program

BimbinganUntukMengembangkanPerilakuPrososialAnak. Tesispada

Program PascaSarjana BK UPI. Bandung: Tidakditerbitkan.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta.

Sugiyono. (2010). MetodePenelitianKuantitatifdanKualitatifdan R & D. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, N.S. (2003). Landasan Psikologis Proses Pendidikan. Bandung : ROSDA.

Surya, M. (1996).PsikologiPembelajaran dan Pengajaran.Bandung : Publikasi Jurusan PPB-FIP UPI Bandung.

Setyosari, P. (2010). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Syamsudin, A.M. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung : RemajaRosdakarya.

Syamsudin, A.M. (2003). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda. Karya.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Th 200.[Online].Tersedia di Http//:www.hukumonline.com.[20112012].

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI.

Willis, S. (2005). Remaja dan Permasalahannya. Rosda: Bandung.

Yusuf, S. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung : Rosda.

Gambar

Tabel 3.1 Populasi Penelitian
Tabel 3.2  Kisi-kisi Angket Pengungkap Komitmen Belajar Peserta Didik
Tabel 3.3 Ketentuan Pemberian Skor Instrumen Pengungkap Komitmen belajar
Table 3.4 Hasil Penimbangan Angket Pengungkap Komitmen Belajar
+3

Referensi

Dokumen terkait

International Conference on Instrumentation, Communication and Information Technology (ICICI) 2005 Proc., August 3 rd -5 th , 2005, Bandung, Indonesia. Table 5 Demodulator

[r]

Tinggi jagaan yang didapatkan dengan memperhatikan faktor-faktor seperti: tinggi jangkauan ombak yang disebabkan oleh angin, tinggi ombak yang disebabkan oleh gempa,

Risiko pasar dalam investasi obligasi ritel Indonesia dapat terhindar jika pembeli obligasi ritel Indonesia di pasar perdana tidak menjual sampai dengan jatuh tempo dan menjual

1144 tahun 2010 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan RI, tugas Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik (Pusat TTK

Buku siswa merupakan buku panduan sekaligus buku aktivitas yang akan memudahkan para siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.. Muatan pembelajaran dalam Buku Siswa ini diikat

_ Dengan ini diumumkan berdasar.kan Surat Penetapan pemenang pengadaan _krysun_g Paket Pgkerlaan Pengadaan Perulatan Panen pokdakan/uFn, rlgiatan. P^e1BembanBan

[r]