• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM HIPOTETIK BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENGEMBANGKAN PERILAKU PROSOSIAL PESERTA DIDIK : Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas Atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM HIPOTETIK BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENGEMBANGKAN PERILAKU PROSOSIAL PESERTA DIDIK : Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas Atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2013/2014."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM HIPOTETIK BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK

MENGEMBANGKAN PERILAKU PROSOSIAL PESERTA

DIDIK

(Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas Atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

ANANDHA PUTRI RAHIMSYAH 0901596

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

PROGRAM HIPOTETIK BIMBINGAN PRIBADI

SOSIAL MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK

MENGEMBANGKAN PERILAKU PROSOSIAL

PESERTA DIDIK

Oleh

Anandha Putri Rahimsyah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Anandha Putri Rahimsyah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang

(3)

ANANDHA PUTRI RAHIMSYAH 0901596

PROGRAM HIPOTETIK BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENGEMBANGKAN PERILAKU

PROSOSIAL PESERTA DIDIK

(Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas Atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. Hj. Nani M. Sugandhi, M.Pd. NIP. 19570830 198101 2 001

Pembimbing II

Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.Pd. NIP. 19661115 199102 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ABSTRAK

Anandha Putri Rahimsyah. (2013). Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial melalui Teknik Role Playing untuk Mengembangkan Perilaku Prososial Peserta Didik (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas Atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2013/2014).

Perilaku prososial merupakan tugas perkembangan yang penting bagi anak. Pentingnya penguasan keterampilan sosial yang difokuskan pada perilaku prososial peserta didik sekolah dasar dapat mendukung perkembangan sosialnya, sehingga peserta didik bermanfaat bagi orang lain dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Tujuan penelitian adalah diperolehnya gambaran umum perilaku prososial yang dimiliki peserta didik kelas atas sekolah dasar dan dihasilkannya program hipotetik bimbingan pribadi sosial melalui teknik role playing untuk mengembangkan perilaku prososial peserta didik. Penelitian dilakukan di SD Laboratorium UPI Bandung. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode studi deskriptif. Hasil penelitian: (1) gambaran umum perilaku prososial peserta didik kelas atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung berada pada kategori sedang artinya peserta didik sudah cukup mampu menunjukkan perilaku prososial seperti empati, murah hati, kerja sama dan kasih sayang. Gambaran umum perilaku prososial peserta didik berdasarkan indikator berada pada kategori sedang, artinya peserta didik sudah cukup mampu menunjukkan kepedulian pada orang yang kesusahan, menunjukkan kesenangan kepada seseorang yang mendapatkan kebahagiaan, berbagi sesuatu dengan orang lain, memberi sesuatu kepada orang lain, bergiliran tanpa “rewel”, memenuhi permintaan tanpa “rewel”, membantu orang lain mengerjakan tugas, dan membantu (peduli) pada orang lain yang membutuhkan; (2) implikasi gambaran umum perilaku prososial peserta didik bagi bimbingan dan konseling disusun dalam bentuk program hipotetik bimbingan pribadi sosial melalui teknik role playing untuk mengembangkan perilaku prososial peserta didik kelas atas SD Laboratorium UPI Bandung. Rekomendasi penelitian: (1) bagi konselor, dapat mempergunakan program sebagai panduan dalam mengembangkan perilaku prososial peserta didik melalui teknik role playing; (2) bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, diharapkan dapat memfasilitasi pengembangan keterampilan mahasiswa dalam melakukan intervensi pada anak di Sekolah Dasar khususnya untuk mengembangkan perilaku prososial; (3) bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian dapat digunakan sebagai gambaran untuk melakukan penelitian yang sama dengan metode yang berbeda.

(5)

ABSTRACT

Anandha Putri Rahimsyah. (2013). Social and Personal Guidance Hypothetic

Program Using Role Playing Techniques To Develop Prosocial Behavior Students (Descripitive Study of Students Upper Class in SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Academic Year 2013/2014).

Research based on the importance of mastery the social skills focused on conduct prososial students to support development of social so students able to adapt to environmental and beneficial for another. The purpose of the research was getting an overview of the prosocial behavior owned by the students of upper class grade school and it generates a personal social assistance hypothetic program to develop the prosocial behavior students using role playing techniques. Research using quantitative approach with a descriptive method. The results showed: (1) an overview of the prosocial behavior learners upper class SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung in the category medium it means the students quite capable of show the prosocial behavior such as empathy, generosity, cooperation and caregiving; and (2) an overview of the implications of the prosocial behevior students for guidance and counseling are arranged in the form of private social assistance programs to develop the prosocial behavior students using role playing technique upper class SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung. Research recommendation: (1) the study suggest counselor can use social and personal guidance hypothetic program using role playing techniques to develop prosocial behavior students upper class in SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung academic year 2013/2014; (2) for the guidance and counseling program can fasilitate the university student skill for doing intervention to students in elementary school, in particular for develop prosocial behavior: (3) the study also recommends next researchers are this result research can use a describe for doing the same research with the different method.

(6)

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

UCAPAN TERIMA KASIH... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... 1

DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GRAFIK ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR BAGAN ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

E. Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined.

BAB II PERILAKU PROSOSIAL, TEKNIK ROLE PLAYING, DAN BIMBINGAN

PRIBADI SOSIAL... Error! Bookmark not defined.

A. Perilaku Prososial ... Error! Bookmark not defined.

B. Teknik Role Playing ... Error! Bookmark not defined.

C. Bimbingan dan Konseling di Sekolah DasarError! Bookmark not defined.

D. Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial melalui Teknik Role Playing untuk

Mengembangkan Perilaku Prososial... Error! Bookmark not defined.

E. Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined.

F. Kerangka Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

(7)

C. Definisi Operasional Variabel ... Error! Bookmark not defined.

D. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

E. Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

F. Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

G. Pengembangan Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial melalui Teknik Role

Playing untuk Mengembangkan Perilaku Prososial Peserta DidikError! Bookmark

not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANError! Bookmark not defined.

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Pembahasan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI . Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

B. Rekomendasi ... Error! Bookmark not defined.

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Perkembangan individu berlangsung sejak lahir sampai akhir hayat dan

ditampilkan melalui fase-fase perkembangannya. Fase perkembangan individu

terdiri dari masa usia pra sekolah, masa usia sekolah dasar, masa usia sekolah

menengah dan masa usia mahasiswa (Yusuf, 2011: 23). Fase anak dikatakan pula

sebagai masa usia sekolah dasar. Masa usia sekolah dasar terdiri dari dua fase,

yaitu masa kelas rendah sekolah dasar, kira-kira usia enam atau tujuh tahun

sampai usia sembilan atau 10 tahun. Masa kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira

usia sembilan atau 10 tahun sampai usia 12 atau 13 tahun (Yusuf, 2011: 24-25).

Menurut Yusuf (2011: 180), masa perkembangan sosial anak sekolah dasar

ditandai dengan perluasan hubungan, di samping dengan keluarga anak juga

membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group) atau teman sekelas,

sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas. Anak mulai

memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang

kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan

orang lain) terjadi pada masa usia sekolah dasar (Yusuf, 2011: 180).

Menurut Hurlock (1978: 250) proses sosialisasi anak mencakup tiga proses

yaitu anak belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial, anak memainkan

peran sosial yang dapat diterima dan anak mengembangkan sikap sosial. Menurut

Ambron (Yusuf, 2011: 123) sosialisasi merupakan proses belajar yang

membimbing anak ke arah perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat

menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif. Perkembangan

merupakan perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam

diri individu dari mulai lahir sampai mati (Yusuf, 2011: 15). Setiap individu yang

normal akan mengalami fase perkembangan dari bayi hingga masa tua yang setiap

fasenya memiliki tugas perkembangan yang khas.

Tugas perkembangan pada masa anak sekolah menurut Havighurst

(9)

1. Belajar kecakapan fisik yang diperlukan untuk permainan anak-anak 2. Membangun sikap menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai organisme

yang bertumbuh

3. Belajar bergaul dengan teman sebaya

4. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya

5. Mengembangkan kecakapan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung

6. Mengembangkan konsep yang diperlukan untuk sehari-hari 7. Mencapai kemandirian pribadi

8. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial

Tugas-tugas perkembangan anak masa usia sekolah, yaitu anak belajar

bergaul dengan teman-teman sebayanya dan mengembangkan sikap yang positif

terhadap kelompok sosial. Anak belajar bergaul dengan teman sebaya yaitu anak

belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru serta

teman-teman sebayanya. Mengembangkan sikap positif terhadap kelompok sosial,

hakikatnya adalah mengembangkan sikap sosial yang demokratis dan menghargai

hak orang lain. Misalnya, anak belajar mengembangkan sikap tolong-menolong,

sikap tenggang rasa, mau bekerja sama dengan orang lain, toleransi terhadap

orang lain dan menghargai hak orang lain (Yusuf, 2011: 69-71). Kelompok teman

sebaya menurut Havighurst (Hurlock, 1978: 264) didefinisikan sebagai suatu

kumpulan orang yang kurang lebih berusia sama yang berpikir dan bertindak

bersama-sama. Penguasaan tugas-tugas perkembangan tidak lagi sepenuhnya

menjadi tanggung jawab orang tua seperti masa sebelumnya. Penguasaan

tugas-tugas perkembangan menjadi tanggung jawab guru-guru dan sebagian kecil

menjadi tanggung jawab teman-teman sebayanya (Suherman, 2000: 44).

Peserta didik sekolah dasar yang termasuk ke dalam akhir masa

kanak-kanak memiliki Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dicapai yaitu

keterampilan hidup dan karir. Peserta didik memiliki kompetensi dasar dapat

bekerja sama dalam kelompok, tolong menolong, dan menjaga diri sendiri dalam

lingkungan keluarga dan teman sebaya. Standar Kompetensi Lulusan mengenai

keterampilan hidup dan karir merupakan standar yang termasuk ke dalam tugas

perkembangan sosial peserta didik sekolah dasar untuk mencapai perkembangan

(10)

hidup yang di dalamnya termasuk keterampilan dalam berhubungan dengan orang

lain agar dapat diterima di lingkungan sosialnya.

Berdasarkan tugas perkembangan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh

anak usia sekolah, untuk mencapai kematangan sosial dan hubungan sosial, anak

harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Menurut

Lafontana & Cillessen (Carlie, 2006: 18) masa kanak tengah dan

kanak-kanak akhir yang meliputi anak-anak usia enam sampai 11 tahun adalah ketika

anak mulai memikirkan teman-teman yang akan diterima dan tidak diterima untuk

masuk ke dalam kelompok teman sebaya yang dekat. Anak-anak harus belajar

untuk bertindak dengan tepat dan salah satunya adalah yang bermanfaat bagi diri

dan orang lain. Interaksi positif adalah suatu keharusan, ketika anak berpartisipasi

dalam pengaturan kelompok, sehingga dengan keterampilan sosial memungkinkan

anak berinteraksi dengan orang lain dan diterima secara sosial (Damon, Lerner &

Eisenberg, 2006). Keterampilan sosial memudahkan anak merealisasikan diri

dalam hubungan dengan teman dan orang dewasa (Khairian, 2011: 14).

Keterampilan sosial yang merupakan tugas perkembangan yang penting

bagi anak adalah perilaku prososial. Santrock (Carlie, 2006: 18) menyebutkan

perilaku prososial digambarkan sebagai tindakan yang tidak mementingkan diri

sendiri, membantu orang lain dan menunjukkan empati. Perilaku prososial

mencakup tindakan membantu teman sekelas, termasuk orang lain untuk

bergabung dalam kelompok, mendukung teman sekelas yang dikucilkan dan

menunjukan rasa hormat terhadap orang lain, sehingga perilaku prososial

merupakan tanda-tanda penyesuaian yang positif. Eisenberg & Mussen (Carlie,

2006) menegaskan perilaku membantu orang lain sebagai prasyarat dari tanggung

jawab sosial atau perilaku prososial yaitu termasuk menyadari orang lain,

menafsirkan kebutuhan orang lain dan menyadari orang lain membutuhkan

bantuan.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SD Laboratorium Percontohan

UPI pada peserta didik kelas V yang dilakukan pada bulan Desember 2012

dengan menggunakan angket prososial yang dibuat oleh Dewinuraida dengan

(11)

memiliki keterandalan yang kuat, menunjukkan perilaku prososial peserta didik

berada pada kategori tinggi sekitar 20,34%, kategori sedang sekitar 16,95% dan

kategori rendah sekitar 62,71%. Dapat disimpulkan masih banyak peserta didik

kelas V SD Laboratorium Percontohan UPI yang memiliki perilaku prososial

dalam kategori rendah, sehingga peserta didik memerlukan bantuan untuk

mengembangkan perilaku prososial.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di kelas V SD Negeri Sukagalih

7 Bandung ditemukan fenomena anak-anak yang suka berkelahi karena saling

mengejek, ada juga beberapa anak yang tidak mau meminjamkan alat tulis kepada

temannya atau berbagi buku bersama ketika belajar di kelas. Fenomena yang

ditemukan menunjukkan peserta didik di sekolah dasar memiliki perilaku

prososial yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan perkembangan sosialnya.

Menurut Santrock (Carlie, 2006) kebalikan dari perilaku prososial adalah

perilaku antisosial seperti berbohong, menipu dan mencuri. Sementara menurut

Eliason & Jenkins et.al (Saripah, 2006: 2) mengemukakan kebalikan dari perilaku

prososial dapat berupa perilaku agresif ataupun perilaku pasif. Bentuk-bentuk

tingkah laku prososial berlawanan dengan tingkah laku agresi, antisosial,

merusak, mementingkan diri sendiri, kejahatan dan lain-lain. Menurut Darwis

(2006: 45) sikap bermusuhan tampak dalam perilaku agresif, menyerang,

mengganggu, bersaing dan mengancam lingkungan. Perilaku pasif adalah

perbuatan yang ditandai dengan menarik diri dari hubungan positif dengan orang

lain. Mementingkan diri sendiri adalah sikap egosentris dalam memenuhi interest

atau keinginannya, perilaku antisosial adalah perbuatan yang merusak dan

merugikan bagi dirinya dan orang lain (Santrock, 2007: 140).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Utami (2010) disimpulkan: (1)

bentuk perilaku agresif pada anak-anak terbagi atas: (a) perilaku agresif yang

bersifat fisik, meliputi: merebut barang teman, merusak barang-barang, memukul,

menendang. (b) perilaku agresif yang bersifat verbal, meliputi: marah-marah dan

berteriak-teriak, mengadu domba, mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor (2)

faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku agresif meliputi: kondisi sosial

(12)

mendapatkan ejekan dari teman, pola pendidikan orang tua, adanya model, dan

pengaruh tontonan TV.

Penelitian Zakyah (2010) diketahui perilaku agresif anak diartikan sebagai

respons anak dalam menghadapi situasi atau perilaku orang lain yang tidak

menyenangkan atau mengecewakan sehingga mendorong anak bertindak

menyakiti, melukai, dan merugikan orang lain yang ditampilkan anak dalam

bentuk tindakan fisik, verbal, atau non verbal. Karakteristik permasalahan anak

berperilaku agresif memberikan petunjuk mengenai buruknya keterampilan sosial

anak.

Sementara penelitian yang dilakukan oleh Anthonysamy dan Gembeck

(2007: 980) menyatakan adanya korelasi antara status teman sebaya dengan

perilaku anak. Anak-anak yang ditolak dalam kelompok adalah anak yang agresif

baik secara fisik dan verbal, anak yang menarik diri dari lingkungannya dan anak

yang kurang prososial. Hartup, et.al (Saripah, 2006) mengatakan anak yang tidak

belajar mengembangkan perilaku prososial minimal pada umur enam tahun, maka

anak akan mempunyai kecenderungan yang kuat untuk “beresiko” selama

hidupnya.

Berdasarkan pentingnya pengembangan perilaku prososial yang merupakan

tugas perkembangan sosial yang dimiliki anak dan beberapa hasil penelitian yang

telah dilakukan, maka perlu adanya bantuan bagi anak-anak dalam

mengembangkan perilaku prososialnya. Pada setting pendidikan, bimbingan dan

konseling merupakan upaya membantu pencapaian tugas perkembangan,

pengembangan potensi, dan pengentasan masalah-masalah individu. Fokus

bimbingan di sekolah dasar menekankan pada pemahaman diri, pemecahan

masalah dan kemampuan berhubungan secara efektif dengan orang lain. Perilaku

prososial berkaitan dengan kemampuan peserta didik dalam menjalin hubungan

dengan orang lain yang memberikan manfaat positif dan berpengaruh bagi

penerimaan dirinya dalam lingkungannya dapat menjadi fokus layanan bimbingan

di sekolah dasar yang dikembangkan dalam sebuah program bimbingan. Program

bimbingan di sekolah dasar meyakini bahwa masa usia sekolah dasar merupakan

(13)

adanya pengembangan program bimbingan dalam membantu mengembangkan

perilaku prososial peserta didik.

Program bimbingan perkembangan yang komprehensif meliputi empat jenis

bidang layanan, yaitu bidang bimbingan pribadi, sosial, bidang bimbingan dan

konseling akademik dan bidang bimbingan dan konseling karir (Suherman, 2007 :

18). Perilaku prososial merupakan aspek positif dari perkembangan moral yang

melibatkan kemampuan pribadi dan sosial peserta didik, maka layanan yang dapat

diberikan adalah bimbingan pribadi dan sosial. Pada aspek perkembangan pribadi

sosial, layanan bimbingan membantu peserta didik agar memiliki pemahaman diri,

mengembangkan sikap positif, membuat pilihan kegiatan yang sehat, mampu

menghargai orang lain, memiliki rasa tanggung jawab, mengembangkan

keterampilan hubungan antar pribadi, dapat menyelesaikan masalah dan dapat

membuat keputusan secara baik.

Role playing merupakan salah satu teknik bimbingan yang dapat digunakan

untuk mengembangkan perilaku prososial peserta didik di sekolah. Dalam

pandangan behavioristik, seluruh perilaku merupakan hasil belajar, sehingga

implikasinya bimbingan dan konseling membantu peserta didik menciptakan

kondisi baru bagi proses belajar dan pemberian pengalaman belajar yang belum

dipelajari (Nurihsan dan Syamsu, 2008: 137). Role playing merupakan sarana

untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik memperoleh keterampilan

baru berbasis pengalaman belajar yang memungkinkan dirinya ikut aktif terlibat

mempraktikan pada suatu situasi dan menerima umpan balik tentang apa yang

telah dilakukan (Dobson, 2010: 386).

Upaya memfasilitasi perkembangan sosial peserta didik sekolah dasar, perlu

program bimbingan khusus dalam bidang pribadi sosial melalui teknik role

playing untuk mengembangkan perilaku prososial. Peneliti menganggap perlu

diadakan penelitian yang difokuskan pada penyusunan rancangan program

hipotetik bimbingan pribadi sosial melalui teknik role playing.untuk

mengembangkan perilaku prososial peserta didik kelas atas SD Laboratorium

(14)

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah

“Peserta didik sekolah dasar sedang dan akan memasuki kehidupan sosial, dalam keluarga, di sekolah dan di masyarakat, sehingga agar dapat membina hubungan sosial dalam keluarga, di sekolah dan di masyarakat sekitar, anak-anak harus memiliki kebutuhan tentang perlunya sahabat, perlunya asuhan dan pengawasan dari orangtua, perlunya bimbingan dan tuntunan dari guru, dan kesiapan untuk berinteraksi dengan lingkungannya” (Sukmadinata, 2007: 101).

Untuk menghadapi berbagai macam kondisi dan agar diterima

dilingkungannya, anak-anak harus memiliki kesiapan dalam membina hubungan

sosial, kerjasama, saling menghargai, saling menerima, saling membantu, dan

lain-lain. “Apabila kebutuhan penerimaan sosial tidak terpenuhi, anak-anak tidak

akan bahagia. Apabila kebutuhan penerimaan sosial terpenuhi, anak-anak akan

puas dan bahagia” (Hurlock, 1978: 251).

Perilaku prososial adalah tanda-tanda penyesuaian yang positif (Papalia, et al. 2008: 487). Staub (Desmita, 2011: 237) mengemukakan bahwa “perilaku prososial adalah tindakan sukarela dengan mengambil tanggung jawab menyejahterakan orang lain. Tindakan sukarela mengambil tanggung jawab penting, karena secara langsung mempengaruhi individu dan kelompok sosial secara keseluruhan, dalam situasi interaksi akan menghilangkan kecurigaan, menghasilkan perdamaian, dan meningkatkan toleransi hidup terhadap sesama”.

Eisenberg et al (Williamson, et.al. 2013: 549) menegaskan “kapasitas anak untuk memperoleh perilaku prososial baru memiliki implikasi untuknya atau kompetensinya di berbagai domain, termasuk hubungan sebaya, prestasi akademik, dan fungsi psikologis”.

Pengembangan perilaku prososial merupakan upaya pencapaian tugas

perkembangan sosial anak usia sekolah. Melalui perilaku prososial peserta didik

akan mampu diterima dalam kelompok sosialnya, sehingga pengembangan

perilaku prososial di sekolah dasar dipandang perlu sebab akan menjadi dasar

untuk pengembangan perilaku prososial dalam tahap berikutnya. Apabila pada

usia sekolah dasar perilaku prososial belum terbentuk, maka akan menghambat

berkembangnya perilaku prososial pada masa remaja dan seterusnya, sehingga

orang dewasa yang berada di sekitarnya baik orangtua maupun guru di sekolah

harus peduli terhadap terbentuknya perilaku prososial anak (Dewinuraida, 2010:

79).

Kurangnya perilaku prososial pada anak mungkin hasil dari lingkungan

(15)

Keterampilan perilaku prososial membantu anak-anak berteman dan menjaga

hubungan yang sehat (Pfeiffer, 2009). Anak-anak yang mampu bergaul dengan

orang lain kemungkinan besar telah belajar berbagai keterampilan prososial dan

memiliki tingkat kecerdasan sosial tinggi. Anak yang tidak memiliki keterampilan

prososial akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan persahabatan dan

menunjukkan kemarahan kronis. Meiyani (Saripah. 2006: 7) menambahkan

kesulitan atau kegagalan yang dialami anak dalam bidang sosial ternyata tidak

hanya berdampak terhadap aspek akademis melainkan juga menyangkut aspek

perkembangan pribadi, sosial, kematangan berpikir, dan sistem nilai. Dipertegas

Hoffmann (Lindenberg et al, 2006: 4) kegagalan dalam berperilaku prososial

maka kegagalan dalam aspek sosialisasi atau aspek pembentukkan kepribadian

atau bahkan kegagalan dalam keduanya.

Perilaku prososial menuntut kemampuan pribadi dan sosial peserta didik

dalam menampilkan dan menunjukkan tingkah lakunya. Perilaku prososial

melibatkan kemampuan individu membuat keputusan untuk melakukan sesuatu

yang positif bagi orang lain. Bantuan yang dapat diberikan untuk mengembangkan

perilaku prososial peserta didik di sekolah adalah melalui layanan bimbingan dan

konseling. Program bimbingan yang dianggap sesuai dengan perilaku prososial

yang akan dikembangkan adalah bidang pribadi dan sosial. Pada bidang

bimbingan pribadi sosial, memuat layanan bimbingan yang berkenaan dengan

pemahaman diri, mengembangkan sikap positif, membuat pilihan kegiatan secara

sehat, menghargai orang lain, mengembangkan rasa tanggung jawab,

mengambangkan keterampilan hubungan antar pribadi, keterampilan

menyelesaikan masalah dan membuat keputusan secara baik.

Salah satu teknik bimbingan yang dapat digunakan dalam mengembangkan

perilaku prososial peserta didik adalah role playing. Role playing dapat membantu

peserta didik melihat perilaku mereka sebagai orang lain dan memperoleh umpan

balik tentang perilakunya serta dapat juga memberikan latihan untuk membuat

keputusan dan mengeksplorasi konsekuensi. Role playing berguna untuk

mengembangkan sebuah rasa empati dan mulai untuk memodifikasi pandangan

(16)

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, diperoleh

pertanyaan umum sebagai arah perumusan masalah dalam penelitian, yaitu

bagaimana rancangan program hipotetik bimbingan pribadi sosial melalui teknik

role playing untuk mengembangkan perilaku prososial peserta didik kelas atas SD

Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2013/2014. Secara rinci

pertanyaan penelitian dijabarkan sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran umum perilaku prososial peserta didik kelas atas SD

Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2013/2014 ?

2. Bagaimana gambaran aspek perilaku prososial peserta didik kelas atas SD

Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2013/2014 ?

3. Bagaimana gambaran perilaku prososial peserta didik kelas atas SD

Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2013/2014 berdasarkan

indikator ?

4. Seperti apakah rancangan program hipotetik bimbingan pribadi sosial melalui

teknik role playing yang sesuai untuk mengembangkan perilaku prososial

peserta didik kelas atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun

ajaran 2013/2014 ?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah tersusunnya rancangan program hipotetik

bimbingan pribadi sosial melalui teknik role playing untuk mengembangkan

perilaku prososial peserta didik kelas atas SD Laboratorium Percontohan UPI

Bandung tahun ajaran 2013/2014 yang dinilai layak oleh pakar dan praktisi

bimbingan dan konseling. Secara spesifik tujuan penelitian yaitu :

1. Menemukan gambaran umum perilaku prososial peserta didik kelas atas SD

Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2013/2014.

2. Menemukan gambaran aspek perilaku prososial peserta didik kelas atas SD

Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2013/2014.

3. Menemukan gambaran perilaku prososial peserta didik kelas atas SD

Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2013/2014 berdasarkan

(17)

4. Merumuskan program hipotetik bimbingan pribadi sosial melalui teknik role

playing untuk mengembangkan perilaku prososial peserta didik kelas atas SD

Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2013/2014.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Menjadi pedoman bagi guru bimbingan dan konseling dalam membantu

peserta didik mengembangkan perilaku prososial.

2. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Menambah khasanah penelitian Bimbingan dan Konseling bagi anak di

Sekolah Dasar.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Memperdalam penelitian perilaku prososial pada anak dan dikembangkan

lebih lanjut.

E.Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi disusun untuk memberikan gambaran

menyeluruh dan memudahkan penyusunan skripsi. Struktur organisasi skripsi

berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam

skripsi. Adapun struktur organisasi dalam skripsi sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan meliputi latar belakang penelitian, identifikasi dan

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi

skripsi.

Bab II Kajian pustaka. Kajian pustaka mencakup perilaku prososial, teknik

role playing, konsep dasar bimbingan dan konseling di sekolah dasar, bimbingan

pribadi sosial, dan program hipotetik bimbingan pribadi sosial melalui teknik role

playing untuk mengembangkan perilaku prososial peserta didik.

Bab III Metode penelitian meliputi pendekatan dan metode penelitian,

(18)

penelitian, pengembangan instrumen penelitian, teknik analisis data, dan prosedur

penelitian.

Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan meliputi pengolahan atau analisis

data berdasarkan hasil temuan dan pembahasan atau analisis temuan.

Bab V Kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan temuan dari hasil

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif

dengan metode penelitian studi deskriptif. Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk

memperoleh data yang sifatnya gambaran mengenai perilaku prososial peserta

didik. Pendekatan kuantitatif digunakan meneliti populasi atau sampel tertentu

untuk mendapatkan angka-angka secara numerikal yang digunakan untuk

mengetahui gambaran perilaku prososial pada peserta didik kelas atas SD

Laboratorium Percontohan UPI Bandung.

Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan, menganalisis, dan

mengambil suatu generalisasi mengenai perilaku prososial peserta didik sekolah

dasar. Berdasarkan hasil temuan tersebut dijadikan dasar untuk mengembangkan

program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku

prososial peserta didik melalui teknik role playing.

B.Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian

Penelitian mengambil lokasi di SD Laboratorium Percontohan UPI

Bandung. Alasan pemilihan lokasi penelitian karena adanya fenomena tentang

perilaku prososial peserta didik yang masih memerlukan pengembangan. Selain

itu, di SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung belum tersedia layanan

bimbingan dan konseling yang secara khusus difokuskan untuk mengembangkan

perilaku prososial peserta didik.

Populasi penelitian adalah seluruh peserta didik kelas atas yaitu kelas V dan

VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. Jumlah

peserta didik kelas atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung adalah 120

orang, dengan demikian seluruh peserta didik kelas atas yaitu kelas V dan VI SD

Laboratorium Percontohan UPI Bandung diambil untuk menjadi sampel

(20)

Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan

berikut :

1. Peserta didik kelas atas Sekolah Dasar termasuk dalam masa usia sekolah dasar

yang harus memiliki kemampuan untuk dapat diterima oleh teman sebaya dan

merupakan masa kelas tinggi yang mulai tidak bergantung dengan orang tua.

2. Peserta didik kelas atas Sekolah Dasar mengalami perluasan hubungan sosial

dan sedang mempersiapkan diri untuk dapat menghadapi lingkungan sosial

yang lebih kompleks selanjutnya.

3. Belum pernah terdapat penelitian yang menggambarkan perilaku prososial

peserta didik di SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung.

C.Definisi Operasional Variabel

1. Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial

Program hipotetik bimbingan pribadi sosial dalam penelitian yaitu suatu

rancangan kegiatan layanan bimbingan pribadi sosial yang disusun secara

sistematis dan terkoordinasi untuk mengembangkan perilaku prososial peserta

didik sekolah dasar kelas atas.

Struktur program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan

perilaku prososial peserta didik sesuai dengan struktur pengembangan program

bimbingan dan konseling berbasis tugas perkembangan meliputi: (a) rasional, (b)

visi dan misi, (c) deskripsi kebutuhan, (d) tujuan program, (e) sasaran program, (f)

komponen program, (g) rencana operasional, (h) pengembangan tema dan

implementasi program, (i) pengembangan satuan layanan (SKLBK), dan (j)

evaluasi dan tindak lanjut.

2. Teknik Role Playing

Teknik role playing dalam penelitian adalah cara dalam pelayanan

bimbingan pribadi sosial dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk memainkan peran sosial untuk melatih peserta didik mengembangkan

perilaku kerja sama, kasih sayang, murah hati dan empati sebagai bentuk perilaku

(21)

Dalam penelitian peserta didik belajar untuk mengenal peran, mengamati

perilaku yang diperankan, mendiskusikan permainan peran, dan mengulang

kembali permainan peran sehingga peserta didik memperoleh keterampilan baru

yang dipelajari yaitu perilaku prososial, mengeksplorasi wawasan tentang sikap,

nilai dan persepsinya dalam berperilaku prososial dan mengembangkan

keterampilan berperilaku prososial. Peserta didik berlatih membuat keputusan

untuk berperilaku yang dapat diterima secara sosial.

Pelaksanaan role playing mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Tahap Pertama : Memperkenalkan Masalah atau Tema. Tahapan konselor

mengemukakan masalah atau tema.

b. Tahap Kedua: Memilih Pemeran. Pada tahap memilih pemeran, konselor dan

peserta didik melukiskan berbagai karakter yang akan diperankan.

Penggambaran karakter didasarkan atas tuntutan cerita menurut persepsi

konselor dan peserta didik.

c. Tahap Ketiga: Memilih Pengamat (Penilai). Keberadaan pengamat sangat

penting bagi setiap cerita yang diperankan.

d. Tahap Keempat: Menyiapkan Tahap-Tahap Peran. Tahapan para pemeran

menyusun garis-garis besar adegan yang akan mereka mainkan. Tidak perlu

dialog-dialog khusus dipersiapkan, sebab dalam bermain peran, peserta didik

dituntut untuk bertindak dan berbicara secara spontan.

e. Tahap Kelima: Pemeranan. Tahapan para peserta didik mulai bereaksi secara

spontan, sesuai dengan peran masing-masing. Peserta didik berusaha

memainkan setiap peran seperti benar-benar dialaminya.

f. Tahap Keenam: Diskusi dan Evaluasi. Manakala pemeran dan pengamat

terlibat dalam pemeranan, baik secara intelektual maupun secara emosional,

tidak terlalu sulit untuk memulai diskusi. Konselor harus secara jeli

mengungkap segi manakah yang akan ditekankan dalam diskusi. Tidak perlu

menekankan diskusi pada kualitas pemeranan, konselor harus mengarahkan

diskusi yang dilakukan para peserta didik untuk mencapai tujuan bimbingan

(22)

g. Tahap Ketujuh: Memerankan Kembali. Pemeranan ulang dapat dilakukan

berdasarkan hasil evaluasi dan diskusi mengenai alternatif-alternatif

pemeranan. Mungkin ada perubahan peran watak yang dituntut, demikian

halnya dengan para pelakunya. Perubahan ini memungkinkan adanya

perkembangan baru dalam upaya pemecahan masalah. Setiap perubahan peran

akan mempengaruhi peran-peran yang lainnya.

h. Tahap Kedelapan: Diskusi dan Tahap Dua. Diskusi dan evaluasi dilakukan

sama seperti pada teman, hanya dimaksudkan untuk menganalisis hasil

pemeranan ulang dan pemecahan masalah mungkin sudah lebih jelas

i. Tahap Kesembilan: Membagi Pengalaman dan Pengambilan Keputusan.

Tujuan pokok role playing adalah membantu para peserta didik untuk

memperoleh pengalaman-pengalaman berharga dalam kehidupan melalui

aktivitas interaksional dengan teman-temannya.

3. Perilaku Prososial Peserta Didik Sekolah Dasar

Perilaku prososial adalah perilaku positif peserta didik kelas atas SD

Laboratorium Percontohan UPI Bandung yang memberikan keuntungan dan

bermanfaat bagi temannya yang di dalamnya mencakup empati, murah hati, kerja

sama dan kasih sayang. Secara rinci dijabarkan sebagai berikut :

a. Empati, yaitu kemampuan anak menunjukkan kepedulian kepada seseorang

yang mengalami kesusahan dan kemampuan menunjukkan kesenangan

kepada seseorang yang mendapatkan kebahagiaan.

b. Murah hati, yaitu kemampuan anak untuk berbagi sesuatu dengan orang lain

dan memberikan sesuatu yang dimilikinya kepada orang lain.

c. Kerja sama, yaitu kemampuan anak untuk bergiliran tanpa rewel dan

memenuhi permintaan tanpa rewel.

d. Kasih sayang, yaitu kemampuan anak untuk menolong orang lain

mengerjakan tugas dan menolong (peduli) pada orang lain yang

(23)

D.Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat pengumpulan data penelitian menggunakan data primer

yang diambil dari alat ukur berupa angket atau kuesioner yang digunakan sebagai

alat pengumpul data sekaligus alat ukur untuk mencapai tujuan penelitian.

Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap tingkat perilaku prososial peserta didik

dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian. Item-item pernyataan

instrumen pengungkap perilaku prososial dikembangkan dari komponen atau

variabel perilaku prososial yang telah ada, lalu dijabarkan melalui sub komponen

yang akhirnya berbentuk indikator-indikator.

1. Jenis Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah angket tertutup (angket

berstruktur) yang merupakan alat pengumpul data sekaligus alat ukur untuk

mencapai tujuan penelitian. Responden hanya perlu menjawab pernyataan dengan

cara memilih alternatif respon yang telah disediakan.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan angket kepada

seluruh peserta didik kelas atas SD Laboratorium Percontohan UPI yang menjadi

sampel dalam penelitian. Angket yang digunakan menggunakan format rating

scale (skala bertingkat) dengan lima alternatif jawaban yaitu: Sangat Sesuai (SS),

Sesuai (S), Kurang Sesuai (KS), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai

(STS) dengan skor berkisar antara 1 sampai dengan 5.

2. Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen dikembangkan menjadi empat aspek perilaku prososial

yaitu (1) empati; (2) murah hati; (3) kerja sama, dan (4) kasih sayang.

Penyebaran instrumen yang berupa kuesioner menggunakan teknik built-in

artinya kuesioner disebarkan dengan cara bersama terhadap sampel penelitian

untuk uji coba sekaligus dengan pengumpulan data dan penelitian. Kisi-kisi

(24)

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Prososial Peserta Didik Sekolah Dasar (Sebelum Ditimbang)

Aspek Indikator Pernyataan

(+) (-)

1. Empati

a. Menunjukkan kepedulian pada orang yang kesusahan

1,2,3,4,5,6,7 ,8

9,10,11,12 12

b. Menunjukkan kesenangan kepada seseorang yang mendapatkan kebahagiaan

13,14,15,16, 17,18

19 7

2. Murah Hati

a. Berbagi sesuatu dengan orang lain 20,21,22,23, 24

a. Bergiliran tanpa “rewel” 33,34,35 36,37,38,39 7 b. Memenuhi permintaan tanpa

“rewel” 40,41,42,43 44,45,46 7

Uji kelayakan instrumen perilaku prososial dilakukan melalui penimbangan

(judgement) oleh ahli untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi

bahasa, konstruk dan isi. Penimbangan instrumen dilakukan oleh tiga orang dosen

ahli dari jurusan psikologi pendidikan dan bimbingan, yaitu Prof. Dr. Juntika

Nurikhsan, M.Pd., Dr. Ipah Saripah, M.Pd., dan Eka Sakti Yudha, M.Pd.

Penilaian oleh tiga dosen ahli dilakukan dengan memberikan penilaian pada setiap

item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi

nilai M menyatakan item tersebut dapat digunakan dan item yang diberi nilai TM

dapat memiliki dua kemungkinan yaitu item tidak dapat digunakan atau

diperlukan revisi pada item. Hasil penimbangan dari tiga dosen ahli, ditampilkan

(25)

Tabel 3.2

Hasil Penimbangan Instrumen Perilaku Prososial

Hasil

Dibuang 4,5,8,9,11,12,17,18,29,42,56 11

Total 60

Kisi-kisi instrumen setelah uji kelayakan instrumen dapat dilihat pada Tabel

3.3 berikut:

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Prososial Peserta Didik Sekolah Dasar (Setelah Ditimbang)

Aspek Indikator Pernyataan

(+) (-)

1. Empati

a. Menunjukkan kepedulian pada orang yang kesusahan

1,2,3,4,5 6 6

b. Menunjukkan kesenangan kepada seseorang yang mendapatkan kebahagiaan

a. Bergiliran tanpa “rewel” 24,25,26 27,28,29,30 7 b. Memenuhi permintaan tanpa

(26)

2. Uji Keterbacaan

Uji keterbacaan item dilakukan dengan memberikan angket kepada tiga

orang peserta didik kelas V SD Negeri Isola Bandung. Uji keterbacaan bertujuan

untuk mengukur sejauh mana keterbacaan instrumen oleh responden. Berdasarkan

uji keterbacaan, semua item pernyataan dapat dipahami dengan baik, sehingga

angket dapat diberikan kepada responden yang menjadi sampel penelitian yaitu

peserta didik kelas atas SD Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran

2013/2014.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas

Uji validitas adalah untuk mengukur tingkat kevalidan atau kesahihan suatu

instrumen (Arikunto, 2010: 211). Instrumen dikatakan valid apabila tepat

mengukur apa yang hendak diukur (Riduwan, 2012: 97). Uji validitas dilakukan

untuk mengetahui kevalidan instrumen perilaku prososial dalam mengukur tingkat

perilaku prososial peserta didik. Uji validitas instrumen dilakukan terhadap

populasi sebanyak 120 orang peserta didik kelas atas SD Laboratorium

Percontohan UPI Bandung.

Pengolahan data dalam penelitian menggunakan bantuan SPSS 17 for

windows. Validitas dilakukan dengan prosedur pengujian Spearman’s rho atau

rank difference correlation, dengan rumus sebagai berikut:

Rhoxy =1 -

Keterangan:

Rhoxy : Koefisien korelasi tata jenjang

D : Difference (beda antara jarak jenjang setiap subjek)

N : Banyaknya subjek

Hasil uji validitas instrumen perilaku prososial yang terdiri dari 49 item

(27)

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Instrumen Perilaku Prososial Peserta Didik

Kesimpulan Item Jumlah

Jumlah Awal 49

Item Valid 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,18,19,20,21,22,2 3,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35,36,37,38,39,40,4

1,42,43,44,45,46,47,48

48

Tidak Valid

(Dibuang) 17

1

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan pengukuran.

Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, bila instrumen

tersebut digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau

relatif sama (Sukmadinata, 2012: 229-230). Instrumen yang memiliki reliabilitas

tinggi memiliki konsistensi dari waktu ke waktu, data yang diperoleh akan tetap

sama meskipun beberapa kali diambil dalam waktu yang berbeda.

Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 17

for windows dengan metode Alpha, dengan rumus sebagai berikut:

[ ] [ ]

Keterangan:

= Nilai reliabilitas

= Jumlah varians skor tiap-tiap item = Varians total

k = Jumlah item

Klasifikasi koefisien reliabilitas yang digunakan sebagai tolak ukur adalah

sebagai berikut:

0,00-0,199 : derajat keterandalan sangat rendah

0,20-0,399 : derajat keterandalan rendah

0,40-0,599 : derajat keterandalan sedang

(28)

0,80-1,00 : derajat keterandalan sangat tinggi

(Arikunto, 2006: 276)

Hasil pengolahan uji reliabilitas instrumen perilaku prososial dapat dilihat

pada Tabel 3.5, sebagai berikut:

Tabel 3.5

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Perilaku Prososial Peserta Didik

Cronbach's Alpha

N of Items .930 48

Pengujian reliabilitas instrumen perilaku prososial memperoleh hasil sebesar

0,930, artinya tingkat korelasi atau derajat keterandalannya sangat tinggi.

Instrumen perilaku prososial yang digunakan sudah baik dan dapat dipercaya

untuk dijadikan alat pengumpul data.

Kisi-kisi instrumen setelah uji coba sebagai berikut :

Tabel 3.6

Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Prososial Peserta Didik (Setelah Uji Coba)

Aspek Indikator Pernyataan

(+) (-)

1. Empati

a. Menunjukkan kepedulian pada orang yang kesusahan

1,2,3,4,5 6 6

b. Menunjukkan kesenangan kepada seseorang yang mendapatkan kebahagiaan

a. Bergiliran tanpa “rewel” 24,25,26 27,28,29,30 7 b. Memenuhi permintaan tanpa

(29)

E.Teknik Analisis Data 1. Verifikasi Data

Verifikasi data dilakukan untuk pemeriksaan terhadap data yang sudah

diperoleh, verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi data yang layak untuk

diolah dan data yang tidak layak untuk diolah. Tahapan verifikasi data yang

dilakukan, sebagai berikut:

a. Mengecek jumlah instrumen yang akan disebar, jumlah instrumen yang

terkumpul harus sesuai dengan instrumen yang disebar kepada sampel

penelitian.

b. Tabulasi atau merekap data yang diperoleh dari hasil responden dengan

memberikan penyekoran data sesuai dengan tahapan penyekoran yang telah

ditentukan.

2. Penyekoran Data Hasil Penelitian

Instrumen perilaku prososial peserta didik menggunakan skala Likert yang

menyediakan lima alternatif jawaban, yaitu: Sangat Sesuai, Sesuai, Kurang

Sesuai, Tidak Sesuai, dan Sangat Tidak Sesuai. Masing-masing pilihan jawaban

memiliki skor tertentu, sebagai berikut:

Tabel 3.7

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Pernyataan Skor Alternatif Respon

SS S KS TS STS

Positif (+) 5 4 3 2 1

(30)

Pada alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 1 - 5 dengan bobot

tertentu. Bobotnya sebagai berikut :

a. Untuk pilihan jawaban sangat tidak sesuai (STS) memiliki skor 1 pada

pernyataan positif dan skor 5 pada pernyataan negatif.

b. Untuk pilihan jawaban tidak sesuai (TS) memiliki skor 2 pada pernyataan

positif atau 4 pada pernyataan negatif.

c. Untuk pilihan jawaban ragu-ragu (KS) memiliki skor 3 untuk pernyataan

positif dan negatif

d. Untuk pilihan jawaban sesuai (S) memiliki skor 4 pada pernyataan positif atau

skor 2 pada pernyataan negatif.

e. Untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS) memiliki skor 5 pada pernyataan

positif atau skor 1 pada pernyataan negatif.

3. Pengolahan Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data adalah untuk

mengukur bagaimana gambaran umum perilaku prososial peserta didik di SD

Laboratorium Percontohan UPI Bandung yang selanjutnya akan dikembangkan

menjadi program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan

perilaku prososial peserta didik.

Perilaku prososial peserta didik dibagi menjadi tiga kategori, yaitu tinggi,

sedang dan rendah. Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Menghitung jumlah skor setiap peserta didik

b. Menghitung rata-rata skor setiap peserta didik

c. Menghitung simpangan baku dari keseluruhan skor peserta didik

d. Mengubah skor mentah menjadi skor baku (Z)

Rumus sebagai berikut :

(Furqon, 2009: 67)

Keterangan:

(31)

Setelah diperoleh jumlah skor baku (Z), data dikelompokkan ke dalam tiga

kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi dengan berpedoman pada tabel 3.8

berikut

Tabel 3.8

Pengkategorian Perilaku Prososial Peserta Didik Rentang Skor Kategori

Z < -1 Rendah

-1 ≤ Z < 1 Sedang

Z > 1 Tinggi

Interpretasi dari setiap kategori perilaku prososial adalah sebagai berikut :

Tabel 3.9

Interpretasi Skor Kategori Perilaku Prososial Peserta Didik Kategori Perilaku

Prososial

Rentang Interpretasi

Tinggi Z > 1 Peserta didik pada kategori tinggi sudah mampu menampilkan dan melakukan tindakan prososial dalam kehidupan sehari-harinya, yang meliputi: perilaku empati yaitu menunjukkan kepedulian kepada teman yang mengalami kesusahan dan menunjukkan kesenangan kepada seseorang yang mendapatkan kebahagiaan; murah hati yaitu berbagi sesuatu dengan teman dan memberikan sesuatu yang dimilikinya kepada teman; kerja sama, yaitu mampu bergiliran tanpa rewel dan memenuhi permintaan tanpa rewel; dan kasih sayang yaitu menolong teman mengerjakan tugas dan menolong (peduli) pada teman yang membutuhkan.

(32)

murah hati yaitu berbagi sesuatu dengan teman dan memberikan sesuatu yang dimilikinya kepada teman; kerja sama, yaitu mampu bergiliran tanpa rewel dan memenuhi permintaan tanpa rewel; dan kasih sayang yaitu menolong teman mengerjakan tugas dan menolong (peduli) pada teman yang membutuhkan.

Rendah Z < -1 Peserta didik pada kategori rendah belum mampu menampilkan dan melakukan tindakan prososial dalam kehidupan sehari-harinya, yang meliputi: perilaku empati yaitu menunjukkan kepedulian kepada teman yang mengalami kesusahan dan menunjukkan kesenangan kepada seseorang yang mendapatkan kebahagiaan; murah hati yaitu berbagi sesuatu dengan teman dan memberikan sesuatu yang dimilikinya kepada teman; kerja sama, yaitu mampu bergiliran tanpa rewel dan memenuhi permintaan tanpa rewel; dan kasih sayang yaitu menolong teman mengerjakan tugas dan menolong (peduli) pada teman yang membutuhkan.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan,

pelaksanaan dan pelaporan, sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap awal, meliputi langkah-langkah :

a. membuat proposal penelitian dan mempresentasikannya pada mata kuliah

metode riset bimbingan dan konseling;

b. menyerahkan proposal penelitian yang telah disahkan oleh pembina metode

riset bimbingan dan konseling kepada Ketua Dewan Skripsi, calon dosen

pembimbing serta Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

untuk mendapatkan persetujuan dan pengesahan;

c. mengajukan permohonan Surat Keputusan (SK) pengangkatan dosen

(33)

d. mengajukan permohonan izin penelitian dari Universitas untuk disampaikan

kepada Badan Dinas Kesatuan Bangsa, Perlindungan, dan Pemberdayaan

Masyarakat, Dinas Pendidikan, Jurusan Psikologi Pendidikan dan

Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, serta SD Laboratorium Percontohan

UPI.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian meliputi :

a. melakukan studi pendahuluan ke SD Laboratorium (Percontohan) UPI;

b. mengumpulkan data awal penelitian;

c. membuat instrumen penelitian yang ditimbang terlebih dahulu tiga orang

pakar yakni pakar bimbingan pribadi sosial, pakar perkembangan dan pakar

statistika;

d. mengumpulkan data melalui penyebaran instrumen penelitian;

e. mengolah dan menganalisis data; dan

f. membuat program bimbingan dan konseling yang kemudian ditimbang oleh

dua pakar bimbingan dan konseling dan praktisi di sekolah.

3. Tahap Akhir

Pada tahap akhir, penelitian disempurnakan melalui langkah:

a. hasil penelitian disusun menjadi laporan akhir penelitian;

b. penelitian diujikan pada saat ujian sarjana; dan

c. hasil ujian sarjana dijadikan masukan bagi penyempurnaan penelitian.

G.Pengembangan Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial melalui Teknik Role Playing untuk Mengembangkan Perilaku Prososial Peserta Didik

Proses pengembangan program bimbingan pribadi sosial dalam penelitian

(34)

1. PenyusunanProgram

Pengembangan program hipotetik bimbingan pribadi sosial dimulai dengan

melakukan need assesment berdasarkananalisis data mengenai gambaran perilaku

prososial peserta didik.

2. Validasi Program

Validasi program dilakukan kepada pakar bimbingan dan konseling serta

guru bimbingan dan konseling SD Laboratorium Percomtohan UPI. Hasil validasi

program merupakan pedoman untuk melakukan perbaikan dan revisi program

hipotetik bimbingan pribadi sosial melalui teknik role playing untuk

mengembangkan perilaku prososial peserta didik.

3. Program Hipotetik

Program hipotetik bimbingan pribadi sosial disusun untuk mengembangkan

perilaku prososial peserta didik melalui teknik role playing sebagai program baru

dalam keseluruhan program bimbingan dan konseling di SD Laboratorium

Percontohan UPI, secara khusus program hipotetik pribadi sosial bertujuan untuk

membantu peserta didik agar memiliki keterampilan dalam mengembangkan

perilaku prososialnya yang bermanfaat dalam menjalin hubungan dengan orang

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Gambaran umum perilaku prososial yang dimiliki peserta didik kelas atas

SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung berada pada kualifikasi sedang,

artinya peserta didik sudah cukup mampu menunjukkan perilaku prososial seperti

empati, murah hati, kerja sama dan kasih sayang. Gambaran umum perilaku

prososial peserta didik berdasarkan indikator berada pada kategori sedang, artinya

peserta didik sudah cukup mampu menunjukkan kepedulian pada orang yang

kesusahan, menunjukkan kesenangan kepada seseorang yang mendapatkan

kebahagiaan, berbagi sesuatu dengan orang lain, memberi sesuatu kepada orang

lain, bergiliran tanpa “rewel”, memenuhi permintaan tanpa “rewel”, membantu

orang lain mengerjakan tugas, dan membantu (peduli) pada orang lain yang

membutuhkan.

Berdasarkan hasil gambaran umum perilaku prososial yang dimiliki peserta

didik kelas atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung, disusun program

hipotetik bimbingan pribadi sosial melalui teknik role playing untuk

mengembangkan perilaku prososial peserta didik. Struktur program terdiri dari:

rasional, visi dan misi, deskripsi kebutuhan, tujuan program, sasaran program,

komponen program, rencana operasional, pengembangan tema dan implementasi

program, pengembangan satuan layanan (SKLBK), dan evaluasi dan tindak lanjut.

B.Rekomendasi 1. Bagi Guru BK

Guru BK sebagai pendidik dan pembimbing di sekolah dapat

mempergunakan program sebagai panduan dalam mengembangkan perilaku

prososial peserta didik melalui teknik role playing yang telah dirancang peneliti,

(36)

tahun ajaran 2013/2014 maupun peserta didik SD Laboratorium UPI Bandung

yang tahun ajaran 2014/2015.

2. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan dapat memfasilitasi

pengembangan keterampilan mahasiswa dalam melakukan intervensi pada anak di

Sekolah Dasar khususnya untuk mengembangkan perilaku prososial.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai gambaran untuk melakukan

(37)

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. (2007) Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas dan Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Anthonysamy dan Gembeck. (2007). Peer Status And Behaviors of Maltreated Children and Their Classmates in The Early Years of School. Journal Child Abuse & Neglect. 31, 971-991.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Beaty, J.J. (1994). Observing Development of The Young Child. 3rd Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Blatner, A. (2009). Role Playing in Education. [Online]. Tersedia: http://www.blatner.com/adam/pdntbk/rlplayedu.htm (11 November 2012)

Bruce, et. al. (2009). Model of Teaching (Model-Model Pengajaran). Edisi Kedelapan. dialihbahasakan oleh Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Carlie, K. (2006). The Effects of Empathy on Prosocial Behavior

Among Middle School Children. [Online]. Tersedia: http://digitalcommons.brockport.edu/edc_theses (2 Januari 2013)

Damon, Lerner & Eisenberg, (2006). Handbook of Psychology Child. USA: John Wiley & Sons, Inc.

Darwis, A. (2006). Perilaku Menyimpang Murid SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.

Desmita, (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(38)

Dobson, K. S. (2010). Handbook of Cognitive Behavioral Therapies. London: The Guilford Press.

Eisenberg, N. (1982). The Development of Prosocial Behavior. New York: Academic Press Inc.

Eisenberg dan Paul H. M. (1989). The Roots of Prosocial Behavior in Children. Newyork: Cambridge University Press.

Eisenberg, et.al. (2001) Brazillian Adolescent’ Prosocial Moral Judgement and Behavior: Relation to Sympathy, Perspective Taking, Gender-Role Orientation, and Demographic Characteristics. Child Development,

72, (2), 518-534.

Eka, N. (2008). Bimbingan Bagi Siswa Terisolir di Kelas melalui Teknik Bermain Peran (Role Playing). Skripsi. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.

Ellis, R. (2012). Program Bimbingan melalui Teknik Role Playing untuk Meningkatkan Self Efficacy Karir Peserta Didik. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.

Findlay, et. al. (2006). Links Between Empathy, Social Behavior, and Social Understanding In Early Childhood. Early Childhood Research Quarterly.

21, 347-359.

Forrester. (2000). Role-Playing and Dramatic Improvisation as an Assessment Tool. The Arts in Psychotherapy, 27, (4), 235-243.

Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Gangel O. K. (2009). Definisi Bermain Peran. (online). Tersedia di http://www.lead.sabda.org. (11 November 2012)

Hastings, et. al, (2007). The Socialization of Prosocial Development. New York: The Guilford Press.

Hurlock, E. B. (1978). Developmental Child. New York. McGraw Hill. Inc.

Khairian, H. (2011). Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar Melalui Diskusi Kelompok. Skripsi. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.

(39)

Luckner, et. al. (2011). Teacher–Student Interactions in Fifth Grade Classrooms: Relations with Children's Peer Behavior. Journal of Applied Developmental Psychology. 32, 257-266.

Marion, M. (1991). Guidance of Young Children. 3rd Edition. New York: Macmillan Publishing Co.

Marsudi, dkk. (2010). Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Mulyasa, E. (2005). Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mussen, et.al. (1989). Perkembangan dan Kepribadian Anak. dialihbahasakn oleh F. X Budiyanto, Gianto Widianto, Arum Gayatri. Jakarta: Arcan.

Nelson, R.C. (1972). Guidance and Counseling in the Elementary School. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.

Nurihsan, J dan Akur, S. (2005). Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Kurikulum 2004. Jakarta: Grasindo Anggota IKAPI.

Nurihsan, J dan Syamsu, Y. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Papalia, et. al. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan) Edisi kesembilan dialihbahasakan oleh A.K. Anwar. Jakarta: Kencana.

Pfeiffer, K. (2009). What Are Prosocial Skills ?. [Online]. Tersedia: http://suite101.com/article/what-are-prosocial-skills-a133626 (2 Januari 2013)

Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Saripah, I. (2006). Program Bimbingan untuk Mengembangkan Perilaku Prososial Anak (Dikembangkan berdasarkan studi terhadap Bimbingan para Pengasuh dan Kemampuan Perilaku Prososial Anak di TPA Babakan Sukaratu, PTPN VIII Malabar, Pengalengan, Kabupaten Bandung. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Setiawati & Ima. (2007). Bimbingan dan Konseling. Bandung: UPI Press

(40)

Suherman, U. (2000). Karakteristik Siswa dan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Jurnal Bimbingan dan Konseling, 4, (7), 44-62

Suherman, U. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Madani Production

Sukardi, D dan Nila. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukmadinata, N. S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Sukmadinata, N. S. (2007). Bimbingan dan Konseling dalam Praktek. Bandung: Maestro.

Utami, S. (2010). Studi Kasus Perilaku Agresif Siswa Kelas IV SD Negeri Dagen II Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.

Skripsi. [Online]. Tersedia:

http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=12898 (20 Oktober 2012)

Wahyudi, Y. (2009). Sekolah dan Perilaku Antisosial. (Online). Tersedia: http://old.nabble.com/Sekolah-dan-Perilaku-Antisosial-p25964766.html [15 April 2013]

Williamson, et. al. (2013). Learning How To Help Others: Two-Year-Olds’ Social Learning of A Prosocial Act. Journal of Experimental Child. 114. 543-550.

Worzbyt,et.al ,(2003). Elementary School Counseling. New York: Brunner-Routledge

Yuliati, R. (2008). Studi Tentang Perilaku Prososial Siswa Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang. Skripsi. [Online]. Tersedia: e- contents/downloadpdf.php/pub/studi-tentang-perilaku-prososial-siswa-sekolah- dasar-negeri-se-kecamatan-mojoagung-kabupaten-jombang-ratna-yuliati-36710- 02370KI08

ABSTRAK%20.doc (20 Oktober 2012)

Yusuf, S. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

(41)

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Prososial Peserta Didik Sekolah Dasar
Tabel 3.4
Tabel 3.5
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penunjukan/pengangkatan pejabat-pejabat dan personalia Sub Direktorat Landreform tersebut dilaksanakan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri atas usul dari Direktur Jenderal

serdang bedagai adalah mayoritas petani sebagai mata pencahariannya, sawah yang menjadi tempat mencari penghasilan untuk menghidupi keluarga tidak sepenuhnya bisa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar logam kadmium (Cd), tembaga (Cu), dan zink (Zn) di dalam produk ikan tuna kemasan kaleng berdasarkan waktu penyimpanan dengan

POLA PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI TUNANETRA (Studi Deskriptif di Panti Sosial Bina Netra Wyta Guna Bandung.

Penentuan derajat deasetilasi dari kitin dan kitosan merupakan analisa kuantitatif dari spektroskopi FTIR dapat dilakukan berdasarkan spektra inframerah yang dihasilkan

2.2.2 Langkah-langkah penerapan RCM pada sub-assembly kopling 20 BAB III KONTRUKSI DAN PENENTUAN KOMPONEN KRITIS PADA SUB- ASSEMBLY KOPLING .... Kontruksi dan Prinsip

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

SEJUMLAH TOKO BUSANA MUSLIM / SAAT RAMADHAN DAN MENJELANG LEBARAN / MENAMBAH KOLEKSI DAN JUMLAH.