• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK BERDASARKAN KELOMPOK PEMINATAN DAN IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING : Studi Deskriptif di Kelas X SMA Negeri 1 Lembang Tahun Pelajaran 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK BERDASARKAN KELOMPOK PEMINATAN DAN IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING : Studi Deskriptif di Kelas X SMA Negeri 1 Lembang Tahun Pelajaran 2013/2014."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh

Listiya Dewi Yuniar 1000863

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PROFIL KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK BERDASARKAN KELOMPOK

PEMINATAN DAN IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN

DAN KONSELING (Studi Deskriptif di Kelas X SMA Negeri 1 Lembang

Tahun Pelajaran 2013/2014)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar

karya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan

cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam

masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko

atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari

ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak

lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juni 2014 Yang membuat pernyataan

(3)

Peminatan dan Implikasinya bagi

Layanan Bimbingan dan Konseling

Oleh Listiya Dewi Yuniar

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Studi Bimbingan dan Konseling

© Listiya Dewi Yuniar 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)

LISTIYA DEWI YUNIAR

PROFIL KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK BERDASARKAN KELOMPOK PEMINATAN DAN IMPLIKASINYA BAGI

LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

(Studi Deskriptif di Kelas X SMA Negeri 1 Lembang Tahun Pelajaran 2013/2014)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M. Pd. NIP : 19520620 198002 1001

Pembimbing II

Dra. Hj. Setiawati, M. Pd NIP : 19621112 198610 2001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(5)

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat/Signifikasi Penelitian ... 9

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 10

BAB II KONSEP KEPRIBADIAN MYERS-BRIGGS TYPE INDICATOR BERDASARKAN PEMINATAN DAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING A. Kepribadian ... 11

B. Peminatan ... 21

C. Layanan Bimbingan dan Konseling ... 26

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sumbjek Penelitian ... 31

(6)

C. Metode Penelitian ... 32

D. Definisi Operasional Variabel ... 33

E. Instrumen Penelitian ... 34

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 40

G. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ... 43

H. Prosedur Penelitian ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitan ... 46

B. Pembahasan ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 72

B. Rekomendasi ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(7)

Tabel 4.1 Hasil Kepribadian Myers Briggs Type Indicator ... 47

Tabel 4.2 Hasil Kepribadian Myers Briggs Type Indicator Peminatan Matematika dan Ilmu Alam ... 54

(8)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Profil Kepribadian Peserta Didik Kelas X ... 46

Grafik 4.2 Kepribadian Introvert ... 48

Grafik 4.3 Kepribadian Ekstrovert ... 49

Grafik 4.4 Kepribadian Sensing ... 49

Grafik 4.5 Kepribadian Intuition ... 50

Grafik 4.6 Kepribadian Thinking ... 51

Grafik 4.7 Kepribadian Feeling ... 52

Grafik 4.8 Kepribadian Judging ... 52

Grafik 4.9 Kepribadian Perceiving ... 53

Grafik 4.10 Kepribadian Myers Briggs Type Indicator Peminatan Matematika dan Ilmu Alam ... 55

Grafik 4.11 Kepribadian Ekstrovert dan Introvert Peminatan Matematika dan Ilmu Alam ... 55

Grafik 4.12 Kepribadian Sensing dan Intuition Peminatan Matematika dan Ilmu Alam ... 56

Grafik 4.13 Kepribadian Thinking and Feeling Peminatan Matematika dan Ilmu Alam ... 57

Grafik 4.14 Kepribadian Judging and Perceiving Peminatan Matematika dan Ilmu Alam ... 57

Grafik 4.15 Kepribadian Myers Briggs Type Indicator Peminatan Ilmu-ilmu Sosial ... 59

Grafik 4.16 Kepribadian Ekstrovert dan Introvert Peminatan Ilmu-ilmu Sosial 60 Grafik 4.17 Kepribadian Sensing dan Intuition Peminatan Ilmu-ilmu Sosial .... 61

Grafik 4.18 Kepribadian Thinking and Feeling Peminatan Ilmu-ilmu Sosial ... 61

(9)

ABSTRAK

PROFIL KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK BERDASARKAN

KELOMPOK PEMINATAN DAN IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING (Studi Deskriptif di Kelas X SMA Negeri 1 Lembang Tahun Pelajaran 2013/2014)

Penelitian didasarkan pada kepribadian yang memiliki pengaruh dalam peminatan yang dipilih peserta didik dan dipandang sebagai sebuah kemampuan baik yang disadari ataupun tidak disadari oleh peserta didik baik dalam proses berpikir, merasa, pengindraan, dan intuisi. Kelompok peminatan di SMA Negeri 1 Lembang terbagi dalam dua kelompok peminatan yakni kelompok Matematika dan Ilmu Alam (MS) dan kelompok Ilmu-Ilmu Sosial (SOS). Subjek penelitian adalah peserta didik kelas X. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok peminatan baik MS ataupun SOS, dan akan berimplikasi pada pembuatan program bimbingan dan konseling pribadi sosial bagi peserta didik dari peminatan MS dan peminatan SOS dalam mengembangkan kepribadiannya. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Instrumen yang digunakan adalah instrumen kepribadian Myers-Briggs Type Indicator. Hasil dari penelitian diperoleh gambaran kepribadian peserta didik dari kelompok peminatan MS yakni

Extroverted thinking with intuiting (ENTJ). Peserta didik kelompok peminatan

SOS diperoleh gambaran kepribadian Extroverted thinking with sensing (ESTJ). Sehingga yang membedakan antara kelompok peminatan MS dan SOS hanya pada aspek intuiting dan sensing. Rekomendasi yang diberikan, yaitu kepada: (1) Guru bimbingan dan konseling sebaiknya menggunakan layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan kepribadian peserta didik. 2) Peneliti selanjutnya, berdasarkan hasil penelitian dapat mengembangkan teknik yang tepat untuk mengembangkan kepribadian peserta didik.

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk mencapai perkembangan yang optimal”(Kartadinata, 2013).

Potensi yang dimaksud oleh Kartadinata meliputi kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan baik

dalam penguasaan IPTEK dan kecakapan berfikir tinggi yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara. “Pendidikan memiliki fungsi pengembangan,

yakni membantu individu mengembangkan diri, peragaman, membantu individu

memilih arah perkembangan yang tepat sesuai dengan potensi dan integrasi,

membawa keragaman ke arah tujuan yang sama sesuai dengan hakikat manusia

untuk menjadi pribadi yang utuh”(Kartadinata, 2011: 57).

Dalam mencapai sebuah tujuan pendidikan diperlukan sebuah kurikulum.

Menurut Mauritz Johnson (Sariono, 2013: 3), kurikulum “prescribes (or at least

anticipaties) the results of instruction”. Kurikulum adalah cara untuk dapat

membawa insan Indonesia memiliki kompetensi sikap, pengetahuan dan

keterampilan sehingga dapat menjadi pribadi yang produktif, kreatif, afektif dan

inovatif. Kurikulum yang sekarang digunakan di Indonesia adalah kurikulum

2013. Menteri Pendidikan Nasional (Jawa Pos, 2013) menyatakan bahwa, “kurikulum 2013 ini bukan hanya penting, tapi juga genting, sangat mendesak untuk dilakukan demi masa depan anak-anak kita”. Pengembangan Kurikulum

2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan baik dari kompetensi

lulusan, materi pembelajaran, proses pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga

pendidik dan pengelolaan kurikulum.

Menurut Kartadinata (2013), “Posisi BK dalam kurikulum 2013 yakni sebagai integrator, proses, diferensiasi dan assessmen”. Posisi sebagai integrator

(11)

tujuan utuh pendidikan nasional. Posisi BK sebagai proses yakni

mendukung perwujudan dan pembelajaran yang mendidik melalaui penerapan

prinsip BK berbasis perkembangan. Posisi BK sebagai diferensiasi yakni sebagai

upaya advokasi, aksebilitas pilihan program BK. “Pelayanan BK merupakan

bagian integral dari kegiatan pendidikan dan implementasi kurikulum 2013 oleh

satuan pendidikan dalam memperkuat proses pembelajaran yang diharapkan

benar-benar mengembangkan potensi dan minat peserta didik” (Wibowo, 2013).

Dalam pengembangan Kurikulum 2013 terdapat perubahan program yang

berkaitan langsung dengan layanan bimbingan dan konseling yakni layanan

peminatan. Layanan peminatan peserta didik merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dan terintegrasi dalam program BK khususnya, dan program

pendidikan di sekolah pada umumnya. Layanan peminatan pada peserta didik

merupakan bagian dari upaya advokasi dan fasilitasi perkembangan peserta didik

agar secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara

sehingga mencapai perkembangan optimal. Untuk mencapai perkembangan

optimal tentunya diperlukan suatu keselarasan atau kolaborasi antara semua aspek

yang dimiliki individu.

Sebelum adanya layanan peminatan, sekolah menggunakan istilah jurusan

dalam melakukan pengelompokan siswa dalam pembelajaran. Dan penjurusan ini

berlangsung di kelas XI. Penjurusan pada tahun 1950-an menggunakan istilah

SMA A (Bahasa), SMA B (Ilmu pasti dan Ilmu alam), dan SMA C (Ilmu Sosial).

Dekade berikutnya berubah menjadi semua SMA membuka ketiga jurusan

tersebut menjadi jurusan Bahasa, IPA, dan IPS. Kemudian pada tahun 1980

penjurusan itu berubah lagi menjadi A1 (Fisika), A2 (Biologi), A3 (Sosial), dan

A4 (Bahasa). Selanjutnya berubah lagi menjadi IPA dan IPS. Dan pada kurikulum

2013, penjurusan disebut dengan peminatan.

Peminatan kelompok mata pelajaran merupakan sarana aktualisasi diri

peserta didik dalam mengembangkan minat dan prestasi peserta didik (Rachman,

(12)

3

yang akan melibatkan serangkaian pengambilan pilihan dan keputusan didasarkan

atas pemahaman potensi diri dan peluang yang ada di lingkungannya. Dalam

konteks ini BK membantu peserta didik untuk memahami diri, menerima,

mengarahkan, mengambil keputusan, merealisasikan keputusannya secara

tanggung jawab agar dapat mencapai perkembangan yang optimal. “Kondisi

perkembangan optimal merupakan kondisi dinamis yang ditandai dengan kesiapan

dan kemampuan individu untuk memperbaiki diri untuk mencapai pribadi yang

berfungsi penuh” (Kartadinata, 2011: 57).

“Implementasi kurikulum 2013 akan dapat menimbulkan masalah bagi peserta didik SMA yang tidak mampu dalam menetapkan pilihan peminatan

secara tepat, sehingga akan menimbulkan kesulitan dan kecenderungan gagal

dalam belajar” (Wibowo, 2013). Penetapan pilihan peminatan kelompok mata

pelajaran hendaknya sesuai dengan kecerdasan, bakat, minat dan kecenderungan

pilihan masing-masing peserta didik agar proses belajar berjalan dengan baik.

Namun menurut Bordin (Surya, 2003: 2), “terdapat beberapa keadaan individu

ketika harus menentukan pilihan yakni ketergantungan, kurangnya informasi,

konflik diri dan kecemasan dalam membuat pilihan”. Hal ini tentunya akan

mempengaruhi peserta didik dalam memilih peminatannya.

Masalah dalam layanan peminatan dialami oleh SMA Negeri 1 Lembang.

Masalah mengenai peminatan yang timbul tentunya berdampak kepada peserta

didik dan guru BK sekolah. Berdasarkan pernyataan guru BK di SMA Negeri 1

Lembang (2013), terdapat masalah yang timbul dari adanya peminatan, salah

satunya adalah peserta didik atau orangtua peserta didik yang menyatakan bahwa

peserta didik atau anaknya harus pindah minat, adanya ketidaksesuaian minat

yang dipilih oleh peserta didik dengan yang diinginkan orangtuanya, prestasi

siswa yang tidak sesuai dengan kemampuannya, ketidaknyamanan siswa di dalam

kelas peminatan yang dipilihnya, adanya kecemasan siswa ketika akan

menghadapi mata pelajaran di dalam kelasnya, dan adanya konflik antara cita-cita

dan peminatan yang telah dipilihnya. Selain pernyataan dari guru BK SMAN 1

Lembang, diperoleh pula pernyataan dari peserta didik yang menyatakan bahwa

(13)

dalam menghadapi peminatan yang telah dipilih adalah karena adanya

ketidaktahuan akan kemampuan yang dipilihnya, adanya paksaan dari pihak lain

(seperti orangtua) untuk memilih peminatan yang kurang peserta didik sukai, dan

adanya pemilihan peminatan karena ikut-ikutan teman tanpa peserta didik paham

akan ketidaksesuaian peminatan yang dipilihnya dengan kemampuan yang

dimiliki oleh peserta didik.

Dengan adanya kasus-kasus kesenjangan ini tentunya menyebabkan

banyak peserta didik kurang memiliki motivasi belajar, memiliki kecemasan

ketika akan belajar salah satu pelajaran yang tidak disukai dan menurutnya sulit,

adanya konflik atau pertentangan batin yang timbul karena harus melakukan dan

mengikuti hal yang kurang disukai dalam kelompok peminatan yang telah

dipilihnya, adanya ketidaknyamanan dalam kelas kelompok peminatan dan

membuat peserta didik membolos dalam jam pelajaran. Hasil studi kasus yang

dilakukan oleh Astuti (2009: 1), “faktor penyebab perilaku membolos adalah

karena pribadi peserta didik yang memiliki rasa ketergantungan dengan temannya,

tanpa mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya”. Berdasarkan analisis

terhadap kasus-kasus yang muncul dan faktor penyebab yang terjadi maka hal

yang terjadi merupakan bagian dari kepribadian yang tidak sehat pada peserta

didik. Menurut Yusuf dan Nurihsan (2008: 14), kepribadian yang tidak sehat

ditandai dengan karakteristik mudah marah, menunjukkan kekhawatiran dan

kecemasan, sering merasa tertekan, senang mengganggu orang lain, tidak mampu

menghindari perilaku menyimpang, mempunyai kebiasaan berbohong, hiperaktif,

bersikap memusuhi, senang mengkritik/ mencemooh orang lain, sulit tidur, kurang

memiliki rasa tanggung jawab, sering mengalami pusing kepala, kurang memiliki

kesadaran untuk mentaati ajaran agama, bersikap pesimis, dan kurang bergairah

dalam menghadapi kehidupan.

Masalah yang timbul di SMA Negeri 1 Lembang, tentunya bukan maksud

ataupun tujuan diterapkannya layanan peminatan. Karena layanan peminatan

bertujuan untuk membantu individu mengembangkan dirinya secara optimal, baik

dilihat dari meningkatnya keterlibatan peserta didik terhadap aktivitas di sekolah,

(14)

5

peserta didik. Menurut Schlecty (Dharmayana, 2013: 26), “peserta didik dikatakan

terlibat dalam belajar ketika mereka tertarik pada pekerjaan sekolah, tekun

terhadap tantangan dan hambatan, sangat senang ketika dapat menyelesaikan

masalah”. Bomia (Dharmayana, 2013: 26), menyatakan bahwa “keterlibatan siswa

juga menunjukkan pada suatu kemauan, kebutuhan, hasrat dan keharusan siswa

untuk berpariasi dan menjadai berhasil dalam proses akademik”.

Penelitian yang dilakukan oleh Desta dan Nursalim pada kelas X di SMA

Negeri 2 Lamongan menghasilkan kesimpulan bahwa di dalam satu kelas terdapat

minimal 5 siswa yang mengalami kebingungan untuk memilih jurusan yang

diminatinya. Penelitian Unwanullah (2008) terhadap 360 siswa di-

SMA Kabupaten Tuban menghasilkan data mengenai keadaan siswa setelah

dijuruskan yakni terdapat 38,89% siswa yang terdapat dalam keadaan sangat baik

setelah dijuruskan, 57,50% siswa berada dalam kategori baik, dan 3,61% berada

dalam kategori kurang baik. Penelitiannya pun menghasilkan mengenai keyakinan

siswa terhadap pilihan jurusan yakni 58,60% berada dalam kategori sangat yakin,

28,06% berada dalam kategori yakin, 11,67% berada dalam kategori kurang

yakin, dan 1,67% berada dalam kategori tidak yakin. Motivasi siswa untuk belajar

setelah dijuruskan menghasilkan 30,28% berada dalam kategori sangat tinggi,

46,67% berada dalam kategori tinggi dan 23,05% termasuk dalam kategori

rendah.

Carl Gustav Jung (Yusuf, 2008: 74), menyatakan bahwa “psyche embraces

all thought, feeling, and behavior, conscious and unsconscious”. Kepribadian

adalah seluruh pemikiran, perasaan, dan perilaku nyata baik yang disadari maupun

yang tidak disadari yang dimiliki individu. Sehingga setiap individu pasti

memiliki kepribadian (Setiawan, 2006). Menurut Jung (Setiawan, 2006), “kepribadian yang dimiliki individu dapat berkembang, namun perkembangan tersebut tidak akan keluar dari sifat-sifat inti atau dasarnya”. Myrick (Bhakti, dkk,

2013: 704), menyatakan bahwa, “kepribadian dapat membawa kepada

pengembangan diri”. Sehingga ini akan membuat individu mengenali dan

memahami bahwa terdapat kekuatan yang dimilikinya, yang dapat dijadikannya

(15)

individu. Namun hal ini tentunya tidak berlaku, jika individu tidak tahu akan

keadaan kepribadian yang dimilikinya. Karena ketika individu tidak mengetahui

dan memahami kepribadian yang dimilikinya, maka akan sulit bagi individu

dalam memhami dirinya sendiri, dan tentunya hal ini dapat menjadi penghambat

ketika individu melakukan pengembangan diri ataupun aktualisasi diri.

Tujuan bimbingan dan konseling menurut aliran psikoanalitik Jung (Yusuf, 2008: 93) adalah, “membantu perkembangan manusia mencapai aktualisasi diri”. Aktualisasi diri berarti terjadinya diferensiasi yang sempurna dan

saling berhubungannya antara seluruh aspek kepribadian manusia. Sehingga

konselor atau guru bimbingan dan konseling, dalam pendekatan ini berpandangan

bahwa masa lalu maupun masa depan konseli keduanya harus dipertimbangkan

dalam proses bimbingan dan konseling. Hal ini dikarenakan kedua hal tersebut

memiliki peran yang penting dalam memandang perkembangan kepribadian.

Dengan memahami kepribadian peserta didik berdasarkan Myers-Briggs

Type Indicator, maka akan diperoleh pula mengenai bagaimana proses berpikir,

merasa, pengindraan, dan intuisi yang dialami individu, dengan mengungkap

keempat dimensi tersebut maka akan diperoleh mengenai kemampuan yang

dimiliki individu. Sehingga dengan diperolehnya analisis kemampuan peserta

didik dari hasil dimensi yang diungkap Myers-Briggs Type Indicator, dapat

dijadikan sebagai proses pengembangan kepribadian peserta didik dalam

mencapai aktualisasi dirinya melalui pemilihan peminatan yang di pilih oleh

peserta didik. Dan tentunya, tujuan dari di analisisnya kepribadian Myers-Briggs

Type Indicator untuk membantu peserta didik mengaktulisasikan dirinya sejalan

dengan fungsi pendidikan, yakni fungsi untuk mencapai pribadi yang utuh, dan

hal ini pun sejalan dengan konsep bimbingan yang dikemukakan oleh Kartadinata

(2011), yakni untuk membantu perkembangan optimum peserta didik.

Ketikapenerapan kurikulum 2013 menekankan pada pendidikan karakter

dan karakter sangat berhubungan erat dengan diri peserta didik, maka kepribadian

memiliki pengaruh dalam peminatan yang dipih peserta didik dan dipandang

sebagai sebuah kemampuan baik yang disadari ataupun tidak disadari oleh peserta

(16)

7

dipandang perlu dilakukan penelitian secara empiris mengenai kepribadian peserta

didik berdasarkan kelompok peminatan, hal ini dilakukan agar dapat dianalisisnya

kemampuan peserta didik dalam meningkatkan dan mengembangkan kepribadian

peserta didik sesuai dengan peminatannya agar peserta didik dapat

mengaktulisasikan diri dan mengembangkan kepribadiannya.

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah

Pertimbangan untuk memilih peminatan yang dilakukan di Sekolah

Menengah Atas adalah melalui hasil psikotes, nilai UN dan nilai TKD. Namun

ternyata dengan hanya mempertimbangkan hasil psikotes, nilai UN, dan nilai

TKD belum cukup untuk membantu siswa dalam mengembangkan kepribadian

dan mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan minat yang ia pilih. Salah satu

pertimbangan lain yang dapat dilakukan adalah mengenai kepribadian yang

dimiliki peserta didik. Hal ini dikarenakan kepribadian merupakan keseluruhan

segala peristiwa psikhis baik yang disadari maupun yang tidak disadari oleh

individu yang tentunya sejalan dengan dasar penerapan kurikulum 2013 yakni

pendidikan karakter.

C.Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pemaparan latar belakang dan rumusan masalah di atas,

diperoleh sebuah pertanyaan umum sebagai arahan perumusan masalah dalam

penelitian, yaitu: Profil kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok

peminatan.

Adapun pertanyaan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Seperti apa profil kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok peminatan

Matematika dan Ilmu Alam di Kelas X SMA Negeri 1 Lembang Tahun

Pelajaran 2013/2014?

2. Seperti apa profil kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok peminatan

Ilmu-Ilmu Sosial di Kelas X SMA Negeri 1 Lembang Tahun Pelajaran

(17)

3. Rancangan Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial seperti apa yang

secara hipotetik untuk mengembangkan kepribadian peserta didik berdasarkan

kelompok peminatan di kelas X di SMA Negeri 1 Lembang tahun pelajaran

2013/2014?

D.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan profil kepribadian

sehingga diketahui mengenai kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok

peminatan yang telah dipilih oleh peserta didik dengan menggunakan

Myers-Briggs Type Indicator.

Untuk lebih spesifiknya tujuan dari penelitian adalah untuk mengungkap

dan menganalisis data empiris tentang:

1. Profil kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok peminatan Matematika

dan Ilmu Alam di Kelas X SMA Negeri 1 Lembang

2. Profil kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok peminatan Ilmu-Ilmu

Sosial di Kelas X SMA Negeri 1 Lembang Tahun Pelajaran 2013/2014.

3. Rancangan Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial yang secara

hipotetik untuk mengembangkan kepribadian peserta didik berdasarkan

kelompok peminatan di X di SMA Negeri 1 Lembang tahun pelajaran

(18)

9

E.Manfaat / Signifikasi Penelitian

1. Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian dapat memberikan sumbangan pemikiran,

terutama pada bimbingan dan konseling yang menjadi ranah penelitian mengenai

program bimbingan untuk mengembangkan kepribadian peserta didik berdasarkan

kelompok peminatan.

2. Praktis

1. Bagi Peneliti

Sebagai calon guru BK, peneliti belajar memahami kemampuan peserta

didik berdasarkan kepribadiannya, serta dapat membantu peserta didik

mengembangkan kepribadiannya melalui layanan bimbingan dan konseling

pribadi sosial yang berdasarkan pada kepribadian peserta didik.

2. Bagi Sekolah

Hasil penelitian dapat dijadikan rujukan dan bahan pertimbangan dalam

menentukan kebijakan dan program sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas

pembelajaran melalui media-media yang kreatif untuk membantu dalam

mengembangkan kepribadian peserta didik.

3. Bagi Guru BK SMA Negeri 1 Lembang

Bagi guru BK SMA Negeri 1 Lembang, data yang diperoleh dari kegiatan

penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan dan rujukan mengenai gambaran

kepribadian berdasarkan kelompok peminatan peserta didik di kelas X di SMA

Negeri 1 Lembang dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan

Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.

4. Bagi Konselor

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi

konselor, bahwa kemampuan untuk mengaktulisasikan diri individu dapat timbul

dari kepribadian yang dimiliki oleh individu. Dengan dasar tersebut maka

kepribadian yang dimiliki peserta didik dapat dijadikan bahan pertimbangan dan

(19)

5. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Hasil penelitian dapat menjadi tambahan referensi konseptual tentang

kepribadian peserta didik sehingga bisa menambah wawasan baru dalam

perkuliahan di jurusan psikologi pendidikan dan bimbingan.

6. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan dan sumber rujukan

untuk mendalami dan mengembangkan penelitian yang lebih mendalam mengenai

konsep kepribadian dan peminatan peserta didik.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi ini terdiri dari bab 1 pendahuluan yang meliputi

latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah

penelitian, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi penelitian, serta struktur

organisasi skripsi; bab 2 kajian pustaka mengenai konsep kepribadian

Myers-Briggs Type Indicator berdasarkan kelompok peminatan dan layanan bimbingan

dan konselingyang meliputi konsep kepribadian Myers-Briggs Type Indicator,

konsep peminatan, konseplayanan bimbingan dan konseling, dan hasil penelitian

yang relevan; bab 3 metodologi penelitian yang meliputi lokasi dan sampel

penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel,

instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data

dan analisis data, serta prosedur penelitian; bab 4 hasil penelitian dan

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian adalah SMA Negeri 1 Lembang. Pemilihan SMA Negeri

1 Lembang karena sekolah tersebut merupakan sekolah yang telah menerapkan

kurikulum 2013 secara ajeg. Pemilihan sekolah yang telah menerapkan kurikulum

2013 dikarenakan fokus penelitian ini adalah kepribadian siswa berdasarkan

kelompok peminatan. Kelompok peminatan di SMA Negeri 1 Lembang terbagi

kedalam dua kelompok yakni kelompok peminatan matematika dan ilmu alam

atau yang disebut MS dan kelompok peminatan ilmu-ilmu sosial yang dikenal

dengan sebutan SOS.

Menurut Arikunto (1998: 108) “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.” Berdasarkan pernyataan tersebut yang menjadi populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Lembang,

semester genap tahun ajaran 2013/2014 yakni sebanyak 357 peserta didik.

Menurut Arikunto (1998: 109) “Sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti”. Sampel ditentukan untuk memperoleh informasi tentang

obyek penelitian dengan mengambil representasi populasi yang diprediksikan

sebagai inferensi terhadap seluruh populasi. Dengan kata lain sampel merupakan

bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap menggambarkan

populasinya.Dalam penelitian ini, subjek penelitian lebih difokuskan pada peserta

didik kelas X yang sistem pembelajarannya menggunakan kurikulum 2013,

khususnya yang sudah dikelaskan berdasarkan kelompok peminatan baik MS

ataupun SOS. Untuk penyesuaian data dilakukan teknik pengambilan data berupa

teknik purposive sampling. Sampel yang diambil sebanyak 100 peserta didik,

yang terdiri dari 50 peserta didik dari kelompok peminatan MS dan 50 peserta

didik dari kelompok peminatan SOS yang merupakan sampel populasi yang

(21)

Sampel penelitian ini diambil dengan pertimbangan sebagi berikut.

1. Peserta didik merupakan individu yang telah memilih kelompok peminatan di

SMA Negeri 1 Lembang.

2. Peserta termasuk usia remaja yang mengalami fase/tahap krisis identitas diri.

Bila peserta didik tidak dibekali dengan pemhaman diri, maka akan semakin

sulit untuk mencapai aktualisasi dirinya.

B. Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan

kuantitatif dengan metode Deskriptif. Pendekatan kuantitatif mengutamakan

objektifitas desain penelitian dengan menggunakan angka-angka dan pengolahan

statistik, dan hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk mengungkap

kepribadian peserta didik berdasarkan Myers-Briggs Type Indicator. Adapun

metode Deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan mendeskripsikan

suatu keadaan atau fenomena-fenomena apa adanya. Dalam metode Deskriptif,

peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan-perlakuan

terhadap objek penelitian, tetapi menggambarkan kondisi apa adanya

(Sukmadinata, 2008: 72).

C. Metode Penelitian

Penelitian menggunakan metode Deskriptif untuk mendeskripsikan,

menganalisis dan mengambil suatu generalisasi dari penelitian mengenai

kepribadian peserta didik berdasarkan skala Myers-Briggs Type Indicator di

SMAN 1 Lembang. Tujuan akhir dari penelitian adalah merancang suatu program

bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk membantu peserta didik

(22)

33

D. Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini terdiri dari variabel kepribadian dan peminatan. Untuk

memperjelas tafsiran dari makna judul yang dipergunakan dalam penelitian ini,

berikut diuraikan definisi operasional variabel yang terkandung dalam judul

penelitian yang kemudian akan menjadi titik tolak dalam aspek-aspek yang akan

di teliti.

1. Profil Kepribadian

Profil kepribadian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kecendreungan kepribadian yang dimiliki oleh siswa berdasarkan hasil

pengolahan skor rata-rata dan digambarkan melalui grafik, yang diungkap melalui

pernyataan yang terdapat pada alat tes skala Myers-Briggs Type Indicator dan

dimaksudkan untuk mengukur empat kepribadian yang dikonsepkan oleh Gustav

Jung dan telah dimodifikasi. Keempat jenis kepribadian tersebut, yaitu sebagai

berikut:

a. Ekstroversi dan Introversi

Ekstroversi terkait dengan orientasi terhadap hal di luar diri seseorang,

sedangkan introversi merujuk pada kecenderungan berfokus pada pikiran dan

eksplorasi perasaan dan pengalaman diri sendiri.

b. Sensational dan Intuition

Skala sensational-intuition mengindikasikan apakah seseorang cenderung

melihat realisme atau imajinasi.

c. Thinking dan Feeling

Skala thinking-feeling mengindikasikan apakah seseorang cenderung lebih

logis dan objektif atau personal dan subjektif.

d. Judgement dan Perception

Skala judgement-perception mengindikasikan orientasi seseorang ketika

mengevalusi atau mempersepsikan benda.

2. Peminatan

Struktur mata pelajaran peminatan dalam kurikulum SMA adalah

(23)

Ilmu Bahasa dan Budaya (Kemendikbud, 2013: 9). Dalam penelitian ini

peminatan yang dimaksud adalah peminatan MS (Matematika dan Ilmu Alam)

dan peminatan SOS (Ilmu sosial). Dalam peminatan Matematika dan sains peserta

didik lebih mendalami mengenai matematika, biologi, fisika dan kimia. Dengan

demikian kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik yang memilih

peminatan ini adalah daya ingat, kemampuan hitung praktis, kemampuan hitung

teoretis, kemampuan tiga dimensi, kemampuan analisis dan sintesis.

Adapun dalam peminatan sosial peserta didik akan lebih mendalami

mengenai geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi dan antropologi. Kemampuan

yang harus dimiliki oleh peserta didik yang memilih peminatan ini adalah

kemampuan realitas, kemampuan bahasa, fleksibilitas berpikir, daya ingat dan

kemampuan hitung praktis.

E. Instrumen Penelitian

1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Untuk mengukur tipe kepribadian sampel penelitian, maka disusun

item-item pernyataan yang didasarkan pada tipe kepribadian dari Gustav Jung yang

dikembangkan oleh Katherine Briggs da Isabel Briggs-Myers. Alat ukur yang

digunakan untuk mengukur tipe kepribadian ialah dengan menggunakan

Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) yang diadaptasi dari instrumen tipe kepribadian

oleh Mudrika (2009). MBTI ini terdiri dari 60 pernyataan yang menentukan

kecenderungan seseorang ekstroversi-introversi, sensing-intuiting,

thinking-feeling, dan judging-perceiving. Dimana item dalam MBTI terbagi dalam 8

bagian, yaitu 15 item untuk mengukur ekstroversi-introversi, 15 untuk mengukur

sensing-intuiting, 15 untuk mengukur thinking-feeling, dan 15 untuk mengukur

judging-perceiving. Tujuan skala ini digunakan adalah untuk mengukur

kepribadian peserta didik dengan menggunakan skala kepribadian Myers-Briggs

Type Indicator.

Dalam pengisian instrumen ini, peserta didik diminta untuk memilih 1

pernyataan dari 2 pertanyaan yang paling menunjukkan keadaan dirinya dengan

cara memberikan tanda silang (x) pada lembar jawaban yang sudah disediakan.

(24)

35

didik adalah benar, tidak ada yang salah karena pernyataan yang diberikan adalah

pernyataan untuk mengetahui kecenderungan kepribadian subjek.

Dalam pengolahan data sistem penskorannya adalah dengan cara

memberikan nilai 1 untuk masing-masing pernyataan yang dipilih oleh peserta

didik dan 0 untuk masing-masing pernyataan yang tidak di pilih oleh peserta

didik. Setelah itu kemudian semua skor dari tiap-tiap indikator dijumlahkan

kemudian di bandingkan skor antar indikator ekstroversi-introversi,

sensing-intuiting, thinking-feeling, dan judging-perceiving. Setelah perbandingan

dilakukan maka akan diperoleh hasil skor yang tinggi dan yang rendah. Untuk

skor tinggi adalah skor kepribadian yang banyak dipilih oleh peserta didik dan

berarti skor tersebut mewakili kecenderungan kepribadian dari peserta didik.

Tabel 3.1

Kisi-Kisi InstrumenMyers-Briggs Type Indicator

No Dimensi Indikator Nomor pernyataan Jumlah

(25)

Jumlah 120

2. Uji Coba Instrumen a. JudgementInstrumen

Judgement dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen baik

dari segi isi, konstruk, dan bahasa dari setiap pernyataan. Aspek ini meliputi

kesesuaian materi pernyataan instrumen dengan kepribadian Myers-Briggs Type

Indicator yang dijadikan dasar dalam pengembangan instrumen. Pada aspek

konstruk, instrumen meliputi kesesuaiannya dengan teori. Adapun aspek bahasa

meliputi struktur bahasa dalam item pernyataan instrumen.

Penimbang (judgement) instrumen kepribadian Myers-Briggs Type

Indicator terdiri dari dua orang dosen jurusan Psikologi Pendidikan dan

Bimbingan, dan satu orang dosen dari jurusan Psikologi.

Hasil penimbang instrumen menunjukkan bahwa ada beberapa item

instrumen yang perlu di revisi dari segi bahasa. Berikut adalah kisi-kisi angket

(26)

37

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Kepribadian Myers-Briggs Type Indicator

Dimensi Indikator Nomor

(27)

Dimensi Sensing Intuition Nomor

Dimensi Thinking Feeling Nomor

(28)

39

Dimensi Judging Perceiving Nomor

Pernyataan

Berdasarkan analisis dari tiga pakar, instrumen kepribadian Myers-Briggs

Type Indicator tetap berisikan 120 pernyataan. Namun dari 120 pernyataan

tersebut terdapat 56 pernyataan yang diperbaiki dari segi redaksi bahasa.

Perbaikan redaksi bahasa dilakukan agar ke 56 pernyataan dari instrumen dapat

dimengerti oleh peserta didik.

b. Uji Keterbacaan Pada Peserta Didik Kelas X

Uji keterbacaan dilakukan untuk mengetahui tingkat keterbacaan dari tiap

item pernyataan. Uji keterbacaan dilakukan pada tanggal 12 Mei 2014 kepada 10

peserta didik kelas X SMA Negeri 7 Bandung. Uji keterbacaan dilakukan kepada

5 peserta didik dari kelas Matematika dan Ilmu Alam (MIA) dan 5 peserta didik

dari kelas Ilmu-Ilmu Sosial (IIS), sehingga setiap item pernyataan bisa dimengerti

dan dijadikan sebagai instrumen untuk mengungkap kepribadian peserta didik

(29)

Hasil uji keterbacaan instrumen yang dilakukan kepada 10 orang peserta

didik kelas X tingkat SMA yang terdiri dari 5 peserta didik dari kelas MIA dan 5

peserta didik dari kelas IIS menunjukkan bahwa setiap item pernyataan dalam

instrumen kepribadian peserta didik yang terdiri dari 120 pernyataan, setiap

itemnya dapat dipahami dan dimengerti oleh 10 orang peserta didik tersebut,

sehingga item pernyataan dalam instrumen kepribadian Myers-Briggs Type

Indicator tidak mengalami perubahan baik dari segi isi ataupun redaksi.

F. Proses Pengembangan Instrumen

1. Validitas

Arikunto (1998:144) ” Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan

tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen“. Sejalan dengan

pendapat di atas, Widaningsih, Dedeh (2008:1) “ validitas berkenaan dengan

ketepatan tes tersebut sebagai alat ukur kemampuan peserta didik”. Cara

menentukan tingkat validitas atau indeks validitas yaitu mencari koefisien product

moment dengan angka kasar (Arikunto, Suharsimi, 2006:170).

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Dengan:

r

xy = Koefisien validitas butir soal

N = Banyak testi

X = Nilai hasil uji coba

Y = Total Nilai

Skala penilaian validitas soal menurut Guilford (Suherman, 2003: 112):

0,90 ≤ 1,00 : Validitas tinggi sekali

0,70 ≤ <0,90 : Validitas tinggi

0,40 ≤ <0,70 : Validitas sedang

0,20 ≤ <0,40 : Validitas rendah

0,00 ≤ <0,20 : Validitas sangat rendah

(30)

41

Hasil uji validitas dianalisis menggunakan metode statistika menggunakan

Microsoft excel. Validitas yang digunakan menggunakan perhitungan validitas

konstruk. Hasil perhitungan terhadap 120 pernyataan yang mengungkap

kepribadian peserta didik di SMA Negeri 1 Lembang diperoleh semua item

pernyataan valid.

Aspek ekstrovert terdiri dari 15 pernyataan diperoleh hasil 5 pernyataan

berada pada kategori sangat rendah, 6 pernyataan berada berada pada kategori

rendah, dan 4 pernyataan berada pada kategori sedang. Aspek introvert terdiri dari

15 pernyataan diperoleh hasil 1 pernyataan berada pada kategori sangat rendah, 1

pernyataan berada pada kategori rendah, 6 pernyataan berada pada kategori

sedang, 6 pernyataan berada pada kategori tinggi, dan 1 pernyataan berada pada

kategori tinggi sekali.

Apek sensing terdiri dari 15 pernyataan diperoleh hasil 2 pernyataan

berada pada kategori sangat rendah, 3 pernyataan berada pada kategori rendah, 6

pernyataan berada pada kategori sedang, 2 pernyataan berada pada kategori tinggi,

dan 2 pernyataan berada pada kategori tinggi sekali. Aspek intuition terdiri dari 15

pernyataan diperoleh hasil 4 pernyataan berada pada kategori sangat rendah, 7

pernyataan berada pada kategori rendah, dan 4 pernyataan berada pada kategori

sedang.

Aspek thinking terdiri dari 15 pernyataan diperoleh hasil 3 pernyataan

berada pada kategori sangat rendah, 1 pernyataan berada pada kategori rendah, 4

pernyataan berada pada kategori sedang, dan 7 pernyataan berada pada kategori

tinggi. Aspek feeling terdiri dari 15 pernyataan diperoleh hasil 3 pernyataan

berada pada kategori sangat rendah, 1 pernyataan berada pada kategori rendah, 6

pernyataan berada pada kategori sedang, 2 pernyataan berada pada kategori tinggi,

dan 3 pernyataan berada pada kategori tinggi sekali.

Aspek judging terdiri dari 2 pernyataan berada pada kategori sangat

rendah, 2 pernyataan berada apada kategori rendah, 2 pernyataan berada pada

kategori sedang, 6 pernyataan berada pada kategori tinggi, dan 3 pernyataan

berada pada kategoti tinggi sekali. Aspek perceiving terdiri dari 15 pernyataan

(31)

berada pada kategori rendah, 5 pernyataan berada pada kategori sedang, 4

pernyataan berada pada kategori tinggi, dan 2 pernyataan berada pada kategori

tinggi sekali.

2. Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu

alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg).

Dalam analisis reliabilitas ini akan digunakan rumus Alpha untuk doal

uraian (Suherman, 2003: 155). Rumusnya adalah:

Dimana: = koefisien reliabilitas

n = banyak butir soal

= variansi skor tiap soal

= variansi skor total

Skala penilaian reliabilitas soal menurut Guilford (Suherman, 2003: 139):

0,60 ≤ <0,20 : Derajat reliabilitas sangat rendah

0,20 ≤ <0,40 : Derajat reliabilitas rendah

0,40 ≤ <0,70 : Derajat reliabilitas sedang

0,70 ≤ <0,90 : Derajat reliabilitas tinggi

0,90 ≤ 1,00 : Derajat reliabilitas sangat tinggi

Hasil uji reliabilitas dianalisis menggunakan metode statistika

menggunakan Microsoft excel. Hasil perhitungan terhadap 120 pernyataan yang

mengungkap kepribadian peserta didik di SMA Negeri 1 Lembang diperoleh

semua aspek termasuk pada kategori reliabilitas tinggi. Adapun hasil

penghitungangan reliabilitas lebih rincinya adalah aspek ekstrovert 0,95; introvert

(32)

43

G. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

1. Verifikasi Data

Verifikasi data yaitu sutau langkah pemeriksaan terhadap data yang

diperoleh dalam rangka pengumpulan data untuk menyeleksi atau memilih data

yang memadai untuk diolah. Adapun tahap verifikasi yang dilakukan adalah:

a. Memeriksa skala MBTI yang terkumpul harus sama dengan angket yang

disebar.

b. Memeriksa skala MBTI yang terkumpul telah dijawab sesuai dengan petunjuk

pengisian.

c. Memeriksa angket yang terkumpul tidak ada yang rusak atau bagian yang

hilang.

d. Menyeleksi kelengkapan data.

Proses seleksi ditempuh dengan cara memilih lembar jawaban yang telah diisi

dengan lengkap.

Hasil verifikasi data menunjukan semua angket yang telah diisi oleh

peserta didik layak untuk diolah.

2. Penskoran

Penskoran yang digunakan adalah menggunakan skala Guttman. Skala ini

mempunyai ciri penting, yakni merupakan skala kumulatif dan mengukur satu

dimensi saja dari satu variabel yang multi dimensi, sehingga skala ini termasuk

mempunyai sifat undimensional. Dalam penelitian ini skala Guttman digunakan

karena dapat lebih meyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dari kepribadian

berdasarkan peminatan yang sedang diteliti. Jawaban hanya terdapat dua pilihan.

Skor 1 untuk jawaban setuju (ya) dan 0 untuk tidak setuju (tidak).

3. Analisis Data

Proses pengolahan dan analisis data, digunakan perhitungan rata-rata

melalui statistika Deskriptif. Proses tersebut memanfaatkan programMicrosoft

excel. Penelitian memiliki tiga rumusan pertanyaan penelitian. Pertanyaan

(33)

a. Profil kepribadian peserta didik berdasarkan peminatan matematika dan ilmu

alam di Kelas X SMA Negeri 1 Lembang Tahun Pelajaran 2013/2014

diperoleh dari hasil persentase jawaban peserta didik dalam angket kepribadian

Myers-Briggs Type Indicator. Cara yang dilakukan dengan menjumlahkan

jawaban untuk masing-masing skala kepribadian. Dan untuk persentase

jawaban yang menunjunkan lebih dari 50% maka di kategorikan tinggi.

b. Profil kepribadian peserta didik berdasarkan peminatan ilmu sosial di Kelas X

SMA Negeri 1 Lembang Tahun Pelajaran 2013/2014 diperoleh dari hasil

persentase jawaban peserta didik dalam angket kepribadian Myers-Briggs Type

Indicator. Cara yang dilakukan dengan menjumlahkan jawaban untuk

masing-masing skala kepribadian. Dan untuk persentase jawaban yang menunjunkan

lebih dari 50% maka di kategorikan tinggi.

c. Rancangan Program Bimbingan yang secara hipotetik untuk mengembangkan

kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok peminatan kelas X di SMA

Negeri 1 Lembang tahun pelajaran 2013/2014 diperoleh dari hasil pengolahan

data, dan saran pengembangan dari skala kepribadian dijadikan acuan dalam

pembuatan program layanan bimbingan dan konseling.

H.Prosedur Penelitan

Penelitian mengikuti langkah-langkah berikut:

1. Menyusun proposal penelitian dibimbing oleh dosen mata kuliah metode riset

BK.

2. Mengajukan proposal penelitian pada seminar proposal dosen mata kuliah

metode riset, kemudian direvisi.

3. Rekomendasi dosen pembimbing skripsi oleh dosen mata kuliah metode riset.

4. Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing, yang disahkan

oleh dewan skripsi, dan ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.

5. Melakukan studi pendahuluan ke SMA Negeri 1 Lembang mengenai

(34)

45

6. Mengembangkan instrumen penelitian dan melakukan uji kelayakan

instrumen oleh dosen-dosen ahli Jurusan Psikologi Pendidikan dan

Bimbingan serta dosen Psikologi.

7. Melakukan uji coba instrumen di SMA 7 Bandung.

8. Memperbaiki instrumen.

9. Menyebarkan instrumen di SMA Negeri 1 Lembang.

10.Melaksanakan pengolahan, mendeskripsikan dan menganalisis data yang

telah terkumpul.

11.Mendeskripsikan hasil pengolahan data dan menyusun program bimbingan

dan konseling di SMA Negeri 1 Lembang, kesimpulan dan membuat

(35)

alam di kelas X SMA Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013-2014

Hasil penelitian menunjukkan kepribadian peserta didik kelompok

peminatan Matematika dan Ilmu alam atau yang lebih dikenal di SMA Negeri 1

Lembang sebagai kelas MS termasuk pada kelompok kepribadian Extroverted

thinking with intuiting (ENTJ). Tipe kepribadian Extroverted thinking with

intuiting (ENTJ) merupakan tipe orang yang suka di rumah dan berkumpul

bersama keluarga. Mereka menyenangi organisasi dan struktur yang tertata. Tipe

ini sangat cocok untuk eksekutif perusahaan dan administrator.

Ekstroversi terkait dengan orientasi terhadap hal di luar diri seseorang.

Kelompok peminatan Matematika dan Ilmu Alam cenderung pada kepribadian

ekstrovert dibandingkan kepribadian introvert. Selain kepribadian ekstrovert kelas

X MS juga memililiki kombinasi fungsi mengintuisi (intuiting), berpikir

(thinking), dan judging.

2. Profil kepribadian peserta didik berdasarkan pemintan ilmu-ilmu sosial di kelas

X SMA Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013-2014

Hasil penelitian menunjukkan kepribadian peserta didik kelompok

peminatan Ilmu-ilmu sosial termasuk pada Extroverted thinking with sensing

(ESTJ). Tipe kepribadian Extroverted thinking with sensing (ESTJ) merupakan

tipe peserta didik yang berpikir ekstrovert dengan menngindra. Mereka dapat

bertanggung jawab, mereka bersifat realistis, membumi, rapi dan menenangi

tradisi yang berlaku.

Untuk kecenderungan kepribadian yang pertama yakni ekstroversi.

Extroverted atau ekstrovert yakni lebih mementingkan dunia eksternal yang terdiri

dari segala benda, orang lain, dan aktivitas-aktivitas luar. Yang dimaksud Jung

dalam tipologi ini adalah apakah Anda (sebagai sebuah ego) lebih sering

(36)

73

Ekstroversi terkait dengan orientasi terhadap hal di luar diri seseorang. Kelas SOS

dikatakan cenderung ke arah ekstrovert karena peserta didik yang memiliki

kepribadian ini mencapai 35 orang peserta didik, yang tentunya melebihi dari 50%

peserta didik di kelas SOS.

Kombinasi fungsi di kelas X SOS ini adalah mengindra (sensing), yang

berarti memperoleh informasi melalui kepekaan pancaindra. Orang yang peka

selalu melihat dan mendengar dan secara umum ingin tahu apa terjadi di dunia

luar. Jung menyebutnya dengan fungsi irasional, karena yang terlibat di sini

adalah persepsi, bukan penilaian atas informasi yang diperoleh dari pancaindra.

Kelas SOS dikatakan lebih cenderung ke sensing karena terdapat 31 peserta didik

yang memiliki kecenderungan kepribadian senssing.

Berpikir (thinking) berarti penelaahan terhadap informasi atau ide-ide

secara rasional dan logis. Jung menyebutnya sebagai fungsi rasional, karena yang

terlibat di sini adalah keputusan-keputusan yang diambil atau penilaian yang

dibuat bukanlah informasi yang diterima begitu saja. Terdapat 28 peserta didik

yang termasuk pada fungsi thinking, dan tentunya peserta didik yang memiliki

fungsi ini lebih dari 50% peserta didik di kelompok peminatan ilmu-ilmu sosial.

B.Rekomendasi

1. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Bagi jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan selaku lembaga yang

menghasilkan calon konselor di sekolah dapat menambahkan mengenai materi

tentang kepribadian dan instrument yang dapat digunakan untuk mengukur

kepribadian dengan cara mengintensifkan perkuliahan sehingga calon konselor

memiliki keterampilan dalam membantu peserta didik dalam memecahkan

permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik.

2. Bagi Guru BK SMA Negeri 1 Lembang

Bagi guru BK SMA Negeri 1 Lembang selaku pihak yang berwenang dalam

memberikan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, diharapkan mampu

merespon kebutuhan peserta didik untuk mengaktualisasikan diri yang sesuai

(37)

mampu melakukan berbagai inovasi dan memiliki keterampilan khususnya dalam

memberikan pelayanan Bimbingan dan Konseling. Upaya yang dapat dilakukan

Guru Bimbingan dan Konseling untuk membantu siswa mengaktualisasikan

dirinya, salah satunya dengan mengaplikasikan program Bimbingan dan

Konseling untuk membantu aktualisasi peserta didik yang telah dirancang oleh

peneliti, namun belum diaplikasikan langsung terhadap peserta didik. Guru

Bimbingan dan Konseling dapat memberikan pelayanan kepada peserta didik

dengan berbagai keterampilan yang kreatif dan inovatif untuk membantu peserta

didik mengaktualisasikan diri.

3. Bagi Guru Bidang Studi

Bagi Guru Bidang studi sebagai pihak yang lebih banyak berinteraksi

dengan siswa agar dapat lebih memahami kepribadian peserta didik dalam proses

belajar mengajar. Guru Bidang Studi dapat melakukan pendekatan untuk

keberhasilan mengajarnya kepada peserta didik dengan berbagai keterampilan

yang kreatif dan inovatif yang sesuai dengan kepribadian peserta didik.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Membandingkan gambaran umum kepribadian peserta didik pada setiap

jenjang pendidikan, jenis kelamin sehingga gambaran yang dihasilkan

cenderung dinamis dan menyeluruh.

b. Menggunakan pendekatan dan metode penelitian yang lebih beragam, seperti

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Abid, Wildani. (2011). Pengaruh Prestasi Belajar, Pengembangan Karir dan

Aktualisasi Diri Terhadap Minat Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi Siswa SMK di Kota Yogyakarta. Tesis Universitas Negeri

Yogyakarta: Repository UNY.

Amiruddin. (2011). Pengaruh Kepribadian dan Motivasi Terhadap Kepuasan

Kerja Guru SMP Negeri 2 Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Makalah. Serdang.

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Produk. Jakarta: Rineka Cipta.

Astuti, Indri. (2009). Mengurangi Perilaku Membolos Siswa dengan

Menggunakan Layanan Konseling Individual. Skripsi Sarjana pada FIP

Universitas Negeri Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Ayuningtyas. (2011). Profil Kepribadian Siswa Berdasarkan Pola Asuh Orang

Tua. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Boeree, George. (2008). Personality Theory. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Bhakti, dkk. (2013). “Standar Kompetensi Siswa di Indonesia (Landasan

Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif)”. Makalah pada Kongres XII dan Konvensi Nasional XVIII ABKIN, Denpasar.

Dharmayana, I Wayan. (2013). “Peran Konselor dalam Pendampingan

Keterlibatan Bersekolah (School Engagement) untuk Meningkatkan

Keunggulan Akademik Peserta Didik”. Makalah pada Kongres XII dan Konvensi Nasional XVIII ABKIN, Denpasar.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Pendidikan Tinggi. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor

dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal.

Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Pendidikan Tinggi, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Friedman, Howard. (2006). Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern Edisi

Ketiga. Jakarta: Erlangga.

(39)

Helmi. (2013). Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat

Gejala Stres Akademik. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung: Tidak

Diterbitkan.

Herni Siti. (2010). Profil Kepribadian Siswa Berdasarkan Kluster Sekolah. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Hidayat, Dudung Rahmat. (2007). “Memahami Karakteristik dan Faktor yang

Mempengaruhi Kepribadian yang Sehat”. Makalah pada kuliah

pengembangan kepribadian, Bandung.

Jawa Pos. (2013). Kurikulum 2013. [Online]. Tersedia: http//www. Jawa Pos. com. [10 Oktober 2013].

Kartadinata, Sunaryo. (2013). “Penegasan Posisi BK dalam Kurikulum 2013”.

Makalah pada seminar kurikulum 2013, Bandung.

Kartadinata, Sunaryo. (2011). Menguak Tabir Bimbingan dan Konseling sebagai

Upaya Pedagogis. Bandung: UPI Press.

Kartono, Kartini. (2005). Teori Kepribadian. Bandung: Mandar Maju.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Kurikukum 2013 Kompetensi

Dasar SMA/MA, Jakarta: Kemendikbud.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Pedoman Peminatan Peserta

Didik, Jakarta: Kemendikbud.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Praktik Pelayanan Peminatan

Peserta Didik, Jakarta: Kemendikbud.

Maulana, Zohra. (2011). Meningkatkan Kemandirian Belajar Melalui Layanan

Informasi Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Tolangogula Kabupaten Gorontalo. Jurnal Psikologi Pendidikan. 1-17.

Manhiru, Thayeb. (1992). Pengantar Bimbingan dan Konseling Karir. Jakarta: Bumi Aksara.

Mudrika, Nafis. (2009). MBTI (Myers-Briggs Type Indicator). Yogyakarta: Ebook.

Mohamad Agus. (2011). Profil Kepribadian Siswa Berprestasi Unggul dan Asor

Berdasarkan Program Studi. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung:

Tidak Diterbitkan.

Nurihsan, Juntika. (2006). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Aditama.

(40)

77

Putro, Djodi Restyo. (2011). Studi Komparasi Penggunaan Metode Ceramah dan

Diskusi Terhadap Minat dan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran PKN di SMPN 3 Prambanan Sleman. Universitas Negeri Yogyakarta:

tidak diterbitkan.

Rachman, (2013). Sekolah Sebagai Sarana Peminatan. [Online]. Tersedia:

http://www.kompas.com [10 Oktober 2013].

Sariono (2013). Kurikulum 2013: “Kurikulum Generasi Emas”. E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya. 3, 1-9.

Setiawan, Yamin. (2006). Tes MBTI. [Online]. Tersedia:

http://www.yaminsetiawan.com. [10 Oktober 2013].

Shertzer, B. & Stone-Shelley. 1971. Fundamental of Guidance. New York: Houghton Mifflin Company.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sobur, A. (2006). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Suara Pembaharuan. (2013). Kurikulum 2013, Peminatan di SMA Sesuai Rapor

dan Wawancara. [Online]. Tersedia: http//www. suarapembaharuan. com.

[21 Oktober 2013].

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Jica UPI

Suherman, E. (2003). (2004). Model-Model Pembelajaran. Makalah pada diklat pembelajaran bagi guru-guru pengurus MGMP matematika.

Sujanto, Agus. (2004). Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Supriyono dan Ahmadi. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.Surya, Mohamad. (2003). Teori-Teori Konseling. Bandung: CV. Pustaka Bani Quraisy.

Surya, Mohammad. (2003). Teori-Teori Konseling. Bandung: Pustaka BanI Quraisy.

Syaiful dkk. (2008). Kecemasan Berkomputer (Computer Anxiety) dan

Karakteristik Tipe Kepribadina Pada Mahasiswa Akuntansi. Makalah

Simposium Nasional Akuntansi ke 11. Pontianak.

Tjoe, dkk. (2009). Pemeringkatan Faktor-Faktor yang Mendukung Mahasiswa

dalam Mengambil Keputusan Terhadap Pemilihan Peminatan. Jurnal

(41)

Unwanullah, Arif. (2008). “Evaluasi Program Penjurusan Siswa Sekolah Menengah Atas di Kabpaten Tuban”. Penelitian dan Evaluasi Pendidikan,

Yogyakarta.

Wibowo, Mungin Edi. (2013). “Posisi BK dalam Kurikulum 2013”. Makalah pada

seminar kurikulum 2013, Bandung.

Widaningsih, Dedeh. (2008). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Diktat Kuliah. Tasikmalaya : PSPM FKIP UNSIL.

Winkel, W. S. (2004). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Wirakarta & Nursalim. (2008). Penerapan Konseling Trait and Factor pada

Siswa yang Mengalami Kesulitan Memilih Program Penjurusan Bahasa.

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. 1, 1-10.

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. (2008). Teori Kepribadian. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka maksud dan tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk menguji efektifitas penerapan model

Dengan membaca dan mengamati, siswa mampu mengumpulkan informasi penting dari teks laporan investigasi tentang campuran dan larutan dengan kepedulian yang tinggi4. Dengan membaca

International Conference on Instrumentation, Communication and Information Technology (ICICI) 2005 Proc., August 3 rd -5 th , 2005, Bandung, Indonesia. Table 5 Demodulator

[r]

Penunjukan/pengangkatan pejabat-pejabat dan personalia Sub Direktorat Landreform tersebut dilaksanakan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri atas usul dari Direktur Jenderal

serdang bedagai adalah mayoritas petani sebagai mata pencahariannya, sawah yang menjadi tempat mencari penghasilan untuk menghidupi keluarga tidak sepenuhnya bisa

Pada penelitian ini terdapat 119 pasien yang didiagnosis dengan kandidiasis oral yang dirawat inap serta rawat jalandi RSUP Haji Adam Malik Medan.Pasien

4.3 Model Uji Hipotesis Pengaruh Sub Variabel Lingkungan Keluarga Terhadap Perilaku Sopan